Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

HAKIKAT, KARAKTERISTIK, DAN TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DOSEN PENGAMPU : Dra. Hj. Fitrani Dwina M.Ed.

Oleh : Kelompok 3

Dela Amelia (16029104)


Feizzi Frateissia (17029019)
Maifina Alpionora (17029159)
Orin Oriza Santiva (17029173)
Rizaldi (17029075)
Yusticha Oktavia Murni (17029127)

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMTIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PSIKOLOGI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA”
Makalah ini berisikan informasi tentang hakikat, karakteristik, dan tujuan
pembelajaran matematika. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua tentang pokok bahasan psikologi pembelajaran matematika diatas.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.

Padang , 29 Agustus 2018


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................


DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1.Latar Belakang .................................................................................................
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................
1.3.TujuanPenulisan ...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................
2.1. Hakikat Pembelajaran Matematika ................................................................
2.2. Karakteristik Pembelajaran Matematika .......................................................
2.3. Tujuan Pembelajaran Matematika .................................................................
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................
3.2. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana hakikat pembelajaran matematika?
2. Bagaimana karakteristik pembelajaran matematika?
3. Bagaimana tujuan pembelajaran matematika?
1.3. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui:
1. Hakikat pembelajaran matematika
2. Karakteristik pembelajaran matematika
3. Tujuan pembelajaran matematika
BAB II
PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MATEMATIKA DAN HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Untuk memahami karakteristik daripada matematika maka harus dipahami terlebih dahulu hakekat
matematika. Menurut Hudoyo (1979:96), hakekat matematika berkenaan dengan ide-ide struktur-
struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika
berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak.Jika matematika dipandang sebagai struktur dari
hubungan-hubungan maka simbol-simbol formal diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-
aturan yang beroperasi di dalam struktur-struktur.

Beberapa hakekat atau definisi dari matematika adalah sebagai berikut:

1. Matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan eksak atau struktur yang teroganisir secara
sistematik.

Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan struktur
yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi
aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma
(teorema pengantar/kecil) dan corolly/sifat).

2. Matematika sebagai alat ( tool )

Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai masalah dalam
kehidupan sehari-hari.

3. Matematika sebagai pola pikir deduktif


Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau
matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).

4. Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).

Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal, seperti
matematika memuat cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau
sifat penalaran matematika yang sistematis.

5. Matematika sebagai bahasa artifisial.

Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika.Bahasa matematika adalah bahasa
simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.

6. Matematika sebagai seni yang kreatif.

Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan
menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni
berpikir yang kreatif.

Berdasarkan uraian-uraian hakikat matematika di atas maka dapat di simpulkan bahwa karakteristik-
karakteristik matematika dapat dilihat pada penjelasan berikut:

1. Memiliki Kajian Objek Abstrak.

2. Bertumpu Pada Kesepakatan.

3. Berpola pikir Deduktif namun pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif
melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi.

4. Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti.Rangkaian simbol-simbol dapat membentuk model
matematika.

5. Memperhatikan Semesta Pembicaraan. Konsekuensi dari simbol yang kosong dari arti adalah
diperlukannya kejelasan dalam lingkup model yang dipakai.

6. Konsisten Dalam Sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem.Ada yang saling terkait
dan ada yang saling lepas.Dalam satu sistem tidak boleh ada kontradiksi.Tetapi antar sistem ada
kemungkinan timbul kontradiksi.

A. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak.

Di dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut sebagai objek
mental.Di mana objek-objek tersebut merupakan objek pikiran yang meliputi fakta, konsep, operasi
ataupun relasi, dan prinsip.Dari objek-objek dasar tersebut disusun suatu pola struktur matematika.
Adapun objek-objek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Fakta (abstrak) berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu. Contoh simbol
bilangan “3” sudah di pahami sebagai bilangan “tiga”.Jika di sajikan angka “3” maka sudah
dipahami bahwa yang dimaksud adalah “tiga”, dan sebalikbya. Fakta lain dapat terdiri dari rangkaian
simbol misalnya “3+4” sudah di pahami bahwa yang dimaksud adalah “tiga di tambah empat”.

