Anda di halaman 1dari 14

STATUS POPULASI IKAN SPESIES ASLI DAN INTRODUKSI DI SUNGAI LOGAWA

KABUPATEN BANYUMAS
POPULATION SATUS OF INDIGENOUS AND INTRODUCTION SPECIES IN
LOGAWA RIVER, BANYUMAS DISTRIC
Erick Yulianto, Setijanto, dan Siti Rukayah
Jenderal Soedirman University, Prof. Dr. H.R. Boenjamin 708, Purwokerto 53122, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Status Populasi Ikan Spesies Asli dan Ikan Introduksi di Sungai Logawa
Kabupaten Banyumas”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ikan spesies asli dan introduksi di Sungai
Logawa, nilai kelimpahan relatif ikan dan keadaan populasi ikan spesies asli dan introduksi di Sungai Logawa
berdasarkan indeks keanekaragaman. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survey dengan simple
random sampling, sampling dilakukan sebanyak 2 kali di 9 stasiun dengan selang waktu 1 bulan. Penelitian
dilakukan pada bulan Maret - April 2014. Data dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan keadaan jenis
ikan spesies asli dan introduksi, kelimpahan relatif dan populasi yang ada di Sungai Logawa Kabupaten
Banyumas. Penelitian ini menunjukan Spesies ikan asli yang terdapat di Sungai Logawa yaitu ikan lunjar
(Rasbora argyrotaenia), ikan benteur (Puntius binotatus), ikan nilem (Osteochilus hasselti), ikan brek (Puntius
orphoides), ikan keting (Mystus micracanthus), ikan kekel (Glyptothorax platypogon), ikan gabus (Channa
striata), ikan sepat jawa (Trichogaster trichopterus) dan ikan tawes (Puntius javanicus) sedangkan ikan
introduksinya adalah ikan Sapu – sapu (Liposarcus multiradiatus) serta ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Kelimpahan relatif ikan spesies asli berkisar antara 0,07% (ikan gabus) hingga 34,94% (ikan benteur) dengan
diikuti ikan nilem 31,18%, brek 8,17%, lunjar 11,53 %, tawes 6,29%, kekel 0,83%, sepat 0,65%, keting 0,17%,
dan gabus 0,07%. Berdasarkan nilai indeks keragaman (H’) teori shanno-Winner ikan spesies asli dan introduksi
di Sungai Logawa memiliki tingkat keanekaragaman rendah dengan kisaran nilai 0,66-1,63

Kata Kunci : Ikan spesies asli, ikan introduksi, Sungai Logawa

ABSTRACT
The title of this study is “Population Satus of Indigenous and Introduction Species in Logawa River,
Distric Banyumas”. The objective were are the study aims to find out the indigenous and introduction species in
Logawa River, the relative abundance of fish value and the population status of Indigenous and Introduction
Species in Logawa River beside on diversity index. The research method were combinated survey method with
simple random sampling, sampling was done 2 times in 9 stations with intervals of a month. The study was
conducted in March-April 2014. Data were analyzed descriptively to describe the population status, the relative
abundance of fish value of Indigenous and Introduction Species in Logawa River, Distric Banyumas. In the
present study the Indigenous species were found in the river Logawa namely; Silver rasbora (Rasbora
argyrotaenia), Spotted barb (Puntius binotatus), Bonylip barb (Osteochilus hasselti), Javaen barb (Puntius
orphoides), Twospot catfish (Mystus micracanthus), kekel (Glyptothorax platypogon), Striped snakehead
(Channa striata), Three spot gourami (Trichogaster trichopterus) and Silver barb (Puntius javanicus),
meanwhile, the introduction species namely; Orinoco sailfin catfish (Liposarcus multiradiatus) and Nile tilapia
(Oreochromis niloticus). The relative abundance of Indigenous species which varied between 0.07% Striped
snakehead until 34.94% Spotted barb with followed by Bonylip barb 31,18%, Javaen barb,17%, Silver rasbora
11,53%, Silver barb 6,29%, kekel 0,83%, Three spot gourami 0,65%, Twospot catfish 0,17%, and Striped
snakehead 0,07%. Beside on diversity index values (H’) theoy of shanno-Winner, indegenous and intoduction
species in Logawa River have a low level of diversity with a range of values 0.66-1.63.

