Makalah IAS 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan memberikan informasi mengenai

posisi keuangan perusahaan, perubahan posisi keuangan, kinerja perusahaan. Informasi ini

bermanfaat untuk para pengguna laporan keuangan agar dapat mengambil keputusan yang

tepat. Pengaturan mengenai penyajian laporan keuangan diatur dalam standard akuntansi

internasional yaitu IAS 1. Di Indonesia pengaturan mengenai penyajian laporan keunagan di

atur dalam PSAK 1 yang mengadopsi dari IAS 1.

IAS 1 menetapkan seluruh persyaratan yang berguna untuk menyajikan laporan

keuangan untuk kebutuhan umum, yang menguraikan pedoman untuk strukturnya, dan

mendasari persyaratan minimum atas isinya dan pengungkapannya. Tujuan laporan keuangan

adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan

ekonomis. Tujuan IAS 1 adalah untuk untuk memastikan informasi yang dapat

diperbandingkan dengan menyajikan laporan keuangan entitas periode sebelumnya dan

dengan menyajikan laporan keuangan entitas lainnya. Laporan keuangan disusun atas dasar

kelangsungan hidup usaha(Going concern). Suatu entitas menyusun laporan keuangannya

berdasarkan dasar akuntansi akrual kecuali untuk laporan arus kas. (Ankarat, 2012:21)

Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai penyajian laporan

keuangan berdasarkan IAS 1.


1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan sebagaimana dijelaskan pada latar belakang diatas, penulis

akan mengkaji beberapa permasalahan sebagai berikut :

1 Bagimana ruang lingkup IAS 1 ?

2. Apa tujuan dari penyajian laporan keuangan ?

3. Bagaimana ketentuan umum penyajian laporan keuangan ?

4. Bagaimana perangkat laporan keuangan yang lengkap ?

5. Bagaimana pengungkapan kebijakan akuntansi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk menghetahui ruang lingkup IAS 1.

2. Untuk mengetahui tujuan dari penyajian laporan keuangan.

3. Untuk mengetahui ketentuan umum penyajian laporan keuangan.

4. Untuk perangkat laporan keuangan yang lengkap.

5. Untuk mengetahui pengungkapan kebijakan akuntansi.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup IAS 1

Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian laporan

keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Dasar-dasar bagi

penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements) agar

dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya dan entitas lain. IAS 1 mengatur mengenai

persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, persyaratan

minimum, isi laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

keuangan suatu entitas. Tujuan dari laporan keuangan itu sendiri adalah memberikan

informasi mengenai :

– Posisi keuangan,

– Kinerja keuangan

– Arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan

dalam pembuatan keputusan ekonomi

– Menunjukan hasil pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya

yang dipercayakan kepada mereka.

2.2 Tujuan Penyajian Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,

kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga

menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang

dipercayakan kepada mereka.


Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi

mengenai entitas yang meliputi:

1. aset;

2. liabilitas;

3. ekuitas;

4. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

5. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik;dan

6. arus kas.

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan

keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan,

khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

2.3 Ketentuan Umum Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan memiliki 8 (delapan) karakteristik umum, yaitu:

1. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak

dari transaksi, peristiwa lain, dan kondisi sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan asset,

liabilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian

laporan keuangan. Penyajian yang wajar juga mensyaratkan entitas untuk:

a. Memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai PSAK 25 (revisi 2009)

Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan kesalahan.

b. Menyajikan informasi secara relevan, andal, dapat dibandingkan dan mudah

dipahami.
c. Memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan syarat khusus

PSAK dinilai tidak cukup bagi pengguna laporan keuangan.

Apabila entitas tersebut telah menyusun laporan keuangan sesuai dan patuh pada

SAK, maka entitas tersebut membuat pernyataan eksplisit dan tanpa kecuali tentang

kepatuhan terhadap SAK dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.Dalam hal kebijakan

akuntansi entitas yang digunakan tidak tepat, entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan

akuntansi yang digunakan maupun mengungkapkannya dalam CALK ataupun materi

penjelasan.

