TP Limfadenopati Pada Anak
TP Limfadenopati Pada Anak
Abstrak
Pemeriksaan kelenjar getah bening (KGB) merupakan aspek penting pemeriksaan
fisik umum pada anak dan remaja baik yang sehat maupun sakit. Pembesaran KGB pada anak
harus dibedakan patologis dari yang non patologis dan membutuhkan evaluasi apakah
merupakan proses self limited disease ataukah masalah serius karena hubungannya dengan
penyakit sistemik serius yang mendasari dan keganasan.
Limfadenopati didefinisikan sebagai kelainan KGB dalam bentuk, ukuran, jumlah
maupun konsistensi yang disebabkan adanya infiltrasi sel-sel intrisik, sel-sel ekstrinsik atau
adanya infiltrasi sel-sel ganas. Kalsifikasinya sangat bervariasi, tetapi secara umum
diklasifikasikan menjadi limfadenopati generalisata dan limfadenopati lokalisata. Ada
berbagai infeksi yang menyebabkan limfadenopati antara lain infeksi virus, bakteri, jamur,
maupun protozoa. Diagnosis limfadenopati ditegakkan berdasarkan anamnesis, peeriksaan
fisik maupun pemeriksaan penunjang. Anamnesis bisa meliputi umur, adanya gejala
konstitusional umum, riwayat paparan dan karakteristik dari limfadenopatinya. Sedangkan
dari pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan general dan status lokalis limfadenopati.
Tugas yang paling sulit sebagai dokter adalah ketika gejala awal dan pemeriksaan
fisik tidak sugestif dari diagnosis sehingga diperlukan beberapa pemeriksaan spesifik.
Pengobatan limfadenopati didasarkan kepada penyebabnya. Kelenjar getah bening yang
menetap atau bertambah besar walaupun dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan
diagnosis yang belum tepat.
Kata kunci : limfadenopati, pendekatan klinis, anak
Abstract
Examining the lymph node is important aspect of general physical examination of
both well and ill children and adolescents. The presence of enlarge lymphonodes
(lymphadenopathy) should be distinguish patologic from non patologic lymphonodes and
develop a rational approach to the evaluation of lymphadenopathy whether self limited
disease or serious problems because its association with serious underlying disease and
malignancy.
Lymphadenophaty refers to lymphonodes that are abnormal in size, konsistency, on
number caused by infiltration intrinsic cells, extrinsic cells, or malignancy cells. Many
classifications are made but in general can be divided into generalized and localized
lymphadenophaty. Many infectious causes lymphadenophaty such as viral bacterial, fungal
and protozoal. The diagnosis are made from good anamnesis, physical examination and from
laboratory and imaging findings. Anamnesis includes patient age, general konstitusional
simptom, history of exposure and the karakteristic of lymphonodes. The examination divided
into general and status localis lyphadenophaty.
The chalenge for general pediatrician is to recognize when first simptom and physical
examination not sugestif from the diagnosis and many spesific examination should be done.
Treatment of lymphadenophaty depends on the causes. The evaluation of the therapy needed
if adequat treatment has been given but no improvement, the lymphonodes still enlarged or
getting bigger in size.
Key word : lympadenopathy, clinical approach, chlidren
1
1. Pendahuluan
2
dengan keganasan. Sebaliknya, prevalensi keganasan pada pemeriksaan KGB di pusat-pusat
rujukan dengan melakukan biopsi didapatkan 40% sampai 60%. Penderita limfadenopati
umur > 40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita
limfadenopati umur < 40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%.5,6,9
Tantangan bagi dokter anak sekarang ini adalah belajar bagaimana membedakan KGB
yang patologi maupun non patologis dan memberikaan pendekatan rasional untuk evaluasi
limfadenopati. Limfadenopati dapat menjadi sumber utama kecemasan orangtua karena dapat
berhubungan dengan keganasan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui apakah
limfadenopati ini berbahaya atau tidak dan kapan kita harus merujuknya ke sub spesialis.
2. Sistem Limfatik
Sistem limfatik terdiri dari limfa, pembuluh limfa serta berbagai macam jaringan dan
organ limfoid di seluruh tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar
dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan
oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam
sistem sirkulasi.10,11,12
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak
katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan atau tasbih. Pembuluh
limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya atas
selapis endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil
atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ. Pembuluh limfe khusus
di vili usus halus yang berfungsi sebagai absorpsi lemak (kilomikron), disebut lacteal
villi.12,13
3
Pembuluh limfa dibedakan menjadi:
1. Pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus dekster) : Pembuluh limfa kanan terbentuk
dari cairan limfa yang berasal dari daerah kepala dan leher bagian kanan, dada kanan,
lengan kanan, jantung dan paru-paru yang terkumpul dalam pembuluh limfa.
Pembuluh limfa kanan bermuara di pembuluh balik (vena) di bawah selangka kanan.
2. Pembuluh limfa kiri (duktus limfatikus toraksikus) : Pembuluh limfa kiri disebut juga
pembuluh dada. Pembuluh limfa kiri terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari
kepala dan leher bagian kiri dan dada kiri, lengan kiri, dan tubuh bagian bawah.
Pembuluh limfa ini bermuara di vena bagian bawah selangka kiri.10,11
Organ limfatik terdiri dari organ limfatik primer maupun organ limfatik sekunder. Organ
limfatik primer terdiri dari :11,12
1. Nodus Limfa (KGB) : berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di
sepanjang pembuluh limfe. Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil
yang disebut nodulus. Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang
disebut sinus. Di dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag. Fungsi nodus limfa
adalah untuk menyaring mikroorganisme yang ada di dalam limfa. Kelompok-
kelompok utama terdapat di dalam leher dan kepala, aksila, thorax, abdomen, dan
lipatan paha.13,14
4
Gambar 1. Struktur kelenjar getah bening (KGB)12
2. Limpa : Limpa merupakan organ limfoid yang paling besar. Kelenjar yang dihasilkan
dari limpa berwarna ungu tua. Limpa terletak di belakang lambung. Fungsi limpa
antara lain: membunuh kuman penyakit; membentuk sel darah putih (leukosit) dan
antibodi; menghancurkan sel darah merah yang sudah tua.12,14
3. Nodulus Limfatikus : merupakan sekumpulan jaringan limfatik yang tersebar di
sepanjang jaringan ikat yang terdapat pada membran mukus yang membatasi dinding
saluran pencernaan, saluran reproduksi, saluran urin, dan saluran respirasi. Beberapa
bentuk nodulus limfatikus yaitu tonsil, folikel limfatik (patch payer) dan spleen.
Tonsil terdapat di tenggorokan. Folikel limfatik terdapat di permukaan dinding usus
halus. Letak nodulus limfatikus sangat strategis untuk berperan dalam respon imun
melawan zat asing yang masuk dalam tubuh melalui pencernaan atau pernafasan.12,14
5
3. Definisi Limfadenopati
Dalam tubuh manusia terdapat hampir 600 KGB tetapi hanya KGB di submandibular,
aksila dan inguinal yang sering teraba pada manusia yang sehat. Istilah limfadenopati sering
didefinisikan sebagai kelainan dari KGB dalam bentuk ukuran, jumlah maupun
konsistensinya yang disebabkan adanya penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal
dari KBG itu sendiri, adanya infiltrasi sel-sel peradangan (neutrofil) atau adanya infiltrasi sel-
sel ganas.1,2,4 Secara umum, ukuran KGB yang lebih dari 1 cm dikatakan sebagai KGB
abnormal sedangkan pada anak-anak ukuran yang lebih dari 2 cm baru dikatakan sebagai
KGB yang abnormal. Limfadenitis merupakan peradangan akut atau kronis pada KGB.
Limfadenitis yang akut merupakan reaksi akut terhadap bakteri atau toksin yang dibawa
melalui pembuluh limfa ke KGB regional.2
Klasifikasi limfadenopati sangat bervariasi. Saat ini klasifikasi yang sering digunakan
untuk memudahkan dalam membedakan penyebab dan penanganan yang tepat untuk
limfadenopati adalah limfadenopati lokalisata dan limfadenopati generalisata. Limfadenopati
lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan
limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang
berjauhan dan simetris.1,2,9 Sedangkan berdasarkan waktu terjadinya, dikatakan limfadenopati
akut jika pembesaran KGB terjadi kurang dari 2 minggu, sedangkan limfadenopati subakut
jika pembesaran KGB berlangsung 2-6 minggu dan limfadenopati kronis jika pembesaran
KGB berlangsung lebih dari 6 minggu.15
4. Etiologi
Ada berbagai infeksi yang menyebabkan limfadenopati generalisata, lokalisata dan
limfadenitis. Infeksi limfadenopati generalisata sering disebabkan oleh virus, bakteri, jamur
dan protozoa (tabel 1). Infeksi yang menyebabkan limfadenopati lokalisata maupun
limfadenitis dapat berasal bukan dari penyakit menular seksual, dapat juga berasal dari
penyakit menular seksual (limfadenopti inguinal primer) serta sindrom limfokutaneus (tabel
2).
6
Tabel 1. Berbagai Infeksi Penyebab Limfadenopati Generalisata2
A. Viral
Epstein-Barr Virus (infectious mononucleosis)
Cytomegalovirus (infectious mononucleosis-like syndrome)
HIV (acute retroviral syndrome)
Hepatitis B virus
Hepatitis C virus
Varicella
Adenoviruses
Rubeola (measles)
Rubella
B. Bacterial
Endocarditis
Brucella (brucellosis)
Leptospira interrorgans (leptospirosis)
Streptobacillus moniliformis (bacillary rat-bite fever)
Mycobacterium tuberculosis (tuberculosis)
Treponema pallidum (secondary syphilis)
C. Fungal
Coccidioidesimmitis (coccidioidomycosis)
Histoplasma capsulatum (histoplasmosis)
D. Protozoa
Toxoplasma Gondii (toxoplasmosis)
7
C. Lymphocutaneous Syndromes
Bacillus anthracis (anthrax)
F. tularensis (ulceroglandular tularemia)
B. henselae (cat-scratch disease)
Pasteurella multocida (dog or cat bite)
Spirillum minus (spirillary rat-bite fever)
Y. pestis (plague)
Nocardia (nocardiosis)
Cutaneous diphtheria (Corynebacterium diphtheria)
Cutaneous coccidioidomycosis (Coccidioides immitis)
Cutaneous histoplasmosis (Histoplasmosis capsulatum)
Cutaneous sporotrichosis (S. schenckii)
Dalam kasus lain, diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Namun, evaluasi klinis sangat mungkin
mengarahkan penyebab tertentu. Pemeriksaan spesifik harus dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab penyakit pada pasien. Jika dengan pemeriksaan yang spesifik
belum juga mendapatkan suatu diagnosis yang pasti, harus berpikir ke arah limfadenopati
yang tidak bisa diterangkan (unexplained lymphadenopathy). Pada pasien dengan
limfadenopati lokalisata yang tidak dapat dijelaskan dan gambaran klinis yang tidak
mengkhawatirkan, dilakukan observasi selama tiga sampai empat minggu, jika tidak ada
perbaikan dapat dilakukan biopsi.5,10,11
Pasien dengan limfadenopati lokal dan gambaran klinis yang mengkhawatirkan atau
pasien dengan limfadenopati generlisata akan membutuhkan evaluasi diagnostik lebih lanjut
berupa biopsi. Aspirasi jarum halus, kadang-kadang dianggap alternatif selain biopsi eksisi
tetapi sering gagal dalam mendiagnosis karena jaringan diperoleh dalam jumlah kecil dan
8
struktur kelenjar sering tidak bisa diperiksa. Selain itu, mungkin ada beberapa risiko
pembentukan saluran sinus, tergantung pada patologi mendasari.6,10
5.1 Anamnesis
Umur adalah pertimbangan yang paling penting karena dapat membantu memprediksi
kemungkinan proses jinak maupun ganas. Pada pasien yang lebih muda dari 30 tahun,
limfadenopati oleh karena proses jinak didapatkan sekitar 80 % dari pasien limfadenopati,
sedangkan pada orang tua yang dari 50 tahun, limfadenopati oleh karena proses keganasan
diperkirakan sekitar 60%. Kelenjar getah bening umumnya tidak teraba pada bayi baru lahir.
Pada anak umur lebih muda, KGB yang teraba di daerah servikal, aksila, dan inguinal sering
masih dikatakan normal. "Shotty" limfadenopati adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan adanya KGB yang tidak terfiksasi, disebut demikian karena kemiripannya
dengan ‘gotri’ di bawah kulit. Anak kurang dari 5 tahun, dikatakan memiliki KGB yang
teraba pada anak sehat sebesar 44%, sedangkan 64% dari anak-anak yang sakit memiliki
KGB yang teraba. Kelenjar getah bening teraba yang paling umum antara usia 3 dan 5
tahun.1,10,11
9
penyebab umum dari limfadenopati inguinal di akhir masa remaja dan dewasa. Sebaliknya,
infeksi saluran pernafasan atas, otitis, dan konjungtivitis sering menyebabkan limfadenopati
servikalis reaktif kronis pada kelompok taman kanak-kanak dan usia dini.10,11
Exposure Diagnosis
A. General
Cat Cat-scratch disease, toxoplasmosis
Undercooked meat Toxoplasmosis
Tick bite Lyme disease, tularemia
10
Tuberculosis Tuberculous adenitis
Recent blood transfusion or transplant Cytomegalovirus, HIV
High-risk sexual behavior HIV, syphilis, herpes simplex virus,
cytomegalovirus, hepatitis B infection
Intravenous drug use HIV, endocarditis, hepatitis B infection
B. Occupational
Hunters, trappers Tularemia
Fishermen, fishmongers, Erysipeloid
slaughterhouse workers
C. Travel-related
Arizona, southern California, New Coccidioidomycosis
Mexico, western Texas
Southwestern United States Bubonic plague
Southeastern or central United States Histoplasmosis
Southeast Asia, India, northern Scrub typhus
Australia
Central or west Africa African trypanosomiasis (sleeping sickness)
Central or South America American trypanosomiasis (Chagas' disease)
East Africa, Mediterranean, China, Kala-azar (leishmaniasis)
Latin America
Mexico, Peru, Chile, India, Pakistan, Typhoid fever
Egypt, Indonesia
11
5.1.4 Karakteristik dari Limfadenopati
Berdasarkan durasinya, limfadenopati akut jika pembesaran KGB terjadi kurang dari
2 minggu, sedangkan limfadenopati subakut jika pembesaran KGB berlangsung 2-6 minggu
dan limfadenopati kronis jika pembesaran KGB berlangsung lebih dari 6 minggu.9,15
5.1.4.2 Ukuran
Mendefinisikan ukuran normal tidaknya suatu KGB tidaklah mudah, namun terdapat
aturan praktis sebagai berikut: KGB normal daerah aksila dan daerah servikal mencapai
ukuran 1 cm, di daerah inguinal mencapai ukuran 1,5 cm, dan di lokasi epitrochlear mencapai
hingga 0,5 cm. Seperti disebutkan, batas ukuran KGB berbeda berdasarkan umur dan
umumnya kurang bermakna pada anak-anak dibandingkan pada remaja dan orang dewasa,
mungkin karena dipengaruhi paparan antigen disamping pengaruh pembentukan antibodi
serta imunitas. Namun, dalam suatu studi terhadap 213 orang dewasa dengan unexplained
lymphadenopathy, pasien dengan ukuran KGB lebih kecil dari 1 cm2 (1x1 cm) tidak ada yang
mengalami keganasan, sedangkan keganasan didapatkan pada 8 % dari mereka yang
memiliki ukuran KGB lebih dari 1- 2.25 cm2 (1x1 cm - 1,5x1,5cm) , dan 38 % dari mereka
dengan ukuran KGB lebih dari 2.25 cm2 (1,5x1,5 cm).1,6,9,10
5.1.4.3 Nyeri
Rasa nyeri timbul ketika terjadi pembesaran KGB yang cepat meningkat dalam
ukuran maupun konsistensinya. Nyeri biasanya hasil dari proses peradangan atau supurasi,
tapi nyeri juga mungkin hasil dari pendarahan ke dalam pusat nekrotik nodus yang ganas.
Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat digerakkan.
Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua
sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari
sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses.
Bila limfadenopati disebabkan keganasan, tanda-tanda peradangan tidak ada, kelenjar akan
keras dan tidak dapat digerakkan oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya.1,9,10
5.1.4.4 Konsistensi
Konsistensi atau kualitas KGB yang keras seperti batu mengarahkan kepada
keganasan, padat seperti karet ke arah limfoma, lunak mengarah ke proses infeksi, dan
fluktuasi menunjukkan telah terjadinya abses atau pernanahan. Adanya kelenjar yang lunak,
12
mudah ditekan dan bergerak bebas lebih mengarah ke jinak. Istilah " shotty " mengacu pada
kelenjar kecil seperti gotri di bawah kulit, seperti yang ditemukan dalam kelenjar di servikal
anak-anak dengan penyakit virus.1,6
4.1.4.5 Fiksasi
Sekelompok KGB yang merasa terhubung dan tampaknya bergerak sebagai satu unit
dikatakan membentuk suatu anyaman (terfiksir). Kelenjar tersebut dapat berupa jinak
(misalnya, tuberkulosis, sarkoidosis atau lymphogranuloma venereum) atau ganas (misalnya,
karsinoma metastasis atau limfoma).6
5.1.4.6 Lokasi
Tabel 5. Kelompok Kelenjar Getah Bening Berdasarkan Lokasi, Aliran Kelenjar dan
Kemungkinan Diagnosis Bandingnya.9
13
Suboccipital Scalp and head Local infection
Postauricular External auditory meatus, pinna, Local infection
scalp
Preauricular Eyelids and conjunctivae, Extrernal auditory canal
temporal region, pinna
Right supraclavicular node Mediastinum, lungs, esophagus Lung, retroperitoneal or
gastrointestinal cancer
Left supraclavicular node Thorax, abdomen via thoracic Lymphoma, thoracic or
duct retroperitoneal cancer,
bacterial or fungal infection
Axillary Arm, thoracic wall, breast Infection, cat-scratch disease,
lymphoma, breast cancer,
silicone implants, brucellosis,
melanoma
Epitrochlear Ulnar aspect of forearm and Infections, lymphoma,
hand sarcoidosis, tularemia,
secondary syphilis
Inguinal Penis, scrotum,vulva, vagina, Infections of the leg or foot,
perineum, glutea region, lower STDs (e.g., herpes simplex
abdominal wall, lower anal virus, gonococcal infection,
canal syphilis, chancroid,
granuloma inguinale,
lymphogranuloma
venereum), lymphoma,
pelvic malignancy, bubonic
plague
Dalam sebuah studi KGB di servikal biasanya teraba hampir 60 % pada pemeriksaan
fisik, meskipun kejadiannya menurun dengan bertambahnya usia. Penyebab paling umum
dari limfadenopati servikal adalah infeksi, yang pada anak-anak biasanya infeksi virus akut
dan self-limeted. Sementara kebanyakan kasus limfadenopati servikal bisa membaik dengan
cepat, dan beberapa penyakit seperti mikobakterium atipikal, toksoplasmosis, cat-scratch
disease, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan sindrom Kawasaki dapat membuat
limfadenopati servikal bertahan sampai berbulan-bulan, dan mungkin sulit dibedakan dengan
neoplasma.5,7
14
limfatik dari dada dan perut, dan mungkin menandakan patologi di testis, ovarium, ginjal,
pankreas, prostat, perut atau kantong empedu.5,8
Gambar 3. KGB pada kepala dan leher dan area yang di drainase5
15
Gambar 4. KGB pada aksilaris dan epitrochlear dan struktur drainase5
c. Limfadenopati di Inguinal
Limfadenopati inguinal sering terjadi, pada orang dewasa yang sehat biasanya
terdapat pembesaran KGB sampai dengan diameter 1-2 cm, terutama mereka yang sering
tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi adalah etiologi yang paling
seing, dan limfadenopati inguinal jarang merupakan keganasan. Limfoma hodgkin jarang
ditemukan pada daerah inguinal, tidak seperti limfoma non hodgkin. Karsinoma sel skuama
pada penis dan vulva, limfoma, dan melanoma juga dapat terjadi dengan limfadenopati di
daerah ini. Karsinoma testis dapat menyebabkan limfadenopati inguinal apabila melibatkan
jaringan kulit diatasnya. Hal ini juga dijumpai pada 58 persen pasien yang didiagnosis dengan
karsinoma penis atau uretra. Dalam kedua kasus itu tidak ditemukan gejala yang khas.5,16
16
Gambar 5. KGB pada inguinal dan struktur drainase5
Dalam pemeriksaan fisik, pemeriksa memeriksa penderita secara menyeluruh mulai dari
keadaan umum, tanda vital, status antropometrik dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
secara komplet dari kepala sampai kaki.9
1. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda vital : panas, anemia atau tampak toksik (toxic
appearing)
2. Status antropometrik : menggambarkan status gizi dan parameter pertumbuhan
3. Kepala dan leher : Infeksi kulit (dermatitis seboroik, tinea kapitis), konjungtiva pucat
(keganasan, penyakit autoimun), konjungtivitis, orofaring (faringitis, problem gigi,
stomatitis) dan telinga (otiti media akut)
4. Jantung dan paru : ronkhi (pneumonia), konsolidasi ((curiga TB)
17
5. Abdomen : hepatoslenomegali (sistemik proses : Epstein Barr virus, Citomegalovirus,
HIV, penyakit reumatik dan penyakit neoplastik), dan massa abdomen
(neuroblastoma)
6. Ekstremitas : adenopati inguinal dan aksila
7. Kulit : rash, petikie, purpura, ekimosis, lesi oleh karema traumatik, atau curiga
keganasan)
Dalam pemeriksaan palpasi KGB, yang perlu dipertimbangkan yaitu lokasi, ukuran,
nyeri, konsistensi dan fiksasi. Untuk pemeriksaan KGB leher, pasien duduk atau berdiri
menghadap pemeriksa. Tangan kanan pemeriksa mengeksplorasi sisi kiri leher pasien dan
kemudian tangan kiri dari pemeriksa mengeksplorasi sisi kanan pasien leher. Mulai dari
bagian atas leher dan turun, Semua nodus limfa harus dievaluasi termasuk preauricular,
auricularis posterior, oksipital, servikal superior, servikal posterior, submaxilaris, submental,
dan supraclavicular.9,17
Pemeriksaan KGB di aksilaris dilakukan pada pasien dengan posisi duduk atau
terlentang. Lengan pasien, dipegang oleh salah satu tangan pemeriksa dan harus dilakukan
posisi sedikit tertekuk dan adduksi. Tangan kanan pemeriksa digunakan untuk memeriksa
pasien aksila kiri, dan tangan kiri untuk aksila kanan. Jari-jari pemeriksa harus sedikit
dirapatkan dan dimulai dari puncak aksila. Jari-jari itu dibawa turun perlahan-lahan,
mengarahkan tekanan lembut terhadap dada. Manuver ini harus diulang beberapa kali untuk
memeriksa KGB aksila kelompok lateral, kelompok medial, dan kelompok dada.17
18
Selanjutnya, pasien harus dievaluasi KGB di daerah epitrochlear. Sering kali, node ini
diabaikan, atau kurangnya pengetahuan tentang teknik pemeriksaannya. Pemeriksaan KGB
epitrochlear terbaik dimana siku pasien ditekuk sampai sekitar 90o. Daerah kanan epitrochlear
didekati dengan memasukkan tangan kiri pemeriksa dari belakang siku pasien sementara
pemeriksa tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kanan pasien untuk memegang
lengan. Selanjutnya, pasien harus dievaluasi untuk kemungkinan adanya pembesaran KGB di
epitrochlear.17
Pemeriksaan lokal yang dilakukan pada KGB didapatkan jika limfadenopati tersebut
lokal, teraba di daerah servikal, inguinal dan aksila dengan ukuran kurang dari 1-2 cm
(tergantung lokasi), mobile, dan eritema, cendrung limfadenopati tersebut tidak perlu
dikhawatirkan. Sebaliknya jika didapatkan limfadenopati yang generalisata, teraba di daerah
occipital, auricular, supraklavikular, epitrochlear atau servikalis posterior, ukuran lebih dari 2
cm, terfiksir dan terdapat gejala konstitutional maka perlu dipikirkan kearah
keganasan.4,9,17(tabel 6)
19
Tabel 6. Gambaran Klinis Untuk Membedakan Limfadenopti Jinak Dengan Ganas4
6. Diagnosis Limfadenopati
Diagnosis limfadenopati pada anak, sama seperti diagnosis yang lain membutuhkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Jika temuan ini menunjukkan
penyakit yang jinak atau self-limited, maka pasien harus diyakinkan agar tidak khawatir,
riwayat alami penyakit dijelaskan, dan tindak lanjut yang akan dilakukan. Pemeriksaan
spesifik diindikasikan jika dari anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan penyakit
infeksi autoimun atau yang lebih serius. Jika diduga neoplasma, mungkin akan melibatkan
pemeriksaan laboratorium atau evaluasi radiologis, computed tomography (CT scan),
magnetic resonance imaging (MRI), dan ultrasonografi (USG), yang telah sangat berguna
dalam membedakan dari KGB jinak atau ganas pada pasien dengan kanker kepala dan leher.
Namun, diagnosis pasti hanya diperoleh dari biopsi.1,10
Tugas yang paling sulit bagi dokter adalah ketika terjadi gejala awal dan pemeriksaan
fisik tidak sugestif dari diagnosis, sehingga dapat diupayakan dengan pemeriksaan yang
spesifik. Penggunaan antibiotik atau kortikosteroid jangka pendek umum diberikan pada
pasien dengan limfadenopati yang tidak jelas. Namun, tidak ada bukti untuk mendukung
pemberian antibiotika maupu kortikosteroid ini dan sebaiknya harus dihindari karena dapat
menghambat atau menunda diagnosis.9,10
Langkah pertama dalam mengevaluasi limfadenopati yang tidak jelas adalah meninjau
kembali obat-obatan yang telah diberikan kepada pasien, mengingat penyebab limfadenopati
yang tidak jelas sering disebabkan oleh tinakan tersebut, dan mempertimbangkan kembali
20
faktor risiko untuk kearah keganasan. Jika diagnosis tidak sugestif, dan pasien dianggap
berisiko rendah untuk kearah keganasan, maka limfadenopati regional dapat dengan aman
untuk diamati. Pikiran penyebab yag serius pada limfadenopati generalisata, temukan
petunjuk untuk mencari dengan cermat penyebab autoimun atau infeksi, dan skrining
laboratorium untuk penegakkan diagnosis penyebab limfadenopati sebelum gejala lainnya
ada dapat dibenarkan sebelum pengamatan. Tidak ada konsensus yang sesuai pada periode
observasi untuk limfadenopati yang tidak jelas. Meskipun beberapa upaya membuat sistem
penilaian untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki limfadenopati memerlukan biopsi, itu
tetap merupakan ilmu eksak.10
7. Diagnosis Banding
Berikut ini beberapa diagnosis banding dari limfadenopati baik yang lokal maupun
limgadenopati yang generalisata (tabel 6):1
II. Infection
A. Bacterial :
Staphylococcus, streptococcus, anaerobes, tuberculosis, atypical mycobacteria,
bartonella henselae, brucellosis, salmonella typhi, diphtheri, C. Trachomatis
(lymphogranuloma venereum), calymmatobacterium granulomatosis, francisella
tularensis
B. Viral :
Epstein-Barr virus, cytomegalovirus, adenovirus, respiratory syncytial virus,
influenza, coxsackie virus, rubella, rubeola, varicella, HIV, herpes simpleks II
C. Protozoal :
Toxoplasmosis, malaria, trypanosomiasis
D. Pirochetal :
Syphilis, rickettsia typhi (murine typhus)
E. Fungal :
Cocecidiodomycosis (valley fever), histoplamosis, cryptococcus, aspergillosis
F. Postvaccination : Smallpox, live attenuated measles, DPT, Salk Vaccine, typhoid fever
21
V. Lymphoproliferative disorders
A. Angioimmunoblastic lymphadenopathy with dysproteinemia
B. X-linked lymphoproliferative syndrome
C. Lymphomatoid granulomatosis
D. Sinus histiocytosis with massive lymphadenophaty (Rosai-Dorfman disease)
E. Castleman disease (benign giant lymph node hyperplasia, angiofollicular lymph node
hyperplasia
F. Autoimmune lymphoproliferative syndrome (ALPS) (Canale-Smith syndrome)
G. Post-transplant lymphoproliferative disorder (PTLD)
8. Pemeriksaan Penunjang
22
keganasan yang melibatkan sumsum tulang. Limfopenia diindikasikan adanya infeksi HIV
atau adanya gangguan immunodefisiensi bawaan. Laju endap darah (LED) dan kadar C-
reaktif protein dapat digunakan sebagai petanda adanya peradangan dan infeksi dan juga
mungkin membantu dalam mengevaluasi pengobatan yang dilakukan. Kadar enzim hati yang
tinggi dapat menunjukkan keterlibatan hati yang disebabkan infeksi sistemik atau proses
infiltratif.1,11
Aspirasi dan kultur KGB membantu dalam mengisolasi organisme penyebab infeksi
dan keputusan antibiotik yang sesuai sebagai penyebab limfadenopati. Aspirasi dengan jarum
halus (fine needle aspiration / FNAB) mungkin menghasilkan diagnosis sitologi pasti atau
awal dan kadang-kadang tidak memerlukan lagi untuk biopsi KGB. Penelitian yang
dilakukan oleh Dasgupta tahun 1994, dilakukan FNAB sitologi pada 188 kasus limfadenopati
servikalis dengan kecurigaan ke arah tuberkulosis. Akurasi diagnostik pada penelitian ini
didapatkan 84.4% untuk tuberkulosis, 84,2% untuk nekrosis kaseosa dan 73,6% untuk sel-
sel epithelioid. Karsinoma metastatik juga menghasilkan akurasi diagnostik yang tinggi dari
98% sehingga menunjukkan pentingnya dilakukan sitologi FNAB.18 Di Italia, Pilotti et al
pada tahun 1993, dilakukan penelitian untuk membandingkan kemampuan sitologi FNAB
pada KGB suprficial yang didiagnosis kearah keganasan dengan eksisi biopsi. Pada penelitian
ini diperoleh akurasi diagnostik FNAB sebesar 99,1%. Ini menunjukkan bahwa FNAB
sitologi dapat dianggap langkah pertama dalam mendiagnostik pembesaran KGB
superficial.18
Pemeriksaan FNAB sederhana, cepat dan tidak memerlukan anestesi umum. Prosedur
FNAB dapat dilakukan di poliklinik rawat jalan. Kebanyakan pasien yang memiliki diagnosis
jinak pada FNAB tidak memerlukan lebih lanjut evaluasi. Keterbatasan FNAB adalah sering
terjadi kurangnya sampel jaringan yang tepat untuk pemeriksaan khusus termasuk
23
sitogenetik, Flow cytometry, mikroskop elektron dan pengecatan khusus. Selain itu, potensi
risiko adanya keganasan harus selalu dipertimbangkan sebagai hasil dari prosedur FNAB.4,18
A. Size
- Greater than 2 cm
- Increasing over 2 weeks
- No decrease in size of node after 4 weeks
B. Location
- Supraclavicular lymph node
C. Consistency
- Hard
- Matted
- Rubbery
D. Asscociated Features
- Abnormal chest radiograph suggestive of lymphoma
- Fever
- Weight loss
- Hepatosplenomegaly
Biopsi KGB akan lebih maksimal hasilnya apabila diperhatikan hal-hal berikut : 1.
Biopsi KGB servikal bagian atas dan inguinalis harus dihindari sedangkan biopsi KGB
daerah servikal bawah dan aksilaris lebih mungkin memberikan informasi yang dapat
24
dipercaya. 2. Biopsi dilakukan pada KGB yang paling besar, tidak pada KGB yang paling
mudah didapat. 3. KGB harus diambil utuh dengan kapsulnya, tidak sedikit demi sedikit. 4.
KGB harus dikirim ke ahli patologi dalam media kultur jaringan yang cukup untuk mencegah
jaringan menjadi kering. Jaringan jangan dikenakan cahaya yang berlebihan dan jangan juga
dibungkus dalam kain kasa kering. Sampel yang segar dan beku harus disisihkan untuk studi
tambahan.1,11
Foto toraks merupakan suatu pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam evaluasi
limfadenopati kronis lokal atau generalisata dan dapat melihat adanya pelebaran mediastinum
karena limfadenopati dari limfoma dan sarcoid. Dua pertiga dari pasien yang memiliki
1,11
Hodgkin limfoma mungkin menunjukkan pelebaran mediastinum pada foto dada. Pada
penelitian Swingler, et al didapatkan dari 46 anak (rata-rata usia 21.5 bulan) dengan
limfadenopati mediastinum yang dicurigai kearah TB paru melalui pemeriksaan CT scan
dengan kontras, pada pemeriksaan foto thorax hanya mampu mendiagnosis adanya
limfadenopati mediastinum sebesar 47,1%. Secara keseluruhan sensitivitas dari foto thorak
mencapai 67% dan spesifitasnya 59%. Deteksi dari mediastinum Limfadenopati melalui
thorak foto untuk mendiagnosa TB paru pada anak-anak harus ditafsirkan dengan hati-hati.
Akurasi diagnostik mungkin ditingkatkan dengan menyempurnakan kriteria radiologis
limfadenopati dan dikonfirmasikan dengan pemeriksaan klinis lainnya.20
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikal. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity,
gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya klasifikasi. USG dapat
dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan
hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98 % dan spesivisitas 95%.1,11
25
9. Pengobatan
Pengobatan limfadenopati didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari
limfadenopati sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain
observasi.
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi kelenjar getah bening. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan
gejala yang mengarahkan kepada keganasan. Kelenjar getah bening yang menetap atau
bertambah besar walaupun dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang
belum tepat.4
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan
oleh Staphyilococcus. Aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik
dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam.
Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.1,4
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan
menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.1
26
10.1 Limfadenopati Generalisata
27
10.3 Limfadenitis Servikalis
28
DAFTAR PUSTAKA
29
21. Sills RH. Practical algorithms in pediatric hematology and oncology. Basel,
(Switzerland): Karger,2003:46-9.
30