Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Swamedikasi (Pengobatan sendiri) merupakan upaya yang dilakukan oleh
masyarakat dalam pengobatan tanpa adannya resep dari dokter atau tenaga medis
lainnya. Menurut World Health Organization (WHO) peran pengobatan sendiri
adalah untuk mengatasi dan menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan
yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban biaya dan
meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan medis.
Salah satu penyakit ringan yang dapat diatasi dengan pengobatan sendiri
adalah penyakit batuk dan demam.Demam merupakan peningkatan suhu tubuh
normal bersamaan dengan peningkatan titik set hipotalamus dan merupakan
manifestasi dari banyak keadaan penyakit selain infeksi.Suhu tubuh normal
dipertahankan (≤ 37,2°C/98,9°F di pagi hari dan ≤ 37,7°C/99,9°F di malam hari)
karena pusat hermoregulasi hipotalamus menyeimbangkan kelebihan produksi
panas dari aktivitas metabolik di otot dan hati dengan disipasi panas dari kulit
dan paru-paru.
Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektifyang bermanfaat untuk
mengeluarkan danmembersihkan saluran pernapasan dari dahak,debu, zat-zat
perangsang asing yang dihirup,partikel-partikel asing dan unsur-unsur
infeksi.Orang sehat hampir tidak batuk sama sekaliberkat mekanisme
pembersihan dari bulu getardi dinding bronchi, yang berfungsimenggerakkan
dahak keluar dari paru-parumenuju batang tenggorok. Cilia ini
bantumenghindarkan masuknya zat-zat asing kesaluran napas. Jenis batuk dapat
dibedakan menjadi 2, yakni batuk produktif (dengan dahak) dan batuk non-
produktif (kering).Swamedikasi batuk diperlukan pengetahuan mengenai
pemilihan obat yang rasional sesuai batuk yang dialami oleh pasien, untuk batuk
berdahak digunakan obat golongan mukolitik (pengencer dahak) dan
ekspektoran (membantu mengeluarkan dahak), sementara untuk batuk kering
digunakan obat golongan antitusif (penekan batuk).

1
Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui keadaan
sesungguhnya hubungan pengetahuan terhadap pemilihan obat pada
swamedikasi batuk dan demam, sehingga dimaksudkan akan berdampak positif
kepada apoteker untuk lebih dapat menjelaskan dengan benar fungsi dari
masing-masing obat batuk yang akan dipilih oleh pasien.
B. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan tentang patofisiologi dan patologi klinik penyakit (Etiologi,
manifestasi klinis, interpretasi data laboratorium, dan patogenesisnya)
2. Menjelaskan farmakologi obat-obat yang digunakan
3. Memilih pengobatan sesuai alogaritma pengobatan
4. Melakukan swamedikasi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit
1. Demam
Demam didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh yang dikontrol di atas
perkiraan 37°C (98,6°F) (diukur secara oral) dan merupakan manifestasi dari
banyak keadaan penyakit selain infeksi.
Banyak obat telah diidentifikasi sebagai penyebab demam. Demam yang
diinduksi obat didefinisikan sebagai demam persisten tanpa adanya infeksi atau
kondisi lain yang mendasarinya. Demam harus bersamaan secara bersamaan
dengan pemberian agen yang mengganggu dan menghilang segera setelah
penarikannya, setelah itu suhu tetap normal. (Dipiro Pharmacotherapy
Handbook Edisi 9, tahun 2015, hal 313)
2. Batuk
Batuk merupakan refleks yang terangsang oleh iritasi paru-paru atau saluran
pernapasan. Bila terdapat benda asing selain udara yang masuk atau merangsang
saluran pernapasan, otomatis akan batuk untuk mengeluarkan atau
menghilangkan benda tersebut. Batuk biasanya merupakan gejala infeksi saluran
pernapasan atas (misalnya batuk-pilek, flu) dimana sekresi hidung dan dahak
merangsang saluran pernapasan. Batuk juga merupakan cara untuk menjaga
jalan pernapasan tetap bersih.(Depkes RI 2006)
B. Epidemiologi
1. Demam
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh
adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam
pada infeksi terjadi akibat mikroorganisme merangsang makrofag atau PMN
membentuk PE (faktor pirogen endogenik). Zat ini bekerja pada hipotalamus
dengan bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk prostaglandin.
Prostaglandin-lah yang meningkatkan set point hipotalamus.

