Anda di halaman 1dari 47

KTI DHF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit DHF ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan

subtropik baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologi

menunjukkan bahwa DHF terutama menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur

sekitar 15 tahun serta tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam hal kerentanan terhadap

serangan dengue antar gender. Outbreak (KLB, Kejadian Luar Biasa) dengue biasanya terjadi di

daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim penghujan. Hal tersebut sejalan dengan

aktivitas vektor dengue yang justru terjadi pada musim penghujan. Penularan penyakit DHF

antar manusia terutama berlangsung melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Sehubungan dengan

morbiditas dan mortilitasnya, DHF disebut sebagai the mosquito transmitted disease.

Demam berdarah dengue yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam

tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aedypti. Demam berdarah dengue merupakan penyakit akut

yang disebabkan oleh infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan aedes

Albopictus betina yang umumnya menyerang pada musim hujan dan musim panas. Virus itu

menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada system pembekuan darah,

sehingga mengakibatkan pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.

Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan DBD dengue.

Infeksi virus dengue terus mengalami peningkatan prevalensi.


Setiap tahunnya, diperkirakan terdapat 50 juta-100 juta demam dengue dan lebih dari 500.000

kasus demam berdarah dengue di dunia. Penyakit infeksi virus dengue banyak menyerang

kelompok umur 5-9 tahun, 10-15 tahun, dan 15-44 tahun. Hasil-hasil penelitian para peneliti

menunjukan adanya hubungan perubahan iklim, kelembapan, kepadatan larva aedes aegypti,

perilaku bersih dan sehat belum terwujud dan lingkungan hidup yang belum memadai dengan

kejadian luar biasa penyakit DBD.

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah kesehatan global pada decade terakhir dengan

meningkatnya insiden DBD didunia. WHO melaporkan lebih dari 2,5 miliar orang dari 2/5

populasi dunia saat ini beresiko terinfeksi virus dengue. Jumlah Negara yang melaporkan kasus

DBD dari tahun ke tahun terus meningkat. Tercatat tahun 2007 ada 68 negara yang melaporkan

kasus ini. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 1999 dimana hanya 29 negara saja yang

melaporkan. Saat ini lebih dari 100 negara di afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia

Tenggara dan Pasifik Barat merupakan wilayah dengan dampak DBD serius. Perluasan

wilayahyang melaporkan kasu DBD juga terjadi di Indonesia. Jumlah kabupaten / kota yang

menjadi endemis dari tahun ke tahun meningkat. Tahun 2006 hanya 200 kabupaten / kota saja,

sedangkan tahun 2007 menjadi 350 kabupaten / kota dan pada tahun 2010 mencapai 464

kabupaten / kota.

Dengan melihat kasus tersebut maka dibutuhkan peran dan fungsi perawat dalam melakukan

asuhan keperawatan dengan benar meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative yang

dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, antara


lain dengan memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan klien,

memeriksa kondisi secara dini, memberikan obat anti mikroba sesuai dengan jangka waktu

tertentu untuk mengobati penyebab dasar dan dalam perawatan diri klien secara optimal,

sehingga muncul pentingnya asuhan keperawatan dalam menanggulangi klien dengan Dengue

Hemoraggic Fever yang dirawat diruang gabungan RSUD Kabupaten Bekasi. Berdasarkan hal

tersebut diatas, penulis tertarik untuk memilih judul makalah ini “ Asuhan Keperawatan pada

klien Tn. G dengan DHF di Ruang Gabungan RSUD Kabupaten Bekasi “.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mendapatkan pengalaman yang nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan

dengan kasus Dengue Hemorrhagic fever.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever.

b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan Dengue Hemorrhagic

Fever.

c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Dengue

Hemorrhagic Fever.

d. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Dengue Hemorhagic

Fever.

e. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktik
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta mencari

solusi/alternative pemecahan maslah

g. Mahasiswa mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Dengue

Hemorrhagic Fever.

C. Metode Penulisan

Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang berorientasi

saat ini. Dengan mengambil satu kasus dan pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Metode kepustakaan yaitu : membaca bahan ilmiah yang berhubungan dengan judul karya tulis

ilmiah yang diambil dari bermacam-macam sumber.

2. Studi kasus yaitu : melakukan pengkajian pada klien dengan kasus DHF, proses pengkajian data

yang dilakukan dengan cara : pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan data yang objek dan actual

dengan tehnik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

3. Wawancara : dilakukan dengan klien, dan keluarga, serta berdiskusi dengan perawat ruangan tim

kesehatan lain untuk mendapatkan data yang objektif dan subjektif.

4. Observasi : dilakukan untuk mendapatkan data secara subjektif dan objektif.

5. Studi Dokumentasi : dengan mempelajari kasus klien, catatan keperawatan, catatan medis,

program pengobatan klien, hasil laboratorium dan rontgen.

D. Ruang Lingkup

Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan tempat praktek, dalam hal ini

penulis membatasi lingkup bahasan pada satu kasus yaitu Asuhan Keperawatan pada klien Tn. G
dengan DHF selama 3 hari dari tanggal 16 mei sampai dengan 18 mei 2013 bertempat di Ruang

Gabungan RSUD Kabupaten Bekasi dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu terdiri dari 5 bab yaitu:

BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari konsep kesehatan meliputi : pengertian, etiologi, patofisiologi

(yang terdiri dari proses penyakit, manifestasi klinis dan komplikasi), penatalaksanaan medis,

pengkajian keperawatan temasuk pemeriksaan diagnostik, diagnose keperawatan, perencanaan

keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

BAB III : Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,

penatalaksanaan, dan evaluasi keperawatan.

BAB IV : Pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi keperawatan.

BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Penyakit Demam Berdarah Dengue /DBD (secara medis disebut Dengue Hemerragic

Fever/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang di tularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler

dan system pembekuan darah, sehngga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini

banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk di

seluruh pelosok Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di

atas permukaan air laut. Demam Berdarah Dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan

manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui

nyamuk. (Dwi Sunar Prasetyo : 2012, hal: 31)

Demam dengue dan demam berdarah dengue / DBD (dengue haemorragic fever / DHF) adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot

/ nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis

hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. (Aru.W. Sudoyo, dkk : 2006,

hal : 1731).

DBD adalah merupakan penyebab umum demam diantara turis Amerika Tengah, Iindia, Cina

Tenggara, dan Asia Tenggara. Turis yang tinggal lebih lama dan hidup di daerah pedesaan
dengan akomodasi yang tidak diskrining dengan baik adalah yang paling beresiko. Sulit untuk

menghindari gigitan serangga karena kebiasaan menggigit terjadi di siang hari. (B.K. Mandal,

dkk : 2006, hal : 245). Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat

berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat. Penyakit ini tergolong “susah dibedakan” dari

peyakit demam berdarah lainnya. (Oktri Astuti : 2008 hal : 7).

