PENDAHULUAN
Tahap perkembangan dewasa dimana pada tahap ini seseorang sudah harus
mampu menetapkan tujuan hidupnya, kemampuan membina hubungan intim
dengan pasangan dan berkeluarga, mampu mandiri dan mempunyai pedoman dan
konsep diri yang tegas. Pada tahap perkembangan lansia, tahap perkembangan
yang normal yakni memiliki integritas ego. Untegritas ego ini ditandai dengan
adanya harga diri yanh tinggi, mampu menilai kehidupannya yang berarti, mampu
memaknai seluruh kehidupannya dan menerima keunikan orang lain. Pada tahapan
dewasa dan lansia ini, jika tugas perkembangan telah dilakukan dan dihayati dengan
baik maka tahap perkembangan berjalan normal.
Dalam tahap perkembangan manusia yang normal ini. Peran perawat yakni
dapat membantu klien untuk mengetahui dan memelajari tahapan perkembangan
yang normal. Perawat sebagai educator yang berfungsi untuk membantu klien
meningkatkan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas perkembangannya.
Perawat juga melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan tahap perkembangan
dan kondisi klien.
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tahap pertumbuhan dan perkembangan normal pada usia
dewasa?
Bagaimana tahap pertumbuhan dan perkembangan normal pada usia lansia?
Bagaimana tahap pertumbuhan dan perkembangan tidak normal pada usia
dewasa?
Bagaimana tahap pertumbuhan dan perkembangan tidak normal pada usia
lansia?
Bagaimana asuhan keperawatan secara umum pada keperawatan jiwa dan
pengkajian berdasarkan kasus pemicu dewasa?
Bagaimana asuhan keperawatan umum secara umum pada keperawatan
jiwa dan pengkajian berdasarkan kasus pemicu Lansia?
1.3 Tujuan
● Untuk mengetahui tahap pertumbuhan dan perkembangan normal pada usia
dewasa
● Untuk mengetahui tahap pertumbuhan dan perkembangan normal pada usia
lansia
● Untuk mengetahui tahap pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
pada usia dewasa
● Untuk mengetahui tahap pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
pada usia dewasa
● Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keperawatan jiwa usia dewasa
● Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keperawatan jiwa usia lansia
2
BAB II
ISI
3
pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi
mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki
kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga
harus dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan
rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan
hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan
pasangan hidup masing-masing. Mereka juga membesarkan, mendidik,
dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin
hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudara.
4
disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai
seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi
diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana
layaknya seperti orang dewasa lainnya. Penampilan fisiknya benar-benar
matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya,
misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara
bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk
keluarganya). Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik,
misalnya tumbuh rambut-rambut halus, perubahan suara, menstruasi, dan
kemampuan reproduksi.
2) Transisi Intelektual
5
bagi anak-anaknya. Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga,
sedangkan seorang wanita sebagai ibu rumah tangga, tanpa meninggalkan
tugas karier tempat mereka bekerja. Namun demikian, tak sedikit seorang
wanita mau meninggalkan kariernya untuk menekuni tugas-tugas
kehidupan sebagai ibu rumah tangga (domestic tasks), agar dapat mengurus
dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebagai anggota masyarakat,
mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial, misalnya dalam
kegiatan pen-didikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus RT/RW.
Masa dewasa tengah biasa disebut dengan masa paruh baya. Masa dewasa
madya mencakup waktu yang lama dalam rentang hidup. Pada masa dewasa madya,
individu melakukan penyesuaian diri secara mandiri terhadap kehidupan dan
harapan sosial. Kebanyakan orang telah mampu menentukan masalah-masalah
mereka dengan cukup baik sehingga menjadi cukup stabil dan matang secara
emosinya.
1) Perubahan biologis
Melihat dan mendengar adalah dua perubahan yang paling menyusahkan
dan paling tampak dalam masa dewasa tengah. Daya akomodasi mata
mengalami penurunan paling tajam antara usia 40 – 59. menilai bahwa
menopause sebagai pengalaman positif, bahwa mereka tidak lagi harus kuatir
tentang kehamilan atau periode menstruasi, atau perasaan netral tentang semua
hal itu (McKinlay & Mckinley, 1984 dalam Santrock, 2002). Hanya tiga persen
yang berkata menyesal mencapai menopause. Kecuali untuk beberapa gejala
sementara yang menyusahkan seperti semburan panas, berkeringat, dan
ketidakteraturan menstruasi, sebagian besar perempuan secara sederhana
berkata bahwa menopause bukan lagi persoalan yang begitu penting, seperti
6
yang diributkan oleh banyak orang.