3
Pada keadaan lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasan,
penyakit kolagen, penyakit metabolik, sumber pelepasan PE bukan dari PMN
tapi dari tempat lain. (Sari Pediatri Volume 2 No. 2 tahun 2000, hal 103-108)
2. Batuk
 Sangat sering terjadi
 Prevalensinya antara 5% - 40%
 Bisa menunjukan keadaan patologis yang serius namun umumnya tidak
terlalu signifikan, tidak harus ditindaklanjuti dengan pemeriksaan penujang.
(At a Glance Medicine, hal 23)
C. Patofisiologi
1. Demam
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi. Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan
terjadinya vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran panas menurun dan
pasien merasa demam suhu dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatkan
aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas
dan karena kurang adekuat penyalurannya dari permukaan maka rasa demam
bertambah pada pasien.
Kasus demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat. Juga gangguan pusat regulasi
suhu sentral dapat menyebabkan peninggian temperatur seperti pada heat stroke,
pendarahan otak, koma, atau gangguan lain. Beberapa hal yang secara khusus
diperhatikan pada demam adalah cara timbulnya demam, tinggi demam, dan
keluhan serta gejala lain yang menyertai demam. Demam yang tiba-tiba tinggi
lebih sering disebabkan oleh penyakit virus. (Dasar-dasar Ilmu Penyakit Dalam
2015, hal 2)
2. Batuk
Batuk adalah salah satu reflek pelindung yang paling penting dan
memberikan kontribusi signifikan terhadap kekebalan tubuh sistem pernapasan
dengan meningkatkan pembersihan mukosilior. Batuk berada dibawah kendali

4
sukarela dan tidak disengaja.Reseptor batuk adalah penghentian saraf vagal
aferen yang terletak di laring, faring dan trakeobronkial. Situs ekstra pulmoner,
seperti telinga luar, dapat memicu batuk karena stimulasi cabang aurikulus saraf
vagus. Reseptor-reseptor ini mengirimkan sinyal kembali ke pusat batuk medulla
oblongata, yang kemudian memicu urutan kejadian yang merupakan batuk.
Mekanika batuk mencangkup 3 fase berurutan : inspirasi, kompresi dan
ekspirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi batuk termasuk jalan nafas
yang memadai (penyempitan jalan nafas menurunkan efisiensi misalnya
malasia), sifat lendir dan kekuatan otot pernapasan. Mengingat batuk merupakan
reflek protektif, sangat penting untuk tidak menekannya tanpa
mengindikasikannya dan mengobati penyebab yang mendasarinya. (Alsubaie
2015, international journal)
D. Tanda dan Gejala
1. Demam
 Kepala, leher dan tubuh akan terasa panas sedangkan tangan dan kaki dingin.
 Mungkin merasa kedinginan atau menggigil, bila suhu tubuh meningkat
dengan cepat. (Depkes RI 2006).
2. Batuk
 Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi
mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu dsb) dan dahak dari batang
tenggorokan. Sering kali batuk yang hebat mengganggu tidur meletihkan
pasien ataupun berbahaya.
 Batuk nonproduktif bersifat kering tanpa dahak, misalnya pada batuk rejan
(pertusis, kinkhoest). Batuk menggelitik sering kali mengganggu tidur (Obat-
obat Penting, hal 666)
E. Diagnosis
1. Demam
 Infeksi yang didiagnosis harus diobati dengan tepat. Sirosis, asplenia,
penggunaan obat imunosupresif, atau perjalanan eksotis baru-baru ini mungkin
merupakan pengaturan yang tepat untuk empiris.
 Namun, menahan antipiretik dapat membantu dalam mengevaluasi efektivitas
terapeutik dan antibiotik tertentu atau dalam memungkinkan pengamatan