Keywords : Indigenus species, Intoduction species, Logawa River

PENDAHULUAN

Sungai merupakan suatu sistem yang dinamis daerah yaitu hulu, hilir dan muara. Hulu sungai
dengan segala aktivitas yang berlangsung antara dicirikan dengan badan sungai yang dangkal, sempit,
komponen-komponen lingkungan yang terdapat di tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir
dalamnya. Berdasarkan sifat badan air, tanah dan cepat serta mempunyai populasi (jenis maupun
populasi ikan sebuah sungai dibagi menjadi tiga jumlah) ikan relatif sedikit. Hilir sungai terletak di
dataran rendah dengan arus air tidak begitu kuat, menimbulkan dampak negatif terhadap spesies ikan
kecepatan fotosintesisnya lebih banyak bertumpuk asli (indigenous species) yaitu berupa penurunan
bahan organik, populasi ikan di dalamnya termasuk populasi atau kepunahan spesies ikan asli. Introduksi
banyak tetapi jenisnya kurang bervariasi. Muara ikan predator lebih berbahaya. Ikan predator secara
sungai memiliki tebing yang landai dan dangkal, langsung dapat menurunkan populasi ikan yang
badan air dalam, keruh serta mengalir lambat dan menjadi mangsanya, yang kemudian mengakibatkan
populasi ikan relatif banyak (Barus, 2002). Sungai terjadinya dampak lanjutan berupa peningkatan
yang terdapat di Kabupaten Banyumas antara lain pertumbuhan gulma akuatik bila ikan yang dimangsa
Sungai Pelus, Sungai Banjaran dan Sungai Logawa. adalah ikan herbivor (Bartley et al., 2004). Resiko
yang paling berat ialah bila spesies ikan asing dapat
Sungai Logawa berasal dari pertemuan 2 air
berkembang biak dengan sangat cepat dan
terjun yaitu Gomblang Wetan dan Gomblang Kulon
mengalahkan ikan asli dalam kompetisi pakan dan
yang terletak di lereng Gunung Slamet. Hulu Sungai
habitat. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
Logawa berada di desa Baseh Kecamatan
populasi ikan asli (Wargasasmita, 2005).
Kedungbanteng dan bermuara di Sungai Serayu
tepatnya di desa Patikraja Kecamatan Patikraja. Perairan Sungai Logawa terus mengalami
Sungai Logawa memiliki potensi sumberdaya hayati tekanan akibat aktifitas manusia seperti pembuangan
yang cukup besar untuk dimanfatkan. Salah satu limbah, MCK (mandi, cuci, kakus), penagkapan ikan,
sumber daya hayati yang ada di Sungai Logawa serta sebagai sumber air untuk budidaya ikan. Adanya
adalah ikan spesies asli dan ikan introduksi. Ikan penangkapan ikan berlebih yang tidak diiringi alat
spesies asli adalah spesies ikan yang hidup dan tangkap selektif, serta bahan beracun, bom dan setrum
berkembang biak di suatu perairan sebagai habitat akan mempengaruhi penurunan populasi. Hal ini akan
aslinya. Hasil penelitian Setiawan (2005) dan membahayakan keberlanjutan populasi ikan di Sungai
Irsyalina (2013), mengungkap bahwa ikan spesies asli Logawa.
yang ditemukan di Sungai Logawa antara lain ikan Populasi adalah kumpulan individu sejenis
lunjar (Rasbora argyrotaenia Bleeker, 1849), ikan berada dalam suatu tempat atau wilayah tertentu.
beunter (Puntius binotatus Valenciennes, 1842), ikan Penurunan populasi merupakan proses awal menuju
nilem (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842), ikan kepunahan spesies yang mengakibatkan penurunan
palung (Hampala macrolepidota Chul dan keanekaragaman hayati dan berakhir dengan
Vanhasselt, 1832), dan ikan brek (Puntius orphoides terbentuknya komunitas spesies homogen. Selain
Valenciennes, 1842). Ikan introduksi adalah spesies tekanan dari aktifitas manusia, penangkapan dengan
ikan yang hidup dan berkembang di luar habitat alat tidak selektif dan mengandung bahan berbahaya,
(wilayah) aslinya akibat campur tangan manusia baik persaingan antara ikan spesies asli dan introduksi juga
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. mempengaruhi penurunan populasi (Warren et al.,
2000). Adanya penurunan populasi spesies tertentu
Introduksi ikan asing yang dilakukan secara
akan berdampak pada ketidakseimbangan ekosistem.
sengaja atau tidak disengaja bertujuan untuk
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian status
diversifikasi jenis ikan budidaya, pengontrolan vektor
populasi ikan spesies asli dan ikan introduksi, salah
penyakit, ataupun untuk tujuan hobi (ikan hias)
satunya di Sungai Logawa.
(Muchlisin, 2011). Introduksi ikan asing dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sungai Logawa Stasiun ke-I merupakan hulu Sungai Logawa


Sungai Logawa merupakan salah satu sungai yang berada di Desa Semaya Kecamatan
yang berada di Kabupaten Banyumas. Jawa Tengah Karanglewas, dengan koordinat 7o20’32.59”S 109o
dengan panjang kurang lebih 25 km. Secara geogafis 11’45.51”T . Lebar sungai mencapai 3-5 m,
daerah aliran Sungai Logawa mengalir dari utara kedalaman 40 – 78 cm, DO 7- 8,9 ppm, kecepatan
(puncak Gunung Slamet) menuju ke selatan arus 0,90- 1,06 m/s, penetrasi cahaya sampai dasar,
(bermuara ke Sungai Serayu). Wilayah tersebut pH 7 dan suhu 23- 250C. Kondisi hulu sungai berbatu-
terletak pada koordinat 109o10’0” sampai 109o20’0” batu besar dengan aliran deras dan jernih. Stasiun ini
BT dan 7o10’ sampai 7o25’ LS, meliputi luas wilayah memiliki tipe substrat batu berpasir dan tepian sungai
sub DAS seluas 35,719 ha (Dinas Pengairan berupa tebing tinggi.
Pertambangan dan Energi Kabupaten Banyumas, Stasiun ke-II berada di Desa Baseh Kecamatan
2002). Aliran Sungai Logawa melewati 5 Kecamatan Kedungbanteng, dengan koordinat 7o22’18.95”S
di Kabupaten Banyumas yaitu: Kecamatan 109o12’05.88”T. Lebar sungai mencapai 7 m,
Kedungbanteng, Karanglewas, Purwokerto Barat, kedalaman 44 – 82 cm, DO 6,6- 8,6 ppm, penetrasi
Purwokerto Selatan dan Kecamatan Patikraja cahaya sampai dasar, kecepatan arus 0,84-1,02 m/s,
(Gentasari, 2012). pH 7 dan suhu 23- 250C. Kondisi stasiun ini tidak
beda jauh dengan stasiun I dengan batu-batu besarnya,
aliran deras, berair jernih dan memiliki tipe substrat persawahan.
batu berpasir. Tepian sungai tebing tinggi dan area

Gambar 1. Stasiun I Desa Semaya Gambar 2. Stasiun II Desa Baseh


Stasiun ke-III berada di Desa Dawuhan Kulon terdapat tebing dan area persawahan dan memiliki tipe
Kecamatan Kedungbanteng, dengan korditat substrat batu berpasir.
7o23’02.44”S 109o11’56.29”T. Lebar sungai Stasiun ke-IV berada di Desa Pasir Lor
mencapai 6 m, kedalaman 50 – 93 cm, DO 7,8- 8,4 Kecamatan Kedungbanteng, dengan korditat
ppm, penetrasi cahaya 64 cm, kecepatan arus 0,69- 7o23’59.94”S 109o11’42.85”T. Lebar sungai
0,88 m/s, pH 7 dan suhu 25- 280C. Kondisi stasiun ini mencapai 9 m, kedalaman 58 – 83 cm, DO 7,1- 8
memiliki batuan ukuran sedang dibanding batuan ppm, penetrasi cahaya 40 cm, kecepatan arus 0,52-
stasiun ke-I dan II. Kondisi air pada stasiun ini sudah 0,76 m/s, pH 7 dan suhu 26- 290C. Kondisi stasiun ini
mengalami perubahan jika dibanding stasiun memiliki batuan ukuran sedang dengan tepian
sebelumnya yaitu sudah mulai keruh. Tepian sungai persawahan, dan memiliki tipe substrat pasir
berlumpur.