2. Konsep (abstrak) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau
mengklasifikasikan sekumpulan objek. Apakah objek tertentu merupakan suatu konsep atau bukan.
”segitiga” adalah nama suatu konsep abstrak, “Bilangan asli” adalah nama suatu konsep yang lebih
komplek, konsep lain dalam matematika yang sifatnya lebih kompleks misalnya “matriks”, “vektor”,
“group” dan ruang metrik”. Konsep berhubungan erat dengan definisi.Definisi adalah ungkapan
yang membatasi suatu konsep.Dengan adanya definisi ini orang dapat membuat ilustrasi atau gambar
atau lambang dari konsep yang didefinisikan. Sehingga menjadi semakin jelas apa yang dimaksud
dengan konsep tertentu.

3. Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika yang
lain. Sebagai contoh misalnya “penjumlahan”, “perkalian”, “gabungan”, “irisan”. Unsur-unsur yang
dioperasikan juga abstrak.Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi
khusus, karena operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen
yang diketahui.

4. Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang komplek. Prinsip dapat terdiri atas beberapa fakta,
beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi.Secara sederhana dapatlah
dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika.Prinsip dapat
berupa “aksioma”, “teorema”, “sifat” dan sebagainya.

B. Bertumpu pada kesepakatan

Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting.Kesepakatan yang amat
mendasar adalah aksioma dan konsep primitif.Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-
putar dalam pembuktian.Sedangkan konsep primitif diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar
dalam pendefinisian.Aksioma juga disebut sebagai postulat (sekarang) ataupun pernyataan pangkal
(yang sering dinyatakan tidak perlu dibuktikan).Beberapa aksioma dapat membentuk suatu sistem
aksioma, yang selanjutnya dapat menurunkan berbagai teorema.Dalam aksioma tentu terdapat
konsep primitif tertentu.Dari satu atau lebih konsep primitif dapat dibentuk konsep baru melalui
pendefinisian.

C. Berpola pikir deduktif

Dalam matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif.Pola pikir deduktif secara
sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau
diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”.Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk
yang amat sederhana tetapi juga dapat terwujud dalam bentuk yang tidak sederhana.

Contoh: Banyak teorema dalam matematika yang “ditemukan” melalui pengamatan-pengamatan


khusus, misalnya Teorema Phytagoras. Bila hasil pengamatan tersebut dimasukkan dalam suatu
struktur matematika tertentu, maka teorema yang ditemukan itu harus dibuktikan secara deduktif
antara lain dengan menggunakan teorema dan definisi terdahulu yang telah diterima dengan benar.

Dari contoh prinsip diatas, bahwa urutan konsep yang lebih rendah perlu dihadirkan sebelum

abstraksi selanjutnya secara langsung. Supaya hal ini bisa bermanfaat, bagaimanapun, sebelum kita
mencoba mengkomunikasikan konsep yang baru, kita harus menemukan apakontribusi konsepnya;
dan begitu seterusnya, hingga kita mendapat konsep primer yang lain.

D. Memiliki simbol yang kosong dari arti

Dalam matematika jelas terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun
bukan huruf.Rangkaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model
matematika.Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, bangun geometri tertentu,
dsb. Huruf-huruf yang digunakan dalam model persamaan, misalnya x + y = z belum tentu bermakna
atau berarti bilangan, demikian juga tanda + belum tentu berarti operasi tamba untuk dua bilangan.
Makna huruf dan tanda itu tergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model
itu. Jadi secara umum huruf dan tanda dalam model x + y = z masih kosong dari arti, terserah kepada
yang akan memanfaatkan model itu. Kosongnya arti itu memungkinkan matematika memasuki
medan garapan dari ilmu bahasa (linguistik).

E. Memperhatikan semesta pembicaraan

Sehubungan dengan penjelasan tentang kosongnya arti dari simbol-simbol dan tanda-tanda dalam
matematika diatas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam memggunakan matematika diperlukan
kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Bila lingkup pembicaraanya adalah bilangan, maka
simbol-simbol diartikan bilangan.Bila lingkup pembicaraanya transformasi, maka simbol-simbol itu
diartikan suatu transformasi.Lingkup pembicaraan itulah yang disebut dengan semesta
pembicaraan.Benar atau salahnya ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat
ditentukan oleh semesta pembicaraannya.