B. Etiologi

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk

dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30

nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal.

Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vector ke tubuh

manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat member gejala

sebagai Demam Dengue, Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue

yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang

telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan

bereplikasi di nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke system

retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen.

C. Patofisiologi (proses perjalan penyakit, manifestasi klinis, komplikasi)

1. Proses Perjalanan Penyakit

Umumnya, demam dengue merupakan penyakit saat seseorang terinfeksi salah satu serotype

virus dengue untuk pertama kalinya. Misalnya, DEN-1 atau DEN-2. Hal ini terjadi paling tidak 6

bulan – 5 tahun sebelum seseorang terinfeksi virus DBD. Demam dengue merupakan akibat
paling ringan yang ditimbulkan virus dengue. Orang yang tidak mengerti sering menyebutnya

sebagai gejala demam berdarah. Hal ini dikarenakan gejalanya yang hamper serupa, seperti

demam tinggi mendadak, sakit kepala berat, nyeri persendian dan otot, mual, muntah, dan dapat

timbul ruam.

Sebelum seorang terkena DBD, didalam tubuhnya telah ada satu jenis serotype virus dengue

(serangan pertama kali). Biasanya, serangan pertama kali ini menimbulkan demam dengue. Ia

akan kebal seumur hidup terhadap serotype yang menyerang pertama kali itu. Namun, hanya

akan kebal maksimal 6 bulan-5 tahun terhadap serotype virus dengue lainnya. Misalnya,

seseorang terinfeksi DEN-1. Ia akan kebal seumur hidup terhadap serotype itu dan hanya

maksimal 6 bulan-5 tahun ia kebal terhadap DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serangan virus dengue

kedua kali inilah yang mengakibatkan demam berdarah dengue.

Masa inkubasi DBD dimulai dari gigitan sampai timbul gejala, berlangsung selama dua minggu.

Darah penderita sudah mengandung virus, yaitu sekitar 1-2 hari sebelum terserang demam. Virus

tersebut berada dalam darah selama 5-8 hari. Jika daya tahan tubuh tidak cukup kuat melawan

virus dengue maka orang tersebut akan mengalami berbagai gejala DBD.

2. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi penyakit DBD adalah 3-15 hari sejak seseorang terserang virus dengue.

Selanjutnya, penderita akan menampakan berbagai tanda dan gejala demam berdarah, seperti

berikut :

a. Demam tinggi secara mendadak selama 2-7 hari (38-40°C)


b. Pada pemeriksaan uji Torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.

c. Adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan (epitaksis),

BAB dengan kotoran berupa lender bercampur darah (melena), dan lain-lainnya.

d. Terjadi pembesaran hati (hepatomegali)

e. Tekanan darah menurun, sehingga menyebabkan shock.

f. Pada pemeriksaan laboratorium (darah), hari ke 3-7 terjadi trombosit di bawah 100.000 per mm

(trombositopent) dan terjadi peningkatan nilai hematokrit di ats 20% dari nilai normal

(hemokonsentrasi)

g. Timbulnya beberapa gejala klinis yang menyertai, seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan

(anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang, dan saklit kepala.

h. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.

i. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.

j. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

3. Klasifikasi

Klasifikasi Demam Berdarah Dengue adalah sebagai berikut :

Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik, satu-satunya manifestasi perdarahan

adalah tes tourniquet positif dan atau mudah memar.

Derajat II : Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada derajat I, biasanya pada bentuk perdarahan

kulit atau perdarahan lain.

Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah serta penyempitan tekanan nadi

atau hipotensi, dengan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah.

Derajat IV: Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi. (WHO : , hal : 32).
4. Komplikasi

Komplikasi dari penyakit DHF yaitu :

a. Perdarahan luas

b. Shock atau renjatan

c. Penurunan kesadaran

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Darah

1) Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui ).

2) Hemokonsentrasi ( N pria : 40-48 Nol % ).

3) Mas pembekuan normal ( 10-15 ).

4) Masa pendarahan memanjang ( N = 1-3 ).

Kimia darah :

a) Hiponatremia.

b) Hipoproteinemia.

c) Hipokalemia.

d) SGOT, SGPT meningkat ( N < 12 u / i ).

e) Ureum meningkat.

b. Urine

1) Albuminurial ringan

c. Sumsum tulang
Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi. Hari

ke-10 biasanya kembali normal.

d. Pemeriksaan serologi

Dilakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara haema glutination inhibition tes (HI test)

atau dengan uji pengikatan komplemen (complement fixation test/CFT) diambil darah vena 2-5

ml).

e. Foto thorak

Mungkin dijumpai pleural Efusion.

f. USG

Hematomegali – Splenomegali

1) Darah

a) Trombosit menurun.

b) HT meningkat lebih 20 %.

c) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3.

d) Protein darah rendah.

e) Ureum PH bisa meningkat.

f) NA dan CL rendah.

2) Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

a) Rontgen thorax : Efusi pleura.


b) Uji test tourniket (+).

D. Penatalaksanaan Medis

Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi suportif.

Dengan terapi suportifyang adekuat, angka kematian dapat di turunkan hingga kurang dari 1%.

Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam

penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan

cairan oral pasien tidak mampu di pertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui

intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.

E. Pengkajian Keperawatan (termasuk pemeriksaan diagnostic)

1. Data Subjektif

Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan klien atau keluargapada klien DHF, data

subjektif yang sering di temukan yaitu :

a. Lemah

b. Panas atau Demam

c. Sakit kepala

d. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan

e. Nyeri ulu hati

f. Nyeri pada otot dan sendi

g. Pegal-pegal pada seluruh tubuh

h. Konstipasi (sembelit)

2. Data Objektif
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi klien. Data objektif

yang sering dijumpai pada pasien DHF, yaitu :

a. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.

b. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

c. Tampak bintik merah pada kulit (pteckie), uji tourniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma,

hematemesis, melena.

d. Hyperemia pada tenggorokan.

e. Nyeri tekan pada epigastrik.

f. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.

g. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis

perifer, nafas dangkal.

Pemeriksaan laboratorium pada pasien DHF akan dijumpai :

1) Ig G dengue positif.

2) Penurunan kadar trombosit dalam darah.

3) Hemoglobin meningkat >20%.

4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).

5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia.

F. Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnose keperawatan yang ditemukan pada klien DHF yaitu :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

2. Gangguan rasa nyaman:nyeri brhubungan dengan proses patologis penyakit.


3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding

plasma.