Gambar 3. Stasiun III Desa Dawuhan Kulon Gambar 4. Stasiun IV Desa Pasir Lor
Stasiun ke-V berada di Desa Karanglewas Stasiun ke-VI terletak di Desa Kediri
Kecamatan Karanglewas, dengan koordinat Kecamatan Karanglewas, dengan koordinat
7o25’22.58”S 109o11’44.33”T. Lebar sungai 7o26’35.18”S 109o12’10.58”T. Lebar sungai
mencapai 10 m, kedalaman 38 – 73 cm, DO 6,8- 8,1 mencapai 13 m, kedalaman mencapai 3 m, DO 7,1- 8
ppm, penetrasi cahaya 18 cm, kecepatan arus 0,59- ppm, penetrasi cahaya 27 cm, kecepatan arus 0,52-
0,81 m/s, pH 6-7 dan suhu 28- 290C. Kondisi stasiun 0,56 m/s, pH 7 dan suhu 27- 290C. Kondisi stasiun
ini memiliki batuan ukuran kecil dengan tepian area tidak berbatu dengan tepian tebing tinggi dan
persawahan dan memiliki tipe substrat batu berpasir. persawahan dan memiliki tipe substrat pasir
Letaknya dekat dengan sawah menyebabkan air berlumpur. Stasiun ini merupakan bendungan yang
Sungai Logawa digunakan sebagai pengairan sawah cukup besar dan memiliki tinggi ± 7 meter. Stasiun ini
dan juga dimanfaatkan masyarakat untuk mencari berdasarkan pengamatan secara visual dilihat dari
ikan. tepian sungainya cukup baik sebab jarang ditemui
adanya sampah plastik maupun sampah rumah tangga.
Gambar 5. Stasiun V Desa Karanglewas Gambar 6. Stasiun VI Desa Kediri

Stasiun ke-VII terletak di Desa Sidabowa dengan tepian persawahan dan pemukiman
Kecamatan Patikraja, dengan koordinat 7o27’31.38”S penduduk. Letaknya yang dekat dengan pemukiman
109o12’49.35”T. Lebar sungai mencapai 10 m, atau aliran sungai yang melewati pemukiman
kedalaman mencapai 2 m, DO 7 - 7,9 ppm, penetrasi menyebabkan tepi perairan di staiun ini terdapat
cahaya 34 cm, kecepatan arus 0,34 – 0,43 m/s, pH 7 sampah – sampah plastik dan sampah rumah tangga
dan suhu 28- 300C. Kondisi stasiun tidak berbatu bahkan terkadang di salah satu sudutnya terdapat
dengan tepian persawahan, merupakan pertemuan 2 tumpukan sampah.
aliran sungai yaitu Sungai Logawa dan Sungai Stasiun ke-IX terletak di Desa Notog
Banjaran. Terdapat bendungan dengan tinggi ± 3 Kecamatan Patikraja, dengan koordinat 7o29’38.18”S
meter. Stasiun ini tidak jauh beda dengan stasiun V 109o13’01.94”T. Lebar sungai mencapai 10 m,
dekat dengan permukiman menyebabkan tepi perairan kedalaman mencapai 1 - 2 m, DO 6,2 - 7 ppm,
di stasiun ini terdapat sampah – sampah plastik dan penetrasi cahaya 26 cm, kecepatan arus 0,12- 0,17
sampah rumah tangga. m/s, pH 7 dan suhu 29- 300C. Stasun ini memiliki
Stasiun ke-VIII terletak di Desa Kedungrandu substrat lunak berupa pasir berlumpur dan juga
Kecamatan Patikraja, dengan koordinat 7o29’15.62”S dimanfaatkan sebagai tempat mencari ikan serta
109o13’18.18”T. Lebar sungai mencapai 8 m, tempat penambangan pasir yang mengakibatkan
kedalaman mencapai 2 m, DO 6,8- 7,7 ppm, penetrasi kondisi perairan keruh. Stasiun ini merupakan akhir
cahaya 24 cm, kecepatan arus 0,23- 0,28 m/s, pH 7 dari Sungai Logawa, aliran air di stasiun ini
dan suhu 28- 300C. Kondisi stasiun tidak berbatu bergabung dengan aliran air Sungai Serayu.

Gambar 7. Stasiun VII Desa Sidabowa Gambar 8. Stasiun VIII Desa Kedungrandu

Gambar 9. Stasiun IX Desa Notog


(Puntius binotatus) (Gambar 15), ikan gabus (Channa
Populasi Ikan di Sungai Logawa
striata) (Gambar 16), ikan keting (Mystus
kan Spesies Asli Sungai Logawa micracanthus) (Gambar 17), ikan sepat jawa
(Trichogaster trichopterus) (Gambar 18), ikan lunjar
Hasil penelitian ikan di Sungai Logawa (Rasbora argyrotaenia) (Gambar 19), ikan kekel
Kabupaten Banyumas, didapat 11 spesies ikan yang
(Glyptothorax platypogon) (Gambar 20), ikan brek
terdiri dari 9 spesies asli dan 2 spesies introduksi. Ikan
(Puntius orphoides) (Gambar 21), dan ikan tawes
asli yang terdapat di Sungai Logawa yaitu ikan nilem
(Puntius javanicus) (Gambar 22).
(Osteochilus hasselti) (Gambar 14), ikan benteur
Tabel 1. Hasil Penelitian Ikan Spesies Asli di Sungai Logawa

Stasiun ∑ Kisara
∑ Kisaran
Rata n
Nama ikan II I VII I tota Panjang
I II V VI VII – Berat
I V I X l (cm)
rata (gr)
Benter (Puntius 3,8-
17 26 11 15 19 1 12 27 0 127 14,11 3 – 9,3
binotatus) 13,7
Brek (Puntius 8,6 – 9,3-
0 0 0 0 0 114 0 0 0 114 12,67
orphoides) 17,1 67,3
Gabus (Channa
0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0,11 0 - 13,5 0-22,8
striata)
Kekel
7,5 – 4,7-
(Glyptothorax 0 5 0 0 0 0 0 0 0 5 0,56
10,2 12,2
platypogon)
Keting (Mystus
0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0,11 0 – 13,2 0-20,2
micracanthus)
Nilem
5,3-
(Osteochilus 0 9 21 13 10 28 18 10 13 122 13,56 2,9 - 21,7
95,6
hasselti)
Lunjar
4,7 – 5,4-
(Rasbora 21 26 0 3 0 0 0 0 0 50 5,56
13,3 22,8
argyrotaenia)
Sepat mutiara
(Trichogaster 0 0 0 0 0 9 0 0 0 9 1,00 6,7 – 8,5 7-9,5
trichopterus)
Tawes (Puntius 2,6 – 5,3-
0 0 0 0 0 0 8 5 8 21 2,33
javanicus) 17,2 204,7
3
∑ S. Asli 67 32 31 29 153 37 42 21 450
8

