Anda di halaman 1dari 12

MENYIAPKAN OBAT DALAM

KONDISI GAWAT DARURAT

Oleh :

KETUT DIAN WAHYUNI ( P07120215025 )


I GUSTI AYU ROSITA TRI REJEKI ( P07120215026 )
NI PUTU EKA ARI SUARDEWI ( P07120215027 )
NI PUTU CANDRA DEWI ( P07120215028 )
VERANITA NINDI PROBO UTAMI ( P07120215029 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2016
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat merupakan zat atau bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan, mengurangi gejala penyakit,
memulihkan kesehatan dan untuk memperbaiki atau memperelok tubuh (Dinkes,
2013). Berdasarkan sifat pemakaiannya, obat-obat yang tertuang dalam
Formularium Rumah Sakit dibedakan dalam dua jenis yaitu obat gawat darurat
dan obat bukan gawat darurat. Obat gawat darurat merupakan sebagian dari obat
obatan yang harus ada dalam persediaan ruangan, obat ini mutlak harus selalu
tersedia di setiap ruangan karena pengaruhnya yang begitu besar terhadap
pelayanan yang terkait yaitu mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi
keadaan gawat darurat lainnya dengan menggunakan obat-obatan (Hadiani, 2013)

Obat gawat darurat bersifat life saving yang diperlukan pada keadaan gawat
darurat untuk menyelamatkan jiwa atau mencegah terjadinya kematian dan
kecacatan seumur hidup. Berdasarkan kekritisan waktu pemberian obat kepada
pasien obat gawat darurat dibedakan menjadi kategori yaitu Obat kategori Vital,
Essential dan Desirable (VED). Obat kategori Vital adalah obat yang sangat
dibutuhkan pasien dengan segera untuk menyelamatkan hidup, obat kategori ini
mutlak tersedia sepanjang waktu dalam persediaan ruangan. Kekosongan obat
jenis ini akan berakibat fatal dan tidak dapat ditoleransi. Obat kategori Essential
adalah obat yang dibutuhkan oleh pasien, kekritisan waktu pemberian obat lebih
rendah dibandingkan kategori vital, masih ada toleransi kekosongan selama tidak
lebih dari 24 jam. Obat kategori Desirable adalah obat yang dibutuhkan oleh
pasien, kekritisan waktu pemberian obat paling rendah dibandingkan Vital dan
Essential, masih ada toleransi kekosongan selama tidak lebih dari 48 jam.

Obat gawat darurat sering digunakan terutama di UDG. Obat tersebut sangat
bermacam-macam. Diantaranya aminofilin digunakan untuk menghilangkan
gejala asma, amiodarone digunakan untuk Henti jantung tak respon (refrakter)
terhadap RJP, atropine digunakan untuk Intoksikasi organofosfat, cedocard

2
digunakan untuk mencegah atau mengobati nyeri dada (angina), diazepam
digunakan untuk mengatasi kejan dan masih banyak jenis obat emergency
lainnya.

Mengingat banyaknya jenis-jenis kegawatdaruratan, dan bermacam-macam


pula obat emergensi, sebagai perawat memerlukan pemahaman sebagai modal
sebelum memberikan obat kepada pasien. Sebagai perawat kita harus melihat
kasus per kasus karena setiap kasus akan berbeda pula obat emergensi yang
diberikan. Dengan demikian, pasien akan tertolong dengan pertolongan yang tepat
dan tidak ada kejadian vatal yang diakibatkan oleh kesalahan pemberian obat
emergensi.

1.4 Manfaat
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang obat emergency serta
memahami aplikasi pada keperawatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut .
Tujuannya ialah untuk pertolongan yang cepat dan tepat untuk mencegah
kematian maupun kecacatan denga prinsip:
a. Penanganan cepat dan tepat
b. Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien
tersebut ( awam, perawat, dokter)
c. Meliputi tindakan :
1) Non medis : Cara meminta pertolongan, transportasi, menyiapkan
alat-alat.
2) Medis : Kemampuan medis berupa pengetahuan maupun
ketrampilan : BLS, ALS
Obat-obatan emergency atau gawat darurat adalah obat-obat yang digunakan
untuk mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi/life support.(2)
Pengetahuan mengenai obat-obatan ini penting sekali untuk mengatasi situasi
gawat darurat yang mengancam nyawa dengan cepat dan tepat. Obat-obat
emergency atau obat-obat yang dipakai pada gawat darurat adalah atrofin,
efedrinn, ranitidin, ketorolak, metoklorpamid, amonofilin, asam traneksamat,
adrenalin, kalmethason, furosemid, lidokain, gentamisin, oxitosin,methergin, serta
adrenalin.

2.2 Tujuan terapi Obat emergency


Tujuan terapi obat pada pasien kritis sama pada setiap individu: untuk
mencapai efek yang diinginkan dengan meminimalkan efek yang merugikan.
Berbagai faktor dapat mengubah farmakodinamik dan farmakokinetik yang
akhirnya mempengaruhi keefektifan terapi obat (Stillwell, 2011).

4
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan sifat pemakaiannya obat-obat yang tertuang dalam Formularium
Rumah Sakit dibedakan dalam dua jenis yaitu obat gawat darurat dan obat bukan
gawat darurat. Obat gawat darurat merupakan sebagian dari obat-obatan yang
harus ada dalam persediaan ruangan, obat ini mutlak harus selalu tersedia di setiap
ruangan karena pengaruhnya yang begitu besar terhadap pelayanan yang terkait.
Obat ini bersifat life saving yang diperlukan pada keadaan gawat darurat untuk
menyelamatkan jiwa atau mencegah terjadinya kematian dan kecacatan seumur
hidup. Berdasarkan kekritisan waktu pemberian obat kepada pasien obat gawat
darurat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu Obat kategori Vital, Essential dan
Desirable (VED). VED bertujuan untuk mengklasifikasikan obat berdasarkan
kekritisan waktu pemberian obat kepada pasien. Kategori obat tersebut adalah :
1. Obat kategori Vital adalah obat yang sangat dibutuhkan pasien dengan
segera untuk menyelamatkan hidup, obat kategori mutlak tersedia
sepanjang waktu dalam persediaan ruangan.
2. Obat kategori Essential adalah obat yang dibutuhkan oleh pasien,
kekritisan waktu pemberian obat lebih rendah daripada kategori vital.
3. Obat kategori Desirable adalah obat yang dibutuhkan oleh pasien,
kekritisan waktu pemberian obat paling rendah daripada Vital dan
Essential. Obat ini biasanya dalam sedian oral untuk penanganan
pasien lebih lanjut.

2.4 Contoh Obat


A. Menyiapkan Obat Kegawatdaruratan untuk Gangguan Jantung
Obat-obat yang di bahas dalam bagian ini adalah obat yang menjadi
indikasi pada keadaan kegawatdaruratan jantung seperti angina, infark
miokardium, gangguan irama jantung, dan henti jantung.
1. Angina pectoris dan miokardinfak
Pada kasus ini diberikan obat nitrogliserin (vasodilator
arteriakoronaria) sublingual 0,3-0,4 mg, dapat diulang dengan interval 5
menit.

5
Nitrogliserin IV untuk angina tak stabil dan miokardinfak akut.
Diberikan lewat infus 10-20 ug/menit. Morfinsulfat 2-5 mg IV (dapat
diulang 5-30 menit).
2. Blok jantung :
- Curah jantung rendah
- Hipotensi
- Bradikardi
Pada kasus ini dapat diberikan obat seperti atropine sulfat (efek
para simpatolitik), IV 0,5 mg, setiap 3-5 menit, sampai denyut jantung
teratasi. Hati-hati dapat berefek disritmia, takikardi, iskemik miokaerdium,
gelisah, cemas, medriasis, retensi urine. Apabila perlu ditambah dopamin
atau efinefrin. Apabila tetap gagal dapat dipertimbangkan pemberian
isoproterenol perinfus (1 mg dilarutkan dalam 500 ml dektrose 5%,
kecepatan 2-10 ug/menit). Hati-hati penggunaan isoproterenol, karena efek
merugikan: iskemikmiokardium, takikardi, disritmiaberat, dan fibrilasi
ventrikel, maka perawat harus memantau dengan cermat. Pada anak infuse
epinefrin lebih disukai daripada infes isoproterenol.
3. Henti jantung (asistol)
Atropine sulfat bolus 1,0 mg IV. Atau epinefrin IV, 0,5-1 mg, dapat
diulang setiap 5 menit.
4. Bradikardi (<80x/menit) pada anak. Bradikardi di sertai henti jantung pada
anak.
Pada kasus ini dapat diberikan atropine sulfat 0,02 mg/kg bb, IV
untuk memperbaiki curah jantung. Dapat diberikan juga melalui selang
endotrakel. Dosis minimum anak 0,1 mg, maksimum 1,0 mg, dan remaja 2
mg. Ditambah efinefrin IV, 0,01 -0,03 mg/kg BB.
5. Takikaerdia supraventrikel> 150 kali/menit.
Pada kasus ini dapat diberikan verapamil (isoptin), untuk
menghambat hantaran jantung, inotropic negative dan vasodilantansia.
Diberikan bolis IV dosis tak boleh melebihi 10 mg/menit.
ESO: gangguan hantaran jantung dan hipotensi. Atau dengan
adenosine apabila ada takikardi supraventrikel paroksismal (terjadi tiba-

6
tiba irama cepat, tak terkendali) untuk menghambat antara ninpuls melalui
nodus AV.
6. Kontraksi ventrikel premature, takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel
Pada kasus ini dapat diberikan lidokain IV, 1 mg/kg BB, dapat
diulang 00,5 mg/kg BB setiap 8 menit sampai jumlah 3 mg/kg BB
maksimal. Prokainaid: apabila disritmia atrium.
7. Takikardi ventikel, fibrilasi ventrikel
Pada kasus ini dapat diberikan bretilium trosilat, IV 5 mg/kg BB,
kemudian 10 mg/kg BB setiap 15-30 menit, maksimal 30 mg/kg BB.
8. Asidosis metabolic
Pada kasus ini dapat di berikan natrium bikarbonat IV 1 mEq/ kg
BB kemudian 0,5mEq/kg BB apabila masih di perlukan.

B. Kegawatan bedah syaraf


1. Peningkatan tekanan intracranial post trauma kepala, bedah syaraf dan
kasus tekanan intracranial.
Manitol (Deuretik osmotic), diberikan secara infuse atau bolus 0,5
– 1,0 gram/kgBB. Hati-hati cairan iritatif dan mengkristal maka pemberian
IV menggunakan filter, untuk mencegah sumbatan
2. Cedera traumatic medulla spinalis
Metilprednisolon (memperbaiki fungsi motorik dan sensorik akibat
cedera dari 6 minggu-6bulan setelah cedera). Delapan (8) jam setelah
trauma medulla spinalis diberi IV 30 mg/kgBB (dicampur dengan 100 ml
larutan ringet laktat, rumatan dilanjutkan dengan infuse 5,4 mg/kgBB/jam
sampai 23 jam.

C. Kegawatan karena efek toksik


1. Keracunan opiate (morfin, meperidin, kodein, propoksifen, heroin)
Nolokson
2. Keracunan pestisida organopospat
Atropine sulfat
3. Over dosis obat Digoksin

7
Digoxinimmmune Fab.
4. Absorpsi racun dan gas pada saluran cerna
Arang aktif
5. Menginduksi muntah racun yang tertelan
Sirup Ipekak
6. Katartik (mempercepat eliminasi tinja) pada keracunan
Magnesium Sulfat

D. Kegawatdaruratan karena Shock


Terutama untuk shock kardiogenik, neurogenik, anafilaktik, septic,
insulin, kecuali shock hipovolemik, karena obat tak membantu banyak dan
satu-satunya cara hanyalah penambahan cairan
1. Shock hipotensi (bukan karena hipovolemik), keluaran urin rendah dan
curah jantung rendah
Dopamn (simpatomimetika). Pemberian IV drip: 1-2 ug/kgBB/ menit.
Reaksi merugikan : takikardi, distritmia, iskemik miokardium, mual dan
muntah. Pantau tanda vital
2. Curah jantung rendah
Dobutamin, simpatomimetika, meningkatkan kekuatan kontraksi
jantung (inotropik+) dan frekuensi denyut jantung (kronotropik+). Untuk
perbaikan jantung menyeluruh. Diberikan melalui pompa infuse atau drip
IV 2,5-20 ug/kgBB/menit.
Reaksi merugikan: hampir sama dengan dopamine
3. Hipotensi yang tidak responsive terhadap terapi lain, dan dopamine
Norepinefrin (katekolamin dengan efek vasokontriksi kuat).
Diberikan IV. Drip 2-12 ug/menit. Penghentian harus bertahap, apabila
mendadak akan terjadi hipotensi berat.
Reaksi merugikan: iskemik miokardium, distritmia dan gangguan
perfusi organ. Ekstravakasi menimbulkan nekrosis jaringan Pantau tanda
vital dan tempat masuk infuse
4. Serangan hebat asma dan shock anafilaktik

8
Epinefrin, mempunyai efek bronkodilator, vasokontriksi,
meningkatkan kontraksi jantung, meningkatkan tekanan darah. Pada asma:
0,1-0,5 mg/SK atau IM atau IV : 0,1-0,25 mg, diberikan selama 5-10
menit dalam larutan 1: 10.000, dapat diulang 5-15 menit.
Efek merugikan: takikardi, distritmia jantung, angina dan
hipertensi, emosi labil, ketakutan dan kecemasan.
5. Shock anafilaktik dan alergi akut
Difenhidramin adalah antihistamin, sebaiknya diberikan bersama
dengan epinefrin. Dosis IV atau IM : 10-50 mg
6. Shock karena kelebihan obat insulin atau hipoglikemi berat
Dekstrose 50%, diberikan IV dengan bolus, pada pembuluh vena
besar karena sangat iritasi. Ekstravakasi menyebabkan phlebitis dan
nekrosis jaringan.
Efek merugikan lain: dieresis karena hiperglikemi. Pantau kadar gula,
tanda vital dan tempat masuknya jarum.
7. Hipoglikemi berat dan shock insulin
Glucagon, diberikan SK, IV dan IM: 0,5-1 mg dapat diulang 1x.
Efek glikogenolisis sehingga meningkatkan kadar gula darah. Efek
samping jarang terjadi.

E. Kegawatan krisis hipertensi


1. Krisis hipertensi (diastolisis melebihi 110-120 mmHg
Natrium Nitroprusid IV, efek: menurunkan tekanan darah, bekerja
langsung mendilatasi pembuluh vena dan arteri. Dosis 50 mg obat
dicampur dengan 250 ml dekstrose 5%. Dosis rata-rata: 0,5-10 ug/kgBB.
Obat mudah rusak oleh cahaya, maka ditempatkan dalam botol yang
dibungkus kertas aluminium. Apabila rusak berubah warna menjadi
kecoklatan atau biru. Pemberian dosis tinggi atau waktu panjang
menyebabkan toksisitas karena meningkatnya kadar sianid dan tiosianat
dengan gejala asidosis metabolic, pusing, hipotensi berat dan muntah.
2. Krisis hipertensi

9
Diazoksid, antihipertensi, IV. Efek 4vasodilatasi perifer dan
menurunkan tekanan darah dalam waktu kurang 5 menit setelah pemberian
IV. Dosis: 1-3 mg/kgBB, IV bolus tap 5-15 menit sampai tekanan darah
normal kembali.
Efek merugikan: sakit kepala, pusing hipotensi ortostatik, iskemik
miokardium, distritmia, gangguan gastrointestinal, dan hiperglikemi.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Obat-obatan emergency merupakan obat-obat yang digunakan untuk
mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi/life support. Pengetahuan
mengenai obat-obatan ini penting sekali untuk mengatasi situasi gawat darurat
yang mengancam nyawa dengan cepat dan tepat. Obat-obat emergency atau obat-
obat yang dipakai pada gawat darurat adalah atrofin, efedrinn, ranitidin, ketorolak,
metoklorpamid, amonofilin, asam traneksamat, adrenalin, kalmethason,
furosemid, lidokain, gentamisin, oxitosin,methergin, serta adrenalin.
Banyak sekali macam obat emergency, sebagai perawat memerlukan
pemahaman sebagai modal sebelum memberikan obat kepada pasien. Kita harus
melihat indikasi, kontaindikasi dan efeksamping karena setiap kasus akan
berbeda pula obat emergensi yang diberikan. Sehingga pasien akan tertolong
dengan pertolongan yang tepat dan tidak ada kejadian vatal yang diakibatkan oleh
kesalahan pemberian obat emergensi.
B. Saran
Perawat harus mengetahui enam hal yang benar dalam pemberian obat kepada
pasien. Karena hal itu berperan penting dalam kesuksesan perawat dalam
pemberian obat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan. 2013. Apa yang dimaksud dengan Obat. Diakses di http://dinkes.
go.id/index.php/artikel-kesehatan/111-apa-yang-dimaksud-dengan-obat pada
senin, 4 Mei 2015
Hadiani, Miftakhul Arfah. 2011. Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan
Analisa ABC-VED di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal
Teknik WAKTU. Volume 09 Nomor 02 – Juli 2011 – ISSN : 1412 – 1867
Hadiani, Miftakhul H. 2011. Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisis
Abcved Di Instalasi Farmasi Rsud Dr Moewardi Surakarta. Journal teknik.
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
http://medicatherapy.com/index.php/content/printversion/86 diakses pada senin, 4 Mei
2015
http://medicatherapy.com/index.php/content/printversion/88 diakses 15/10/2013 pada
senin, 4 Mei 2015
Martindale, 34th edition halaman 1120-1121 2. MIMS 2007 halaman 99 3. AHFS, Drug
Information 2005 halaman 1276-1281 4. Drug Information Handbook 17th ed
halaman 550-551.
Stillwell, Susan B. 2011. Pedoman Keperaawatan Kritis. Edisi 3. Jakarta: EGC

12

Anda mungkin juga menyukai