Kti DHF
Kti DHF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit DHF ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan
subtropik baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologi
menunjukkan bahwa DHF terutama menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur
sekitar 15 tahun serta tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam hal kerentanan terhadap
serangan dengue antar gender. Outbreak (KLB, Kejadian Luar Biasa) dengue biasanya terjadi di
daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim penghujan. Hal tersebut sejalan dengan
aktivitas vektor dengue yang justru terjadi pada musim penghujan. Penularan penyakit DHF
antar manusia terutama berlangsung melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Sehubungan dengan
morbiditas dan mortilitasnya, DHF disebut sebagai the mosquito transmitted disease.
Demam berdarah dengue yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam
tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aedypti. Demam berdarah dengue merupakan penyakit akut
yang disebabkan oleh infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan aedes
Albopictus betina yang umumnya menyerang pada musim hujan dan musim panas. Virus itu
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada system pembekuan darah,
Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan DBD dengue.
kasus demam berdarah dengue di dunia. Penyakit infeksi virus dengue banyak menyerang
kelompok umur 5-9 tahun, 10-15 tahun, dan 15-44 tahun. Hasil-hasil penelitian para peneliti
menunjukan adanya hubungan perubahan iklim, kelembapan, kepadatan larva aedes aegypti,
perilaku bersih dan sehat belum terwujud dan lingkungan hidup yang belum memadai dengan
Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah kesehatan global pada decade terakhir dengan
meningkatnya insiden DBD didunia. WHO melaporkan lebih dari 2,5 miliar orang dari 2/5
populasi dunia saat ini beresiko terinfeksi virus dengue. Jumlah Negara yang melaporkan kasus
DBD dari tahun ke tahun terus meningkat. Tercatat tahun 2007 ada 68 negara yang melaporkan
kasus ini. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 1999 dimana hanya 29 negara saja yang
melaporkan. Saat ini lebih dari 100 negara di afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia
Tenggara dan Pasifik Barat merupakan wilayah dengan dampak DBD serius. Perluasan
wilayahyang melaporkan kasu DBD juga terjadi di Indonesia. Jumlah kabupaten / kota yang
menjadi endemis dari tahun ke tahun meningkat. Tahun 2006 hanya 200 kabupaten / kota saja,
sedangkan tahun 2007 menjadi 350 kabupaten / kota dan pada tahun 2010 mencapai 464
kabupaten / kota.
Dengan melihat kasus tersebut maka dibutuhkan peran dan fungsi perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan dengan benar meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative yang
memeriksa kondisi secara dini, memberikan obat anti mikroba sesuai dengan jangka waktu
tertentu untuk mengobati penyebab dasar dan dalam perawatan diri klien secara optimal,
sehingga muncul pentingnya asuhan keperawatan dalam menanggulangi klien dengan Dengue
Hemoraggic Fever yang dirawat diruang gabungan RSUD Kabupaten Bekasi. Berdasarkan hal
tersebut diatas, penulis tertarik untuk memilih judul makalah ini “ Asuhan Keperawatan pada
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever.
b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan Dengue Hemorrhagic
Fever.
Hemorrhagic Fever.
d. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Dengue Hemorhagic
Fever.
e. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktik
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta mencari
Hemorrhagic Fever.
C. Metode Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang berorientasi
saat ini. Dengan mengambil satu kasus dan pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Metode kepustakaan yaitu : membaca bahan ilmiah yang berhubungan dengan judul karya tulis
2. Studi kasus yaitu : melakukan pengkajian pada klien dengan kasus DHF, proses pengkajian data
yang dilakukan dengan cara : pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan data yang objek dan actual
3. Wawancara : dilakukan dengan klien, dan keluarga, serta berdiskusi dengan perawat ruangan tim
5. Studi Dokumentasi : dengan mempelajari kasus klien, catatan keperawatan, catatan medis,
D. Ruang Lingkup
Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan tempat praktek, dalam hal ini
penulis membatasi lingkup bahasan pada satu kasus yaitu Asuhan Keperawatan pada klien Tn. G
dengan DHF selama 3 hari dari tanggal 16 mei sampai dengan 18 mei 2013 bertempat di Ruang
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu terdiri dari 5 bab yaitu:
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari konsep kesehatan meliputi : pengertian, etiologi, patofisiologi
(yang terdiri dari proses penyakit, manifestasi klinis dan komplikasi), penatalaksanaan medis,
BAB III : Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,
BAB IV : Pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi keperawatan.
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Penyakit Demam Berdarah Dengue /DBD (secara medis disebut Dengue Hemerragic
Fever/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang di tularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler
banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk di
seluruh pelosok Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di
atas permukaan air laut. Demam Berdarah Dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan
manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui
Demam dengue dan demam berdarah dengue / DBD (dengue haemorragic fever / DHF) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
/ nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. (Aru.W. Sudoyo, dkk : 2006,
hal : 1731).