5
indikator klinis penting seperti pola kambuh pada malaria atau pembalikan dari
waktu biasa puncak dan suhu melalui demam tifoid dan TB disebarluaskan.
(Harrison’s Manual of Medicine 2005, hal 199)
2. Batuk
Riwayat harus mempertimbangkan :
 Durasi, akut atau kronis
 Adanya demam atau napas tersengal-sengal
 Kuantitas dan karakter sputum, perubahan karakter sputum, warna atau
volume pada perokok dengan “batuk perokok” memerlukan pemeriksaan
 Pada temporal atau musiman, batuk musiman dapan mengidentifikasi
“batuk asma”
 Faktor resiko untuk penyakit yang mendasari, paparan lingkungan
 Riwayat medis masa lalu, dari riwayat pneumonia berulang dapat
mengindikasikan bronkietaksis, terutama jika dikaitkan dengan produksi
ssputum purulen atau berlebihan. Perubahan batuk kronis menimbulkan
kecurigaan karsinoma bronkogenik CHF keonis menyebabkan batuk
 Obat-obatan, ACE inhibitor penyebab batuk kronis 5-20% (Harrison’s
Manual of Medicine 2005, hal 234-235).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Demam
 Pemeriksaan fisik
Perhatian terhadap demam harus berdasar tanda dan gejala yang
dapat menyebabkan demam. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara
oral maupun rektal. Alat pengukur suhu tubuh elektronik untuk mengukur
suhu membran timpani juga bisa dipercaya (Dasar-dasar Ilmu Penyakit
Dalam 2015, hal 3)
 Tes laboratorium
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan darah lengkap,
differential counts juga dibutuhkan karena sensitif untuk mengidentifikasi
apakah demam kemungkinan disebabkan oleh infeksi bakterial ataupun oleh
infeksi virus. Granulositosis biasanya dikaitkan dengan infeksi bakterial
sedangkan neutropenia dikaitkan dengan infeksi usus C-reaktive protein

6
(CRP) dan pemeriksaan laju endap darah (LED) juga merupakan
pemeriksaan yang penting dan sangat menolong untuk mengidentifikasi
penyakit pada kadar dimana kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi.
(Dasar-dasar Ilmu Penyakit Dalam 2015, hal 3)
2. Batuk
Pemeriksaan fisik harus menilai saluran udara atas dan bawah dan parenkim
 Standar menunjukan obstruksi saluran nafas bagian atas, nafas tersengal-
sengal menunjukan bronkospasme sebagai penyebab batuk
 Midnispiratory crackles mengindikasikan penyakit saluran nafas (misalnya
bronkitis kronis)
 Crackles akhir inspirasi yang halus terjadi pada fibrosis intestisial dan gagal
jantung
 CXR dapat menunjukan neoplasma, infeksi, penyakit interstisial atau
adenopati hilar sarkoidosis
 High Resolution CT (HRCT) membantu batuk kronis yang tidak dapt
dijelaskan
 PFTs dapat mengungkapkan ostruksi atau pembatasan
 Pemeriksaan dahak dapat menunjukan keganasan atau infeksi
 Fiberoptic bronchoscopy, membantu dalam menunjukan penyebab
endobronkial. (Harrison’s Manual of Medicine 2005, hal 235)

G. Algoritma Terapi

7
1. Demam(Harrison’s Manual of Medicine 2005, hal 202)

2. Batuk(Harrison’s Manual of Medicine 2005, hal 234&236)

8
9
BAB III
METODELOGI
A. Tanggal dan Waktu
1. Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 7 Oktober 2019
2. Waktu Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum dimulai pada pukul 15.30 WIB dan berakhir pada
pukul 18.00 WIB.

B. Judul Praktikum
Praktikum Farmakoterapi ini membahas tentang “Batuk dan Demam”.

C. Resep dan Pertanyaan


Kasus :
Ny A datang ke apotek untuk memberi obat untuk anaknya usia anaknya 2 th
dengan BB 15 kg Ny A mengatakan bahwa anaknya sejak tadi malam mengalami
demam dengan suhu 39 C yang di sertai batuk berdahak dan pilek anak 3 hari yang
lalu makan es krim semalam sudah diberikan sanmol sirup 2 cth sebanyak 2 kali
dengan jarak pemberian 4 jam, namun demam anaknya tidak kunjung turun.
Riwayat penyakit kejang demam saat umur 1,5 th
Pertanyaan-pertanyaan :
1. Buatlah draft penggalian informasi
2. Tuliskan informasi yang perlu diberikan kepada pasien baik informasi yang
berhubungan dengan farmakologi dan non farmakologi
3. Lakukan praktek swamedikasi berpasangan dengan teman sekelompok
(penggalian informasi rekomandasi obat dan pemberian )

10
BAB IV
PEMBAHASAN
A. SWAMEDIKASI

Apt : Selamat siang Bu, silahkan duduk. Baiklah perkenalkan saya

syahidul qurny apoteker di apotek ini. Sebelumnya saya


berbicara dengan Ibu siapa ya?