Pengecualian terhadap kepatuhan entitas terhadap aturan PSAK (kasus yang jarang

terjadi) dapat dibolehkan apabila dengan dipatuhinya PSAK dapat memberikan interpretasi

berbeda atas laporan keuangan, dan oleh karenanya, entitas harus berusaha semaksimal

mungkin untuk mengurangi pemahaman yang salah tersebut dengan mengungkapkan nama

PSAK terkait, sifat ketentuan, dan alasan mengapa manajemen menyimpulkan bahwa

kepatuhan terhadap ketentuan dimaksud akan memberikan pemahaman yang salah yang

bertentangan dengan tujuan laporan keuangan. Selain itu, entitas juga mengungkapkan untuk

masing-masing periode yang disajikan, penyesuaian terhadap masing-masing pos dalam

laporan keuangan yang dipandang perlu oleh manajemen untuk mencapai penyajian yang

wajar. Dalam hal ini, pihak manajemen harus mempertimbangkan alasan tujuan laporan

keuangan tidak tercapai dalam kondisi tersebut dan bagaimana perbedaan kondisi entitas

dengan kondisi entitas lain yang mematuhi persyaratan.

2. Kelangsungan Usaha

Entitas menyusun laporan keuangan dengan didasarkan pada asumsi kelangsungan

usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan

perdagangan, atau tidak mempunyai alternative lain yang realistis selain melakukannya.

Apabila entitas menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha,
maka entitas mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan dalam

penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dipertimbangkan sebagai

entitas yang dapat menggunakan asumsi kelangsungan usaha.

Dalam mempertimbangkan apakah dasar akrual kelangsungan usaha adalah tepat,

manajemen memperhatikan semua informasi masa depan, paling sedikit (namun tidak

dibatasi untuk) dua belas bulan dari akhir periode pelaporan.

3. Dasar Akrual

Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.

4. Materialitas dan Agregasi

Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas

menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos

tersebut tidak material. Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah

dalam laporan keuangan tetapi material untuk disajikan terpisah dalam Catatan Atas Laporan

Keuangan.

5. Saling Hapus

Entitas tidak diperbolehkan melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau

penghasilan dan beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu PSAK. Saling hapus

dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba

rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk

memahami transaksi, peristiwa dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai

arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansitransaksi

atau peristiwa.

6. Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif)

setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan
keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek daripada

periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka

entitas mengungkapkan:

 alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek; dan

 fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat

dibandingkan secara keseluruhan

7. Informasi Komparatif

Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya

untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali

dinyatakan lain oleh SAK.Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari

laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman

laporan keuangan periode berjalan.

Apabila entitas mengubah penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan

keuangan, maka entitas mereklasifikasi jumlah komparatif kecuali reklasifikasi tersebut tidak

praktis untuk dilakukan. Jika entitas mereklasifikasi jumlah komparatif, maka entitas

mengungkapkan:

a. Sifat reklasifikasi;

b. Jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang direklasifikasi;

c. Alasan reklasifikasi

Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan, maka entitas

mengungkapkan alasan tidak mereklasifikasi jumlah tersebut, dan sifat penyesuaian yang

akan dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi.

8. Konsistensi Penyajian

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode dilakukan

secara konsisten, kecuali setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi
entitas atau mengkaji ulang atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau

pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan

kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25 (Revisi 2009)

tentang Kebijakan Akuntansi,Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan atau perubahan

tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK.

2.4 Perangkat Laporan Keuangan Yang Lengkap

Laporan keuangan dianggap lengkap apabila memenuhi komponen-komponen

sebagai berikut:

a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

b. Laporan Laba Rugi Komprehensif

c. Laporan Perubahan Ekuitas

d. Laporan Arus Kas

e. Catatan atas Laporan Keuangan

f. Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas

menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif.

