Anda di halaman 1dari 11

Karakteristik Na-Alginat dari Rumput Laut Cokelat, Sinurat dan Marliani JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi DOI: http://dx.doi.org/10.17844/jphpi.v20i2.18103

KARAKTERISTIK Na-ALGINAT DARI RUMPUT LAUT COKELAT


Sargassum crassifolium DENGAN PERBEDAAN ALAT PENYARING

Ellya Sinurat*, Retni Marliani


Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya Saing Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Jl. KS. Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat 10260, Telepon (021) 53650157/ Faks (021) 53650158
*Korespondensi: ellya_sinurat@yahoo.com
Diterima: 17 Januari 2017/ Disetujui: 5 Agustus 2017

Cara sitasi: Sinurat E, Marliani R. 2017. Karakteristik Na-alginat dari rumput laut cokelat
Sargassum crassifolium dengan perbedaan alat penyaring. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
20(2): 351-361.

Abstrak
Indonesia merupakan negara penghasil rumput laut terbesar di dunia, salah satu sumber daya hayati
laut yang cukup potensial adalah rumput laut cokelat (Sargassum crassifolium) yang dikenal sebagai
penghasil alginat. Ekstraksi alginat melalui tahap demineralisasi, netralisasi, ekstraksi, filtrasi, presipitasi
dan pemucatan. Tahap filtrasi merupakan proses yang sangat berpengaruh terhadap mutu alginat yang
dihasilkan. Penelitian ini melakukan penyaringan menggunakan alat yang berbeda yaitu screen vibrator
dan hydrolic filter press yang bertujuan untuk menentukan karakteristik Na-alginat rumput laut Sargassum
crassifolium dengan kedua alat penyaring tersebut. Parameter mutu Na-alginat yang diamati meliputi:
rendemen, viskositas, kekuatan gel, sineresis, derajat putih, kadar air, kadar abu dan pH. Hasil analisis
menunjukkan bahwa rendemen tertinggi dihasilkan pada alat penyaring vibrator yaitu 19,22±5,68%.
Viskositas tertinggi dihasilkan pada alat penyaring filter press yaitu 82,66±112,46 cP, sedangkan parameter
derajat putih dan kekuatan gel tertinggi dihasilkan alat penyaring filter press yaitu 60,53±9,09% dan
353,54±184,51 g/cm2. Sineresis dan pH terendah dihasilkan alat penyaring filter press yaitu masing-masing
2,99±0,55% dan 6,05±0,57. Kadar abu terendah dihasilkan alat penyaring vibrator yaitu 24,94±4,41%. Filter
press lebih efektif dan efisien dalam menyaring filtrat sehingga hasil akhir Na-alginat lebih baik dari alat
penyaring vibrator.

Kata kunci: filter press, natrium alginat, S. crassifolium, vibrator

The Characteristics of Sodium Alginate from Brown Seaweed Sargassum crassifolium


with Different Filtering Tools

Abstract
Indonesia is the largest producer of seaweed in the world, one of the potential marine biological
resources is the brown seaweed (Sargassum crassifolium) known as an alginate producer. Alginate extraction
through demineralization stage, neutralization, extraction, filtration, precipitation and bleaching. Filtration
stage is a very influential process on the quality of alginate produced. In this research, filtering using
different tools screen vibrator and hydraulic filter press was conducted to characterize Na-alginate seaweed
Sargassum crassifolium using both filter tools. Quality of sodium alginate (yield, viscosity, gel strength,
syneresis, whiteness, moisture content, ash, and pH) was determined. The result showed that the viscosity,
gel strength, syneresis, and whiteness of alginate obtained using filter press showed the best result. The yield
of sodium alginate produced by filter press was 10.91±4.33%, with characteristics of viscosity 82.66±112.46
cP, gel strength 353.54±184.51 g/cm2, syneresis 2.99±0.55%, whiteness 60.53±9.09%, moisture content
13.31±0.77%, ash 26.69±0.82% and pH 6.05±0.57. Based on a parameter of alginate (yield, moisture
content, ash, and pH) showed that vibrator method produced alginate with better characteristics. The
sodium alginate produced has average yield 19.22±5.68%, viscosity 57.5±21.79 cP, whiteness 29.7±4.45%,
gel strength 327.63±55.15 g/cm2, syneresis 4.34±0.78%, moisture content 10.23±1.68%, ash 24.94±4.41%
and pH 7.03± 2.60. Operationally the filter press was more effective and efficient in filtering to result from
Na-alginate compared to the screen vibrator.

Keywords: filter press, sodium alginate, S. crassifolium, vibrator

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 351


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Karakteristik Na-Alginat dari Rumput Laut Cokelat, Sinurat dan Marliani

PENDAHULUAN Joint Expert Commitee on Food Additives)