Contoh: Dalam semesta pembicaraan bilangan bulat, terdapat model 2x = 5. Adakah


penyelesaiannya? Kalau diselesaikan seperti biasa, tanpa menghiraukan semestanya akan diperoleh
hasil x = 2,5. Tetapi kalu suda ditentukan bahwa semestanya bilangan bulat maka jawab x = 2,5
adalah salah atau bukan jawaban yang dikehendaki. Jadi jawaban yang sesuai dengan semestanya
adalah “tidak ada jawabannya” atau penyelesaiannya tidak ada.Sering dikatakan bahwa himpunan
penyelesaiannya adalah “himpunan kosong”.
F. Konsisten dalam sistemnya

Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi
juga ada sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Misal sistem-sistem aljabar, sistem-
sistem geometri. Sistem aljabar dan sistem geometri tersebut dapat dipandang terlepas satu sama
lain, tetapi dalam sistem aljabar sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih “kecil” yang terkait satu
sama lain. Demikian juga dalam sistem geometri, terdapat beberapa sistem yang “kecil” yang
berkaitan satu sama lain.

Suatu teorema ataupun suatu definisi harus menggunakan istilah atau konsedp yang telah ditetapkan
terlebih dahulu.Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal nilai kebenarannya. Kalau telah
ditetapkan atau disepakati bahwa a + b = x dan x + y = p, maka a + b + y haruslah sama dengan p.

Hakikat Pembelajaran Matematika

Mengetahui matematika adalah melakukan matematika.Dalam belajar matematika perlu untuk


menciptakan situasi-situasi di mana siswa dapat aktif, kreatif dan responsif secara fisik pada
sekitar.Untuk belajar matematika siswa harus membangunnya untuk diri mereka.hanya dapat
dilakukan dengan eksplorasi, membenarkan, menggambarkan, mendiskusikan, menguraikan,
menyelidiki, dan pemecahan masalah (Countryman, 1992: 2). Selanjutnya Goldin (Sri Wardhani,
2004: 6) matematika dan dibangun oleh manusia, sehingga dalam pembelajaran matematika,
pengetahuan matematika harus dibangun oleh siswa.Pembelajaran matematika menjadi lebih efektif
jika guru memfasilitasi siswa menemukan dan memecahkan masalah dengan menerapkan
pembelajaran bermakna.

Dalam pembelajaran matematika, konsep yang akan dikonstruksi siswa sebaiknya dikaitkan dengan
konteks nyata yang dikenal siswa dan konsep yang dikonstruksi siswa ditemukan sendiri oleh siswa.
Menurut Freudental (Gravemeijer, 1994: 20) matematika merupakan aktivitas insani (human
activities) dan pembelajaran matematika merupakan proses penemuan kembali. Ditambahkan oleh
de Lange (Sutarto Hadi, 2005: 19) proses penemuan kembali tersebut harus dikembangkan melalui
penjelajahan berbagai persoalan dunia real. Masalah konteks nyata (Gravemeijer,1994: 123)
merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika. Konstruksi
pengetahuan matematika oleh siswa dengan memperhatikan konteks itu berlangsung dalam proses
yang oleh Freudenthal dinamakan reinvensi terbimbing (guided reinvention).

Pembelajaran matematika sebaik dimulai dari masalah yang kontekstual. Sutarto Hadi (2006: 10)
menyatakan bahwa masalah kontekstual dapat digali dari: (1) situasi personal siswa, yaitu yang
berkenaan dengan kehidupan sehari-hari siswa, (2) situasi sekolah/akademik, yaitu berkaitan dengan
kehidupan akademik di sekolah dan kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran siswa, (3) situasi
masyarakat, yaitu yang berkaitan dengan kehidupan dan aktivitas masyarakat sekitar siswa tinggal,
dan (4) situasi saintifik/matematik, yaitu yang berkenaan dengan sains atau matematika itu sendiri.

Terkait dengan aktivitas matematisasi dalam belajar matematika, Freudenthal (Van den Heuvel,
1996: 11) menyebutkan dua jenis matematisasi, yaitu matematisasi horizontal dan vertikal dengan
penjelasan sebagai berikut “Horizontal mathematization involves going from the world of life into
the world of symbol, while vertical mathematization means moving within the world of symbol”.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa matematisasi horizontal meliputi proses transformasi
masalah nyata/sehari-hari ke dalam bentuk simbol, sedangkan matematisasi vertikal merupakan
proses yang terjadi dalam lingkup simbol matematika itu sendiri.

Gravemeijer (1994: 93) mengemukakan bahwa dalam proses matematisasi horizontal, siswa belajar
mematematisasi masalah-masalah kontekstual. Pada mulanya siswa akan memecahkan masalah
secara informal (menggunakan bahasa mereka sendiri). Kemudian setelah beberapa waktu dengan
proses pemecahan masalah yang serupa (melalui simplifikasi dan formalisasi), siswa akan
menggunakan bahasa yang lebih formal dan diakhiri dengan proses siswa akan menemukan suatu
algoritma. Proses yang dilalui siswa sampai menemukan algoritma disebut matematisasi vertikal.

Menurut Sutarto Hadi (2005: 21) dalam matematisasi horizontal, siswa mulai dari masalah-masalah
kontekstual mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri oleh siswa,
kemudian menyelesaikan masalah kontekstual tersebut. Dalam proses ini, setiap siswa dapat
menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan siswa yang lain, sedangkan dalam
matematisasi vertikal, siswa juga mulai dari masalah-masalah kontekstual, tetapi dalam jangka
panjang siswa dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat digunakan untuk meyelesaiakan
masalah-masalah sejenis secara langsung, tanpa menggunakan bantuan konteks. Contoh
matematisasi horizontal adalah pengidentifikasian, perumusan, dan pemvisualisasian masalah
dengan cara-cara yang berbeda oleh siswa. Contoh matematisasi vertikal adalah presentasi
hubungan-hubungan dalam rumus, menghaluskan dan menyesuaikan model matematika,
penggunaan model-model yang berbeda, perumusan model matematika dan penggeneralisasian.

Zulkardi (2006: 6) menyatakan pembelajaran seharusnya tidak diawali dengan sistem formal,
melainkan diawali dengan fenomena di mana konsep tersebut muncul dalam kenyataan sebagai
sumber formasi konsep. Menurut de Lange (1987: 2) proses pengembangan konsep-konsep dan ide-
ide matematika berawal dari dunia nyata dan pada akhirnya merefleksikan hasil-hasil yang diperoleh
dalam matematika kembali ke dunia nyata.

Berdasarkan uraian di atas maka secara umum Hakekat Pembelajaran Matematika sebagai berikut:

Matematika pelajaran tentang suatu pola/ susunan dan hubungan

Matematika adalah cara berfikir


Matematika adalah bahasa

Matematika adalah suatu alat

Matematika adalah suatu seni

A. Hakikat Pembelajaran Matematika

1. Pembelajaran Matematika

Kehidupan sehari-hari secara langsung memerlukan keterampilan


berkaitan dengan menghitung, misalnya saat kita berbelanja.Keterampilan
berkaitan dengan menghitung berupa pengembalian uang belanja,
menginterpretasikan ukuran-ukuran dalam resep makanan, dan menghitung
harga barang yang dibeli.Untuk itu manusia perlu memperoleh pengetahuan
dan keterampilan yang berkaitan dengan penalaran dan hitung menghitung
melalui pelajaran di sekolah. Lampiran I Permendiknas No. 22 Tahun 2006
(2009: 9), menyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan
agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Lebih lanjut dijelaskan pula pemberian
pendidikan matematika dapat digunakan untuk sarana dalam pemecahan
masalah dan mengomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan
simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Ebbutt dan Straker 1995 (Marsigit, 2003 : 2-3), memberikan pedoman


bagi guru agar siswa menyenangi matematika di sekolah berdasarkan kepada
anggapan tentang hakikat matematika dan hakikat subyek didik beserta
implikasinya terhadap pembelajaran matematika sebagai berikut.

a. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan

Dalam pembelajaran matematika, guru memberikan kesempatan


kepada siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan
pola-pola dan untuk menentukan hubungan.Kegiatan dapat dilakukan
melalui percobaan untuk menemukan urutan, perbedaan, perbandingan,
pengelompokan, dan sebagainya serta memberi kesempatan siswa untuk
menemukan hubungan antara pengertian satu dengan yang lainnya.

b. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan


penemuan

Dalam pembelajaran matematika, guru harus memberikan


kesempatan kepada siswa untuk berpikir berbeda menggunakan pola
pikir mereka sendiri sehingga menghasilkan penemuan mereka sendiri.
Guru juga meyakinkan siswa bahwa penemuan mereka bermanfaat
walaupun terkadang kurang tepat dan siswa diberi pengertian untuk
selalu menghargai penemuan dan hasil kerja orang lain.

c. Matematika adalah kegiatan problem solving

Guru berupaya mengembangkan pembelajaran sehingga


menimbulkan masalah matematika yang harus dipecahkan oleh siswa
dengan menggunakan cara mereka sendiri.

d. Matematika merupakan alat berkomunikasi

Guru harus berusaha menjadikan kegiatan pembelajaran


matematika yang memfasilitasi siswa mengenal dan dapat menjelaskan
sifat-sifat matematika. Guru juga diharapkan dapat menstimulasi siswa
untuk dapat menjadikan matematika sebagai alat komunikasi dalam
kehidupan sehari-hari.

Memperhatikan penjelasan tentang pembelajaran matematika di


atas, dengan mengacu pada pendapat Ebbutt dan Straker maka dapat
diketahui bahwa guru harus mempunyai pedoman dalam melakukan
kegiatan pembelajaran matematika sehingga diharapkan pembelajaran
matematika menyenangkan bagi siswa, bermanfaat, dan sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
3. erapan matematikaTujuan Pendidikan Matematika
Menurut Mathematical Sciences Education Board-NationalResearch
Council (Ariyadi Wijaya, 2012: 7), terdapat empat tujuanpendidikan matematika
ditinjau dalam lingkungan sosial, meliputi:

a. Tujuan praktis

Tujuan praktis dari matematika ialah berkaitan pengembangan


kemampuan siswa dalam mengaplikasikan matematika untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan kemasyarakatan

Tujuan pendidikan matematika ini yaitu mengupayakan


pengembangan kemampuan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dan cerdas
dalam hidup bermasyarakat.Sudah saatnya pendidikan matematika tidak
hanya mengembangkan kemampuan kognitif siswa namun pendidikan
matematika juga harus dapat mengembangkan kemampunan sosial siswa.

c. Tujuan profesional

Tujuan profesional dari pendidikan matematika berorientasi pada


mempersiapkan siswa untuk terjun di dunia kerja.Seperti kita ketahui seluruh
jenis pekerjaan yang ada sekarang baik langsung maupun tidak langsung
menuntut kemampuan matematika.
d. Tujuan budaya

Pendidikan merupakan suatu bentuk budaya dan diharapkan

pendidikan matematika dapat dijadikan bagian dari suatu budaya

manusia sehingga berperan dalam mengembangkan kebudayaan.

Sementara dalam Lampiran I Permendiknas No. 22 Tahun 2006

(2009: 10), menyebutkan tujuan pembelajaran matematika bagi siswa di

sekolah dasar adalah sebagai berikut.


a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi


matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,


merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain


untuk memperjelas keadaan atau masalah

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu


memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa penekanan pembelajaran

matematika terletak pada penataan nalar, pemecahan masalah,

pembentukan sikap, dan keterampilan dalam pen


A. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa,

2002:100). Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan

lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.

Pembelajaran matematika menurut Russeffendi (1993:109) adalah suatu kegiatan belajar

mengajar yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dengan memanipulasi

simbol-simbol dalam matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.

Dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu

pembelajaran yang bertujuan:

1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui

kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,

konsistensi dan inkonsistensi

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan

dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat

prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan

gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram dalam

menjelaskan gagasan

B. Karakteristik Matematika
Menurut Soedjadi (1994:1), meskipun terdapat berbagai pendapat tentang matematika

yang tampak berlainan antara satu sama lain, namun tetap dapat ditarik ciri-ciri atau

karekteristik yang sama, antara lain:

1. memiliki objek kajian abstrak,


2. bertumpu pada kesepakatan,

3. berpola pikir deduktif,

4. memiliki symbol yang kosong dari arti,

5. memperhatikan semesta pembicaraan,

6. konsisten dalam sistemnya.

Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar yang berupa fakta, konsep, operasi,

dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya: pola-pola,

struktur-struktur dalam matematika yang ada dewasa ini. Pola pikir yang digunakan dalam

matematika adalah pola pikir deduktif, bahkan suatu struktur yang lengkap adalah deduktif

aksiomatik.

Matematika sekolah adalah bagian dari matematika yang dipilih, antara lain dengan

pertimbangan atau berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian, pembelajaran

matematika perlu diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif siswa, mengkongkritkan

objek matematika yang abstrak sehingga mudah difahami siswa. Selain itu sajian matematika

sekolah tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata, tetapi dapat juga digunakan pola

pikir induktif, artinya pembelajarannya dapat menggunakan pendekatan induktif. Ini tidak

berarti bahwa kemampuan berfikir deduktif dan memahami objek abstrak boleh ditiadakan

begitu saja.

https://hardymath.blogspot.com/2012/03/karakteristik-pembelajaran-matematika.html
Karakteristik Pembelajaran Matematika
Karakteristik pembelajaran matematika memiliki ciri-ciri khas, yang berbeda dengan
pembelajaran lainnya. Menurut Suherman (2003) karaktersitik pembelajaran matematika di
sekolah yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika langsung (bertahap)


Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertarap yaitu dari hal konkrit ke
abstrak, hal yang sederhana ke kompleks atau konsep mudah ke konsep yang lebih
sukar.
2. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral
Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep ataubahan yang telah
dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selaludikaitkan dengan bahan yang telah
dipelajari. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan
memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika (spiral melebar dan naik).
3. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif
Matematika adalah deduktif, matematika tersusun secara deduktif,aksiomatik. Namun
demikian harus dapat dipilihkan pendekatan yang cocok dengan kondisi siswa. Dalam
pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan pendekatan tetapi masih campur
dengan deduktif.

4. Pembelajaran matematika menganti kebenaran konsistensi


Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran
konsistensi, tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya.
Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan-pernyataan yang
terdahulu yang telah diterima kebenarannya.

http://anwar-math.blogspot.com/2014/10/karakteristik-pembelajaran-matematika.html
http://kritismathematic.blogspot.com/2012/02/karakt
eristik-pembelajaran-matematika.html

cari dulu

BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian matematika, kiranya dapat
dijadikan sebagai bahan renungan bagi kita, bagi pihak yang masih merasa memiliki
anggapan “sempit” mengenai matematika.Melihat beragamnya pendapat banyak tokoh di atas
tentang matematika, benar-benar menunjukkan begitu luasnya objek kajian dalam
matematika. Matematika selalu memiliki hubungan dengan disiplin ilmu yang lain untuk
pengembangan keilmuan, terutama dibidang sains dan teknologi. Ilmu matematika itu adalah
ilmu umum dari segala ilmu-ilmu lainnya. Jadi, sejak awal kehidupan manusia matematika itu
merupakan alat bantu untuk mengatasi berbagai macam permasalahan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Jadi, hakekat matematika adalah sebagai berikut : matematika
pelajaran tentang suatu pola atau susunan dan hubungan, matematika adalah cara berfikir,
matematika adalah bahasa, matematika adalah suatu alat, matematika adalah suatu seni

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

https://hartikadwipratiwi.wordpress.com/2013/11/15/makalah-hakekat-matematika/

Anda mungkin juga menyukai