2) Perkembangan kognitif
Berbagai kemunduran dalam daya ingat terjadi selama masa dewasa tengah,
walaupun strategi-strategi dapat digunakan untuk mengurangi kemunduran
tersebut. Kekurangan yang lebih besar terjadi dalam memori jangka panjang
(long term) dari pada dalam memori jangka pendek (short term). Proses-proses
seperti organisasi dan pembayangan dapat digunakan untuk mengurangi
kemunduran daya ingat. Kemunduran yang lebih besar terjadi ketika informasi
yang diperoleh bersifat baru atau ketika informasi yang diterima saat ini tidak
sering digunakan, dan ketika yang digunakan adalah proses mengingat kembali
(recall) dari pada proses mengenali (recognition). Buruknya kesehatan dan
sikap-sikap yang negatif berkaitan dengan kemunduran daya ingat.
3) Karir dan Kerja
Sebagian besar kemajuan karir terjadi pada awal dalam kehidupan orang
dewasa, sekitar usia 40 hingga 45 tahun. Dan individu yang dipromosikan lebih
dahulu naik lebih jauh. Kepuasan kerja mengalami peningkatan secara
konsisten sepanjang kehidupan. Dari usia 20 hingga 60 tahun, bagi orang
dewasa lulusan perguruan tinggi dan bukan lulusan perguruan tinggi. Suatu pola
kerja yang terus menerus lebih umum di antara laki-laki dari pada di antara
perempuan. Meskipun laki-laki berpenghasilan rendah pola kerjanya lebih tidak
stabil dari pada laki-laki dengan penghasilan rata-rata (middle income). Hal
biasa jika perempuan kembali pada pekerjaan dengan alasan bukan uang.
Hanya sekitar 10% dari orang Amerika Serikat yang mengalami perubahan
pekerjaan dalam paruh kehidupan. Sebagian karena mereka dipecat, lainnya
karena motivasi mereka sendiri. Dalam paruh-kehidupan, kita sering kali
mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan kita dalam artian berapa banyak
waktu yang masih dimiliki dalam suatu pekerjaan.
4) Perkembangan Psikososial
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih
luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa
dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan
tingah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang
7
lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan-
perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan
keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini orang melibatkan diri secara khusus
dalam karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson,
perkembangan psikososial selama masa dewasa ini ditandai dengan dua gejala
penting, yaitu keintiman dan generativitas.
a. Keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka.
Orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang lain akan
terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan
tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa.
Dalam suatu studi ditunjukkan bahwa hubungan intim mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis dan fisik
seseorang. Orang-orang yang mempunyai tempat untuk berbagi ide,
perasaan dan masalah, merasa lebih bahagia dan lebih sehat dibandingkan
dengan mereka yang tidak memiliki tempat untuk berbagi (Traupmann &
Hatfield, 1981 dalam Desmita, 2006).
b. Generativias
Generativitas (generativity) adalah tahap perkembangan psikososial
ke tujuh yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa. Ciri
utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan
(keturunan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya). Serta pembentukan
dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Transmisi
nilai-nilai sosial ini diperlukan untuk memperkaya aspek psikoseksual dan
aspek psikososial kepribadian. Apabila generativitas lemah atau tidak
diungkapkan, maka kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan dan
stagnasi. Apa yang disebut Erikson dengan generativitas pada masa
setengah baya ini ialah suatu rasa kekhawatiran mengenai bimbingan dan
persiapan bagi generasi yang akan datang. Pemeliharaan terungkap dalam
kepedulian seseorang pada orang-orang lain, dalam keinginan memberikan
8
perhatian pada mereka yang membutuhkannya serta berbagi dan membagi
pengetahuan serta pengalaman dengan mereka. Nilai pemeliharaan ini
tercapai lewat kegiatan membesarkan anak, mengajar, memberi contoh dan
mengontrol.
Manusia sebagai suatu spesies memiliki kebutuhan inheren untuk
mengajar, suatu kebutuhan yang dimiliki oleh semua orang dalam setiap
bidang pekerjaan. Perasaan puas pada tahapan ini timbul dengan menolong
anak menjadi dewasa, mengajarr orang-orang dewasa lain, menyediakan
bantuan yang diperlukan orang lain, serta menyaksikan bahwa sumbangan
yang mereka berikan kepada masyarakat memiliki manfaat.Aktivitas ini
merupakan penting untuk menimbulkan perasaan bahwa diri mereka berarti.
Perasaan putus asa mungkin timbul dari adanya kesadaran bahwa ia merasa
belum mencapai tuuan yang dicanangkan semasa muda atau kesadaran
bahwa apa yang dilakukan tidak begitu berarti.
Menurut hasil penelitian Bernice Neugarden (dalam Desmita, 2006),
orang dewasa yang berusia antara 40, 50 dan awal 60 tahun adalah orang-
orang yang mulai suka melauan introspeksi diri dan banya merenungkan
tentang apa yang sebetulnya sedang terjadi di dalam dirinya. Banyak di
antara mereka yang berpikir untuk “berbuat sesuatu dalam sisa waktu
hidupnya”.