Semua komponen laporan keuangan tersebut harus disajikan oleh entitas secara lengkap

dengan tingkat keutamaan yang sama. Selain keenam laporan tersebut, entitas diperbolehkan

juga menyajikan laporan keuangan tambahan yang dinilai penting oleh entitas untuk

disajikan. Manajemen entitas bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan

keuangan entitas tersebut.

a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)


Laporan posisi keuagan atau yang sering disebut neraca, melaporkan asset, liabilitas, dan

modal entitas pada tanggal tertentu. Laporan ini merupakan sumber informasi utama tentang

posisi keuangan entitas karena merangkum elemen-elemn yang berhubungan langsung

dengan pengukuran posisi keuangan, yaitu asset, liabilitas, adan ekuitas.


Kegunaan laporan posisi keuangan secara umum adalah untuk menilai resiko-resiko

entitas masa depan. Tujuan penggunaan laporan posisi keuangan menggunakan laporan ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengevaluasi struktur pendanaan

2. Menganalisis likuiditas

3. Menilai solvabilitas

4. Menilai fleksibelitas keuangan

Keterbatasan dari laporan posisi keuangan adalah :

1. Pilihan pengukurn beberapa asset tertentu berdasarkan biaya perolehan atau biaya
perolehan terdepresiasi, dan pada nilai kininya.
2. Tidak diperkenankan mengakui ast tidak berwujud yang mengandung nilai manfaat,
namun sulit di ukur nilainya secara objektif karna dihasilkan secara internal, misalnya
merek yang dihasilkan secara internal.
3. Rekayasa keuangan yang sering kali memingkinkan untuk menghasilakn pembiayaan
off-balnce sheet.
4. Beberapa pengukuran nilai untuk beberapa unsur di laporan posisi keuangan
melibatkan pertimbangan dan estimasi, misalnya penentuan masa manfaat asset tea
dan estimasi kewajiban garansi.
Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut :

a. Aset tetap

b. Properti investasi

c. Aset tidak berwujud

d. Aset keuangan

e. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas

f. Persediaan

g. Piutang dagang dan piutang lainnya

h. Kas dan setara kas


i. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan asset yang

termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk

dijual: asset tidak lancer yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan

j. Utang dagang dan terutang lain

k. Provisi

l. Liabilitas keuangan

m. Liabilitas dan aset untuk pajak kini

n. Liabilitas dan aset pajak tangguhan

o. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai

dimiliki untuk dijual

p. Kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas

q. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk

Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasarkan

pada penilaian dari :

a. Sifat dan likuiditas aset

b. Fungsi dari aset tersebut dalam entitas

c. Jumlah,sifat dan jangka waktu liabilitas

Pembedaan aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangka

panjang :

Entitas mengungkapkan jumlah yang diharapkan dapat dipulihkan atau diselesaikan

setelah lebih dari dua belas bulan untuk setiap pos aset dan liabilitas yang menggabungkan

jumlah yang diharapkan akan dipulihkan atau diselesaikan :

a. Tidak lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan

b. Lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan


Informasi mengenai tanggal perkiraan realisasi aset dan liabilitas berguna dalam

penilaian likuiditas dan solvabilitas entitas. PSAK 50 (revisi 2006): Instrumen keuangan:

Penyajian dan Pengungkapan mensyaratkan pengungkapan tanggal jatuh tempo aset

keuangan dan liabilitas keuangan.

1) Aset Lancar dan Tidak lancar

Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika :

a) Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau

menggunakan dalam siklus operasi normal

b) Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan

c) Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset dalam jangka waktu dua belas bulan

setelah periode pelaporan

d) Kas atau setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran atau penggunaannya

untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode

pelaporan.

Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset

tidak lancar. Pernyataan ini menggunakan istilah “tidak lancar” , pernyataan ini tidak

melarang penggunaan istilah lainnya sepanjang pengertiannya jelas.

Siklus operasi entitas merupakan jangka waktu antara perolehan aset untuk

pemrosesan dan realisasinya dalam bentuk kas atau setara kas. Ketika siklus operasi normal

entitas tidak dapat diidentifikasikan secara jelas, maka diasumsikan selama dua belas bulan.

Aset lancar mencakup aset yang dijual, dikonsumsi atau direalisasikan sebagai bagian siklus

operasi normal meskipun aset tersebut tidak diharakan untuk direalisasikan dalam jangka

waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan, aset lancar juga mencakup aset yang

dimiliki untuk diperdagangkan.


2) Liabilitas

Liabilitas merupakan kewajiban membayar kepada pihak lain yang disebabkan

adanya transaksi di masa lalu. Menurut Kieso (2008) liabilitas memiliki 3 (tiga) karakteristik

yaitu:

a) Kewajiban sekarang

b) Diperoleh dari kejadian di masa lalu

c) Penyelesaiannya menggunakan sumber daya yang dimiliki entitas.

a. Liabiliitas Jangka Pendek

Menurut PSAK 01 terdapat 4 (empat) Kriteria Liabilitas Jangka Pendek, yaitu:

 Diselesaiakan dalam siklus operasi normal;

 Tujuannya untuk diperdagangkan;

 Jatuh tempo 12 bulan setelah periode pelaporan ; atau

 Penyelesaian hutang tidak dapat ditunda sekurang-kurangnya dari 12 bulan setelah

periode pelaporan.

Pengecualian terhadap kriteria tersebut antara lain:

 Pengecualian untuk hutang dagang, beberapa akrual untuk biaya karyawan, dan biaya

operasi lain tetap digolongkan sebagai hutang jangka pendek meskipun jatuh

temponya lebih dari 12 bulan setelah periode pelaporan.

 Jika Jatuh tempo kurang dari 12 bulan meskipun perjanjian awal pinjaman lebih dari

12 bulan dan terdapat perjanjian perpanjangan pembayaran setelah periode pelaporan

dan sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan → hutang jangka pendek

 Jika hutang jatuh temponya kurang dari 12 bulan lagi akan tetapi entitas

menginginkan (dan memiliki diskresi) untuk memperpanjang selama min. 12 bulan

setelah setelah periode pelaporan. → hutang jangka panjang


 Jika Hutang jangka panjang yang harus segera dibayar diakibatkan entitas melanggar

ketentuan perjanjian pinjaman jangka panjang → hutang jangka panjang

Macam-macam liabilitas jangka pendek

a) Hutang dagang

b) Hutang berjangka

c) Bagian hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo

d) Hutang deviden

e) Pendapatan diterima dimuka

f) Hutang Pajak Penjualan dan Pajak Penghasilan

Peristiwa yang terkait liabilitas jangka pendek yang memerlukan pengungkapan

sebagai peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian yaitu:

 Pembiayaan kembali berbasis jangka panjang

 Perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang

 Pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk memperbaiki

pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir sekurang-kurangnya

12 bulan setelah periode pelaporan

b. Liabilitas Jangka Panjang

Menurut PSAK 01, liabilitas yang tidak termasuk dalam kategori liabilitas jangka

pendek maka akan diklasifikasikan sebagai sebagai hutang jangka panjang. Hutang jangka

panjang antara lain:

a) Hutang wesel jangka panjang

b) Hutang obligasi

c) Hutang hipotek
3) Ekuitas

Hal-hal yang diungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau laporan perubahan

ekuitas atau CALK :

a. Untuk setiap jenis saham

i. Jumlah saham modal dasar

ii. Jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh dan yang diterbitkan

tetapi tidak disetor penuh

iii. Nilai nominal saham

iv. Rekonsiliasi jumlah saham yang beredar pada awal dan akhir periode

v. Hak, keistimewaan, dan pembatasan setiap jenis saham

vi. Saham yang dikuasai entitas sendiri, entitas anak, atau entitas asosiasi

vii. Saham yang dicadangkan untuk penerbitan hak opsi

b. Penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas

Entitas yang modalnya tidak terbagi dalam saham, seperti persekutuan atau unit

perwalian, mengungkapkan informasi yang setara sesuai dengan poin a di atas, yang

memperlihatkan perubahan selama suatu periode dari setiap jenis kepentingan ekuitas, serta

hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap kepentingan ekuitas.