Indonesia merupakan negara penghasil yang mensyaratan alginat sebagai bahan
rumput laut, salah satu sumber daya hayati tambahan pangan (FAO 2009). Pemenuhan
laut yang cukup potensial adalah rumput persyaratan menurut stadard tersebut
laut cokelat Sargassum. Rumput laut cokelat dikembangkan beberapa metode ekstraksi,
Sargassum sp. tumbuh menempati hampir di penentuan kadar alginat dengan proses
sepanjang pantai pulau-pulau di Indonesia, penyaringan. Penyaringan dengan ukuran
terutama pada pantai yang dasarnya saringan yang lebih kecil (<350 mesh) untuk
lempengan karang mati (Septiana dan Asnani mencegah lolosnya selulosa tidak mudah
2012). Famili Sargassum mengandung protein, dilakukan mengingat kentalnya filtrat hasil
vitamin C, tannin, iodine, fenol dan bahan ekstraksi sehingga akan memakan waktu yang
kimia utama sebagai sumber alginat. Alginat cukup lama (Subaryono 2009). Kandungan
merupakan senyawa heteropolisakarida bahan tidak larut air dan rendahnya viskositas
dari hasil pembentukan rantai monomer alginat yang tinggi salah satunya disebabkan
mannuronic acid (asam poly-D-mannuronat) oleh rendahnya kemurnian alginat yang
dan guluronic acid (asam poly-L-guluronat) dihasilkan pada proses filtrasi. Kemurnian
dari dinding sel yang banyak dijumpai pada yang rendah ini umumnya terjadi karena
alga cokelat (Phaeophyta) (Basmal et al. 2012; lolosnya selulosa dan bahan pengotor lainnya
Sinurat dan Agustina 2012). Jenis rumput laut pada proses penyaringan filtrat, sehingga
cokelat Sargassum crassifolium sudah banyak terbawa pada produk alginat yang dihasilkan.
diteliti dalam hal uji bioaktivitasnya maupun Upaya perbaikan kemurnian alginat perlu
dalam hal pembentukan oligomernya dilakukan untuk meningkatkan viskositas dan
(Subaryono 2009; Sinurat et al. 2011). menurunkan kandungan bahan tidak larut air
Alginat adalah zat penting (sebagai pengental (Subaryono dan Siti 2010)
atau elmusifier) yang sangat dibutuhkan Proses filtrasi pada penelitian ini
di berbagai bidang industri pangan, non- menggunakan dua jenis alat penyaring yang
pangan dan kedokteran atau farmasi, tetapi berbeda. Screen vibrator (penyaring bergetar)
seluruh kebutuhan alginat dipasok dari luar menggunakan prinsip getaran yang berada
negeri. Alginat berperan sebagai komponen dibawah saringan berukuran sangat halus
penguat dinding sel dengan kandungan yang (150 mesh) dalam melakukan filtrasi. Proses
melimpah dan dapat mencapai 40% dari berat penyaringan menggunakan Screen vibrator,
kering rumput laut cokelat. Pemanfaatan rumput laut yang sudah menjadi bubur
rumput laut cokelat yang mengandung alginat tidak perlu ditambahkan filter aid dalam
mempunyai kualitas yang terbagi dalam 3 proses penyaringan. Air panas ditambahkan
kelompok mutu, yaitu industrial grade, food untuk memudahkan penyaringan apabila
grade dan farmaceutical grade, yang dalam filtrat cukup kental dan volume filtrat yang
proses ekstraksinya memerlukan kualitas dihasilkan dicatat. Penyaringan atau filtrasi
bahan baku dan proses yang berbeda sesuai menggunakan filter press pada prinsipnya
dengan mutu alginat yang diinginkan. Bahan untuk menyaring bubur dengan sistem
baku yang berkualitas diperoleh dengan press/tekanan dengan cepat dalam keadaan
penanganan yang baik meliputi pemilihan panas sehingga filtrat dalam bentuk cairan
umur panen, teknik pemasaran, sortasi, kental (sol) dapat terpisah dari residu atau
pencucian, perendaman, pengeringan dan ampas padat. Penambahan filter aid atau
penyimpanan. Prinsip untuk mendapatkan tanah diatom (misalnya celite atau perlite)
alginat harus melalui tahap demineralisasi, perlu ditambahkan ke dalam rumput laut
netralisasi, ekstraksi, filtrasi, presipitasi dan yang sudah menjadi bubur dalam kondisi
pemucatan (Sinurat dan Murdinah 2007; panas, kemudian diaduk secara merata agar
Robin and Allan 2009; Murdinah et al. 2009; memudahkan dalam filtrasi menggunakan
Husni et al. 2012). filter press. Metode penyaringan dengan
Mutu alginat secara internasional dirujuk menggunakan peralatan penyaring yang
berdasarkan standar JECFA (The FAO/WHO dilengkapi dengan alat vakum, pengaduk dan

352 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Na-Alginat dari Rumput Laut Cokelat, Sinurat dan Marliani JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

tanah diatom dapat menurunkan selulosa Proses ekstraksi Na-alginat dilakukan


yang lolos pada proses penyaringan filtrat serta menggunakan metode Yunizal (2004) yang
menurunkan kandungan bahan tidak larut air dimodifikasi, rumput laut S. crassifolium
dalam alginat. Penyaringan dengan metode ditimbang 2 kg, lalu dicuci dengan air bersih
ini dapat dihasilkan alginat yang memenuhi sebanyak 2 kali, selanjutnya direndam dengan
persyaratan JECFA (McHugh 2008). Penelitian HCl 1% sebanyak 2 kali berat sampel selama
ini bertujuan untuk menentukan karakteristik 60 menit. Kemudian dibilas dengan air bersih
Na-alginat rumput laut Sargassum crassifolium lalu diekstraksi dengan larutan Na2CO3
dengan alat penyaring screen vibrator dan 2% dalam volume 60 liter dengan 2 tahap
hydrolic filter press. perebusan yaitu tahap pertama perebusan
dengan suhu 60 oC dan lama perebusan
BAHAN DAN METODE 60 menit setelah itu dihancurkan dengan
Bahan dan Alat mesin penggiling sampai berupa bubur lalu
Bahan yang digunakan adalah rumput direbus kembali dengan suhu 60 oC dan lama
laut S. crassifolium J. Agardh yang diperoleh perebusan 60 menit. Selanjutnya penyaringan
dari perairan pantai Binuangeun, Banten. dengan 2 metode yaitu pertama mengunakan
Bahan kimia yang digunakan untuk perendam saringan berukuran sangat halus (150 mesh)
(HCl), bahan pengekstrak (Na2CO3), bahan yaitu dengan alat Screen vibrator (penyaring
pemucat (NaOCl), bahan pembentuk asam bergetar). Penyaringan menggunakan alat
alginat (HCl), bahan pemurni Na-alginat penyaring vibrator dengan ukuran saringan
(Isoprophyl alcohol dan NaOH) kesemuanya 150 mesh tanpa menggunakan filter aid
dari Merck dan bahan-bahan lain untuk dan hydrolic filter press. Penyaringan kedua
analisis fisik dan kimia. menggunakan filter press dengan cara
Alat yang digunakan untuk ekstraksi menambahkan filter aid seperti tanah diatom
Na-alginat yaitu dandang besar kapasitas 20 (celite) agar memudahkan penyaringan.
L, dandang kecil 10 L, beaker glass kapasitas Pemisahan dilakukan menggunakan filter
5 L (Pyrex), kertas lakmus, timbangan duduk press yang terdiri dari kain saring halus dan
(skala 4 digit), mesin gilingan, alat penyaring filter aid. Masing-masing metode penyaringan
hydrolic filter press kekuatan 7 ton dengan dilanjutkan dengan pemucatan menggunakan
screen 100 mesh dan Screen vibrator ukuran NaOCl 2%. NaOCl sebanyak 450 mL
100 mesh (rakitan), kain kasa, saringan ditambahkan dalam 30 liter filtrat alginat,
(40 mesh), termometer, alat penepungan diaduk lalu didiamkan selama 30 menit, lalu
(stainless), peralatan analisis fisik (viskometer ditambah HCl 10% dan dibiarkan selama 30
Brook field dan Stable Micro System TAXT2 menit sehingga terbentuk asam alginat yang
texture analyzer). berwarna putih atau kuning gading sampai
pH 2-3. Setelah tercapai pH tersebut lalu
Metode Penelitian dinetralisasi dengan penambahan NaOH
Metode penelitian yang digunakan encer sampai tercapai pH 7-8 sambil diaduk
adalah metode eksperimen melalui percobaan untuk homogenisasi larutan. Isoprophyl
laboratorium, yaitu melakukan proses alcohol (IPA) ditambahkan bila alginat sudah
pembuatan Na-alginat dengan pengamatan mencapai pH netral untuk mendapatkan serat
pada tahap ekstraksi dan filtrasi menggunakan Na-alginat, selanjutnya serat yang diperoleh
alat penyaring yang berbeda. Ulangan dikeringkan dalam bentuk Na-alginat.
dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-
masing alat penyaring. Pengamatan terhadap Rendemen
kandungan kimia (kadar air, kadar abu, pH) Rendemen Na-alginat yang diperoleh dari
dan fisik (rendemen, kekuatan gel, viskositas, proses ekstraksi rumput laut S. crassifolium
derajat putih, sineresis) dari Na-alginat yang dihitung berdasarkan berat Na-alginat setelah
dihasilkan dilakukan untuk menentukan pengeringan terhadap berat kering bahan
alat penyaring yang dapat menghasilkan baku. Perhitungan kadar rendemen Na-
karakteristik Na-alginat terbaik. alginat menggunakan rumus sebagai berikut:

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 353


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Karakteristik Na-Alginat dari Rumput Laut Cokelat, Sinurat dan Marliani

cetakan dan dianalisis. Kekuatan gel diamati


sebagai puncak gaya (g) pada saat gel pecah
dibagi luas kontak area.
Viskositas
Analisis viskositas mengacu pada Sineresis secara gravimetri
JECFA (2007), pengamatan dilakukan pada Analisis viskositas mengacu pada
konsentrasi solid 1-5% untuk mengetahui JECPreparasi pembuatan gel pada wadah
hubungan antara konsentrasi dengan viskositas yang telah diketahui beratnya. Gel disimpan
larutan. Na-alginat (sampel) ditimbang dalam refrigerator pada suhu 4 oC selama 24
sebanyak 7,5 g dalam kertas timbang. Akuades jam. Air yang terlepas dari gel dihilangkan
sebanyak 492,5 g ditimbang dalam beaker dengan kertas penyerap air. Gel ditimbang
glass ukuran 500 mL, sehingga sampel dan kembali dan sineresis dinyatakan dalam
akuades jika ditambahkan mencapai berat rumus berikut:
total mencapai 500 g. Alginat dimasukkan
dalam beaker glass 500 mL berisi akuades dan
stirer secara bertahap. Akuades dipanaskan
dan diaduk satu kali hingga mencapai suhu
75 °C, setelah suhu konstan larutan dipanaskan Derajat putih
selama 25 menit. Pengadukan I dilakukan pada Dihidupkan power alat Whiteness meter
menit ke-1 selama 1 menit, pengadukan II Kett Electric Laboratory C-100-3. Standar
pada menit ke-25. Beaker glass ditutup dengan dimasukkan ke dalam wadah sampel,
alumunium foil untuk mencegah hilangnya selanjutnya wadah sampel dimasukkan ke
air pada proses pemanasan akibat penguapan, dalam alat Whiteness meter, maka akan
selanjutnya suhu larutan diturunkan sampai muncul nilai derajat putih standar yaitu
mencapai 75 oC. Pengukuran viskositas sekitar 85,4. Standar dikeluarkan dari alat
larutan diukur menggunakan RVA (rapid Whiteness meter. Sampel (tepung Na-alginat)
viscoanalyzer) spindle 2 pada 30 rpm, ditunggu dimasukkan kedalam wadah sampel sampai
hingga jarum spindle stabil (hingga 6 kali penuh dan tidak bergeser setelah ditutup.
putaran). Viskositas dinyatakan dalam centi Wadah sampel dimasukkan kedalam alat
Poise (cP). Whiteness meter. Nilai derajat putih sampel
akan terlihat di monitor alat Whiteness meter.
Kekuatan gel Analisis kadar air (BSN 2006) dan analisis
Pengamatan karakteristik gel dilakukan kadar abu (BSN 2006).
dengan tes penetrasi menggunakan Stable
Micro System TAXT2 texture analyzer Nilai pH
dengan probe silinder berdiameter 10 mm Sampel sebanyak 3 g ditimbang lalu
pada kecepatan 0,5 mm/s sampai kedalaman dimasukkan ke dalam beaker glass ukuran
penetrasi 25 mm (Marrs dan Titoria 2004). 300 mL kemudian ditambahkan akuades 197
Persiapan sampel dengan melarutkan alginat g hingga berat total menjadi 200 g. Sampel
pada konsentrasi 1% dalam akuades bebas ion dipanaskan sambil diaduk menggunakan
sebanyak 148,5 g dengan distirer selama 30 stirer sampai larut pada suhu 60-80 oC.
menit pada suhu 75 oC. Na-alginat ditimbang Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam
sebanyak 1,5 g dalam kertas timbang, larutan sampel yang sebelumnya telah
ditambahkan CaCO3 0,3 g sambil tetap distirer dilakukan kalibrasi terlebih dahulu. Nilai pH
dan GDL sebanyak 0,95 g sampai semua diperoleh sesuai dengan yang tertera di layar.
larut. Larutan kemudian dimasukkan dalam Selanjutnya elektroda dibilas dengan akuades.
cetakan berukuran diameter 3,5 cm tinggi
5 cm dan dibiarkan selama 1 jam pada suhu HASIL DAN PEMBAHASAN
ruang sampai terbentuk gel. Gel yang sudah Hasil penelitian berdasarkan karakteristik
terbentuk dimasukkan dalam suhu chiling fisik mutu Na-alginat S. crassifolium secara
selama 24 jam, kemudian gel dilepaskan dari keseluruhan disajikan pada Tabel 1. Rumput

354 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Na-Alginat dari Rumput Laut Cokelat, Sinurat dan Marliani JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

