Anda di halaman 1dari 2

Infiltrasi

Infiltrasi parafin kedalam jaringan dilakukan dengan cara merendam organ testis kedalam campuran
toluol dan parafin dengan perbandingan 1:1 (30 menit), kemudian dilanjutkan dengan parafin murni I, II
dan III masing-masing 45 menit. Langkah berikutnya adalah embedding, yaitu dengan penanaman organ
kedalam parafin cair, diatur sehingga arah pemotongan melintang, kemudian dibiarkan membeku dalam
kulkas dan membentuk blok yang sudah siap disayat dengan mikrotom. Blok parafin yang berisi dengan
potongan testis diletakkan pada holder dengan parafin cair agar melekat erat dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam kulkas. Holder dengan blok parafin kemudian dipasang pada mikrotom dan
selanjutnya disayat setebal 6 µm, sehingga deretan irisan membentuk pita, dari irisan-irisan tersebut
dipilih yang bagus kemudian ditempelkan pada kaca objek yang telah diolesi Mayer’s albumin dan
aquades, dibiarkan di dalam slide warmer selama 24 jam agar penempelan cukup kuat (Harlis)

Fiksasi Jaringan

Fiksatif yang digunakan untuk pengawetan jaringan pada ikan gurami adalah larutan fiksatif bouin’s.
Digunakan fiksatif bouin’s untuk ikan gurami karena memiliki daya penetrasi yang cepat dan merata
tetapi dapat terjadinya sedikit pengerutan. Proses fiksasi dengan larutan bouin’s dilakukan selama 24
jam. Menurut Jusuf (2009) apabila jaringan direndam terlalu lama dapat menyebabkan kerapuhan pada
jaringan sehingga tidak mungkin untuk dipotong dengan mikrotom secara baik Menurut Harlis (2008),
tahap dalam pembuatan preparat histologi yaitu organ testis yang telah diambil kemudian difiksasi
dalam larutan Bouin selama ± 2 hari. Setelah ± 2 hari organ testis dicuci (Washing) dengan alkohol 70% (1
x 60

Dehidrasi Jaringan

Dehidrasi jaringan dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam
jaringan yang telah difiksasi sehingga nantinya dapat diisi dengan parafin atau zat lainnya yang dipakai
untuk membuat blok preparat. Hal ini perlu dilakukan karena air tidak dapat bercampur dengan cairan
parafin atau zat lainnya yang dipakai untuk membuat blok preparat. Penarikan air keluar dari sel/jaringan
dilakukan dengan cara merendam jaringan dalam bahan kimia yang berfungsi sebagai dehidrator
(penarik air) yang secara progresif konsentrasinya meningkat, yakni alkohol (pratiwi dan manan).

Dehidarasi dan Dealkoholisasi.

Dehidrasi bertujuan untuk menarik air keluar dari jaringan dan akan digantikan dengan alcohol. Proses
dehidrasi merupakan serangkaian proses dengan cara memasukan sample ke dalam larutan dehidrasi
secara berseri dari konsentrasi rendah sampai konsentrasi tinggi dengan mengurangi konsentrasi air.
Dehidran yang paling umum digunakan pada mikroteknik dengan metode paraffin adalah alkohol.
Dealkoholisasi adalah menarik sisa alkohol dengan menggunakan clearing agent seperti xilol atau toluol.
Pada Kegiatan dehidrasi dan dealkoholisasi lebih baik dibanding kegiatan awal, pengambilan dan
penggantian larutan dilakukan secara sempurna hanya terbentur masalah waktu saja (sari)

Clearing
Clearing atau penjernihan merupakan prises pengeluaran alkohol dari dalam jaringan dan
menggantikannya dengan suatu larutan yang dapat berikatan dengan parafin. Proses ini sangat penting,
karena apabila pada jaringan masih tersisa alkohol walaupun sedikit, maka parafin tidak akan bisa
menyusup ke dalam suatu jaringan, sehingga jaringan tidak akan sempurna dalam proses blocking,
pemotongan dan pewarnaan. Clearing dilakukan dengan menggunakan larutan penjernih seperti xylol
dan toluol. Pembuatan preparat hewan dengan metode parafin biasanya menggunakan larutan
penjernih toluol (Alwi)

Lilin parafin diperoleh dari destilasi minyak bumi dan bukan merupakan substansi murni tetapi
merupakan kombinasi dari jenis hidrokarbon yang berbeda (Akgun et al. 2007). Lilin parafin dapat dilihat
pada Gambar 2 berikut. Parafin merupakan gabungan dari rantai-rantai lurus alkane CH3-(CH2)-CH3.
Kristalisasi dari rantai CH3 menyebabkan pelepasan panas laten dalam jumlah yang besar. Panas laten
dan titik leleh parafin meningkat dengan penambahan panjang rantai karbon. Parafin memenuhi syarat
sebagai bahan penyimpan panas laten karena ketersediaannya pada rentang suhu yang beragam dan
mempunyai panas laten yang besar. Kelebihan parafin lainnya yaitu aman, mampu diprediksi, tidak
terlalu mahal dan tidak korosif (Sharma et al. 2009). Parafin merupakan bahan yang inert dan stabil
dibawah suhu 500 °C. Di samping itu, parafin mengalami perubahan volume yang kecil ketika mencair
dan mempunyai tekanan uap yang rendah dalam bentuk cair. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, maka
sistem yang menggunakan parafin biasanya mempunyai siklus padat-cair yang sangat panjang (Lubis)

Anda mungkin juga menyukai