Lansia adalah seseorang yang berusia lebih dari 65 tahun dan mengalami
suatu proses menurun atau bahkan menghilangnya daya tahan dan kemunduran
struktur dan fungsi organ tubuh secara berangsur-angsur dalam mengahadapi
ransangan dari dalam dan luar tubuh yang dapat mempengaruhi kemandirian dan
kesehatan lansia (Sanjeeve, 2015). Potter & Perry (2013) menyebutkan bahwa
perkembangan lansia adalah menyesuaikan terhadap perubahan fisik, psikologis,
sosial ekonomi, menjaga kepuasan hidup, dan mencari cara untuk mempertahankan
kualitas hidup. Guna mencapai kualitas hidup lansia diperlukan kemampuan lansia
dalam beradaptasi terhadap kondisi fisik, psikologis, tingkat kemandirian dan
hubungan dengan lingkungan (Reno, 2010). Mengingat hal tersebut lansia
membutuhkan dukungan untuk menyesuaikan dengan perkembangan dalam
9
hidupnya untuk mencapai integritas diri yang utuh. Integritas diri yang tercapai
pada lansia akan meningkatkan kualitas hidup lansia.
10
2.2 Perkembangan Tidak Normal Dewasa dan Usia Lanjut
Menurut Erikson, dewasa muda adalah periode dimana banyak orang menikah
atau mengembangkan hubungan ke tingkat yang lebih intim atau signifikan
(GoodTherapy, 2018). Jika seorang dewasa muda dapat menyelesaikan tahap ini
dengan sukses maka dapat menghasilkan hubungan yang bahagia, rasa komitmen,
keamanan, dan kepedulian dalam suatu hubungan. Tetapi jika tidak terjadi
perkembangan atau gagal maka akan terjadi isolasi. Selain itu dapat menyebabkan
ketakutan terhadap komitmen, kesepian, menghindari keintiman dan kadang-
kadang depresi (McLeod, 2018). Kegagalan perkembangan pada tahap dewasa
muda ini juga dapat meyebabkan hubungan dengan orang tua atau orang lain tidak
harmonis, tidak memiliki nilai dan pedoman hidup yang jelas, mudah terpengaruh,
tidak mempunyai hubungan akrab, konsep diri tidak realistis, tidak mengetahui
arah/ tujuan hidup, dan tidak menyukai diri sendiri serta tidak mampu mengatasi
stres (FIK, 2018).
11
tahap ini gagal yaitu individu akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak siap
dalam menghadapi perubahan fisik yang terus menerun, tidak ikut berpartisipasi
dalam kegiatan sosial dan tidak siap saat harus ditinggalkan anak-anak nya yang
telah mandiri maupun tidak siap menerimana datangnya kematian.
2.3 Pengkajian dan Diagnosis Secara Umum pada Keperawatan Jiwa dan
terkait PBL
2.3.1 Pengkajian dan Diagnosa Secara Umum
12
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis tentang respons individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial,
atau proses kehidupan (Potter & Perry, 2013). Diagnosis keperawatan secara umum
ada dua, yakni potensial (normal): kesiapan peningkatan perkembangan
menyiapkan generasi berikutnya pada dewasa, dan risiko (penyimpangan): risiko
terjadi stagnasi/terhambat (Potter & Perry, 2013).
Pada Problem Base Learning pengkajian untuk seorang wanita berusia 25 tahun
merasa cemas ketika hendak memutuskan menikah atau tidak dengan pacarnya.
Perkembangan psikososial pada tahap ini adalah keintiman/keakraban dengan
orang lain, terutama lawan jenis dan melibatkan kasih sayang atau cinta. Pada PBL
rasa cemas Wanita usia 25 tahun tersebut wajar karena ia memperlihatkan tahap
perkembangan yang normal.
Diagnosisnya adalah kesiapan peningkatan persiapan pengembangan dewasa
muda, dalam konteks ini adalah menikah atau memiliki komitmen hubungan
dengan orang lain.
13
2.3.2.2 Pengkajian dan Diagnosis Perkembangan Psikososial Dewasa Tengah
(40-65 Tahun)
Pada usia sekitar 40-65 tahun perkembangan psikososial yang normal adalah
sedang menyiapkan generasi berikutnya dengan karakteristik prilaku sebagai
berikut:
Jika pada usia 40-65 tahun atau yang disebut dewasa tengah terindikasi adanya
penyimpangan perkembangan memiliki karakteristik seperti tidak dapat melakukan
hal yang berguna, bertindak semaunya sendiri, egois, kurang mempunyai keinginan
untuk bekerja dan berkeluarga, serta tidak mempunyai komitmen untuk pribadi.