Tabel 1 Nilai rata-rata analisis fisik mutu Na-alginat rumput laut S. crassifolium
dengan alat penyaring yang berbeda
Alat penyaring
Karakteristik
Filter press Vibrator Standar
Rendemen (%) 10,91±4,33 19,22±5,68 > 18,00*
Viskositas (cP) 82,66±112,46 57,50±21,79 > 27,00**
Derajat putih (%) 60,53±9,09 29,7±4,45 52,80***
Kekuatan gel (g/cm )
2
353,54±184,51 27,63±55,15 -
Sineresis (%) 2,99±0,55 4,34±0,78 12,13****
Keterangan: * & **) Food Chemical Codex (2004), *** & ****) Yunizal (2004)

laut S. crassifolium memiliki kandungan Na- (intensitas cahaya, besar kecilnya ombak atau
alginat dengan nilai rata-rata rendemen dan arus dan nutrisi perairan), umur rumput laut
sineresis lebih tinggi pada alat penyaring cokelat, dan teknik penanganan rumput laut
vibrator sedangkan nilai rata-rata viskositas, cokelat setelah dipanen, sebelum dan proses
derajat putih dan kekuatan gel yang lebih ekstraksi yang digunakan (Basmal et al. 2012).
tinggi pada alat penyaring filter press. Rendemen yang dihasilkan rendah dapat
dipengaruhi pada saat proses penepungan
Rendemen atau penggilingan dan pengayakan. Hasil
Rendemen Na-alginat semakin tinggi penelitian ini menunjukkan bahwa rendemen
maka semakin baik proses ekstraksi Na- Na-alginat S. crassifolium yang diperoleh
alginat. Nilai rata-rata rendemen Na-alginat alat penyaring vibrator yaitu sebesar 19,22%
dengan alat penyaring vibrator sebesar memiliki nilai rendemen yang lebih baik dari
19,22±5,68% yang nilainya lebih tinggi nilai yang direkomendasikan oleh standar
daripada nilai rendemen Na-alginat dengan mutu internasional yang mencapai > 18%
alat penyaring filter press dengan nilai (FCC 2004).
10,91±4,33%. Perbedaan nilai rendemen
pada alat penyaring filter press dan vibrator Viskositas
disebabkan oleh perbedaan ketika proses Nilai rata-rata viskositas Na-alginat yang
ekstraksi tahap II. Bubur rumput laut pada dihasilkan oleh alat penyaring filter press yaitu
alat penyaring filter press ditambahkan tanah 82,66±112,46 cP sedangkan alat penyaring
diatom. Perbedaan penggunaan tanah diatom vibrator menghasilkan viskositas yang lebih
ini menyebabkan perbedaan nilai rendemen rendah yaitu 57,5±21,79 cP (centiPoises)
Na-alginat. Tanah diatom sebagai adsorben (Tabel 1). Na-alginat yang rendah pada
dapat menurunkan selulosa yang lolos pada alat penyaring vibrator disebabkan adanya
proses penyaringan filtrat serta menurunkan selulosa dan pengotor lain pada bahan baku
kandungan bahan tidak larut air dalam yang lolos pada saat penyaringan bubur
alginat, secara fisik dan kimia tanah diatom rumput laut, sehingga terbawa pada produk
menyerap partikel dan selulosa sehingga yang Na-alginat yang dihasilkan. Subaryono (2009)
lolos dalam penyaringan hanya alginat. Hal ini menyatakan bahwa tingginya kandungan
menyebabkan serat Na-alginat pada filter press bahan tidak larut air dan rendahnya
menjadi sedikit dan nilai rendemen menjadi viskositas alginat salah satunya disebabkan
rendah. Rendemen pada penyaring vibrator oleh rendahnya kemurnian alginat yang
lebih tinggi, diduga akibat banyaknya selulosa dihasilkan. Penyaringan dengan filter press
yang lolos saat penyaringan. Semakin tinggi menghasilkan nilai rata-rata viskositas tinggi
nilai rendemen yang dihasilkan maka akan hal ini disebabkan alat penyaring filter press
semakin baik karena dapat meningkatkan dilengkapi dengan alat vakum, pengaduk
nilai ekonomi Na-alginat. dan tanah diatom. Proses penyaringan
Rendemen alginat yang dihasilkan filtrat dengan filter press dapat menurunkan
dari rumput laut dipengaruhi oleh habitat kandungan selulosa yang ada pada Na-alginat.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 355


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Karakteristik Na-Alginat dari Rumput Laut Cokelat, Sinurat dan Marliani

