Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.

P DENGAN
HIPERTENSI

Di wilayah Puskesmas Bareng

KARYA ILMIAH AKHIR NURSE

Diajukan Kepadada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi


Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh:

ZAINAL ARIFIN
(NIM. 201820461011089)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan masalah kesehatan global berakibat peningkatan angka
kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan termasuk di Indonesia. Hipertensi
merupakan faktor risiko terhadap kerusakan organ penting seperti otak, jantung, ginjal,
retina, pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah perifer. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi di
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta adalah 34,1% dibandingkan 27,8%
pada Riskesdas tahun 2013. Dalam upaya menurunkan prevalensi dan insiden penyakit
kardiovaskular akibat hipertensi dibutuhkan tekad kuat dan komitmen bersama secara
berkesinambungan dari semua pihak terkait seperti tenaga kesehatan, pemangku
kebijakan dan juga peran serta masyarakat (Lukito, 2019).
Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak hanya
di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4
orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita
hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025. Kurang lebih
10- 30% penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami penyakit hipertensi,
dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas utama
yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila dapat dikontrol tekanan
darahnya (Ridwan, 2014).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jumlah penderita hipertensi akan
terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah pada 2025
mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. WHO
menyebutkan negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi sebesar 40%
sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika memegang posisi puncak
penderita hipertensi, yaitu sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia
Tenggara 36%. Kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap
tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita hipertensi. Sedangkan di

1
Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari total jumlah penduduk (Aulia,
2018).
Faktor yang mempengaruhi hipertensi antara lain ras, umur, jenis kelamin,
obesitas, kurangnya aktivitas, kurangnya asupan kalium, kalsium, magnesium dan
serat, asupan tinggi lemak, tinggi natrium, konsumsi alcohol berlebih, kebiasaan
merokok, dan adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.1,2,5 Berdasarkan penelitian
diketahui bahwa diet yang menitik beratkan pada makanan rendah lemak, tinggi sayur
dan buahbuahan mampu menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 11,4 mmHg dan
diastolik sebesar 5,5 mmHg pada penderita hipertensi. Hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa dengan pemberian buah yang banyak mengandung kalium,
kalsium, dan magnesium seperti papaya, semangka, melon, dan belimbing demak
dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan (Ahmad, 2017).
Menurut hasil penelitian, pemberian jus mentimun sebanyak 100 gram selama 6
hari dengan melihat perbedaan penurunan tekanan darah pada 2 jam, 6 jam, dan 9 jam
setelah perlakuan dapat menurunkan tekanan darah secara bermakna dan penurunan
terbesar terjadi pada 2 jam setelah perlakuan pada hari 4 dan 5.9 Penelitian serupa
dilakukan selama tujuh hari dengan melihat tekanan arteri rata-rata (MAP) pada
kelompok kontrol dan perlakuan, dan didapatkan penurunan MAP sebesar 13,8
mmHg.10 Penelitian lain dilakukan selama tiga hari dan diketahui terdapat penurunan
tekanan darah sistolik sebanyak 9mmHg dan tekanan darah diastolik sebanyak 4
mmHg secara bermakna. Penelitian lain yang diakukan di Dusun I Desa Pulau Sejuk
Kecamatan 50 Kabupaten Batu Bara mengenai pemberian mentimun didapatkan hasil
40% responden mengalami penurunan tekanan darah ke klasifikasi normal tinggi (pre
hipertensi), 50% mengalami penurunan menjadi normal, dan 10% tidak mengalami
penurunan. 12 Pada penelitian ini rentang umur responden terlalu jauh dan jenis
kelamin responden tidak dibedakan. Sedangkan dari referensi diketahui kejadian
hipertensi meningkat pada usia 40-60 tahun dan pada wanita memiliki prevalensi lebih
tinggi (Aisyah, 2014).
Puskesmas Bareng merupakan salah satu layanan kesehatan yang berada di
wilayah kota Malang, Puskesmas Bareng melayani masyarakat untuk membantu
menjaga kesehatan masyarakat di wilayah nya, Keluharan Sukoharjo merupakan salah

2
satu kelurahan dari beberpa kelurahan yang termasuk berada di wilayah Puskesmas
Bareng, dalam kelurahan Sukoharjo terdiri dari beberapa RW dan RT, salah satunya
adalah RW 01 RT 02 (DNKES, 2018).
Tn. P (66 tahun) dan Ny. M (63 tahun), merupakan salah satu salah satu keluarga
yang berada di wilayah RT 02 RW 01 Kel. Sukoharjo, saat dilakukan pengkajian
disapatkan data pasang suami istri ini menderita hipertensi, dari hasil pengukuran
tekanan darah di dapatkan hasil Tn. P siastole 175 mmhg, diastol 110 mmhg, Ny. M
siastole 180 mmhg, diastole 125 mmhg. Ny. M sering mengeluh pusing pada
kepalanya, ketika melakukan kegiatan sedikit saja sudah merasakan lelah sampai nafas
cepat, pasangan suami istri ini menjelaskan kalau tidak rutin kontrol kesehatan karena
puskesmas terlalu jauh, sering mengkonsumsi jamu-jamuan dan dari hasil pengkajian
didapatkan tidak terdapat ventilasi pada rumahnya dan klien mengatakan selalu
mengkonsumsi ikan asin.
Perawat merupakan tenaga profesional yang mempunyai pendidikan dalam
sistem pelayanan kesehatan. Pelaksana tugas profesionalitas tersebut dilakukan
melalui kegiatan yang berinteraksi dengan orang lain (Depkes RI, 2015). Peranan yang
dapat dilakukan oleh perawat kesehatan diantaranya sebagai pelaksana pelayanan
keperawatan, pendidik, pengamat kesehatan, role model, fasilitator, ataupun
pengorganisir pelayanan kesehatan. Demikian juga peran perawat kesehatan
masyarakat perkotaan. Dalam hal ini perawat di Puskesmas Bareng yang merupakan
salah satu tempat pelayanan kesehatan, berperan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang profesional (Bakri, 2017).
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka asuhan keperawatan ini dilakukan untuk
membuktikan pengaruh pemberian jus mentimun (Cucumis sativus l) terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Hasil dari asuhan keperawatan ini
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian jus mentimun
(Cucumis sativus l) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dan
dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian berikutnya.
1.2 Perumusan Masalah
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang banyak diderita bukan hanya
oleh usia lanjut saja, bahkan saat ini juga menyerang orang dewasa muda (Darmojo,

3
2001). Bahkan, diketahui bahwa 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat
diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki sebagai
“pembunuh diam-diam” (silent killer) (Saraswati. S, 2009). Angka kejadian hipertensi
dan komplikasi yang di timbulkan akan semakin meningkat jika masalah ini tidak
ditangani hususnya didaerah perkotaan. Pervelansi hipertensi di perkotaan lebih tinggi
dari pada pedesaan yaitu 23,6% di perkotaan dan 21% di pedesaan (Musinguzi dan
Nuwaha, 2013). Puskesmas Bareng merupakan salah satu layanan kesehatan,
hipertensi adalah kasus penyakit terbesar yang ada di wilayah Puskesmas Bareng yaitu
21,22%. Namun masalah hipertensi dapat di selesaikan dengan berbagai cara. Oleh
karena itu, dalam laporan ini penulis ingin intervensi yang dapat diberikan pada asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi di RT 02 RW 01 Kel. Sukoharjo,
Malang.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam laporan ini adalah menganalisis pengaruh pemberian mentimun
terhadap penurunan tekanan darah pada keluarga Tn.P selama 7 hari praktek di RW 01
RT 02 Kel. Sukoharjo Kota Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah teridentifikasi:

1. Gambaran pengkajian pada keluarga Tn. P dengan masalah hipertensi di RW 01 RT


02 Kel. Sukoharjo kota Malang
2. Rencana asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi
3. Implementasi yang telah dilakukan pada keluarga dengan masalah hipertensi
4. Evaluasi hasil implementasi yang telah dilakukan
5. Hasil analisis pemberian jus mentimun sebagai intervensi penurunan tekanan darah
keluarga Tn. P.
1.4 Manfaat penelitian
Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mengatasi masalah
hipertensi, antara lain:
1. Manfaat pelayanan keperawatan dan kesehatan

4
Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi bidang
keperawatan dan pelayanan kesehatan keluarga, terkait intervensi keperawatan yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah hipertensi yang dialami di keluarga.
Selain itu, diharapkan laporan ini dapat dijadikan masukan bagi bidang keperawatan
dan pelayanan kesehatan untuk dapat menerapkan intervensi yang telah dilakukan
menjadi kegiatan rutin bagi keluarga yang mengalami hipertensi
2. Manfaat keilmuan
Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang pendidikan
keperawatan khususnya keperawatan keluarga maupun bagi penelitian selanjutnya.
Bagi pendidikan hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai data dasar untuk
pengembangan ilmu mengenai intervensi keperawatan pada keluarga yang menderita
hipertensi. Selain itu juga dapat dijadikan sumber informasi bagi pendidikan agar dapat
menerapkan intervensi yang telah dilakukan sebagai salah satu pemecahan masalah
hipertensi dalam keluarga. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menjadi
masukan atau idebuntuk meneliti lebih jauh terkait manfaat intervensi pemberian jus
mentimun sebagai intervensi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
hipertensi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga

2.1.1 Definisi

Menurut Mubarak (2009) keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih


individu yang terikat oleh hubungan perkawinan, hubungan darah, ataupun
adopsi, dan setiap anggota keluarga saling berinteraksi satu dengan lainnya.
Sedangkan menurut UU No. 52 Tahun 2009, mendifinisikan keluarga sebagai
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Wirdhana et al., 2012)

2.1.2 Fungsi keluarga

menurut WHO fungsi keluarga terdiri dari (Bakri, 2017) : a. Fungsi


Biologis meliputi : fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga, serta memenuhi
kebutuhan gizi keluarga. b. Fungsi Psikologi meliputi : fungsi dalam
memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara
anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga,serta
memberikan identitas keluarga. c. Fungsi Sosialisasi meliputi : fungsi dalam
membina sosialisasi pada anak, meneruskan nilai-nilai keluarga, dan membina
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak. d. Fungsi
Ekonomi meliputi : fungsi dalam mencari sumber-sumber penghasilan,
mengatur dalam pengunaan penghasilan keluarga dalamrangka memenuhi
kebutuhan keluarga, serta menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di
masa mendatang. e. Fungsi Pendidikan meliputi : fungsi dalam mendidik anak
sesuai dengan tingkatan perkembangannya, menyekolahkan anak agar
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai
dengan bakat dan minat yang dimilikinya, serta mempersiapkan anak dalam
mememuhi peranannya sebagai orang dewasa untuk kehidupan dewasa di masa
yang akan datang.

6
2.1.3 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Terdapat lima dalam bidang kesehatan, pertama mengenal masalah


kesehatan setiap anggota keluarganya, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi
lingkungan rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarganyadan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
(Fallen, 2011).

2.1.4 peran keluarga pada penderita hipertensi

Dukungan keluarga atau Family support dibutuhkan pasien untuk


mengontrol penyakit. Suatu penelitian di Brazil menemukan bahwa kelurga
berpengaruh positif dalam mengontrol penyakit. Kesulitan dalam hubungan
keluarga, perhatian keluarga terhadap keturunannya, dan keterlibatan kecil
dalam perawatan pasien mempengaruhi kesembuhan pasien, Pasien yang
memiliki dukungan dari keluarga mereka menunjukkan perbaikan perawatan
dari pada yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga
dapat berupa perhatian mengenai penyakit mereka atau mengingatkan untuk
minum obat, Penelitian lain di Durango menemukan bahwa ada hubungan yang
kuat antara dukungan keluarga dan keberhasilan terapi pada pasien hipertensi,
Progresivitas penyakit hipertensi yang dapat berkembang menjadi hypertension
related disease tentunya dapat dihambat bahkan dapat terkontrol dengan
penggunaan obat anti hipertensi yang teratur, Progresivitas penyakit tersebut
juga dapat dihambat dengan adanya social support, environmental factors,dan
family support (Efendi, 2014).

2.1.5 Peran Perawat Dalam Memberikan Askep Keluarga

Ada beberapa peran Perawat Dalam Memberikan Askep Keluarga, pertama


pemberi asuhan pada anggota keluarga yang sakit, pengamat masalah dan
kebutuhan kesehatan keluarga, koordinator pelayanan kesehatan mudah
dijangkau, fasilitator dan dapat menampung masalah kesehatan keluarga dan
membantu penyelesaiannya merubah perilaku keluarga menjadi perilaku sehat,

7
pendidik kesehatan memberi petunjuk dan terakhir sebagai konsultan penasehat
tentang masalah kesehatan keluarga (Fallen, 2011).

2.2 Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas
normal yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health Organization), batas
tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila
tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (batas
tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun) (Adib, 2009).

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer


atau esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan
hipertensi sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
endokrin, penyakit jantung dan gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report 2003,
diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TDS)
≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dalam waktu yang berbeda (Indrayani, 2009).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah 140/90


mmHg atau lebih untuk usia 13 – 50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95
mmHg untuk usia di atas 50 tahun. Pengukuran tekanan darah minimal sebanyak
dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2005).

2.2.2 Etiologi

1. Hipertensi essensial

Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar


patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial.
Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik
mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress,

8
reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan
lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet,
kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain (Nafrialdi, 2009).

Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan
gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan
hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih
dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat
badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk terkena
hipertensi primer (Guyton, 2008).

2. Hipertensi sekunder

Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari


penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis
atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan
hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah
(Oparil, 2003). Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering
berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner,
diabetes dan kelainan sistem saraf pusat (Aisyah, 2014).

2.2.3 klasifikasi

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,


hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated
systolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti
peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung
berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum
dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan
atas yang nilainya lebih besar (Aisyah, 2014).

9
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan
pada anakanak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh
darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.
Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada
dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran
merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik (Weber, 2014).

2.2.4 Faktor-faktor Risiko Hipertensi

Faktor resiko terjadinya hipertensi antara lain:

1) Usia Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada


laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita
meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.

2) Ras/etnik Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa sering


muncul pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika
Hispanik.

3) Jenis Kelamin Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita


hipertensi daripada wanita.

4) Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat Gaya hidup tidak sehat yang dapat
meningkatkan hipertensi, antara lain minum minuman beralkohol, kurang
berolahraga, dan merokok.

a. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan


hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok
menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru
dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan
memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau

10
adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.

b. Kurangnya aktifitas fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada


orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan
otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha
otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang
dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer
yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik
juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan
menyebabkan risiko hipertensi meningkat (Weber, 2014).

2.2.5 Diagnosis Hipertensi

Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat


menggunakan sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari
satu kali pengukuran dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas
meja dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan
sebaiknya setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang.
Pasien diharapkan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat
mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol,
alkohol dan sebagainya (Weber, 2014).

2.2.6 Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan


darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat
ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus). Menurut Price, gejala
hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur,
gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat
dan pusing (Weber, 2014).

11
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu
sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak
nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering
kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah
dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan
gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).

Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah


mengalami hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat terjaga, kadang
kadang disertai mual dan muntah yang disebabkan peningkatan tekanan darah
intrakranial (Corwin, 2005).

2.2.7 Komplikasi Hipertensi

Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari stroke,


infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan
pregnancyincluded hypertension (PIH) (Corwin, 2005).

1. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih
dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah.
2. Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh
tersebut. Akibat hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi dapat
menimbulkan perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi

12
ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan
risiko pembentukan bekuan (Corwin, 2005).

3. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian
yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada
gagal ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan air atau sistem renin
angiotensin aldosteron (RAA) (Corwin, 2005).
4. Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong ke dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf pusat.
Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan ketulian,
kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian mendadak. Keterikatan
antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali
terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan orang yang tidak menderita
hipertensi (Corwin, 2005).

2.3 Jus Timun

2.3.1 Definisi

Mentimun atau ketimun atau timun (Cucumis sativus Linn) merupakan


salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan (Cucubitaceae) yang berasal
dari kawasan India, lereng pegunungan Himalaya, Sumber genetik mentimun
yang lain ditemukan terdapat di Afrika Selatan (Rukmana, 1994). Mentimun
secara alami berkembang di kedua lingkungan beriklim sedang dan tropis, dan
umumnya memerlukan suhu antara 60-90 °F / 15-33 °C, sehingga mentimun
dapat tumbuh di banyak tempat di dunia (Ahmad, 2017).

13
2.3.2 Jenis

Umumnya jenis mentimun dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu


mentimun biasa, wuku, krai, dan suri (Amin, 2015).

a. Mentimun biasa ditandai dengan penampilan kulit buah yang tipis, lunak,
dan pada saat buah muda berwarna hijau keputih putihan, namun setelah tua
menjadi berwarna cokelat. Mentimun biasa merupakan jenis mentimun yang
sudah berkembang pesat diberbagai daerah di Indonesia.

b. Mentimun wuku mempunyai ciri kulit buah agak tebal, agak keras, dan
warna buah mudanya agak cokelat.

c. Mentimun krai memiliki ciri buah yang besar, dengan cita rasa seperti
mentimun biasa.

d. Mentimun suri atau mentimun puan memiliki ciri dengan buah besar sekali,
bentuknya lonjong, rasanya manis renyah, dan umumnya dipanem saat
buahnya tua (Amin, 2015).

2.3.3 Kandungan Timun

Mentimun memiliki nama scientific Cucumis sativus, mengandung 0,65%


protein, 0.1% lemak dan karbohidrat sebanyak 2,2%. Juga mengandung kalsium,
zat besi, magnesium, fosforus, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2 dan vitamin
C, biji timun sendiri mengandung racun alkoloid jenis hipoxanti, yang berfungsi
untuk mengobati anak-anak yang menderita cacingan, selain itu mentimun dapat
membantu dan membersihkan pencernaan serta mendinginkan suhu tubuh,
sebagian besar mentimun terdiri dari air, kulit kerasnya mengandung silika yang
menyumbang kekuatan pada jaringan konektif seperti otot, tendon, ligament,
kartilago dan tulang (Aminn, 2015).

14

Anda mungkin juga menyukai