Pengkajian yang harus diperhatikan pada tahap dewasa menengah ini adalah
tanda dan gejala secara objektif dan subjektif. Untuk tanda dan gejala secara
objektif anatara lain yakni melakukan hal–hal positif; Menyayangi keluarga;
Menolong orang lain; Rajin beribadah; Memiliki motivasi tinggi. Sedangkan tanda
dan gejala secara subjektif yaitu Memiliki pekerjaan; Memiliki keluarga;
Mempunyai kelompok social; Mempunyai bakat.
14
data. Data objektif pada klien lansia seperti berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan
spiritual, menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri, menyiapkan diri
ditinggal meninggal pasangan, dan menyiapkan diri menerima datangnya kematian.
Sedangkan data subjektif pada klien lansia yaitu mempunyai harga diri yang tinggi,
menilai kehidupan berarti, menerima nilai dan keunikan orang lain, menerima dan
beradaptasi terhadap perubahan dalam kehidupan, serta merasa dicintai dan berarti
dalam keluarga (Keliat, dkk, 2015).
Pada Problem Base Learning pengkajian untuk Tn. S berusia 60 tahun hidup
berdua dengan istrinya. Memiliki penyakit hipertensi tetapi rajin meminum obatnya
dan control ke pelayanan kesehatan. Adanya perubahan fisik seperti perubahan
warna dan tugor kulit, warna rambut memutih, kekuatan otot menurun, kemampuan
penglihatan menurun, kemampuan pendengaran menurun, dan libido menurun.
Secara psikologisnya klien mampu memecahkan permasalahan pada hidupnya,
masih mampu berkomunikasi secara verbal dan nonverbal, serta diterima dengan
baik oleh masyarakat walau saat ini sudah pension. Untuk diagnosis pada klien Tn.
S berusia 60 tahun ini dapat mencapai integritas diri yang utuh, kebijaksanaan,
memiliki pemahaman terhadap maksa hidup secara keseluruhan, serta berpartisipasi
dalam kegiatan sosial dan spiritual. Jadi pada klien Tn. S berusia 60 tahun yang
memiliki penyakit hipertensi ini, beliau mampu memahami ciri perkembangan usia
lansia serta mampu menilai makna kehidupan. Diagnosa menurut NANDA
Internasional adalah kesiapan menyiapkan penyesuaian individu. Maksudnya
adalah suatu pola kemampuan pulih dari situasi yang tidak sesuai atau perubahan
melalui suatu proses adaptasi yang dinamis yang dapat diperkuatkan.
2.4 Perencanaan Secara Umum Pada Keperawatan Jiwa Dan Terkait PBL
15
Tahap Perencanaan Pada Kondisi Normal
16
psikososial pada dirinya, mempunyai pengetahuan tentang
perlunya pekerjaan, memahami pentingnya berkeluarga, dan
memahami perlunya rasa peduli dan peran aktif dalam keluarga
dan masyarakat
b. Psikomotor, perencanaan pada dewasa menengah bertujuan agar
dewasa menengah mampu untuk melakukan pekerjaan dengan
tekun dan kreatif, merawat keluarga dengan harmonis, dan aktif
melakukan kegiatan di masyarakat
c. Afektif, perencanaan pada dewasa menegah bertujuan agar
dewasa menengah mampu untuk mengendalikan emosi,
memiliki kepercayaan diri, memiliki jiwa penolong, memiliki
kepuasan dalam hidup, dan berguna bagi banyak orang (Keliat,
Yani, & Daulima et al, 2019)
B. Keluarga
a. Menjelaskan bagaimana perilaku yang menggambarkan tahap
perkembangan psikososial individu yang normal dan
menyimpang
b. Menjelaskan bagaimana cara memfasilitasi perkembangan
psikososial pada individu dewasa menengah
c. Memfasilitasi secara utuh untuk perkembangan psikososial pada
individu dewasa menengah
d. Merencanakan tindakan lanjut untuk mencapai perkembangan
psikososial dewasa yang normal (Keliat, Farida, & Rakhmawati
et al, 2006)
3. Perencanaan pada pasien lanjut usia ( > 65 tahun) : Integritas ego vs Putus
asa
A. Lansia
a. Kognitif, perencanaan pada lansia bertujuan agar lansia mampu
mengetahui perkembangan psikososial pada dirinya, memahami
makna kehidupan, dan memahami nilai dan keunikan yang ada
pada diri orang lain.
17
b. Psikomotor, perencanaan pada lansia bertujuan agar lansia
mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan
kemampuan fisiknya, mampu melakukan kegiatan kegiatan
social dan spiritual, serta mampu menuntun generasi berikutnya
dengan bijaksana
c. Afektif, perencanaan pada lansia bertujuan agar lansia mampu
menerima ditinggal oleh orang yang dicintainya, mampu
menerima perubahan kehidupan, merasa hidupnya berarti, dan
merasa dicintai (Keliat, Yani, & Daulima et al, 2019)
B. Keluarga
a. Keluarga dapat menjelaskan perilaku individu lansia yang
menggambarkan perkembangan psikososial yang normal dan
yang menyimpang
b. Keluarga dapat menjelaskan cara memfasilitasi lansia untuk
mengembangkan kemampuan psikososialnya
c. Keluarga melakukan suatu tindakan yang memfasilitasi
perkembangan lansia
d. Keluarga merencanakan untuk mengembangkan kemampuan
psikososial lansia (Keliat, Farida, & Rakhmawati et al, 2006)
Seorang wanita berusia 25 tahun telah menjalin hubungan selama lebih dari
5 tahun dengan kekasihnya. Sang kekasih meminta klien untuk menikah. Kedua
orang tua pasangan tersebut pun sudah memberikan dukungan, namun tampaknya
klien masih merasa sedikit cemas untuk memutuskan akan menikah atau tidak.
Tujuan Perencanaan:
1. Dewasa Muda
▪ Kognitif : Memahami karakteristik perkembangan psikososial pada
individu dewasa muda
▪ Psikomotor : Melakukan interaksi dengan banyak orang, termasuk
lawan jenis
18
▪ Afektif : Mampu meningkatkan kesiapan dalam pengambilan
keputusan.
2. Keluarga
▪ Keluarga dapat memahami tahap perkembangan psikososial pada
dewasa muda, merencanakan cara untuk meningkatkan
perkembangan psikososial pada individu dewasa muda, dan
melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial
pada individu dewasa muda
19
Tujuan Perencanaan :
1. Lansia
▪ Kognitif : Lansia dapat mengetahui dan menyebutkan karakteristik
perkembangan psikososial normal pada dirinya
▪ Psikomotorik: Lansia dapat mengikuti dan melakukan kegiatan
sehari-hari dengan baik
▪ Afektif : Lansia dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi pada kehidupannya
2. Keluarga
▪ Keluarga dapat memahami dan mengetahui perilaku lansia yang
menggambarkan perkembangan psikososial yang normal
▪ Keluarga dapat menjelaskan cara untuk meningkatkan
perkembangan psikososial lansia
▪ Keluarga dapat melakukan suatu tindakan yang memfasilitasi
peningkatan perkembangan psikososial lansia.
2.5 Implementasi Secara Umum Pada Keperawatan Jiwa Dan Terkait PBL
2.5.1 Implementasi Secara Umum Pada Keperawatan Jiwa
Dewasa awal atau muda merupakan tahap perkembangan manusia yang
berada pada 20-30 tahun dan pada usia ini individu harus mampu berinteraksi akrb
dengan orang lain (Erickson, 1963). Pada masa ini penekanan utama dalam
perkembangan identitas diri untuk membuat ikatan dengan orang lain yang
menghasilkan hubungan intim. Orang dewasa mengembangkan pertemanan abadi
dan mencari pasangan atau menikah dan terikat dalam tugas awal sebuah keluarga.
Levinson (1978) mengatakan bahwa pada masa ini seseorang berada pada puncak
20
intelektual dan fisik. Selama periode ini kebutuhan untuk mencari kepuasan diri
tinggi. Selain itu, masa dewasa awal seseorang berpindah melalui tahap dewasa
baru, dari asumsi peran yunior pada pekerjaan, memulai perkawinan dan peran
orangtua dan memulai pelayanan pada komunitas ke suatu tempat yang lebih senior
dirumah, pekerjaan dan di komunitas. Kegagalan dalam berhubungan akrab dan
memperoleh pekerjaan dapat menyebabkan individu menjauhi pergaulan dan
merasa kesepian lalu menyendiri.
Pada tahap tumbuh kembang dewasa awal ini mempunyai beberapa
karakteristik perilaku normal, diantaranya a) Menjalin interaksi yang hangat dan
akrab dengan oranglian; b) Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang
tertentu (pacar, sahabat); c) Membentuk keluarga; d) Mempunyai komitmen yang
jelas dalam bekerja dan berinteraksi; e) Merasa mampu mandiri karena sudah
bekerja; f) Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial dan emosional;
g) Mempunyai konsep diri yang realistis; h) Menyukai diri dan mengetahui tujuan
hidup; i) Berinteraksi baik dengan keluarga; j) Mampu mengatasi strss akibat
perubahan dirinya; k) Menganggap kehidupan sosialnya bermakna; dan l)
Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupya (FIK, 2008).
Selain itu, terdapat karakteristik perilaku penyimpangan perkembangan
pada tahap dewasa awal ini, diantaranya a) Tidak mempuyai hubungan akrab; b)
Tidak mandiri dan tidak mempunyai komitmen hidup; c) Konsep diri tidak realistis;
d) Tidak menyukai diri sendiri; e) Tidak mengetahui arah hidup; f) Tidak mampu
mnegatasi stres; g) Hubungan dengan orangtua tidak harmonis; h) Bertindak
semaunya sendiri dan tidak bertanggungjawab; i) Tidak memiliki nilai dan
pedoman hidup yang jelas, mudah terpengaruh; dan j) Menjadi pelaku tindak
antisosial (kriminal, narkoba, tindak asusila) (FIK, 2008).
Sedangkan perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya
integritas diri yang utuh. pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan
membuat lansia berusaha menuntun generasi berikutnya (anak dan cucunya)
berdasarkan sudut pandangnya. Lansia yang tidak mencapai integritas diri akan
merasa putus asa dan menyesali masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya
bermakna.
21
Pada tahap tumbuh kembang usia lanjut mempunyai beberapa karakteristik
perilaku, diantaranya a) Mempunyai harga diri tinggi; b) Menilai kehidupannya
berarti; c) Menerima nilai dan keunikan orang lain; d) Menerima dan menyesuaikan
kematian pasangan; e) Menyiapkan diri menerima datangnya kematian; f)
Melaksanakan kegiatan agama secara rutin; g) Merasa dicintai dan berarti dalam
keluarga; h) Berpartisipasi dalam kegiaan sosial dan kelompok masyarakat; dan i)
Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri (FIK, 2008).
Hasil yang diharapkan terkait dengan asuhan keperawatan pasien
geropsikiatri harus secara realistis didasarkan pada potensi orang untuk berubah.
Pemberian implementasi dapat dilakukan langsung pada lansia atau melalui
pendekatan kepada keluarganya. Implementasi pada lansia mempunyai tujuan agar
1) Lansia dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang normal
(merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan mampu mengikuti kegiatan
social dan keagamaan di lingkungannya; 2) Lansia dapat menjelaskan cara
mencapai perkembangan psikososial yang normal dan merasa hidupnya bermakna;
dan 3) Lansia melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang
normal (FIK, 2008).
2.5.2 Implementasi Perkembangan Psikososial Dewasa dalam PBL
Pada kasus terdapat diagnosis kesiapan peningkatan perkembangan dewasa
muda (Stolte, 2004). Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada dewasa
muda adalah a) mendiskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal dan
menyimpang; b) mendiskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang
normal mengenai: menetapkan tujuan hidup, menetapkan dan mempunyai
pekerjaan, berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis, memilih lawan
pasangan hidup, dan berperan serta melibatkan diri dalamkegiatan di masyarakat;
c) mendiskusikan penyimpangan perkembangan dan cara mengatasinya melalui
pelayanan keksehatan (FIK, 2008).
Tindakan dilakukan pada keluarga dapat diberikan kepada teman, pasangan,
dan anggota keluarga dari dewasa muda dengan cara a) menjelaskan perkembangan
yang harus diapai pada usia dewasa muda; b) mendiskusikan cara memfasilitasi
usia dewasa muda untuk bekerja dan mendapat pasangan hidup mengenai: memberi
pendapat dan ide tentang pekerjaan, memberi motivasi dan dukungan untuk
22
bekerja, memberi pendapat dan ide tentang pasangan hidup dan keluarga, memberi
motivasi dan dukungan untuk berkeluarga; c)mendiskusikan dan memotivasi peran
serta dalam masyarakat; dan d) memberi dukungan dan pujian atas keberhasilan
dalam bekerja dan kehidupan keluarga (FIK, 2008).
Tindakan yang dapat dilakukan kepada kelompok diantaranya a)
mengedukasi dewasa muda di tempat kerja sebagai bagian dari kesehatan jiwa
ditempat kerja; b) memberikan terapi kelompok terapeutik dewasa muda yang
terdiri dari enam sesi yang terdiri dari stimulasi perkembangan aspek biologis dan
psikoseksual, kognitif, emosional, sosial, spiritual, serta mentoring dan evaluasi
pengalaman dan manfaat latihan (FIK, 2008).
2.5.3 Evaluasi Perkembangan Psikososial Lanjut Usia dalam PBL
Pada kasus terdapat diagnosis kesiapan peningkatan perkembangan lansia
(Stolte, 2004). Tindakan keperawatan bagi perkembangan psikososial lansia dapat
dilakukan dengan cara: 1) Jelaskan ciri perilaku perkembangan lansia yang normal
dan menyimpang (lihat tabel sebelumnya); 2) Mendiskusikan cara yang dapat
dilakukan oleh lansia untuk mencapai integritas diri yang utuh: Mendiskusikan
makna hidup lansia selama ini; Melakukan life review (menceritakan kembali masa
lalunya, terutama keberhasilannya); Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai
lansia; Mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya; dan Melakukan kegiatan
kelompok; 3) Membimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk mencapai
integritas diri yang utuh; 4) Memotivasi lansia untuk menjalankan rencana yang
telah dibuatnya (FIK, 2008).
