Disusun oleh:
Kelompok 3
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
RANCANG BANGUN SISTEM BUDIDAYA IKAN LELE
Disusun oleh:
Kelompok 3
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui:
Koordinator Mata Kuliah
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan seluruh nikmat-
Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal Rancang Bangun
Sistem Budidaya Ikan Lele. Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas akhir
praktikum mata kuliah Rekayasa Akuakultur pada Program Studi Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.
Penulis banyak mendapatkan bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak
dalam penuntasan proposal ini. Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga proposal rancang bangun sistem
budidaya ikan lele yang sudah tertulis ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ vii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
1.3 Gambaran Umum Lokasi .......................................................... 2
1.4 Kerangka Pemikiran Komoditas Yang Dikembangkan ............ 3
1.5 Standar Kelayakan Lokasi Pembangunan BBI ......................... 4
IV PROGRAM PRODUKSI
4.1 Target Produksi dari Fasilitas yang Akan Dibangun .............. 21
4.2 Program Produksi ................................................................... 21
4.3 Sub Produksi ........................................................................... 31
iv
VI ANALISIS KELAYAKAN INFESTASI DAN RENCANA
STRATEGI PEMASARAN
6.1 Kelayakan Investasi ................................................................ 63
6.2 Strategi Pemasaran Produk ..................................................... 65
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan membuat rancang bangun sistem budidaya ikan lele di antaranya
adalah:
1. Mengetahui bagaimana rancang bangun budidaya ikan lele.
2. Menentukan infrastruktur yang dibutuhkan dalam budidaya ikan lele.
3. Menentukan rancangan anggaran biaya yang dibutuhkan dalam budidaya
ikan lele.
serta efisien terhadap aneka macam dan bentuk ataupun ukuran pakan yang
diberikan.
Dewasa ini kebutuhan ikan lele meningkat, seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk dan permintaan akan ikan lele tersebut. Tingkat konsumsi
ikan rata-rata bangsa Indonesia pada tahun 1997 sebesar 19,05 kg/orang/tahun,
dan pada tahun 2001 konsumsi ikan rata-rata nasional meningkat menjadi 22,27
kg/kapita per tahun. Dengan demikian pada tahun 2001 di Indonesia saja
dibutuhkan 4,4 juta ton ikan. Kebutuhan ikan lele konsumsi untuk Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencapai 150 ton/hari, sedangkan
Yogyakarta kebutuhannya mencapai 30 ton/hari. Kebutuhan tersebut akan terus
meningkat dengan meningkatnya permintaan akan ikan lele ukuran konsumsi.
Perkembangan produksi ikan lele di Indonesia meningkat secara signifikan
selama 2006-2010, dengan kenaikan rata-rata setiap tahun sebesar 39,66 persen.
Pada tahun 2010, produksi ikan lele meningkat drastis dari 144.755 ton pada
tahun 2009 menjadi 242.811 ton pada tahun 2010 atau naik sebesar 67,74%
(Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2010). Adapun propinsi yang menjadi
sentra produksi lele di Indonesia antara lain Jawa Barat (Kabupaten Bogor dan
Indramayu), Jawa Tengah (Kabupaten Banyumas, Sukoharjo, Boyolali, dan
Purbalingga), Jawa Timur (Kabupaten Tulungagung dan Jombang) dan D.I
Yogyakarta (Kabupaten Sleman dan Kulonprogo).
6
7
tinggi, agak masam sampai netral (5.6-6.8). Kandungan bahan organik sebagian
rendah sampai sedang dan sebagian lagi sedang sampai tinggi. Kandungann
lapisan atas selalu lebih tinggi daripada lapisan bawah, dengan rasio C/N
tergolong rendah (5-10) sampai sedang (10-18) (Puslittanak, 2000).
Kontur tanah memeiliki ketinggian yang berbeda antar tanahnya di
beberapa titik. Kontur tanah yang berbeda tersebut nantinya akan di ratakan
guna membangun sarana dan prasarana pada balai untuk memudahkan dalam
pembudidayaan ikan lele.
2. Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan berfungsi untuk memijahkan induk jantan dan betina yang
telah matang telur. Bila lokasi yang tersedia tidak mencukupi, maka kolam
pemijahan dan kolam pemeliharaan induk cukup satu kolam saja.
3. Kolam Penetasan
Kolam penetasan telur digunakan untuk menetaskan telur-telur yang
terbuahi. Kolam penetasan harus memiliki suhu yang stabil (dalam ruangan)
sehingga dapat meminimmalisir kegagalan dalam penetasan.
9
4. Kolam Pendederan
Kolam pendederan digunakan untuk memelihara benih hingga berukuran
cukup untuk dipindahkan ke kolam pembesaran. Kolam pendederan dibagi
menjadi tiga yaitu kolam pendederan I, kolam Pendederan II dan kolam
pendederan III. Setiap kolam memiliki ukuran benih yang berbeda.
5. Kolam Pembesaran
Kolam pembesaran digunakan untuk pembesaran ikan yang sudah selesai
masa pendederan nya. Kolam pembesaran dibagi menjadi tiga kolam yaitu,
kolam pembesaran I, kolam pembesaran II dan kolam pembesaran III. Perbedaan
kolam disesuaikan dengan ukuran ikan.
B. Prasarana
1. Bangunan
Bangunan yang akan dibangun di Ciparanje berfungsi untuk
memperlancar kegiatan administratif dan kegiatan operasionalnya. Bangunan
yang akan dibangun diantaranya kantor, rumah jaga, hactery, gudang,
laboratorium kualitas air.
3. Komunikasi
Alat komunikasi yang akan digunakan meliputi telepon, , email, dan
jejaringan sosial. Alat komunikasi ini berfungsi untuk menghubungkan antara
Ciparanje dengan dinas lain dan juga dengan masyarakat baik untuk keperluan
administrasi, pelayanan maupun kerjasama pemasaran.
10
4. Transportasi
Kondisi jalan yang terdapat disekitar Ciparanje berupa jalan dengan
tektstur tanah bebatuan dengan lebar jalan sekitar 4-5 meter, sedangkan untuk
jarak lokasi ke jalan raya sekitar 3 km, akses menuju jalan tol dengan lokasi
sejauh 6 km, menuju pasar sekitar 5,5 km yang dapat ditempuh dengan
kendaraan umum baik kendaraan roda dua mapun roda empat. Ciparanje
direncanakan akan memiliki fasilitas kendaraan baik roda dua dan roda empat.
BAB III
RENCANA RANCANG SITE PLAN
2. Kolam Penetasan
Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan,
bahkan sering kali kegiatan penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada saat
digunakan untuk kolam penetasan, kolam penetasan dilengkapi dengan pipa-pipa
penyalur air ke seluruh bagian kolam sehingga semua telur dapat terendam air.
3. Kolam Pendederan
Kolam pendederan merupakan unit kolam yang menerima benih dari
kolam penetasan. Kolam pendederan ini ada yang disebut pendederan I, II, dan
11
12
III yang pada prinsipnya bentuk dan ukurannya sama, hanya ukuran dan jumlah
ikan yang dipelihara di dalam setiap kolam berbeda. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan konstruksi kolam pendederan, antara lain
(Direktorat Jenderal Perikanan 1988) adalah:
a. Bentuk kolam disesuaikan dengan keadaan tempat, apabila
memungkinkan sebaiknya berbentuk empat persegi panjang.
b. Agar mudah dalam pengelolaan kolam dan pemanenan benih, sebaiknya
kolam pendederan pertama berukuran 100-500 m2, dan kolam
pendederan lanjutan 500-2000 m2 per petak.
c. Penampang melintang pematang berbentuk trapesium dengan kemiringan
1:1 (tanah lempung), lebar atas 75-100 cm dan ketinggian pematang
1,00-1,30 meter.
d. Tempat pemasukan air berupa pipa yang dilengkapi dengan saringan dan
pengatur debit air.
e. Tempat pengeluaran air berbentuk monik atau bentuk lain yang
memungkinkan kecepatan dan volume air yang dikeluarkan dapat diatur
terutama pada saat pemanenan.
f. Dasar kolam dilengkapi dengan kubangan untuk tempat berkumpul ikan
ketika dilakukan pemanenan. Kubangan merupakan bagian dari saluran
dasar di depan tempat pengurasan, yang bentuknya melebar dan
berfungsi sebagai petak penangkapan benih. Dasar kolam dibuat miring
ke arah saluran dasar dan tempat pengurasan.
g. Kedalaman kolam 1-1,5 meter dan kedalaman air 40-60 cm.
h. Permukaan kolam harus mendapat sinar matahari sepanjang hari.
i. Dasar kolam harus berupa tanah gembur, berlumpur subur yang cukup
tebal (5-20 cm), dan tidak porous.
j. Selisih ketinggian tanah dasar kolam antara pintu pemasukan dan pintu
pengeluaran berkisar antara 20-30 cm.
13
Gambar 5. Hatchery
Gambar 6. IPAL
Gambar 7. Kantor
Gambar 8. Cekdam
19
21
22
Keterangan :
PI : Pendederan I K1 : Kelompok induk 1
P II : Pendederan II K2 : Kelompok induk 2
P III : Pendederan III K3 : Kelompok induk 3
P IV : Pendederan IV K4 : Kelompok induk 4
BI : Pembesaran 1 PK1 : Pendederan kelompok benih 1
B II : Pembesaran 1I PK2 : Pendederan kelompok benih 2
B III : Pembesaran III PK3 : Pendederan kelompok benih 3
PK4 : Pendederan kelompok benih 4
BK1 : Pembesaran kelompok benih 1
BK2 : Pembesaran kelompok benih 2
BK3 : Pembesaran kelompok benih 3
BK4 : Pembesaran kelompok benih 4
23
Keterangan :
PI : Pendederan I K1 : Kelompok induk 1
P II : Pendederan II K2 : Kelompok induk 2
P III : Pendederan III K3 : Kelompok induk 3
P IV : Pendederan IV K4 : Kelompok induk 4
BI : Pembesaran 1 PK1 : Pendederan kelompok benih 1
B II : Pembesaran 1I PK2 : Pendederan kelompok benih 2
B III : Pembesaran III PK3 : Pendederan kelompok benih 3
PK4 : Pendederan kelompok benih 4
BK1 : Pembesaran kelompok benih 1
BK2 : Pembesaran kelompok benih 2
BK3 : Pembesaran kelompok benih 3
BK4 : Pembesaran kelompok benih 4
24
Keterangan :
PI : Pendederan I K1 : Kelompok induk 1
P II : Pendederan II K2 : Kelompok induk 2
P III : Pendederan III K3 : Kelompok induk 3
P IV : Pendederan IV K4 : Kelompok induk 4
BI : Pembesaran 1 PK1 : Pendederan kelompok benih 1
B II : Pembesaran 1I PK2 : Pendederan kelompok benih 2
B III : Pembesaran III PK3 : Pendederan kelompok benih 3
PK4 : Pendederan kelompok benih 4
BK1 : Pembesaran kelompok benih 1
BK2 : Pembesaran kelompok benih 2
BK3 : Pembesaran kelompok benih 3
BK4 : Pembesaran kelompok benih 4
25
Tabel 10. Matriks Rencana Pelaksanaan Program Produksi Minggu ke- 29 sd. 36
Bulan ke- VIII IX
Minggu ke- 29 30 31 32 33 34 35 36
Hari 205 212 219 226 233 240 247 254
Pemijahan K4 K1 K2 K3
Hari ke- 199 217 235 253
PI PK4 PK1 PK2
Hari ke- 209-226 227-244 245-262
P II PK3 PK4 PK1
Hari ke- 208-225 226-243 244-261
P III PK2 PK3 PK4
Hari ke- 207-224 225-242 243-260
P IV PK1 PK2 PK3
Hari ke- 206-223 224-241 242-359
Panen ke- PK4 PK1 PK2
Hari ke- 205 223 241
BI BK4 BK1 BK2
Hari ke- 205-280 223-298 241-316
B II BK4 BK1 BK2
Hari ke- 208-328 226-346 244-364
B III
Hari ke-
Panen
Hari ke-
Keterangan :
PI : Pendederan I K1 : Kelompok induk 1
P II : Pendederan II K2 : Kelompok induk 2
P III : Pendederan III K3 : Kelompok induk 3
P IV : Pendederan IV K4 : Kelompok induk 4
BI : Pembesaran 1 PK1 : Pendederan kelompok benih 1
B II : Pembesaran 1I PK2 : Pendederan kelompok benih 2
B III : Pembesaran III PK3 : Pendederan kelompok benih 3
PK4 : Pendederan kelompok benih 4
BK1 : Pembesaran kelompok benih 1
BK2 : Pembesaran kelompok benih 2
BK3 : Pembesaran kelompok benih 3
BK4 : Pembesaran kelompok benih 4
26
Tabel 11. Matriks Rencana Pelaksanaan Program Produksi Minggu ke- 37 sd. 44
Bulan ke- X XI
Minggu ke- 37 38 39 40 41 42 43 44
Hari 261 268 275 282 289 296 303 310
Pemijahan K4 K1 K2
Hari ke- 271 289 307
PI PK3 PK4 PK1
Hari ke- 263-280 281-298 299-316
P II PK2 PK3 PK4
Hari ke- 262-279 280-297 298-315
P III PK1 PK2 PK3
Hari ke- 261-278 279-296 297-314
P IV PK4 PK1 PK2
Hari ke- 260-277 278-295 296-313
Panen ke- PK3 PK4 PK1
Hari ke- 259 277 295
BI BK3 BK4 BK1
Hari ke- 259-334 277-352 295-370
B II BK3 BK4 BK1
Hari ke- 262-382 280-400 298-418
B III BK1 BK2 BK3
Hari ke- 274-394 292-412 310-430
Panen
Hari ke-
Keterangan :
PI : Pendederan I K1 : Kelompok induk 1
P II : Pendederan II K2 : Kelompok induk 2
P III : Pendederan III K3 : Kelompok induk 3
P IV : Pendederan IV K4 : Kelompok induk 4
BI : Pembesaran 1 PK1 : Pendederan kelompok benih 1
B II : Pembesaran 1I PK2 : Pendederan kelompok benih 2
B III : Pembesaran III PK3 : Pendederan kelompok benih 3
PK4 : Pendederan kelompok benih 4
BK1 : Pembesaran kelompok benih 1
BK2 : Pembesaran kelompok benih 2
BK3 : Pembesaran kelompok benih 3
BK4 : Pembesaran kelompok benih 4
27
Tabel 12. Matriks Rencana Pelaksanaan Program Produksi Minggu ke- 45 sd. 52
Bulan ke- XII XIII
Minggu ke- 45 46 47 48 49 50 51 52
Hari 317 324 331 338 345 352 359 366
Pemijahan K3 K4 K1
Hari ke- 325 343 361
PI PK2 PK3 PK4
317- 335-
Hari ke- 353-370
334 352
P II PK1 PK2 PK3
316- 334-
Hari ke- 352-369
333 351
P III PK4 PK1 PK2
315- 333-
Hari ke- 351-368
332 350
P IV PK3 PK4 PK1
314- 332-
Hari ke- 350-367
331 349
Panen ke- PK2 PK3 PK4
Hari ke- 313 331 349
BI BK2 BK3 BK4
313- 331-
Hari ke- 349-424
388 406
B II BK2 BK3 BK4
316- 334-
Hari ke- 352-472
436 454
B III BK4 BK1 BK2
328-
Hari ke- 346-466 364-484
448
Panen
Hari ke-
Keterangan :
PI : Pendederan I K1 : Kelompok induk 1
P II : Pendederan II K2 : Kelompok induk 2
P III : Pendederan III K3 : Kelompok induk 3
P IV : Pendederan IV K4 : Kelompok induk 4
BI : Pembesaran 1 PK1 : Pendederan kelompok benih 1
B II : Pembesaran 1I PK2 : Pendederan kelompok benih 2
B III : Pembesaran III PK3 : Pendederan kelompok benih 3
PK4 : Pendederan kelompok benih 4
BK1 : Pembesaran kelompok benih 1
BK2 : Pembesaran kelompok benih 2
BK3 : Pembesaran kelompok benih 3
BK4 : Pembesaran kelompok benih 4
28
Tabel 13. Matriks Rencana Pelaksanaan Program Produksi Minggu ke- 53 sd. 60
Bulan ke- XIV XV
Minggu ke- 53 54 55 56 57 58 59 60
Hari 373 380 387 394 401 408 415 422
Pemijahan K2 K3 K4
Hari ke- 379 397 415
PI PK1 PK2 PK3
Hari ke- 371-388 389-406 407-424
P II PK4 PK1 PK2
Hari ke- 370-387 388-405 406-423
P III PK3 PK4 PK1
Hari ke- 369-386 387-404 405-422
P IV PK2 PK3 PK4 PK1
Hari ke- 368-387 386-403 404-421 422-439
Panen ke- PK1 PK2 PK3 PK4
Hari ke- 367 385 403 421
BI BK1 BK2 BK3 BK4
Hari ke- 367-442 385-460 403-478 421-496
B II BK1 BK2 BK3
Hari ke- 370-490 388-508 406-526
B III BK3 BK4 BK1
Hari ke- 382-502 400-520 418-538
Panen BK1 BK2
Hari ke- 394 412
Keterangan :
PI : Pendederan I K1 : Kelompok induk 1
P II : Pendederan II K2 : Kelompok induk 2
P III : Pendederan III K3 : Kelompok induk 3
P IV : Pendederan IV K4 : Kelompok induk 4
BI : Pembesaran 1 PK1 : Pendederan kelompok benih 1
B II : Pembesaran 1I PK2 : Pendederan kelompok benih 2
B III : Pembesaran III PK3 : Pendederan kelompok benih 3
PK4 : Pendederan kelompok benih 4
BK1 : Pembesaran kelompok benih 1
BK2 : Pembesaran kelompok benih 2
BK3 : Pembesaran kelompok benih 3
BK4 : Pembesaran kelompok benih 4
29
Tabel 14. Matriks Rencana Pelaksanaan Program Produksi Minggu ke- 61 sd. 68
Bulan ke- XVI XVII
Minggu ke- 61 62 63 64 65 66 67 68
Hari 429 436 443 450 457 464 471 478
Pemijahan K1 K2 K3
Hari ke- 433 451 469
PI PK4 PK1 PK2
Hari ke- 425-442 443-460 461-478
P II PK3 PK4 PK1 PK2
Hari ke- 424-441 442-459 460-477 478-495
P III PK2 PK3 PK4 PK1
Hari ke- 423-440 441-458 459-476 477-494
P IV PK2 PK3 PK4
Hari ke- 440-457 458-475 476-493
Panen ke- PK1 PK2 PK3
Hari ke- 439 457 475
BI BK1 BK2 BK3
Hari ke- 439-514 457-532 475-550
B II BK4 BK1 BK2 BK3
Hari ke- 424-544 442-562 460-580 478-598
B III BK2 BK3 BK4
Hari ke- 436-556 454-574 472-592
Panen BK3 BK4 BK1
Hari ke- 430 448 466
Keterangan :
PI : Pendederan I K1 : Kelompok induk 1
P II : Pendederan II K2 : Kelompok induk 2
P III : Pendederan III K3 : Kelompok induk 3
P IV : Pendederan IV K4 : Kelompok induk 4
BI : Pembesaran 1 PK1 : Pendederan kelompok benih 1
B II : Pembesaran 1I PK2 : Pendederan kelompok benih 2
B III : Pembesaran III PK3 : Pendederan kelompok benih 3
PK4 : Pendederan kelompok benih 4
BK1 : Pembesaran kelompok benih 1
BK2 : Pembesaran kelompok benih 2
BK3 : Pembesaran kelompok benih 3
BK4 : Pembesaran kelompok benih 4
30
Tabel 15. Matriks Rencana Pelaksanaan Program Produksi Minggu ke- 69 sd. 72
Bulan ke- XVIII
Minggu ke- 69 70 71 72
Hari 485 492 499 506
Pemijahan K4
Hari ke- 487
PI PK3 PK4
Hari ke- 479-496 497-514
P II PK3
Hari ke- 496-513
P III PK2
Hari ke- 495-512
P IV PK1
Hari ke- 494-511
Panen ke- PK4
Hari ke- 493
BI BK4
Hari ke- 493-568
B II BK4
Hari ke- 496-616
B III BK1
Hari ke- 490-610
Panen BK2 BK3
Hari ke- 484 502
Keterangan :
PI : Pendederan I K1 : Kelompok induk 1
P II : Pendederan II K2 : Kelompok induk 2
P III : Pendederan III K3 : Kelompok induk 3
P IV : Pendederan IV K4 : Kelompok induk 4
BI : Pembesaran 1 PK1 : Pendederan kelompok benih 1
B II : Pembesaran 1I PK2 : Pendederan kelompok benih 2
B III : Pembesaran III PK3 : Pendederan kelompok benih 3
PK4 : Pendederan kelompok benih 4
BK1 : Pembesaran kelompok benih 1
BK2 : Pembesaran kelompok benih 2
BK3 : Pembesaran kelompok benih 3
BK4 : Pembesaran kelompok benih 4
31
Tabel 16. Ciri - ciri induk ikan lele yang matang gonad sesuai SNI
No. Induk Lele
Jantan: urogenital berwarna merah dan meruncing serta
1
panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor
Betina: perut membesar dan terasa lunak serta bila diurut ke arah
2
anus akan mengeluarkan telur berwarna hijau kekuningan
Ciri - ciri induk lele yang matang gonad adalah sebagai berikut :
a. Bentuk tubuh: bagian kepala pipih horisontal, bagian badan bulat
memanjang dan bagian ekor pipih vertikal.
b. Kesehatan: anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak
ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh tidak
ditempeli jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan
tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir.
c. Induk jantan yang matang gonad:
32
2. Isi air ke dalam wadah pemijahan dengan menggunakan air yang sudah
diendapkan dalam tandon air minimal selama 24 jam. Tahap-tahap mengisi
air dalam wadah pemijahan adalah:
a. Menutup saluran pengeluaran air.
b. Mengisi air dengan cara membuka saluran pemasukan air atau dengan
bantuan pompa air ke dalam wadah pemijahan dengan ketinggian air
sesuai dengan SNI. Ketinggian air pemijahan yang sesuai SNI untuk ikan
lele adalah 25 - 40 cm.
c. Menutup saluran pemasukan air bila air telah mencapai sesuai yang
diiinginkan.
d. Memeriksa saluran pengeluaran air untuk memastikan tidak ada
kebocoran.
3. Tempatkan titik aerasi secara merata kedalam media pemijahan.
4. Lakukan pemijahan induk yang terseleksi baik secara alami maupun semi
alami, caranya sebagai berikut :
a. Pemijahan alami
Memijahkan ikan secara alami dilakukan dengan cara memanipulasi
lingkungan tanpa perlakuan perangsangan hormon. Persiapan wadah pemijahan
yang telah dilakukan merupakan manipulasi lingkungan. Langkah - langkah
melakukan pemijahan alami :
1) Memasukkan kakaban sebagai tempat menempelnya telur dengan jumlah
cukup menutupi 75% dasar kolam.
2) Meletakkan kakaban 5 diatas dasar kolam dan diberikan pemberat berupa
batu.
3) Menyusun kakaban berjajar memenuhi dan mengikuti panjang kolam agar
tidak ada telur yang tidak menempel.
4) Memasukkan induk jantan dan betina yang terseleksi pada sore hari pukul
15.00 - 17.00 ke dalam wadah pemijahan dengan padat tebar sesuai SNI
(lihat tabel 18).
5) Menutup wadah pemijahan.
6) Membiarkan proses pemijahan selama ± 24 jam.
35
7) Memasukkan induk jantan dan betina yang telah disuntik pada sore hari
pukul 15.00 - 17.00 ke dalam wadah pemijahan dengan padat tebar harus
sesuai dengan SNI (lihat tabel 18).
Tabel 18. Padat tebar untuk pemijahan induk lele sesuai SNI
No. Induk lele
Padat tebar induk 1 kg induk betina/m² dengan perbandingan
1
bobot jantan : betina 1 : 2
2 Perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 1 - 3
frekuensi dua kali per hari pada pagi jam 06.00 dan siang jam 14.00. Prosedur
pengukuran suhu :
1) Thermometer dikalibrasi terlebih dahulu.
2) Celupkan thermometer ke dalam air kolam pemeliharaan yang akan diukur
suhunya. Thermometer dicelupkan sampai seluruh bagian thermometer
terendam selama ± 5 menit dengan cara membelakangi matahari dan
hindari kontak langsung dengan tangan.
3) Kemudian thermometer diangkat kembali amati dan baca angka yang
ditunjukkan oleh skala thermometer.
4) Catat skala yang ditunjukan thermometer, yang merupakan nilai suhu hasil
pengukuran.
Prosedur kerja :
1. Ambil sampel larva yang menetas sebanyak 5 ml dengan menggunakan gelas
ukur volume 5 ml.
2. Hitung satu per satu jumlah sampel larva yang diambil.
3. Hitung volume air total dalam wadah penetasan kemudian dibagi volume air
sampel.
4. Kalikan hasilnya dengan jumlah sampel larva dalam 5 ml.
5. Selanjutnya, jumlah larva dibagi dengan jumlah total telur dan dikalikan
100%.
Keterangan :
N = jumlah total larva
V = volume air total
v = volume sampel air
n = jumlah sampel larva
9. Hitung derajat kelangsungan hidup larva dengan rumus sebagai berikut :
𝑁𝑡
SR = × 100%
𝑁𝑜
Keterangan :
SR = Survival rate (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan yang ditebar (ekor)
f. Melakukan penebaran pada saat pagi hari pukul 07.00 atau sore hari
pukul 17.00.
2. Sebelum benih ditebar ke dalam wadah pendederan, terlebih dahulu
dilakukan aklimatisasi pada benih. Hal ini bertujuan agar benih dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Cara aklimatisasi adalah
sebagai berikut:
a. Memasukkan wadah penampung (baskom) yang berisi benih ke dalam
wadah pemeliharaan dan biarkan selama 15 menit agar suhu air dalam
baskom sama dengan suhu air dalam wadah pemeliharaan.
b. Selanjutnya, memasukkan air dari wadah pemeliharaan sedikit demi
sedikit ke dalam baskom.
c. Kemudian baskom dimiringkan dan membiarkan benih keluar dengan
sendirinya.
Cara lain dalam aklimatisasi benih yaitu:
a. Bila pengepakannya menggunakan kantong plastik, masukkan kantong
plastik ke dalam wadah pemeliharaan sampai terdapat uap air dalam
kantong agar suhu air dalam kantong sesuai dengan suhu air dalam
wadah pemeliharaan.
b. Membuka kantong plastik dan masukkan sedikit demi sedikit air dari
dalam kolam ke dalam kantong plastik.
c. Kemudian plastik dimiringkan dan membiarkan benih keluar dengan
sendirinya.
d. Jika suhu air dalam kantong dan suhu air di dalam wadah sudah
mendekati sama maka ikan dapat segera ditebar.
e. Umumnya jika suhu telah sesuai benih ikan akan keluar dengan
sendirinya.
Tabel 20. Proses produksi benih ikan lele pada tingkatan pendederan sesuai SNI
Pendederan Pendederan Pendederan Pendederan
No. Kriteria Satuan
I II III IV
Pupuk
1 g/m2 500 200 200 150
organik
2 Kapur tohor g/m2 50 50 50 50
44
Ukuran
3 cm 0,5-0,7 1-3 3-5 5-7
benih
4 Padat tebar ekor/m ² 2000-2500 1000-1500 500-1000 500-1000
Pakan
Tingkat
5 % 20 10 5 3-4
pemberian
Frekuensi kali/hari 2 3 3 3
Waktu
6 hari 15-20 15-17 15-17 15-17
pemeliharaan
7 Sintasan % >75 >75 >80 >80
Ukuran
8 cm 1-3 3-5 5-7 7-9
panen
frekuensi dua kali per hari pada pagi jam 06.00 dan siang jam 14.00. Prosedur
pengukuran suhu :
1) Thermometer dikalibrasi terlebih dahulu.
2) Celupkan thermometer ke dalam air kolam pemeliharaan yang akan diukur
suhunya. Thermometer dicelupkan sampai seluruh bagian thermometer
terendam selama ± 5 menit dengan cara membelakangi matahari dan
hindari kontak langsung dengan tangan.
3) Kemudian thermometer diangkat kembali amati dan baca angka yang
ditunjukkan oleh skala thermometer.
4) Catat skala yang ditunjukan thermometer, yang merupakan nilai suhu hasil
pengukuran.
d. Kecerahan
Untuk mengukur kecerahan air menggunakan secchi disk dengan satuan
meter atau cm dilakukan setiap hari pada siang hari pukul 12.00. Cara
pengukurannya, yaitu :
1) Masukkan sechi disk ke dalam air yang akan diukur kecerahannya.
2) Turunkan perlahan hingga piringan yang berwarna putih tidak tampak.
Catat kedalaman air ketika pertama kali piringan sechi terlihat menghilang
(nilai H).
3) Naikkan kembali sechi disk secara perlahan. Mencatat kedalaman air
ketika pertama kali piringan berwarna putih nampak (nilai T).
4) Hitung nilai kecerahan (C) dengan rumus sebagai berikut :
𝐻+𝑇
C = 2
6. Berikan pakan tersebut dengan cara menebar secara merata sedikit demi
sedikit ke permukaan kolam.
Keterangan :
SR = Survival rate (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan yang ditebar (ekor)
4. Obati ikan yang sakit menggunakan obat yang cocok dengan penyakit,
dengan dosis sesuai SNI, yaitu obat - obatan : kalium permanganat 1 - 3 mg/l,
formalin 25 ppm, garam 500 - 1.000 mg/l dengan cara perendaman selama 24
jam dilakukan berulang - ulang sebanyak 3 kali dengan selang waktu sehari.
Tahapan dalam pengobatan induk ikan yang terserang penyakit :
a. Menyiapkan wadah untuk pengobatan ukuran 1 x 2 m.
b. Mengisi air setinggi 30 cm.
c. Sebelum mengobati ikan sebaiknya gunakan perlengkapan khusus seperti
baju, sarung tangan dan masker.
d. Menyiapkan obat sesuai dengan penyakit ikan. e. Memasukkan aerasi ke
dalam wadah pengobatan.
e. Melarutkan obat ke dalam air dalam wadah pengobatan dengan dosis
sesuai SNI.
f. Memasukkan induk ikan yang terserang penyakit.
5. Karantina induk ikan yang terinfeksi penyakit sampai sembuh.
59
60
18 Pagar m2 1 10,000,000
Total 1,266,700,000
2. Peralatan Perkolaman
Tabel 30. Peralatan Perkolaman
Harga
No. Peralatan Jumlah Total
Satuan
1 Cangkul 6 buah 60,000 360,000
2 Sekop 6 buah 15,000 90,000
3 Parang/Grobak 6 buah 545,000 3,270,000
4 Ember 6 buah 36,000 216,000
5 Waring 8 buah 53,000 424,000
6 Sabit 3 buah 27,000 81,000
7 Baskom 10 buah 55,000 550,000
Total 4,991,000
2. Biaya Variabel
Biaya variable diperoleh dari total biayan yang dikeluarkan untuk
penyediaan bahan habis pakai yang rinciannya sudah dijelaskan di Bab V. Adapun
total biaya variabelnya yaitu sebanyak 72,260,000.
3. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dihasilkan dari kegiatn produksi
yang dilakukan. Berikut ini perhitungannya:
a. Hasil Produksi
Sesuai dengan target produksi yang ada di Bab IV, produksi ikan lele
untuk 2 pasang ikan dalam waktu 18 bulan sebanyak 100.000 ekor ukuran
63
64
konsumsi dan 1600 ekor calon indukan. Dalam satu tahun terdapat 8 pasang ikan
yang dipijahkan. Berikut ini total produksi dalam satu tahun :
Total Produksi/ tahun = (400.000/ 18) x 12= 266.666 ekor/tahun
b. Total Penerimaan
Total penerimaan diperoleh dari jumlah ikan yang diproduksi dalam waktu
satu tahun dikalikan dengan harga ikan. Dalam perhitungan ini dianggap jumlah
ikan lele/kg sebanya 8 ekor. Berikut perhitungannya:
kg produksi = 266.666 /8= 33.333 kg
Jika, harga ikan lele per kg yaitu Rp. 20.000,-. Penerimaannya adalah
sebagai berikut:
Penerimaan = 33.333 x Rp. 20.000= Rp. 666.660.000
c. Keuntungan
Keuntungan dalam satu tahun yang diperoleh dalam kegiatan budidaya
ikan lele ini yaitu sebanyak :
Berdasarkan nilai BEP ketika produksi ikan lele pada tahun pertama
sebesar 66.685 kg maka produksi yang dilakukan balai Ciparanje dalam tahun
tersebut masih belum untung.
65
b) Strategi Pemasaran 4P
a. Product (Produk)
Ikan lele (konsumsi) yang dihasilkan memiliki bobot ukuran 100-125
gram.
b. Price (Harga)
Harga yang ditetapkan untuk produk ikan lele konsumsi dengan ukuran 8-
10 ekor/kg sebesar Rp.20.000
c. Promotion (Promosi)
Promosi yang dilakukan yaitu dengan cara iklan secara lisan atau dari
mulut ke mulut, melalui kenalan, brosur, dan iklan di website.
d. Place (Distribusi)
Pemesanan dapat dilakukan di tempat produksi langsung atau via telepon.
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pengembangan BPR dan UMKM. 2010. Pola Pembiayaan Usaha Kecil
(PPUK) Pembenihan Ikan Lele. Jakarta.
Hecht, T., Appelbaum, S. 1987. Notes on the growth of Israeli sharpthooth catfish
Clarias gariepinus during the nursing phase. Journal of Aquaculture, 63:
195-204.
Kurnia, H. 2016. Teknik Pembenihan Ikan Lele Masamo (Clarias sp.) dengan
Metode Clear Water System di BLUPPB Karawang, Jawa Barat. PKL.
Universitas Airlangga.
66