Pasien : Saya Ibu Cici.

Apt : Baiklah Bu Cici, ada yang bisa saya bantu?

Pasien : Begini mas, anak saya mengalami batuk berdahak pilek dan

demam kira-kira obatnya apa ya mas?

Apt : Sudah berapa lama Bu?

Pasien : Sudah sejak dua hari yang lalu mas. Dia batuk berdahak,

Demam dan pilek juga.

Apt : Berapa usia anak Ibu?

Pasien : Umur nya 2 tahun mas

Apt : Sebelumnya da riwayat kejang bu ?

Pasien : iya ada mas saat anak saya berusia 1,5 tahun

Apt : Sudah di lakukan penanganan sebelumnya untuk demam batuk

dan pileknya bu ?

Pasien : Semalem saya berikan sanmol untuk penurun demamnya mas 2

Sendok teh 2 kali tiap 4 jam tapi tidak turun juga demamnya

Apt : Anak ibu ada alergi obat sebelumnya ?

Pasien : Tidak ada mas

11
Apt : Baiklah.. sebentar saya pilihkan obatnya dulu ya Bu.

Pasien : iya mas.

Apt : Baiklah Bu. Ini obat batuk Paracetamol supposutoria untuk


penurun demamnya digunakan 3-4 kali sehari.sebelumnya apa
ibu sudah tau cara menggunakan supposutoria ?

Pasien : Belum mas

Apt : Pertama ibu cuci tangan terlebih dahulu lalu anak ibu di
baringkan miring kaki yang bawah di birkan lurus kaki yang
bagian atas di angkat dengan menekuknya sampai ke arah perut,
buka kemasan supposutoria basahi sedikit ujung bagian yang
lancip dengan air, lalu masukan dalam dubur anak ibu perlahan-
lahan tunggu 5 menit agar tidak keluar lagi, lalu ibu cuci tangan
kembali

Pasien : Iya mas

Apt : baik ibu selanjutnya ini obat batuk dan flunya OBH combi anak
diminum 3 kali sehari 5 ml

Pasien : baik mas

Apt : obat nya dapat menyebabkan ngantuk ya bu nanti anaknya di


ajak istirahat saja, lalu ada efek mual dan muntah tapi hal
tersebut jarang terjadi hanya di beberapa pasien saja

Pasien : Iya mas

Apt : Lalu untuk penyimpananya supposutorianya dapat di simpan


dilemari pendingin di bagian chilernya ya bu, untuk sirupnya
dapat di simpan di kotak obat atau tempat kering dan terhindar
dari jangkauan anak-anak dan terpapar sinar matahari langsung.

Pasien : iya mas

12
Apt : Iya Bu,dan sebaikanya perbanyak minum air putih buah dan
sayur, kurangi konsumsi ice cream dan makanan yang kurang
sehat

Pasien : Ohh baiklah mas.

Apt : Ada yang bisa saya bantu lagi Bu?

Pasien : Ngga mbak, saya rasa cukup. Terimakasih untuk informasinya

ya mbak

Apt : Sama-sama Bu. Semoga anaknya cepat sembuh ya Bu. Obatnya


nanti dibayar di kasir depan ya Bu

FORM

N Nama Jenis Umur Alamat Keluhan Rekomen Obat Jumlah


O Pasien Kelamin Obat

1 Rifky Laki-laki 2 Jl.delima Demam Suppos 1


tahun 4 gang 5 Batuk, paracetamol
no 80 pilek OBH ombi anak

Pembahasan

Penggalian informasi mengenai pasien menggunakan metode WWHAM


Who, What, How, Action, Medicines, pasien anak atas nama rizky umur 2 tahun
dengan berat 15 kg pasien memiliki riwayat kejang demam pada usia 1,5 tahun
datang ke apotek dengan keluhan demam batuk dan pilek demam dengan suhu 39°C
sebelumnya telah diberikan sobat demam sanmol 2 sendok teh tiap 4 jam sekali
namun tidak dapat menurunkan suhu tubuh anak rizky.
Pemilihan paracetamol supposutoria di dasarkan atas riwayat anak yang
pernah mengalami kejang saat usia 1,5 tahun telah di berikan obat sanmol
sebelumnya dan tidak mengalami penurunan demam dengan suhu tubuh 39°C saat

13
datang ke apotek, di khawatirkan dengan suhu tubuh yang sudah tinggi dapat
mengalami kejang.
Supositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai bobot
dan bentuk,yang diberikan melalui rektal, vagina atau urethra. Umumnya meleleh,
melunak atau melarutdalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak
sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat
lokal atau sistemik, Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat
dapat berefek lebih cepat dari pada penggunaan obat peroral.

Pemilihan OBH Combi anak didasarkan atas keluhan batuk dan pilek yang
di alami anak rizky komposisi dari OBH Combi yaitu Succus Liquirate 100 mg,
paracetamol 120 mg, amonium chlorid 50 mg, pseudoefedrin Hcl 7,5 mg,
chloramphenicol maleas 10 mg dengan kandungan succus untuk meredakan batuk
yang di alami rizky dan pseudoefedrin merupakan golongan dekongestan untuk
melegakan hidung yang tersumbat dan terdapat chloramfeniramin maleas sebagai
antihistamin untuk mengurangi alergi yang dapat memicu pilek dan batuknya.

Efek samping dari OBH Combi kids adalah mual muntah namun hal
tersebut tidak terjadi pada semua pasien hanya beberapada kasus yang
menyebabkan mual muntah, dan dapat menyebabkan ngantuk, penderita batuk dan
pilek sering kesulitan untuk tidur karna rasa yang tidak nyaman pada hidung dan
tengggorokannya efek dari ngantuk tersebut bagus untuk membantu pasien dapat
tidur dan beristirahat memulihkan kondisi tubuhnya.

Penggunaan paracetamol dalam jangka panjang dapat menyebabkan


kerusakan hati, di anjurkan untuk banyak mengkonsumsi air putih yang cukup, di
sertai dengan konsumsi sayur dan buah untuk menunjang pengobatan
meningkatkan sistem imun pasien.

14
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak rizky mendapatkan suppositoria untuk mengatasi demam karna adanya
riwayat demam kejang pada saat berusi 1,5 tahun dan merekomendasikan obat
OBH Combi Kids unruk meredakan batuk dan pilek

B. Saran
Sebelum mengambil keputusan lihat terlebih dhulu segala kemungkinan,
perbanyak membaca literatur sangat penting sebelum memberikan rekomendasi
obat.

DAFTAR PUSTAKA

15
Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

Departemen Kesehatan Republik Indoonesia. 2006. Pedoman Penggunaan Obat


Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Dipiro, Joseph T. 2015. Pharmacotherapy Handbook Edisi 9. United States


America : McGraw-Hill Education

Hoan, Tjay, Tan. Rahardja, Kirana. 2010. Obat-obat Penting. Edisi VI. Jakarta:
Gramedia

Haya Alsubaie, Abdullah Al-Shamrani, Adel S. Alharbi, Sami Alhaider. 2015.


Clinical practice guidelines: Approach tocough in children: The official
statement endorsed by the Saudi Pediatric Pulmonology Association (SPPA).
International Journal of Pediatrics and Adolescent Medicine.

Ismoedijanto. 2000. Demam pada Anak. Sari Pediatri Volume 2 No. 2

Kasper DL., Braunwald E, Fauci A, Hauser S, Longo D, Jameson JL. 2005.


Harrison’s Manual of Medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill

Sutjahjo, Ari. 2015. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga


University Press

Uswatun Hasanah Linnisaa, Susi Endra Wati. 2014. Rasionalitas Peresepan Obat
Batuk Ekspektoran dan Antitusif di Apotek Jati Medika. IJMS - Indonsian
Journal on Medical Science

16

Anda mungkin juga menyukai