Implementasi yang dilakukan melalui pendekatan keluarga mempunyai
tujuan agar 1) Keluarga dapat menjelaskan perilaku lansia yang menggambarkan
perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang; 2) Keluarga dapat
menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan lansia; 3) Keluarga melakukan
tindakan untuk memfasilitasi perkembangan lansia; 4) Keluarga merencanakan
stimulasi untuk mengembangkan kemampuan psikososial lansia (FIK, 2008).
Tindakan Keperawatan yang dapat diberikan adalah dengan 1) Menjelaskan
perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang pada keluarga; 2)
Mendiskusikan cara memfasilitasi perkembangan lansia yang normal dengan
keluarga diantaranya Bersama lansia mendiskusikan makna hidupnya selama ini;
23
Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia; Mendorong lansia untuk
mengikuti kegiatan sosial (arisan, menengok yang sakit, dll) di lingkungannya;
Mendorong lansia untuk melakukan kegiatan; Mendorong lansia untuk melakukan
life review (menceritakan kembali masa lalunya terutama keberhasilannya);
Melatih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial lansia; Membuat
stimulasi perkembangan psikososial lansia (FIK, 2008).
Selain itu, tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien lansia
diantaranya a) mendiskusikan perkembangan dan perubahan pada lansia; b)
mendiskusikan makna dan perubahan fisik mengenai: makna kesehatan fisik yang
telah dirasakan, perubahan fisik yang dirasakan saat ini dan adaptasi yang perlu
dilakukan, pemeriksaan fisik secara teratur, olahraga, dan makanan sehat; c)
mendiskusikan makna dan perubahan pikiran mengenai: prestasi, perubahan daya
ingat; d) mendiskusikan makna dan perubahan fungsi sosial mengenai: perubahan
aspek sosial, perubahan pekerjaan; dan e) mendiskusikan makna dan perubahan a
spek spiritual mengenai: kenangan, kegiatan, dan ibadah (Keliat, 2019).
Tindakan yang dapat dilakukan pada keluarga diantaranya pasangan, anak,
cucu, dan pengasuh dari lansia dengan cara a)menjelaskan tahap perkembangan dan
perubahan yang terjadi pada lansia; b)menjelaskan cara memfasilitasi integritas dari
lansia; c) menyediakan waktu bagi lansia untuk bercakap-cakap tentang makna
hidup dan berikan pujian; d) menyediakan tempat yang aman dan nyaman, terang,
tidak licin, ada alat bantu pegangan, tanda-tanda tempat yang jelas; e) memfasilitasi
pertemuan antar generasi dan berikan kesempatan untuk menyempaikan
pengalaman; f) mendiskusikan tentang rencana pembagian warisan dan
pemakaman (Keliat, 2019). Selain itu, pemberian tterapi pemecahan masalah juga
merupakan pengobatan berbasis bukti untuk orang tua dengan depresi ringan
(Arean, 2009 dalam Stuart, 2013).
2.6 Evaluasi Secara Umum Pada Keperawatan Jiwa Dan Terkait PBL
2.6.1 Evaluasi Secara Umum
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah
ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju
pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. (Berman,
24
2016). Evaluasi meliputi dua komponen, yaitu pemeriksaan suatu kondisi atau
situasi dan kemudian menilai adanya perubahan. Evaluasi merupakan tahap terkahir
dari keseluruhan proses keperawatan. Evaluasi merupakan suatu proses kontinu
yang terjadi saat melakukan kontak dengan pasien (Potter & Perry, 2013). Hal ini
tentu bertujuan untuk membantu pasien menyelesaikan masalah kesehatan aktual,
mencegah terjadinya masalah resiko, dan mempertahankan kesehatan. Proses
evaluasi yang menentukan efektivitas asuhan keperawatan, meliputi identifikasi
kriteria dan standar evaluasi, mengumpulkan data untuk menentukan kriteria dan
standar telah terpenuhi, interpretasikan dan meringkas data, dokumentasikan
temuan dan setiap pertimbangan klinis, dan menghentikan, meneruskan, atau
merevisi rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013).
25
tinggi. Selain itu masa dewasa awal seseorang berpindah melalui tahap dewasa
baru, dari asumsi peran yunior pada pekerjaan, memulai perkawinan dan peran
orangtua dan memulai pelayanan pada komunitas ke suatu tempat yang lebih senior
dirumah, pekerjaan dan di komunitas. Kegagalan dalam berhubungan akrab dan
memperoleh pekerjaan dapat menyebabkan individu menjauhi pergaulan dan
merasa kesepian lalu menyendiri.
26
verbal maupun non verbal dengan baik. Klien mampu dan diterima oleh keluarga
dan masyarakat. Klien ikut aktif kegiatan di masyarakat. Klien memiliki pendidikan
terakhir S1 dan saat ini sudah pensiun dari pekerjaannya di Pemda DKI. Klien tidak
ada konflik baik dengan keluarga maupun dengan lingkungan sekitar.
27
2.7 Prinsip Intervensi Perkembangan Psikososial Dewasa dan Lanjut Usia
28
4. Perawat menyarankan adanya keterlibatan keluarga, bantu dalam aktivitas
penyelasaian masalah dengan mengeksplorasi alternatif dan berikan informasi
tentang sumber untuk perkembangan pencapaian tujuan
5. Perawat membantu klien mengungkapkan keinginan meningkatkan
pengambilan keputusan
2.7.2 Prinsip Intervensi Perkembangan Psikososial Lanjut Usia dalam PBL
Seorang kakek yang sudah berusia 60 tahun dapat dikatakan termasuk kedalam
tahap perkembangan manusia pada usia lansia. Lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh (Khofifah, 2016). Setiap orang menua dengan cara yang berbeda
berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu,
perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan
lansia lainnya (Potter & Perry, 2009). Perkembangan psikososial lanjut usia adalah
tercapainya integritas diri yang utuh. pemahaman terhadap makna hidup secara
keseluruhan membuat lansia berusaha menuntun generasi berikutnya (anak dan
cucunya) berdasarkan sudut pandangnya. Lansia yang tidak mencapai integritas diri
akan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya karena tidak merasakan
hidupnya bermakna.
Kakek pada kasus diatas dapat dikatakan sehat jiwa karena secara psikologis
ia mampu memecahkan permasalahan dan mampu mengontrol diri. Maka
intervensi yang tepat yang dapat dilakukan oleh perawat dalam menangani
permasalahan kakek berusia 60 tahun pada kasus tersebut (Bulechek, G. M., at all,
2013), seperti:
1. Perawat membantu mengantisipasi depresi pada klien
2. Perawat memberikan pujian kepada klien tentang kemampuan apa yang sudah
bisa dilewati oleh klien
3. Perawat melakukan kolaborasi dengan keluarga untuk selalu menjaga susana
rumah harmonis
4. Perawat membantu klien dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis
yang akan terjadi pada klien
29
5. Perawat menganjurkan klien untuk olahraga 15 menit perhari, perawat
menganjurkan klien untuk mengonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna
6. Perawat membantu mengelola pikiran klien agar tetap positif
7. Perawat melakukan kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi untuk pemberian
vitamin yang dapat mempertahankan kesehatan tubuh
8. Perawat menggali aktivitas apa yang bermakna dan perawat memperkuat
pemeliharaan rutinitas sehari-hari
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Berdasarkan kasus yang diberikan berupa klien sehat jiwa yang dialami
pada tahap perkembangan dewasa dan lansia tersebut maka dapat ditetapkan
bahwa tahap perkembangan dewasa membutuhkan kesiapan dalam
peningkatan pengambilan keputusan dan tahap perkembangan lansia
membutuhkan kesiapan dalam meningkatkan penyesuaian individu. Oleh
karena itu, individu yang sudah memiliki kesehatan jiwa membutuhkan
pelayanan keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
jiwanya tersebut.
31
Daftar Pustaka
Berman, A.T., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & erb’s fundamentals of
nursing : concepts, process, and practice 10th ed. Hoboken: Pearson
Education
Brown, P & S.C Levinson. (1987). Universal in Language Usage: Politeness
Phenomena. In E.N. Goody (ed). Questions and Poleteness: Strategies in
social interaction. Cambridge: Cambridge University Press
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. (2013). Nursing
Interventi ons Classification (NIC) (6th ed.). Philadelphia: ELSEVIER.
DeLaune, S. C & Ladner, P. K. (2010). Fundamentals of Nursing: Standards and
Practice 4th ed. USA: Delmar Cengage Learning.
Keliat, B. A., Yani, A., & Daulima, N. H et al (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Khofifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. (S. Enny, Ed.) (1st ed.). Jakarta:
Kementeria Kesehatan RI.
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P.A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of
Nursing 8th ed. Missouri: Elsevier Mosby.
32
Spesialis Jiwa FIK 2005-2007 dan tim pengajar spesialis jiwa (2008). Draft Standar
Asuhan Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta : Program Magister
Keperawatan Jiwa FIK UI
33