Kekentalan Na-alginat dibagi menjadi dapat diketahui bahwa kandungan Na-


tiga tingkatan, yaitu kekentalan rendah alginat dengan alat penyaring filter press
(<60 cP), kekentalan sedang (60-110 cP) dan memiliki nilai rata-rata kekuatan gel yang
kekentalan tinggi (110-800 cP). Berdasarkan lebih tinggi daripada Na-alginat dengan alat
pembagian tersebut, maka viskositas Na- penyaring vibrator. Kekuatan gel rata-rata
alginat pada penelitian ini termasuk dalam Na-alginat dengan alat penyaring filter press
kekentalan sedang (Syafarini 2009; Subaryono 353,54±184,51 g/cm2 sedangkan kekuatan
dan Apriani 2010). Kekentalan Na-alginat gel Na-alginat dengan alat penyaring vibrator
sangat bervariasi yakni dari 10–5.000 cP (1% 327,63 ± 55,15 g/cm2 (Tabel 1). Nilai kekuatan
larutan Na-alginat dalam air), tergantung gel Na-alginat rumput laut S. crassifolium
tujuan akhir produknya (Basmal et al. 2012). yang rendah pada alat penyaring vibrator
Natrium alginat untuk makanan biasanya diduga berhubungan dengan kemurnian
viskositasnya lebih rendah dibandingkan alginat, akibat adanya pengotor yang terlalu
natrium alginat untuk tekstil. Rumput laut banyak, dapat mempengaruhi kekuatan
dari daerah tropis (warm water) umumnya gel sehingga gel yang dihasilkan menjadi
menghasilkan alginat dengan viskositas yang rendah. Pengadukan dan pemanasan setelah
rendah (McHugh 2008). Rumput laut dengan penambahan Glucono-δ-lactone (GDL) jika
panjang thalus yang kecil akan menghasilkan melebihi dari 1 menit akan terjadi penjendalan
Na-alginat dengan viskositas yang rendah, sehingga jika dipanaskan kembali larutan
sedangkan bila digunakan rumput laut dengan tidak menjadi gel. Hal ini diduga dapat
thalus yang panjang (lebih dari 40 cm) akan menyebabkan kerusakan atau terjadinya
dihasilkan viskositas yang tinggi. Bahan baku degradasi gel akibat pemanasan. Subaryono
rumput laut S. crassifolium yang didapatkan (2009) menyatakan bahwa semakin banyak
dari perairan Binuangeun memiliki panjang ikatan silang yang terbentuk maka gel yang
thalus yang kecil (kurang dari 20-40 cm). dihasilkan akan semakin kuat. Dengan
Viskositas alginat dipengaruhi oleh meningkatnya konsentrasi ion pembentuk gel
beberapa faktor, antara lain suhu, kadar (gelling ion) maka akan menghasilkan gel yang
larutan dan derajat polimerisasi. Nilai semakin kuat. Jika ion Ca2+ yang dilepaskan
kekentalan Na-alginat sangat tergantung ke dalam proses pembuatan gel banyak
pada umur panen rumput laut cokelat, teknik maka ikatan silang yang bisa terbentuk antar
ekstraksi (konsentrasi, suhu, pH dan adanya molekul alginat semakin banyak didapatkan
kation logam polivalen) dan berat molekul dari meningkatnya konsentrasi CaCO3.
rumput laut yang diekstrak (Basmal et al. 2012; Sifat utama alginat adalah kemampuannya
McHugh 2008). Suhu pada saat pembuatan untuk membentuk gel dengan adanya kation
larutan untuk analisis viskositas Na-alginat divalen (Cardenas et al. 2003; Herdini 2008).
tidak boleh melebihi 80 oC, jika melebihi Penambahan kation bervalensi dua atau lebih
suhu tersebut larutan akan terdegradasi (multivalensi) alginat mampu membentuk gel
sehingga sulit untuk dianalisis kekentalannya yang bersifat thermostabil. Gel yang terbentuk
menggunakan RVA (rapid viscoanalyzer). dari alginat stabil terhadap panas dan dapat
Anggadiredja et al. (2008) menyatakan dibentuk pada suhu ruang. Kemampuan
bahwa semakin tinggi suhu pengeringan nilai alginat membentuk gel terutama berkaitan
viskositasnya semakin tinggi. Hal ini diduga dengan proporsi L-guluronat. Kandungan
bahwa dengan kenaikan suhu pengeringan poliguluronat dalam alginat semakin tinggi
akan meningkatkan terbentuknya jumlah maka akan menghasilkan gel yang lebih kuat
ester sulfat sehingga viskositas meningkat. dan tekstur yang lebih stabil (Reis et al., 2006).
Beberapa kation multivalensi seperti Ca, Mg,
Kekuatan gel Ba dan Cu mampu menginduksi pembentukan
Kekuatan gel merupakan sifat fisik yang gel alginat. Pada penelitian ini gel terbentuk
utama, karena kekuatan gel menunjukkan karena adanya reaksi kimia dimana Ca akan
kemampuan alginat dalam pembentukan gel. menggantikan posisi natrium dari alginat dan
Hasil analisis kekuatan gel yang dihasilkan mengikat molekul alginat yang panjang.

356 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Na-Alginat dari Rumput Laut Cokelat, Sinurat dan Marliani JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

Alginat yang larut dalam air membentuk tambahan pangan yang berfungsi mengatur
gel pada larutan asam karena adanya keasaman atau sequestrant yang relatif aman
kalsium atau kation logam polivalen lainnya. dan tidak mempunyai angka Acceptable Daily
Mekanisme pembentukan gel ini berdasarkan Intake (ADI) yang spesifik (Subaryono 2009).
reaksi molekul alginat dengan kalsium. Fungsi
utama alginat adalah sebagai zat pengatur Derajat putih
kestabilan termal pada proses pembentukan Derajat putih merupakan parameter
gel (Rasyid 2010; Subaryono 2009). yang menentukan tingkat warna putih dari
suatu produk. Semakin tinggi nilai derajat
Sineresis putih Na-alginat menunjukkan kualitasnya
Sineresis adalah karakteristik yang dapat semakin baik. Nilai rata-rata derajat putih
terlihat yaitu pengerutan gel yang bersifat alginate hasil alat penyaring filter press yaitu
lambat, dipengaruhi waktu dengan hasil 60,53±9,09% sedangkan alat penyaring
terlepasnya cairan dari gel (Draget 2001). vibrator 29,7±4,45%. Nilai derajat putih
Nilai rata-rata sineresis Na-alginat dengan yang dihasilkan dari alat penyaring vibrator
alat penyaring filter press yaitu 2,99±0,55% lebih rendah dibandingkan dengan derajat
sedangkan dengan alat penyaring vibrator putih alginat pada umumnya, yaitu sebesar
4,34±0,78% (Tabel 1). Nilai rata-rata sineresis 52,80%. Nilai pembanding standar yang
Na-alginat pada alat penyaring vibrator ditetapkan pada Whiteness meter yaitu 85,4.
memiliki nilai sineresis yang lebih tinggi Proses ekstraksi Na-alginat menggunakan
daripada Na-alginat dengan alat penyaring NaOCl (sodium hypochlorite) yang berfungsi
filter press. Nilai yang dihasilkan alat penyaring sebagai bahan pemucat (bleaching agent),
vibrator menunjukkan bahwa gel Na-alginat dapat mengubah warna Na-alginat yang
mudah melepaskan air atau air yang terikat cokelat tua menjadi lebih terang (Tabel 1).
secara fisik di dalam gel menjadi tidak Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai
terperangkap. Hal tersebut diduga terdapat rata-rata Na-alginat yang dihasilkan dengan
korelasi dengan kekuatan gel yang rendah perlakuan filter press lebih tinggi dibandingkan
sehingga dapat mempengaruhi terlepasnya dengan perlakuan vibrator. nilai rata-rata
cairan. Penyaringan dengan filter press derajat putih pada vibrator yang rendah
menghasilkan nilai sineresis lebih rendah, diduga akibat banyaknya pengotor yang
hal ini berkaitan dengan kekuatan gel yang lolos, sedangkan nilai rata-rata derajat putih
tinggi sehingga air yang terperangkap sulit yang tinggi pada filter press diduga pengotor
terlepas. Perubahan suhu memungkinkan ikut terserap oleh adanya tanah diatom. Saat
air menjadi tidak terikat secara fisik. pemucatan zat warna tidak terlepas dan tidak
Sineresis akan berkurang dengan turunnya mampu mendegradasi semua warna cokelat
berat molekul alginat, dan sebaliknya akan yang terikat pada alginate, pada akhirnya
meningkat dengan meningkatnya proporsi pigmen karotenoid dalam rumput laut cokelat
campuran mannuronat-guluronat dalam S. crassifolium tidak teroksidasi sepenuhnya.
alginat. Sineresis dalam suatu gel terlihat Produk Na-alginat yang dihasilkan dari
dari banyaknya air yang dilepaskan gel oleh perlakuan alat penyaring vibrator berwarna
pengaruh penyimpanan. Semakin besar nilai putih kekuningan sedangkan dengan
sineresis menunjukkan gel semakin mudah perlakuan filter press berwarna putih terang.
melepaskan air dan kurang disukai dalam Secara visual Na-alginat dari alat penyaring
perdagangan (Subaryono 2009). filter press terlihat lebih terang.
Pembentukan gel alginat untuk Alginat yang dipakai dalam industri
mengetahui sineresis ini melibatkan pelarutan makanan dan farmasi harus memenuhi
bahan-bahan pembentuk gel seperti alginat, persyaratan bebas dari selulosa dan warnanya
garam kalsium, asam atau sequestrant dalam sudah dipucatkan sehingga berwarna putih
air panas dan pembentukan gel terjadi karena dan terang. Karotenoid merupakan gugus
proses pendinginan. Penambahan Glucono-δ- kromofor atau gugus pembawa warna pada S.
lactone (GDL) pada penelitian sebagai bahan crassifolium yang dapat berkonjugasi dan sangat

