DEFINISI
Berdasarkan surat keputusan Direktur Rumah Sakit Siloam GMIM Sonder Nomor
: HK. 02.04/II.1/442.1/2015 tentang Kebijakan Akses Ke Pelayanan dan Kontinuitas
Pelayanan di Rumah Sakit Siloam GMIM Sonder, pasien gawat darurat, pasien yang
diterima untuk rawat inap maupun rawat jalan akan dilakukan skrining dan dilakukan
pada saat kontak pertama dengan berbasis fisiologis melalui evaluasi visual atau
pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik tau diagnostik imajing
sebelumnya.
Pasien hanya diterima, bila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan pasien, dan dirawat jika hasil skrining menunjukkan bahwa pasien
memerlukan rawat inap. Skrining penerimaan pasien di dilakukan baik di dalam
lingkungan internal (rawat jalan dan gawat darurat) maupun di luar RS (tempat asal
rujukan pasien) dengan kriteria triase. Pasien dilakukan skrining dengan proses triase,
sebelum diputuskan rencana perawatan selanjutnya.
Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan baik di
gawat darurat (triase) dan di rawat jalan (skrining) berdasarkan pada kebutuhan
pelayanan kesehatan mereka yang telah diidentifikasi dan pada misi serta sumber daya
rumah sakit yang ada. Instalasi terkait dengan kegiatan triase yaitu : Instalasi Gawat
Darurat dan Gawat Darurat Kebidanan, sedangkan kegiatan skrining yaitu Instalasi
Rawat Jalan.
BAB III
TATA LAKSANA
A. TRIASE
Kriteria penanganan triase di Instalasi Gawat Darurat adalah :
1. Gawat Darurat Mengancam Nyawa
Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, contoh cardiac arrest,
breathing arrest, syok, pasien dengan penurunan kesadaran, maka pasien
dengan kondisi ini harus mendapat pertolongan SEGERA (0 menit) dan di
tangani di ruang resusitasi dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jalan Nafas Obstruksi
b. Pernafasan :
- Henti Nafas
- Pernafasan < 10 menit
- Sianosis
c. Sirkulasi:
- Henti Jantung
- Nadi Tidak Teraba
- Akral Dingin
d. Kesadaran : GCS <9
2. Emergent
Pasien dengan kondisi gawat darurat yang mendekati mengancam
nyawa, contoh asma akut berat, stroke, sindrom koroner akut, kehamilan
dengan rawat janin, eklampsia, multipel trauma, maka pasien dengan kategori
emergent harus mendapat pertolongan dalam waktu 2-5 menit. Kriterianya
adalah sebagai berikut:
a. Jalan Nafas : Bebas
b. Pernafasan :
- RR > 32x/mnt
- Wheezing
c. Sirkulasi:
- Nadi teraba lemah
- FN (HR) < 50x/mnt
- FN (HR) > 150x/mnt
- Akral Dingin
- CRT > 2 detik
d. Kesadaran : GCS 9-12
3. Urgent
Pasien dengan kondisi darurat tidak gawat, contoh hiperglikemia, hipertensi
urgency, fraktur terbuka, appendicitis akut, epistaksis akut, asma akut, diare
dengan dehidrasi, perdarahan akut, benda asing, retensio urine, nyeri dengan
skala nyeri > 6, abortus, maka pasien dengan kategori urgent harus mendapat
pertolongan dalam waktu <30 menit. Kriterianya adalah sebagai berikut :
a. Jalan Nafas : Bebas
b. Pernafasan :
- RR 24-32x/mnt
- Wheezing
c. Sirkulasi:
- FN (HR) 120-150x/mnt
- TD Sistolik > 160mmHg
- TD Diastolik > 100mmHg
d. Kesadaran : GCS 13-14
4. Non-urgent
Pasien dengan kondisi tidak gawat dan tidak darurat tetapi dengan
riwayat atau kemungkinan menderita penyakit serius, contoh nyeri pada kanker,
nyeri kronis, cedera kepala ringan, luka robek ringan, epistaksis ringan,
gangguan intake pada penderita dengan penyakit kronis atau geriatri, anemia
tanpa perdarahan, maka pasien dengan kategori non-urgent dapat menunggu
pertolongan dalam waktu maksimal 60 menit. Kriterianya adalah sebagai berikut :
a. Jalan Nafas : Bebas
b. Pernafasan : Normal
c. Sirkulasi: Normal
d. Kesadaran : GCS 15
e. Ada Riwayat Penyakit Kronis