DBD adalah merupakan penyebab umum demam diantara turis Amerika Tengah, Iindia, Cina
Tenggara, dan Asia Tenggara. Turis yang tinggal lebih lama dan hidup di daerah pedesaan
dengan akomodasi yang tidak diskrining dengan baik adalah yang paling beresiko. Sulit untuk
menghindari gigitan serangga karena kebiasaan menggigit terjadi di siang hari. (B.K. Mandal,
dkk : 2006, hal : 245). Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat
berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat. Penyakit ini tergolong “susah dibedakan” dari
B. Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vector ke tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat member gejala
sebagai Demam Dengue, Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue
yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang
telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan
bereplikasi di nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke system
Umumnya, demam dengue merupakan penyakit saat seseorang terinfeksi salah satu serotype
virus dengue untuk pertama kalinya. Misalnya, DEN-1 atau DEN-2. Hal ini terjadi paling tidak 6
bulan – 5 tahun sebelum seseorang terinfeksi virus DBD. Demam dengue merupakan akibat
paling ringan yang ditimbulkan virus dengue. Orang yang tidak mengerti sering menyebutnya
sebagai gejala demam berdarah. Hal ini dikarenakan gejalanya yang hamper serupa, seperti
demam tinggi mendadak, sakit kepala berat, nyeri persendian dan otot, mual, muntah, dan dapat
timbul ruam.
Sebelum seorang terkena DBD, didalam tubuhnya telah ada satu jenis serotype virus dengue
(serangan pertama kali). Biasanya, serangan pertama kali ini menimbulkan demam dengue. Ia
akan kebal seumur hidup terhadap serotype yang menyerang pertama kali itu. Namun, hanya
akan kebal maksimal 6 bulan-5 tahun terhadap serotype virus dengue lainnya. Misalnya,
seseorang terinfeksi DEN-1. Ia akan kebal seumur hidup terhadap serotype itu dan hanya
maksimal 6 bulan-5 tahun ia kebal terhadap DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serangan virus dengue
Masa inkubasi DBD dimulai dari gigitan sampai timbul gejala, berlangsung selama dua minggu.
Darah penderita sudah mengandung virus, yaitu sekitar 1-2 hari sebelum terserang demam. Virus
tersebut berada dalam darah selama 5-8 hari. Jika daya tahan tubuh tidak cukup kuat melawan
virus dengue maka orang tersebut akan mengalami berbagai gejala DBD.
2. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi penyakit DBD adalah 3-15 hari sejak seseorang terserang virus dengue.
Selanjutnya, penderita akan menampakan berbagai tanda dan gejala demam berdarah, seperti
berikut :
c. Adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan (epitaksis),
BAB dengan kotoran berupa lender bercampur darah (melena), dan lain-lainnya.
f. Pada pemeriksaan laboratorium (darah), hari ke 3-7 terjadi trombosit di bawah 100.000 per mm
(trombositopent) dan terjadi peningkatan nilai hematokrit di ats 20% dari nilai normal
(hemokonsentrasi)
g. Timbulnya beberapa gejala klinis yang menyertai, seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan
3. Klasifikasi
Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik, satu-satunya manifestasi perdarahan
Derajat II : Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada derajat I, biasanya pada bentuk perdarahan
Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah serta penyempitan tekanan nadi
atau hipotensi, dengan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah.
Derajat IV: Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi. (WHO : , hal : 32).
4. Komplikasi
a. Perdarahan luas
c. Penurunan kesadaran
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah
1) Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui ).
Kimia darah :
a) Hiponatremia.
b) Hipoproteinemia.
c) Hipokalemia.
e) Ureum meningkat.
b. Urine
1) Albuminurial ringan
c. Sumsum tulang
Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi. Hari
d. Pemeriksaan serologi
Dilakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara haema glutination inhibition tes (HI test)
atau dengan uji pengikatan komplemen (complement fixation test/CFT) diambil darah vena 2-5
ml).
e. Foto thorak
f. USG
Hematomegali – Splenomegali
1) Darah
a) Trombosit menurun.
b) HT meningkat lebih 20 %.
f) NA dan CL rendah.
D. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi suportif.
Dengan terapi suportifyang adekuat, angka kematian dapat di turunkan hingga kurang dari 1%.
Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam
penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan
cairan oral pasien tidak mampu di pertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui
1. Data Subjektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan klien atau keluargapada klien DHF, data
a. Lemah
c. Sakit kepala
h. Konstipasi (sembelit)
2. Data Objektif
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi klien. Data objektif
c. Tampak bintik merah pada kulit (pteckie), uji tourniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma,
hematemesis, melena.
g. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis
1) Ig G dengue positif.
F. Diagnosa Keperawatan
muntah, anoreksia.
plasma.
6. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
8. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan penurunan kadar trombosit dalam
darah.
9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdarahan yang dialami
klien.
G. Perencanaan Keperawatan
dimulai dari memprioritaskan diagnose keperawatan, menetapkan tujuan dan kriteria hasil serta
tindakan/intervensi.
Intervensi :
Intervensi :
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari krbutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
a. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi
yang diberikan/dibutuhkan.
Intervensi :
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami klien.
plasma.
Intervensi :
1) Kaji keadaan umum klien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
Intervensi :
2) Kaji hal-hal yang mampu dan tidak mampu dilakukan oleh klien.
3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai tingkat keterbatasan klien.
Intervensi :
Intervensi :
darah.
Intervensi :
3) Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdarahan yang dialami
klien.
a. Kecemasan berkurang.
Intervensi :
H. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperewatan yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun setiap tindakan keperawatan yang
dilakukan dan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien
berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien
efektif, tehnik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan
kepada klien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independent, dependent,
dan interdependent. Tindakan keperawatan secara independent adalah suatu tindakan yang
dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya,
dependent adalah tindakan sehubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis dan
interdependent adalah tindakan keperawatan, yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan
suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter,
I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat teratasi, masalah teratasi
sebagian, masalah belum teratasi, atau timbul masalah baru. Evaluasi dilakukan yaitu evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah yang dilakukan untuk membantu keefektifan
terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan
keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam tinjauan kasus ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Tn. G
dengan Dengue Haemorrhagic Fiver di Ruang Gabungan “ RSUD Kabupaten Bekasi”. Asuhan
keperawatan berlangsung selama 3 hari yang dimulai pada tanggal 16 mei – 18 mei 2013.
melengkapi data , penulis melakukan wawancara dengan klien dan keluarga , perawat yang
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah data dasar sesuai degan kondisi klien, penulis melakukan pengkajian pada
tanggal 16 mei 2013. klien masuk pada tanggal 15 mei 2013 di Ruang Gabungan dengan No
Register 5221-06 dengan Diagnosa medis DHF. Adapun data yang diperoleh sebagai berikut:
1. Identitas klien
Klien bernama Tn. G berjenis kelamin laki-laki, berumur 16 tahun, status perkawinan belum
menikah, beragama islam, suku bangsa jawa pendidikan terakhir klien adalah SMA dan bahasa
yang di gunakan adalah Bahasa Indonesia, Tn. G beralamat di Perum Persos Blok F1. No 8,
Telaga Asih Cikarang Barat. Sumber biaya pribadi. Informasi ini penulis dapatkan dari klien,
2. Resume
Data resume ini ditulis sejak klien masuk rumah sakit sampai dengan sebelum pengkajian
dilakukan meliputi : data focus, masalah keperawatan, tindakan keperawatan mandiri serta
Klien datang ke IGD RSUD Kabupaten Bekasi pada tanggal 15 mei 2013 dengan keluhan : klien
mengatakan demam sudah 5 hari, pusing disertai dengan mual dan muntah, BAB mencret,
keadaan umum sedang, saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data sebagai berikut :
kesadaran klien composmentis, tanda-tanda vital klien meliputi tekanan darah 120/80mmHg,
nadi 84 x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 37,5°C. hasil laboratorium pada tanggal 16 mei
2013 didapatkan Hb 16,7 g/dl, leukosit 5400/mm, hematokrit 51,5 , Trombosit 50 ribu/mm³.
klien mendapatkan teraphy sebagai berikut: Ranitidine 2x1 amp, ondansentron 3x1 amp,
neurosanbe 1x1 amp drip, imunos 2x1 tablet, sanmol 3x500 mg.
3. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama yang dialami klien saat ini adalah demam. Klien mengatakan timbulnya bertahap
setiap pagi, sore dan malam lamanya tidak tentu, dan upaya klien mengatasinya dengan cara
minum obat.
b. Riwayat kesehatan masalalu
Klien mengatakan tidak pernah sakit sebelumnya, klien tidak mempunyai alergi terhadap obat,
c. Riwayat kesehatan keluarga (genogram dan keterangan tiga generasi dari klien)
KETERANGAN :
: Laki – laki.
: Perempuan.
: Meninggal.
: Klien.
: hubungan perkawinan.
Tidak ada riwayat penyakit yang diderita keluarga yang menjadi factor resiko. Tn. G adalah
anak kedua dari tiga orang bersaudara, Tn. G tinggal bersama orang tua dan kedua saudaranya
keluarga adalah ibu klien. Kegiatan kemasyarakatan yang di ikuti klien adalah Remaja Mesjid.
Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga merasa cemas dengan penyakit yang
di derita klien. Mekanisme koping yang digunakan klien adalah dengan cara menceritakan
kepada ibu klien tentang masalah yang ada. Persepsi klien terhadap penyakitnya tentang hal yang
dipikirkan saat ini adalah ingin cepat sembuh dan pulang, harapan klien setelah menjalani
perawatan adalah klien mengharapkan setelah menjalani perawatan klien dapat sembuh dan
dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Sistm nilai kepercayaan, nilai yang bertentangan dengan
kesehatan klien tidak ada, aktivitas agama/kepercayaan adalah berdoa dan beribadah (sholat).
Kondisi lingkungan baik, jendela terbuka cukup, dan penerangan cukup baik.
e. Pola Kebiasaan
1) Pola Nutrisi
dirumah sebelum sakit klien biasa makan 2x/hari dengan nafsu makan baik, porsi makan yang di
habiskan 1 porsi setiap kali makan. Tidak ada makanan yang tidak disukai dan tidak ada
makanan yang membuat klien alergi serta tidak ada makanan pantangan. Klien tidak pernh diet
terhadap makanan, klien tidak pernah menggunakan obat-obatan sebelum makan. Sedangkan di
rumah sakit frekuensi makan klien 3x/hari dengan nafsu makan kurang baik. Tidak ada makanan
yang tidak disukai klien pada saat di rumah sakit dan tidak ada makanan pantangan juga untuk
2) Pola Eliminasi
Di rumah sebelum sakit klien BAK 4x/hari dengan warna kuning jernih dan tidak mempunyai
keluhan saat BAK. Frekuensi klien BAB 1x/hari pada pagi hari, berwarna kuning dengan
konsistensi padat. Pada saat BAB klien tidak mempunyai keluhan dan klien juga tidak
menggunakan laxative sebagai pencahar. Sedangkan di rumah sakit, klien BAK 1x/hari dengan
warna kuning pekat dan tidak mempunyai keluhan saat BAK, serta tidak menggunakan alat
Di rumah sebelum sakit klien mandi 3x/hari pda waktu pagi, sore dan malam hari, dengan
menggunakan sabun mandi dan menggosok gigi 3x/hari pada waktu pagi, sore dan sebelum
tidur. Frekuensi cuci rambut 3/hari setiap mandi klien cuci rambut. Sedangkan di rumah sakit
klien mandi 1x/hari pada waktu pagi, dengan menggunakan sabun mandi dan menggosok gigi
2x/ hari pada pagi dan malam sebelum tidur. Di rumah sakit klien baru sekali mencuci rambut.
Pola kebiasaan waktu tidur siang klien selama 4 jam/hari dan pada malam hari biasanya klien
tidur 9 jam/hari. Sedangkan selama di rumah sakit klien tidur siang selama 2 jam/hari dan pada
Dalam kehidupan sehari-hari klien merupakan anka kedeu dari tiga orang bersaura dank lien
masih sekolah. Klien suka berolah raga pada sore hari yaitu basket dan bola, tidak ada keluhan
selama beraktivitas. Sedangkan pada saat di rumah sakit klien hanya bisa beristirahat saja tidak
melakukan aktivitas.
Klien mengatakan tidak pernah merokok dan minum minuman keras baik sebelum sakit maupun
4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Berat badan klien saat ini 87 kg dan sebelum sakit mengatakan beratnya 98 kg dengan tinggi
badan 186 cm. tekan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 37,5°C.
keadaan umum klien ringsn, dengan kesadaran composmentis dan tidak ditemukan adanya
b. Sistem Penglihatan
Posisi mata klien simetris dengan kelopak mata dan pergerakan mata normal, konjungtiva klien
anemis dan kornea mata dala keadaan normal, sclera anikterik, pupil klien isokor serta tidak ada
kelainan pada otot-otot mata klien, reaksi mata klien terhadap cahaya juga baik, fungsi
penglihatan klien baik. Di mata dan sekitarnya tidak di temukan tanda-tanda peradangan dank
c. Sistem Pendengaran
Daun telinga klien dan tidak memiliki serumen, kondisi telinga tengah klien juga baik, serta tidak
ada cairan dari telinga. Klien juga mengatakan tidak ada perasaan penuh ditelinga dan klien juga
mengatakan tidak merasakan berdenging ditelinga. Fungsi pendengaran klien normal sehingga
tidak memerlukan alat bantu dengar, dank lien tidak mengalami gangguan keseimbangan.
d. Sistem Wicara
Klien tidak mengalami kesulitan dalam berbicara atau berkomunikasi, dan tidak ada kelainan
saat bicara.
e. System pernafasan
Jalan napas klien bersih dan tidak ada sumbatan, klien mengatakan tidak ada sesak. Prekuensi
napas klien 22x/menit, pernafasan klien teratur, suara nafas klien vesikuler pada saat di
auskultasi, dank lien tidak menggunakan alat bantu untuk nafas. Tidak terdapat benjolan saat
f. System kardiovaskuler
Dari sirkulasi perifer teraba nadi 84x/menit, irama teratur dan denyut nadi terasa kuat. Tekanan
darah 120/80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis baik kiri maupun kanan. Temperature
kulit hangat dengan suhu 37,5°C, warna kulit terlihat pucat dan pengisian kapiler 2 detik, tidak
ditemukan adanya edema dibagian atas maupun bawah. Pada sirkulasi jantung, kecepatan denyut
apical 88x/menit dengan irama teratur dan tidak ditemukan bunyi murmur maupun gallop, klien
mengeluh nyeri dada saat klien tiba-tiba batuk, karakteristik nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala
nyeri 5.
g. System Hematologi
Klien mengeluh pusing, kesadaran klien composmentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS),
Eye : 4, Motorik : 6, Verbal : 5. Pada klien juga tidak ditemukan tanda-tanda peningkatan
tekanan intra cranial (TIK) seperti muntah proyektil, nyeri kepala hebat serta papil edema. Tidak
ada gangguan system persyarafan seperti kejang, pelo, mulut mencong, disorientasi,
polyneuritis/kesemutan, serta kelumpuhan. Reflek fisiologis klien normal dan reflek patologis
tidak ada.
i. System Pencernaan
Gigi klien terdapat caries, tidak mengunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor,
saliva klien normal, tidak ada muntah, terdapat nyeri didaerah perut bagian kanan dengan skala
nyeri 5, bising usus 15x/menit, tidak diare dan tidak adanya konstipasi. Hepar klien tidak teraba
j. System Endokrin
Pada klien tidak ada pembesaran klenjar tiroid, tidak ada exoptalmus, tidak ada tremor maupun
diaphoresis, nafas tidak berbau keton, tidak ada poliuri, polidifsi maupun poliphagi serta tidak
k. System Urogenital
Perhitungan balance cairan, dimana imtek didapat dari minum 4500 ml/24 jam, out put 1500 ml.
tidak ada perubahan dalam pola berkemih seperti retensi, urgency, disuria, tidak lampias,
nokturia, inkontinensia maupun anuria. Warna urin kuning pekat, tidak ada distensi atau
l. System Integumen
Turgor kulit klien elastis, temperature kulit hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit baik tidak
ada lesi dan ulkus, tidak ada bekas luka operasi. Kondisi kulit daerah pemasangan infus bersih
tidak ada kelainan dan tidak ada tanda infeksi. Keadaan rambut baik dan bersih.
m. System Muskuloskeletal
Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan. Klien tidak mengalami sakit pada tulang,
sendi maupun kulit, tidak ada fraktur dan tidak ada kelainan dalam bentuk tulang maupun sendi
seperti bengkak dan kontraktur. Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang seperti skoliosis,
lodorsis, maupun kiposis. Kekuatan tonus otot baik, kekuatan otot sebagai berikut :
5555 5555
5555 5555
Data tambahan tentang pemahaman klien tentang prnyakit yang di derita klien,
5. Data Penunjang
Hasil laboratorium pada tanggal 16 mei 2013 didapatkan : hemoglobin 16, 7 g/dl, leukosit 5400
6. Penatalaksanaan Medis
Infus Rl 4 jam, terapi obat-obatan oral : sanmol 2x1 tablet, PCT 3x1 tableb, imunos 2x1 tablet,
injeksi : ranitidine 2x1 amp, ondansentron 3x1 amp, neurosanbe 1x1 amp drip.
7. Data Fokus
Data Subjektif
Kllien mengatakan deman sudah 6 hari, klien mengatakan pusing, klien mengatakan nyeri ulu
hati, klien mengatakan badan nya lemah, klien mengatakan nyeri dibagian perut sebelah kanan,
klien mengat akan BB menurun, klien mengatakan sakit dada saat batuk.
Data Objektif
Klien tampak lemas, keadaan umum ringan kesadaran composmentis, klien tampak pucat, klien
tampak gelisah, klien tampak meringis kesakitan saat di tekan perut nya di bagian kanan bawah
skala nyeri 5, mukosa bibir kering, hasil pemeriksaan TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
84x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 37,5 °C, pemeriksaan laboratorium hemoglobin 16,7
8. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
hati : nyeri
Data objektif :
37,5°C.
6 hari metabolism
Data objektif :
2. Suhu 38 °C
3 Data subjektif : Cemas Ketidaktahuan
sembuh.
Data objektif :
penyakitnya.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Tanggal ditemukan 16 mei
2013.
2. eningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolism. Tanggal ditemukan
16 mei 2013.
3. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakit. Tanggal ditemukan 16 mei 2013.
B. Perencanaan Keperawatan
atau hilang.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Pukul 09.30 wib mengkaji karakteristik nyeri dengan respon hasil : klien mengatakan nyeri di
ulu hati seperti di tusuk-tusuk dengan skala nyeri 5, pukul 09.35 wib mengakaji tanda-tanda vital
dengan respon hasil : TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernafasan 22x/menit,
suhu 38°C, pukul 09.45 wib mengatur posisi senyaman mungkin dengan respon hasil : klien
tampak tenang dan nyaman, pukul 09.50 wib mengajarkan klien tehnik relaksasi dengan respon
hasil : klien tampak lebih rileks, pukul 09.55 wib memberikan analgetik sesuai indikasi dengan
O : Klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 4, tanda-tanda vital : tekanan darah 120/80
A : tujuan teratasi sebagian, masalah ganguan rasa nyaman nyeri belum teratasi.
Pada pukul 16.00 wib memberikan obat oral paracetamol dengan respon hasil : klien tampak
lebih tenang, pukul 18.00 wib mengkaji tanda-tanda vital klien dengan respon hasil : tekanan
Evaluasi
O : Klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 4, tanda-tanda vital : tekanan darah 120/80
Pada pukul 21.00 wib memberikan obat oral paracetamol dengan respon hasil : klien tampak
lebih tenang, pukul 05.15 wib mengkaji tanda-tanda vital klien dengan respon hasil : tekanan
Evaluasi
O : Klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 4, tanda-tanda vital : tekanan darah 120/80
A : tujuan teratasi sebagian, masalah ganguan rasa nyaman nyeri belum teratasi.
Pada pukul 07.30 wib mengkaji tanda-tanda vital klien dengan hasil respon : tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36°C, pukul 07.40 wib mengkaji
karakteristik nyeri dengan respon hasil : klien mengatakan nyeri ulu hati masih terasa dengan
skala nyeri 3, pukul 07.45 wib mengatur posisi senyaman mungkin dengan respon hasil : klien
mengatakan sudah agak enakan, dank lien tampak tenang dan nyaman, pukul 07.50 wib
mengajarkan klien tehnik relaksasi (tarik nafas dalam) dengan respon hasil : klien tampak
tenang, pukul 08.00 wib memberikan terapi neurosanbe 1x1 amp drip dengan respon hasil : klien
O : Wajah klien tampak tenang dan rileks, dengan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36°C, dengang skala nyeri 0.
P : Intervensi di hentikan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan suhu tubuh kembali normal.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Pada pukul 11.00 wib mengkaji tanda-tanda vital dengan respon hasil : tekanan darah 120/80
mmHg, pernafasan 22x/menit, suhu 38°C, nadi 84x/menit, pukul 11.10 wib memberikan
kompres hangat dengan respon hasil : suhu badan klien mulai menurun, pukul 11.20 wib
meningkatkan intake cairan dengan respon hasil : klien tampak tenang, pukul 11.30 wib
memberikan lingkungan yang nyaman dengan dengan respon hasil : klien tempak nyaman dan
tenang, pukul 11.35 wib membatasi pengunjung dengan respon hasil : klien tampak tenang,
pukul 11.40 wib memberikan obat antipiretik sesuai instruksi dokter sanmol 2x1 tablet dengan
respon hasil : obat masuk dengan lancer dank lien tampak tenang.
O : TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37,5°C, pernafasan 22x/menit.
mmHg, pernafasan 22x/menit, suhu 36,5 °C, nadi 80x/menit, pukul 18.30 wib meningkatkan
intake cairan dengan respon hasil : klien tampak tenang, pukul 19.15 wib memberikan
lingkungan yang nyaman dengan dengan respon hasil : klien tempak nyaman dan tenang, pukul
19.30 wib membatasi pengunjung dengan respon hasil : klien tampak tenang.
Evaluasi
O : TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37,5°C, pernafasan 22x/menit.
Pukul 20.30 wib meningkatkan intake cairan dengan respon hasil : klien tampak tenang, pukul
20.40 wib memberikan lingkungan yang nyaman dengan dengan respon hasil : klien tempak
nyaman dan tenang, pukul 21.00 wib membatasi pengunjung dengan respon hasil : klien tampak
tenang, Pada pukul 05.10 wib mengkaji tanda-tanda vital dengan respon hasil : tekanan darah
Evaluasi
Pukul 07.30 wib
O : TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37,5°C, pernafasan 22x/menit.