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 357


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Karakteristik Na-Alginat dari Rumput Laut Cokelat, Sinurat dan Marliani

labil. Karotenoid memiliki gugus kromofor rata kadar air Na-alginat pada alat penyaring
atau gugus pembawa warna, antara lain gugus filter press lebih tinggi dibandingkan dengan
benzena dan sejumlah ikatan rangkap, yang nilai rata-rata kadar air pada alat penyaring
dapat berkonjugasi dan sangat labil karena vibrator. Penggunaan tanah diatom pada filter
mudah teroksidasi. Karotenoid tidak larut press dimaksudkan agar proses penyaringan
dalam air sehingga tidak dapat dihilangkan filtrat tersaring optimal, jika tidak
pada proses perendaman dan proses ekstraksi. menggunakan tanah diatom bubur rumput
NaOCl bersama dengan Na2CO3 merupakan laut yang licin sulit tersaring. Fungsi tanah
pengoksidasi kuat yang mampu mengoksidasi diatom sebagai adsorben, dapat menghasilkan
gugus kromofor tersebut. Konsentrasi NaOCl alginat yang lebih baik. Filtrat pada alat
yang semakin tinggi (sampai batas tertentu) penyaring vibrator mudah tersaring sehingga
maka kerusakan kromofor semakin besar, tidak perlu ditambahkan tanah diatom, hal
sehingga derajat putih Na-alginat semakin ini diduga tanah diatom mempengaruhi
baik (Suwarda 2016). kemurnian filtrat yang dihasilkan. Kemurnian
alginat yang semakin tinggi, mengakibatkan
Karakteristik Kimia Na-alginat Rumput sulitnya air keluar dari matriks selama proses
Laut S. crassifolium pengeringan. Alginat merupakan polimer
Analisis kimia terhadap Na-alginat dengan kemampuan menahan air yang sangat
rumput laut S. crassifolium meliputi nilai baik sehingga semakin tinggi kemurnian
kadar air, kadar abu dan nilai pH tersaji pada alginatnya maka kemampuan menahan air
Tabel 2. akan semakin baik (Suwarda, 2016).
Kadar air dapat berpengaruh terhadap
Kadar air daya simpan suatu produk. Produk yang
Pengeringan merupakan proses mempunyai kadar air rendah biasanya
pengurangan sebagian kadar air bahan. mempunyai masa simpan yang lebih
Kadar air bahan merupakan banyaknya lama dibandingkan dengan produk yang
air yang terkandung dalam bahan yang mempunyai kadar air tinggi (Siswati 2002). Air
dinyatakan dalam persen (%). Kadar air merupakan komponen penting dalam bahan
yang terdapat pada Na-alginat dengan alat makanan karena air dapat mempengaruhi
penyaring vibrator sebesar 10,23±1,68% penampakan, tekstur serta cita rasa makanan.
yang nilainya lebih rendah daripada nilai Na- Kandungan air dalam bahan makanan ikut
alginat dengan alat penyaring filter press yang menentukan acceptability, keragaman dan
mencapai 13,31±0,77%. Hasil yang diperoleh daya tahan bahan pangan (Winarno 2008).
pada penelitian sesuai dengan standar mutu Kadar air yang diperbolehkan didalam Na-
Internasional dengan ketentuan bahwa susut alginat antara 5–20%, sedangkan kadar air
pengeringan < 15 % (FCC 2004). Nilai rata- yang diperbolehkan FCC adalah < 15%. Jika
rata kadar air Na-alginat rumput laut S. dibandingkan pada penelitian ini dengan
crassifolium dengan perlakuan alat penyaring beberapa standar, maka kadar air Na-alginat
yang berbeda disajikan pada Tabel 2. Hasil yang dihasilkan telah memenuhi standar
pengamatan menunjukkan bahwa nilai rata- (FCC 2004). Hal yang sama juga ditetapkan

Tabel 2 Nilai analisis kimia mutu Na-alginat rumput laut S. crassifolium dengan alat
penyaring yang berbeda
Alat penyaring
Karakteristik
Filter press Vibrator Standar
Kadar air (%) 13,31±0,77 10,23±1,68 5-20**
Kadar abu (%) 26,69±0,82 24,94±4,41 18,00-27,00*
pH 6,05±0,57 7,03±2,60 3,5-10**
Keterangan: *) Food Chemical Codex (2004), **) Winarno (1996)

