Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KATALIS TERHADAP PEMBUATAN

BIODIESEL DARI BIJI KETAPANG ( Terminalia catappa L )

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui di alam ini, terdapat berbagai macam sumber daya
alam, mulai dari yang dapat diperbarui atau yang biasa disebut sumber daya alam
terbarukan dan yang tidak dapat diperbarui atau bisa disebut sumber daya alam tak
terbarukan.
Dewasa ini banyak pengunaan kedua sumber daya alam difungsikan dalam
berbagai aspek, salah satu nya adalah untuk bahan bakar. Salah satu sumber daya
alam yang digunakan untuk bahan bakar adalah minyak bumi. Minyak bumi
merupakan salah satu sumber daya alam tak terbarukan yang masih digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan bahan bakar. Tetapi lama kelamaan sumber daya
minyak ini akan semakin berkurang karena pengunaan nya terus menerus. Dan juga
pada masa sekarang ini dibutuhkan bahan bakar yang menghasilkan sedikit polutan
sehingga ramah lingkungan.
Terminalia catappa L. (ketapang) merupakan pohon pantai dengan daerah
penyebarannya cukup luas. Berasal dari daerah tropis di India, kemudian menyebar
ke Asia Tenggara, Australia Utara dan Polynesia di Samudra Pasifik. Pohon ini
merontokkan daunnya dua kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Januari-
Februari-Maret dan pada bulan Juli-Agustus- September. Selain tumbuh secara liar
di pantai, pohon ini sering ditanam sebagai pohon peneduh di dataran rendah. Oleh
karena itu, pohon ketapang juga ditanam sebagai pohon hias di kota-kota. Dan
bahan baku yang digunakan sebagai sebagai pengganti minyak bumi adalah biji
ketapang. Biji Ketapang sendiri dapat kita temui dengan mudah, sehingga dapat
dijadikan alternative dalam pembuatan bahan bakar yang dalam hal ini merupakan
biodiesel.
Di Indonesia pohon ketapang dikenal dengan beberapa nama: ketapang
(Indonesia & Jawa), geutapang (Aceh), hatapang (Batak), katapieng (Sumatra
Barat), katapang (Bali), Salrise (Sulawesi) dan kalis (Irian Jaya). Bagian dari
tanaman ini hampir seluruhnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Air
rebusan akarnya dapat digunakan untuk mengobati beser (sering kencing) dan
radang selaput lender usus. Kulit kayu dan daunnya dapat digunakan untuk
menyamak kulit, sebagai bahan pencelup kain dan untuk membuat tinta serta dapat
digunakan sebagai obat sariawan, karena kandungan taninnya tinggi. Di Papua
Nugini air perasan daun bunga ketapang yang dicampur dengan air minum,
digunakan sebagai sterilisasi pada wanita. Inti biji buah ketapang dapat dimakan
mentah, rasanya gurih seperti buah kenari. Inti biji buah ketapang ini digunakan
sebagai obat penggiat fungsi kelenjar susu (mempercepat produksi air susu) dan
memperlancar buang air besar.
Pada pembuatan biodiesel dari biji ketapang tentunya diperlukan katalis.
Katalis yang digunakan pada pembuatan biodiesel itu sendiri berupa KOH dan juga
H2SO4. Kedua senyawa ini sering digunakan sebagai katalis dalam pembuatan
biodiesel. Sebelum pembuatan biodiesel dilakukan, terlebih dahulu akan dibuat
minyak dari biji ketapang, kemudian akan dihitung tingkat FFA nya. Jika kadar
FFA minyak masih tinggi, akan dilakukan transesterifikasi hingga kadar FFA nya
turun. Karena kualitas dari biodiesel sendiri dipengaruhi oleh kadar FFA dari
minyak yang digunakan.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


1. Katalis apa yang digunakan dalam pembuatan biodiesel ?
2. Apa pengaruh yang ditimbulkan katalis dalam pembuatan biodiesel ?
3. Bagaimana cara pembuatan biodiesel dari biji ketapang ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Dapat mengetahui jenis katalis yang dginakan dalam pembuatan biodiesel
2. Dapat mengetahui pengaruh yang ditimbulkan katalis dalam pembuatan
biodiesel
3. Dapat mengetahui cara pembuatan biodiesel dari biji ketapang

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Diharapkan hasil dari pembuatan biodiesel dari biji Ketapang ini dapat bermanfaat
sebagai alternative bahan bakar minyak khususnya bahan bakar diesel dan juga
diharapkan dapat menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan.
II. Landasan Teori
2.1 Ketapang
Pohon ketapang adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang rindang yang
memiliki nama latin Terminalia catappa. Terminalia catappa merupakan pohon
besar dengan tinggi mencapai 25 m dan gemang batang sampai 1.5 m. Bertajuk
rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat.
Ketapang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara. Namun pada wilayah Sumatra
dan Kalimantan pohon ketapang jarang ditemukan. Pohon ini biasa ditanam di
Australia bagian utara dan Polinesia, India, Pakistan, Madagaskar, Afrika Timur
dan Afrika Barat, Amerika Tengah, serta Amerika Selatan. Pohon ketapang kerap
ditanam sebagai pohon peneduh di taman ataupun pinggir jalan. Pohon ketapang
mempunyai bentuk cabang dan tajuk yang khas. abangnya mendatar dan tajuknya
bertingkat-tingkat mirip struktur pagoda.
Di dalam dunia tumbuhan, T. catappa Linn., diklasifikasikan sebagai berikut
(Tjitrosoepomo,1989): Divisio: Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Kelas:
Dicotyledonae; Ordo: Myrtales; Family: Combretaceae; Genus:Terminalia;
Spesies: Terminalia catappa L.
Tanaman ketapang sering digunakan untuk ramuan tradisional. Diantaranya
dapat dipergunakan untuk mengobati diare, radang perut, hipertensi, rematik sendi,
disentri, lepra, kudis, dan penyakit kulit lainnya. Bagian tumbuhan ketapang
khususnya daun selain untuk obat kulit daun ketapang dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan pH air tawar dan menyerap zat-zat kimia yang terdapat pada air tawar.
Zat-zat yang terdapat pada daun ketapang seperti asam humat, tanin dan antosianin.
Asam humat adalah zat organik yang memiliki struktur molekul dengan berat
molekul tinggi (makromolekul) yang mengandung gugus aktif. Asam humat
terbentuk melalui proses fisika, kimia dan biologi dari bahan-bahan yang berasal
dari tumbuhan maupun hewan melalui proses humifikas. Tanin dan antosianin
adalah pigmen yang terdapat pada daun ketapang. Daun ketapang memiliki 2
pigmen tetapi yang lebih doniman adalah pigmen tannin.

Morfologi Ketapang (Terminalia catappa) Morfologi atau bagian-bagian dari


ketapang ini terdiri dari daun, akar, batang, bunga, buah dan biji.
1. Daun ketapang Daun lengkap adalah daun yang terdiri atas pelepah daun
(vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Daun ketapang
(Terminalia catappa) termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya
memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).
a. Tangkai daun (petiolus) Terminalia catappa memiliki bentuk tangkai daun
seperti bentuk tangkai daun tumbuhan pada umumnya, yaitu berbentuk silinder
dengan sisi agak pipih dan menebal pada pangkalnya.
b. Helaian daun (lamina) Ketapang memiliki helaian daun bundar telur terbalik.
Helaian di pangkal berbentuk jantung, pangkal dengan kelenjar di kiri-kanan ibu
tulang daun di sisi bawah. Daun ketapang memiliki daun berambut halus di sisi
bawah dan berbentuk lebar dibagian tengah daun, ujung daun meruncing, tepi daun
yang merata, daging daun tipis dan memiliki tulang daun menyirip.
2. Akar Ketapang Terminalia catappa termasuk tumbuhan dikotil karena
memiliki akar tunggang (radix primaria). Akar Terminalia catappatermasuk akar
tunggang yang bercabang (ramosus), yaitu akar tunggang berbentuk kerucut
panjang yang tumbuh lurus ke bawah, bercabang banyak sehingga memberi
kekuatan pada batang dan dapat membuat daya serap terhadap air dan zat makanan
menjadi lebih besar.
3. Batang Ketapang Terminalia catappa merupakan batang berkayu (lignosus),
yaitu batang yang keras dan kuat. a. Bentuk batang Batang Terminalia catappa
berbentuk bulat (teres).
a. Sifat permukaan batang. Terminalia catappa memiliki sifat permukaan batang
beralur (sulcatus), yaitu jika membujur batang terdapat alur-alur yang jelas.
b. Arah batang. Untuk arah tumbuh batangnya, Terminalia catappa memiliki arah
tumbuh batang yang tegak lurus (erectus), yaitu memiliki arah lurus ke atas.
c. Percabangan Percabangan pada Terminalia catappa termasuk percabangan
simpodial karena batang pokok sukar ditentukan, dalam perkembangan selanjutnya
mungkin akan menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat
pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya. Sedangkan untuk arah tumbuh
cabangnya, Terminalia catappamemiliki cabang yang mendatar (horizontalis), yaitu
antara cabang dengan batang pokok memebentuk sudut kurang lebih 90o C.
4. Bunga - Bunga Terminalia catappa berukuran kecil, berwarna kuning dan
terkumpul dalam bulir yang berada dekat ujung ranting dengan panjang 8 – 25 cm.
Bunga Terminalia catappa tidak memiliki mahkota, memiliki kelopak berjumlah 5
yang memiliki bentuk seperti piring atau lonceng ukuran 4 – 8 mm dan berwarna
putih atau krem. Benang sari berada dalam 2 lingkaran yang tersusun masing –
masing 5. Buah batu berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit
denga ukuran 2,5 - 7 x 4 – 5,5 cm berwarna hijau-kuning-merah atau ungu
kemerahan saat telah masak
5. Buah dan Biji. Bentuk dari buah pohon katapang ini seperti buah almond.
Besar buahnya kira-kira 4 – 5,5 cm. Buah katapang berwarna hijau tetapi ketika tua
warnanya menjadi merah kecoklatan. Kulit terluar dari bijinya licin dan ditutupi
oleh serat yang mengelilingi biji tersebut
Dari penelitian Kusyanto (1998) dan Priyono Suwarso et al. (1999) telah berhasil
diekstraksi minyak biji ketapang (warna: kuning pucat, sebelum dimurnikan, dan
menjadi kuning bening setelah dimurnikan) dari buah biji ketapang dengan
rendemen sekitar 55% dari berat biji keringnya. Komposisi asam lemak penyusun
trigliseridanya, terdiri dari asam: palmitat (27,9%), palmitoleat (8,6%), stearat
(4,3%), oleat (38,0%) dan linoleat (21,0%), dan selain itu terdapat 2 asam lemak
baru yang strukturnya belum dapat dipastikan (0,2%).

2.2 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester
dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar
dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbarui seperti minyak sayur atau lemak
hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak
dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah
melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat
pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat
menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan sebagai
penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni
ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Syarat utama yang harus dimiliki oleh bahan bakar diesel adalah harus segera
menyala dan terbakar dengan baik, sesuai dengan kondisi yang terdapat di dalam
ruang bakar. Sifat pembakaran bahan bakar diesel berbeda menurut kecepatan
putaran dan beban mesin diesel, dimana bahan bakar diesel tersebut dipergunakan.
Sesuai dengan tipe mesin, terdapat beberapa tingkatan/jenis bahan bakar diesel
(Allinson, 1973; Subardjo, 1980), yaitu
1. No.1-D, merupakan bahan bakar diesel yang digunakan untuk mesin diesel
dengan kecepatan tinggi.
2. No.2-D, merupakan bahan bakar diesel yang digunakan untuk mesin
industri dan kendaraan berat
3. No.4-D, merupakan bahan bakar diesel yang digunakan untuk mesin
kecepatan rendah dan menengah dengan kecepatan tetap
Bahan bakar diesel yang baik, harus memenuhi beberapa karaktristik (Allinson,
1973), antara lain:
a. Angka setana (Cetane number)
Adalah angka pengujian mesin dari suatu bahan bakar diesel, yang
menggambarkan sifat kelambatan pembakaran (ignation delay). Angka setana yang
tinggi menandakan makin pendek kelambatan pembakaran, dan berarti makin
sedikit jumlah bahan bakar diesel yang terdapat di dalam ruang bakar saat terjadi
pembakaran. Angka setana diperoleh dengan jalan membandingkan kesamaan sifat
pembakaran suatu bahan bakar motor diesel pada motor uji dengan sifat
pembakaran campuran setana (n-heksadekana) yang mempunyai angka setana =
100, dengan - metilnaftalena, yang mempunyai angka setana = 0.
b. Indeks setana
Angka setana dapat juga dihitung dengan suatu rumus tertentu, yang hasilnya
dikenal sebagai indeks setana. Indeks setana dapat ditentukan dengan ASTM D-
976 melalui berat jenis dan suhu ketika 50% bahan bakar diesel menguap (mid-
boiling point) atau melalui angka penyabunan dan angka jod dari bahan bakar
diesel, yaitu metode AOCS (Krisnangkura, 1986).
c. Kekentalan (Viskositas)
Adalah penentuan tahanan cairan untuk mengalir pada suhu tertentu yang
ditetapkan. Kekentalan ini perlu diketahui, karena berpengaruh terhadap
kemudahan mengalir dan sistem injeksi. Penentuan viskositas dilakukan dengan
metoda ASTM D-445 (1990)
d. Panas Pembakaran (Nilai Kalor), ASTM D- 1551 (1966)
Adalah jumlah panas/kalor yang dihasilkan, bila bahan bakar diesel
terbakar sempurna, dan dinyatakan dalam satuan kalori atau Joul per kilogram
(kal/kg atau J/kg)
b. Berat Jenis
Berat jenis bukan merupakan suatu indikasi terhadap mutu, tetapi dapat
memberikan suatu gambaran mengenai mutu, jika dihubungkan dengan pengujian
lain. oAPI Gravity adalah merupakan fungsi berat jenis yang lazim digunakan di
USA.
141,5
API Gravity = - 131,5
𝜌
c. Distilasi (Sifat Penguapan), ASTM D-86 (1996)
Adalah kemudahan suatu cairan berubah menjadi gas. Faktor ini memegang
peranan penting dalam nilai campuran udara dan bahan bakar diesel pada saat
terjadi penyalaan di ruang bakar motor diesel
g. Kadar Belerang
Senyawaan belerang adalah senyawaan yang tidak diinginkan terkandung di
dalam bahan bakar diesel. Baik belerang bebas maupun senyawaan belerang, jika
terbakar akan membentuk gas belerang dioksida (SO2), yang selanjutnya akan
bereaksi dengan air yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar diesel
membentuk asam sulfit, yang dengan mudah teroksidasi menjadi asam sulfat. Baik
asam sulfit maupun asam sulfat bersifat korosiv terhadap logam.

Anda mungkin juga menyukai