b. Laporan Laba Rugi Komprehensif

Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan yang mengukur keberhasilan kinerja

perusahaan selama periode tertentu. Informasi kinerja perusahaan digunakan untuk menilai

dan memprediksi jumlah dan waktu atas ketidak pastian arus kas masa depan.

IAS 1 menawarkan pilihan penyajian terhadap semua pendapatan dan beban yang

diakui di dalam suatu periode; dalam pelaporan tunggal; atau dalam dua laporan; yaitu suatu

laporan yang menggambarkan komponen laba atau rugi, bersamaan dengan laporan yang
berawal dengan laba atau rugi dan menggambarkan komponen perdapatan atau rugi

komprehensif lain.

Standar menetapkan, sebagai suatu yang minimum, pos-pos lini berikut harus

disajikan didalam suatu laporan laba-rugi komprehensif.

 Pendapatan, biaya keuangan, bagian dari laba atau rugi dari perusahaan asosiasi

dan perusahaan patungan yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas,

beban pajak, jumlah yang diharuskan untuk diungkapkan menurut Standar

Pelaporan Keuangan International ( IFRS ) 5 yang terkait dengan penghentian

operasi.

 Laba atau rugi periode pelaporan

 Setiap komponen laba-rugi komprehensif lainnya diklasifikasikan berdasarkan

sifatnya.

 Setiap bagian dari laba-rugi komprehensif lainnya dari perusahaan asosiasi dan

perusahaan joint renture yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, dan

 Total laba-rugi komprehensif.

Laba atau rugi periode pelaporan sama halnya dengan total laba-rugi komprehensif

untuk periode yang diatribusikan kepada pemilik non-pengendali dan pemilik perusahaan

induk diharuskan untuk diungkapkan secara terpisah.

Karena IAS 1 menguraikan pengungkapan minimum pos lini, maka suatu entitas

diijinkan menyajikan tambahan pos lini, dan subtotal di dalam laporan laba-rugi

komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika entitas boleh memilih untuk menyajikan

laporan ini). Tambahan pengungkapan semacam ini diizinkan bilamana penyajian semacam

ini adlaah relevan dengan suatu pemahaman mengenai kinerja keuangan entitas.

Suatu entitas harus mengakui semua pos pendapatan dan beban dalam suatu periode

yang memperoleh laba atau rugi, kecuali Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS)
mensyaratkan atau mengizinkannya. Suatu entitas harus menyajikan suatu entitas analisis

beban yang diakui dalam laba atau rugi, dengan menggunakan suatu klasifikasi atas dasar

sifat atau fungsinya didalam entitas, memberikan informasi manakah yangdapat diandalkan

dan lebih relevan.

Sebuah contoh mengenai suatu klasifikas yang menggunakan metode sifat beban

Sebuah contoh mengenai suatu klasifikas yang menggunakan metode fungsi beban

c. Laporan Perubahan Ekuitas

Sebuah entitas diharuskan untuk menyajikan suatu laporan perubahan ekuitas dengan

memperlihatkan :

 Total laba-rugi komprehensif untuk periode bersangkutan ( secara terpisah

mengungkapkan jumlah yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan induk

dan kepada pemilik non-pengendali).


 Untuk setiap komponen ekuitas, dampak dari penerapan berlaku surut atau

pernyataan kembali yang berlaku surut diharuskan oleh IAS 8 mengenai

kebijakan akuntansi, perubahan entitas akuntansi, dan kesalahan.

 Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal

dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan perubahan yang

diakibatkan oleh laba atau rugi, setiap pos dari laba-rugi komprehensif lain,

transaksi dengan pemilik, yang memperlihatkan kontribusi secara terpisah

oleh dan distribusi kepada pemilik dan perubahan atas hak kepemilikan pada

anak perusahaan yang tidak menyebabkan kehilangan kendali.

Menurut PSAK 1 (revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan, laporan perubahan

ekuitas untuk suatu periode tertentu berisi informasi sebagai berikut.

1. Total Laba Rugi Komprehensif, dengan penyajian terpisah untuk jumlah yang

dialokasikan untuk pemilik induk perusahaan dan alokasi untuk kepentingan

nonpengendali.

2. Dampak setiap pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali unutk

setiap komponen ekuitas.

3. Rekonsialiasi atau perubahan selama periode berjalan untuk setiap komponen

ekuitas yang dihasilkan dari laba atau rugi setiap pos dari pendapatan

komprehensif lain, serta transaksi dengan pemilik, seperti tambahan modal atau

penarikan.

4. Dividen yang diakui dan jumlah dividen per saham.

d. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai

kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam

menggunakan arus kas tersebut.


e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan adalah suau bagian yang sangat penting dan bagian yang integral dari laporan

keuangan karena memberikan rincian mengenai pos-pos yang disajikan di dalam komponen

lain dari laporan keuangan sebagai tambahan dalam penyediaan informasi mengenai dasar

penyusunan laporan keuangan, dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan di dalam

penyusunan laporan keuangan tersebut.

2.5 Pengungkapan Kebijakan Akuntansi

Suatu entirtas harus mengungkapkan secara ringkas kebijakan akuntani yang

signifikan :

1. Dasar pengukuran (atau basis) yang digunakan dalam penyusunan laporan

keuangan, dan kebijkan akuntansi lainnya yang digunakan adalah relevan bagi

suatu pemahaman laporan keuangan.

2. Pertimbangan. Bagian dari estimasi yang terkait bahwa manajemen melaksanakan

proses penerapan kebijakan akuntansi dan yang paling signifikan atas jumlah yang

diakui di dalam laporan keuangan.

3. Informasi mengenai asumsi yang terjadi di masa datang , dan sumber utama

lainnya mengenai ketidakpastian padaa khir periode pelaporan.

Suatu entitas harus mengungkapkan didalam catatan :

1. Jumlah dividen yang diusulkan atau dideklarasikan sebelum laporan keuangan

diotorisasi untuk diterbitkan tetapi tidak diakui sebagai suatu distribusi kepada

pemilik selama periode yang bersangkutan, dan terkait jumlah per lembar sham.

2. Jumlah akumulasi dividen saham preferan yang tidak diakui.

3. Informasi yang menjadikan pengguna laporan keuangnya untuk mengevaluasi

tujuan , kebijakan dan proses entitas untuk pengelolaan modal.


Suatu entitas harus menggunakan hal berikut apabila tidak diungkapkan dalam

informasi yang diterbitkan dengan laporan keuangan :

1. Domisili dan bentuk hukum entitas, negara asal perusahaannya, alamat kantor

terdaftar (tempat bisnis utama)

2. Suatu deskripsi sifat kegiatan operasional entitas dan aktivitas utamanya

3. Nama perusahaan induk dan perusahaan induk utama dari kelompok.


BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

IAS 1 menetapkan seluruh persyaratan yang berguna untuk menyajikan laporan

keuangan untuk kebutuhan umum, yang menguraikan pedoman untuk strukturnya, dan

mendasari persyaratan minimum atas isinya dan pengungkapannya. Tujuan laporan keuangan

adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan

ekonomis. Tujuan IAS1 adalah untuk untuk memastikan informasi yang dapat

diperbandingkan dengan menyajikan laporan keuangan entitas periode sebelumnya dan

dengan menyajikan laporan keuangan entitas lainnya. Laporan keuangan disusun atas dasar

kelangsungan hidup usaha(Going concern).

Anda mungkin juga menyukai