Tabel 1 menunjukan panjang dan bobot serta 2,9 – 21,7 cm dan bobot 5,3 – 95,6 g. Sedangkan
sebaran ikan. Ikan spesies asli yang memiliki sebaran untuk spesies yang jarang ditemukan adalah gabus
paling luas adalah ikan nilem (Osteochilus hasselti) (panjang = 13,5 cm; bobot = 22,8 g) yang hanya di
dan ikan benteur (Puntius binotatus) yang hampir temukan pada stasiun VI, dan keting (panjang = 13,2
ditemui di setiap stasiun, hanya di stasiun I yang tidak cm; bobot = 20,2 g) yang hanya ada di stasiun II. Ikan
dijumpai ikan nilem dan stasiun IX yang tidak ditemui nilem dan benteur merupakan ikan yang memiliki
ikan benteur. Ikan benteur yang ditemukan memiliki daerah sebaran yang luas, di Indonesia hampir semua
kisaran panjang 3 – 9,3 cm dan bobot 3,8 – 13,7 g. pulau – pulau besar dapat dijumpai ikan ini
Ikan nilem yang ditemukan memiliki kisaran panjang (Wicaksono, 2005).
140 127 122
114
120
100
80
60 50
40 21
20 9 5 1 1
0

Gambar 10. Jumlah Ikan Spesies Aslidi Sungai Logawa Kabupaten Banyumas
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat dan jumlah di alam liar yang masih banyak sehingga
bahwa jumlah ikan yang banyak ditangkap pada belum menarik minat masyarakat untuk
penelitian ini adalah ikan benteur, ikan nilem dan ikan membudidayakannya.
brek. Ikan benteur sebanyak 127 ekor diikuti ikan
Ikan dengan jumlah terendah yang di
nilem 122 ekor dan ikan brek dengan 114 ekor.
temukan di Sungai logawa yaitu 1 ekor adalah ikan
Ketiga jenis ikan ini merupakan ikan perairan tropis
gabus dan keting. Kedua ikan ini merupakan ikan
yang menghuni danau dan sungai. Ikan ini
yang hidup di perairan yang bersubstrat dasar batu,
mendominasi sungai – sungai kecil dari hulu sampai
sehingga penyebaran ikan ini biasanya dari hulu
hilir dengan daerah sekeliling merupakan sawah dan
hingga tengah sungai. Ikan gabus serta keting biasa
perkebunan (Agustina, 2007).
hidup dan bersembunyi di balik batu – batu atau
Ikan benteur, ikan nilem dan ikan brek lubang – lubang yang ada di sungai sehingga tidak
merupakan sumber perikanan air tawar yang mudah untuk ditangkap.
mempunyai daerah sebaran yang luas sehingga ikan
Faktor lingkungan mempengaruhi sebaran
ini mudah ditemukan (Susanto, 2006). Diantara ketiga
ikan, seperti dasar perairan yang berbatu memudahkan
jenis ikan tersebut ada yang sudah dibudidayakan
ikan dapat bersembunyi. Adanya tumbuhan air di
seperti ikan nilem, ikan ini memiliki nilai ekonomi
pinggiran sungai memudahkan ikan mencari makan
cukup tinggi dan mudah untuk dibudiyakan. Ikan brek
sehingga ikan dapat berkembangbiak dengan baik.
merupakan ikan yang hidup di sungai dan danau. Ikan
Selain itu kuat arus, oksigen terlarut, kecerahan dan
ini merupakan ikan liar yang berpotensi untuk
suhu juga merupakan faktor yang mempengaruhi
dibudidayakan (Sutisna, 1995). Sedangkan untuk ikan
sebaran ikan.
benteur karena memiliki nilai ekonomi yang rendah

Gambar 11. Ikan Nilem Gambar 12. Ikan Benteur


(Osteochilus hasselti V.C.) (Puntius binotatus V.C.)
Gambar 13. Ikan Gabus Gambar 14. Ikan Keting
(Channa striata Bloch.) (Mystus micracanthus Blkr.)

Gambar 15. Ikan Sepat jawa Gambar 16. Ikan Lunjar


(Trichogaster trichopterus Pallas.) (Rasbora argyrotaenia Blkr.)

Gambar 17. Ikan Kekel Gambar 18. Ikan Brek


(Glyptothorax platypogon Blyth.) (Puntius orphoides V.C.)

Gambar 19. Ikan Tawes


(Puntius javanicus Blkr.)

Ikan Introduksi di Sungai Logawa (Oreochromis niloticus). Sedangkan ikan introduksi


yang kedua yaitu ikan Sapu – sapu (Liposarcus
Hasil penelitian mengenai ikan introduksi
multiradiatus), ikan ini berasal dari negara Amerika.
menunjukkan bahwa terdapat 2 spesies ikan yang
Jumlah, sebaran, panjang dan bobot ikan yang
merupakan pendatang di Sungai Logawa yang sengaja
ditangkap dapat dilihat pada Tabel 2.
didatangkan atau ketidaksengajaan yaitu ikan Nila
Tabel 2. Hasil Penelitian Ikan Spesies Introduksi di Sungai Logawa

Stasiun ∑
∑ Kisaran Kisaran
Rata
Nama ikan II I V VII I tota Panjang Berat
I II V VII –
I V I I X l (cm) (gr)
rata
Nila
12,8-
(Oreochrom 0 0 0 0 0 0 4 11 7 22 2,44 2,3 - 24,5
408,5
is niloticus)
Sapu – sapu
(Liposarcus 10,9 –
0 0 0 0 0 2 1 0 0 3 0,33 8,9-33,4
multiradiatu 15,8
s)
Spesies
∑ Introduks 2 5 11 7 25
i

Ikan Nila dijumpai dalam 3 stasiun yaitu stasiun VII, 2010). Sifat ini yang membuat ikan nila menjadi ikan
VIII, dan IX dengan kisaran panjang 2,3 – 24,5 cm introduksi yang mudah di temukan di berbagai jenis
dan bobot 12,8 – 408,5 g mencapai 22 ekor. perairan.
Sedangkan ikan Sapu – sapu hanya dijumpai dalam 2
Masuknya ikan sapu – sapu ke perairan
stasiun yaitu stasiun VI dan VII dengan kisaran
sungai entah disengaja maupun tidak ternyata
panjang 10,9 – 15,8 cm dan bobot 8,9 – 3,4 g yang
berdampak negatif pada ikan spesies asli. Hal ini
hanya berjumlah 3 ekor. Jumlah dan sebaran
dikarenakan ikan sapu – sapu dapat hidup dan
menunjukan bahwa ikan introduksi di Sungai Logawa
berkembangbiak tanpa dengan mudah di perairan
belum tersebar merata. Ikan introduksi ditemukan
sungai tercemar sekalipun. Ikan sapu – sapu
pada bagian tengah sampai hilir sungai, hal ini bagus
merupakan ikan introduksi yang tidak memiliki
untuk ikan spesies asli khusunya di bagian hulu
predator. Sekalipun bukan ikan predator, jumlah ikan
sungai.
ini yang semakin meningkat merupakan ancaman bagi
Ikan Nila merupakan ikan yang berasal dari ikan spesies asli dalam persaingan mencari makan dan
negara Afrika yang sengaja didatangkan ke Indonesia ruang hidup (Hadiyati, 2007).
akibat permintaan pasar terhadap ikan nila sangat
Ikan introduksi yang masuk ke perairan
tinggi. Ikan nila merupkan ikan yang sangat mudah
merupakan suatu ancaman bagi ikan spesies asli
berkembang biak di berbagai jenis perairan, seperti
perairan tersebut. Ancaman terhadap ikan asli ini
perairan sungai, danau, waduk maupun kolam
bukan karena ikan introduksi ini predator, namun
budidaya. Ikan ini mampu berkembangbiak tanpa
kemampuannya dalam beradaptasi terhadap kondisi
bantuan manusia, dan tahan terhadap penyakit. Ikan
habitat dan jumlah yang semakin meningkat
nila merupakan jenis ikan yang sangat toleran
merupakan ancaman atau kompetitor bagi ikan spesies
terhadap perubahan lingkungan, bahkan ikan ini
asli untuk mendapatkan makanan ataupun ruang. Hal
mampu hidup pada habitat berkualitas air rendah dan
ini lama kelamaan menjadikan ikan introduksi dapat
mudah untuk dibudidayakan (Iskandariah et al.,
mengancam keberadaan ikan asli di perairan tersebut.

`Gambar 20. Ikan Sapu – sapu Gambar 21. Ikan Nila gift
(Liposarcus multiradiatus H.) (Oreochromis niloticus L.)
Kelimpahan Relatif kedua ikan Nilem 31,18%, kemudian diikuti oleh
Brek, Lunjar, Tawes, Nila, Kekel, Sepat jawa, Sapu-
Berdasarkan perhitungan Kelimpahan Relatif
sapu, Keting dan Gabus seperti yang tersaji pada
(KR) nilai tertinggi pada penelitian ini diperoleh oleh
Gambar 22.
ikan benteur dengan nilai mencapai 34,92%, ditempat

(%)
40

35

30

25

20

15 KR
Total
10 Fi

Gambar 22 . Nilai Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Jenis Ikan Spesies Asli dan Introduksi di Sungai Logawa

Nilai Kelimpahan Relatif ikan benteur ketinggian kurang lebih 300 m (Kavanagh, 2002).
merupakan yang tertinggi di Sungai logawa, hal ini Ikan ini dapat hidup pada aliran sungai jernih, berarus
dikarenakan sebaran ikan yang hampir di semua lambat sampai deras dan cenderung hidup pada bagian
stasiun ada dan jumlahnya yang merata. Ikan nilem tengah hingga dasar perairan. Makanan ikan benteur
memiliki sebaran yang sama dengan ikan benteur ini berupa zooplankton, larva serangga, dan tumbuhan
namun jumlahnya kurang merata sehingga air, sehingga ikan ini tergolong omivora (Sugita,
menempatkan di urutan kedua. Sedangkan nilai KR 2005). Ikan Nila merupakan ikan yang sangat toleran
untuk ikan lainnya cukup berbeda jauh dengan ikan terhadap habitatnya, dari peraian normal sampai
benteur dan nilem. Perbedaan ini disebabkan oleh perairan dengan pencemaran atau salinitas tinggi. Ikan
sebaran yang relatif sempit dan jumlahnya tidak Nila juga mempunyai tingkat reproduksi yang tinggi
merata. dan mudah memijah di berbagai kondisi perairan
(Iskandariah et al., 2010).
Gambar 22 juga menyajikan data
perhitungan Frekuensi Jenis (Fi) yang merupakan Indeks Keanekaragaman
nilai yang menunjukkan kehadiran spesies pada tiap –
Indeks keanekaragaman merupakan suatu
tiap stasiun (Defira dan Muchlisin, 2004). Nilai Fi
kajian yang menunjukkan kekayaan spesies dalam
untuk ikan spesies asli tertinggi diperoleh benteur
komunitas dan memperlihatkan keseimbangan dalam
yaitu 26,74% disusul ikan nilem sebesar 25,68%,
pembagian individu per spesies. Nilai indeks
sedangkan Fi tertinggi pada ikan introduksi adalah
keanekaragaman akan meningkat jika jumlah spesies
ikan Nila yaitu sebesar 4,63%. Hal ini menunjukkan
semakin banyak dan proporsi jenis semakin merata
bahwa ikan benteur, nilem dan nila merupakan spesies
(Krebs, 1978). Selanjutnya menurut Fachrul (2007)
yang paling sering di jumpai pada saat pengambilan
menjelaskan bahwa indeks keanekaragaman (indeks of
atau penangkapan ikan.
diversity) berguna dalam mempelajari gangguan
Ikan benteur merupakan ikan tropis yang biasa faktor-faktor lingkungan (abiotik) terhadap suatu
mendiami danau dan sungai, ikan ini dapat hidup pada komunitas atau untuk mengetahui suksesi atau
stabilitas suatu komunitas. Tujuan utama teori sistem. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman
informasi Shannon-Wienner adalah untuk mengukur berdasarkan perolehan ikan dapat dilihat pada
tingkat keteraturan dan ketidakteraturan dalam suatu Gambar 23.

1,8 1,63
1,6
1,34
1,4 1,25
1,2 1,07
0,94 0,93
1

0,8 0,69 0,66 0,68

0,6

0,4

0,2

0
I II III IV V VI VII VIII IX
STASIUN

Gambar 23. Nilai Indeks Keanekaragaman di Sungai Logawa

Hasil yang tertera pada Gambar 23, menunjukkan tempat untuk mencari makan, tempat memijah, dan
nilai indeks keanekaragaman (H’) hasil penelitian berlindung ikan – ikan juga mempengaruhi
berkisar antara 0,66 – 1,63. Nilai indeks keanekaragaman.
keanekaragaman tertinggi diperoleh stasiun VII
Keanekaragaman spesies terdiri dari jumlah
sebesar 1,63 diikuti stasiun II, VIII, IX, IV, VI, I, V,
spesies dalam komunitas (kekayaan spesies) dan
III dan nilai terkecil diperoleh stasiun III dengan nilai
kesamaan spesies. Keanekaragaman dipengaruhi oleh
0,66. Nilai (H’) menunjukkan angka lebih dari 1 pada
beberapa faktor diantaranya adalah heterogenitas
4 stasiun dan (H’) kurang dari 1 pada 5 stasiun, hal ini
ruang atau tempat, semakin heterogen suatu
menunjukkan keanekaragaman di Sungai Logawa
lingkungan fisik semakin kompleks fauna yang
termasuk kategori rendah. Menurut Shannon -
tersebar dan semakin tinggi keanekaragaman jenisnya.
Wienner keanekaragaman terbagi menjadi 3 kriteria
Lingkungan yang stabil lebih memungkinkan
atau kategori yaitu:
keberlangsungan evolusi, sehingga menambah
H’ < 1 : Keanekaragaman rendah keanekaragaman (Krebs, 1978).
1 < H’ < 3 : Keanekaragaman sedang
Keanekaragaman ikan di Sungai Logawa
H’ > 3 : Keanekaragaman tinggi
masih bisa bertambah jika alat tangkap yang
Rendahnya nilai keanekaragaman di Sunagi digunakan lebih banyak, ukuran mata jaring yang
Logawa terjadi akibat kurang meratanya penyebaran lebih kecil, periode penangkapan yang lebih lama dan
jumlah individu tiap spesies. Hal ini dapat terjadi tenaga profesional yang lebih baik. Informasi dari
akibat faktor lingkungan yang kurang baik untuk ikan masyarakat yang kerap melakukan penangkapan ikan
– ikan yaitu kondisi fisik sungai yang sebagian besar terdapat beberapa jenis ikan yang ada di Sungai
berbatu dan terjal, kecepatan arus yang tinggi, Logawa tetapi tidak terwakili dalam penelitian ini
kedalaman yang rendah seperti di stasiun I sampai V. seperti ikan udikan, ikan uceng, ikan baceman, ikan
Kondisi atau karakteristik habitat perairan yang boso, ikan wader, ikan belut, ikan pelus dan ikan lele
kurang baik merupakan salah satu penyebab tidak dumbo.
meratanya penyebaran ikan tiap spesies. Hal ini sesuai Status Populasi Ikan di Sungai Logawa
dengan pernyataan (Hallet et al., 2012), bahwa Populasi adalah sekelompok organisme sejenis
keanekaragaman dan kelimpahan ikan ditentukan oleh yang menempati ruang tertentu pada waktu tertentu
karakteristik habitat perairan. Selain itu ketersediaan (Krebs, 1978). Sungai Logawa merupakan sungai
dengan sumberdaya alam dan hayati yang melimpah, 11 spesies yang terdiri dari 9 spesies asli dan 2 spesies
sumberdaya hayati yang salah satunya ada yaitu ikan. introduksi.
Komposisi ikan yang ada di Sungai Logawa terdapat

Tabel 3. Status Populasi Ikan di Sungai Logawa

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Status (IUCN, 2004)

Spesies Asli
1. Ikan Benteur Puntius binotatus(V.C.) Tidak terancam
2. Ikan Brek Puntius orphoides((V.C.) Tidak terancam
3. Ikan Gabus Channa striata (Bloch.) Tidak terancam
4. Ikan Kekel Glyptothorax platypogon (Blyth.) Tidak terancam
5. Ikan Keting Mystus micracanthus(Blkr.) Tidak terancam
6. Ikan Nilem Osteochilus hasselti (V.C.) Tidak terancam
7. Ikan Lunjar Rasbora argyrotaenia (Blkr.) Tidak terancam
8. Ikan Sepat jawa Trichogaster trichopterus (Pallas.) Tidak terancam
9. Ikan Tawes Puntius javanicus (Blkr.) Tidak terancam
Introduksi
10. Ikan Nila Oreochromis niloticus(L.) Tidak terancam
11. Ikan Sapu – sapu Liposarcus multiradiatus(H.) Tidak terancam

Ikan spesies asli yang ada di Sungai Logawa meningkatkan peluang keberlangsungan hidup ikan
berdasarkan IUCN (2004) belum termasuk kategori spesies asli. Menurut Dinas Perikanan Kabupaten
terancam punah. Namun beberapa spesies ikan asli di Banyumas, jenis ikan introduksi di Sungai Logawa
Sungai Logawa bisa termasuk kedalam kategori masih tergolong rendah. Adanya hukum penebaran
jarang, hal ini dikarenakan spesies di Sungai Logawa benih ikan (restocking) yang berlaku bagi pelanggar
memiliki keterbatasan sebaran geogafis atau padat larangan penangkapan ikan atau perusakan
populasi yang rendah. Spesies ikan di Sungai Logawa lingkungan yang merusak kelestarian dirasa cukup
yang hampir ditemukan di semua stasiun hanya mampu menjaga kelestarian ikan di Sungai Logawa.
Puntius binotatus dan Osteochilus hasselti, sedangkan
Faktor lingkungan yang baik dan mendukung
Puntius orphoides, Channa striata, Glyptothorax
seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, suhu dan
platypogon, Mystus micracanthus, Rasbora
pH berpengaruh dalam keberadaan ikan spesies asli
argyrotaenia, Trichogaster trichopterus, Puntius
yang ada. Selain itu diberlakukannya hukum yang
javanicus hanya ditemukan di beberapa stasiun saja.
tegas bagi para nelayan atau masyarakat yang
Ikan introduksi jika dilihat pada hanya merusak dan mengganggu ekosistem seperti;
ditemukan dari stasiun VI – IX, stasiun ini termasuk penggunaan alat setrum, dan bahan kimia dalam
bagian tengah sampai hilir sungai. Hal ini menangkap ikan maka dikenakan hukum pidana dan
menunjukkan daerah hulu Sungai Logawa belum denda penggantian bibit ikan untuk ditebar di Sungai
terintroduksi ikan spesies pendatang dan berdampak Logawa. Bibit ikan yang ditebar biasanya ikan nilem,
positif bagi ikan speies asli. Dampak positif tersebut nila, mujair dan lele. Hal ini diharapkan pada
salah satunya tidak ada persaingan baik dalam berlanjutnya kelestarian ikan yang ada di Sungai
mencari makan atau tempat tinggal dengan ikan Logawa (Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten
introduksi. Berkurangnya persaingan maka Banyumas, 2014).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 1. Spesies ikan asli yang terdapat di Sungai


Logawa yaitu ikan lunjar (Rasbora
Hasil penelitian dan pembahasan ikan spesies
argyrotaenia), ikan benteur (Puntius
asli dan introduksi di Sungai Logawa Kabupaten
binotatus), ikan nilem (Osteochilus hasselti),
Banyumas dapat disimpulkan sebagai berikut:
ikan brek (Puntius orphoides), ikan keting
(Mystus micracanthus), ikan kekel
(Glyptothorax platypogon), ikan gabus keanekaragaman (H’) teori Shannon-
(Channa striata), ikan sepat jawa Wienner di Sungai Logawa memiliki tingkat
(Trichogaster trichopterus) dan ikan tawes keanekaragaman yang rendah dengan kisaran
(Puntius javanicus), sedangkan ikan nilai 0,66 – 1,63.
introduksinya adalah ikan Nila (Oreochromis
Saran
niloticus) serta ikan Sapu – sapu (Liposarcus
Diharapkan adanya penelitian lanjutan
multiradiatus).
mengenai ikan spesies asli dan introduksi di Sungai
2. Kelimpahan relatif ikan spesies asli berkisar
Logawa. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
antara 0,07% (ikan gabus) hingga 34,94%
adanya kemungkinan perubahan jumlah serta jenis
(ikan benteur) dengan diikuti nilem, brek,
ikan introduksi dan spesies asli di Sungai Logawa
lunjar, tawes, kekel, sepat jawa, keting dan
atau penelitian kearah pelestarian ikan spesies asli
gabus. Ikan introduksi dengan kelimpahan
supaya eksistensinya terjaga. Semoga penelitian ini
tertinggi adalah ikan nila.
dapat dijadikan informasi awal baik dari segi alat
3. Keadaan poplasi ikan spesies asli dan
tangkap maupun lokasi pengambilan sampel untuk
introduksi berdasarkan nilai indeks
penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Y. 2007. Status Reproduksi Ikan Ekonomis Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioteknologi.
di Sungai Klawing Purbalingga. Skripsi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Fakultas Sains dan Teknik. Universitas
Gentasari. 2012. Wisata Alam di Desa Baseh: Sungai
Jenderal Soedirman, Purwokerto. 78 hal.
Logawa. Informasi Desa- Desa Banyumas.
Arthington, A.H., Lloyd, L.N. 1989, Introduced Http://desa.bloggerbanyumas.net/. (diakses
Poeciliidae in Australia and New Zealand, in tanggal 28 Juni 2012)
Evolution and ecology of livebearing fishes
Hadiyati, R.K. 2007. Kajian Ilmiah Ikan Gar, Famili
(Poeciliidae), eds G.K. Meffe & F.F. Snelson,
Lepisosteidae (Lepisosteus spp. & Atractosteus
pp. 333–348, Prentice–Hall, New York.
spp): Spesies Ancaman Bagi Ikan Asli
American Public Health Association (APHA). 2005. Indonesia. Bidang Zoologi, Puslit Biologi LIPI
Standard Methods for The Examination of 87-96.
Water and Wastewater. 12th ed. APHA-
Hallet, C. S., Valesini, F. J., Clarke, K. R., Hesp, S.
AWWA, WPCF, Washington DC.
A., Hoeksema, S. D. 2012. Development and
Bartley, D., Naeve, H., Subasinghe, R. 2004. Impacts validation of fish-based, multimetric indices
of Aquakulture : Biodiversity and for assessing the ecological health of Western
AlienSpesies.http://www.oceanatlas.com/world Australian estuaries. Estuarine, Coastal, and
_fisheries_and_aquaculture/html/issues/ecosys/ Shelf Science, 104-105: 102-103.
envimpactfi/biodiversity. (diakses tanggal 28
Irsyalina, N. 2013. Status Reproduksi Beberapa Ikan
Juni 2004 )
Spesies Asli (Famili Cyprinidae) di Sungai
Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi. Fakultas Logawa Kabupaten Banyumas. Skripsi.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Sains dan Teknik. Universitas
Universitas Sumatera Utara, Medan. Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Defira, C. N. Dan Muchlisin, Z. A. 2004. Populasi Iskandariah, Arifin, O.Z., Gustiano, R. 2010. Analisis
Ikan di Sungai Alas Stasiun Penelitian Soraya Keragaman Genetik Lima Populasi Nila Hitam
Kawasan Ekosistem Leuser Simpang Kiri (Oreochromis sp.) dengan Analisis Sidik
Kabupaten Aceh Singkil. Jurnal Ilmiah MIPA. Ragam Random Amplified Polymorphism
7(1): 61-67. DNA (RAPD). Prosiding Forum Inovasi
Teknologi Akuakultur. 523-528
Dewi, K., Soeminto. 2005. Pertumbuhan Ikan Nilem
(Osteochilus hasselti C.V) Ginogenesis Sampai IUCN 2003. The 2003 IUCN Redlist of Threatened
Umur 30 hari serta Tingkat Perkembangan Spesie. http:/ www.redl isr.olg/
Gonad yang Telah dicapai. Jurnal Iktiologi
info_sources_quality.htm| 5 / 24 / 200 4.
Indonesia, 5(2): 55-59
Jukri, M., Emiyarti, Kamri, S. 2013. Keanekaragaman
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Jenis Ikan di Sungai Lamunde Kecamatan
Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi
Perairan. Kanisius, Yogyakarta. 231 hal.
Sulawesi Tenggara. Jurnal mina Laut
Effendie, M. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Indonesia, 1(1) : 23-37. 21
Pustaka Nusatama, Yogyakarta.
Kavanagh, K. 2002. Fishes From Mountain Streams Aliran Sungai. World Agroforesty Centre –
In The Croker Range Park Sabah Malaysia. Southeast Asia Regional Office. Bogor,
ASEAN Review Of Biodiversity And Indonesia. 104 hal.
Enviromental Concervation (ARBEC).
Rahmawati, I. 2006. Aspek Biologi Reproduksi Ikan
Kottelat, M., Whitten, A. J., Kartikasari, S.N., Beunter (Puntius binotatus C.V 1842, F.
Wirjoatmodjo, S. 1993. Ikan Air Tawar Cyprinidae) di Bagian Hulu Daerah Aliran
Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Sungai (DAS) Ciliwung, Jabar. Skripsi.
Edition, Limited, Jakarta. Program Sarjana Perikanan dan Kelautan,
Institut Pertanian Bogor
Krebs, C.J. 1978. Ecology ; The Eksperimental
Analysis of Distribution and Abudance. Third Rarung, L.K., Pratasik, S.B. 2010. Potensi Jenis-Jenis
Edition Harper and Row Publisher, New York. Ikan Air Tawar Konsumsi Masyarakat Aliran
Sungai Digoel, Kabupaten Boven Digoel,
Kusbiyanto. 2005. Analisis Daya Dukung Lingkungan
Papua, dan Beberapa Langkah Pengelolaannya.
Perairan Sungai Banjaran dalam Upaya
Jurnal perikanan dan kelautan, 6(1): 41-45
Konservasi Udang Macrobrachium spp. Di
Kabupaten Banyumas. Program Pascasarjana Rohani, D. 2013. Struktur Komunitas Gastropoda di
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Sungai Logawa Kabupaten Banyumas. Skripsi.
102 hal. Fakultas Sains dan Teknik. Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto
Lee,C., Wang, D., Kuo, C. L. 1978. Benthos Makro
invertebrate and fish as biologycal indicators Rukayah, S., Setijanto, Sulistyo, I. 2003. Kajian dan
of Water Quality, With Refarence Coramunity Strategi Reproduktif Ikan Senggaringan
Diversity Index. International Conference on Mystus nigriceps di Sungai Klawing : Upaya
Water Pollution Control in Development Menuju Diversifikasi Budidaya Perairan.
Countries Bangkok. Thailand. 412 pp. Laporan Penelitian. Fakultas Biologi.
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Maskur. 2002. Progam Pelestarian Plasma Nutfah
38 hal.
Ikan-Ikan Perairan Umum. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 1(3): 139–144 Ryanto, Nurkin, B., Palenewan, J.L., Jogjo, H.,
Suwondo. 1995. Ekologi Dasar I dan II. Badan
Mc.naughton, S. J., Wolf, L. 1990. Ekologi Umum
Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia
Alih Bahasa oleh Pringgoseputro dari
Bagian Timur.
Srigandono. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi
Ikan Jilid 1. Bina Cipta, Bandung
Menteri Kelautan dan Perikanan. Jenia Ikan dan
Wilayah Penebaran kembali serta Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi
Penangkapan Ikan Berbasis Budidaya. Ikan Jilid 2. Bina Cipta, Bandung
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Sentosa, A.A., Djumanto. 2010. Habitat Pemijahan
Republik Indonesia Nomor PER.
Ikan Wader Pari (Rasbora lateristriota) di
15/MEN/2009.
Sungai Ngrancah Kab. Kulon Progo. Jurnal
Michael, E.P. 1994. Metode Ekologi untuk Iktiologi Indonesia, 10(1): 55-63
Penyelidikan Ladang di Laboratorium. UIP,
Setyawan, H. 2005. Aspek biologi Reproduksi Ikan
Jakarta. 7-13 hal.
Brek (Puntius orphoides C.V.) di Sungai
Muchlisin, Z.A. 2011. Analisis Kebijakan Introduksi Logawa. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknik.
Spesies Ikan Asing di Perairan Umum Daratan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Provinsi Aceh. Jurnal Kebijakan Sosial
Sofyan. 2001. Ekologi Persarangan Megapoda Kelam
Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 1 (1) : 79 –
(Mgapodius freycinet) dan Status Populasinya
89.
di Pulau Mansinam. Skripsi. Fakultas
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W. B. Pertanian. Universias Negeri Papua,
Sanders Company Philadelphia, London Manokwari.
Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga . Sugita, K. 2005. Tipe Pertumbuhan Ikan Benter
Gajah mada University Press, Jogjakarta (Puntius binotatus) di Sungai Datar Kec.
Cilongok Kab. Banyumas yang Terpolusi
Primack, R. B. 1993. Essential Of Conservation
Limbah Tahu. Skripsi. Jurusan Perikanan dan
Biolgy. Sinauer Asociates Inc. Sunderland,
Kelautan, Unsoed, Purwokerto
Massachusetts.
Sulistyo, I., Setijanto. 2002. Aspek Ekologi dan
Rahayu, S., Widodo, R.H., Noordwijk. M.V., Suryadi,
Reproduksi Ikan Senggaringan (Mystus
I., Verbist, B. 2009. Monitoring Air di Daerah
nigriceps) Acuan Dasar Domestikasi dan
Budidaya. Laporan Penelitian. Fakultas Diversity, Distribution, and Concervation
Biologi. Universitas Jenderal Soedirman, Status of the Native Freshwater Fishes of the
Purwokerto Southern United States. Fisheries, 25 (10) : 7 –
31.
Susanto, H. 2006. Budidaya Ikan di Pekarangan.
Edisi Revisi. Peneber swadaya, Jakarta. Waryono, T. 2002. Bentuk Struktur dan Lingkungan
Bio- Fisik Sungai. Kumpulan Makalah Periode
Syafei, L.S. 2005. Penebaran Ikan Untuk Pelestarian
1987- 2008: 1-8. (diakses 15 Desember 2013)
Sumberdaya Perikanan. Jurnal lktiologi
Indonesia, 5(2): 69-75 Welcomme, R.L. 1981. Register of International
Transfer of Inland Fish Species. FAO Fisheries
The World Bank. 1998. Integrating Freshwater
Technical Papers, Rome, Italia 213-120 p.
Biodiversity Conservation with Development :
Some Emerging Lesson. Natural habitats and Welcomme, R.L. 1988. International Introduction of
Ecosystem Management Series, 8 (61) : 24 pp. inland Aquatic Species. FAO Fisheries
Technical Papers, Rome, Italia 294 p.
Tobing, I.S.L. 2008. Teknik Estimasi Ukuran Populasi
Suatu Spesies Primata. Vis Vitalis, 1 (1) : 43 – Wihermanto. 2004. Dispersi Asosiasi dan Status
52. Populasi Tumbuhan Terancam Punah di Zona
Submontana dan Montana Taman Nasional
Umar, C., Makmur, S. 2006. Komposisi Jenis dan
Gunung Gede-Pangrango. Biodiversitas, 5(1):
Hasil Tangkapan Ikan di Danau Sentani Papua.
17-22
Biodiversitas, 7(4): 349-353
Wijayani, N.A. 2013. Status Populasi Ikan Spesies
Wargasasmita, S. 2005. Ancaman Invasi Ikan Asing
Asli dan Introduksi Sungai Klawing Kabupaten
terhadap Keanekaragaman Ikan Asli (Invasion
Purbalingga. Skripsi. Fakultas Sains dan
Threats of Exotic Fish Species to Diversity of
Teknik. Universitas Jenderal Soedirman,
Indigenous Fish Species). Jurnal Iktiologi
Purwokerto
Indonesia, 5(1) : 5-10.
www. Banyumaskab.go.id diakses pada tanggal 1
Wardoyo, S.T.H. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk
Desember 2013 pukul 21.30 WIB
Evaluasi Pertanian dan Perikanan, Training
Analisa Dampak Lingkungan. PPLH UNDD- www. fishebase.org diakses tanggal 13 Mei 2014
PSL. Institut Pertanian Bogor, Bogor. pukul 22.00 WIB
Warren, M.L., Burr, B.M., Walsh, S.J., Bart, H.L, www. kphbanyumasbarat.com diakses tanggal 22
Cashner, R.C., Etnier, D.A., Freeman, B.J., Januari 2014 pukul 22.00 WIB
Kuhajda, B.R., Mayden, R.L., Robinson,
www. Wikipedia.org diakses tanggal 1 November
H.W., Ross, S.T., Starnes, W.C. 2000.
2013 pukul 21.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai