Anda di halaman 1dari 30

Tinjauan Pustaka

Pendekatan Klinis Limfadenopati Pada Anak


Wayan Suradhipa, Ketut Ariawati
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar

Abstrak
Pemeriksaan kelenjar getah bening (KGB) merupakan aspek penting pemeriksaan
fisik umum pada anak dan remaja baik yang sehat maupun sakit. Pembesaran KGB pada anak
harus dibedakan patologis dari yang non patologis dan membutuhkan evaluasi apakah
merupakan proses self limited disease ataukah masalah serius karena hubungannya dengan
penyakit sistemik serius yang mendasari dan keganasan.
Limfadenopati didefinisikan sebagai kelainan KGB dalam bentuk, ukuran, jumlah
maupun konsistensi yang disebabkan adanya infiltrasi sel-sel intrisik, sel-sel ekstrinsik atau
adanya infiltrasi sel-sel ganas. Kalsifikasinya sangat bervariasi, tetapi secara umum
diklasifikasikan menjadi limfadenopati generalisata dan limfadenopati lokalisata. Ada
berbagai infeksi yang menyebabkan limfadenopati antara lain infeksi virus, bakteri, jamur,
maupun protozoa. Diagnosis limfadenopati ditegakkan berdasarkan anamnesis, peeriksaan
fisik maupun pemeriksaan penunjang. Anamnesis bisa meliputi umur, adanya gejala
konstitusional umum, riwayat paparan dan karakteristik dari limfadenopatinya. Sedangkan
dari pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan general dan status lokalis limfadenopati.
Tugas yang paling sulit sebagai dokter adalah ketika gejala awal dan pemeriksaan
fisik tidak sugestif dari diagnosis sehingga diperlukan beberapa pemeriksaan spesifik.
Pengobatan limfadenopati didasarkan kepada penyebabnya. Kelenjar getah bening yang
menetap atau bertambah besar walaupun dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan
diagnosis yang belum tepat.
Kata kunci : limfadenopati, pendekatan klinis, anak
Abstract
Examining the lymph node is important aspect of general physical examination of
both well and ill children and adolescents. The presence of enlarge lymphonodes
(lymphadenopathy) should be distinguish patologic from non patologic lymphonodes and
develop a rational approach to the evaluation of lymphadenopathy whether self limited
disease or serious problems because its association with serious underlying disease and
malignancy.
Lymphadenophaty refers to lymphonodes that are abnormal in size, konsistency, on
number caused by infiltration intrinsic cells, extrinsic cells, or malignancy cells. Many
classifications are made but in general can be divided into generalized and localized
lymphadenophaty. Many infectious causes lymphadenophaty such as viral bacterial, fungal
and protozoal. The diagnosis are made from good anamnesis, physical examination and from
laboratory and imaging findings. Anamnesis includes patient age, general konstitusional
simptom, history of exposure and the karakteristic of lymphonodes. The examination divided
into general and status localis lyphadenophaty.
The chalenge for general pediatrician is to recognize when first simptom and physical
examination not sugestif from the diagnosis and many spesific examination should be done.
Treatment of lymphadenophaty depends on the causes. The evaluation of the therapy needed
if adequat treatment has been given but no improvement, the lymphonodes still enlarged or
getting bigger in size.
Key word : lympadenopathy, clinical approach, chlidren
1
1. Pendahuluan

Pemeriksaan kelenjar getah bening (KGB) merupakan aspek penting pemeriksaan


fisik umum pada anak dan remaja baik yang sehat maupun sakit. KGB terdapat di beberapa
tempat di tubuh kita. Seringkali pembesaran KGB menimbulkan kecemasan baik pada pasien,
atau pun orang tua pasien, apakah pembesaran ini merupakan hal yang normal, penyakit yang
berbahaya ataukah merupakan suatu gejala dari keganasan.
Limfadenopati didefinisikan sebagai kelainan dalam ukuran atau karakter dari KGB,
dapat berasal dari infiltrasi sel-sel intrinsic KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma,
monosit dan histiosit atau karena infiltrasi sel-sel ekstrinsik (neutrofil) untuk mengatasi
infeksi di KGB (limfadenitis) atau infiltrasi sel-sel ganas.1,2,3 Beberapa faktor risiko
limfadenopati yang dipertimbangkan untuk kearah keganasan adalah usia lebih tua, berbatas
tegas, terfixir, durasi lebih dari dua minggu, dan lokasi supraklavikula.4,5 Pengetahuan
tentang faktor risiko ini sangat penting untuk menentukan penatalaksanaan limfadenopati
yang tidak jelas. Selain itu, riwayat paparan lengkap, gejala klinis yang ada, dan pemeriksaan
fisik yang menyeluruh dapat menentukan apakah limfadenopati adalah jinak atau ganas.
Limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit serius atau
keganasan dapat diamati selama satu bulan. Setelah itu pengujian tertentu atau biopsi harus
dilakukan.5,6
Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada
anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Pada umumnya limfadenopati pada
anak dapat hilang dengan sendirinya apabila disebabkan infeksi virus. Studi yang dilakukan
di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun bakteri merupakan penyebab utama
limfadenopati. Infeksi mononukleosis dan cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang
penting, tetapi kebanyakan disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas.7,8
Studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak
diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya di rujuk ke sub spesialis, 3,2% kasus
membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan. Rendahnya prevalensi
keganasan didukung oleh hasil dua kasus series di praktek dokter keluarga Amerika Serikat,
dimana kasus seri I dari 80 pasien tidak ditemukan ada keganasan. Sedangkan kasus seri II
dari 238 pasien dengan limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan hanya tiga yang didiagnosis

2
dengan keganasan. Sebaliknya, prevalensi keganasan pada pemeriksaan KGB di pusat-pusat
rujukan dengan melakukan biopsi didapatkan 40% sampai 60%. Penderita limfadenopati
umur > 40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita
limfadenopati umur < 40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%.5,6,9
Tantangan bagi dokter anak sekarang ini adalah belajar bagaimana membedakan KGB
yang patologi maupun non patologis dan memberikaan pendekatan rasional untuk evaluasi
limfadenopati. Limfadenopati dapat menjadi sumber utama kecemasan orangtua karena dapat
berhubungan dengan keganasan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui apakah
limfadenopati ini berbahaya atau tidak dan kapan kita harus merujuknya ke sub spesialis.

2. Sistem Limfatik

Sistem limfatik merupakan suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi


mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Sistem limfatik mempunyai beberapa
fungsi antara lain mengangkut limfosit, mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke
sirkulasi darah, membawa lemak emulsi dari jaringan sekitar usus halus ke darah, menyaring
dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran, dan apabila ada
infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat imun (antibodi) untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme.10,11

Sistem limfatik terdiri dari limfa, pembuluh limfa serta berbagai macam jaringan dan
organ limfoid di seluruh tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar
dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan
oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam
sistem sirkulasi.10,11,12

Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak
katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan atau tasbih. Pembuluh
limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya atas
selapis endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil
atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ. Pembuluh limfe khusus
di vili usus halus yang berfungsi sebagai absorpsi lemak (kilomikron), disebut lacteal
villi.12,13

3
Pembuluh limfa dibedakan menjadi:

1. Pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus dekster) : Pembuluh limfa kanan terbentuk
dari cairan limfa yang berasal dari daerah kepala dan leher bagian kanan, dada kanan,
lengan kanan, jantung dan paru-paru yang terkumpul dalam pembuluh limfa.
Pembuluh limfa kanan bermuara di pembuluh balik (vena) di bawah selangka kanan.
2. Pembuluh limfa kiri (duktus limfatikus toraksikus) : Pembuluh limfa kiri disebut juga
pembuluh dada. Pembuluh limfa kiri terbentuk dari cairan limfa yang berasal dari
kepala dan leher bagian kiri dan dada kiri, lengan kiri, dan tubuh bagian bawah.
Pembuluh limfa ini bermuara di vena bagian bawah selangka kiri.10,11

Organ limfatik terdiri dari organ limfatik primer maupun organ limfatik sekunder. Organ
limfatik primer terdiri dari :11,12

1. Sumsum Tulang : merupakan jaringan penghasil sel-sel limfosit yang nantinya


berkembang di dalam sumsum tulang akan menjadi limfosit B.
2. Kelenjar Timus : memiliki fungsi spesifik, yaitu tempat perkembangan limfosit yang
dihasilkan dari sumsum tulang untuk menjadi limfosit T. Timus tidak berperan dalam
memerangi antigen secara langsung seperti pada organ-organ limfoid yang lain.
Untuk memberikan kekebalan pada limfosit T ini, maka timus mensekresikan hormon
tipopoietin.

Organ limfatik sekunder terdiri dari :

1. Nodus Limfa (KGB) : berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di
sepanjang pembuluh limfe. Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil
yang disebut nodulus. Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang
disebut sinus. Di dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag. Fungsi nodus limfa
adalah untuk menyaring mikroorganisme yang ada di dalam limfa. Kelompok-
kelompok utama terdapat di dalam leher dan kepala, aksila, thorax, abdomen, dan
lipatan paha.13,14

4
Gambar 1. Struktur kelenjar getah bening (KGB)12

2. Limpa : Limpa merupakan organ limfoid yang paling besar. Kelenjar yang dihasilkan
dari limpa berwarna ungu tua. Limpa terletak di belakang lambung. Fungsi limpa
antara lain: membunuh kuman penyakit; membentuk sel darah putih (leukosit) dan
antibodi; menghancurkan sel darah merah yang sudah tua.12,14
3. Nodulus Limfatikus : merupakan sekumpulan jaringan limfatik yang tersebar di
sepanjang jaringan ikat yang terdapat pada membran mukus yang membatasi dinding
saluran pencernaan, saluran reproduksi, saluran urin, dan saluran respirasi. Beberapa
bentuk nodulus limfatikus yaitu tonsil, folikel limfatik (patch payer) dan spleen.
Tonsil terdapat di tenggorokan. Folikel limfatik terdapat di permukaan dinding usus
halus. Letak nodulus limfatikus sangat strategis untuk berperan dalam respon imun
melawan zat asing yang masuk dalam tubuh melalui pencernaan atau pernafasan.12,14

Gambar 2. Sistem limfatik pada manusia12

5
3. Definisi Limfadenopati
Dalam tubuh manusia terdapat hampir 600 KGB tetapi hanya KGB di submandibular,
aksila dan inguinal yang sering teraba pada manusia yang sehat. Istilah limfadenopati sering
didefinisikan sebagai kelainan dari KGB dalam bentuk ukuran, jumlah maupun
konsistensinya yang disebabkan adanya penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal
dari KBG itu sendiri, adanya infiltrasi sel-sel peradangan (neutrofil) atau adanya infiltrasi sel-
sel ganas.1,2,4 Secara umum, ukuran KGB yang lebih dari 1 cm dikatakan sebagai KGB
abnormal sedangkan pada anak-anak ukuran yang lebih dari 2 cm baru dikatakan sebagai
KGB yang abnormal. Limfadenitis merupakan peradangan akut atau kronis pada KGB.
Limfadenitis yang akut merupakan reaksi akut terhadap bakteri atau toksin yang dibawa
melalui pembuluh limfa ke KGB regional.2
Klasifikasi limfadenopati sangat bervariasi. Saat ini klasifikasi yang sering digunakan
untuk memudahkan dalam membedakan penyebab dan penanganan yang tepat untuk
limfadenopati adalah limfadenopati lokalisata dan limfadenopati generalisata. Limfadenopati
lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan
limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang
berjauhan dan simetris.1,2,9 Sedangkan berdasarkan waktu terjadinya, dikatakan limfadenopati
akut jika pembesaran KGB terjadi kurang dari 2 minggu, sedangkan limfadenopati subakut
jika pembesaran KGB berlangsung 2-6 minggu dan limfadenopati kronis jika pembesaran
KGB berlangsung lebih dari 6 minggu.15

4. Etiologi
Ada berbagai infeksi yang menyebabkan limfadenopati generalisata, lokalisata dan
limfadenitis. Infeksi limfadenopati generalisata sering disebabkan oleh virus, bakteri, jamur
dan protozoa (tabel 1). Infeksi yang menyebabkan limfadenopati lokalisata maupun
limfadenitis dapat berasal bukan dari penyakit menular seksual, dapat juga berasal dari
penyakit menular seksual (limfadenopti inguinal primer) serta sindrom limfokutaneus (tabel
2).

6
Tabel 1. Berbagai Infeksi Penyebab Limfadenopati Generalisata2
A. Viral
Epstein-Barr Virus (infectious mononucleosis)
Cytomegalovirus (infectious mononucleosis-like syndrome)
HIV (acute retroviral syndrome)
Hepatitis B virus
Hepatitis C virus
Varicella
Adenoviruses
Rubeola (measles)
Rubella

B. Bacterial
Endocarditis
Brucella (brucellosis)
Leptospira interrorgans (leptospirosis)
Streptobacillus moniliformis (bacillary rat-bite fever)
Mycobacterium tuberculosis (tuberculosis)
Treponema pallidum (secondary syphilis)

C. Fungal
Coccidioidesimmitis (coccidioidomycosis)
Histoplasma capsulatum (histoplasmosis)

D. Protozoa
Toxoplasma Gondii (toxoplasmosis)

Tabel 2. Berbagai Infeksi Penyebab Limfadenopati Lokalisata dan Limfadenitis2


A. Nonvenereal Origin
Staphylococcus aureus
Group A streptococci
Group B streptococci (in infants)
Bartonella henselae (cat-scratch disease)
Yersinia pestis (plague)
Francisella tularensis (glandular tularemia)
Mycobacterium tuberculosis
Atypical mycobacteria
Sporothrix schenckii (sporotrichosis)
Epstein-Barr virus
Toxoplasmosis gondii

B. Sexually Transmitted Infections (Primarily Inguinal Lymphadenopathy)


Neisseria gonorrhoeae (gonorrhea)
Treponema pallidum (syphilis)
Herpes simplex virus
Haemophilus ducreyi (chancroid)
Chlamydia trachomatis serovars L1-3 (lymphogranuloma venereum)

7
C. Lymphocutaneous Syndromes
Bacillus anthracis (anthrax)
F. tularensis (ulceroglandular tularemia)
B. henselae (cat-scratch disease)
Pasteurella multocida (dog or cat bite)
Spirillum minus (spirillary rat-bite fever)
Y. pestis (plague)
Nocardia (nocardiosis)
Cutaneous diphtheria (Corynebacterium diphtheria)
Cutaneous coccidioidomycosis (Coccidioides immitis)
Cutaneous histoplasmosis (Histoplasmosis capsulatum)
Cutaneous sporotrichosis (S. schenckii)

5. Pendekatan Klinis Limfadenopati


Limfadenopati dapat menjadi tanda dan gejala yang ditemukan bersama suatu gejala
lain atau justru menjadi keluhan utama pasien. Anamnesis mengenai riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik sangat penting dalam mengevaluasi limfadenopati. Dalam kebanyakan
kasus, aspek penting anamnesis dan pemeriksaan fisik meliputi gejala dan tanda yang
mendukung k earah penyakit infeksi sistemik, atau non infeksi atau suatu keganasan. Dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik akan dapat mengidentifikasi dengan mudah
penyebab limfadenopati, seperti infeksi saluran pernafasan atas, faringitis, penyakit
periodontal, konjungtivitis, limfadenitis, tinea, gigitan serangga, imunisasi, atau
dermatitis.6,15

Dalam kasus lain, diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Namun, evaluasi klinis sangat mungkin
mengarahkan penyebab tertentu. Pemeriksaan spesifik harus dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab penyakit pada pasien. Jika dengan pemeriksaan yang spesifik
belum juga mendapatkan suatu diagnosis yang pasti, harus berpikir ke arah limfadenopati
yang tidak bisa diterangkan (unexplained lymphadenopathy). Pada pasien dengan
limfadenopati lokalisata yang tidak dapat dijelaskan dan gambaran klinis yang tidak
mengkhawatirkan, dilakukan observasi selama tiga sampai empat minggu, jika tidak ada
perbaikan dapat dilakukan biopsi.5,10,11

Pasien dengan limfadenopati lokal dan gambaran klinis yang mengkhawatirkan atau
pasien dengan limfadenopati generlisata akan membutuhkan evaluasi diagnostik lebih lanjut
berupa biopsi. Aspirasi jarum halus, kadang-kadang dianggap alternatif selain biopsi eksisi
tetapi sering gagal dalam mendiagnosis karena jaringan diperoleh dalam jumlah kecil dan

8
struktur kelenjar sering tidak bisa diperiksa. Selain itu, mungkin ada beberapa risiko
pembentukan saluran sinus, tergantung pada patologi mendasari.6,10

5.1 Anamnesis

Dari anamnesis, dokter harus mempertimbangkan empat poin kunci mengetahui


riwayat klinis pasien. Pertama, umur pasien saat mengalami limfadenopati karena ukuran
kelenjar sangat bervariasi tergantung umur penderita. Kedua, adanya gejala konstitusional
seperti demam, penurunan berat badan, kelelahan atau berkeringat malam hari yang
mengarahkan ke gangguan seperti tuberkulosis, limfoma, penyakit vaskular kolagen, infeksi
yang non spesifik atau keganasan. Ketiga, ada petunjuk epidemiologi tertentu seperti paparan
saat kerja, perjalanan ke daerah, perilaku berisiko tinggi atau adanya mengkonsumsi obat
tertentu yang megarahkan gangguan tertentu. Keempat, karakteristik dari limfadenopatinya
termasuk onset dan durasi terjadinya, lokasi, ukuran, nyeri, konsistensi atau terfiksasi.5,6,10

5.1.1 Umur Penderita

Umur adalah pertimbangan yang paling penting karena dapat membantu memprediksi
kemungkinan proses jinak maupun ganas. Pada pasien yang lebih muda dari 30 tahun,
limfadenopati oleh karena proses jinak didapatkan sekitar 80 % dari pasien limfadenopati,
sedangkan pada orang tua yang dari 50 tahun, limfadenopati oleh karena proses keganasan
diperkirakan sekitar 60%. Kelenjar getah bening umumnya tidak teraba pada bayi baru lahir.
Pada anak umur lebih muda, KGB yang teraba di daerah servikal, aksila, dan inguinal sering
masih dikatakan normal. "Shotty" limfadenopati adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan adanya KGB yang tidak terfiksasi, disebut demikian karena kemiripannya
dengan ‘gotri’ di bawah kulit. Anak kurang dari 5 tahun, dikatakan memiliki KGB yang
teraba pada anak sehat sebesar 44%, sedangkan 64% dari anak-anak yang sakit memiliki
KGB yang teraba. Kelenjar getah bening teraba yang paling umum antara usia 3 dan 5
tahun.1,10,11

Diagnosis diferensial limfadenopati akan berubah seiring dengan bertambahnya umur.


Sebagai contoh, limfoma Hodgkin merupakan penyebab penting dari limfadenopati pada
populasi pasien remaja dan dewasa, tetapi jarang terjadi sebelum umur 10 tahun. Dengan
demikian, penyakit Hodgkin harus dipertimbangkan pada seorang remaja yang tampaknya
baik namun memiliki pembesaran KGB patologis pada servikal atau supraklavikula, dari
anak umur 3 tahun yang memiliki temuan klinis yang sama. Penyakit menular seksual adalah

9
penyebab umum dari limfadenopati inguinal di akhir masa remaja dan dewasa. Sebaliknya,
infeksi saluran pernafasan atas, otitis, dan konjungtivitis sering menyebabkan limfadenopati
servikalis reaktif kronis pada kelompok taman kanak-kanak dan usia dini.10,11

5.1.2 Gejala Konstitutional

Gejala konstitusional yang sering dihubungkan dengan limfadenopati yang ganas


yaitu panas, keringat malam, penurunan berat badan lebih dari 10 % dalam 6 bulan, pruritus
atau rash, atralgia, atau fatigue. Sedangkan gejala dengan atralgia, kelemahan otot dan adanya
rash pada kulit sering dihubungkan ke arah penyakit autoimun seperti rematoid artritis, lupus
eritematosus, atau dermatomyositis. Adanya limfadenopati servikalis sering diikuti gejala
konstitusional seperti fatigue, malaise, panas atau nyeri menelan.6

5.1.3 Riwayat Paparan

Riwayat paparan (eksposur) sangat penting untuk menentukan penyebab


limfadenopati. Paparan hewan dan serangga, penggunaan obat-obatan yang lama, kontak
dengan penyakit menular, dan riwayat infeksi berulang penting dalam evaluasi limfadenopati.
Paparan travel related dan status imunisasi harus dicatat, karena banyak penyakit tropis atau
nonendemic dapat dikaitkan dengan limfadenopati persisten, termasuk tuberkulosis,
tripanosomiasis, tifus, leishmaniasis, tularemia, brucellosis, dan anthrax. Paparan lingkungan
seperti tembakau, alkohol, dan radiasi ultraviolet meningkatkan kecurigaan kearah karsinoma
metastasis pada organ, kanker kepala dan leher, dan keganasan pada kulit. Paparan kerja
terhadap silikon atau berilium juga dapat menyebabkan limfadenopati. Riwayat seksual dan
orientasi seksual penting dalam menentukan penyebab limfadenopati inguinalis dan leher
rahim oleh karena penyakit menular seksual. Riwayat penyakit keganasan dalam keluarga
mungkin meningkatkan kecurigaan penyebab limfadenopati oleh karena keganasan, seperti
karsinoma payudara atau sindrom familial dysplastic nevus dan melanoma. 6,10,11 (Tabel 3,4)

Tabel 3. Riwayat Paparan untuk Diagnosis Limfadenopati6

Exposure Diagnosis
A. General
Cat Cat-scratch disease, toxoplasmosis
Undercooked meat Toxoplasmosis
Tick bite Lyme disease, tularemia

10
Tuberculosis Tuberculous adenitis
Recent blood transfusion or transplant Cytomegalovirus, HIV
High-risk sexual behavior HIV, syphilis, herpes simplex virus,
cytomegalovirus, hepatitis B infection
Intravenous drug use HIV, endocarditis, hepatitis B infection
B. Occupational
Hunters, trappers Tularemia
Fishermen, fishmongers, Erysipeloid
slaughterhouse workers
C. Travel-related
Arizona, southern California, New Coccidioidomycosis
Mexico, western Texas
Southwestern United States Bubonic plague
Southeastern or central United States Histoplasmosis
Southeast Asia, India, northern Scrub typhus
Australia
Central or west Africa African trypanosomiasis (sleeping sickness)
Central or South America American trypanosomiasis (Chagas' disease)
East Africa, Mediterranean, China, Kala-azar (leishmaniasis)
Latin America
Mexico, Peru, Chile, India, Pakistan, Typhoid fever
Egypt, Indonesia

Tabel 4. Obat-Obatan Penyebab Limfadenopati6

Medications That May Cause Lymphadenopathy


Allopurinol (Zyloprim) Hydralazine (Apresoline)
Atenolol (Tenormin) Penicillin
Captopril (Capozide) Phenytoin (Dilantin)
Carbamazepine (Tegretol) Primidone (Mysoline)
Cephalosporins Pyrimethamine (Daraprim)
Sulfonamides Quinidine
Sulindac (Clinoril)

11
5.1.4 Karakteristik dari Limfadenopati

5.1.4.1 Onset dan Durasi

Berdasarkan durasinya, limfadenopati akut jika pembesaran KGB terjadi kurang dari
2 minggu, sedangkan limfadenopati subakut jika pembesaran KGB berlangsung 2-6 minggu
dan limfadenopati kronis jika pembesaran KGB berlangsung lebih dari 6 minggu.9,15

5.1.4.2 Ukuran
Mendefinisikan ukuran normal tidaknya suatu KGB tidaklah mudah, namun terdapat
aturan praktis sebagai berikut: KGB normal daerah aksila dan daerah servikal mencapai
ukuran 1 cm, di daerah inguinal mencapai ukuran 1,5 cm, dan di lokasi epitrochlear mencapai
hingga 0,5 cm. Seperti disebutkan, batas ukuran KGB berbeda berdasarkan umur dan
umumnya kurang bermakna pada anak-anak dibandingkan pada remaja dan orang dewasa,
mungkin karena dipengaruhi paparan antigen disamping pengaruh pembentukan antibodi
serta imunitas. Namun, dalam suatu studi terhadap 213 orang dewasa dengan unexplained
lymphadenopathy, pasien dengan ukuran KGB lebih kecil dari 1 cm2 (1x1 cm) tidak ada yang
mengalami keganasan, sedangkan keganasan didapatkan pada 8 % dari mereka yang
memiliki ukuran KGB lebih dari 1- 2.25 cm2 (1x1 cm - 1,5x1,5cm) , dan 38 % dari mereka
dengan ukuran KGB lebih dari 2.25 cm2 (1,5x1,5 cm).1,6,9,10

5.1.4.3 Nyeri
Rasa nyeri timbul ketika terjadi pembesaran KGB yang cepat meningkat dalam
ukuran maupun konsistensinya. Nyeri biasanya hasil dari proses peradangan atau supurasi,
tapi nyeri juga mungkin hasil dari pendarahan ke dalam pusat nekrotik nodus yang ganas.
Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat digerakkan.
Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua
sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari
sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses.
Bila limfadenopati disebabkan keganasan, tanda-tanda peradangan tidak ada, kelenjar akan
keras dan tidak dapat digerakkan oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya.1,9,10

5.1.4.4 Konsistensi

Konsistensi atau kualitas KGB yang keras seperti batu mengarahkan kepada
keganasan, padat seperti karet ke arah limfoma, lunak mengarah ke proses infeksi, dan
fluktuasi menunjukkan telah terjadinya abses atau pernanahan. Adanya kelenjar yang lunak,

12
mudah ditekan dan bergerak bebas lebih mengarah ke jinak. Istilah " shotty " mengacu pada
kelenjar kecil seperti gotri di bawah kulit, seperti yang ditemukan dalam kelenjar di servikal
anak-anak dengan penyakit virus.1,6

4.1.4.5 Fiksasi

Sekelompok KGB yang merasa terhubung dan tampaknya bergerak sebagai satu unit
dikatakan membentuk suatu anyaman (terfiksir). Kelenjar tersebut dapat berupa jinak
(misalnya, tuberkulosis, sarkoidosis atau lymphogranuloma venereum) atau ganas (misalnya,
karsinoma metastasis atau limfoma).6

5.1.4.6 Lokasi

Penentuan lokasi pembesaran KGB sangat berguna dalam mengklasifikasikan


sebagai limfadenopati generalisata, di mana dua atau lebih kelompok kelenjar atau situs yang
terlibat, atau limfadenopati lokal pada satu lokasi saja. Limfadenopati lokal lebih umum
ditemukan dalam praktek sehari-hari dibandingkan limfadenopati generalisata, dengan KGB
di daerah leher terlibat paling sering, diikuti oleh kelenjar inguinalis. Limfadenopati lokal
dapat terjadi dari infeksi kelenjar itu sendiri (lymphadenitis) atau dari infeksi di daerah
drainasenya. Jika limfadenopati generalisata, maka dalam pemeriksaan fisik harus fokus pada
mencari tanda-tanda penyakit sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi
membran mukosa, hepatomegali, splenomegali atau arthritis. Splenomegali dan
limfadenopati terjadi secara bersamaan di berbagai kondisi, termasuk infeksi mononucleosis,
leukemia limfositik, limfoma dan sarkoidosis.1,5,10

Tabel 5. Kelompok Kelenjar Getah Bening Berdasarkan Lokasi, Aliran Kelenjar dan
Kemungkinan Diagnosis Bandingnya.9

Location Lymphatic drainage Causes


Submandibular Tongue, submaxillary gland, Infection of head,
lips and mouth, conjunctivae neck,sinuses, ears, eyes,
scalp, pharynx
Sub mental Lowr lip, floor of mouth, tip of Mononucleosis syndromes,
tongue, skin of cheek Epstein-Barr virus,
cytomeglovirus,
toxoplasmosiss
Jugular Tongue, tonsil, pinna, parotid Pharyngitis organisms,
rubella
Posterior cervical Scalp and neck, skin of arm and Tuberculosis, lymphoma,
pectorals, thorax, cervical and head and neck malignancy
axillary nodes

13
Suboccipital Scalp and head Local infection
Postauricular External auditory meatus, pinna, Local infection
scalp
Preauricular Eyelids and conjunctivae, Extrernal auditory canal
temporal region, pinna
Right supraclavicular node Mediastinum, lungs, esophagus Lung, retroperitoneal or
gastrointestinal cancer
Left supraclavicular node Thorax, abdomen via thoracic Lymphoma, thoracic or
duct retroperitoneal cancer,
bacterial or fungal infection
Axillary Arm, thoracic wall, breast Infection, cat-scratch disease,
lymphoma, breast cancer,
silicone implants, brucellosis,
melanoma
Epitrochlear Ulnar aspect of forearm and Infections, lymphoma,
hand sarcoidosis, tularemia,
secondary syphilis
Inguinal Penis, scrotum,vulva, vagina, Infections of the leg or foot,
perineum, glutea region, lower STDs (e.g., herpes simplex
abdominal wall, lower anal virus, gonococcal infection,
canal syphilis, chancroid,
granuloma inguinale,
lymphogranuloma
venereum), lymphoma,
pelvic malignancy, bubonic
plague

a. Limfadenopati pada Kepala dan Leher

Dalam sebuah studi KGB di servikal biasanya teraba hampir 60 % pada pemeriksaan
fisik, meskipun kejadiannya menurun dengan bertambahnya usia. Penyebab paling umum
dari limfadenopati servikal adalah infeksi, yang pada anak-anak biasanya infeksi virus akut
dan self-limeted. Sementara kebanyakan kasus limfadenopati servikal bisa membaik dengan
cepat, dan beberapa penyakit seperti mikobakterium atipikal, toksoplasmosis, cat-scratch
disease, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan sindrom Kawasaki dapat membuat
limfadenopati servikal bertahan sampai berbulan-bulan, dan mungkin sulit dibedakan dengan
neoplasma.5,7

Limfadenopati supraklavikula memiliki risiko tertinggi kearah keganasan, diperkirakan


sebagai 90 % pada pasien yang lebih tua dari 40 tahun dan 25 % pada mereka yang lebih
muda dari usia 40 tahun. Limfadenopati supraklavikula kanan dikaitkan dengan keganasan di
mediastinum, paru-paru atau esofagus. Limfadenopati supraklavikula kiri menerima aliran

14
limfatik dari dada dan perut, dan mungkin menandakan patologi di testis, ovarium, ginjal,
pankreas, prostat, perut atau kantong empedu.5,8

Gambar 3. KGB pada kepala dan leher dan area yang di drainase5

b. Limfadenopati pada Aksila

Limfadenopati persisten jarang ditemukan di KGB daerah aksilaris daripada di daerah


inguinal. Adenokarsinoma mammae sering metastase awalnya ke KGB aksilaris anterior dan
medial, yang mungkin teraba sebelum penemuan tumor primer. Limfoma Hodgkin dan non-
Hodgkin jarang memanifestasikan semata-mata atau awalnya di KGB aksilaris, meskipun hal
ini dapat menjadi daerah pertama kali ditemukan oleh pasien. Limfadenopati antecubital atau
epitrochlear dapat menunjukkan adanya limfoma, atau melanoma dari ekstremitas, yang
pertama bermetastasis ke derah KGB ipsilateral.5,16

15
Gambar 4. KGB pada aksilaris dan epitrochlear dan struktur drainase5

c. Limfadenopati di Inguinal

Limfadenopati inguinal sering terjadi, pada orang dewasa yang sehat biasanya
terdapat pembesaran KGB sampai dengan diameter 1-2 cm, terutama mereka yang sering
tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi adalah etiologi yang paling
seing, dan limfadenopati inguinal jarang merupakan keganasan. Limfoma hodgkin jarang
ditemukan pada daerah inguinal, tidak seperti limfoma non hodgkin. Karsinoma sel skuama
pada penis dan vulva, limfoma, dan melanoma juga dapat terjadi dengan limfadenopati di
daerah ini. Karsinoma testis dapat menyebabkan limfadenopati inguinal apabila melibatkan
jaringan kulit diatasnya. Hal ini juga dijumpai pada 58 persen pasien yang didiagnosis dengan
karsinoma penis atau uretra. Dalam kedua kasus itu tidak ditemukan gejala yang khas.5,16

16
Gambar 5. KGB pada inguinal dan struktur drainase5

5.2 Pemeriksaan Fisik

Ketika Limfadenopati terlokalisasi, klinisi harus memeriksa daerah mana yang


dialirkan oleh KGB untuk bukti adanya infeksi, lesi kulit atau tumor. Pembesaran KGB di
bagian lain juga harus hati-hati diperiksa untuk menyingkirkan kemungkinan limfadenopati
generalisata.9

5.2.1 Pemeriksaan Fisik Umum

Dalam pemeriksaan fisik, pemeriksa memeriksa penderita secara menyeluruh mulai dari
keadaan umum, tanda vital, status antropometrik dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
secara komplet dari kepala sampai kaki.9

1. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda vital : panas, anemia atau tampak toksik (toxic
appearing)
2. Status antropometrik : menggambarkan status gizi dan parameter pertumbuhan
3. Kepala dan leher : Infeksi kulit (dermatitis seboroik, tinea kapitis), konjungtiva pucat
(keganasan, penyakit autoimun), konjungtivitis, orofaring (faringitis, problem gigi,
stomatitis) dan telinga (otiti media akut)
4. Jantung dan paru : ronkhi (pneumonia), konsolidasi ((curiga TB)

17
5. Abdomen : hepatoslenomegali (sistemik proses : Epstein Barr virus, Citomegalovirus,
HIV, penyakit reumatik dan penyakit neoplastik), dan massa abdomen
(neuroblastoma)
6. Ekstremitas : adenopati inguinal dan aksila
7. Kulit : rash, petikie, purpura, ekimosis, lesi oleh karema traumatik, atau curiga
keganasan)

5.2.2 Pemeriksaan Fisik Lokal (Pemeriksaan Limfadenopati)

Dalam pemeriksaan palpasi KGB, yang perlu dipertimbangkan yaitu lokasi, ukuran,
nyeri, konsistensi dan fiksasi. Untuk pemeriksaan KGB leher, pasien duduk atau berdiri
menghadap pemeriksa. Tangan kanan pemeriksa mengeksplorasi sisi kiri leher pasien dan
kemudian tangan kiri dari pemeriksa mengeksplorasi sisi kanan pasien leher. Mulai dari
bagian atas leher dan turun, Semua nodus limfa harus dievaluasi termasuk preauricular,
auricularis posterior, oksipital, servikal superior, servikal posterior, submaxilaris, submental,
dan supraclavicular.9,17

Pemeriksaan KGB di aksilaris dilakukan pada pasien dengan posisi duduk atau
terlentang. Lengan pasien, dipegang oleh salah satu tangan pemeriksa dan harus dilakukan
posisi sedikit tertekuk dan adduksi. Tangan kanan pemeriksa digunakan untuk memeriksa
pasien aksila kiri, dan tangan kiri untuk aksila kanan. Jari-jari pemeriksa harus sedikit
dirapatkan dan dimulai dari puncak aksila. Jari-jari itu dibawa turun perlahan-lahan,
mengarahkan tekanan lembut terhadap dada. Manuver ini harus diulang beberapa kali untuk
memeriksa KGB aksila kelompok lateral, kelompok medial, dan kelompok dada.17

Gambar 6. Teknik palpasi pada KGB aksilaris17

18
Selanjutnya, pasien harus dievaluasi KGB di daerah epitrochlear. Sering kali, node ini
diabaikan, atau kurangnya pengetahuan tentang teknik pemeriksaannya. Pemeriksaan KGB
epitrochlear terbaik dimana siku pasien ditekuk sampai sekitar 90o. Daerah kanan epitrochlear
didekati dengan memasukkan tangan kiri pemeriksa dari belakang siku pasien sementara
pemeriksa tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kanan pasien untuk memegang
lengan. Selanjutnya, pasien harus dievaluasi untuk kemungkinan adanya pembesaran KGB di
epitrochlear.17

Gambar 6. Teknik palpasi pada KGB epitrochlear17

Pemeriksaan lokal yang dilakukan pada KGB didapatkan jika limfadenopati tersebut
lokal, teraba di daerah servikal, inguinal dan aksila dengan ukuran kurang dari 1-2 cm
(tergantung lokasi), mobile, dan eritema, cendrung limfadenopati tersebut tidak perlu
dikhawatirkan. Sebaliknya jika didapatkan limfadenopati yang generalisata, teraba di daerah
occipital, auricular, supraklavikular, epitrochlear atau servikalis posterior, ukuran lebih dari 2
cm, terfiksir dan terdapat gejala konstitutional maka perlu dipikirkan kearah
keganasan.4,9,17(tabel 6)

19
Tabel 6. Gambaran Klinis Untuk Membedakan Limfadenopti Jinak Dengan Ganas4

Feature Malignant Benign


Size >2 cm < 2cm (< 1cm)
Consistency Hard, firm, or rubbery Soft
Duration > 2 weeks < 2 weeks
Mobility Fixed Mobile
Surroundings Attached (invasion) Not Attached
Location Supraclavicular,epthrochlear, or Inguinal, submandibular
generalized
Tenderness Usually non-tender Usually tender

6. Diagnosis Limfadenopati

Diagnosis limfadenopati pada anak, sama seperti diagnosis yang lain membutuhkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Jika temuan ini menunjukkan
penyakit yang jinak atau self-limited, maka pasien harus diyakinkan agar tidak khawatir,
riwayat alami penyakit dijelaskan, dan tindak lanjut yang akan dilakukan. Pemeriksaan
spesifik diindikasikan jika dari anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan penyakit
infeksi autoimun atau yang lebih serius. Jika diduga neoplasma, mungkin akan melibatkan
pemeriksaan laboratorium atau evaluasi radiologis, computed tomography (CT scan),
magnetic resonance imaging (MRI), dan ultrasonografi (USG), yang telah sangat berguna
dalam membedakan dari KGB jinak atau ganas pada pasien dengan kanker kepala dan leher.
Namun, diagnosis pasti hanya diperoleh dari biopsi.1,10

Tugas yang paling sulit bagi dokter adalah ketika terjadi gejala awal dan pemeriksaan
fisik tidak sugestif dari diagnosis, sehingga dapat diupayakan dengan pemeriksaan yang
spesifik. Penggunaan antibiotik atau kortikosteroid jangka pendek umum diberikan pada
pasien dengan limfadenopati yang tidak jelas. Namun, tidak ada bukti untuk mendukung
pemberian antibiotika maupu kortikosteroid ini dan sebaiknya harus dihindari karena dapat
menghambat atau menunda diagnosis.9,10

Langkah pertama dalam mengevaluasi limfadenopati yang tidak jelas adalah meninjau
kembali obat-obatan yang telah diberikan kepada pasien, mengingat penyebab limfadenopati
yang tidak jelas sering disebabkan oleh tinakan tersebut, dan mempertimbangkan kembali

20
faktor risiko untuk kearah keganasan. Jika diagnosis tidak sugestif, dan pasien dianggap
berisiko rendah untuk kearah keganasan, maka limfadenopati regional dapat dengan aman
untuk diamati. Pikiran penyebab yag serius pada limfadenopati generalisata, temukan
petunjuk untuk mencari dengan cermat penyebab autoimun atau infeksi, dan skrining
laboratorium untuk penegakkan diagnosis penyebab limfadenopati sebelum gejala lainnya
ada dapat dibenarkan sebelum pengamatan. Tidak ada konsensus yang sesuai pada periode
observasi untuk limfadenopati yang tidak jelas. Meskipun beberapa upaya membuat sistem
penilaian untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki limfadenopati memerlukan biopsi, itu
tetap merupakan ilmu eksak.10

7. Diagnosis Banding

Berikut ini beberapa diagnosis banding dari limfadenopati baik yang lokal maupun
limgadenopati yang generalisata (tabel 6):1

Tabel 7. Diagnosis Banding Limfadenopati1

I. Nonspecific reactive hyperplasia (polyclonal)

II. Infection
A. Bacterial :
Staphylococcus, streptococcus, anaerobes, tuberculosis, atypical mycobacteria,
bartonella henselae, brucellosis, salmonella typhi, diphtheri, C. Trachomatis
(lymphogranuloma venereum), calymmatobacterium granulomatosis, francisella
tularensis
B. Viral :
Epstein-Barr virus, cytomegalovirus, adenovirus, respiratory syncytial virus,
influenza, coxsackie virus, rubella, rubeola, varicella, HIV, herpes simpleks II
C. Protozoal :
Toxoplasmosis, malaria, trypanosomiasis
D. Pirochetal :
Syphilis, rickettsia typhi (murine typhus)
E. Fungal :
Cocecidiodomycosis (valley fever), histoplamosis, cryptococcus, aspergillosis
F. Postvaccination : Smallpox, live attenuated measles, DPT, Salk Vaccine, typhoid fever

III. Connective tissue disorders


A. Rheumatoid arthritis
B. Systemic lupus erythematosus

IV. Hypersensitivity states


A. Serum sickness
B. Drug reaction (e.g., Dilantin, mepheniytoin, pyrimethamine, phenylbutazone,
allupurinol, isoniazid, antileprosy, and antithyroid medications)

21
V. Lymphoproliferative disorders
A. Angioimmunoblastic lymphadenopathy with dysproteinemia
B. X-linked lymphoproliferative syndrome
C. Lymphomatoid granulomatosis
D. Sinus histiocytosis with massive lymphadenophaty (Rosai-Dorfman disease)
E. Castleman disease (benign giant lymph node hyperplasia, angiofollicular lymph node
hyperplasia
F. Autoimmune lymphoproliferative syndrome (ALPS) (Canale-Smith syndrome)
G. Post-transplant lymphoproliferative disorder (PTLD)

VI. Neoplastic diseases


A. Hodgkin and non-Hodgkin lymphomas
B. Leukemia
C. Metastatic disease from solid tumors : neuroblastoma, nasopharyngeal carcinoma,
Rhabdomyosarcoma, thyroid cancer
D. Histiocytosis
1. Langerhans cell histiocytosis
2. Familial hemophagocytic lymphohistiocytosis
3. Macrophage activation syndrome
4. Malignant histiocytosis

VII. Storage disease


A. Niemann-Pick disease
B. Gaucher disease
C. Cystinosis

VIII. Immunodeficiency states


A. Chronic granulomatous disease
B. Leukocyte adhesion deficiency
C. Primary dysgammaglobulinemia with lymphadenopathy

IX. Miscellaneous causes


A. Kawasaki disease (mucocutaneous lymph node syndrome)
B. Kikuchi-Fujimoto disease
C. Sarcoidosis
D. Beryllium exposure
E. Hyperthyroidism

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah dapat diperlukan pada anak dengan limfadenopati. Adanya


leukostosis dengan dominasi netrofil mungkin menunjukkan adanya infeksi bakteri akut.
Leukositosis yang didominasi limfositik dapat dikaitkan dengan infeksi virus Ebstein-Barr.
Leukositosis dengan adanya blast pada hapusan darah tepi diindikasi terjadinya leukemia.
Leukopenia dengan depresi hemoglobin dan trombosit juga mungkin indikasi adanya

22
keganasan yang melibatkan sumsum tulang. Limfopenia diindikasikan adanya infeksi HIV
atau adanya gangguan immunodefisiensi bawaan. Laju endap darah (LED) dan kadar C-
reaktif protein dapat digunakan sebagai petanda adanya peradangan dan infeksi dan juga
mungkin membantu dalam mengevaluasi pengobatan yang dilakukan. Kadar enzim hati yang
tinggi dapat menunjukkan keterlibatan hati yang disebabkan infeksi sistemik atau proses
infiltratif.1,11

Aspirasi dan kultur KGB membantu dalam mengisolasi organisme penyebab infeksi
dan keputusan antibiotik yang sesuai sebagai penyebab limfadenopati. Aspirasi dengan jarum
halus (fine needle aspiration / FNAB) mungkin menghasilkan diagnosis sitologi pasti atau
awal dan kadang-kadang tidak memerlukan lagi untuk biopsi KGB. Penelitian yang
dilakukan oleh Dasgupta tahun 1994, dilakukan FNAB sitologi pada 188 kasus limfadenopati
servikalis dengan kecurigaan ke arah tuberkulosis. Akurasi diagnostik pada penelitian ini
didapatkan 84.4% untuk tuberkulosis, 84,2% untuk nekrosis kaseosa dan 73,6% untuk sel-
sel epithelioid. Karsinoma metastatik juga menghasilkan akurasi diagnostik yang tinggi dari
98% sehingga menunjukkan pentingnya dilakukan sitologi FNAB.18 Di Italia, Pilotti et al
pada tahun 1993, dilakukan penelitian untuk membandingkan kemampuan sitologi FNAB
pada KGB suprficial yang didiagnosis kearah keganasan dengan eksisi biopsi. Pada penelitian
ini diperoleh akurasi diagnostik FNAB sebesar 99,1%. Ini menunjukkan bahwa FNAB
sitologi dapat dianggap langkah pertama dalam mendiagnostik pembesaran KGB
superficial.18

Sebuah studi di Brazil, nilai diagnostik sitologi FNAB pada limfadenopati


supraklavikular yang teraba menunjukkan hal yang positif, dimana sensitivitasnya mencapai
92.7%, spesifitas 98.5%, nilai prediktif positif 97.3% dan nilai prediktif negatif adalah
94,8%. Studi retrospektif ini dilakukan pada 627 kasus limfadenopati yang di FNAB,
diagnosis berdasarkan sitologikal didapatkan 14.7% kasus meragukan ke arah keganasan,
46% positif kearah keganasan, dan 39,3% negatif kearah keganasan. Antara kasus positif,
79.4% diklasifikasikan sebagai metastasis, 14,2% sebagai limfoma, dan 6,4% tidak bisa
ditentukan.4

Pemeriksaan FNAB sederhana, cepat dan tidak memerlukan anestesi umum. Prosedur
FNAB dapat dilakukan di poliklinik rawat jalan. Kebanyakan pasien yang memiliki diagnosis
jinak pada FNAB tidak memerlukan lebih lanjut evaluasi. Keterbatasan FNAB adalah sering
terjadi kurangnya sampel jaringan yang tepat untuk pemeriksaan khusus termasuk

23
sitogenetik, Flow cytometry, mikroskop elektron dan pengecatan khusus. Selain itu, potensi
risiko adanya keganasan harus selalu dipertimbangkan sebagai hasil dari prosedur FNAB.4,18

Biopsi eksterna (bila suspek tuberkulosa atau infeksi nontuberkulosa mycobacterium)


atau insisi dan drainase dapat diindikasikan pada anak dengan limfadenotis unilateral sedang
atau berat. Beberapa hal yang diindikasikan untuk dilakukan biopsi adalah awal pemeriksaan
fisik dan riwayat klinis menunjukkan keganasan, KGB dengan ukuran lebih besar daripada
2,5 cm, pembesaran KGB menetap atau membesar, pemberian antibiotik yang sesuai gagal
untuk mengecilkan node dalam waktu 2 minggu. (tabel 8)1,11

Penelitian McNeely didapatkan dari 14 limfoma folikular yang secara histologis


sudah konfirmasi melalui FNAB, 4 kasus telah disalahtafsirkan sebagai hiperplasia limfoid
reaktif. Sedangkan pada studi Pilotti et al, terjadi 10 kasus misdiagnosis dari 16 folikular
limfoma setelah dilakukan biopsi. Oleh karena itu, sangat penting bagi dokter untuk
menyadari bahwa hasil FNAB yang negatif tidak selalu menyingkirkan adanya limfoma pada
pasien dengan pembesaran KGB yang tidak jelas (unxeplained lymphadenopathy ).19

Tabel 8. Pertimbangan Dilakukan Biopsi Pada Limfadenopati11

A. Size
- Greater than 2 cm
- Increasing over 2 weeks
- No decrease in size of node after 4 weeks
B. Location
- Supraclavicular lymph node
C. Consistency
- Hard
- Matted
- Rubbery
D. Asscociated Features
- Abnormal chest radiograph suggestive of lymphoma
- Fever
- Weight loss
- Hepatosplenomegaly

Biopsi KGB akan lebih maksimal hasilnya apabila diperhatikan hal-hal berikut : 1.
Biopsi KGB servikal bagian atas dan inguinalis harus dihindari sedangkan biopsi KGB
daerah servikal bawah dan aksilaris lebih mungkin memberikan informasi yang dapat

24
dipercaya. 2. Biopsi dilakukan pada KGB yang paling besar, tidak pada KGB yang paling
mudah didapat. 3. KGB harus diambil utuh dengan kapsulnya, tidak sedikit demi sedikit. 4.
KGB harus dikirim ke ahli patologi dalam media kultur jaringan yang cukup untuk mencegah
jaringan menjadi kering. Jaringan jangan dikenakan cahaya yang berlebihan dan jangan juga
dibungkus dalam kain kasa kering. Sampel yang segar dan beku harus disisihkan untuk studi
tambahan.1,11

Tuberkulosis skin test (TST) dapat diindikasikan untuk menyingkirkan infeksi M.


Tuberkulosis. TST dapat menunjukkan indikasi reaktif pada anak dengan mikobakterium
nontuberculosis tapi tidak sensitif.1

Foto toraks merupakan suatu pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam evaluasi
limfadenopati kronis lokal atau generalisata dan dapat melihat adanya pelebaran mediastinum
karena limfadenopati dari limfoma dan sarcoid. Dua pertiga dari pasien yang memiliki
1,11
Hodgkin limfoma mungkin menunjukkan pelebaran mediastinum pada foto dada. Pada
penelitian Swingler, et al didapatkan dari 46 anak (rata-rata usia 21.5 bulan) dengan
limfadenopati mediastinum yang dicurigai kearah TB paru melalui pemeriksaan CT scan
dengan kontras, pada pemeriksaan foto thorax hanya mampu mendiagnosis adanya
limfadenopati mediastinum sebesar 47,1%. Secara keseluruhan sensitivitas dari foto thorak
mencapai 67% dan spesifitasnya 59%. Deteksi dari mediastinum Limfadenopati melalui
thorak foto untuk mendiagnosa TB paru pada anak-anak harus ditafsirkan dengan hati-hati.
Akurasi diagnostik mungkin ditingkatkan dengan menyempurnakan kriteria radiologis
limfadenopati dan dikonfirmasikan dengan pemeriksaan klinis lainnya.20

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikal. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity,
gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya klasifikasi. USG dapat
dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan
hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98 % dan spesivisitas 95%.1,11

CT scan dapat mendeteksi limfadenopati servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.


Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita
inonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan
dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.1,11

25
9. Pengobatan
Pengobatan limfadenopati didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari
limfadenopati sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain
observasi.

Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi kelenjar getah bening. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan
gejala yang mengarahkan kepada keganasan. Kelenjar getah bening yang menetap atau
bertambah besar walaupun dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang
belum tepat.4

Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan
oleh Staphyilococcus. Aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik
dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam.
Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.1,4
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan
menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.1

10. Algoritma Evaluasi Diagnosis Limfadenopati

Pendekatan diagnostik limfadenopati pada anak bervariasi, mulai dari observasi


sampai pemeriksaan diagnostik yang komprehensif dan tindakan medis yang agresif serta
pembedahan. Hal ini tergantung dari apa yang ditemukan dari anamnesa dan pemeriksaan
fisik, dan bukan hanya dari satu pendekatan saja. Alur diagnostik limfadenopati baik yang
generalisat maupun lokalisata dapat dilihat pada algoritma dibawah ini melalui pendekatan
lokasi dari KGB.9,19

26
10.1 Limfadenopati Generalisata

Gambar 8. Algoritma evaluasi diagnosis limfadenopati generalisata19

10.2 Limfadenopati Lokal

Gambar 9. Algoritma evaluasi diagnosis limfadenopati lokalisata19

27
10.3 Limfadenitis Servikalis

Gambar 10. Algoritma evaluasi diagnosis limfadenitis servikalis1

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Lanzkowsky P. Lymphadenopathy and splenomegaly. In: Manual of pediatric


hematology and oncology. 5th ed. London: Elsevier 2011;461-71.
2. Kliegman RM, Jenson HB, Marcdante KJ, Behrman RE. Lymphadenopathy. In:
Nelson essentials of Pediatrics. 5th ed. Phildelphia: Elsivier 2006;477-81.
3. Reiter A, Ferrando AA. Malignant lymphomas and lymphadenopathies. In: Oncology
of infancy and childhood. Philadelphia: Elsivier 2009; 417-88.
4. Abba AA, Khalil MZ. Clinical approach to lymphadenopathy. Annals of Negerian
Medicine 2012;6:11-7.
5. Bazemore AW, Smucker DR. Lymphadenopathy and malignancy. American Family
Physician 2002;66(11):2103-10.
6. Ferrer R. Lymphadenopathy: differential diagnosis and evaluation. Am Fam
Physician 1998;58(6):1313-20.
7. Aqrabawi HE, Abu-Zeid AF, Dahabreh MM, Amro KM. Cervical lymphadenophaty
in children : a diagnostic approach. Journal of The Royal Medical Services
2011;18(2):32-5.
8. Peters TR, Edwards KM. Cervical lymphadenopathy and adenitis. Pediatric in Review
2000;21(12):399-405.
9. Nugruho S. Lymphadenopathy: Benign or malignant?. Proceedings of the 7th siop
asia pre congress workshop. Yogyakarta: hematology-oncology working group of
indonesian pediatric society in collaboration with the international society of pediatric
oncology asia, 2012:22-33
10. Friedmann AM. Evaluation and management of lymphadenophaty in children.
Pediatric in Review 2008;29(2):53-60.
11. Sahai S. Lymphadenopathy. Pediatric in Review 2013;34(5):216-27.
12. Hill, M. Lymphatic structure and organs. UNSW Embryology 2013:1-15.
13. Willard-Mack, CL. Normal structure, function, and histology of lymph nodes. Toxicol
Pathol 2006;34:409-24.
14. Scanlon VC, Sanders T. Essentials of anatomy and physiology.5th ed. 2007:319-42.
15. Coughlin A. Pediatric cervical lymphadenopathy. Grand rounds presentation, Dept.
Of Otolaryngology 2009:1-14.
16. Karnath BM. Approach to the patient with limphadenopathy. Hospital Physician
2005:29-33.
17. Karpf M. Lymphadenopathy. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW, editors. clinical
methods: the history, physical, and laboratory examinations. 3th ed. Boston:
Butterworths; 1990. Chapter 149.
18. Mahmood Q, Masood AU, Siddique N. Percutaneus FNA biopsy with open lymph
node biopsy. Professional Med J 2007;14(1):21-31.
19. Matsumoto F, Itoh S, Ohba S, Yokoi H, Furukawa M, Ikeda K. Biopsy of cervical
lymph node. J Auris Nasus Larynx 2009;36:71-4.
20. Swingler GH, Tolt G, Andronikou S. Diagnostic accuracy of chest radiography in
detecting mediastinal lymphadenopathy in suspected pulmonary tuberculosis. Arch
Dis Chlid 2005;90:1153-56.

29
21. Sills RH. Practical algorithms in pediatric hematology and oncology. Basel,
(Switzerland): Karger,2003:46-9.

30

Anda mungkin juga menyukai