5. False Emergency
Pasien dengan kondisi tidak gawat dan tidak darurat tanpa riwayat penyakit
sebelumnya. Contoh : panas < 3 hari, nyeri pada tenggorokan, nyeri pada telinga,
dispepsia ringan, diare tanpa dehidrasi, konjungtivitis akut, luka lecet,
dismenorrhea, pasien dengan kategori ini dapat menunggu pertolongan dalam
waktu maksimal 120 menit. Kriterianya adalah sebagai berikut :
a. Jalan Nafas : Bebas
b. Pernafasan : Normal
c. Sirkulasi: Normal
d. Kesadaran : GCS 15
Proses pemeriksaan triase di instalasi gawat darurat dilakukan oleh perawat
dan dokter umum, sesuai dengan alur proses, yang terbagi atas :
1. Triase Primer
a. Petugas yang bertugas sebagai triase primer adalah perawat yang sudah
bekerja di Instalasi gawat darurat minimal 5 tahun dan sudah tersertifikasi
BHD/BTCLS/ Emergency Nursing
b. Proses yang dilakukan pada saat pemeriksaan triase primer adalah
melakukan pemeriksaan pada saat pasien pertama kali datang berdasarkan
kondisi pasien dan melihat tanda-tanda yang mengancam nyawa, perawat
primer memilah pasien yang datang dengan kondisi life treathening atau non
life threathening.
c. Petugas triase primer wajib menanyakan kepada pasien tentang keluhan
yang dapat berpotensial mengancam nyawa, contoh : nyeri dada, lemah
ekstremitas, kesulitan bernafas.
- Jika didapatkan tanda-tanda yang mengancam nyawa maka perawat
langsung mengantar pasien ke ruang resusitasi
- Jika pada saat pemeriksaan triase primer perawat tidak menemukan
tanda-tanda yang mengancam nyawa maka perawat primer mengirim
pasien untuk melewati proses triase selanjutnya yaitu triase sekunder
d. Proses triase primer dilakukan dalam waktu 2 menit dengan respon time 0
menit pada setiap pasien baru
2. Triase sekunder
a. Petugas yang bertugas di triase sekunder adalah dokter umum dengan
persyaratan sudah mempunyai sertifikat pelatihan Bantuan Hidup Lanjut
b. Proses yang dilakukan pada saat pemeriksaan triase sekunder adalah dokter
yang melakukan anamnesis dan pemeriksan fisik serta menganalisa jika
pasien mengeluhkan nyeri, terdapat risiko jatuh atau didapatkan lesi serta
perdarahan
c. Jika diperlukan dokter jaga triase dapat melakukan pemeriksaan penunjang
sesuai dengan indikasi untuk memotong waktu tunggu pemeriksaan.
d. Ruang pemeriksaan triase terletak pada tempat paling dekat dari tempat
pasien masuk, di ruang triase dilengkapi tempat tidur pemeriksaan, meja
periksa dan kursi dokter, setiap pasien non ambulatory yang dilakukan
pemeriksaan triase dilakukan di stretcher atau kursi roda.
e. Peralatan yang tersedia di triase sekunder : meja perika, alat medis
pemeriksaan tanda vital : Bedside Monitor dengan Pulse Oximetry,
stetoskop, EKG
f. Respon time pemeriksaan triase sekunder adalah 2-5 menit dan turn around
time maksimal 30 menit
B. SKRINING
Kegiatan skrining dimulai saat pasien diterima sebagai pasien rawat inap
atau didaftar untuk pelayanan rawat jalan berdasarkan pada kebutuhan pelayanan
kesehatan mereka yang telah diidentifikasi dan pada misi serta sumber daya rumah
sakit yang ada.
Kegiatan skrining meliputi evaluasi kondisi pasien dengan melakukan
pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksan fisik, pemeriksaan
psikologik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi
Pasien yang dipertimbangkan untuk masuk rawat inap, penilaian skrining digunakan
untuk mengidentifikasikan dan memprioritaskan layanan preventif, rehabilitatif dan
paliatif yang dibutuhkan pasien.
Dokter dan atau perawat memilih layanan yang paling sesuai untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang paling mendesak sesuai kebutuhan prioritas.
BAB IV
DOKUMENTASI