5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.

6. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif (pemasangan infus).

8. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan penurunan kadar trombosit dalam

darah.

9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdarahan yang dialami

klien.

G. Perencanaan Keperawatan

Tahap selanjutnya setelah diagnose keperawatan adalah merencanakan tindakan keperawatan

dimulai dari memprioritaskan diagnose keperawatan, menetapkan tujuan dan kriteria hasil serta

tindakan/intervensi.

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

Hasil yang diharapkan :

a. Suhu tubuh normal (36 – 37°C).

b. Klien bebas dari demam.

Intervensi :

1) Kaji saat timbulnya demam.

2) Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah).


3) Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5 liter/24 jam.

4) Berikan kompres hangat.

5) Berikan teraphy cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.

2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

Hasil yang diharapkan :

a. Rasa nyaman klien terpenuhi.

b. Nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :

1) Kaji tingkat nyeri yang dialami klien.

2) Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.

3) Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri.

4) Berikan obat-obatan analgetik.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari krbutuhan berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia.

Hasil yang diharapkan :

a. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi

yang diberikan/dibutuhkan.

Intervensi :

1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami klien.

2) Berikan makanan yang mudah di telan seperti bubur.

3) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.


4) Catat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.

5) Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.

6) Ukur berat badan klien.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding

plasma.

Hasil yang diharapkan :

a. Volume cairan terpenuhi.

Intervensi :

1) Kaji keadaan umum klien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.

2) Observasi tanda-tanda syok.

3) Berikan cairan intravena sesuai program dokter.

4) Anjurkan klien untuk banyak minum.

5) Catat intake dan output.

5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.

Hasil yang diharapkan :

a. Klien mampu mandiri setelah bebas demam.

b. Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.

Intervensi :

1) Kaji keluhan klien.

2) Kaji hal-hal yang mampu dan tidak mampu dilakukan oleh klien.

3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai tingkat keterbatasan klien.

4) Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh klien.


6. Resiko terjadinya syok hivopolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.

Hasil yang diharapkan :

a. Tidak terjadi syok hipovolemik.

b. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

c. Keadaan umum baik.

Intervensi :

1) Monitor keadaan umum klien.

2) Observasi tanda-tanda vital.

3) Monitor tanda perdarahan.

4) Chek hemoglobin, hematokrit, trombosit.

5) Laporkan dokter jika tampak syok hipovolemik.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive (pemasangan infuse)

Hasil yang diharapkan :

a. Tidak terjadi infeksi pada klien.

Intervensi :

1) Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.

2) Observasi tanda-tanda vital.

3) Observasi daerah pemasangan infuse.

4) Segera cabut infus jika tampak adanya pembengkakan atau phlebitis.


8. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan penurunan kadar trombosit dalam

darah.

Hasil yang dihrapkan :

a. Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

b. Jumlah trombosit meningkat.

Intervensi :

1) Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.

2) Anjurkan klien untuk banyak istirahat.

3) Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.

4) Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.

9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdarahan yang dialami

klien.

Hasil yang diharapkan :

a. Kecemasan berkurang.

Intervensi :

1) Kaji rasa cemas yang dialami klien.

2) Jalin hubungan saling percaya dengan klien.

3) Tunjukan sipat empati.

4) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

5) Gunakan komunikasi terapeutik.

H. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperewatan yang dilaksanakan

untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun setiap tindakan keperawatan yang

dilakukan dan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien

berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien

efektif, tehnik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan

kepada klien.

Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independent, dependent,

dan interdependent. Tindakan keperawatan secara independent adalah suatu tindakan yang

dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya,

dependent adalah tindakan sehubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis dan

interdependent adalah tindakan keperawatan, yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan

suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter,

keterampilan yang harus perawatpunya dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu

kognitif, dan sikap psikomotor.

I. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan

seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil

dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat teratasi, masalah teratasi

sebagian, masalah belum teratasi, atau timbul masalah baru. Evaluasi dilakukan yaitu evaluasi

proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah yang dilakukan untuk membantu keefektifan
terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan

keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam tinjauan kasus ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Tn. G

dengan Dengue Haemorrhagic Fiver di Ruang Gabungan “ RSUD Kabupaten Bekasi”. Asuhan

keperawatan berlangsung selama 3 hari yang dimulai pada tanggal 16 mei – 18 mei 2013.

melengkapi data , penulis melakukan wawancara dengan klien dan keluarga , perawat yang

bertugas serta dari catatan medis klien .

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah data dasar sesuai degan kondisi klien, penulis melakukan pengkajian pada

tanggal 16 mei 2013. klien masuk pada tanggal 15 mei 2013 di Ruang Gabungan dengan No

Register 5221-06 dengan Diagnosa medis DHF. Adapun data yang diperoleh sebagai berikut:

1. Identitas klien
Klien bernama Tn. G berjenis kelamin laki-laki, berumur 16 tahun, status perkawinan belum

menikah, beragama islam, suku bangsa jawa pendidikan terakhir klien adalah SMA dan bahasa

yang di gunakan adalah Bahasa Indonesia, Tn. G beralamat di Perum Persos Blok F1. No 8,

Telaga Asih Cikarang Barat. Sumber biaya pribadi. Informasi ini penulis dapatkan dari klien,

keluarga, buku status serta perawat ruangan.

2. Resume

Data resume ini ditulis sejak klien masuk rumah sakit sampai dengan sebelum pengkajian

dilakukan meliputi : data focus, masalah keperawatan, tindakan keperawatan mandiri serta

kolaborasi dan evaluasi secara umum.

Klien datang ke IGD RSUD Kabupaten Bekasi pada tanggal 15 mei 2013 dengan keluhan : klien

mengatakan demam sudah 5 hari, pusing disertai dengan mual dan muntah, BAB mencret,

keadaan umum sedang, saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data sebagai berikut :

kesadaran klien composmentis, tanda-tanda vital klien meliputi tekanan darah 120/80mmHg,

nadi 84 x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 37,5°C. hasil laboratorium pada tanggal 16 mei

2013 didapatkan Hb 16,7 g/dl, leukosit 5400/mm, hematokrit 51,5 , Trombosit 50 ribu/mm³.

klien mendapatkan teraphy sebagai berikut: Ranitidine 2x1 amp, ondansentron 3x1 amp,

neurosanbe 1x1 amp drip, imunos 2x1 tablet, sanmol 3x500 mg.

3. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan utama yang dialami klien saat ini adalah demam. Klien mengatakan timbulnya bertahap

setiap pagi, sore dan malam lamanya tidak tentu, dan upaya klien mengatasinya dengan cara

minum obat.
b. Riwayat kesehatan masalalu

Klien mengatakan tidak pernah sakit sebelumnya, klien tidak mempunyai alergi terhadap obat,

makanan, binatang dan lingkungan.

c. Riwayat kesehatan keluarga (genogram dan keterangan tiga generasi dari klien)

KETERANGAN :

: Laki – laki.

: Perempuan.

: Meninggal.

: Klien.

------ : tinggal dalam satu rumah.

: hubungan perkawinan.

Tidak ada riwayat penyakit yang diderita keluarga yang menjadi factor resiko. Tn. G adalah

anak kedua dari tiga orang bersaudara, Tn. G tinggal bersama orang tua dan kedua saudaranya

d. Riwayat psikososial dan spiritual


Orang terdekat klien adalah ibunya. Pola komunikasi keluarga terbuka, pembuat keputusan

keluarga adalah ibu klien. Kegiatan kemasyarakatan yang di ikuti klien adalah Remaja Mesjid.

Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga merasa cemas dengan penyakit yang

di derita klien. Mekanisme koping yang digunakan klien adalah dengan cara menceritakan

kepada ibu klien tentang masalah yang ada. Persepsi klien terhadap penyakitnya tentang hal yang

dipikirkan saat ini adalah ingin cepat sembuh dan pulang, harapan klien setelah menjalani

perawatan adalah klien mengharapkan setelah menjalani perawatan klien dapat sembuh dan

dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Sistm nilai kepercayaan, nilai yang bertentangan dengan

kesehatan klien tidak ada, aktivitas agama/kepercayaan adalah berdoa dan beribadah (sholat).

Kondisi lingkungan baik, jendela terbuka cukup, dan penerangan cukup baik.

e. Pola Kebiasaan

1) Pola Nutrisi

dirumah sebelum sakit klien biasa makan 2x/hari dengan nafsu makan baik, porsi makan yang di

habiskan 1 porsi setiap kali makan. Tidak ada makanan yang tidak disukai dan tidak ada

makanan yang membuat klien alergi serta tidak ada makanan pantangan. Klien tidak pernh diet

terhadap makanan, klien tidak pernah menggunakan obat-obatan sebelum makan. Sedangkan di

rumah sakit frekuensi makan klien 3x/hari dengan nafsu makan kurang baik. Tidak ada makanan

yang tidak disukai klien pada saat di rumah sakit dan tidak ada makanan pantangan juga untuk

klien yang membuat alergi.

2) Pola Eliminasi

Di rumah sebelum sakit klien BAK 4x/hari dengan warna kuning jernih dan tidak mempunyai

keluhan saat BAK. Frekuensi klien BAB 1x/hari pada pagi hari, berwarna kuning dengan

konsistensi padat. Pada saat BAB klien tidak mempunyai keluhan dan klien juga tidak
menggunakan laxative sebagai pencahar. Sedangkan di rumah sakit, klien BAK 1x/hari dengan

warna kuning pekat dan tidak mempunyai keluhan saat BAK, serta tidak menggunakan alat

bantu seperti kateter. Selama di rumah sakit klien belum BAB.

3) Pola personal hygiene

Di rumah sebelum sakit klien mandi 3x/hari pda waktu pagi, sore dan malam hari, dengan

menggunakan sabun mandi dan menggosok gigi 3x/hari pada waktu pagi, sore dan sebelum

tidur. Frekuensi cuci rambut 3/hari setiap mandi klien cuci rambut. Sedangkan di rumah sakit

klien mandi 1x/hari pada waktu pagi, dengan menggunakan sabun mandi dan menggosok gigi

2x/ hari pada pagi dan malam sebelum tidur. Di rumah sakit klien baru sekali mencuci rambut.

4) Pola istirahat dan tidur

Pola kebiasaan waktu tidur siang klien selama 4 jam/hari dan pada malam hari biasanya klien

tidur 9 jam/hari. Sedangkan selama di rumah sakit klien tidur siang selama 2 jam/hari dan pada

malam hari klien mengatakan frekuensi tidurnya tidak tentu.

5) Pola Aktivitas dan Latihan

Dalam kehidupan sehari-hari klien merupakan anka kedeu dari tiga orang bersaura dank lien

masih sekolah. Klien suka berolah raga pada sore hari yaitu basket dan bola, tidak ada keluhan

selama beraktivitas. Sedangkan pada saat di rumah sakit klien hanya bisa beristirahat saja tidak

melakukan aktivitas.

6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Klien mengatakan tidak pernah merokok dan minum minuman keras baik sebelum sakit maupun

selama di rumah sakit.

4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum

Berat badan klien saat ini 87 kg dan sebelum sakit mengatakan beratnya 98 kg dengan tinggi

badan 186 cm. tekan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 37,5°C.

keadaan umum klien ringsn, dengan kesadaran composmentis dan tidak ditemukan adanya

pembesaran kelenjar getah bening.

b. Sistem Penglihatan

Posisi mata klien simetris dengan kelopak mata dan pergerakan mata normal, konjungtiva klien

anemis dan kornea mata dala keadaan normal, sclera anikterik, pupil klien isokor serta tidak ada

kelainan pada otot-otot mata klien, reaksi mata klien terhadap cahaya juga baik, fungsi

penglihatan klien baik. Di mata dan sekitarnya tidak di temukan tanda-tanda peradangan dank

lien tidak menggunakan lensa kontak.

c. Sistem Pendengaran

Daun telinga klien dan tidak memiliki serumen, kondisi telinga tengah klien juga baik, serta tidak

ada cairan dari telinga. Klien juga mengatakan tidak ada perasaan penuh ditelinga dan klien juga

mengatakan tidak merasakan berdenging ditelinga. Fungsi pendengaran klien normal sehingga

tidak memerlukan alat bantu dengar, dank lien tidak mengalami gangguan keseimbangan.

d. Sistem Wicara

Klien tidak mengalami kesulitan dalam berbicara atau berkomunikasi, dan tidak ada kelainan

saat bicara.

e. System pernafasan

Jalan napas klien bersih dan tidak ada sumbatan, klien mengatakan tidak ada sesak. Prekuensi

napas klien 22x/menit, pernafasan klien teratur, suara nafas klien vesikuler pada saat di
auskultasi, dank lien tidak menggunakan alat bantu untuk nafas. Tidak terdapat benjolan saat

dipalpasi, klien juga mengatakan tidak ada nyeri saat bernafas.

f. System kardiovaskuler

Dari sirkulasi perifer teraba nadi 84x/menit, irama teratur dan denyut nadi terasa kuat. Tekanan

darah 120/80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis baik kiri maupun kanan. Temperature

kulit hangat dengan suhu 37,5°C, warna kulit terlihat pucat dan pengisian kapiler 2 detik, tidak

ditemukan adanya edema dibagian atas maupun bawah. Pada sirkulasi jantung, kecepatan denyut

apical 88x/menit dengan irama teratur dan tidak ditemukan bunyi murmur maupun gallop, klien

mengeluh nyeri dada saat klien tiba-tiba batuk, karakteristik nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala

nyeri 5.

g. System Hematologi

Klien tampak pucat dan tidak ada tanda-tanda adanya perdarahan.

h. System saraf pusat

Klien mengeluh pusing, kesadaran klien composmentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS),

Eye : 4, Motorik : 6, Verbal : 5. Pada klien juga tidak ditemukan tanda-tanda peningkatan

tekanan intra cranial (TIK) seperti muntah proyektil, nyeri kepala hebat serta papil edema. Tidak

ada gangguan system persyarafan seperti kejang, pelo, mulut mencong, disorientasi,

polyneuritis/kesemutan, serta kelumpuhan. Reflek fisiologis klien normal dan reflek patologis

tidak ada.

i. System Pencernaan

Gigi klien terdapat caries, tidak mengunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor,

saliva klien normal, tidak ada muntah, terdapat nyeri didaerah perut bagian kanan dengan skala
nyeri 5, bising usus 15x/menit, tidak diare dan tidak adanya konstipasi. Hepar klien tidak teraba

dan abdomen terasa lembek.

j. System Endokrin

Pada klien tidak ada pembesaran klenjar tiroid, tidak ada exoptalmus, tidak ada tremor maupun

diaphoresis, nafas tidak berbau keton, tidak ada poliuri, polidifsi maupun poliphagi serta tidak

ada luka gangren.

k. System Urogenital

Perhitungan balance cairan, dimana imtek didapat dari minum 4500 ml/24 jam, out put 1500 ml.

tidak ada perubahan dalam pola berkemih seperti retensi, urgency, disuria, tidak lampias,

nokturia, inkontinensia maupun anuria. Warna urin kuning pekat, tidak ada distensi atau

ketegangan kandung kemih, serta tidak ada keluhan sakit pinggang.

l. System Integumen

Turgor kulit klien elastis, temperature kulit hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit baik tidak

ada lesi dan ulkus, tidak ada bekas luka operasi. Kondisi kulit daerah pemasangan infus bersih

tidak ada kelainan dan tidak ada tanda infeksi. Keadaan rambut baik dan bersih.

m. System Muskuloskeletal

Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan. Klien tidak mengalami sakit pada tulang,

sendi maupun kulit, tidak ada fraktur dan tidak ada kelainan dalam bentuk tulang maupun sendi

seperti bengkak dan kontraktur. Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang seperti skoliosis,

lodorsis, maupun kiposis. Kekuatan tonus otot baik, kekuatan otot sebagai berikut :

5555 5555

5555 5555
Data tambahan tentang pemahaman klien tentang prnyakit yang di derita klien,

klien mengatakan kurang memahami tentang penyebab penyakit Demam Berdarah.

5. Data Penunjang

Hasil laboratorium pada tanggal 16 mei 2013 didapatkan : hemoglobin 16, 7 g/dl, leukosit 5400

/mm, hematokrit 51,5, dan trombosit 50 ribu/mm³.

6. Penatalaksanaan Medis

Infus Rl 4 jam, terapi obat-obatan oral : sanmol 2x1 tablet, PCT 3x1 tableb, imunos 2x1 tablet,

injeksi : ranitidine 2x1 amp, ondansentron 3x1 amp, neurosanbe 1x1 amp drip.

7. Data Fokus

Data Subjektif

Kllien mengatakan deman sudah 6 hari, klien mengatakan pusing, klien mengatakan nyeri ulu

hati, klien mengatakan badan nya lemah, klien mengatakan nyeri dibagian perut sebelah kanan,

klien mengat akan BB menurun, klien mengatakan sakit dada saat batuk.

Data Objektif

Klien tampak lemas, keadaan umum ringan kesadaran composmentis, klien tampak pucat, klien

tampak gelisah, klien tampak meringis kesakitan saat di tekan perut nya di bagian kanan bawah

skala nyeri 5, mukosa bibir kering, hasil pemeriksaan TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

84x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 37,5 °C, pemeriksaan laboratorium hemoglobin 16,7

g/dl, leukosit 5400/mm, hematokrit 51,5, trombosit 50 ribu/mm³.

8. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi

1 Data subjektif : Gangguan Proses

1. Klien mengatakan nyeri di ulu rasa nyaman penyakit

hati : nyeri

2. Klien mengatakan nyerinya

timbul saat beraktivitas dan

beristirahat waktu timbul

nyerinya tidak tentu.

Data objektif :

1. TTV : tekanan darah 120/80

mmHg, nadi 84x/menit,

pernafasan 22x/menit, suhu

37,5°C.

2. Skala nyeri 4-6

3. Klien tampak pucat

4. Klien tampak sedikit meringis.

2 Data subjektif : Peningkatan Peningkatan

1. Klien mengatakan demam sudah suhu tubuh laju

6 hari metabolism

2. Klien mengatakan pusing

Data objektif :

1. Klien tampak lemas

2. Suhu 38 °C
3 Data subjektif : Cemas Ketidaktahuan

1. Klien mengatakan tidak tahu tentang

tentang penyakitnya. penyyakit

2. Klien mengatakan tidak tahu

penyebab dia sakit.

3. Klien mengatakan cemas dan

khawatir penyakitnya lama

sembuh.

Data objektif :

1. Klien telihat bingung dan cemas.

2. Klien tampak bertanya tentang

penyakitnya.

A. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Tanggal ditemukan 16 mei

2013.

2. eningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolism. Tanggal ditemukan

16 mei 2013.

3. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit. Tanggal ditemukan 16 mei 2013.

B. Perencanaan Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit.


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam, diharapkan nyeri terkontrol

atau hilang.

Kriteria hasil :

a. Skala nyeri berkurang.

b. Klien tampak rileks.

c. Klien tampak tenang.

Intervensi :

1) Kaji karakteristik nyeri.

2) Kaji tanda-tanda vital.

3) Berikan posisi senyaman mungkin.

4) Anjurkan klien menekan dada selama batuk.

5) Ajarkan teknik relaksasi (tarik nafas dalam).

6) Berikan obat analgetik

Implementasi kamis, 16 mei 2013

Dinas pagi : oleh Rena Marsela

Pukul 09.30 wib mengkaji karakteristik nyeri dengan respon hasil : klien mengatakan nyeri di

ulu hati seperti di tusuk-tusuk dengan skala nyeri 5, pukul 09.35 wib mengakaji tanda-tanda vital

dengan respon hasil : TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernafasan 22x/menit,
suhu 38°C, pukul 09.45 wib mengatur posisi senyaman mungkin dengan respon hasil : klien

tampak tenang dan nyaman, pukul 09.50 wib mengajarkan klien tehnik relaksasi dengan respon

hasil : klien tampak lebih rileks, pukul 09.55 wib memberikan analgetik sesuai indikasi dengan

respon hasil : klien tampak lebih tenang.

Evaluasi jum’at, 17 mei 2013 (pukul 06.30 wib)

S : Klien mengatakan masih sedikit nyeri di ulu hatinya

O : Klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 4, tanda-tanda vital : tekanan darah 120/80

mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 37,5°C.

A : tujuan teratasi sebagian, masalah ganguan rasa nyaman nyeri belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi no 1-5.

Implementasi kamis , 16 mei 2013

Dinas siang : oleh perawat ruangan

Pada pukul 16.00 wib memberikan obat oral paracetamol dengan respon hasil : klien tampak

lebih tenang, pukul 18.00 wib mengkaji tanda-tanda vital klien dengan respon hasil : tekanan

darah 100/90 mmHg, nadi 83x/menit, suhu 36°C, pernafasan 22x/menit.

Evaluasi

Pukul 20.00 wib

S : Klien mengatakan masih sedikit nyeri di ulu hatinya

O : Klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 4, tanda-tanda vital : tekanan darah 120/80

mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 37,5°C.


A : tujuan teratasi sebagian, masalah ganguan rasa nyaman nyeri belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi no 1-5.

Implementasi kamis , 16 mei 2013

Dinas malam : oleh perawat ruangan

Pada pukul 21.00 wib memberikan obat oral paracetamol dengan respon hasil : klien tampak

lebih tenang, pukul 05.15 wib mengkaji tanda-tanda vital klien dengan respon hasil : tekanan

darah 120/90 mmHg, nadi 83x/menit, suhu 36°C, pernafasan 22x/menit.

Evaluasi

Pukul 07.30 wib

S : Klien mengatakan masih sedikit nyeri di ulu hatinya

O : Klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 4, tanda-tanda vital : tekanan darah 120/80

mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 37,5°C.

A : tujuan teratasi sebagian, masalah ganguan rasa nyaman nyeri belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi no 1-5.

Implementasi jum’at, 17 mei 2013

Dinas pagi : oleh Rena Marsela

Pada pukul 07.30 wib mengkaji tanda-tanda vital klien dengan hasil respon : tekanan darah

110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36°C, pukul 07.40 wib mengkaji

karakteristik nyeri dengan respon hasil : klien mengatakan nyeri ulu hati masih terasa dengan

skala nyeri 3, pukul 07.45 wib mengatur posisi senyaman mungkin dengan respon hasil : klien
mengatakan sudah agak enakan, dank lien tampak tenang dan nyaman, pukul 07.50 wib

mengajarkan klien tehnik relaksasi (tarik nafas dalam) dengan respon hasil : klien tampak

tenang, pukul 08.00 wib memberikan terapi neurosanbe 1x1 amp drip dengan respon hasil : klien

tampak tenang dan rileks.

Evaluasi jum’at, 17 mei 2013 (pukul 12.00 wib)

S : Klien mengatakan sudah tidak ada nyeri di ulu hatinya lagi.

O : Wajah klien tampak tenang dan rileks, dengan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan

darah 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36°C, dengang skala nyeri 0.

A : tujuan tercapai, masalah nyeri teratasi.

P : Intervensi di hentikan.

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolism.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan suhu tubuh kembali normal.

Kriteria hasil :

a. Suhu tubuh kembali normal (36 -37 °C).

b. Klien terbebas dari demam.

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda vital.

2) Berikan kompres hangat (jika diperlukan).

3) Tingkatkan intake cairan.

4) Berikan lingkungan yang nyaman.


5) Batasi pengunjung.

6) Berikan obat antipiretik sesuai indikasi.

Implementasi kamis, 16 mei 2013

Dinas pagi : oleh Rena Marsela

Pada pukul 11.00 wib mengkaji tanda-tanda vital dengan respon hasil : tekanan darah 120/80

mmHg, pernafasan 22x/menit, suhu 38°C, nadi 84x/menit, pukul 11.10 wib memberikan

kompres hangat dengan respon hasil : suhu badan klien mulai menurun, pukul 11.20 wib

meningkatkan intake cairan dengan respon hasil : klien tampak tenang, pukul 11.30 wib

memberikan lingkungan yang nyaman dengan dengan respon hasil : klien tempak nyaman dan

tenang, pukul 11.35 wib membatasi pengunjung dengan respon hasil : klien tampak tenang,

pukul 11.40 wib memberikan obat antipiretik sesuai instruksi dokter sanmol 2x1 tablet dengan

respon hasil : obat masuk dengan lancer dank lien tampak tenang.

Evaluasi jum’at, 17 mei 2013 (pukul 06.30 wib)

S : Klien mengatakan badannya kadang-kadang masih demam.

O : TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37,5°C, pernafasan 22x/menit.

A : tujuan belum teratasi, peningkatan suhu tubuh teratasi sebagian.

P : lanjutkan intervensi no 1-6.

Implementasi kamis, 16 mei 2013

Dinas siang : oleh perawat ruangan


Pada pukul 18.05 wib mengkaji tanda-tanda vital dengan respon hasil : tekanan darah 120/80

mmHg, pernafasan 22x/menit, suhu 36,5 °C, nadi 80x/menit, pukul 18.30 wib meningkatkan

intake cairan dengan respon hasil : klien tampak tenang, pukul 19.15 wib memberikan

lingkungan yang nyaman dengan dengan respon hasil : klien tempak nyaman dan tenang, pukul

19.30 wib membatasi pengunjung dengan respon hasil : klien tampak tenang.

Evaluasi

Pukul 20.00 wib

S : Klien mengatakan badannya kadang-kadang masih demam.

O : TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37,5°C, pernafasan 22x/menit.

A : tujuan belum teratasi, peningkatan suhu tubuh teratasi sebagian.

P : lanjutkan intervensi no 1-6.