358 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Na-Alginat dari Rumput Laut Cokelat, Sinurat dan Marliani JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

oleh JECFA bahwa kadar air alginat sebagai tersebut meningkat. Tingkat efektivitas
bahan tambahan pangan harus memiliki penanganan bahan baku yang direndam
kadar air maksimal 15% (FAO 2009). dalam larutan alkali (NaOH) juga bisa
mempengaruhi kadar abu Na-alginat yang
Abu dihasilkan. Fungsi dari larutan alkali adalah
Kadar abu penting untuk diketahui karena untuk menarik protein dan bahan-bahan lain
dapat menentukan tingkat kemurnian produk seperti mineral misalnya: NaCl, kalium dan
dari komponen yang tidak dikehendaki. iodium (Basmal 2012; Suwuarda 2016). Kadar
Berdasarkan analisis kadar abu yang dihasilkan abu alginat yang tinggi pada hasil ekstraksi
dapat diketahui bahwa kandungan Na-alginat diduga disebabkan oleh adanya residu garam
dengan alat penyaring filter press memiliki NaCl yang tidak tercuci pada tahap pencucian
nilai kadar abu yang lebih tinggi daripada endapan asam alginat sehingga tidak larut
Na-alginat dengan alat penyaring vibrator. pada saat diendapkan menggunakan Isopropyl
Nilai rata-rata kadar abu Na-alginat dengan alcohol (Yunizal 2004). Alginat komersial
alat penyaring filter press yaitu 26,69±0,82% umumnya memiliki kadar abu maksimal
sedangkan nilai rata-rata kadar abu Na-alginat 27% bila dibandingkan dengan kedua alat
dengan alat penyaring vibrator 24,94±4,41% penyaring yang digunakan, kadar abu alginat
(Tabel 2). Kadar abu yang dihasilkan dari yang dihasilkan masih memenuhi standar
kedua alat yang dibandingkan cukup tinggi. persyaratan JECFA (McHugh 2008). Rumput
Tanah diatom serta luas penampang lebih laut S. crassifolium memiliki kandungan Na-
besar memungkinkan pelolosan pengotor alginat dengan nilai rata-rata pH lebih rendah
sehingga mempengaruhi nilai rata-rata kadar pada alat penyaring filter press dibandingkan
abu yang tinggi pada filter press. Komponen alat penyaring vibrator, sedangkan nilai
penyusun tanah diatom misalnya mineral rata-rata kadar air dan kadar abu pada alat
kemungkinan terbawa pada filtrat hasil penyaring filter press memiliki nilai rata-
penyaringan. Hal ini menunjukkan bahwa rata kandungan lebih tinggi daripada alat
sebagian besar bahan yang terendapkan pada penyaring vibrator.
proses penyaringan tidak hanya selulosa. Hasil analisis keseluruhan kimia dan
Kadar abu yang dihasilkan tidak melebihi fisik yang telah dilakukan Na-alginat yang
kadar abu garam alginat menurut standar dihasilkan alat penyaring filter press dapat
mutu Internasional yang telah ditetapkan meningkatkan kualitas Na-alginat. Produk
yaitu sebesar 18-27% (FCC 2004). Permana Na-alginat pada filter press lebih sesuai untuk
(2008) menyatakan bahwa proses penyaringan penggunaan pada produk non pangan, hal ini
dapat mempengaruhi nilai kadar abu, apabila dikaitkan dengan mutu yang dihasilkan. Hasil
penyaringannya kurang baik maka kadar abu Na-alginat filter press memiliki tepung Na-
yang terdapat dalam Na-alginat akan semakin alginat berwarna putih, dapat diformulasikan
tinggi. sesuai dengan kebutuhan dan sifat fisiko-
Pembentukan asam alginat juga kimia yang diinginkan, terutama yang
mempengaruhi tingginya kadar abu. berkaitan dengan pembentuk gel, kekentalan,
Penurunan kadar abu dapat dilakukan mengikat air sehingga dapat mempertahankan
dengan cara memperhatikan setiap proses kelembaban, sedangkan pada alat penyaring
terutama setelah pembentukan asam alginat vibrator Na-alginat lebih sesuai untuk produk
dimana proses pencucian asam alginat hingga pangan. Na-alginat produk pangan harus
mendekati netral akan menurunkan kadar memiliki kadar air rendah, kadar abu rendah
mineral Na-alginat (Basmal et al., 2012). dan pH netral (Yunizal 2004). Pengoperasian
Yunizal (2004) menyatakan bahwa semakin alat filter press lebih efisien karena lebih cepat
kuat asam yang digunakan semakin banyak digunakan dan bubur rumput laut yang
alkali yang ditambahkan untuk menetralkan dihasilkan dapat tersaring dalam jumlah
pH. Kandungan NaOH yang tinggi berarti yang banyak. Hasil karakteristik alginat
jumlah garam yang dihasilkan dalam alginat yang dihasilkan bahwa penyaringan dengan
meningkat, sehingga kadar abu dalam produk alat filter press maupun vibrator memenuhi

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 359


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Karakteristik Na-Alginat dari Rumput Laut Cokelat, Sinurat dan Marliani

standar alginat sebagai food grade, namun jika [BSN] Badan Standar Nasional. 2013. SNI 01-
dilihat dari kemurniannya, alat penyaringan 2354.1-2006. Jakarta: Balai Besar Kimia
dengan filter press menghasilkan alginat yang dan Kemasan. http://www.bbkk-litbang.
lebih murni dibandingkan dengan vibrator. go.id. Diakses tanggal 09 September 2013.
Hal ini dilihat dari mutu viskositas alginat Cardenas A, Monal, WA, Goycoolea, FM,
yang diperoleh, dimana viskositas alginat Ciapara, IH, Peniche, C. 2003. Diffusion
hasil penyaringan dengan filter press memiliki through Membranes of the Polyelectrolyte
viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan Complex of Chitosan and Alginate.
viskositas alginat hasil penyaringan vibrator. Macromol Biosci. 535-539.
Draget KI. 2001. Effects of molecular weight
KESIMPULAN and elastic segment flexibility on syneresis
Karakteristik Na-alginat yang dihasilkan in Ca-alginate gels. Food Hydrocolloids
dari alat penyaring filter press memiliki kualitas (15): 485-490.
relatif lebih baik dibandingkan dengan Na- [FCC] Food Chemical Codex. 2004. Food
alginat yang dihasilkan dari alat penyaring Chemical Codex. 5th ed. National
vibrator. Hasil analisis fisik dan kimia alginat Academic of Science. Washington D.C.
hasil penyaring filter press memiliki nilai (5):155-195; 995 pp
rata-rata rendemen 10,91±4,33%, viskositas FAO. 2009. JECFA for food additives. http://
82,66±112,46 cP, derajat putih 60,53±9,09%, www.fao.org/ag/agn/jefca_additives/
kekuatan gel 353,54±184,51 g/cm2, sineresis details.html?id=679. Diakses pada
2,99±0,55%, kadar air 13,31±0,77%, kadar abu tanggal 14 Mei 2014.
26,69±0,82% dan pH 6,05±0,57. Na-alginat Herdini. 2008. Mikroenkapsulasi ekstrak
yang dihasilkan alat penyaring filter press rimpang temulawak (Curcuma
memiliki karakteristik tepung berwarna putih, xanthorriza Roxb) tersalut gel kitosan-
kekuatan gel tinggi, kekentalan larutan tinggi alginat [tesis]. Bogor (ID): Institut
dan sineresisnya lebih rendah dibandingkan Pertanian Bogor.
alat penyaring vibrator. JECFA. 2007. JECFA for food additives. http://
www.fao.org. Diakses tanggal 14 Mei
DAFTAR PUSTAKA 2013.
Anggadiredja J, Zatnika A, Purwoto H, Istini Husni A, Subaryono, Pranoto Y, Tazwir, Ustadi.
S. 2008. Rumput Laut. Jakarta (ID): 2012. Pengembangan metode ekstraksi
Penebar Swadaya. alginat dari rumput laut Sargasssum sp.
Basmal J, Wikanta T, Tazwir. 2002. Pengaruh sebagai bahan pengental. Agriculture
kombinasi perlakuan kalium hidroksida Technology. 32(1): 1-8.
dan natrium karbonat dalam ekstraksi JECFA. 2007. Compedium of food additive
natrium alginat terhadap kualitas produk specifications. Roma, Italia,
yang dihasilkan. Jurnal Panelis Perikanan Permana RA. 2008. Karakteristik serbuk
Indonesia. (6): 45-52. minuman sari buah jeruk lemon (Citrus
Basmal J, Utomo BSB, Tazwir, Murdinah, medica var lemon) dengan penambahan
Wikanta T, Marraskuranto E, Kusumawati Na-alginat yang diekstrak dari rumput
R. 2012. Pengembangan Produksi laut Sargassum filipendula [skripsi].
Alginat Skala Pilot dan Pemanfaatannya Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
dalam Produk Pangan dan Non Pangan. Permana RA. 2008. Karakteristik serbuk
Laporan Teknis. Jakarta (ID): Balai minuman sari buah jeruk lemon (Citrus
Besar Penelitian dan Pengembangan medica var lemon) dengan penambahan
Pengolahan Produk dan Bioteknologi Na-alginat yang diekstrak dari rumput
Kelautan dan Perikanan. laut Sargassum filipendula [skripsi].
[BSN] Badan Standar Nasional. 2013. SNI 01- Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
2354.2-2006. Jakarta: Balai Besar Kimia Marrs WM, Titoria P. 2004. Third Generation
dan Kemasan. http://www.bbkk-litbang. Gels. Dalam Gums and Stabilisers for the
go.id. Diakses tanggal 09 September 2013. Food Industry 12. Edited by PA Williams

360 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Na-Alginat dari Rumput Laut Cokelat, Sinurat dan Marliani JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

and GO Philips. UK: The Royal Society of Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi
Chemistry. Kelautan dan Perikanan. 6(2): 131-138.
McHugh DJ. 2008. Production, Properties Sinurat E, Agustina. 2012. Optimasi pH Ca-
and Uses of Alginates. In Production and Alginat dan rumput laut cokelat sebagai
Utilization of Products from Commercial absorben. Prosiding Inovasi Teknologi
Seaweeds. FAO Corporate Document Pengolahan Produk dan Bioteknologi
Repository. http://www.fao.org. Diakses Kelautan dan Perikanan IV. ISBN: 978-
tanggal 28 Mei 2013. 602-19699-2-2. Hal 183-188.
Murdinah F, Ghifar SY, Cholid. 2009. Siswati J. 2002. Kajian ekstraksi alginat
Processing of Edible Coating Made of dari rumput laut Sargassum sp. serta
Alginate Using CaCl2 and Ca-lactate as aplikasinya sebagai penstabil es krim
Gelling Agents. Journal of marine and [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Fisheries Postharvest and Biotechnology Bogor.
(special ed.): 59-65. Subaryono. 2009. Karakterisasi pembentukan
Rasyid A. 2010. Ekstraksi natrium alginat dari gel alginat dari rumput laut Sargassum
alga Cokelat Sargassum echinocarphum. sp. dan Turbinaria sp. [tesis]. Bogor (ID):
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Institut Pertanian Bogor.
36(3): 393-400. Subaryono, Siti NKA. 2010. Pengaruh
Reis CP, Neufeld RJ, Vilela S, Ribeiro AJ, dekantasi filtrat pada proses ekstraksi
Veiga F. 2006. Review and current status alginat dari Sargassum sp. terhadap mutu
of emulsion/dispersion technology yang dihasilkan. Jurnal Pascapanen dan
using internal gelation process of the Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
design of alginate particles. Journal of 5(2): 165.
Microencapsulation. 23: (3) 245-257. Suwarda DID. 2016. Studi pembuatan natrium
Robin SR, Allan W. 2009. An Introduction alginat dari Sargassum sp. menggunakan
to Phycology. Blackweel Scientific metode ekstraksi modifikasi dengan
Publications. penambahan natrium karbonat dan
Septiana AT, Asnani A. 2012. Kajian Sifat karakterisasinya. [skripsi]. Lampung
fisiko-kimia ekstrak rumput laut cokelat (ID): Universitas Lampung.
Sargassum duplicatum menggunakan Syafarini I. 2009. Karakteristik produk tepung
berbagai pelarut dan metode ekstraksi. es krim dengan penambahan hidrokoloid
Jurnal Agroindustrial Teknologi. (6): 22- karaginan dan alginat [skripsi]. Bogor
28. (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sinurat E, Murdinah. 2007. Aplikasi alginat Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi.
sebagai bahan pengental pada pencapan Bogor (ID): M-Brio Press.
batik. Jurnal Pasca Panen dan Bioteknologi Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan
Kelautan dan Perikanan. 2(1): 1–8. Rumput Laut. Jakarta (ID): Pustaka Sinar
Sinurat E, Rosmawaty P, Saepudin E. 2011. Harapan.
Ekstraksi dan uji aktivitas fukoidan Yunizal. 2004. Teknologi Pengolahan Alginat.
dari rumput laut cokelat (Sargassum Jakarta (ID): Pusat Riset Pengolahan
crassifolium) sebagai antikoagulant. Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 361

Anda mungkin juga menyukai