Pada pukul 12.45 wib memberikan kompres hangat dengan respon hasil : klien tampak tenang
dan suhu badan mulai menurun, pukul 12.55 wib meningkatkan intake cairan dengan respon
hasil : klien tampak tenang, dan cairan yang masuk mulai terkontrol, pukul 13.00 wib
memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan respon hasil : klien tampak tenang dan
merasa nyaman, pukul 13.05 wib membatasi pengunjung dengan respon hasil : klien tampak
tenang.
O : TTV : tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36°C.
P : intervensi dihentikan.
teratasi.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Pada pukul 08.00 wib memahami rasa takut, kecemasan/asietas dengan respon hasil : klien
tampak merasa tenang, pukul 08.10 wib mengkaji TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
84x/menit, suhu 38°C, pernafasan 22x/menit, pukul 08.20 wib mengevaluasi mekanisme koping
dengan respon hasil : klien mengatakan ngobrol dengan ibu klien untuk mengatasi masalah yang
ada.
S : klien mengatakan masih sedikit cemas dengan kondisinya, klien mengatakan dia takut
Pada pukul 15.00 wib memahami rasa takut, kecemasan/asietas dengan respon hasil : klien
tampak merasa tenang, pukul 18.05 wib mengkaji TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
84x/menit, suhu 36 °C, pernafasan 22x/menit, pukul 19.00 wib mengevaluasi mekanisme koping
dengan respon hasil : klien mengatakan ngobrol dengan ibu klien untuk mengatasi masalah yang
ada.
Evaluasi
S : klien mengatakan masih sedikit cemas dengan kondisinya, klien mengatakan dia takut
Pada pukul 21.00 wib memahami rasa takut, kecemasan/asietas dengan respon hasil : klien
tampak merasa tenang, pukul 21.20 wib mengevaluasi mekanisme koping dengan respon hasil :
klien mengatakan ngobrol dengan ibu klien untuk mengatasi masalah yang ada, pukul 05.30 wib
mengkaji TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 36 °C, pernafasan
22x/menit.
Evaluasi
Pukul 07.30 wib
S : klien mengatakan masih sedikit cemas dengan kondisinya, klien mengatakan dia takut
Pada pukul 08.00 wib memahami rasa takut, kecemasan/asietas dengan respon hasil : klien
tampak merasa tenang, pukul 08.20 wib mengevaluasi mekanisme koping dengan respon hasil :
klien mengatakan ngobrol dengan ibu klien untuk mengatasi masalah yang ada.
P : Intervensi dihentikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. G dengan, Dengue Hemorragic Fever,
diruangan Gabungan lantai II RSUD Kabupaten Bekasi. Maka pada Bab ini penulis akan
membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus. Adapun pembahasan ini meliputi proses
evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan dimana penulis
berusaha mengkaji klien secara menyeluruh melalui aspek bio-psiko-sosio dan spiritual. Hasil
pengkajian berupa data dasar, data khusus, data penunjang, pemeriksaan fisik, membaca catatan
medic dan catatan keperawatan. Pada tahap pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dan
kasus.
Dalam penatalaksanaan medis terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pada teori untuk
pemeriksan diagnostic klien dengan DHF harus dilakukan pemeriksaan darah, urine, sumsum
tulang, pemeriksaan serologi, foto thorak, USG, sedangkan dikasus klien hanya dilakukan
pemeriksaan darah.
Faktor pendukung tersedianya buku referensi yang mendukung dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini, faktor penghambat dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini klien kurang terbuka dalam
memberikan keterangan dan alternative yang digunakan penulis adalah melakukan pendekatan
B. Diagnosa Keperawatan
Pada teori terdapat Sembilan diagnose keperawatan, yaitu : peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses penyakit (viremia), nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit,
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
dinding plasma, gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah,
resiko terjadinya syok hivopolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh, resiko
infeksi berhubungan dengan penurunan kadar trombosit dalam darah, kecemasan berhubungan
dengan kondisi klien yang memburuk dan perdarahan yang dialami klien.
Sedangkan pada kasus ditemukan tiga diagnose keperawatan yaitu : gangguan rasa nyaman :
nyeri berhubungan dengan proses penyakit, peeningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, jika di teori terdapat Sembilan diagnose
keperawatan, sedangkan dikasus terdapat tiga diagnose keperawatan. Pada kasus ditegakkan
diagnose gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit, karena pada saat
pengkajian klien mengatakan nyeri di bagian ulu hati, nyeri muncul saat klien beraktivitas dan
saat klien beristirahat, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, wajah klien tampak meringis, klien
ttampak lemas, skala nyeri 5. Pada diagnose kedua yaitu peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan peningkatan laju metabolisme, karena pada saat pengkajian klien mengatakan badannya
panas (demam), ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya naik-turun, suhu 38°C. pada diagnose
ketiga yaitu kecemasan berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakitnya, karena pada
saat pengakajian klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya, dan klien mengatakan
Faktor pendukung tersedianya buku referensi yang mendukung dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini, faktor penghambat dalam pembuatan karya tulis ini klien kurang terbuka dalam
memberikan keterangan dan alternative yang digunakan penulis adalah melakukan pendekatan
C. Perencanaan keperawatan
Setelah diagnose keperawatan dapat ditegakkan, maka perlu penetapan rencana keperawatan
Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dalam memprioritaskan
masalah, merumuskan masalah, meruuskan tujuan, criteria hasil, serta tindakan. Penulis berusaha
memprioritaskan masalah berdasarkan kebutuhan maslow yaitu mulai dari kebutuhan dasar.
Perumusan tujuan pada asuhan keperawatan berdasarkan pada metode SMART (spesifik,
measurable, asureble, reality and time) yaitu secara spesifik dapat diukur maupun diatasi dengan
tindakan keperawatan.
Faktor pendukung terdapat kerjasama yang baik dalam melaksanakan perencanaan yang telah
dibuat antara mahasiswa dan perawat ruangan. Factor penghambat dalam menetapkan rencana
asuhan keperawatan karena kurangnya pemahaman penulis dalam membuat rencana tindakan
dalam kasus ini, pemecahan masalah penulis akan lebih giat lagi agar dapat menetapkan masalah
D. Pelaksanaan keperawatan
Dalam tahap pelaksanaan, penulis dapat melaksanakan semua rencana keperawatan sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan keperawatan dilakukan secara dependent
yaitu memberikan terapi injeksi ranitidine, dan drip neurosanbe pada Tn. G. pada kasus, rencana
keperawatan pada ketiga diagnose dapat dilaksanakan dalam waktu yang telah dilakukan.
Faktor pendukung dari tindakan keperawatan adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis
dan perawat ruangan dalam melakukan tindakan keperawatan. Sedangkan faktor penghambat
dalam melakukan tindakan keperawatan kurang kooperatifnya klien. Solusi untuk mengatasi hal
tersebut, penulis lebih melakukan pendekatan kepada klien serta melakukan pencatatan tindakan
yang telah dilakukan, dan bekerjasama dengan perawat untuk melanjutkan tindakan keperawatan
E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk memulai keberhasilan pemberian
asuhan keperawatan, apakah tujuan keperawatan berhasil. Evaluasi dilakukan sesuai dengan
konsep.
Pada diagnose pertama gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit,
tujuan sudah tercapai maka masalah gangguan rasa nyaman : nyeri teratasi, pada diagnose kedua
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, dan tujuan teratasi
maka masalah peningkatan suhu tubuh teratasi, pada diagnosa ketiga cemas berhubungan dengan
Adapun faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan perawat
ruangan, faktor penghambat adalah kurangnya kooperatif klien. Alternative permasalahan adalah
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pada tahap pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Dalam penatalaksanaan
medis terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pada teori untuk pemeriksan diagnostic klien
dengan DHF harus dilakukan pemeriksaan darah, urine, sumsum tulang, pemeriksaan serologi,
foto thorak, USG, sedangkan dikasus klien hanya dilakukan pemeriksaan darah.
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, jika di teori terdapat Sembilan diagnose
keperawatan, sedangkan dikasus terdapat tiga diagnose keperawatan. Dalam perencanaan tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dalam memprioritaskan masalah, merumuskan
masalah, meruuskan tujuan, criteria hasil, serta tindakan. Penulis berusaha memprioritaskan
masalah berdasarkan kebutuhan maslow yaitu mulai dari kebutuhan dasar. Dalam tahap
Pelaksanaan keperawatan dilakukan secara dependent yaitu memberikan terapi injeksi ranitidine,
dan drip neurosanbe pada Tn. G. pada kasus, rencana keperawatan pada ketiga diagnose dapat
dilaksanakan dalam waktu yang telah dilakukan. Dan pada tahap evaluasi pada diagnose pertama
masalah teratasi, pada diagnose kedua masalah teratasi, dan pada tahap ketiga masalah teratasi.
B. Saran
dapat melakukan dan memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan konsep yang
Untuk mahasiswa/I lebih banyak lagi membekali diri dengan ilmu pengetahuan supaya lebih
diruangan guna meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit klien dan dapat
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Oktri. 2008. Demam berdarah dengue ; penyakit dan cara pencegahannya. Yogyakarta :
Kanisius.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan keperawatan maternitas, anak, bedah, dan penyakit dalam. Jogjakarta :
Nuha medika.
Prasetyono, Dwi Sunar.2012. daftar tanda dan gejala ragam penyakit. Jogjakarta : FlashBooks.
Sudoyo, W. Aru, dkk. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Jakarta : FKUI.