Dinas malam : oleh perawat ruangan

Pukul 20.30 wib meningkatkan intake cairan dengan respon hasil : klien tampak tenang, pukul

20.40 wib memberikan lingkungan yang nyaman dengan dengan respon hasil : klien tempak

nyaman dan tenang, pukul 21.00 wib membatasi pengunjung dengan respon hasil : klien tampak

tenang, Pada pukul 05.10 wib mengkaji tanda-tanda vital dengan respon hasil : tekanan darah

120/80 mmHg, pernafasan 22x/menit, suhu 36,5 °C, nadi 80x/menit.

Evaluasi
Pukul 07.30 wib

S : Klien mengatakan badannya kadang-kadang masih demam.

O : TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37,5°C, pernafasan 22x/menit.

A : tujuan belum teratasi, peningkatan suhu tubuh teratasi sebagian.

P : lanjutkan intervensi no 1-6.

Implementasi jum’at, 17 mei 2013

Dinas pagi : Oleh Rena Marsela

Pada pukul 12.45 wib memberikan kompres hangat dengan respon hasil : klien tampak tenang

dan suhu badan mulai menurun, pukul 12.55 wib meningkatkan intake cairan dengan respon

hasil : klien tampak tenang, dan cairan yang masuk mulai terkontrol, pukul 13.00 wib

memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan respon hasil : klien tampak tenang dan

merasa nyaman, pukul 13.05 wib membatasi pengunjung dengan respon hasil : klien tampak

tenang.

Evaluasi jum’at, 17 mei 2013 (pukul 12.00 wib)

S : klien mengatakan sudah tidak merasa demam lagi.

O : TTV : tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36°C.

A : tujuan tercapai, masalah teratasi.

P : intervensi dihentikan.

3. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakit.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam diharapkan kecemasan

teratasi.
Kriteria Hasil :

a. Tidak ada kecemasan

Intervensi :

1) Pahami rasa takut/asietas.

2) Bina hubungan saling percaya.

3) Observasi isi dan pola pembicaraan.

4) Catat pembatasan focus perhatian.

5) Evaluasi mekanisme koping.

Implementasi kamis, 16 mei 2013

Dinas pagi : Oleh Rena Marsela

Pada pukul 08.00 wib memahami rasa takut, kecemasan/asietas dengan respon hasil : klien

tampak merasa tenang, pukul 08.10 wib mengkaji TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

84x/menit, suhu 38°C, pernafasan 22x/menit, pukul 08.20 wib mengevaluasi mekanisme koping

dengan respon hasil : klien mengatakan ngobrol dengan ibu klien untuk mengatasi masalah yang

ada.

Evaluasi jum’at, 17 mei 2013 (pukul 06.30 wib)

S : klien mengatakan masih sedikit cemas dengan kondisinya, klien mengatakan dia takut

penyakitnya kambuh lagi.

O : klien tampak masih cemas dan gelisah

A : tujuan teratasi sebagian, masalah teratasi sebagian.

P : lanjutkan intervensi no 1,3,4.


Dinas siang : Oleh Perawat ruangan

Pada pukul 15.00 wib memahami rasa takut, kecemasan/asietas dengan respon hasil : klien

tampak merasa tenang, pukul 18.05 wib mengkaji TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

84x/menit, suhu 36 °C, pernafasan 22x/menit, pukul 19.00 wib mengevaluasi mekanisme koping

dengan respon hasil : klien mengatakan ngobrol dengan ibu klien untuk mengatasi masalah yang

ada.

Evaluasi

Pukul 20.00 wib

S : klien mengatakan masih sedikit cemas dengan kondisinya, klien mengatakan dia takut

penyakitnya kambuh lagi.

O : klien tampak masih cemas dan gelisah

A : tujuan teratasi sebagian, masalah teratasi sebagian.

P : lanjutkan intervensi no 1,3,4.

Dinas malam : Oleh Perawat ruangan

Pada pukul 21.00 wib memahami rasa takut, kecemasan/asietas dengan respon hasil : klien

tampak merasa tenang, pukul 21.20 wib mengevaluasi mekanisme koping dengan respon hasil :

klien mengatakan ngobrol dengan ibu klien untuk mengatasi masalah yang ada, pukul 05.30 wib

mengkaji TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 36 °C, pernafasan

22x/menit.

Evaluasi
Pukul 07.30 wib

S : klien mengatakan masih sedikit cemas dengan kondisinya, klien mengatakan dia takut

penyakitnya kambuh lagi.

O : klien tampak masih cemas dan gelisah

A : tujuan teratasi sebagian, masalah teratasi sebagian.

P : lanjutkan intervensi no 1,3,4.

Implementasi jum’at, 17 mei 2013

Dinas pagi : Oleh Rena Marsela

Pada pukul 08.00 wib memahami rasa takut, kecemasan/asietas dengan respon hasil : klien

tampak merasa tenang, pukul 08.20 wib mengevaluasi mekanisme koping dengan respon hasil :

klien mengatakan ngobrol dengan ibu klien untuk mengatasi masalah yang ada.

Evaluasi jum’at, 17 mei 2013 (pukul 12.00 wib)

S : klien mengatakan sudah tenang dan tidak cemas lagi.

O : klien tampak tenang.

A : tujuan tercapai, masalah teratasi.

P : Intervensi dihentikan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. G dengan, Dengue Hemorragic Fever,

diruangan Gabungan lantai II RSUD Kabupaten Bekasi. Maka pada Bab ini penulis akan

membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus. Adapun pembahasan ini meliputi proses

dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan

evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan dimana penulis

berusaha mengkaji klien secara menyeluruh melalui aspek bio-psiko-sosio dan spiritual. Hasil

pengkajian berupa data dasar, data khusus, data penunjang, pemeriksaan fisik, membaca catatan

medic dan catatan keperawatan. Pada tahap pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

Dalam penatalaksanaan medis terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pada teori untuk

pemeriksan diagnostic klien dengan DHF harus dilakukan pemeriksaan darah, urine, sumsum

tulang, pemeriksaan serologi, foto thorak, USG, sedangkan dikasus klien hanya dilakukan

pemeriksaan darah.
Faktor pendukung tersedianya buku referensi yang mendukung dalam pembuatan karya tulis

ilmiah ini, faktor penghambat dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini klien kurang terbuka dalam

memberikan keterangan dan alternative yang digunakan penulis adalah melakukan pendekatan

lagi kepada klien dan keluarga klien.

B. Diagnosa Keperawatan

Pada teori terdapat Sembilan diagnose keperawatan, yaitu : peningkatan suhu tubuh berhubungan

dengan proses penyakit (viremia), nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit,

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia, kurangnya volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

dinding plasma, gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah,

resiko terjadinya syok hivopolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh, resiko

infeksi berhubungan dengan penurunan kadar trombosit dalam darah, kecemasan berhubungan

dengan kondisi klien yang memburuk dan perdarahan yang dialami klien.

Sedangkan pada kasus ditemukan tiga diagnose keperawatan yaitu : gangguan rasa nyaman :

nyeri berhubungan dengan proses penyakit, peeningkatan suhu tubuh berhubungan dengan

peningkatan laju metabolisme, cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit.

Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, jika di teori terdapat Sembilan diagnose

keperawatan, sedangkan dikasus terdapat tiga diagnose keperawatan. Pada kasus ditegakkan

diagnose gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit, karena pada saat

pengkajian klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati, nyeri muncul saat klien beraktivitas dan
saat klien beristirahat, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, wajah klien tampak meringis, klien

ttampak lemas, skala nyeri 5. Pada diagnose kedua yaitu peningkatan suhu tubuh berhubungan

dengan peningkatan laju metabolisme, karena pada saat pengkajian klien mengatakan badannya

panas (demam), ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya naik-turun, suhu 38°C. pada diagnose

ketiga yaitu kecemasan berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakitnya, karena pada

saat pengakajian klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya, dan klien mengatakan

tidak mengetahui penyebab dia sakit.

Faktor pendukung tersedianya buku referensi yang mendukung dalam pembuatan karya tulis

ilmiah ini, faktor penghambat dalam pembuatan karya tulis ini klien kurang terbuka dalam

memberikan keterangan dan alternative yang digunakan penulis adalah melakukan pendekatan

lagi kepada klien dan keluarga klien.

C. Perencanaan keperawatan

Setelah diagnose keperawatan dapat ditegakkan, maka perlu penetapan rencana keperawatan

untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut. Kegiatan peencanaan ini meliputi :

memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan, criteria hasil, serta tindakan.

Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dalam memprioritaskan

masalah, merumuskan masalah, meruuskan tujuan, criteria hasil, serta tindakan. Penulis berusaha

memprioritaskan masalah berdasarkan kebutuhan maslow yaitu mulai dari kebutuhan dasar.

Perumusan tujuan pada asuhan keperawatan berdasarkan pada metode SMART (spesifik,
measurable, asureble, reality and time) yaitu secara spesifik dapat diukur maupun diatasi dengan

tindakan keperawatan.

Faktor pendukung terdapat kerjasama yang baik dalam melaksanakan perencanaan yang telah

dibuat antara mahasiswa dan perawat ruangan. Factor penghambat dalam menetapkan rencana

asuhan keperawatan karena kurangnya pemahaman penulis dalam membuat rencana tindakan

dalam kasus ini, pemecahan masalah penulis akan lebih giat lagi agar dapat menetapkan masalah

sesuai dengan rencana.

D. Pelaksanaan keperawatan

Dalam tahap pelaksanaan, penulis dapat melaksanakan semua rencana keperawatan sesuai

dengan perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan keperawatan dilakukan secara dependent

yaitu memberikan terapi injeksi ranitidine, dan drip neurosanbe pada Tn. G. pada kasus, rencana

keperawatan pada ketiga diagnose dapat dilaksanakan dalam waktu yang telah dilakukan.

Faktor pendukung dari tindakan keperawatan adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis

dan perawat ruangan dalam melakukan tindakan keperawatan. Sedangkan faktor penghambat

dalam melakukan tindakan keperawatan kurang kooperatifnya klien. Solusi untuk mengatasi hal

tersebut, penulis lebih melakukan pendekatan kepada klien serta melakukan pencatatan tindakan

yang telah dilakukan, dan bekerjasama dengan perawat untuk melanjutkan tindakan keperawatan

sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan mendokumentasikannya.

E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk memulai keberhasilan pemberian

asuhan keperawatan, apakah tujuan keperawatan berhasil. Evaluasi dilakukan sesuai dengan

konsep.

Pada diagnose pertama gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit,

tujuan sudah tercapai maka masalah gangguan rasa nyaman : nyeri teratasi, pada diagnose kedua

peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, dan tujuan teratasi

maka masalah peningkatan suhu tubuh teratasi, pada diagnosa ketiga cemas berhubungan dengan

ketidaktahuan tentang penyakit, dan tujuan teratasi masalah kecemasan teratasi.

Adapun faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan perawat

ruangan, faktor penghambat adalah kurangnya kooperatif klien. Alternative permasalahan adalah

melakukan pendekatan yang lebih lagi pada klien.

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pada tahap pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Dalam penatalaksanaan

medis terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pada teori untuk pemeriksan diagnostic klien

dengan DHF harus dilakukan pemeriksaan darah, urine, sumsum tulang, pemeriksaan serologi,

foto thorak, USG, sedangkan dikasus klien hanya dilakukan pemeriksaan darah.
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, jika di teori terdapat Sembilan diagnose

keperawatan, sedangkan dikasus terdapat tiga diagnose keperawatan. Dalam perencanaan tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dalam memprioritaskan masalah, merumuskan

masalah, meruuskan tujuan, criteria hasil, serta tindakan. Penulis berusaha memprioritaskan

masalah berdasarkan kebutuhan maslow yaitu mulai dari kebutuhan dasar. Dalam tahap

pelaksanaan, penulis dapat melaksanakan semua rencana keperawatan sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat.

Pelaksanaan keperawatan dilakukan secara dependent yaitu memberikan terapi injeksi ranitidine,

dan drip neurosanbe pada Tn. G. pada kasus, rencana keperawatan pada ketiga diagnose dapat

dilaksanakan dalam waktu yang telah dilakukan. Dan pada tahap evaluasi pada diagnose pertama

masalah teratasi, pada diagnose kedua masalah teratasi, dan pada tahap ketiga masalah teratasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

Untuk institusi hendaknya menambah buku-buku referensi diperpustakaan sehingga mahasiswa

dapat melakukan dan memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan konsep yang

ada dibuku tersebut.

Untuk mahasiswa/I lebih banyak lagi membekali diri dengan ilmu pengetahuan supaya lebih

terampil dan professional lagi dalam memberikan asuhan keperawatan.


Untuk perawat dan rumah sakit hendaknya penyuluhan kesehatan dijadikan suatu program

diruangan guna meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit klien dan dapat

mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Oktri. 2008. Demam berdarah dengue ; penyakit dan cara pencegahannya. Yogyakarta :

Kanisius.

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan keperawatan maternitas, anak, bedah, dan penyakit dalam. Jogjakarta :

Nuha medika.

Prasetyono, Dwi Sunar.2012. daftar tanda dan gejala ragam penyakit. Jogjakarta : FlashBooks.

Sudoyo, W. Aru, dkk. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Jakarta : FKUI.

WHO.Demam berdarah dengue. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai