Anda di halaman 1dari 11

Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

Ergonomi sebagai Upaya Pencegahan Musculoskeletal Disorders


pada Pekerja

Diana Mayasari, Fitria Saftarina


Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung
Abstrak
Pada tahun 2003, World Health Organization (WHO) melaporkan Musculoskeletal Disorder’s (MSDs) adalah penyakit akibat
kerja yang paling banyak terjadi dan diperkirakan mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja. Begitu juga di Indonesia
Departemen Kesehatan RI tahun 2005 melaporkan terdapat 40,5% pekerja mempunyai gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan diantaranya yang tertinggi adalah gangguan muskuloskeletal sebanyak 16%.
Musculoskeletal Disorder’s dapat disebabkan oleh kontribusi berbagai faktor risiko antara lain faktor individu, faktor
pekerjaan atau biomekanik dan faktor psikososial. Faktor pekerjaan yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
dapat berasal dari pajanan ergonomi berupa postur janggal, gerakan statis dan berulang. Ergonomi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Ergonomi merancang suatu sistem di mana letak
lokasi kerja, metode kerja, peralatan, mesin-mesin, dan lingkungan kerja sesuai dengan keterbatasan fisik dan sifat-sifat
pekerja. Prinsip utama dalam ergonomi adalah menyerasikan pekerjaan dengan pekerja atau “fitting the job to the worker”.
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) merekomendasikan suatu tindakan ergonomik untuk mengatasi
keluhan muskuloskeletal melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik pada desain stasiun dan alat kerja, dan rekayasa
manajemen pada organisasi kerja. Dengan adanya aplikasi ergonomi dalam pekerjaan, diharapkan angka cedera dan
kesakitan dalam melakukan pekerjaan dapat dikurangi, produktivitas dan keselamatan kerja meningkat yang pada akhirnya
akan meningkatkan kesejahteraan fisik, mental dan sosial pekerja. [JK Unila. 2016; 1(2): 369-379]

Kata kunci: ergonomi, musculoskeletal disorder’s, penyakit akibat kerja

Ergonomi as The Prevention of Musculoskeletal Disorder’s


Abstract
At the year 2003 World Health Organization (WHO) reported Musculoskeletal Disorder’s (MSDs) as the highest occupational
related disease and approximated that abaout 60% of all occupational related disease are MSDs.In Indonesia, The Ministry
of Health at the year 2005 had reported that 40,5% of all workers had health problems related with their job and 16% of
the health problems are MSDs. Some risk factors of Musculoskeletal Disorder’s are individual factors, work related factors
or biomechanical and psychosocial factors. One of work related factors on MSDs is ergonomi which may occur as an
awkward posture, static posture, and repetitive movement. Ergonomi is a science of human behaviour in the accordance of
their job. Ergonomi makes the design of work station, working methode, tools, engine, and work place environment to meet
the human physical limitation. The main principle of ergonomi is “fitting the job to the worker”. Occupational Safety and
Health Administration (OSHA) recommends two ergonomic itervention to solve the musculoskeletal disorders in workes.
The first recommendation is by technical intervention on the design of work station and working tools; and the second is by
management intervention on work organization. By implementing ergonomi at work, we aim to reduce work related disease
and injury, increase productivity and safety of workers at work and at the end is to increase physical, mental and social
wellbeing of all workers. [JK Unila. 2016; 1(2): 369-379]

Keywords: ergonomi, musculoskeletal disorders, work related disease

Korespondensi: dr. Diana Mayasari, M.K.K, alamat Jl Soemantri Brojonegoro no. 1 Bandar Lampung, HP. 081278883316, e-
mail: dianamayasari.dr@gmail.com

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 369


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

Pendahuluan Beberapa sektor pekerjaan yang berisiko


International Labour Organization (ILO) tinggi terkena gangguan muskuloskeletal
pada tahun 2013 menyatakan bahwa setiap 15 seperti fasilitas kesehatan, transportasi,
detik terdapat 1 orang pekerja di dunia pertambangan, pengolahan makanan, dan
meninggal akibat kecelakan kerja dan 160 pekerjaan konstruksi.10 Sangat disayangkan
pekerja mengalami sakit akibat pekerjaan. Di pada era globalisasi ini masih banyak
tahun sebelumnya (2012) tercatat angka perusahaan baik sektor formal maupun
kematian akibat kecelakaan dan penyakit informal yang belum menempatkan ergonomi
akibat kerja sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. sebagai prioritas dalam merancang lingkungan
1
kerja. Ergonomi dianggap tidak penting bahkan
Pada tahun 2003, WHO melaporkan masih dianggap sebagai pemborosan
Musculoskeletal Disorder’s (MSDs) adalah keuangan. Berdasarkan hal tersebut, perlu
penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi dikembangkan dan ditingkatkan upaya promosi
dan diperkirakan mencapai 60% dari semua dan preventif dalam rangka menekan serendah
penyakit akibat kerja. Sedangkan di Indonesia mungkin risiko penyakit yang timbul akibat
pada tahun 2013, angka prevalensi gangguan pekerjaan atau lingkungan kerja misalnya salah
muskuloskeletal berdasarkan gejala yang ada satunya yakni membenahi dari sektor
yaitu sebesar 24,7%.2 Menurut Departemen ergonomi untuk meningkatkan produktivitas
Kesehatan RI tahun 2005, terdapat 40,5% kerja.
pekerja di Indonesia mempunyai gangguan
kesehatan yang berhubungan dengan
pekerjaan diantaranya adalah gangguan
muskuloskeletal sebanyak 16%, gangguan
Isi
kardiovaskular 6%, kulit 1,3% dan gangguan
Ergonomi
THT.3,4
Definisi
Musculoskeletal disorders (MSDs)
Ergonomi merupakan istilah dari bahasa
merupakan suatu gangguan pada sistem
Yunani yaitu ergo (kerja) dan nomos (hukum)
muskuloskeletal yang mengakibatkan gejala
yang dapat diartikan sebagai hukum atau ilmu
seperti nyeri akibat kerusakan pada nervus,
tentang pekerjaan.11 Menurut Pusat Kesehatan
dan pembuluh darah pada berbagai lokasi
Kerja Kementerian Kesehatan Republik
tubuh seperti leher, bahu, pergelangan tangan,
Indonesia, ergonomi adalah ilmu yang
pinggul, lutut, dan tumit.5 WHO menyatakan
mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
bahwa gangguan muskuloskeletal disebabkan
dengan pekerjaan mereka. Lebih lanjut,
oleh kontribusi dari berbagai faktor risiko yang
Ergonomics Association mendefinisikan
juga dapat memperberat gangguan ini.6 Faktor
ergonomi sebagai suatu bidang ilmu yang
risiko tersebut antara lain faktor individu,
mempelajari interaksi manusia dengan elemen-
faktor pekerjaan atau biomekanik dan faktor
elemen dalam sistem, sehingga akan dihasilkan
psikososial.5
berbagai teori dan metode guna
Faktor pekerjaan yang berhubungan
mengoptimalkan kinerja dan performa sistem
dengan gangguan muskuloskeletal dapat
secara keseluruhan.12
berasal dari pajanan ergonomi berupa postur
Ergonomi merancang suatu sistem di
janggal, gerakan statis dan berulang; juga
mana letak lokasi kerja metode kerja,
dapat berupa pajanan fisik seperti suhu dan
peralatan, mesin-mesin, dan lingkungan kerja
getaran.6,7 Faktor psikososial berupa gerakan
sesuai dengan keterbatasan fisik dan sifat-sifat
kerja yang monoton, sedikit interaksisosial,
pekerja. Semakin sesuai, semakin tinggi tingkat
lingkungan kerja yang terisolasi, tuntutan
keamanan dan efisiensi kerjanya.13 Prinsip
performa kerja yang tinggi, kurangnya kontrol
utama dalam ergonomi adalah menyerasikan
kerja, dan rendahnya hubungan pengawas
pekerjaan dengan pekerja atau “fitting the job
dengan pegawai berhubungan dengan
to the worker”. Ergonomi menyediakan desain
timbulnya keluhan musculoskeletal pada
stasiun kerja, peralatan, dan perlengkapan
pekerja.8 Sedangkan faktor individu yang
yang nyaman dan efisien untuk disesuaikan
berhubungan dengan gangguan
dengan kebutuhan pekerja. Pada akhirnya
muskuloskeletal berupa sosiodemografis (jenis
akan tercipta lingkungan kerja yang sehat,
kelamin dan umur) dan karakterisitik personal
karena desain yang efektif dapat
seperti antropometri, kelas sosial, tingkat
mengendalikan atau menghilangkan potensi
pendidikan, status merokok, konsumsi alkohol,
bahaya. Cara bekerja juga diatur sedemikan
kebiasaan olah raga dan masa kerja.9
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 370
Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

rupa agar tidak terjadi ketegangan otot, tersebut antara lain komunikasi,
kelelahan yang berlebih sehingga najemen SDM, pengaturan shift kerja,
menyebabkan gangguan kesehatan.14 kerja sama tim, produksi dan
manajemen kualitas.11

Musculoskeletal Disorders (MSDs) dalam


Pekerjaan
Muskuloskeletal Disorders (MSDs) yang
berhubungan dengan pekerjaan merupakan
gangguan pada sistem muskuloskeletal yang
disebabkan atau diperberat oleh interaksi
dalam lingkungan kerja.16, 17 Komponen yang
Gambar 1. Bidang ilmu interdisipliner dalam terlibat dalam keluhan tersebut adalah otot,
11
ergonomi tendon, kerangka, tulang rawan, sistem
Tujuan Ergonomi pembuluh darah, ligamen dan saraf.18 MSDs
Menurut Suma’mur tujuan utama dapat terjadi pada pekerja pada berbagai
ergonomi ada dua, yaitu:14 sektor pekerjaan. Beberapa sektor dengan
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi angka kejadian MSDs tertinggi per 100.000
pekerjaan dan aktivitas-aktivitas lain, pekerja yaitu sektor pekerja kesehatan dan
termasuk meningkatkan kenyamanan sosial, sektor transportasi dan komunikasi, dan
penggunaan untuk mengurangi pekerja konstruksi.11
kelelahan (penyebab kesalahan) dan
meningkatkan produktivitas. Klasifikasi Musculoskeletal Disorders (MSDs)
2. Meningkatkan nilai-nilai kualitatif yang Muskuloskeletal Disorders (MSDs)
dapat diamati dan dirasakan namun sulit diklasifikasikan menjadi beberapa stadium
diukur, seperti keamanan, mudah menurut Oliveira dan Browne.
diterima oleh pemakai, kepuasan kerja a. Menurut Oliveira
dan kualitas hidup. 1. Stadium I : Lelah, tidak nyaman, nyeri
terlokalisasi yang memburuk saat
Ruang Lingkup Ergonomi bekerja dan membaik saat istirahat.
Federation of European Ergonomics 2. Stadium II : Nyeri persisten dan lebih
Societies (FEES) mengkategorikan ergonomi intens, diikuti dengan parestesia dan
dalam tiga kelompok. Pengkategorian tersebut perasaan terbakar. Memburuk saat
dimaksudkan untuk digunakan sebagai bekerja dan aktivitas sehari-hari.
panduan dalam menilai faktor risiko dan 3. Stadium III : Nyeri persisten dan berat
dampaknya pada pekerja di lingkugan diikuti penurunan kekuatan otot dan
pekerjaan. Kategori tersebut antara lain:15 kontrol pergerakan, edema dan
1. Ergonomi fisik: berfokus pada anatomi parestesia.
manusia, antropometri, fisiologi dan 4. Stadium IV : Nyeri kuat dan
karakteristik biomekanik yang terkait berlangsung terus menerus.19
pada aktivitas fisik. Masalah yang terkait b. Menurut Browne
pada fokus ini adalah postur kerja, 1. Stadium I : Nyeri saat bekerja, berhenti
material handling, gerakan repetitif, saat malam hari tanpa gangguan tidur.
Musculoskeletal disorders akibat 2. Stadium II : Nyeri selama bekerja,
pekerjaan, desain tempat kerja, menetap sampai malam menyebabkan
keselamatan dan kesehatan. gangguan tidur.
2. Ergonomi kognitif: terfokus pada proses 3. Stadium III : Nyeri bahkan saat
pikir manusia seperti persepsi, memori, beristirahat dengan gangguan tidur.19
dan respon motorik. Topik yang terkait Faktor risiko MSDs
pada ergonomi kognitif yaitu beban Hernandez dan Peterson (2013)
kerja, pengambilan keputusan, mengelompokkan faktor risiko dari MSDs ke
keterampilan, stress dan pelatihan. dalam tiga kelompok besar yaitu faktor
3. Ergonomi organisasi: berfokus pada biomekanik, faktor psikososial, dan faktor
optimasi sistem sosioteknikal sistem individu.20
seperti struktur organisasi, kebijakan a. Faktor biomekanik
dan proses. Topik yang terkait hal 1. Postur tubuh saat bekerja

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 371


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

Berdasarkan posisi tubuh, postur tubuh 3. Durasi


saat bekerja dalam ergonomi terdiri Durasi adalah lamanya waktu pajanan
atas: terhadap faktor risiko. Asumsinya
- Posisi netral adalah postur tubuh bahwa semakin lama durasi paparan
dimana setiap anggota tubuh semakin besar risiko cedera yang
berada pada posisi yang sesuai terjadi.23
dengan anatomi tubuh, sehingga Durasi diklasifikasikan menjadi :
tidak terjadi kontraksi otot yang a. Durasi singkat : < 1 jam/ hari
berlebihan serta pergeseran atau b. Durasi sedang :<1-2 jam/hari
penekanan pada bagian tubuh. c. Durasi lama : > 2 jam/hari
- Posisi janggal adalah postur 4. Paparan Pada Getaran
dimana posisi tubuh menyimpang Getaran akan menyebabkan
secara signifikan dari posisi netral bertambahnya kotraksi otot. Hal ini
saat melakukan aktivitas yang akan menyebabkan tidak lancarnya
disebabkan oleh keterabatasan aliran darah, meningkatnya
tubuh dalam menghadapi beban penimbunan asam laktat dan akhirnya
dalam waktu lama.21 timbul nyeri otot.23
Berdasarkan pergerakan, postur kerja b. Faktor Individu
dapat dibedakan menjadi: 1. Usia
- Postur statis adalah postur dimana Usia mempengaruhi kemungkinan
sebagian besar tubuh tidak aktif seseorang untuk mengalami MSDs. Otot
atau hanya sedikit terjadi memiliki kekuatan maksimal pada saat
pergerakan. Postur statis dalam mencapai usia 20-29 tahun, lalu setelah
waktu lama dapat menyebabkan usia mencapai 60 tahun kekuatan otot
kontraksi otot terus menerus dan akan menurun hingga 20%. Berdasarkan
tekanan pada anggota tubuh.21 faktor terebut dan dikombinasikan dengan
- Postur Dinamis adalah postur yang sikap yang tidak ergonomis akan
terjadi dimana sebagian besar menyebabkan terjadinya MSDs.23
anggota tubuh bergerak. Bila 2. Jenis kelamin
pergerakan tubuh wajar, hal ini Pada semua kelompok pekerjaan,
dapat membantu mencegah angka prevalensi masalah muskuloskeletal
masalah yang ditimbulkan postur lebih besar pada perempuan dibandingkan
statis, namun bila terjadi pada laki-laki. Dominasi tertinggi pada
pergerakan berlebihan, hal ini wanita ditemukan untuk pinggul dan
dapat menyebabkan masalah pergelangan tangan. Hal tersebut
kesehatan.22 dipengaruhi oleh faktor fisiologis kekuatan
2. Force/beban otot pada perempuan yang berkisar 2/3
Pada pekerjaan mengangkat atau kekuatan otot dari pria.24
mengangkut, efisiensi kerja dan 3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
pencegahan terhadap masalah tulang Pada individu yang overweight
belakang harus mendapat perhatian ataupun obesitas ditemukan terdapat
cukup. Pemindahan material secara kerusakan pada sistem muskuloskeletal
manual apabila tidak dilakukan secara yang yang bermanifestasi sebagai nyeri
ergonomis dapat menimbulkan dan discomfort. Hal ini dinyatakan dalam
pembebanan pada tulang punggung. penelitian Alley dan Chang (2007)18 bahwa
Frekuensi terdapat peningkatan kerusakan
Frekuensi merupakan banyaknya fungsional dan disabilitas pada populasi
gerakan yang dilakukan dala satu obesitas. Keluhan tersebut dapat
periode waktu. Jika aktivitas pekerjaan menghalangi dan mengganggu aktivitas
dilakukan secara berulang, maka fisik. Keluhan MSDs yang umum terjadi
disebut sebagai gerakan repetitif. pada individu yang obesitas seperti nyeri
Keluhan muskuloskeletal terjadi karena leher, tendinitis rotator cuff, osteoatritis
otot menerima tekanan akibat kerja pada lutut, nyeri kaki, dan cedera tendon
terus menerus tanpa ada kesempatan Achilles.
untuk berelaksasi.21 Keluhan muskuloskeletal yang terjadi
disebabkan oleh pengaruh ukuran

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 372


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

antropometri terkait pada keseimbangan dan kesulitan untuk menggerakan


dari struktur rangka dalam menerima persendian yang terkena. Tendonitis
beban baik berat tubuh maupun beban dapat terjadi sebagai akibat dari
dari pekerjaan.25 trauma atau penggunaan berlebih
4. Kebiasaan merokok pada pergelangan tangan, siku (tennis
Kebiasaan merokok menjadi faktor elbow), dan sendi bahu.11
risiko MSDs, karena nikotin pada rokok 2. Tenosinovitis: adalah cedera pada
dapat menyebabkan berkurangnya aliran selubung synovial yang diinduksi
darah ke jaringan. Selain itu, merokok pergerakan repetitif. Salah satu contoh
dapat pula menyebabkan berkurangnya tersering dari tenosiovitis adalah
kandungan mineral pada tulang sehingga sindrom DeQuervain yang
menyebabkan nyeri akibat terjadinya digambarkan sebagai inflamasi kronik
keretakan atau kerusakan pada tulang. pada otot dan tendon pergelangan
5. Kebiasaan Olahraga tangan bagian lateral (ibu jari). Gejala
Tingkat kesegaran jasmani yang yang timbul termasuk nyeri, edema,
rendah akan meningkatkan risiko baal, kesemutan dan sulit
terjadinya keluhan otot.27 menggerakan ibu jari.11
6. Masa Kerja 3. Carpal Tunnel Syndrome (CTS). CTS
Masa kerja merupakan faktor risiko yang terjadi ketika terjadi kompresi nervus
dapat meningkatkan risiko terjadinya medianus pada terowongan karpal.
MSDs, terutama untuk jenis pekerjaan Faktor yang menyebabkan terjadinya
yang menggunakan kekuatan kerja yang CTS diantaranya tekanan pada tangan
tinggi. Selain itu, semakin lama waktu dalam jangka waktu yang lama,
bekerja atau semakin lama seseorang pergerakan repetitif, pemakaian sarung
terpapar faktor risiko maka semakin besar tangan yang tidak pas, paparan tangan
pula risiko untuk mengalami keluhan 4. Trigger finger atau juga dikenal sebagai
musculoskeletal disorders.28 pada suhu tenosinovitis stenosing adalah
dingin dalam waktu yang lama. Gejala terjadinya hentakan tiba-tiba,
yang timbul biasanya seperti kesemutan, triggering dan terkuncinya jari pada
perasaan terbakar, dan baal pada tangan posisi fleksi atau ekstensi.30
dan jari khususnya jari telunjuk dan jari
tengah.29 b. Gangguan pada leher dan bahu
1. Bursitis: peradangan (pembengkakan)
c. Faktor Psikososial atau iritasi yang terjadi pada jaringan
Faktor-faktor psikososial merupakan ikat yang berada pada sekitar
interaksi yang terjadi diantara lingkungan persendian. Penyakit ini akibat posisi
kerja, pekerjaan, kondisi organisasi, bahu yang janggal seperti mengangkat
kapasitas serta pemenuhan pekerja, bahu di atas kepala dan bekerja dalam
budaya, dan pertimbangan pribadi dengan waktu yang lama.29
pekerjaan yang berlebih, melalui persepsi 2. Tension Neck Syndrome: gejala ini
dan pengalaman serta berpengaruh pada terjadi pada leher yang mengalami
kesehatan, kinerja, dan kepuasan kerja.29 ketegangan pada otot-ototnya
Faktor-faktor tersebut dijelaskan oleh disebabkan postur leher menengadah
Johansson & Rubenowitz pada tahun 1996 ke atas dalam waktu yang lama.
diantaranya; Sindroma ini mengakibatkan kekakuan
a. Pengaruh dan kontrol pekerjaan pada otot leher, kejang otot, dan rasa
b. Iklim terhadap supervisor (pengawas) sakit yang menyebar ke bagian leher.29
c. Rangsangan dari pekerjaan itu sendiri 3. Thoracic Outlet Syndrome: adalah
d. Hubungan dengan rekan kerja terjadinya kompresi pada pleksus
e. Beban kerja secara psikologis brachialis, arteri dan vena subclavialis
Gangguan Muskuloskeletal Pada Berbagai pada ekstremitas atas. Gejala yang
Bagian Tubuh timbul antara lain, nyeri pada bahu
a. Gangguan pada tangan atau lengan, baal dan kesemutan pada
1. Tendonitis: adalah peradangan pada jari.11
tendon, umumnya digambarkan c. Gangguan pada punggung dan lutut
sebagai nyeri lokal pada titik inflamasi

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 373


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

1. Low Back Pain: kondisi patologis yang 3. Partisi, yaitu melakukan pemisahan
mempengaruhi tulang, tendon, syaraf, antara sumber risiko dengan pekerja.
ligamen, intervertebral disc dari lumbar 4. Ventilasi, yaitu menambah ventilasi
spine (tulang belakang). Cidera pada untuk mengurangi risiko, seperti suhu
punggung dikarenakan otot-otot tulang udara yang terlalu panas.
belakang mengalami peregangan jika b. Rekayasa Manajemen
postur punggung sering membungkuk. Tindakan yang dapat dilakukan dalam
Diskus mengalami tekanan yang kuat rekayasa manajemen antara lain:
dan menekan juga bagian dari tulang 1. Pendidikan dan pelatihan, hal ini
belakang termasuk syaraf.11 dilakukan agar pekerja dapat lebih
2. Pada lutut memahami alat dan lingkungan kerja,
Penyakit muskuloskeletal yang sehingga dapat melakukan upaya
terdapat di bagian lutut berkaitan pencegahan terhadap risiko.
dengan tekanan pada cairan di antara 2. Pengaturan waktu kerja dan istirahat
tulang dan tendon. Tekanan yang yang seimbang, untuk mencegah
berlangsung terus menerus akan paparan berlebihan terhadapt faktor
mengakibatkan cairan tersebut (bursa) risiko.
tertekan, membengkak, kaku, dan 3. Pengawasan yang intensif.25
meradang atau biasa disebut bursitis. Dengan adanya aplikasi ergonomi dalam
Tekanan dari luar ini juga pekerjaan, diharapkan tujuan-tujuan ergonomi
menyebabkan tendon pada lutut akan tercapai, antara lain sebagai berikut:31
meradang yang akhirnya menyebabkan 1. Angka cedera dan kesakitan dalam
sakit (tendinitis).29 melakukan pekerjaan tidak ada/dapat
d. Gangguan muskuloskeletal pada kaki atau dikurangi;
tumit. 2. Biaya terhadap penanganan kecelakaan
Ankle strains / sprains. Ankle strains terjadi atau kesakitan menjadi berkurang;
akibat tertariknya tendon dari otot. 3. Kunjungan untuk berobat bisa berkurang;
Sedangkan sprain diakibatkan terjadi 4. Tingkat absentisme/ketidakhadiran bisa
peregegangan atau robeknya ligament berkurang;
pada sistem muskuloskeletal. Gejala yang 5. Produktivitas/kualitas dan keselamatan
mungkin timbul seperti nyeri, bengkak, kerja meningkat;
merah, dan kesulitan untuk menggerakan 6. Pekerja merasa nyaman dalam berkerja;
persendian.29 7. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan
Aplikasi Ergonomi dalam Tindakan mental;
Pengendalian Risiko MSDs 8. Meningkatkan kesejahteraan sosial;
Occupational Safety and Health 9. Menciptakan keseimbangan rasional antara
Administration (OSHA) merekomendasikan aspek teknis, ekonomis, antropologis, dan
suatu tindakan ergonomik untuk mengatasi budaya dari setiap sistem kerja.
keluhan muskuloskeletal melalui dua cara, Aplikasi Ergonomi
yaitu rekayasa teknik pada desain stasiun dan 1. Kerja Duduk
alat kerja, dan rekayasa manajemen pada Ditinjau dari aspek kesehatan, bekerja
kriteria dan organisasi kerja. dengan posisi duduk yang memerlukan waktu
a. Rekayasa teknik lama dapat menimbulkan otot perut semakin
Beberapa alternatif yang dapat dilakukan elastis, tulang belakang melengkung, otot
antara lain: bagian mata terkonsentrasi sehingga cepat
1. Eliminasi, dengan cara menghilangkan merasa lelah. Kejadian tersebut jika tidak
sumber bahaya yang ada, namun cara diimbangi dengan tempat duduk yang
ini jarang dapat dilakukan mengingat memberikan keleluasaan gerak atau alih
tuntutan dan kondisi pekerjaan yang pandang yang memadai tidak menutup
mengharuskan menggunakan kemungkinan terjadi gangguan bagian
peralatan kerja yang ada. punggung belakang, leher, dan mata. Berikut
2. Subtitusi, dengan cara mengganti ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam
alat/bahan lama dengan yang baru dan melaksanakan pekerjaan dengan duduk:32
aman, menyempurnakan proses a. Duduk bergantian dengan berdiri dan
produksi dan menyempurnakan berjalan, duduk dalam waktu yang relatif
prosedur penggunaan peralatan.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 374


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

lama harus dihindari karena akan g. Pilih permukaan kerja miring untuk
berpengaruh pada kesehatan. membaca, sebuah permukaan kerja miring
b. Ketinggian kursi dan sandaran kursi harus membawa pekerjaan ke mata bukan
disesuaikan, ketinggian kursi harus dipilih sebaliknya. Dalam tugas yang tidak
sedemikian rupa sehingga ketika duduk, memerlukan pekerjaan manual, seperti
bagian belakang lutut tidak sempit. membaca, membungkukkan kepala dan
Sandaran harus memberikan kenyamanan batang leher ke depan dapat dikurangi
terutama untuk punggung bagian bawah dengan menggunakan kemiringan
(untuk orang dewasa di Inggris, rentang permukaan kerja minimal 45o untuk melihat.
pengaturan minimal harus 10 cm antara Untuk tugas yang menggunakan mata dan
ketinggian 20 dan 30 cm). bagian bawah tangan, kemiringan permukaan kerja sekitar
sandaran harus diberi bentuk cembung 15o.
untuk menjaga lekukan punggung bawah. h. Berikan ruang kaki yang memadai, ruang
Selain itu, kursi juga harus dapat berputar kaki yang cukup harus disediakan di bawah
untuk mengurangi kebutuhan memutar permukaan tempat kerja. Lebar sekitar 60
tubuh. cm, kedalaman minimal 40 cm dan bagian
c. Karakteristik kursi secara spesifik ditentukan lutut sekitar 100 cm. Hal ini digunakan
oleh jenis tugas, sebuah kursi dengan untuk meregangkan kaki sesekali duduk
sandaran lengan dapat dipilih jika untuk waktu yang lama. Untuk memiliki
dipandang tidak mengahambat kegiatan. ruang yang cukup antara bawah permukaan
Sandaran lengan pada kursi berfungsi untuk kerja dan bagian atas kaki, ketebalan
mendukung berat lengan dan berguna permukaan kerja tidak boleh lebih dari 3
ketika bangkit dari kursi. Sandaran lengan cm.
harus pendek untuk memungkinkan dekat
ke meja. 2. Kerja Berdiri
Postur tubuh dalam pekerjaan berdiri
merupakan suatu totalitas perilaku kesiagaan
dalam menjaga keseimbangan fisik dan mental.
Kecenderungan lainnya adalah memerlukan
d. Ketinggian bekerja bergantung pada tugas tenaga yang lebih besar dibandingkan dengan
Tipe Tugas Ketinggian Kerja posisi duduk mengingat kaki sebagai tumpuan
Penggunaan mata: sering; tubuh. berikut ini hal-hal yang harus
10-30 cm di bawah
penggunaan diperhatikan dalam posisi kerja berdiri:32
ketinggian mata
tangan/lengan: jarang a. Berdiri bergantian dengan duduk dan
Penggunaan mata: sering; berjalan. Tugas yang harus dilakukan dalam
0-15 cm di atas tinggi
penggunaan waktu lama dengan posisi berdiri harus
siku
tangan/lengan: sering diselingi dengan tugas yang dapat dilakukan
Pernggunaan mata:
0-30 cm di bawah tinggi dengan duduk dan berjalan.
jarang; penggunaan
siku b. Ketinggian meja kerja harus disesuaikan.
tangan/lengan: sering
Ketinggian meja kerja harus disesuaikan
e. Gunakan sandaran kaki jika tinggi pekerjaan dengan jenis pekerjaan. Ketinggian meja
tetap. Jika ketinggian kerja tidak dapat maksimal untuk pria adalah 110 cm dan
disesuaikan oleh pengguna, seperti pada wanita adalah 105 cm, sedangkan
mesin, permukaan kerja yang relative tinggi ketinggian meja minimal untuk pria adalah
harus dipilih sesuai dengan tinggi pengguna. 90 cm dan untuk wanita adalah 85 cm.
Ketinggian kursi kemudian harus c. Menyediakan cukup ruang untuk kaki.
disesuaikan dengan permukaan kerja.. Antara bagian tengah meja harus lebih lebar
ketinggian kaki juga harus disesuaikan 5 cm dengan tumpuan meja. Antara
dengan menggunakan pijakan kaki yang sandaran meja dan jarak lantai minimal 75
cocok. cm.
f. Hindari jangkauan berlebihan, benda kerja, d. Hindari jangkauan berlebihan. benda kerja,
alat, dan kontrol yang digunakan secara alat, dan kontrol yang digunakan secara
teratur harus ditempatkan di depan atau di teratur harus ditempatkan di depan atau di
dekat tubuh. Jangkauan yang ditoleransi dekat tubuh. Jangkauan yang ditoleransi
dalam pekerjaan duduk maupun berdiri dalam pekerjaan duduk maupun berdiri
maksimal 50 cm. maksimal 50 cm.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 375


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

e. Pilih permukaan kerja yang miring untuk tinggi yang masih dapat dijangkau oleh
membaca tugas. tangan.Kegiatan lainnya adalah menurunkan
f. Postur tangan dan lengan. Bekerja untuk barang.
jangka waktu yang lama dengan tangan dan
lengan dalam sikap tubuh yang buruk dapat
menyebabkan keluhan spesifik dari
pergelangan tangan, siku, dan bahu.
Masalah ini timbul terutama dari manual
handling alat.
g. Pilih model alat yang tepat. Sebuah alat Gambar 1. Mengangkat/Menurunkan34
tertentu sering tersedia dalam berbagai
model. Pilih model yang paling cocok untuk b. Mendorong/Menarik (Push/Pull)
tugas dan postur tubuh agar tidak terjadi Kegiatan mendorong adalah kegiatan
permasalahan di persendian. menekan berlawanan arah tubuh dengan
h. Bila menggunakan alat genggam, usaha yang bertujuan untuk memindahkan
pergelangan tangan harus dijaga selurus obyek.Kegiatan menarik kebalikan dengan itu.
mungkin. Alat genggam tidak boleh terlalu
berat. Alat genggam yang masih bisa
ditoleransi beratnya adalah sekitar 2 kg.
i. Perawatan alat. Alat kerja harus dijaga
kualitasnya agar tidak membutuhkan
kekuatan yang besar dalam penggunaannya.
j. Bentuk genggaman. Bentuk dan lokasi
Gambar 2.Mendorong/Menarik 34
genggaman di troli, mesin, dan sebagainya
harus mempertimbangkan posisi tangan dan
c. Memutar (Twisting)
lengan. Jika seluruh tangan digunakan untuk
Kegiatan memutar merupakan kegiatan
mengerahkan kekuatan, handgrip harus
MMH yang merupakan gerakan memutar
memiliki diameter sekitar 3 cm dan panjang
tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi,
sekitar 10 cm. pegangannya harus agak
sementara tubuh bagian bawah berada dalam
cembung untuk meningkatkan kontak
posisi tetap. Kegiatan memutar ini dapat
permukaan dengan tangan.
dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.
k. Hindari melaksanakan tugas di atas bahu.
Tangan dan siku harus berada jauh di bawah
bahu ketika melaksanakan tugas. Jika
pekerjaan di atas permukaan bahu tidak
dapat dihindari, durasi kerja harus terbatas
dengan diselingi oleh istirahat teratur.
l. Hindari bekerja dengan tangan di belakang
tubuh. Posisi tangan dan lengan di belakang Gambar 3. Memutar34
tubuh menimbulkan gangguan, misalnya
nyeri pada bagian lengan atas dan d. Membawa (Carrying)
dikhawatirkan terjadi disposisi sendi Kegiatan membawa merupakan kegiatan
(terkilir). memegang atau mengambil barang dan
memindahkannya. Berat benda menjadi berat
3. Manual material handling (MMH) total pekerja.
Manual material handling adalah
aktivitas penanganan material yang meliputi
kegiatan mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik, dan membawa beban
yang dilakukan tanpa bantuan alat.33
Occupational Safety and Health Administration
(OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual Gambar 4. Membawa 34
material handling menjadi lima yaitu:34
a. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering) e. Menahan (Holding)
Mengangkat adalah kegiatan Memegang obyek saat tubuh berada
memindahkan barang ke tempat yang lebih dalam posisi diam (statis).

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 376


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

c. Dengan posisi lutut cenderung


kuat
2. Taruhlah beban sedekat mungkin
dengan tubuh anda.
3. Memegang beban dengan cara
yang aman (pada handle) sehingga
anda dapat melakukan
Gambar 5. Menahan34 pemindahan dengan sekuat
mungkin.
Untuk mencegah masalah kesehatan 4. Perlu didesain alat bantu agar
maupun cidera akibat manual material mengurangi aktifitas membungkuk
handling, beberapa pemindahan material untuk mengambil dan
secara teknis dapat dilakukan dengan cara memindahkan barang.
sebagai berikut : Ringkasan
a. Memindahkan beban yang berat Musculoskeletal Disorder’s (MSDs)
dari mesin ke mesin yang telah adalah penyakit akibat kerja yang paling
dirancang dengan menggunakan banyak terjadi di dunia dan juga di Indonesia.
roller (ban berjalan). Faktor pekerjaan yang berhubungan dengan
b. Menggunakan meja yang dapat gangguan muskuloskeletal dapat berasal dari
digerakkan naik-turun untuk pajanan ergonomi. Ergonomi adalah ilmu yang
menjaga agar bagian permukaan mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dari meja kerja dapat langsung dengan pekerjaan mereka.
dipakai untuk memasukkan Prinsip utama dalam ergonomi adalah
lembaran logam ataupun benda menyerasikan pekerjaan dengan pekerja atau
kerja lainnya kedalam mesin. “fitting the job to the worker”. Ergonomi
c. Menempatkan benda kerja yang menyediakan desain stasiun kerja, peralatan,
besar pada permukaan yang lebih dan perlengkapan yang nyaman dan efisien
tinggi dan menurunkan dengan untuk disesuaikan dengan kebutuhan pekerja.
bantuan gaya grafitasi. Pada akhirnya akan tercipta lingkungan kerja
d. Menggunakan peralatan yang yang sehat, karena desain yang efektif dapat
mengangkat, misalnya, pada ujung mengendalikan atau menghilangkan potensi
belakang truk untuk memudahkan bahaya. Cara bekerja juga diatur sedemikan
pengangkatan material, dengan rupa agar tidak terjadi ketegangan otot,
demikian tidak diperlukan lagi alat kelelahan yang berlebih sehingga
angkat (crane). menyebabkan gangguan kesehatan.
e. Merancang Overhead Monorail
dan Hoist diutamakan yang Simpulan
menggunakan power (tenaga) baik Aplikasi ergonomi dalam dunia kerja
untuk gerakan vertikal maupun merupakan hal yang sangat penting namun
horisontal. masih perlu didorong implementasinya oleh
f. Mendesain kotak (tempat benda berbagai pihak. Dampak positif yang dapat
kerja) dengan disertai handle yang diperoleh dengan penerapan prinsip ergonomi
ergonomis sehingga mudah pada bukan hanya kenyamanan dan keamanan yang
waktu mengangkat. dirasakan pekerja, namun juga menurunnya
g. Mengatur peletakan fasilitas penyakit akibat kerja dan risiko kecelakaan
sehingga semakin memudahkan kerja bahkan lebih penting lagi adalah
metodologi angkat benda pada meningkatnya produktivitas kerja.
ketinggian permukaan pinggang.
Ada beberapa cara mengangkat DaftarPustaka
beban yang benar, yaitu :22 1. ILO. Keberlanjutan melalui Perusahaan
1. Memegang dan mengangkat yang Kompetitif dan Bertanggung Jawab
beban (SCORE). Manajemen Sumber Daya
a. Dengan posisi tubuh setegak Manusia untuk Kerjasama dan Usaha yang
mungkin Sukses. ILO. Jakarta; 2013.
b. Dengan posisi punggung lurus 2. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan
Dasar: Riskesdas. Balitbang Kemenkes RI.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 377


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

Jakarta; 2013. Know Your Ergonomics. [internet]. 2009.


3. Tana L, Delima dan Tuminah S. Hubungan Tersedia Dari: http://www.ergonomics-
Lama Kerja dan Posisi Kerja dengan fees.eu/node/71 [Diakses tanggal Januari
Keluhan Otot Rangka Leher dan 1, 2016].
Ekstremitas Atas pada Pekerja Garmen 16. Schneider E dan Irastorza X. Work-related
Perempuan di Jakarta Utara. Bul Penel musculoskeletal disorders in the EU-Facts
Kesehatan. 2009; 37(10): 12–22. and figures, European Agency for Safety
4. Wijaya AT, Darwita R dan Bahar A. The and health at work; 2010. Available at:
Relation between Risk Factors and https://osha.europa.eu.
Musculoskeletal Impairment in Dental 17. Silverstein B dan Evanoff B.
Students : a Preliminary Study. JDI. 2011; Musculoskeletal Disorders. Dalam B. S.
18(2): 33–7. Levy B, Wegman D, Baron S, Sokas R.
5. Cho K, Cho HY and Han GS. Risk factors Editor. Occupational and Environmental
associated with musculoskeletal symptoms Health: Recognizing and Preventing
in Korean dental practitioners. JPTS. 2016; Disease and Injury. USA. Lippincott
28(1): 56–62. Williams & Wilkins; 2006.hal 448–516.
6. Batham C, Yasobant S. A risk assessment 18. O’Malley G. Musculoskeletal Disorders in
study on work-related musculoskeletal Obesity. Dalam F. Wilson, J. Gormley, dan J.
disorders among dentists in Bhopal, India. Hussey, eds. Excercise Therapy ini the
Indian J Dent Res. 2016; 27(3): 236–41. Management of Musculoskeletal Disorders.
7. Padmanathan V, Joseph L, Omar B, dan Blackwell Publishing. UK; 2011. hal. 231–
Nawawi R. Prevalence Of Musculoskeletal 240.
Disorders And Related Occupational 19. de Carvalho MVD, Soriano EP, Caldas Jr AF,
Causative Factors Among Electricity Campello RIC, Miranda HF, Cavalcanti FID.
Linemen : A Narrative Review. IJOMEH. Work-related musculoskeletal disorders
2016;29(5):725–34. among Brazilian dental students [Internet].
8. Amin NA. et al. Relationship between J Dent Educ; 2009: 73(5), hlm.624–30.
psychosocial risk factors and work-related Tersedia dari:
musculoskeletal disorders among public http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/194
hospital nurses in Malaysia. Annals of 33537.
Occupational and Environmental Medicine. 20. Gatchel RJ, Kishino ND, dan Strizak AM.
2014;26(1): 1–9. Occupational Musculoskeletal Pain and
9. Oha K, Animagi L, Paasuke M, Coggon D, Disability Disorders. Dalam R. J. Gatchel
Merisalu E. Individual and work-related risk dan I. Z. Schultz, eds. Handbook of
factors for musculoskeletal pain: a cross- Musculoskeletal Pain and Disability
sectional study among Estonian computer Disorders in the Workplace. London; 2014.
users [Internet]. BMC musculoskeletal 21. Bridger RS. Intrduction to Ergonomics. Edisi
disorders. 2014;15(1): 181. Tersedia dari: 3. CRC Press. London; 2008.
http://www.biomedcentral.com/1471- 22. Corlett EN. The Occupational Ergonomics
2474/15/181. Handbook. Edisi 2. CRC Press. London;
10. Lalit. The Prevalence of Musculoskeletal 2006.
Disorders Among Bus Drivers in Tricity. 23. Tarwaka. Ergonomi Industri. Harapan
IJPHY. 2015; 2(5): 850–854. Press. Surakarta; 2010.
11. McCauley-Bush P. Ergonomics: 24. Wijnhovn AH, Henrika CW, Picavet HS.
Foundational Principles, Aplications, and Prevalence of Musculoskeletal Disorders is
Technologies. CRC Press. New York; 2012. Systematically Higher in Women than in
12. Sulianta F. IT Ergonomics Edisi 1. PT Elex Men. Clinical Journal of Pain. 2006; 22(8):
Media Komputindo. Jakarta; 2010. 717-24.
13. Rijanto BB. Pedoman Pencegahan 25. Tarwaka. Ergonomi untuk Keselamatan,
Kecelakaan di Industri. Edisi 1. Mitra Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA
Wacana Media. Jakarta; 2011. PRESS. Surakarta; 2004.
14. Suma’mur PK. Higiene Perusahaan dan 26. Kantana T. Faktor-faktor yang
Kesehatan Kerja (HIPERKES). Sagung Seto. mempengaruhi keluhan low back pain pada
Jakarta; 2009. kegiatan mengemudi tim ekspedisi PT.
15. Federation of European Ergonomics Enseval Putera Megatrading Jakarta Tahun
Societies. European Month of Ergonomics: 2010. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta;

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 378


Diana Mayasari dan Fitria Saftarina | Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskletal Disorders

2010.
27. Guo HR, Chang YC, Yeh WY, Chen CW, Guo
YL. Prevalence of musculoskeletal disorders
among workers in Taiwan: a nationwide
study. J Occup Health. 2004; 46(1): 26-36
28. Rahardjo W. Peran Faktor-faktor
Psikososial dan Keselamata Kerja pada
Jenis Pekerjaan yang Bersifat ISO-STRAIN.
Seminar Nasional PESAT. Jakarta; 2005.
29. Stack T, Ostrom LT, Wilhelmsen CA.
Occupational Ergonomics: A Practical
Approach Edisi 1. John Wiley dan Sons.
New Jersey; 2016.
30. Bengston KA dan Silver J. Trigger Finger.
Dalam W. R. Frontera, J. K. Silver, dan T. D.
R. Jr, eds. Essensials of Physical Medicine
and Rehabilitation. Saunders. Philadelpia;
2015. hlm. 180–183.
31. Napitupulu N. Gambaran Penerapan
Ergonomi [internet]. 2009.[Disitasi 28
Maret 2015]. Tersedia dari:
(http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital
/126790-S-5669-Gambaran%20penerapan-
Literatur.pdf).
32. Kuswana, Wowo S. Ergonomi dan
Kesehatan Keselamatan Kerja. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung; 2014.
33. Marasabessy RS. Penentuan Maximum
Acceptable Weihght Limit (Mawl)
DenganMenggunakanPendekatanFisiologi
Universitas Darussalam Ambon. Ambon;
2012.
34. OSHA (Occupational Safety and Health
Administration). Ergonomic Guidelines for
Manual Material Handling. Department of
Industrial Relations. California; 2007.

JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 379

Anda mungkin juga menyukai