Anda di halaman 1dari 201

F.

Contoh-contoh Penyakit :

1. bercak daun disertai dengan hallo 2. Tanaman layu

3. Belang daun 4. Hawar daun

1
5. Kanker leher batang 6, Kanker batang

7. Rebah kecambah ( Damping off )

Rebah kecambah (Damping-off) ->Kematian sangat cepat pada kecambah yang sangat muda di
pesemaian (umumnya akibat serangan jamur tular tanah)

2
8. Sapu setan pada kacang tanah

Sapu setan (Witches’s broom) -> timbulnya banyak tunas tidur pada ketiak sehingga
merupakan ranting-ranting yang rapat seperti sapu

9. Klorosis

Klorosis -> tidak tebentuk/kurang berkembangnya klorofil sehingga daun-daun menjadi kuning
atau terjadi mosaik dengan warna campuran hijau, hijau muda, kuning agak putih (penyakit
penyakit virus)

3
10. Gambar mosaik

Vein banding -> bila pada daun hanya bagian-bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijau
Vein clearing -> bila hanya bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning

11. Busuk buah oleh fungi 12. Puru akar

4
13. Busuk buah disebabkan oleh bakteri

14. anthracnose/Penyakit patek

Causal organism: Colletotrichum capsici


Family: Melaconiaceae
Order: Melanconiales
Class: Coelomycetes
Sub.Division: Deuteromycotina

5
6
7
15. Leaf spot yang disebabkan oleh Alternaria solani

8
16. early blight pada batang daun tomat yang disebabkan oleh Alternaria solani

17. Embun Jelaga (disebabkan Capnodium sp) dan embun tepung (disebabkan oleh Meliola
sp)

Embun jelaga menutupi permukaan atas daun melati. Apabila patogen tersebut membentuk
lapisan merata adalah Capnodium sp., sedang yang membentuk kelompok-kelompok hitam
berbulu adalah Meliola sp.

Capnodium penyebab embun jelaga (Sooty mold)

9
10
18. Meliola sp (penyakit embun tepung/Black mildew)

19. Leaf spot

http://www.google.co.id/search?q=leafspot&hl=id&client=firefox-a&hs=xRk&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=XXqrT4HgCo6srAeVm5mrAg&ved=0
CHgQsAQ&biw=1440&bih=707

11
20. Leaf spot disebabkan oleh Cercospora arachidicola

21. Powdery mildew yang disebabkan oleh Erysiphe polygoni

12
13
Erysipe sp

14
22.Powder mildew disebabkan oleh Oidium lycopersicy

spora

Oidium pada melati

15
23. Rust pada kopi

16
uredospore

uredioniospore

17
24. Karat/rust disebabkan oleh Puccinia graminis

18
19
25. Late blight disebabkan oleh Phytophtora infestans

pada tomat

20
pada kentang

21
26. Akar Bengkak, Akar Gada (Club Root) (Plasmodiophora brassicae Wor.)

22
Nama umum : Plasmodiophora brassicae
Woronin (1877)
Klasifikasi :
- Kingdom : Protozoa
- Filum : Plasmodiophoromycota
- Ordo : Plasmodiophorales
- Famili : Plasmodiophoraceae
Sumber gambar : CABI

mikroskopik Plasmodiophora brassicae

23
27. Mati kecambah/damping off

24
28. Embun tepung yang Disebabkan oleh Plasmopara viticola

25
26
29. Penyakit busuk basah yang disebabkan oleh Choanephora sp

27
30. Penyakit Bulai pada Jagung yang disebabkan oleh Sclerospora maydis

31. Penyakit hangus/smut pada jagung yang disebabkan oleh Ustilago maydis

28
29
A kar

32. Black spot pada mawar disebabkan oleh Diplocarpon rosae

30
33. Kudis/scab pada jeruk disebabkan Oleh Sphaceloma fawcetti

konidia

31
34. Bercak ter/tar spot pada rumput-rumputan yang disebabkan oleh Phyllachora
graminis

32
35. Cacar pada teh (blister blight) yang disebabkan oleh Exobasidium vexans

33
36. Blast pada Padi yang disebabkan oleh Piricularia oryzae

34
35
37. Penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh Erwinia carotovora

36
37
38. Kresek/Bacterial blight disebabkan oleh Xanthomonas oryzae

38
39
39. Penyakit layu pembuluh (Vascular wilt) disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum

40. Penyakit Bercak Daun Pestalotia

40
41. Penyakit Puru yang disebabkan oleh Agrobacterium tumefaciens

41
42
43
42. Penyakit kudis yang disebabkan oleh Streptomyces scabies

44
43. Menguning

a. http://www.usahaumkm.com/2015/05/cara-mengatasi-cabai-kritingdaun.html

Cara mengatasi cabai kriting/daun kuning,PENTING!!!!!


Posted By : Usaha UMKM/UKM thofan pradana Posted on - 02.45 with 2 comments

Tanaman cabai merah keriting di Indonesia merupakan komoditas sayuran penting, untuk komsumsi
rumah tangga dan dipasarkan dalam keadaan segar maupun olahan. Cabai biasanya dimanfaatkan
sebagai bumbu masak, bahan baku berbagai industri makanan, minuman dan obat-obatan.
Masalah utama yang dihadapi petani dalam budidaya tanaman cabe saat ini adalah serangan
penyakit kuning yang menyebabkan pertumbuhan tanaman cabe terhambat. Bagi petani cabai,
ternyata serangan virus ini telah menjadi sesuatu yang menakutkan. Betapa tidak, dalam beberapa
tahun terakhir ini ribuan hektar cabai luluh lantak diterjang virus dengan gejala kuning keriting.

Artikel ini adalah salah satu upaya penyebarluasan informasi kepada petani dan masyarakatan
umum sebagai inovasi teknologi pertanian sesuai dengan Program Badan Litbang Pertanian untuk
membantu mengatasi masalah yang dihadapi petani cabai. Saran dan kritik dari berbagai pihak
untuk kesempurnaan buku ini sangat kami harapkan. Semoga artikel sederhana ini bermanfaat bagi
pengunjung web Usaha UMKM ini.
Cabai (Capsicum sp) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara
komersial di daerah tropis. Kegunaannya sebagian besar untuk konsumsi rumah tangga dan dapat
dipasarkan, baik dalam bentuk segar maupun olahan. Cabai menduduki areal paling luas ditanam
diantara sayuran yang dibudidayakan di Indonesia. Cabai memiliki daya adaptasi yang luas, dapat
ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi dan di berbagai jenis tanah.
Berdasarkan sifat buahnya, terutama bentuk buah, Cabai dapat digolongkan dalam 4 jenis yaitu :
Cabai rawit memiliki buah ukuran kecil, tetapi rasa kepedasan lebih tinggi dan dapat tumbuh baik
tanpa perawatan yang intensif. Cabai merah buahnya rata atau halus, agak gemuk, kulit buah tebal,
kurang daya simpan dan tidak begitu pedas. Cabai merah keriting buahnya bergelombang atau
keriting, ramping, kulit buah tipis, lebih tahan simpan dan rasa pedas. Cabai paprika buahnya
bersegi empat panjang atau bentuk bel. Buahnya dipanen umumnya saat matang hijau.

45
Kebutuhan akan cabai terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Meskipun kebutuhan
terhadap cabai meningkat, tetapi produksinya di Indonesia masih rendah.
Banyak kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi cabai di Indonesia. Kendala yang
paling penting adalah : kurangnya kuantitas benih yang tersedia berkualitas tinggi, menurunnya
tingkat kesuburan tanah oleh karena penanaman cabai dan sayuran lainnya secara terus menerus,
dan kehilangan hasil yang tinggi akibat serangan hama penyakit.
Banyak hama dan penyakit yang mengganggu tanaman cabai, tetapi diantara hama penyakit
tersebut yang paling berbahaya dan sangat merugikan petani pada era 5 tahun terakhir adalah
penyakit yang disebabkan virus yang disebut dengan virus kuning atau virus gemini. Akibat
gangguan penyakit tersebut terjadi kehilangan hasil yang cukup tinggi.
Hingga saat ini belum ditemukan teknologi yang tepat dalam pengendalian penyakit virus tersebut.
Pengendalian yang tersedia adalah di mulai dari pemilihan varietas dan sistem budidaya yang sebut
dengan 13 tindakan yang disajikan dalam artikel ini.

Hama yang sering menyerang tanaman cabai:


Ulat grayak nama latin Spodoptera litura menyerang Daun, buah
Thrips nama latin Thrips parvispinus menyerang Daun, buah
Lalat buah nama latin Dacus dorsalis menyerang Buah
Kutu daun nama latin Myzus persicae menyerang Daun, pucuk
Tungau kuning nama latin Polyhagotarsonemus latus menyerang Daun, pucuk
Ulat buah nama latin Helicoverpa armigera menyerang Buah

Penyakit yang sering menyerang tanaman cabai:


Antraknosa nama latin Colletricum capsici menyerang Buah, daun
C. gloesporiodes menyerang Buah, daun
Virus mozaik nama latin Tobacco mosaid virus menyerang Daun
Cucumber mosaic virus menyerang Daun
Virus kerupuk nama latin Luteo virus menyerang Daun
Virus kuning nama latin Gemini virus meyerang Daun
Bercak daun nama latin Cercospora capsici menyerang Daun
Penyakit layu nama latin Fusarium oxysporium menyerang Akar, batang
Pseudomonas solanacearum menyerang Akar, batang
Sclerotium rolsfii menyerang Akar, batang
Phythopthora capsici menyerang Akar, batang

Serangan penyakit yang disebabkan oleh virus telah membuat heboh dan mengagetkan banyak
orang. Sebut saja SARS, AID dan flu burung (Avian influenza). Bagi petani cabai, ternyata serangan
virus telah menjadi sesuatu yang menakutkan. Betapa tidak, dalam beberapa tahun terakhir ini
ribuan hektar cabai luluh lantak diterjang virus dengan gejala kuning keriting.
Sejak kapan tanaman cabai terserang virus dengan gejala kuning keriting, tidak ada catatan yang
pasti. Namun pada tahun 2003 atau 5 tahun terakhir, virus telah meresahkan dan merugikan petani
di berbagai sentra tanaman cabai di Indonesia.
Gejala Penyakit
Tanaman yang terserang virus kuning memiliki ciri daun menggulung, mengecil dan berwarna
kuning, produksi buah menurun bahkan tidak berbuah, bila serangan sejak tanaman belum
berbunga. Serangan virus pada tanaman cabai menunjukkan gejala bercak kuning di atas
permukaan daun, dan perlahan bercak itu meluas hingga seluruh permukaan daun menguning.
Bentuk daun menjadi kecil dari ukuran normal, melengkung dan kaku. Pada serangan berat,
hamparan cabai bisa berubah menjadi kuning, lalu daun akan rontok.
Penyebab, Penyebar Penyakit, dan Tanaman Inang
Geminivirus merupakan virus tanaman yang banyak menimbulkan kerusakan di daerah tropik dan
sub-tropik. Virus ini diklasifikasikan dalam famili Geminiviridae yang terbagi dalam 4 genus

46
(Mastrevirus, Curtovirus, Topovirus, dan Begomovirus)
sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan
maupun tumbuhan liar atau gulma. Tanaman inang utama kutu kebul sekitar 67 famili yang terdiri
atas 600 spesies tanaman (Asteraceae, Brassicacea, Cucurbitacea, Solanaceae, dll). Beberapa
contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul antara lain tomat, cabai, kentang,
mentimun, terung, kubis, buncis, selada, bunga potong Gerbera, ubi jalar, singkong, kedelai,
tembakau, lada; dan tanaman liar yang paling disukai adalah babadotan (Ageratum conyzoides).
Serangga vektor dan tanaman inang ditularkan oleh wereng hijau (Leafhopper), wereng pohon
(Treehopper), kutu kebul (Whitefly, Bemisia tabaci Genn.) ke tanaman. Vektor virus kuning cabai
adalah “whitefly” atau kutu kebul (Bemisia tabaci)
Telur : bentuk lonjong, agak lengkung seperti pisang, panjangnya kira-kira antara 0,2 - 0,3 mm dan
diletakkan di permukaan bawah daun. Fase telur 7 hari. Nimfa hanya memiliki tungkai selama instar
pertama dan aktif bergerak, sedangkan instar berikutnya menetap pada bagian tanaman dan
tungkainya tereduksi. Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke - 1 berbentuk bulat telur dan pipih,
bertungkai yang berfungsi untuk merangkak . Lama hidup 2 - 6 hari. Pupa berbentuk oval, agak
pipih, berwarna hijau ke putih-putihan sampai kekuning-kuningan. Pupa terdapat pada permukaan
bawah daun. Lama hidup 6 hari
Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena pada bagian
permukaan bawah daun ditutup lapisan lilin yang bertepung. Lama hidup 20 – 38 hari. Daerah
penyebaran kutu kebul diduga berasal dari Asia. Pada tahun 1938 dilaporkan menyerang tanaman
tembakau di Sumatera Utara, dan pada tahun 1994 dilaporkan menyerang tanaman cabai di sentra
produksi di Pulau Jawa.
Pengendalian Saat Ini
Pengendalian penyakit virus ini bukan ditujukan untuk menyembuhkan tanaman yang terinfeksi,
namun lebih mengutamakan pada pengelolaan ekosistem yang dapat mencegah dan mengurangi
terjadinya infeksi virus pada tanaman lainnya.
Secara alamiah begomovirus tidak menular melalui benih tetapi hanya menular dengan bantuan
serangga B. tabaci dari tanaman satu ke tanaman lainnya. Karena itu, pengendalian serangga
vektor (B. tabaci) dan sumber penyakit lainnya merupakan kunci dalam mengendalikan
begomovirus.
Membersihkan tanaman di sekitar lahan dari tanaman atau gulma yang menjadi inang begomovirus
seperti tomat, babadotan (Ageratum conyzoides L.), atau tembakau. Perlu mewaspadai bila
tanaman tomat menunjukkan gejala daun kekuningan atau menggulung, dan babadotan dengan
lurik kekuningan, karena bisa menjadi sumber virus yang akan menyerang tanaman cabai.

• Menanam varietas yang agak tahan (karena tidak ada yang tahan) misalnya cabai keriting
jenis Bukittinggi .
• Menggunakan bibit tanaman yang sehat (tidak mengandung virus) atau bukan berasal dari
daerah terserang .
• Melakukan rotasi / pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan
dari famili solanaceae seperti tomat, cabai, kentang, tembakau, dan famili cucurbitaceae seperti
mentimun). Rotasi tanaman akan lebih berhasil apabila dilakukan paling sedikit dalam satu
hamparan, tidak perorangan, dilakukan serentak tiap satu musim tanam, dan seluas mungkin.
• Pemanfaatan Companion Planting seperti : tagetes atau jagung.
• Pemasangan perangkap kuning untuk memantau sekaligus mengendalikan kutu kebul.
• Melakukan sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan tumbuhan pengganggu/ gulma
berdaun lebar dari jenis babadotan, gulma bunga kancing, dan ciplukan yang dapat menjadi
tanaman inang virus.
• Penggunaan mulsa perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi
infestasi serangga pengisap daun.

47
• Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan
dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber penularan ke tanaman lain yang sehat.
Beberapa jenis tanaman dapat digunakan untuk mengurangi serangan kutu kebul antara lain
tumpang sari antara cabai dengan tagetes. Penanaman jagung atau gandum disekitar tanaman
cabai. Tanaman tinggi yang berwarna kuning (misalnya jagung atau bunga matahari) dapat dipakai
sebagai “border” yang merupakan tanaman “perangkap” (trap crop)
Untuk mendukung keberhasilan usaha pengendalian penyakit virus kuning pada tanaman cabai,
diperlukan peran aktif para petani dalam mengamati / memantau kutu kebul dan pengendaliannya
mulai dari pembibitan sampai di pertanaman agar diketahui lebih dini timbulnya gejala penyakit dan
penyebarannya dapat dicegah.

Terkait tentang penyakit cabai:


cara mengobati cabai kriting, cara mengobati cabai kuning, cara mengobati cabai kering, cara
mengobati cabai dari jamur, cara menanam cabai dengan benar, cara merawat cabai kriting, agar
tidar terserang penyakit kriting pada cabai, mengatasi penyakit kriting pada cabai, penyakit yang
sering menyerang cabai kriting, jamur yang sering menyerang cabai kriting, pengobatan terhadap
cabai kriting, obat alami menangani cabai kriting, obat alami cabai kriting, penyebap cabai kriting,
penyebap daun cabai kuning, macam-macam penyakit yang menyerang cabai, prospek menanam
cabai ditahun ini, prospek menam cabai ditahun 2016, manfaat cabai kriting, rahasia sukses
menanam cabai kriting, cara menanam cabai kriting, jenis cabi kriting

48
http://kusumadarma17.blogspot.co.id/2011/07/blood-disease-bacteria-bdb-pada-
pisang.html
44.Blood Disease Bacteria (BDB) pada Pisang

Gambar 2. Gejala serangan BDB pada daun (kiri) dan buah pisang (kanan)

Pendahuluan

Tanaman pisang merupakan salah satu komoditas prioritas yang ditetapkan oleh pemerintah
untuk dikembangkan. Pisang adalah buah yang paling banyak diproduksi di Indonesia. Saat ini
pisang menempati urutan pertama dalam konsumsi buah nasional. Tingginya tingkat produksi
dan konsumsi menyebabkan pisang menjadi komoditas yang sangat potensial dalam
menunjang ketahanan pangan melalui pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan masyarakat.
Pisang juga potensial sebagai komoditas ekspor, dimana hingga tahun 2001 menempati urutan
pertama dalam ekspor buah nasional.

Pengembangan pisang di Indonesia menghadapi tantangan berupa serangan penyakit darah


yang disebabkan oleh Blood Disease Bacteria (BDB). Sequira (1998) mengemukakan bahwa
dalam pengembangan tanaman pisang, bahaya penyakit layu bakteri diperkirakan lebih besar

49
dibandingkan dengan penyakit pisang lainnya misalnya penyakit layu fusarium yang disebabkan
oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp. cubense atupun penyakit sigatoka yang disebabkan
oleh Mycosphaerella spp. Hal itu disebabkan oleh: (a) semua tanaman pisang yang
dibudidayakan (triploid) saat ini rentan terhadap patogen tersebut, sumber-sumber ketahanan
yang ada pada tanaman pisang tipe liar (diploid) sangat terbatas, (b) tingginya potensi
penularan oleh serangga vektor dan (c) cara pengendalianya relatif mahal serta hanya dapat
diimplementasikan dalam areal kerja sama yang cukup luas.

Serangan penyakit darah pada tanaman pisang semakin tinggi setiap tahunnya. Pada tahun
1991, secara nasional serangan penyakit ini diperkirakan mencapai 36%. Pada tahun 1993,
serangan penyakit darah diperkirakan mencapai lebih dari 2 juta rumpun atau sekitar 64%.
Jumlah tanaman pisang yang terserang BDB di Indonesia pada tahun 2004mencapai
2.116.829 rumpun.

Penyebaran Peyakit Darah di Indonesia

Penyakit darah sudah lama dikenal di Indonesia. Penyakit tersebut pertama kali mewabah
tahun 1910 di Pulau Selayar (Sulawesi Selatan). Beberapa tahun kemudian, penyakit darah
sudah meluas hampir ke seluruh Sulawesi Selatan sehingga sejak tahun 1921 dengan
Lembaran Negara Nomor 532 pemerintah melarang pengangkutan tanaman atau bagian-
bagian tanaman pisang dari Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya ke wilayah lain untuk
mencegah penyebaran penyakit darah.

Sejak diberlakukannya karantina tahun 1921, tidak pernah dilaporkan adanya serangan
penyakit darah pada pisang. Laporan pertama serangan penyakit ini terjadi kembali pada tahun
1987 di daerah Jonggol, Bogor - Jawa Barat. Di daerah Bogor dan sekitarnya, penduduk
setempat menamakan penyakit tersebut dengan nama penyakit ‘muntaber’. Pada tahun yang
sama penyakit darah ternyata telah tersebar ke seluruh pulau Jawa mulai dari Yogyakarta,
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penyakit darah terdeteksi di Lampung pada tahun 1993 dan di
beberapa sentra produksi pisang lainnya di Sumatera. Pada tahun 2001, penyakit darah telah
menyebar ke Pulau Sumbawa, Lombok dan Bali. Pada tahun berikutnya dilaporkan hampir
menyebar ke seluruh wilayah Indonesia meliputi Pulau Kalimantan Barat, Kepulauan Maluku
dan Irian Jaya. Penyakit darah kembali dilaporkan mewabah di Kalimantan dalam lima tahun
terakhir ini. Penyebaran penyakit darah pada pisang di Idonesia dapat dilihat pada Gambar 1.

50
Gambar 1. Penyebaran penyakit darah di Indonesia : Medan – Sumatera Utara, Solok – Sumatera Barat,
dan Lampung (1993); Jawa Tengah (1988); Jawa Timur (1997); Bali (1995); Lombok dan
Sumbawa (1999); Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan (1920); Maluku, Irian
Jaya, dan Kalimantan.

Gejala Serangan

BDB dapat menyebabkan kematian tanaman dan kegagalan panen. Gejala penyakit ini mirip
dengan penyakit lain pada pisang yaitu penyakit Moko di Amerika Tengah dan Selatan dan
penyakit Bugtok atau Tapurok di Filipina yang disebabkan oleh bakteriRalstonia
solanacearum ras 2.

Gejala serangan bervariasi tergantung pada tingkat perkembangan tanaman saat terinfeksi.
Gejala BDB dapat diketahui dari luar dan gejala dalam. Secara umum, penyakit ini
menyebabkan daun menguning yang dimulai dari tepi daun tua. Tangkai daun sering patah dan
menggantung pada pangkalnya. Daun kemudian menjadi nekrosis (Gambar 2).Daun muda
yang baru muncul akan berwarna pucat, nekrotik dan mengering.

Bila batang pisang yang terserang dipotong, pada permukaan bidang potongan keluar lendir
(ooze) bakteri yang berwarna kemerahan menyerupai darah, sehingga penyakit ini disebut
‘penyakit darah’. Pada jaringan pembuluh, terlihat bercak-bercak berwarna coklat
kemerahan (discoloration) yang merupakan gejala khas penyakit ini. Discoloration juga sering
muncul pada bonggol dan anakan.

Bunga jantan bisa menjadi keriput. Buah dari tanaman yang terserang BDB menjadi hitam
pada ujungnya atau matang sebelum waktunya. Namun buah juga sering tidak menunjukkan
gelaja dari luar. Buah tetap berwarna hijau segar, tetapi bila buah dipotong daging buahnya
akan mengeluarkan lendir (ooze) bakteri yang berwarna coklat kemerahan menyerupai darah
seperti gejala pada batang (Gambar 1).

51
Kisaran Inang

Skrining ketahan varietas pisang terhadap BDB telah dilakukan oleh Hanudin dkk di Bogor dan
Sudana dkk di Bali. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hampir semua varietas pisang yang
ada rentan terhadap BDB. Beberapa varietas menunjukkan sifat agak tahan terhadap BDB
(Tabel 1) yang ditunjukkan oleh relatif rendahnya tingkat keparahan penyakit.

Tabel 1. Pengujian tingkat ketahanan varietas pisang terhadap BDB

Varietas rentan Varietas “tahan”


Ambon Lumut, Ambon Jepang, Batu (Klutuk), Bancan, Bunting,
Ambon Putih, Ampyang, Badak, Bojong, Dak Nangka, Kayu, Ketip,
Bangkahulu, Barangan, Emas, Embe, Marga, Kepet, Muli, Papan,
Jambe, Jimbluk, Kepok (Saba), Lilin, Rempeneng, Susu Ketan, Susu,
Nangka, Raja Sere, Seribu, Siman, Plepeden, Telur, Udang
Sogit, Siam, Tanduk

Sejalan dengan penelitian Hanudin dan Sudana, penelitian yang dilakukan oleh
INIBAP,Nasution, Pasberg-Gauhl dan Lehmann-Danzinger menunjukkan bahwa tidak ada
tanaman pisang yang tahan terhadap BDB. Beberapa varietas pisang memiliki respon yang
berbeda terhadap BDB dilihat dari waktu yang diperlukan mulai dari inkubasi sampai muncul
gejala layu pertama dan seluruh daun nekrosis (Tabel 2).

Hasil survei Muharam et al. (1992) menunjukkan bahwa di Jawa Barat, Pisang Ambon Putih
paling rentan terhadap penyakit darah sedangkan di Sulawesi Selatan, Pisang Kepok paling
umum dijumpai terserang. Hasil pengamatan Rustam tahun 2002 di Kabupaten Indragiri Hulu
Riau dan tahun 2003/2004 di beberapa daerah pertanaman pisang di Bogor menunjukkan
bahwa pisang kepok juga paling umum terserang penyebab penyakit darah.

52
Tabel 2.Respon beberapa varietas pisang terhadap BDB

Lamanya waktu (hari) yang


diperlukan mulai dari inkubasi
Type Genom Spesies/cultivar sampai Reaction
muncul gejala seluruh daun
layu pertama nekrosis
M. ornata 9 14 S
M. acuminata var . 10 16 S
Wild bantamensis
(BB) M. balbisiana 8 16 S
Banana M. acuminata var nakii 10 17 S
M. salaciensis 9 16 S
(AB) Ney poovan 10 21 S
(AA) Pisang mas 9 18 S
(AA) Pisang bawang 10 22 S
(AAA) Pisang ambon 10 24 S
(AAA) Gran nain 12 23 S
Dessert
(AAA) Petit nain 11 23 S
(AAA) Valery 11 20 S
Banana
(AAA) Gros michael 12 24 S
(AAA) Pisang susu 13 21 S
(AAA) Pisang langsat 13 22 S
(AAAA) IC2 15 27 S
(AAB) Pisang raja 14 25 S
(AAB) Pisang sutera 14 26 S
(AAB) Laknau 11 24 S
(AAB) Curare 10 24 S
Plantain (ABB) Chato 11 20 S
(ABB) Pisang kepok 10 23 S
(ABB) Pelipita 16 27 S
(BBB) Saba 17 35 S
(ABBB) Klue teparot 16 30 S

Pengujian Baharuddin (1994) terhadap 20 spesies tanaman menunjukkan bahwa BDB memiliki
kisaran inang yang lebih luas. Selain pada pisang, BDB mampu menimbulkan gejala penyakit
pada Heliconia collinsiena, H. revolata, Strelitzia reginae, Canna indica, Solanum
nigrum, dan Asclepias currasiva, tetapi tidak mampu menimbulkan gejala penyakit pada
beberapa tanaman yang merupakan inang utama R. solanacearum, seperti tomat, buncis,
tembakau, cabai, kacang tanah, kentang, dan terung.

53
Cara Penularan dan Penyebaran

Penularan dan penyebaran BDB yang utama diduga terjadi melalui pembungaan dengan
bantuan vektor serangga yang mengunjungi bunga. Hal ini berdasarkan pengamatan di
lapangan yang menunjukkan bahwa tanaman yang sakit sering menunjukkan gejala pada buah
dan batang bagian atas, sedangkan batang bawah dan bonggol tidak menunjukkan gejala
serangan.

Serangga tertarik pada bunga jantan karena keberadaan nektar sebagai makanannya.
Beberapa serangga yang berpotensi untuk menularkan BDB ditampilkan pada Tabel 3. Peran
serangga dalam menularkan BDB masih belum diketahui dengan pasti, apakah sebagai vektor
atau hanya sebagai pembawa (carrier) yang terkontaminasi secara tidak sengaja oleh BDB
pada saat proses makan.

Selain serangga yang menularkan penyakit melalui bunga, terdapat beberapa kompleks OPT
yang diduga juga berperan dalam infeksi BDB. Misalnya adalah nematoda yang “menggerek”
perakaran tanaman (burrowing nematode), penggerek bonggol dan penggerek batang pisang.
OPT ini menyebabkan pelukaan yang menyediakan jalan masuk bagi BDB.

Tabel 3. Serangga yang terdapat pada bunga jantan pisang dan berpotensi sebagai vektor BDB

Diptera : Lepidoptera :

• Cloropidae • Coleophoridae

• Drosophilidae • Hesperidae

• Flatypezidae

• Culicidae Hymenoptera :

• Muscidae • Blattidae

• Antomyiidae • Apidae

• Sarcopangidae

Selain dengan vektor, BDB dapat ditularkan dan disebarkan diantaranya melalui alat-alat
pertanian, tanah yang dihanyutkan air, kontak akar dan bibit yang terinfeksi. Pada saat

54
digunakan untuk pemeliharaan kebun, alat-alat yang terkontaminasi dapat menyebabkan luka
pada tanaman sekaligus menyebarkan dan menularkan penyakit. Penyebaran BDB antar
daerah terjadi melalui benih dan buah pisang yang terinfeksi akibat aktivitas perdagangan.

Strategi Pengendalian

Sampai sekarang belum ada teknik atau metode pengendalian yang menunjukkan hasil yang
nyata terhadap penyakit ini. Pengendalian penyakit yang direkomendasikan dan mungkin dapat
dilakukan untuk pengendalian BDB adalah sebagai berikut :

1. Karantina. Sejak tahun 1921 dengan Lembaran Negara No. 532 pemerintah telah melakukan
tindakan karantina terhadap penyakit darah. Namun demikian penyakit darah tetap menyebar
ke seluruh Indonesia. Implementasi dilapangan harus lebih di perhatikan untuk untuk
mencegah tersebarnya penyakit darah lebih luas terutama keluar Indonesia.

2. Penggunaan bibit yang sehat. Beberapa literatur menyebutkan bahwa bibit yang sehat dapat
diperoleh dari rumpun yang terinfeksi, namun untuk sumber bibit sebaiknya digunakan hanya
rumpun yang benar-benar sehat. Bibit dikembangkan dari pohon induk yang jelas sumbernya
dan diketahui bebas dari BDB. Untuk perbanyakan bibit dengan kultur jaringan sebaiknya
dilakukan pengecekan kesehatan sumber eksplan sebelum diperbanyak.

3. Sanitasi. Sisa-sisa tanaman pisang yang terinfeksi dapat menjadi sumber inokulum yang dapat
membantu penyebaran penyakit. Sanitasi harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak melukai
tanaman yang sehat agar tidak terjadi penularan penyakit melalui peralatan yang
digunakan. Adanya luka pada akar dapat mempermudah terjadinya infeksi. Disinfeksi peralatan
dapat menghindarkan penularan penyakit dari tanaman sakit ke tanaman sehat.

4. Pengendalian vektor. Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pemberaan lahan, rotasi
tanaman, tanaman perangkap, pengendalian hayati (parasitoid dan entomopatogen), maupun
pestisida. Pemberaan lahan dilakukan dengan membongkar sisa-sisa tanaman dan tidak
menanam pisang kembali selama 2 tahun. Selama masa menunggu ini tanah harus bersih dari
gulma yang dapat menjadi tanaman inang.

5. Pengendalian kimia. Penggunaan pestisida kimia tidak secara langsung diarahkan untuk
mengobati penyakit BDB, tetapi untuk pengendalian vektor sehingga mencegah tanaman
terinfeksi. Pengendalian bahan kimia harus dilakukan dengan bijaksana dengan
mempertimbangkan faktor teknis, ekonomis dan ekologis.

6. Penggunaan varietas tahan. Hampir semua varietas pisang yang ada saat ini rentan terhadap
BDB. Saat ini telah diperoleh varietas Pisang Kepok yang terhindar(escape) dari BDB, yaitu

55
Pisang Kepok Unti Sayang. Hal ini karena Pisang Kepok ini tidak menyisakan bunga jantan
(tanpa jantung) setelah pembentukan buah selesai. Pisang yang dikembangkan oleh PKBT
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan telah dilepas oleh Menteri Pertanian
pada tahun 2009.

7. Pembungkusan tandan buah dan pembuangan jantung. Infeksi berawal dari pembungaan yang
diperantarai oleh serangga vektor. Pembungkusan tandan buah dan pembuangan jantung
diharapkan dapat menghindari infeksi patogen karena serangga vektor tidak dapat mencapai
bunga. Teknik ini relatif mudah dilakukan tetapi efektifitasnya masih perlu dikaji terkait dengan
waktu yang tepat saat perlakuan.

8. Praktek budidaya yang baik. Pemupukan dan pemeliharaan yang berimbang akan menjadikan
tanaman tumbuh optimal sehingga dapat menyelesaikan proses pemasakan buahnya jika
sekiranya terinfeksi. Drainase kebun dipelihara agar tetap baik agar pada waktu hujan air tidak
mengalir di permukaan tanah dan menyebarkan bakteri.

9. Pengendalian hayati (biokontrol). Agens hayati yang banyak dikembangkan saat ini adalah
PGPR dan endofit. Meskipun pengujian secara in vitro dan rumah kaca menunjukkan agens
biokontrol dapat menghambat BDB, namun teknik pengendalian hayati ini belum diterapkan di
lapangan. Pengembangan mikroba endofit sebagai agens biokontrol untuk BDB memiliki
potensi lebih baik karena mikroba endofit memiliki tempat hidup (relung ekologi, niche) yang
sama dengan BDB.

10. Induksi ketahanan. Beberapa senyawa kimia dapat digunakan untuk menginduksi ketahanan
tanaman terhadap patogen, misalnya asam salisilat (SA), acetylsalicylic acid (aspirin), asam
jasmonat (JA), benzothiadiazole (BTH), dan dicloroisonicotinic acid (INA). Induksi ketahanan
dapat juga dilakukan dengan mikroba baik mikroba rizosfer maupun mikroba endofit. Penelitian
induksi ketahanan pisang terhadap BDB masih sangat terbatas dan masih pada skala rumah
kaca.

45.Blast

Blast pada padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae. Sebagian besar varietas padi
yang rentan terhadap penyakit dapat hancur oleh serangan blast, mulai dari daun, batang,
leher, malai sampai bulir.

56
Gejala blast yang umum terjadi pada daun biasanya berupa lesi atau luka berbentuk
berlian, dengan pusat abu-abu atau putih, dengan bagian tepi coklat atau coklat
kemerahan.Meskipun begitu, baik bentuk, warna, dan ukuran dapat bervariasi bergantung
pada ketahanan varietas, umur tanaman, dan usia lesi. Blast daun sering menyebabkan
kematian lengkap tanaman terutama tanaman muda.

Gambar : Gejala serangan blast pada daun tanaman padi

Gambar : Gejala serangan blast pada leher padi

http://www.taniorganik.com/tidak-dibutuhkan-pestisida-kimia-untuk-mengatasi-hama-merah-pada-
padi-petani-padi-cubeureum-tasikmalaya/gejala-serangan-blast-pada-leher-padi/

57
46. Hawar Daun/Kresek

Serangan Hawar daun bakteri (HDB), atau Bacterial leaf blight (BLB), atau lazim dipanggil
penyakit “kresek”, disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae. Ini adalah
penyakit bakteri yang sangat destruktif. Tanaman padi menjadi kuning, dengan luka/lesi
bergelombang. Muncul di ujung daun dan tepi daun, bergerak ke bawah melalui pembuluh
dan biasanya dengan cara bergelombang. Dalam kasus yang parah, daun akan menggulung,
abu-abu, dan tanaman mati. Pada tanaman dewasa, malai menjadi kering dan biji tak
berkualitas. Infeksi berat sering terjadi pada kondisi di mana kelembaban dan suhu hangat.

Gambar . Gejala Bacterial Leaf Blight (BLB) pada daun padi.

Gejala spesifik:

1. Pada bibit di persemaian, gejala diawali dengan spot melingkar, bintik-bintik kuning di tepi daun,
kemudian membesar, menyatu dan menyebabkan pengeringan daun.
2. Gejala “kresek” terlihat pada usia 1-2 minggu setelah tanam. Bakteri masuk melalui luka potong di
ujung daun, menjadi sistemik dan menyebabkan kematian tanaman muda keseluruhan.
3. Pada tanaman dewasa, lesi muncul biasanya di tepi daun. Lesi membesar baik panjang maupun
lebarnya, dengan marjin bergelombang dan daun berubah menjadi kuning dalam beberapa hari,
mencakup seluruh daun.
4. Jika penyakit terus berlangsung, lesi menutupi seluruh helaian daun yang dapat berubah putih. Lesi
juga sering terlihat pada selubung daun.
5. Jika ujung potongan daun dicelupkan ke dalam air, cairan bakteri akan membuat keruh air.
6. Bulir yang terkena dampak dapat memiliki bintik-bintik berwarna.

58
Gambar . Serangan Bacterial Leaf Blight (BLB) pada padi

Pada musim hujan, penyakit hawar daun bakteri biasanya berkembang lebih
cepat. Kerugian hasil panen dapat mencapai 60-70%.

Gambar . Serangan hawar daun yang menghancurkan

59
47. Hawar Selubung: Rhizoctonia Solani

Ini adalah penyakit jamur, dapat menyebar secara luas dan muncul di akhir musim. Gejala
pertama muncul pada daun yang lebih rendah di dekat permukaan air. Luka/lesi berwarna
abu-abu kehijauan, lonjong atau elips. Lesi ini memiliki tepi coklat gelap, sedangkan
wilayah tengah keabu-abuan.

Penyakit ini berkembang lebih parah pada kelembaban tinggi dan suhu hangat. Cocok sekali
untuk iklim di Indonesia.

Gejala serupa juga muncul di dedaunan, dan tanaman yang terinfeksi akan menghasilkan
biji yang tak layak.

Gejala Hawar Selubung: Rhizoctonia Solani pada tanaman

60
Rhizoctonia Solani mengganggu pertumuhan

Tanaman yang terserang menghasilkan biji yang berkualitas rendah

61
48. Penyakit Mosaik Komplek pada Tanaman Mentimun
Penyakit mosaik komplek pada tanaman mentimun (Cucumis sativus Linn.)disebabkan
oleh Cucumber Mosaic Virus (CMV).
https://maulzxxx.wordpress.com/2015/02/02/penyakit-mosaik-komplek-pada-tanaman-
mentimun/

Cucumber mosaic virus (CMV) merupakan virus yang termasuk keluarga Bromoviridae yang
merupakan jenis virus tanaman. Genusnya adalah Cucumovirus. Bentuk CMV adalah polihedral
linear positif-sense dengan diameter 28 nm, beruntai tunggal RNA. Ukuran total genomnya yaitu
8,621 kb dan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian terbesar adalah 3,389 kb; terbesar kedua adalah
3,035 kb; terbesar ketiga adalah 2,197 kb. RNA ini dikelilingi oleh lapisan p

Gejala yang ditimbulkan pada tanaman mantimun jika terserang penyakit mosaik komplek adalah
sebagai berikut:

Terjadi klorosis pada daun (daun trotol kuning), belang hijau coklat. Permukaan daun berlekuk lekuk
(bergelombang). Ukuran permukaan daun menjadi lebih kecil. Daun berlepuh hijau gelap (blister).
Daun berbentuk mangkuk atau cawan. Bercak hijau putih pada buah.

Akibat yang ditimbulkan pada tanaman mantimun jika terserang penyakit mosaik komplek adalah
sebagai berikut:

Pertumbuhan terhambat sehingga tanaman terlihat kerdil. Jumlah buah sedikit dan berukuran kecil.
Penurunan kualitas buah.

Cara Identifikasi

Cara identfikasi penyakit mosaik komplek adalah adalah dengan pembuatan inokulum, perbanyakan
isolat virus, dan uji proteksi.

Koleksi Isolat Lapang

62
Isolat Virus mosaik ketimun diperoleh dari lapang sekitar Bogor. Daun tanaman yang terifeksi
diambil dan diinokulasi ke tanaman N.glutinosa. Isolat yang diperoleh diberi nomor dan dikoleksi.

Pembuatan Inokulum

Inokulum yang digunakan dibuat dengan menghancurkan daun tanaman terinfeksi pada bufer fosfat
pH 7.0 dengan perbandingan 1 : 10 (berat (g) /volume (ml)). Cairan peranan tersebut diinokulasikan
secara mekanis ke daun tanaman dengan mengoleskan cairan tersebut dan sebelumnya ditaburi
dengan Carborundum 320 mesh.

Perbanyakan Isolat Virus


Semua isolat diinokulasikan secara seri dengan lesio tunggal ke tanaman C. amaranticolor.
Selanjutnya isolat diperbanyak pede tanaman N. tabacum. Daun tanaman N. tabacum yang
terinfeksi digunakan sebagai sumber virus untuk mempelajari gejala pada tanaman indikator dan
material untuk analisa RNA untai ganda dan satelitnya.
Cara Penularan
Penyakit mosaik komplek pada tanaman mentimun dilakukan oleh serangga yang berperan sebagai
vektor (pembawa). Serangga merupakan kelompok terbesar dari vektor-vektor virus tanaman,
terutama vektor-vektor virus tanaman yang menyebabkan infeksi tanaman yang secara ekonomis
cukup berarti. Kebanyakan serangga vektor virus tanaman adalah bangsa Hemiptera (Heteroptera
dan terutama Homoptera). Serangga ini mempunyai alat mulut penusuk dan pengisap. Jenis
serangga yang dapat menjadi vektor yang sangat efisien, yaitu kutudaun (Aphids) dan wereng daun
(leafhopper), wereng batang (planthopper), wereng pohon (treehopper). Dan jugaBemisia spp.
(whiteflies) Species kumbang (Coleoptera), Thrips spp. dengan alat mulut tipe pemarut dan
pengisap merupakan vector virus. Disamping serangga, kelompok Acarina (tungau) dari dua famili
yaitu Tetranichydae dan Eryophyidae juga dapat menjadi vektor virus.
Cara Pengendalian
Penghilangan Sumber Inokulum

Penggunaan benih atau bibit tanaman bebas virus merupakan salah satu cara yang efektif untuk
menghindarkan terjadinya epidemi penyakit virus. Usaha menghilangkan sumber infeksi dapat
dilakukan dengan: Menghilangkan gulma dan tanaman inang lainnya (Tanaman sisa dari musim
sebelumnya merupakan sumber infeksi yang potensial untuk tanaman baru, sehingga perlu
dimusnahkan (eradikasi).

Menghindari Sumber Infeksi

Menghindari sumber infeksi merupakan salah satu cara untuk mengurangi terjadinya epidemi
penyakit. Beberapa tindakanyang dapat dilakukan untuk menghindari sumber infeksi adalah sebagai
berikut: Melakukan pergiliran tanaman, Menanam pada areal yang terisolasi, penggunaan benih dan
bibit yang bebas virus yang berarti meniadakan sumber infeksisehingga bisa menunda terjadinya
epidemi penyakit virus di lapangan, menghindari vektor, khusus untuk kebun pembibitan, pemilihan
lokasi yang bebas vektor virus merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan benih yang bebas
virus.

Penggunaan Varietas Tahan


Pengendalian Vektor

Aplikasi insektisida lebih efektif digunakan untuk mengendalikan vektor virus yang mempunyai sifat
persisten dibanding yang nonpersisten. Pengendalian secara nonkimiawi dapat dilakukan dengan
cara: penggunaan tanaman pembatas (barrier crop), mulsa berefleksi, dan menggunakan minyak
mineral.

63
Pengendalian Dengan Proteksi Silang
Pengendalian Dengan Tanaman Transgenik

Terdapat dua tipe ketahanan tanaman transgenik terhadap virus yaitu 1) ketahanan yang khas
terhadap virus asal gen dan 2) ketahanan spektrum luas yaitu mempunyai sifat ketahanan terhadap
virus lainnya. Akan tetapi penggunaan tanaman transgenik dalam usaha tani tembakau terutama
tembakau cerutu mendapat penolakan dari pasar sehingga belum dapat dilakukan.

49.Penyakit Kuning/Virus Kuning Pada Tanaman Cabai


http://8villages.com/full/petani/article/id/54a21700401d927b248ef05d

Salah satu penyakit penting pada tanaman cabai adalah penyakit kuning yang disebabkan oleh virus
Gemini.

Gejalanya berupa helai daun yang mengalami perubahan warna dengan bagian tulang daun
memutih (vein clearing), lalu gejala akan berkembang menjadi warna kuning, bagian tulang daun
menebal, dan daun mengeriting ke arah atas.

Infeksi lebih lanjut menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang. Jika tanaman
terserang pada umur muda, biasanya tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah.

Penyakit yang disebabkan oleh virus memang relatif sulit dikendalikan dan hingga saat ini belum
ada pestisida yang dapat mematikan virus, sehingga tindakan yang paling tepat adalah upaya
pencegahan.

Penyakit kuning dapat ditularkan oleh serangga kutukebul (Bemisia tabaci) sehingga serangga
penularnya juga harus dikendalikan.

Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit kuning antara lain:

1. Penanaman varietas yang agak tahan (karena belum ada yang benar-benar tahan terhadap
serangan virus kuning)
2. Pemberian pupuk organik (pupuk kandang/kompos)
3. Penggunaan bibit yang sehat dan tidak berasal dari daerah yang pernah terserang penyakit
kuning

64
4. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang virus. Disarankan setelah menanam
cabai tidak menanam tanaman dari famili Solanaceae (tomat, kentang, terung, tembakau),
dan Cucurbitaceae (mentimun). Pergiliran tanaman diusahakan dilakukan secara serempak
dalam satu musim tanam
5. Menanam tanaman pembatas, misalnya jagung, untuk mencegah masuknya serangga
penular virus
6. Melakukan sanitasi di sekitar pertanaman, terutama mengendalikan tumbuhan pengganggu
(gulma) dari jenis babadotan, bunga kancing, dan ciplukan yang bisa menjadi tanaman inang
bagi virus
7. Menggunakan sistem tanam tumpang sari, misalnya cabai dengan kubis, untuk menekan
populasi kutukebul
8. Menggunakan mulsa, misalnya mulsa jerami atau mulsa plastik perak
9. Memanfaatkan musuh alami untuk mengendalikan serangga penular virus, misalnya
kumbang Menochilus sexmaculatus
10. Mencabut dan memusnahkan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber penularan ke
tanaman lain yang masih sehat
11. Sebagai langkah terakhir, penggunaan pestisida sesuai anjuran untuk mengendalikan
serangga penular virus

Agar usaha pengendalian berhasil diperlukan peran aktif petani untuk selalu mengamati/memantau
kondisi pertanamannya sejak di pembibitan sehingga gejala penyakit dapat diketahui sejak awal dan
penyebarannya pun dapat dicegah sejak awal.

50. Alternaria cucumerina (Alternaria Leaf Spot)

Di susun oleh :

AGUS SETION

65
BADAN KARANTINA PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

2012

1. Alternaria cucumerina

2. Alternaria Leaf Spot

3. Klasifikasi Patogen

Taksonomi

Kingdom: Fungi
Phylum: Ascomycota
Class: Dothideomycetes
Order: Pleosporales
Family: Pleosporaceae
Genus: Alternaria
Species: Alternaria cucumerina

4. Gejala Serangan (Damage Symptoms)

Penyakit bercak daun Alternaria cucurbits disebabkan oleh jamur Alternaria cucumerina.Melon dan
semangka sangat rentan oleh cendawan ini terutama di daerah Florida.Inang lainnya yang rentan

66
adalah labu, mentimun, ketimun acar, balsam apel dan dan tanaman cucurbits lainnya tetpi dengan
gejala yang berbeda-beda sesuai tingkattoleransinya, mungkin dengan varietasperbedaan dalam
jenis tanaman.

Alternaria cucumerina mempunyai kekhususan dalam menyerang spesies tanaman inangnya.


Tanaman dapat memberikan respon (gejala) yang berbeda-beda di setiap tahap pertumbuhan.
Tanaman yang terserang maka vigor dan kandungangula buah akan berkurang. Matinya bibit muda
atau pertumbuhanya yang terhambat. Pada tanaman yang tua biasanya mulai layu pada tengah hari
selama beberapa hari, kemudian secara permanen layu dan mati. Jika kita buka jaringan tumbuhan
tersebut maka kelihatan ikatan pembuluh berubah warna menjadi kuning atau coklat.
-->

Bercak daun Alternaria cucurbits biasanyamuncul pada daun tua pertama dan kemudianmenyebar
ke daun baru menuju ujung pokokbuah. Bercak daun berwarna mula dari kuningpucat atau bintik-
bintik cokelat,dengan diameter 1/50 sampai 1/16 inci (0,5 sampai 1,5mm) pada
permukaan daun bagian atasdaun. Bercak daun yang masih kecil dikelilingioleh halo yang
berwarna hijau atau kuning.Pada tahap awal bercak ini dikelilingi olehjaringan yang seperti
berminyak (basah) karena adanya respon dari dinding selterhadap cendawan. Kemudian diameter
bercak akan membesar/meluas 3/8 sampai 3 /4 inch (1 sampai 2 cm). Bercak yang
tua agakmelingkar tidak teratur dan berwarna cokelat-hitam. Bercak tua tidak memiliki-
konsentrisrings.Pada bagian tengah bercak yang gelapatau bagian dalam mengandung
spora yangyang berukuran panjang 1/115 hingga 1/195 inci dan spora-spora tersebut
bisa tersebarterutama oleh angin. Bagian tengah bercakmenjadi rapuh atau melepuh dan
mudahrobek yang berwarna gelap. Jika bercak daunAlternaria menjadi
parah, maka daun keriting,defoliasi ( daun mengecil), pematanganprematur, hasil lebih rendah,
lebih rendah gula dan buah buah cacat (terutama padamentimun)dan kulit buah seperti terbakar.

Buah yang terinfeksi jarang ditemukan tetapibisa terjadi jika perkembangan bercak
daunAlternaria sudah parah, terutama padatanaman melon yang paling rentan. Bercak daun
alternaria pada tanaman melon bisa mencapai 1 inci (2,5cm) atau sedikit lebih
besar yang berwarna hijau-hitam warna khas dari tahap busuk buah di lapangan. Kemudianpenyakit
ini bisa juga berkembang selama di tempat penyimpanan atau transit, di tempat inibercak pada
buah bisa sampai 2 inci (5 cm) atau lebih. Serangan penyakit ini di tempat penyimpanan bisa terjadi
pada pembusukanbuah, jika daerah buah yang membusuk jaringan buah menjadi lembab
dan kenyal.Beberapa penyebab penyakit busuk buahbiasa dikaitkan ke A. cucumerina dapat dapat
juga disebabkan oleh lain spesies yaitu tenuisA.. Cladosporium yang memiliki gejala mirip
dengan busuk buah Alternaria

-->

4. Biologi Patogen Alternaria cucumerina

bercak daun Alternaria dapat terjadi padadaun sebagai lesio, daun busuk, batangberlendir, embun
tepung, dan biasanya bercakdaun Cercospora dapat terjadi bersamaan dengan bercak
daun Alternaria, tetapipenyakit ini biasanya dapat dibedakan daribercak daun Alternaria dengan

67
bentuk bercaknya. Pada tanaman melon,bercakmuda Alternaria dapat
menyerupai lesion danembun tepung.

Patogen dapat bertahan dalam tanah selama bertahun-tahun. Penyakit ini dapat berpindah dari
tempat satu ke tempat lainnya dari tanah yang mengandung propagul cendawan dan terbawa pada
mesin pertanian, sisa-sisa tanaman yang terinfeksi, dan air irigasi. Suhu dan kelembapan tanah yang
tinggi mendukung perkembangan penyakit.

Penyakit ini bisa terbawa bibit dan telah dilaporkan tetapi dianggap masih rendah frekuensinya dan
resikonya pada saat ini di Florida, tapi mungkin menjadi masalah pada saat transplantasi bibit ke
lahan pertanian.

Alternaria cucumerina dapat bertahan hidup di dalam sisa-sisa tanaman, gulma yang memiliki
kerabat dekat dengan cucurbit(balsam apel), tanaman cucurbits lainya dan biji. Sisa-sisa daun yang
terinfeksi pada permukaan tanah atau terkubur 6 sampai 9 inci (15 sampai 23 cm) dalam tanah
masihmampu beregenerasi spora sampai waktusetidaknya 8 1/2 bulan. Namun, sisa-sisadaun yang
terinfeksi pada permukaan tanah akan menjadi sumber spora yang bias juga terbawa oleh angin ke
tempat lain. Dimana tanaman yang ditanam secara berurutan untuk mencapai panen yang
berurutan, pada bagian daun tua yang terinfeksi dan tertiup angin berfungsi sebagai sumber
spora ke tanaman yang masih muda.

5. Identifikasi

Hawar Alternaria, disebabkan oleh jamur Alternariacucumerina, adalah


penyakit umum cucurbits palingpenting khususnya pada musim hujan. Sebuah penyakitlabu serupa
yang disebut Alternaria spot, disebabkan oleh jamur terkait
(Alternaria alternata),tetapi tidakdiketahui terjadi di Dataran
Tinggi. Penyakit hawarAlternaria mempunyai siklus penyakit dimulai ketikamiselium tidur di
dalam sisa tanaman yang mengandungkonidia, yang disebarkan oleh angin dan percikan air dan bisa
menginfeksi tanaman baru yang rentan. Sporaberkecambah jika kelembaban mendukung,
hifamenembus melalui lubang alami atau luka. Penyakityang paling parah
selama waktu daun basah (8 sampai 24 jam) dengan suhu sedang sampai hangat (54-86 º F).Curah
hujan tinggi, terutama saat cuaca hangat, sangatmenguntungkan bagi perkembangan patogen dan
penyakit. Patogen bertahan antara tanaman rentan dalam dalam sisa tanaman sampai dua tahun.

Identifikasi morpologi dapat dilakukan dengan menumbuhkan pathogen dari daun atau bagian
tanaman yang bergejala pada kertas bloter. Dan juga dapat melakukan tes PCR atau Elisa pada biji
atau tanaman yang diduga terinfeksi oleh cendawan ini.

6. Pengendalian

Pengendalian yang efektif menggunakanpemantauan yang tepat sesuai urutan langkah-


langkahnya, yang semuanya dirancang untuk mengurangi intensitas bercak
daun pada awal pertanaman dan dengan demikian memperlambat epidemi penyakit.

68
Perlakukan benih dengan fungisida spektrum luas atau menggunakan benih yang berasal dari
daerah yang bebasi akan mengurangiinokulum berasal dari biji.

Teknik selanjutnya memusnahkan tanaman tanaman yang memiliki kerabat dekat dengan
cucurbits dan gulma yang mampu menyimpanspora penyakit ini.

Penambahan Kapur dan menyuburkan tanahsehingga tanaman tidak dalam stres. Tanaman
yang Stres karena kurangnyanutrisi
atau ketidakseimbangan nutrisi akanlebih rentan. Juga dedaunan yang tidak sehat
pertumbuhannya dapat mengakibatkan buahtidak sempurna, pada gilirannya, lebih rentan
terhadap busuk buah Alternaria.

Melakukan rotasi tanaman dimana tanamancucurbits tidak ditanam di tanah yang


samadan berurutan pada tahun yang sama.Praktek ini akan mengurangi penyakit
lainnyadan juga nematoda .

menaman tanaman musim semi secara lebihawal untuk meminimalkan factor pendukung
lingkungan terhadap penyakit.

Membajak sisa tanaman di bawah permukaan tanah segera setelah panen mungkin untuk
mengurangi tersedia spora untuk musim depan. Praktek pengolahan tanah akan memberikan
kontribusi yang signifikan untuk pengendalian penyakit

7. Daftar Pustaka

Lowell L. Black, Vegetable Diseases: A Practical Guide., AVRDC. Last updated: 2001.

"http://wiki.bugwood.org/HPIPM:Alternaria_Blight"

Tom Kucharek, Professor, Alternaria Leaf Spot of Cucurbits

Plant Pathology Department, Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida. 1985;
Revised. January 2000

Diposkan oleh Iffat Khalid di 20.26

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
69
http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/opt-penyebab-buah-burik-kusam-pada-buah-jeruk/

OPT Penyebab Buah Burik Kusam pada Buah Jeruk

Juni 5, 2009 admin Embun Tepung, hama jeruk, Kudis (Scab), Kutu Sisik, Powdery mildew

Kutu Sisik

Kutu menyerang daun, ranting dan buah, menyukai tempat-tempat yang terlindung, seperti di
bagian bawah permukaan daun di sepanjang tulang daun. Kutu Sisik mengeluarkan toksin saat
menusuk pada tanaman. Daun yang terserang akan berwarna kuning, terdapat bercak-bercak
klorotis dan seringkali membuat daun menjadi gugur. Serangan berat akan mengakibatkan ranting
dan cabang menjadi kering serta terjadi retakan-retakan pada kulit. Jika serangan terjadi di
sekeliling pangkal buah, akan menyebabkan buah gugur. Akibat serangan pada buah dapat
menurunkan kualitas, karena kotor dan bila dibersihkan meninggalkan bercak-bercak hijau atau
kuning pada kulit buah.

Embun Tepung (Powdery mildew)

Patogen : Oidium tingitanium Carter.

Penyebarannya di semua pertanaman jeruk di Indonesia, terutama pada musim kemarau yang
lembab. Gejala ditunjukkan dengan adanya tanda lapisan tepung putih pada bagian atas daun, yang
dapat menyebabkan daun malformasi (mengering akan tetapi tidak gugur). Lapisan tepung putih ini
adalah masa konidia jamur. Fase kritis serangan adalah periode pertunasan dan daun muda yang
sedang tumbuh, buah muda yang terserang mudah gugur.

Kudis (Scab)

Patogen : Spaceloma fawcetti jenkins.

Agroklimat yang menyebabkan tanaman inang rentan terjadi penyakit kudis adalah dataran tinggi
basah dan dataran rendah basah. Gejala terlihat dengan adanya bercak kecil jernih pada daun dan
helaian daun, kemudian berkembang menjadi semacam gabus berwarna kuning/coklat. Infeksi
hanya terbatas pada salah satu permukaan daun saja. Ukuran bercak lebih besar daripada kanker
jeruk. Serangan parah menyebabkan pertumbuhan kerdil dan deformasi titik tumbuh. Masa kritis
dimulai saat fruitset sampai buah pentil.

Embun Jelaga (Sooty mold)

Patogen : Jamur Capnodium citri

Terdapat pada setiap tanaman jeruk terutama bila dijumpai adanya kutu daun aphididae yang
mengeluarkan embun madu. Daun, ranting dan buah terserang dilapisi oleh lapisan berwarna
hitam. Pada musim kering lapisan ini dapat dikelupas dengan menggunakan tangan dan mudah
tersebar oleh angin. Buah yang tertutup lapisan hitam ini biasanya ukurannya lebih kecil dan

70
terlambat matang (masak). Penetrasi terutama terjadi pada permukaan kulit, hanya 10% penetrasi
yang terjadi pada lapisan epidermis yang tidak dapat dibersihkan sehingga menjadi burik kusam.

Kanker Jeruk (Citrus cancer)

Patogen : Xanthomonas axonopodis pv. Citri

Tersebar diseluruh Indonesia, jeruk nipis (C. aurantifolia) dan pamelo (C. maxima Merr.) yang
tumbuh pada suhu 20-35°C sangat peka terhadap penyakit ini. Infeksi terjadi melalui stomata,
lentisel dan luka. Gejala awal berupa bercak putih pada sisi bawah daun yang selanjutnya warna
hijau gelap, kadang-kadang berwarna kuning di sepanjang tepinya. Pada buah ditandai dengan
gejala terbentuk gabus warna coklat tetapi bagian tepi tidak berwarna kuning.
(gambar: http://www.apsnet.org/)

71
72
73
Read more http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/opt-penyebab-buah-burik-kusam-pada-buah-jeruk/

http://kliniktanaman.blogspot.co.id/2008/04/penyakit-penting-tanaman-sayuran.html

Penyakit Penting Tanaman Sayuran

I. Penyakit-Penyakit Bawang

1. Bercak Ungu [Alternaria pori (Ell.)Cif]

Gejala

Terjadi becak kecil berwarna putih sampai kelabu dan melekuk. Jika membesar becak tampak
bercincin dan warna agak keunguan.

Tepinya agak keunguan dan dikelilingi oleh zone berwarna kuning, yang meluas agak jauh ke atas
dan ke bawah becak.

Pada cuaca lembab permukaan becak tertutup konidiofor dan konidium jamur yang berwarna
hitam.

74
Ujung daun yang sakit mengering.

Becak banyak terdapat pada daun tua.

Penyebab Penyakit : Alternaria porri (Ell.)Cif

Dulu sering disebut Macrosporium porri Ell.

Daur Hidup

Patogen bertahan dari musim ke musim pada sisa-sisa tanaman dan sebagai konidium.

Jamur membentuk kondium pada malam hari.

Infeksi terjadi melalui mulut kulit dan luka.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

Tanaman yang sehat kurang mendapat gangguan.

Pengendalian :

Menanam bawang di lahan berdrainase baik.

Pergiliran tanaman (rotasi)

Penyemprotan fungisida tembaga, ferbam, zineb dan nabam yang ditambah sulfat seng.

2. Bercak Daun Cercospora (Cercospora duddiae Welles.)

75
Gejala

Mula-mula terjadi becak klorosis, bulat, berwarna kuning, berdiameter 3-5 mm.

Becak paling banyak terdapat pada ujung sebelah luar daun.

Becak-becak sering berkumpul pada ujung daun, yang pada sebelah pangkalnya terdapat banyak
becak yang terpisah, sehingga daun tampak belang.

Ujung daun mengering dan menjadi coklat kelabu.

Becak-becak yang terpisah mempunyai pusat berwarna coklat yang terdiri dair jaringan mati.

Pada waktu lembab di bagian daun yang mati terdapat bintik-bintik yang terdiri dari berkas
konidiofor dengan konidium jamur.

Kadang-kadang bintik-bintik ini juga terjadi pada jaringan yang klorosis.

Penyebab Penyakit : Cercospora duddiae Welles.

Mempunyai konidium lurus atau agak bengkok, pangkalnya tumpul, meruncing ke ujung, hialin,
mempunyai banyak sekat, berukuran 48-99 x 6-8 µm.

Konidiofor berwarna gelap, bersekat, berukuran 47-168 x 5-9 µm.

Pengendalian :

Menanam bawang di lahan berdrainase baik.

Pergiliran tanaman (rotasi)

Penyemprotan fungisida tembaga, ferbam, zineb dan nabam yang ditambah sulfat seng.

3. Busuk daun (Perenospora destructor (Berk.)Casp.)

Busuk daun (downy mildew), sering disebut “embun bulu” atau “embun tepung” atau “penyakit
tepung palsu”

Gejala

Kira-kira pada saat tanaman membentuk umbi lapis.

Di dekat ujung daun timbul becak hijau pucat

Pada waktu cuaca lembab pada permukaan daun berkembang kapang yang berwarna putih
lembayung atau ungu.

76
Daun segera menguning, layu dan mengering.

Daun yang mati berwarna putih diliputi oleh kapang hitam.

Penyebab Penyakit : Perenospora destructor (Berk.)Casp.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

Penyakit terutama berkembang pada musim hujan bila udara sangat lembab dan suhu malam hari
rendah.

Pengendalian :

Pemakaian benih yang sehat

Jika penyakit banyak, setelah panen daun-daun dibakar. Tanah diberakan selama 3 tahun

Penyemprotan fungsida

II. Penyakit-Penyakit Tanaman Solanaceae (Cabai, Terung dan Tomat)

A. Penyakit-Penyakit Cabai dan Terung

1. Becak Daun Cabai (Cercospora capsici Heals et Wolf.)

Gejala

Pada daun terdapat becak-becak bulat, kecil, kebasah-basahan. Bercak meluas hingga Ø 0,5 cm atau
lebih, pusatnya berwarna pucat sampai putih dengan tepi yang lebih tua warnanya.

77
Becak-becak yang tua berlubang.

Pada paprika tampak bahwa becak mempunyai jalur-jalur sepusat, yang tampak lebih jelas dilihat
dari permukaan atas daun.

Apabila terdapat banyak becak, daun cepat menguning dan gugur, atau langsung gugur tanpa
menguning lebih dulu.

Penyebab Penyakit : Cercospora capsici Heald et Wolf.

Konodium berbentuk gada panjang, bersekat 3-12, dengan ukuran 60-200 x 3-5 µm.

Konidiofor pendek, bersekat 1-3.

Daur Hidup

C. capsici terbawa biji dan mungkin bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

Kurang terdapat pada musim kemarau dan di lahan yang berdrainase baik.

Penyakit dapat timbul di persemaian, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua.

Penyakit dibantu oleh cuaca yang panas dan lembab.

Pengendalian :

Penyemprotan fungisida tembaga, benlate (benomyl) dan topsin.

2. Antraknosa Cabai (Gloeosporium piperatum Ell. Et Ev dan Colletotrichum capsici (Syd.)Butl. Et


Bisby

Gejala

78
Gloeosporium piperatum

Dapat menyerang buah yang masih hijau dan menyebabkan mati ujung (die back)

Mula-mula berupa bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih
hijau atau yang sudah masak.

Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi
semakin gelap.

Dalam cuaca lembab jamur membentuk badan buah dalam lingkaran-lingkaran sepusat, yang
membentuk masa spora (konidium) berwarna merah jambu.

Penyakit masih berkembang terus pada waktu buah cabai disimpan atau diangkut.

Colletotrichum capsici

Mula-mula membentuk becak coklat kehitaman, yang meluas menjadi busuk lunak.

Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan
konidium jamur.

Serangan berat menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut (keriput).

Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami.

Jika cuaca kering jamur hanya membentuk becak kecil yang tidak meluas. Tetapi kelak setelah buah
dipetik, karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan
berkembang dengan cepat.

79
Penyebab Penyakit :

Gloeosporium piperatum Ell. Et Ev.

Aservulus dalam sel-sel epidermal atau subepidermal terbuka, bulat atau panjang, berwarna kuning
jingga atau merah jambu.

Konidium bersel satu, 15,5-18,6 x 5,4-6,2 µm, hialin, berbentuk batang dengan ujung membulat.

Colletotrichum capsici (Syd.)Butl. Et Bisb.

Mempunyai banyak aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tenganya
samapi 100 µm, hitam dengan banyak seta.

Seta coklat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas, 75-100 x 2-6,2 µm.

Konidium hialin, berbentuk tabung (selindris), 18,6-25,0 x 3,5-5,3 µm, ujung-ujungnya tumpul, atau
bengkok seperti sabit.

Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium biakan.

Daur Hidup

Bertahan pada biji yang sakit.

Bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin.

C. capsici hanya terjadi melalui luka-luka.

Faktor2Yang Mempengaruhi

Kurang terdapat pada musim kemarau, di lahan yang mempunyai drainase baik dan gulmanya
terkendali dengan baik.

Perkembangan jamur ini paling baik pada suhu 20oC, sedangkan sporulasi G. piperatum pada suhu
23oC dan C. capsici pada suhu 30oC.

Buah yang mudah cenderung lebih rentan daripada yang setengah masak.

Pengendalian :

Tidak menanam biji yang terinfeksi ---- Biji terinfeksi diobat dengan thiram 0,2%.

Funfisida, antara lain Antracol, velimek, Dithane M-45, dan lain-lain.

3. Busuk Buah (Phytophthora sp.)

80
Gejala

Pada buah cabai mula-mula becak kecil kebasah-basahan, berwarna hijau suram, yang meluas
dengan cepat sehingga meliputi seluruh buah.

Buah mengering dengan cepat dan menjadi mummi.

Biji terserang, menjadi coklat dan keriput.

Penyebab Penyakit Phytophthoracapsici


: Leonian

Sporangiofor bialin, bercabang tidak menentu, bentuknya mirip dengan hifa biasa.

Bentuk dan ukuran sporangium sangat bervariasi, bulat sampai jorong memanjang, hialin, dengan
1-3 buah papil yang menonjol, 35-105 x 21-56 µm. Biasanya berkecambah membentuk zoospora,
atau dalam keadaan yang kurang menguntungkan membentuk pembuluh kecambah.

Di dalam biakan murni, jamur membentuk oogonium, dengan Ø 25-35 µm.

Daur Hidup

P capsici dapat terbawa biji.

Bertahan cukup lama dalam tanah.

Pengendalian :

Menanam cabai dan terung yang dengan jarak tanam yang cukup.

81
Memberihkan gulma dan memelihara drainase.

Buah-buah yang sakit dipetik dan dipendam.

Jika perlu, tanaman disemprot dengan fungisida, misalnya Dithane M-45.

4. Layu Bakteri [Pseudomonas solanacearum (E.F.Sm.)E.F.Sm.]

Akan dibahas pada pembahasan penyakit-penyakit penting pada tomat.

5. Mosaik

Gejala

Mula-mula tampak sebagai menguningnya tulang-tulang daun, atau terjadinya jalur kuning
sepanjang tulang daun.

Daun menjadi belang hijau muda dan hijau tua.

Daun menjadi lebih kecil dan sempit daripada biasa.

Jika tanaman terinfeksi pada waktu masih sangat muda, tanaman terhambat pertumbuhannya dan
kerdil.

Tanaman sakit menghasilkan buah yang kecil-kecil dan sering tampak berjerawat.

Penyebab Penyakit :Virus

Pada cabai : CMV, dll

Terung TRV, CMV, dll

Daur Hidup

CMV ditularkan secara mekanik dengan gosokan, maupun oleh kutu daun.

Bisa terdapat pada gulma disekeliling pertanaman cabai

Pengendalian :

Memberantas gulma.

Menangani semai-semai dengan hati-hati, sebelumnya tangan dicuci dengan cabun atau deterjen.

Tanaman bergejala segera dicabut.

82
B. Penyakit-Penyakit Tomat

1. Busuk Daun [Phytophthora infestan (Mont.) d By]

Gejala

Pada Daun

Becak daun hitam kecoklatan atau keunguan mulai timbul pada anak daun, tangkai ataubatang, dan
bila keadaan membantu akan tumbuh dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan kematian.

Pada becak yang meluas, bagian yang paling luar berwarna kuning pucat yang beralih ke bagian
yang berwarna hijau biasa.

Pada sisi bawah daun fruktifikasi jamur yang berwarna putih seperti beludu tampak pada daerah
peralihan antara pucat dan ungu.

Perkembangan bercak akan berkembang bila kelembaban nisbi rendah. Becak akan berkembangan
kembali bila kelembaban meningkat.

Pada Buah

Becak yang berwarna hijau kelabu kebasah-basahan meluas menjadi becak yang bentuk dan
besarnya tidak tertentu.

Pada buah hijau becak berwarna coklat tua, agak keras dan berkerut.

Becak mempunyai batas yang cukup tegas, dan batas ini tetap berwarna hijau pada waktu bagian
buah yang tidak sakit matang ke warna yang biasa.

83
Kadang-kadang becak mempunyai cincin-cincin.

Dalam pengangkutan, penyakit dapat menyebabkan busuk lunak dan beair, yang mungkin
disebabkan oleh jasad sekunder.

Penyebab Penyakit : Phytophthota infestans (Mont.) d By.

Miselium sekunder membentuk sporangiofor pada permukaan becak.

Sporangiofor secara berturut-turut membentuk sporangium pada ujungnya yang tumbuh.

Sporangium yang disebarkan oleh angin biasanya tumbuh dengan membentuk spora kembara
(zoospora), kacang-kadang tumbuh langsung dengan membentuk pembuluh kecambah.

Oospora sangat jarang dibentuk, bahkan di Indonesia belum pernah ditemukan, sehingga mungkin
tidak memegang peranan dalam daur penyakit.

Daur Hidup

Sporangium jamur terutama disebarkan oleh angin.

Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora
kembara (zoospora) yang dapat berenang, yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang
mengadakan infeksi.

Sampai sekarang belum diketahui dengan cara bagaimana Ph. Infestans pada tomat
mempertahanakan diri dari musim ke musim.

Jamur juga dapat bertahan pada tanaman kentang dan terung yang biasanya terdapat di daerah
penanam sayuran pegunungan.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

Suhu dan Kelembaban udara

Pengendalian :

Pemilihan waktu tanam

Pemakaian fungisida

2. Bercak Coklat (Alternaria solani Sor.)

Gejala

Pada Daun

84
Mula-mula pada daun timbul becak-becak kecil, bulat atau bersudut, coklat tua sampai hitam,
sebesar kepala jarum sampai lebih kurang 4 mm.

Jaringan nekrotk sering tampak seperti kulit, mempunyai lingkaran-lingkaran sepusat.

Di sekitar becak nekrotik biasanya terdapat jalur klorotik (halo) sempit.

Jika pada daun terdapat banyak becak, daun akan cepat menjadi tua, layu atau gugur sebelum
waktunya.

Pada Batang

Terjadinya becak gelap yang mempunyai lingkaran-lingkaran sepusat.

Jika infeksi terjadi dekat percabangan, cabang akan mudha patah jika buah-buah membesar.

Pada Semai / bibit

Menyebabkan busuk pangkal batang.

Infeksi terjadi setinggi permukaan tanah, meluas ke bagian bawah dan atas, dan membentuk kanker
yang melingkari pangkal batang.

Pada Buah

Buah dapat terinfeksi pada waktu masih hijau ataupun sudah masak.

Pada buah terjadi becak coklat gelap atau hitam, biasanya tampak mengendap (berlekuk), yang
dapat meluas ke seluruh permukaan buah.

Jaringan sakit tampak seperti kulit dan sapat membentuk massa hitam seperti beludru yang terdiri
dari spora jamur pada permukaannya.

Biasanya infeksi terjadi didekat tangkai, melalui luka karena pertumbuhan atau luka-luka lain.

Penyebab Penyakit : Alternaria solani Sor.

Miselium berwarna gelap.

Konidiofor keluar dari jaringan tanaman yang sakit, berwarna gelap dan relatif pendek.

Konidium berparuh, berbentuk buah murbey, gelap, sendiri atau membentuk rantai dua-dua. Rata-
rata ukurannya 200 x 17 µm.

Daur Hidup

85
Dari musim ke musim bertahan pada tanaman yang sakit, pada sisa-sisa tanaman sakit atau pada
biji.

Konidium mudah terlepas dan disebarkan oleh angin dan juga kumbang-kumbang.

Faktor2 Yang Mempengaruhi

Konidium berkecambah pada suhu 6-34oC. Suhu optimumnya 28-30oC. Dalam air pada suhu ini
sudah berkecambah dalam 35-45 menit.

Faktor tanah maupun cuaca yang dapat melemahkan tanaman.

Tanaman yang berbuah banyak cenderung lebih rentan.

Pengendalian :

Pemberian pupuk yang seimbang agar tanaman lebih tahan.

Desinfeksi biji.

Fungisida karbamat.

3. Layu Fusarium (Fusarium oxysporium f.sp. lycopersici)

Gejala

Gejala pertama adalah menjadi pucatnya tulang-tulang daun, terutama daun-daun sebelah atas,
kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai, dan akhirnya tanaman menjadi layu secara
keseluruhan.

86
Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun, terutama daun2 sebelah bawah.

Tanaman menjadi kerdil dan merana tumbuhnya.

Jika tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang atau dikelupas dengan kuku atau pisau akan
terlihat cincin coklat dari berkas pembuluh.

Pada tanaman yang masih muda, penyakit dapat menyebabkan tanaman mati mendadak.

Penyebab Penyakit : Fusarium oxysporium (Schlecht) f.sp.lycopersici (Sacc.)Snyd et Hand]

Miselium bersekat dan dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam medium agar yang
mengandung ekstrak sayuran.

Mula-mula miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem, akhirnya koloni tampak
mempunyai benang-benang berwarna oker.

Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora.

Jamur membentuk makrokonidium bersel, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15 x 2,5-
4 µm.

Makrokonidium lebih jarang terdapat, berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat
dua atau tiga, berukuran 25-33 x 3,5-5,5 µm.

Fox f.sp lycopersici mempunyai banyak ras fisiologi (ex. Ras 1 dan ras 0) dan 2 galur (galur putih dan
ungu).

Sehingga mempersulit usaha untuk memperoleh jenis tomat yang tahan.

Daur Hidup

Dapat bertahan dalam tanah.

Jamur mengadakan infeksi pada akar, terutama melalui luka-luka, lalu menetap dan berkembang di
berkas pembuluh.

Pengankutan air dan hara terganggu menyebabkan tanaman menjadi layu.

Jamur menghasilkan likomarasmin menghambat permeabilitas membram plasma.

Sesudah jaringan pembuluh mati, pada waktu udara lembab jamur akan membentuk spora yang
berwarna ungu pada akar yang terinfeksi.

Jamur dapat memakai bermacam luka untuk jalan infeksi.

87
Jamur dapat tersebar karena pengangkutan bibit, tanah yang terbawa angin atau air, atau oleh alat
pertanian.

Faktor yang mempengaruhi :

Penyakit berkembang pada suhu tanah 21-33 oC. Suhu optimum 28 oC.

Kelembaban tanah yang membentu tanaman, ternyata juga membantu perkembangan penyakit.

Penyakit akan lebih berat bila tanah mengandung banyak nitrogen tetapi miskin kalium.

Pengendalian :

Penanaman jenis tomat yang tahan (ex. Ohio MR 9 dan Walter).

Fungisida tidak memberikan hasil yang memuaskan, tetapi pencelupan akar dgn benomyl
memberikan hasil yang baik.

Penggunaan mulsa

4. Layu Bakteri [Pseudomonas solanacearum (E.F.Sm.)E.F.Sm.]

Gejala

Gejala permulaan adalah layunya beberapa daun muda atau menguningnya daun-daun tua (daun-
daun sebelah bawah).

Batang tanaman cenderung membentuk lebih banyak akar adventif sampai setinggi bunga.

88
Jika batang, cabang atau tangkai daun tanaman sakit dibelah, tampak berkas pembuluh berwarna
kecoklatan.

Pada stadium penyakit lanjut, bila batang dipoting, dari berkas pembuluh akan keluar massa bakteri
seperti lendir berwarna putih susu dapat dibedakan dgn layu Fox.

Penyebab Penyakit : Pseudomonas solanacearum(E.F.Sm.)E.F.Sm

Bakteri berbentuk batang, 0,5 x 1,5 µm, tidak berspora, tidak berkapsula, bergerak dengan satu
bulu cambuk, polar, aerob, gram negatif.

Koloni di atas medium agar keruh, berwarna kecoklatan, kecil, tida teratur, halus, mengkilat,
kebasah-basahan.

Daur Hidup

Bakteri mengadakan infeksi melalui luka, termasuk luka karena nematoda.

Bakteri dan namatoda berinteraksi sinergistik

Bakteri dapat bertahan pada banyak tanaman pertanian (ex. Tembakau, cabai, kentang, dan
kacang-kacangan).

Pupuk kandang yang baru (belum masak) dapat membawa bakteri ke ladang

Faktor yang mempengaruhi :

Penyakit dibantu oleh suhu yang relatif tinggi, sehingga penyakit didataran rendah lebih berat.

Pengendalian :

Pergiliran tanaman.

Penyambungan : Pada batang bawah yang tahan.

Antibiotik streptomycin.

Menanam jenis tomat yang tahan.

89
5. Penyakit Mosaik Tembakau (Marmor tabaci Holmes.)

Gejala

Pada daun terjadi becak-becak hijau muda atau kuning yang tidak teratur.

Bagian yang berwarna muda tidak dapat berkembang secepat hijau yang biasa, sehingga daun
menjadi berkerut atau terpuntir.

Jika semai terinfeksi segera setelah muncul, semai dapat mati.

Jika tanaman terinfeksi setelah dewasa, pengaruhnya dapat lemah sekali.

Infeksi mosaik pada mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun jika tanaman terinfeksi sejak awal,
buah hanya kecil, bentuknya menyimpang dan pada dinding buah mungkin terdapat becak-becak
nekrotik.

Jika mosaik tembakau dan mosaik ketimun mengadakan infeksi bersama-sama, pada batang dan
buah akan terjadi garis-garis hitam yang teridir dari jaringan mati.

Penyebab Penyakit : virus Mamor tabaci Holmes, yang disebut juga Nicotiana virus 1

(Mayer) Smith.

Sampai sekarang dikenal dengan nama virus mosaik tembakau (tobacco )

Titik inaktivasi pemanasan 94oC, titik pengenceran terakhir 1 : 1.000.000. Dalam daun tembakau
virus bertahan sampai puluhan tahun.

90
Daur Hidup

Virus menular dari tanaman ke tanaman secara mekanik, oleh tangan pekerja, ternak, atau alat-alat
pertanian.

Virus tidak ditularkan oleh serangga.

Virus dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit dalam tanah sampai 4 bulan.

Virus dapat bertahan dari tahun ke tahun pada gulma famili Solanaceae.

Pengendalian :

Tidak merokok selama bekerja di pertanaman tomat, terutama pada waktu pembibitan dan
memindahkan tanaman.

Penyiangan

Pada waktu memanjatkan dan memangkas tanaman dilakukan dengan tidak terlalu banyak
dipegang dan tidak dipegang dengan keras.

6. Penyakit Mosaik Ketimun (Marmor cucumeris var. vulgare Holmes.)

Gejala

Daun cenderung menjadi sempit, bahkan kadang-kadang menjadi seperti tali (shoestring, tali
sepatu).

Daun juga mengeriting dan berwarna hijau muda.

Buah lebih kecil dari biasanya. Sering pembentukan buah pada bagian puncak batang terhambat.

Penyebab Penyakit :Marmor cucumeris var. vulgare Holmes atau Cucumis virus 1.

c virus, cucumovirus
Sampai sekarang dikenal dengan nama virus mosaik ketimun (cucumber mosai
= CMV).

Daur Hidup

Virus dapat menular secara mekanis, beberapa kutu daun (ex. Myzus persicae, Aphis gossypii, A.
fabaedan A. maidis)

Mempunyai banyak tanaman inang dari banyak famili [ex. Ketimun (Cucirbitaceae), sawian
(Cruciferae), terungan (Solanaceae) dan kacangan (Papilionaceae)].

Pengendalian :

91
Persemaian harus bebas dari gulma dan kutu daun.

Pencabutan tanaman sakit.

mencuci tangan dengan sabun setelah memegang tomat atau gulma yang mungkin mengandung
virus.

Tidak menanam tanman yang dapat menjadi sumber virus (ex. Famili yang sama) didekat
pertanaman tomat.

Pengendalian gulma di pertanaman tomat.

Diposkan oleh klinikjamur di 18.27

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Reaksi:

http://kliniktanaman.blogspot.co.id/

Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Pisang

W. Rumahlewang, SP.MP

(Jurusan BDP, Faperta – Unpatti)

Sejak bayi kita sudah menikmati lezatnya buah pisang. Begitu terkenalnya buah ini, maka setiap
acara pesta tidak lengkap jika tidak menyajikan pisang sebagai makanan penutup. Tanaman pisang
(Musa paradisiaca L.) sebagai salah satu jenis tanaman hortikultura mempun

92
yai arti penting bagi peningkatan gizi
masyarakat karena buahnya merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat, sering
dijadikan buah meja, sale pisang dan tepung pisang serta kulitnya sebagai pembungkus bermacam
makanan trandisional Indonesia. Memakan buah pisang juga merupakan pengobatan alami
berbagai penyakit.

Budidaya tanaman pisang tak lepas dari berbagai kendala, terutama serangan hama dan panyakit
yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan hasil baik kualitas maupun kuantitasnya. Berikut ini
akan dipaparkan penyakit-penyakit penting pada tanaman pisang dan cara pengendaliannya yang
diharapkan dapat sebagai bahan informasi bagi petani di lapang.

1. Layu Fusarium (Fusarium oxysporium f.sp cubense)

Gejala :

Pada tepi-tepi daun paling bawah berwarna kuning tua lalu menjadi coklat dan mengering. Tangkai
daun patah di sekeliling batang palsu dan kadang-kadang lapisan luar batang palsu terbelah dari
permukaan tanah.

Gejala khas adalah gejala dalam. Jika pangkal batang dibelah


membujur, terlihat garis-garis coklat atau hitam menuju semua arah, dari batang ke atas melalui
jaringan pembuluh ke pangkal daun dan tangkai.

Pengendalian :

93
Tidak menanam jenis yang rentan di lahan yang terinfestasi patogen dan hanya menanam bahan
tanaman/anakan yang sehat.

Tanaman yang sakit beserta tanah di sekelilingnya dibongkar dan dikeluarkan dari kebun.

Memelihara tanaman dengan hati-hati untuk mengurangi terjadinya luka-luka pada akar dan
mengendalikan nematoda dengan nematisida.

2. Bercak Daun Cercospora (Mycosphaerella musicola)

Gejala :

Gejala pertama tampak jelas pada daun ke-3 dan ke-4 dari pucuk sebagai bintik-bintik memanjang,
berwarna kuning pucat dengan ukuran panjang 1-2 mm atau lebih, arahnya sejajar dengan tulang

daun. Sebagian da ri bintik-bintik tersebut berkembang menjadi bercak berwarna


coklat tua sampai hitam, jorong atau bulat panjang, yang panjangnya 1 cm atau lebih, lebarnya
kurang dari sepertiga panjangnya.

Pada daun yang lebih tua pusat becaknya mengering, berwarna kelabu mudah dengan tepinya
berwarna coklat tua dan dikelilingi oleh halo berwarna kuning cerah.

Pengendalian :

Tidak mengusahakan pisang secara komersial di lahan miskin. Kesuburan tanah harus
dipertahankan dengan pemupukan yang tepat.

Untuk mengurangi sumber infeksi daun-daun mati di sekeliling pohon dipotong dan dibakar.

Jika dirasa perlu tanaman dapat disemprot dengan mankozeb (Dithane M-45) atau propineb
(Antracol).

3. Bercak Daun Cordana (Cordana musae)

Gejala :

94
Mula-mula timbul becak-becak jorong atau bulat telur, kadang berbentuk berlian, kemudian
membesar dan berwarna coklat pucat, dengan tepi yang berwarna coklat kemerahan, dikelilingi
halo berwarna kuning cerah.

Seringkali bec ak tampak bercincin-cincin, dan dapat terbentuk di sekeliling becak


sigatoka. Becak dapat menjadi besar sekali, bahkan dikatakan bahwa panjangnya dapat mencapai
10 cm.

Bila yang terinfeksi tepi daun, becak dapat berbentuk sabit, yang kemudian dapat memanjang
menjadi coreng berwarna coklat pucat, yang dapat meluas sampai ibu tulang daun.

Pengendalian :

Tidak menanam pisang di bawah naungan yang lebat dan tidak menanam pisang terlalu rapat.

Jika diperlukan becak daun Cordana dapat dikendalikan dengan fungisida seperti yang dipakai untuk
becak daun Cercospora.

4. Burik (Cladosporium musae, Periconiella musae, Veroneae musae, dan Phaeoramularia musae)

Gejala :

Gejalanya berupa becak-becak kecil pada daun, berwarna coklat tua sampai hitam, yang mengum

pul dengan jarak yang hampir sama. Masing-masing becak adalah sebesar kepala
jarum. Pada daun tua becak dapat bersatu membentuk becak yang besar.

Burik lebih jelas terlihat pada sisi atas daun.

Pengendalian :

Pada umumnya penyakit burik tidak perlu dikendalikan. Namun jika nanti terasa merugikan, perlu
diusahakan untuk mengurangi peneduhan (karena pohon-pohon) dan penanaman jangan terlalu
rapat.

5. Antraknosa (Colletotrichum musae)

95
Gejala :

Mula-mula terjadi becak-becak klorosis berwarna putih kekuningan, yang bagian tengahnya
berwarna coklat. Bercak berkembang memanjang, searah dengan tulang daun dan
menyatu menjadi besar dan akhirnya daun mengering.

Pada buah terdapat bagian-bagian yang berubah dari hijau menjadi kuning, kemudian menjadi cokl

at tua atau hitam dengan tepi berwarna kuning.


Pada permukaan kulit buah yang sudah berwarna hitam/membusuk timbul bintik-bintik merah
kecoklatan yang terdiri dari kumpulan aservulus jamur tersebut. Buah yang sakit menjadi keras dan
dapat menjadi kering dan berkeriput (mumifikasi).

Disimpanan, timbul becak-becak kecil berwarna coklat kehitaman dengan tepi kebasah-basahan
pada buah. Becak-becak tersebut dapat membesar atau bersatu dan agak mengendap.

Pengendalian :

Tanaman pisang dibersihkan dari daun-daun mati dan sisa-sisa bunga.

Sehabis dipotong buah-buah sege ra diangkut ke ruang pemeraman atau ke


gudang. Ruang pemeraman dan gudang dijaga kebersihannya.

Menangani buah dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak luka.

96
Jika buah perlu dicuci, pencucian dilakukan dengan air mengalir dari sumber yang bersih dan Jika
sekiranya diperlukan, setelah dipetik buah disemprot atau dicelup dengan cairan fungisida.

6. Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)

Gejala :

Biasanya gejala pada tajuk (mahkota) baru tampak setelah timbulnya tandan buah. Mula-mula satu
atau dua daun (nomor 3 atau 4 dari daun termuda) berubah warnanya tanpa menunjukkan
perubahan-perubahan lain. Dari ibu tulang daun keluarlah garis kekuningan ke tepi daun. Keadaan

ini dapat berlang sung lama sampai buah hampir menyelesaikan proses
pemasakannya. Tetapi mendadak keadaannya menjadi kritis. Dalam jangka waktu satu minggu
semua daun menguning dan dalam jangka waktu beberapa hari daun-daun tadi menjadi coklat.

Perubahan yang paling khas terjadi pada buah. Mula-mula berkas pembuluh berwarna kuning atau
coklat. Perubahan ini meluas ke plasenta dan parenkim buah, bahkan juga ke berkas pembuluh kulit
buah. Seluruh badan buah terserang menguning dan isinya terlarut sedikit demi sedikit. Ruang
dalam buah terisi cairan seperti lendir berwarna merah kecoklatan.

Pengendalian :

Rumpun yang sakit dibongkar, dibersihkan dari sisa-sisa akar, dan tempat itu baru ditanami dengan
pisang kembali 2 tahun kemudian.

Hanya memakai bibit yang diambil dari perdu yang benar-benar sehat.

Melakukan pemupukan dan pemeliharaan yang baik dan memelihara drainase kebun.

Untuk menghindarkan penularan, jika perlu parang didesinfestasi dengan mencelupkannya dalam
larutan formalin 10% selama 10 menit.

7. Kerdil Pisang atau Bunchy top (Bunchy Top Virus)

Gejala :

Jika pangkal daun nomor 2 atau 3 dari tanaman yang dicurigai dilihat permukaan bawahnya dengan
cahaya menembus, tampak adanya garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus dalam garis
pendek atau titik seperti kode morse, terdapat diantara dan sejajar dengan tulang daun sekunder.

97
Kadang -kadang tulang daun menjadi jernih. Sebagai gejala pertama
terjadinya infeksi, pada cuaca yang sejuk tulang daun yang menjadi jernih tadi akan tampak lebih
jelas.

Pada tingkat yang lebih jauh daun-daun muda lebih tegak, lebih pendek, lebih sempit dengan
tangkai daun yang lebih pendek dari pada biasa, dan menguning sepanjang tepingya. Daun-daun
rapuh dan bila dipatahkan akan patah dengan renyah. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan
daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsu.

Pengendalian :

Jangan membawa tanaman pisang atau Heliconia keluar dari daerah yang terjangkit kerdil pisang.

Rumpun yang sakit dibongkar bersih dan dicincang menjadi potongan-potongan kecil. Hanya
menanam bibit yang diambil dari rumpun yang benar sehat.

Menyemprot tanaman pisang dengan insektisida sistemik untuk memberantas Pentalonia, khusus
di pembimbitan (jika ada).

Diposkan oleh klinikjamur di 22.15

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Reaksi:

1 komentar:

http://hkti.org/penyakit-hawar-daun.html

Penyakit Hawar Daun

Home » Pertanian » Penyakit Hawar Daun

98
Penyakit Hawar Daun

Penyakit hawar daun bakteri saat ini menjadi penyakit paling penting dan paling membahayakan
pada tanaman padi di Indonesia. Kerugian yang diakibatkan oleh penyakit ini sangatlah nyata.
Penurunan produksi yang diakibatkan oleh penyakit ini bisa mencapai 50 %. Oleh karena itu
maspary sangat mengharapkan kepada petani agar selalu waspada akan adanya serangan penyakit
hawar daun bakteri (penyakit kresek) ini.

Penyakit hawar daun bakteri disebut juga dengan bacterial life blight (BLB) disebut juga dengan
penyakit kresek. Serangan penyakit ini dimulai dengan gejala bercak kuning sampai putih berawal
terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi helaian daun. Bercak dimulai dari salah satu atau
kedua tepi helaia daun, atau pada tiap bagian helaian daun yang rusak dan berkembang hingga
menutupi seluruh bagian helaian daun. Pada variatas yang rentan bercak bisa sampai ujung daun
hingga bawah pelepah daun. Jika bakteri menyerang melalui akar dan pangkal batang tanaman padi
muda bisa layu lalu mati kering seperti terbakar (gejala ini biasa disebut penyakit kresek). Kadang-
kadang daun yang terinfeksi dapat berwarna kuning pucat atau kuning atau kuning bergaris hijau.

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae yang dapat masuk kejaringan tanaman
melalui akar yang putus, luka pada daun dan hidatoda pada tepian daun. Bakteri ini dapat tertular
ketika proses penanaman berlangsung, ketika pencabutan benih yang menyebabkan akarnya rusak/
putus dan luka pada daun yang diakibatkan oleh angin maupun perompesan ketika proses
penanaman. Sumber inveksi penyakit ini adalah benih, jerami, tunggul, anakan ataupun gulma yang
terinfeksi. Penyebaran dapat terjadi melalui angin kencang, embun, air hujan dan air irigasi.

__________

http://hkti.org/bercak-daun-cercospora.html

Bercak Daun Cercospora

Home » Pertanian » Bercak Daun Cercospora

99
Bercak Daun Cercospora

Bercak coklat disebabkan Cercospora canencens ell. et Mart. Jamur ini juga disebutIsariopsis
griseola sacc dan Phaeoisariopsis griserola. Jamur ini dapat betahan hidup sampai dua tahun pada
sisa-sisa tanaman sakit di dalam biji. Kondisi lingkungan lembab dengan suhu udara antara 20-24oC
sangat cocok untuk berkembangnya jamur ini.

Penyebaran cendawan ini ke tanaman lain dapat dengan perantaraan angin, percikan air, alat
pertanian, serangga dan pekerja kebun. Cendawan ini memiliki konidium berwarna putih bening
berbentuk gada terbalik dan bersekat. Jamur ini merusak klorofil daun sehingga menyebabkan
proses asimilasi berjalan tidak sempurna.

Tanaman kacang panjang yg diserang cendawan ini menunjukkan gejala daunnya berbercak coklat
dengan jumlah cukup banyak, bercak berbentuk bulat dengan diameter antara 1-5 mm dan di
sekeliling bercak berwarna kuning. Di samping itu, bercak pada permukaan daun bagian bawah
berwarna hitam. Pada umumnya, serangan cendawan tersebut banyak terdapat pada daun tua.
Pada serangan berat daun akan layu dan gugur. Cendawan ini dapat menyerang polong, tangkai
daun, biji dan batang. Pada musim kemarau penyakit ini jarang dijumpai.

__________

http://hkti.org/busuk-daun-downy-mildew-dan-pengendaliannya.html

Busuk daun (Downy mildew) dan Pengendaliannya


Home » Pertanian » Busuk daun (Downy mildew) dan Pengendaliannya

100
Busuk daun (Downy mildew) dan Pengendaliannya

Downy mildew atau busuk daun (embun bulu)merupakan salah satu penyakit penting tanaman cucurbitaceae. Petani
di daerah Kediri dan sekitarnya menyebut penyakit ini dengan sebutan Penyakit Trotol atau Kresek. Bisa dipahami
jika petani menyebutnya demikian, karena sebutan tersebut didasarkan pada gejala dan akibatnya terhadap tanaman.
Daun tanaman yang terserang oleh penyakit ini akan menunjukkan gejala bercak berwarna kuning agak bersudut,
seperti mengikuti alur tulang daun dan dapat menyerang dalam satu daun secara terpisah-pisah. Jika serangan
penyakit parah, daun-daun tersebut dapat mengering sehingga daun akan mudah hancur dan mengeluarkan bunyi
“renyah” menyerupai suara plastik kresek jika diremas. Meskipun dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada
daun, penyakit ini tidak dapat menyerang dan membuat kerusakan buah secara langsung. Penurunan produktifitas
buah disebabkan oleh kinerja daun yang terganggu karena kerusakan sel-selnya (nekrosis), dengan demikian
pertumbuhan tanaman terhambat dan meyebabkan buah terpapar matahari. Namun, menurut Celetti dkk. (2009),
pada suatu waktu pathogen juga dapat menyerang buah. Buah yang dihasilkan dari tanaman yang terinfeksi
berukuran kecil dan tidak bagus (marketable).

Patogen ini dapat menyebabkan penyakit pada tanaman melon, mentimun, labu, squash, pumpkin (Celetti dkk.
2009), belewah atau garbis, semangka dan tanaman suku cucurbitaceae lainya. Meskipun memiliki inang yang luas,
patogen cenderung hanya dapat menyerang tanaman yang masih dalam satu suku. Tanaman seperti legum (kacang-
kacangan) dan bayam tidak akan terinfeksi oleh pathogen ini. Diantara tanaman dalam suku cucurbitaceae tersebut,
mentimun merupakan tanaman yang paling rentan terhadap serangan penyakit ini (Celetti dkk. 2009), tetapi kurang
merugikan pada tanaman melon (Semangun, 2000). Selain terdapat perbedaan patogenisitas antar tanaman, gejala
yang ditimbulkannya juga tidak sama tergantung tanaman inang dan kondisi lingkungan. Gejala yang timbul pada
tanaman mentimun mirip dengan tanaman gambas dan pumpkin, tetapi berbeda dengan gejala yang timbul pada
tanaman melon dan semangka. Gejala yang muncul pada tanaman mentimun terlihat lebih jelas berbatas (confine)
dan bersudut/bersiku (angular), tetapi gejala pada daun tanaman melon terlihat agak membulat, tidak beraturan
(irregular) dan cepat meluas serta mengering yang berwarna kehitaman.

Beberapa strain patogen (patotipe) organisme ini telah diidentifikasi, beberapa hanya dapat menyerang mentimun,
sementara yang lain dapat menyerang melon, mentimun, pumpkin dan squash. Hingga saat ini, telah diketahui
paling sedikit terdapat 6 strain (patotipe) yang masing-masing memiliki kekhususan/spesifikasi inang

Gejala

Gejala serangan Downy Mildew saat fase awal pertumbuhan, berupa bercak kecil berwarna kuning pada permukaan
daun bagian atas yang berusia tua, kadang-kadang nampak berminyak. Gejala yang muncul pada fase ini terlihat
belum begitu jelas, masih menyerupai virus mosik-motel yang kemudian akan berubah warna menjadi kuning atau
kecoklatan dan mengalami kematian jaringan (nekrosis). Dalam perkembangannya, bercak dapat meluas dan
bermultiplikasi menyebabkan bercak yang lain sehingga dapat menyebabkan bercak yang lebih luas karena bisa
saling menyatu.

101
Pada kondisi lembab, bulu halus (downy) dapat segera terbentuk di permukaan daun bagian bawah dan kerusakan
berupa bercak (spot) berwarna kuning terang terlihat di permukaan daun bagian atas. Sporangia berupa bulu halus
(downy) biasanya akan terlihat dengan jelas pada saat pagi hari dengan warna ungu gelap di bawah warna kuning
terang yang terlihat dari atas permukaan daun. Sporangia (kantong spora) itu dapat dilihat dengan menggunakan
lensa (lup), dan menjadi kunci dalam mendiagnosis penyakit ini. Kerusakan jaringan daun yang disebabkan oleh
cendawan/jamur ini kadang-kadang menjadi tempat hidupnya patogen sekunder seperti bakteri busuk lunak dan
cendawan/jamur lain. Gejala serangan patogen ini akan nampak setelah 4-12 hari setelah terjadi infeksi.

Biologi Patogen

Patogen memproduksi struktur mikroskopis menyerupai kantung yang disebut sporangia pada kisaran suhu antara 5-
30 Derajat Celcius . Suhu optimum bagi pembentukan sporangia terjadi pada kisaran suhu 15-20 Derajat Celcius dan
membutuhkan waktu paling sedikit 6 jam pada kelembaban yang tinggi. Spora yang telah terbentuk dapat menular
ke tanaman sehat karena terpaan angin dan percikan air hujan. Spora akan segera berkecambah dan dan dapat
menginfeksi tanaman secara lansung apabila mendarat pada inang yang rentan hanya dalam waktu satu jam saja.
Selama dalam musim hujan (basah) yang panjang sporangia dapat melepaskan zoospora dalam jumlah yang banyak.
Zoospora ini dapat berenang di dalam filum air secara terus-menerus hingga mencapai stomata. Lubang alami ini
merupakan tempat utama patogen masuk ke dalam jaringan tanaman, sehingga dapat menyebabkan infeksi yang
lebih banyak pada daun.

Patogen akan berkembang lambat dan mungkin berhenti sementara apabila suhu lebih dari 30 Derajat Celcius
selama siang hari. Suhu pada malam hari yang berkisar antara 12-23 Derajat Celcius akan merangsang
perkembangan patogen, terutama jika keadaan disekitarnya cukup lembab. Apabila suhu lingkungan pada malam
hari berada pada kisaran sekitar 15 dan 25 Derajat Celcius pada siang hari, infeksi downy mildew pada tanaman
cucurbitaceae dapat memproduksi lebih banyak inokulum dalam waktu 4 hari.

Kelangsungan hidup (Survival) Patogen dan Penyebarannya

Downy mildew merupakan patogen yang bersifat obligat. Patogen ini selalu memerlukan jaringan tanaman hidup
agar dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Sporangia yang telah terbentuk akan terbawa oleh angin dalam jarak
tertentu. Dalam perjalanannya itu, sporangia mungkin akan bertahan beberapa hari hingga menemukan inang rentan.
Jika patogen sudah berada suatu tempat, maka sporangia dapat disebarkan secara terlokalisir pada tempat tersebut
dari tanaman satu ke tanaman lain dan dari lahan satu ke lahan lain melalui percikan air hujan, aliran irigasi,
pergerakan serangga, peralatan pertanian dan pakaian yang digunakan petani di lahan yang terinfeksi, serta cara
penanganan tanaman yang terinfeksi.

Pengendalian (Manajemen)

Pengendalian Penyakit dapat dilakukan melalui cara bercocok tanam (kultur teknis) dan penggunanaan pestisida.
Cara-cara pengendalian tersebut antara lain adalah:

• Menanam tanaman yang sehat, terbebas dari patogen.


• Pilih dan atur lahan sehingga dapat membuat pergerakan udara lancar dan mengurangi kelembaban disekitar
kanopi tanaman.
• Lakukan pengolahan tanah dengan membaliknya pada waktu siang hari
• Hindari pengairan yang berlebih. Pertimbangkan pemberian air irigasi selama pagi hari untuk memberi
kesempatan daun mengering. Jika memungkinkan, beri air sedikit saja hingga dirasa cukup.
• Lakukan pengamatan atau monitoring terhadap kemungkinan munculnya gejala penyakit tiap minggu atau
sesering mungkin.
• Lakukan pengendalian gulma di lahan, karena sebagian gulma dapat menjadi inang alternatif bagi patogen ini.
• Perlakuan fungisida dilakukan untuk upaya pencegahan terhadap serangan patogen dengan
mempertimbangkan kondisi lingkungan. Aplikasi fungisida dilakukan tiap 5 hari sekali jika kondisi
lingkungan lembab dan basah, namun jika kondisi cuaca sedang kering, maka aplikasi fungisida dapat
dilakukan dalam inetrval waktu 7-10 hari

102
• Aplikasikan fungisida dengan volume 250-300 liter air per hektar dan pastikan bahwa, fungisida mencukupi
dan penyemprotan dapat meliput/terkena kanopi tanaman.
• Lakukan aplikasi secara bergiliran dengan fungisida yang memiliki bahan aktif berbeda dan gunakan fungisida
yang memiliki cara kerja ganda dan tunggal.
• Cuci atau bersihkan peralatan sebelum digunakan pada lahan lain.
• Cuci dan bersihkan tangan sebelum berpindah ke lahan lain dan selalu menggunakan pakaian baru (selalu
berganti pakaian yang telah dicuci) tiap hari.
__________

http://hkti.org/bercak-daun-alternaria.html

Bercak Daun Alternaria


Home » Pertanian » Bercak Daun Alternaria

Bercak Daun Alternaria

Bercak daun alternaria merupakan penyakit yang sering ditemukan pada berbagai jenis tanaman di seluruh dunia
diantaranya kubis, tomat, kentang, kacang tanah, tembakau, geranium, apel, bawang, jeruk lemon, dll.

Khusus untuk Alternaria pada kubis yang disebabkan oleh A. brassicae, pathogen ini sangat banyak tersebar di
belahan bumi utara. Patogen ini sangat dipengaruhi oleh cuaca dengan penyakit tertinggi yang dilaporkan dalam
kondisi musim hujan dan di daerah dengan curah hujan relatif tinggi (Agrios, 2005).

Penyebab Penyakit

Alternaria sp. mempunyai miselium berwarna gelap dan pada jaringan tua memproduksi konidiofor pendek,
sederhana, dan tegak yang dapat menopang konidia. Konidia dari dari Alternaria sp. cukup besar gelap, panjang,
multiselular, dan mempunyai sekat melintang dan membujur. Konidifor dari Alternaria. brassicae menghasilkan
spora aseksual (konidia) dengan panjang rata-rata antara 160-200 μm. Sporulasi terjadi (in vitro) antara suhu 8
sampai 24 oC dimana spora dewasa dapat terbentuk setelah 14 sampai 24 jam.

103
Gejala Penyakit

Alternaria brassicae dapat mempengaruhi spesies inang pada semua tahap pertumbuhan, termasuk biji. Gejala yang
ditimbulkan sering terjadi pada daun yang lebih tua, karena mereka lebih dekat dengan tanah dan lebih mudah
terinfeksi sebagai akibat dari percikan hujan atau hujan ditiup angin. Akhir infeksi, atau infeksi daun yang lebih tua,
tidak mengurangi karakteristik krop, dan dapat dikontrol melalui penghapusan intensif daun terinfeksi. Serangan
pada tanaman di persemaian dapat mengakibatkan damping off atau tanaman kerdil. Bentuk bercak daun sangat
beragam ukurannya dari sebesar lubang jarum hingga yang berdiameter 5 cm. Umumnya serangan dimulai dengan
adanya bercak kecil pada daun yang membesar hingga kurang lebih berdiamter 1,5 cm dan berwarna gelap dengan
lingkaran konsentris. Gejala ini sering disebut dengan browning. Pada kondisi cuaca yang lembab tampak bulu-bulu
halus kebiruan di pusat bercak yang bercak tersebut sering terdapat cincin-cincin sepusat.

Kondisi yang Mendukung Perkembangan Penyakit

Angin yang sering timbul saat hujan dapat memperparah serangan penyakit. Alternaria brassicae penyebab bercak
daun pada kubis-kubisan ini dapat menyebar cepat dengan bantuan angin. Serangan semakin parah bila cuaca
lembap dan suhu antara 25 – 30oC. Temperatur optimum adalah antara 16 dan 24 oC dimana waktu sporulasi hanya
berkisar antara 12 sampai 14 jam. Kelembaban pada kondisi hujan, embun, atau kelembaban yang tinggi sangat
penting untuk infeksi. Hanya dengan waktu minimum 9-18 jam infeksi pada tanaman oleh A. brassicae dapat terjadi.
Ketika terjadi penurunan suhu, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk 98% dari spora untuk tumbuh meningkat
(Stephen, 2000).

Alternaria brassicae tetap hidup untuk jangka waktu yang panjang sebagai spora pada kulit biji atau sebagai
miselium dalam benih maupun di bagian atas tanaman terinfeksi. Sampel benih terinfeksi dengan Alternaria
brassicae yang disimpan pada 0 oC selama empat belas bulan menunjukkan ketahanan pada benih. Dari hasil
pengamatan, diketahui bahwa walaupun spora Alternaria brassicae terkena cuaca di luar ruangan untuk periode
enam bulan di mana suhu berkisar antara 23 sampai 30 oC menunjukkan bahwa spora masih dapat tumbuh.

Alternaria brassicae juga dapat hidup dalam bentuk mikrosklerotia dan klamidospora yang muncul setelah terinfeksi
daun yang sebagian membusuk. Mikrosklerotia dan khlamidospora dapat dibentuk dalam sel konidia. Mikrosklerotia
dan khlamidospora berkembang dengan baik pada temperatur rendah (3 oC) dan tahan terhadap pembekuan dan
desikasi (dalam studi in vitro). Klamidospora juga bisa berkembang dalam sel konidia di tanah alami pada suhu
kamar. Biji yang terinfeksi, dengan spora dikulit biji atau miselium bawah kulit biji, mungkin sumber utama
transportasi untuk patogen tersebut. Spora dapat disebarkan oleh angin, air, peralatan dan hewan. Cendawan dapat
bertahan dalam gulma rentan atau tanaman tahunan.

Siklus Penyakit

Perkembangan penyakit atau siklus penyakit dimulai ketika konidia dari A. brassicae menempel pada permukaan
inang. Konidia tersebut kemudian membentuk kecambah. Dalam satu konidia, kecambah yang terbentuk bisa lebih
dari satu. Alternaria sp. dapat memarasit tanaman dengan dua cara yaitu dengan membuat penetrasi langsung pada
inang yang berasal dari tabung kecambah atau masuk ke tubuh inang melalui luka. Penetrasi yang dilakukan
sebagian besar dimulai pada daun. Miselium kemudian menyebar (invasi) ke sel daun secara interselular yaitu
melalui ruang antar sel. Konidia baru kemudian banyak terbentuk di jaringan yang terinfeksi tersebut. Gejala
kemudian menyebar ke batang sehingga menyebabkan batang damping off. Setelah ke batang, gejala kemudian
menyebar ke seluruh bagian tumbuhan.

Pengendalian Penyakit

Menurut Rebecca (2001), pengendalian terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan perlakuan kultur teknis dan
kimia. Pengendalian dengan kultur teknis diantaranya:

Pengobatan dengan air panas: Perawatan benih dengan air panas adalah salah satu cara mengendalikan spora pada
kulit biji. Namun, pengobatan ini kadang-kadang menekan perkecambahan.

104
Tanaman rotasi: Rotasi dengan tanaman bukan kubis dan pemberantasan gulma silangan dapat membantu
mengendalikan patogen. Spora dapat bertahan pada jaringan daun selama 8 sampai 12 minggu dan batang jaringan
sampai 23 minggu, pada bidang yang ditanam segera setelah panen sering bertepatan dengan jumlah besar inokulum
yang kemungkinan yang berefek pada munculnya tanaman dan tahap pertumbuhan awal.

Biologi kontrol: Studi awal dengan jamur actinomycetes, Streptomyces arabicus, menunjukkan efek antijamur pada
Alternaria brassicae pada laboratorium dan studi lapangan sehingga dapat menekan pertumbuhan spesies cendawan
tersebut.

Pengendalian dengan cara kimiawi dapat dilakukan engan menggunakan fungisida. Tujuh fungisida sepenuhnya
menghambat pertumbuhan patogen dalam budidaya adalah Benlate di 0,1 £ ai/100 gadis, Dithane-M 45, Dithane-Z
78, Ziram, Difolatan-80 dan Thiram (semua pada 0,2 £ ai/100 gal), dan Blitox-50 di ai/100 £ 0,3 gal. Sebagai
fungisida benih, Benlate di £ 0,1 ai/100 benih lb memberikan kontrol yang terbaik dengan kerugian rata-rata
sebelum munculnya bibit 4,5 dan 6,5 pasca-munculnya bibit per pot (25 biji ditanam dalam pot masing-masing, 8
pot). Dithane M-45 dan Dithane Z-78, baik diterapkan pada £ 0,2 lbs ai/100 benih, mengalami kerugian sebelum
munculnya bibit rata-rata 10,5 dan 11,25, masing-masing dan pasca-munculnya bibit rugi sebesar 11,5 dan 13,75,
masing-masing. Sebagai semprot daun, Dithane M-45 (0,2 £ ai/100 gal) memberikan kontrol yang lebih baik secara
signifikan atas fungisida lainnya, termasuk Benlate. Dithane M-45 memberikan hasil yang lebih baik dari Dithane Z-
78 (0,2 £ ai/100 gal), meskipun perbedaan itu tidak signifikan. Tanaman diperlakukan dengan fungisida kedua juga
memberikan hasil biji tertinggi.

Iprodione dan fenpropimorph memiliki keduanya menunjukkan sifat hambat tinggi untuk pertumbuhan Alternaria
sp. Dalam budaya dan sebagai perlakuan benih pada benih ai/100 £ 0,25 lb. Dalam sampel benih sampai dengan
infeksi 61,5% (35,5% internal yang sakit), iprodione biasanya menghilangkan jamur dari sampel, tetapi tingkat yang
lebih tinggi infeksi memerlukan dosis yang lebih besar iprodione. Perkecambahan biji yang sehat tidak terpengaruh
oleh pengobatan, dan perkecambahan biji sakit ditingkatkan.

Sumber : planthospital.blogspot.com

http://cybex.pertanian.go.id/materilokalita/detail/9673/penyakit-bercak-daun-cercospora-
pada-tanaman-padi-dan-cara-pengendaliannya

Penyakit Bercak Daun Cercospora Pada Tanaman Padi dan Cara


Pengendaliannya

105
Sumber Gambar: 562X313-agronomers.com

Penyakit bercak daun cercosporan atau bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot) tersebar luas di
negara-negara penanam padi. Di Indonesia penyakit berkembang dengan baik terutama pada daerah-
daerah lahan yang miskin unsur nitrogen dan kalium. Menjadi penyakit utama pada pertanaman padi
lahan sawah tadah hujan dan gogo. Penyakit menyerang tanaman padi terutama pada bagian daun
menyebabkan fungsi fotosintesis terganggu. Apabila serangan terjadi pada fase generatif menyebabkan
pengisian gabah menjadi kurang sempurna atau hampa sehingga bobot gabah dan kualitas gabah
menjadi rendah.

Gejala penyakit.
Pada daun terdapat bercak-bercak sempit memanjang, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu
tulang daun. Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan. Pada
serangan yang berat bercak-bercak terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman
mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun bendera. Gejala mulai tampak 2-4 minggu
setelah padi di pindah, dan gejala paling berat tampak lebih kurang satu bulan sebelum panen.

Penyebab penyakit.
Penyakit disebabkan oleh jamur Cercospora janseane (Racib) O. Const. Semula jamur disebut
Napicladium janseanum Racib. Di Jepang disebut Cercospora oryzae Miyake. Jamur membentuk
konidiofor berwarna coklat, keluar melalui mulut kulit, sendiri-sendiri atau berkumpul sanpai 3, dengan
ukuran 88-140 x 4-5 µm. Konidium berbentuk gada terbalik, bersekat 3-10, dengan ukuran 20-60 x 5 µm
(Ou, 1985).

Daur penyakit.
Konidium jamur disebarkan oleh angin dan infeksi terjadi melalui mulut kulit. Gejala baru tampak 30 hari
atau lebih setelah infeksi. Ini menyebabkan lambatnya gejala di lapangan, meskipun infeksi dapat terjadi
pada daun muda maupun daun tua. C. janseana mempertahankan diri dari musim ke musim pada biji-biji
dan jerami. Diduga jamur dapat bertahan pada rumput-rumput liar; antara lain di India jamur dapat
menginfeksi lempuyangan (Panicum repens).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit.


Umumnya penyakit bercak daun cercospora berkembang lebih baik pada musim kemarau. Meskipun
belum diketahui secara pasti varietas-varietas yang tahan dan rentan terhadap penyakit ini, tetapi
kenyataan di lapangan sering menunjukkan reaksi yang sangat beragam. Penyakit sangat dipengaruhi
oleh jenis padi. Varietas Ciherang, IR 64 dan turunannya dilapangan sering kali menunjukkan reaksi
sangat rentan terhadap bercak cercospora. Kandungan unsur hara terutama nitrogen dan kalium sangat
berpengaruh terhadap perkembangan penyakit ini. Tanaman padi yang kekurangan unsur nitrogen dan
kalium lebih rentan terhadap penyakit bercak daun cercospora.

Pengendalian penyakit.
Selama ini pengendalian penyakit bercak daun cercospora hanya dapat dilakukan dengan penyemprotan
fungisida. Pengendalian dengan 3 kali penyemprotan yaitu pada fase anakan maksimum, awal
pembungaan dan awal pengisian dengan fungisida benomil, mankozeb, carbendazim, atau difenoconazol
dengan dosis 1 cc per 1 liter air, dengan folume semprot 500 l per ha, dapat menekan perkembangan
penyakit bercak daun cercospora dan menekan kehilangan hasil padi sampai dengan 30%.
Penulis : Nugrahaningsih Susilo, SP
Sumber : www.artikelpadi.com

http://situsbunga.com/pengendalian-penyakit-anggrek-bercak-daun-busuk-batang/

106
Pengendalian Penyakit Anggrek Bercak Daun Busuk Batang
Pengendalian Penyakit Anggrek Bercak Daun Busuk Batang – Tanaman anggrek sering
kali diserang oleh berbagai macam penyakit. Penyakit tersebut dapat bersifat sementara
atau bahkan mematikan.

Advertisement

Penyakit yang menyerang anggrek biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, dan cendawan.
Ketiga hal tersebut sering kali menjadi penyebab datangnya penyakit yang dapat
mematikan.
Ada berbagai macam jenis penyakit yang sering didapatkan menyerang anggrek. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut.
Penyebab dari penyakit bercak cokelat ini adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Beberapa anggrek yang sering diserang penyakit bercak cokelat adalah Dendrobium,
Onciddium, Cattleya, dan masih banyak anggrek lainnya.

Pengendalian Penyakit Anggrek Bercak Daun Busuk Batang


Penyakit bercak Daun tanaman anggrek
Gejala apa saja yang muncul ketika bakteri penyebab penyakit ini telah menyerang
anggrek? Gejala yang muncul adalah seperti pada bagian daun tanaman anggrek akan
terlihat melepuh.baca juga Merawat Bunga Anggrek Supaya Tumbuh Sehat
Jika dibiarkan, lama kelamaan bakteri ini akan menyerang pada bagian tanaman lainnya
dan akan menyebabkan melepuhnya seluruh bagian tanaman anggrek.

107
Apakah penyakit bercak cokelat ini menular? Ya, penyakit bercak cokelat ini memang dapat
menular pada tanaman yang sehat. Bagaimana cara penularannya? Cara penularannya
adalah melalui daun basah atau bekas luka pada daun.
Apabila daun tanaman anggrek yang sakit menyentuh daun tanaman anggrek yang tidak
sakit, maka yang terjadi adalah tanaman anggrek yang tidak sakit tersebut akan menjadi
sakit.
Serangan yang hebat terutama padda titik pertumbuhan akan menyebabkan tanaman
menjadi mati. Apabila anggrek terlanjur terserang penyakit bercak cokelat, akan sulit untuk
dikendalikan.

Advertisement

Hal ini dikarenakan bakteri penyebab penyakit ini jika sudah menyerang satu tanaman,
maka akan menyerangnya sampai tanaman itu mati.simak juga Pengendalian Hama Pada
Bunga Anggrek
Namun masih ada cara untuk mengatasi penyakit bercak cokelat ini. Caranya adalah
dengan memotong daun yang melepuh atau daun yang diserang oleh bakteri penyebab
penyakit ini. Selain daun, jika ada bagian tanaman lainnya yang melepuh, segera potong.
Setelah dipotong, sebaiknya daun atau bagian tanaman anggrek lainnya dibakar. Dengan
begitu, bakteri tidak akan dapat menyebar pada tanaman yang masih sehat.
Jika penyerangan telah terlanjur parah dan bakteri sudah tidak dapat diberantas lagi,
segera musnahkan kecambah anggrek. Karena dengan cara itulah bakteri tidak akan
menyebar pada tanaman anggrek lainnya.
Penyakit busuk lunak Pada anggrek
Penyakit busuk lunak disebabkan oleh bakteri Erwinia cypripedii. Bakteri penyebab penyakit
ini akan melancarkan serangannya pada musim penghujan.
Gejala yang ditimbulkan ketika bakteri telah menyerang anggrek adalah timbul bercak pada
bagian daun anggrek. Lama kelamaan bercak tersebut akan menjadi berair, lunak, dan
mengeluarkan aroma yang tidak enak.
Jika dibiarkan beberapa hari saja, bakteri ini akan menyerang bagian tanaman anggrek
lainnya seperti pucuk tanaman anggrek. Jika sudah mencapai pucuk tanaman, maka
tanaman akan cepat mati.
Bagaimana cara memberantas bakteri penyebab penyakit ini? Caranya adalah dengan
daun yang sudah terserang bakteri bisa langsung dipotong dan kemudian dibakar. Dengan
begitu bakteri tidak bisa menyerang tanaman anggrek lainnya yang masih sehat.
Selain dengan cara dan tenik alami,pengendalian penyakit tanaman anggrek baik busuk
daun dan busuk batang bisa menggunakan pestisida yang banyak di perjual belikan di toko

108
pertanian.mungkin hanya ini saja tulisan tantang Hama penyakit bunga anggrek,semoga
bisa membantu.Artikel terkait lainnya 4 Jenis Hama Anggrek Paling Mematikan

https://id.wikipedia.org/wiki/Virus_tumbuhan

Virus tumbuhan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gejala tanaman tembakau yang terserang virus mosaik tembakau.

Virus tumbuhan adalah virus yang menginfeksi tumbuhan.[1] Seperti virus lainnya,
susunan kimia dan struktur fisik virus tumbuhan sangat sederhana, hanya terdiri dari asam
nukleat dan protein.[1] Virus tumbuhan berbeda dengan patogen tumbuhan lainnya, perbedaan
tersebut terdapat pada metode infeksi, translokasi di dalam inang, perbanyakan diri, penyebaran,
dan gejala yang dihasilkan pada inang.[1]

Daftar isi

[sembunyikan]

• 1Sejarah
• 2Deteksi
o 2.1Metode
• 3Pengendalian virus tumbuhan
• 4Referensi

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Virus yang menyerang tumbuhan pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-19 oleh ilmuan
berkebangasaan Belanda, Martinus Beijerinck dan ilmuan berkebangsaan Rusia, Dmitrii Iwanowski
ketika meneliti penyebab penyakit pada tanaman tembakau.[2][3] Karena hanya sedikit yang diketahui
tentang penyebab penyakit ini, ilmuan mencoba mengidentifikasi patogen dengan postulat
Koch untuk mengisolasi bakteri dan jamur, namun usaha ini gagal.[4] Beijerinck dan Iwanowski
bekerja secara terpisah dan menyatakan bahwa terdapat agen yang tidak biasa, menyebabkan

109
penyakit mosaik pada tembakau.[3][5] Agen penyebab penyakit tersebut saat ini dikenal dengan virus
mosaik tembakau.[3]

Deteksi[sunting | sunting sumber]


Apabila penyakit tumbuhan disebabkan oleh virus, partikel virus secara individu hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop elektron.[1] Gejala tumbuhan yang terkena penyakit yang
disebabkan oleh virus antara lain: pola daun-oak (oak leaf pattern) pada daun, klorosis,
dan nekrosis bercak cincin.[1] Gejala yang muncul sebagian besar menyerupai gejala yang
disebabkan oleh mutasi, diferensiasi, atau keracuanan hara, sekresi serangga, dan penyebab oleh
patogen lain.[1] Untuk menentukan bahwa gejala tertentu pada tumbuhan disebabkan oleh virus
dilakukan penyingkiran setiap kemungkinan lain yang menyebabkan penyakit tersebut dan
penularan virus dari tumbuhan yang sakit ke tumbuhan sehat dengan cara meniadakan agensia
penyebab penyakit yang lain.[1]
Metode[sunting | sunting sumber]
Virus yang berbeda dapat memiliki gejala yang sama, untuk itu diperlukan metode yang spesifik
seperti identifikasi berdasarkan sifat virus.[3] Pendekatan yang sesuai antara lain:[3]

• Penularan patogen, cara penularan dari tanaman yang sakit ke tanaman yang sehat dapat
dilakukan dengan cara okulasi, penyambungan, atau menggosok dengan sap tumbuhan.(ipt)
• Imunologi, tes ini berdasarkan identifikasi virus melalui reaksi terhadap atibodi spesifik.[3] Salah
satu metode yang paling banyak digunakan adalah Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay (ELISA).[3]
• Reaksi berantai polimerase atau lebih umum dikenal sebagai PCR (kependekan dari
istilah bahasa Inggris polymerase chain reaction), Teknik PCR merupakan teknik yang sangat
sensitif dan spesifik untuk mendeteksi virus berdasarkan sekuens asam nukleat
dalam genomdari suatu virus.[3][6]

Pengendalian virus tumbuhan[sunting | sunting sumber]


Walaupun hampir tidak ada senyawa antivirus yang dapat menyembuhkan tanaman dari penyakit,
dengan pengendalian dapat mencegah tanaman terserang penyakit.[3]Langkah pertama yang wajib
dalam pengendalian penyakit oleh virus adalah identifikasi, langkah berikutnya tergantung cara
infeksi virus pada inang dan bagaimana penularan penyakit. Serta bagaimana virus bertahan ketika
tidak tumbuh (pada inang).[3][7] Tindakan pencegahan dapat dengan
penggunaan benih atau bibit bersertifikat bebas virus, sanitasi sumber virus, dan modifikasi teknik
budi daya dan pemanenan.[3] Jika virus ditularkan melalui vektor tertentu, pengendalian vektor harus
dilakukan, seperti pada vektorserangga dan nematoda yang dapat dikendalikan
dengan insektisida, nematisida maupun fungisida bagi jamur.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]


1. ^ a b c d e f g (Indonesia) Agrios, George N. (1996). Plant Pathology [Ilmu Penyakit Tumbuhan] (dalam
Inggris). diterjemahkan oleh Munzir, Busnia dan disunting oleh Martoredjo, Toekidjo (Tiga ed.).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ISBN 979-420-388-2.
2. ^ (Inggris) Scholthof, K-B.G. (2000). "Tobacco mosaic". The Plant Health Instructor. doi:10.1094/PHI-
I-2000-1010-01. Check |doi= value (bantuan).
3. ^ a b c d e f g h i j k l (Inggris) Gergerich, R.C., and V. V. Dolja (2006). "Introduction to Plant Viruses, the
Invisible Foe". The Plant Health Instructor. doi:10.1094/PHI-I-2006-0414-01.
4. ^ (Inggris) "Exercise: Tobacco mosaic virus". The American Phytopathological Society. Diakses
tanggal 25 April 2014.

110
5. ^ (Inggris) Zaitlin, M (1998). S.D Kung and S. F. Yang, ed. "The discovery of the causal agent of
tobacco mosaic disease" (PDF). Discoveries in Plant Biology (Hong Kong: World Publishing Co. Ltd.):
105-110.
6. ^ (Inggris) Bartlett , John M.S. and Stirling, David (2003). PCR Protocol. Humana Press. ISBN 978-1-
59259-384-2. ISSN 1064-3745.
7. ^ (Inggris) Haddidi, A., R.K. Khertarpal, and H. Koganezawa (1998). Plant Virus Disease Control.
Amer Phytopathological Society. ISBN 978-0890541913.
Kategori:

• Penyakit tumbuhan
• Patogen
• Virus

http://www.bkpgorontalo.org/?option=detail&id=811

2. Penyakit kerdil rumput

• Penyakit kerdil rumput pada tanaman padi yang disebabkan oleh virus Rice
grassy stunt virus (RGSV). Vector penyebarnya adalah hama wereng coklat
(Nilaparvata lugens).
• Gejala serangan : Gejala utama adalah tanaman yang terinfeksi sangat kerdil
dan banyak anakannya sehingga menyerupai rumput. Daunnya sempit, pendek,
kaku, hijau pucat dan kadang-kadang mempunyai bercak seperti karat.
Kadangkala terdapat percabangan anakan dari buku batang tanaman padi yang
terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi biasanya bertahan sampai dewasa, tetapi
hanya menghasilkan sedikit malai yang kecil berwarna coklat dan bulirnya
hampa bila terinfeksi terjadi saat tanaman dewasa biasanya gejalanya tidak
akan berkembang sebelum panen tetapi muncul pada singgangnya setelah
panen.penularan virus kerdil rumput terjadi secara persisten oleh wereng
coklat. Virus ini dapat memperbanyak diri didalam tubuh vector tapi tidak
ditularkan melalui telur. Bila terjadi ledakan serangan wereng coklat yang
merupakan vector dari dua virus maka akan terjadi penyebaran penyakit secara
bersamaan yaitu penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput dilapangan tetapi
tergantung beberapa factor anatara lain vector,sumber virus, varietas padi dan
factor lingkungan. Sekali wereng coklat menghisap pada tanaman sakit maka
selama hidupnya wereng coklat tersebut akan membawa dan dapat
menyebarkan virus pada tanaman padi lainnya. Tanaman yang terinfeksi tidak
dapat disembuhkan. Meskipun tanaman sakit tidak mati dan tetap
menghasilkan malai, tetapi pengisian gabahnya akan sangat terganggu.

3. Penyakit kerdil hampa

• Penyakit kerdil hampa pada padi adalah penyakit yang menyerang padi dan
juga nama bagi penyebabnya, yiatu virus kerdil hampa padi atau Rice Ragged
Stunt Virus (RRSV).
• Gejala serangan : Tanaman padi yang sakit kerdil hampa menjadi kerdil, daun
melintir, tepi daun bergerigi, terdapat garis-garis berwarna putih pada

111
pelepah, anakan bercabang, dan warna daun menjadi hijau tua. Pada suatu
hamparan, pertanaman yang tertular berat oleh kerdil hampa tidak dapat
tumbuh rata karena tinggi tanaman tidak seragam. Malai yang terbentuk dari
tanaman sakit tidak keluar sempurna, sehingga gabah yang dihasilkan hampa.

4. Penyakit Rice black streak dwarf virus

• Penyakit baru ini disebabkan oleh virus yang menjadi ancaman serius bagi
pertanaman padi. RBSDV marga Fivirus merupakan virus yang memiliki partikel
berbentuk isometric polyhedral dengan ukuran diameter antara 60 hingga 120
nm. Vector dari virus ini adalah wereng punggung putih. Mengenai penyakit ini
masih kurang informasinya
• Gejala Serangan :Tanaman yang terserang biasanya akan kerdil, daun-daunnya
menjadi gelap dan memproduksi (menghasilkan) banyak jelaga. Helai daun
terlihat seperti diplintir dan bentuk ujungnya tidak normal

Pengendalian penyakit
1. Waktu tanam tepat : Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola fluktuasi populasi
wereng hijau yang sering terjadi pada bulan-bulan tertentu.
2. Tanam serempak : Upaya menanam tepat waktu tidak efektif apabia tidak
dilakukan secara serempak.
3. Menanam varietas tahan : Menanam varietas tahan merupakan komponen penting
dalam penegndalian ini.
4. Eradikasi tanaman terserang : Memusnahkan tanaman terserang merupakan
tindakan yang harus dilakukan untuk menghilangkan sumber inokulum sehingga tidak
tersedia sumber penularana.
5. Pemupukan N yang tepat : Penggunaan pupuk N yang berlebihan dapat
menyebabkan tanaman menjadi rentan terhadap serangan virus.
6. Penggunaan pestisida : Penggunaan pestisida dalam mengendalikan tungro
bertujuan untuk eradikasi wereng hijau pada pertanaman yang telah tertular tungro
tidak meneyebar ke pertanaman lain dan mencegah
terjadinya infeksi virus pada tanaman sehat.
Untuk lebih jelasnya perbedaan dari beberapa gejala penyakit tersebut diatas dapat
kita lihat pada gambar berikut :

112
http://planthospital.blogspot.co.id/2011/08/penyakit-kuning-pada-tanaman-cabai.html

pnyakit virus kuning pada cabai telah mengakibatkan kerugian di berbagai sentra produksi
cabai di Indonesia. Di DIY, Jawa Tengah, Sumatera Barat dan Lampung, epidemi penyakit ini
telah menyebabkan kerugian bagi petani hingga mencapai milyaran rupiah. Samapai sekarang
belum ditemukan varietas cabai yang tahan terhadap penyakit ini. Virus mempunyai kisaran
inang yang luas dan mampu menginfeksi beberapa jenis tanaman, diantaranya tomat dan
gulma wedusan/babadotan (Ageratum conyzoides).

113
Tanaman cabai yang terserang virus ini menunjukkan gejala: daun menguning cerah/pucat,
daun keriting (curl), daun kecil-kecil, tanaman kerdil, bunga rontok, tanaman tinggal ranting
dan batang saja, kemudian mati (Gambar 1-2). Infeksi virus pada awal pertumbuhan tanaman
menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan buah. Gejala kuning
dapat dilihat dari kejauhan. Sedangkan gejala pada tanaman tomat adalah berupa tepi daun
menguning atau pucat dan melekuk ke atas seperti mangkok (cupping),daun mengeras, daun
mengecil dan tumbuh tegak, tanaman menjadi kerdil apabila terinfeksi virus sejak awal
pertumbuhan (Gambar 3).

114
Penyakit kuning cabai di Indonesia disebabkan oleh virus dari kelompok/Genus Begomovirus
(singkatan dari: Bean golden mosaic virus), Famili Geminiviridae. Geminivirus dicirikan dengan
bentuk partikel kembar berpasangan (geminate) dengan ukuran sekitar 30 x 20 nm. Di Cuba,
penyakit kuning pada cabai disebakan oleh Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV).

Virus ditularkan oleh kutu putih atau kutu kebul (Bemisia tabaci) secara persisten yang berarti
selama hidupnya virus terkandung di dalam tubuh kutu tersebut (Gambar 4). Virus tidak
ditularkan lewat biji dan juga tidak ditularkan lewat kontak langsung antar tanaman.

115
Pengendalian penyakit yang dianjurkan adalah dengan menerapkan Manajemen Kesehatan
Tanaman, artinya tanaman harus dikelola agar selalu tetap sehat, karena tanaman yang sehat
akan lebih tahan terhadap infeksi virus. Pengendalian penyakit meliputi:

(1) Pengolahan tanah dan pemupukan berimbang,

(2) Penggunaan bibit sehat, yaitu:


(a) pengerudungan persemaian menggunakan kain kasa/kelambu;
(b) tempat persemaian yang terisolasi jauh dari lahan yang terserang penyakit;
(c) semai dilindungi dengan pestisida nabati seperti nimba, ekstrak tembakau, dsb;
(d) perlindungan dengan pestisida kimiawi dapat dilakukan secara bijaksana,

(3) Sanitasi lingkungan di sekitar pertanaman cabai termasuk menghilangkan gulma dan
eradikasi tanaman sakit sejak awal pertumbuhan,

(4) Mengatur waktu tanam agar tidak bersamaan dengan tingginya populasi serangga penular,
jarak tanam yang tidak terlalu rapat, dan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang
dari virus maupun serangga,

(5) Pengendalian dengan insektisida kimiawi secara bijaksana, misalnya yang berbahan aktif
imidacloprid, penyemprotan kutu putih sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara jam 06:00-
10.00

(6) Tanaman tahan atau toleran terhadap virus maupun serangga penular.

116
http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpambon/berita-181-penyakit-kanker-batang-pada-tanaman-
kakao.html

PENYAKIT KANKER BATANG PADA TANAMAN KAKAO


Diposting oleh : Administrator
Kategori: Artikel - Dibaca: 10338 kali

GEJALA
Ambon, Yang dimaksud dengan kanker dalam ilmu penyakit tumbuhan adalah luka yang berbatas jelas pada kulit,
dikelilingi oleh jaringan kalus, yang seringkali terbuka, sehingga kayu tampak dari luar. Pada penyakit kanker batang
kakao pada batang atau cabang yang besar terdapat tempat yang warnanya lebih gelap dan agak mengendap. Pada
tanaman yang sangat rentan tempat ini sering mengeluarkan cairan kemerahan, yang setelah mongering tampak
seperti lapisan karat pada permukaan kulit. Gejala ini sukar terlihat, karena tertutup oleh lapisan luar kulit, lebih-lebih
kalau permukaan batang tertutup oleh lumut atau lumut kerak. Kalau lapisan kulit luar dikorek, tampak bahwa lapisan
kulit bagian dalam berwarna merah kecoklatan. Bercak ini dapat meluas dengan cepat, sehingga banyak kulit
produktif yang rusak.
PENYEBAB
Kanker batang disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora (Butl). Butl, sama dengan penyebab busuk buah dan
menginfeksi kulit batang atau cabang. Kelak dari sini jamur dapat kembali menginfeksi buah. Jamur tidak dapat
langsung menginfeksi batang yang sehat, kecuali kalau terdapat luka-luka, misalnya luka karena serangga.
PENGENDALIAN/PENGELOLAAN PENYAKIT

1. Cara yang paling baik untuk mengendalikan kanker batang adalah dengan pengendalian penyakit busuk
buah. Buah-buah yang bergejala harus segera dipetik dan dipendam. Hubungan antara busuk buah dan
kanker batang harus selalu diingat.
2. Perlu diusahakan agar infeksi pada kulit dapat segera diketahui. Pada bagian yang sakit kulit luar (kerak)
dikorek, sehingga kulit dalam terlihat. Dulu dianjurkan agar jaringan kulit yang busuk dipotong sampai
bersih, lalu luka ditutup Mempertahankan seresah sebagai mulsa disekitar pangkal batang.
3. Memanen buah yang masak secara teratur, misalnya seminggu sekali, sambil membersihkan buah-buah
yang sakit. Buah yang sakit, beserta dengan kulit buah (cangkang) dipendam cukup dalam, sehingga paling
sedikit tertutup tanah setebal 10 cm.
4. Dari kegiatan uji coba di beberapa lahan petani di Seram Bagian Barat dan Maluku Tengah, Kanker Batang
dapat dikendalikan dengan memakai Kunyit, Pohon Kakao yang terkena Kanker di kupas pada bagian
terserang kemudian di gosok dengan menggunakan kunyit.

117
5. Yang dilakukan BBP2TP Ambon Pada Kegiatan Demplot Penyehatan kebun Kakao adalah
penggunaan Trichoderma sp dan Penggunaan Kunyit, dan telah terbukti dapat mengatasi Penyakit Kanker
Batang dimaksud.

oleh
Robert Lekahena

http://primaagrotech.com/id/product/trichopro.html

BIOFUNGISIDA

• Antagonis terhadap jamur Colletotrichum sp. penyebab penyakit Antraknosa


• Antagonis terhadap jamur Phytophtora infestans penyebab penyakit hawar daun pada tanaman
family Solanaceae
• Antagonis terhadap jamur Oidium sp. penyebab penyakit embun tepung dan embun bulu

TRICHOPRO adalah fungisida hayati yang mengandung mikroba temuan baru yang bersifat
antagonis terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Berdasarkan penelitian yang
telah dilaksanakan TRICHOPRO dengan kemampuan endofitiknya mampu mencegah dan
mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh cendawan Xanthomonas sp.,
Fusarium,Colletotrichum sp., dan Pythophthora sp, yang secara umum dikenal dengan penyakit
antraknosa (patek), penyakit embun tepung (powdery mildew), embun bulu (downy mildew), dan
penyakit hawar daun. Mekanisme pencegahan ini karena dalam TRICHOPROterkandung Bacillus
subtillis, Psedomonas fluorescent dan Trichoderma sp. yang mampu memberikan imunisasi awal
terhadap serangan penyakit tersebut.

118
Antraknosa (Patek):

Penyakit antraknosa atau patek disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici Sydow dan
Colletotrichum gloeosporioides Pens. Kerugian akibat penyakit ini mencapai hingga 20-90 %
terutama pada saat musim hujan.

Gejala serangan penyakit antraknosa atau patek

Buah: ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat seperti


terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang
terkadang ada jelaganya berwarna hitam.

Biji: dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila


telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah
kecambah.

Tanaman dewasa: dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi


lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang
dapat menimbulkan busuk kering warna cokelat kehitaman.

Penyemprotan TRICHOPRO dilakukan sebagai preventif/pencegahan untuk dapat menekan penyakit


antraknosa, selama fase vegetatif disemprotkan ke seluruh bagian tanaman, sedangkan saat memasuki
fase generatif penyemprotan dilakukan pada buah.

119
Embun Tepung (Powdery Mildew):

Penyebab penyakit ini adalah cendawan Oidium.

Gejala serangan penyakit embun tepung

Lapisan tepung putih pada bagian atas daun, yang dapat menyebabkan daun
malformasi (mengering akan tetapi tidak gugur). Lapisan tepung putih ini
adalah masa konidia jamur. Fase kritis serangan adalah periode pertunasan
dan daun muda yang sedang tumbuh, buah muda yang terserang mudah
gugur. Penyemprotan TRICHOPRO dilakukan sebagai
preventif/pencegahan, disemprotkan merata ke seluruh

120
Embun Bulu (Downy Mildew):

Embun Bulu (Downy Mildew): Merupakan penyakit penting pada tanaman Family Cucurbitaceae
cendawan Pseudomonas cubensis. Penyakit embun bulu ini biasa disebut dengan penyakit trotol/kresek.
Gejala Serangan Penyakit Embun Bulu

Pada permukaan atas daun terdapat b


melingkar dan tidak beraturan. Dalam pe
besar dan dapat tidak beraturan. Dalam p
besar dan dapat menutupi seluruh permuk
terdapat kumpulan spora dan tangkai spo
Jika serangan penyakit parah, daun-daun
akan mudah hancur dan mengeluarkan b
kresek jika diremas. Meskipun dapat meny

dapat tidak beraturan. Dalam perkembangannya bercak akan bertambah besar dan dapat menutupi seluruh permu
daun terdapat kumpulan spora dan tangkai spora menyerupai bulu berwarna keunguan. Jika serangan penyak
mengering sehingga daun akan mudah hancur dan mengeluarkan bunyi "renyah" menyerupai suara plastik k
menyebabkan kerusakan yang parah pada daun, penyakit ini tidak dapat menyerang dan membuat
Penyemprotan TRICHOPRO dilakukan sebagai preventif/pencegahan, disemprotkan merata ke seluruh tubuh tanam

121
Hawar Daun/Busuk Daun/Lodoh:

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Phytophtora capsici. Selain menyerang daun, penyakit ini juga me
Gejala Serangan Penyakit Hawar Daun

Gejala awal timbul bercak-bercak kecil dan tidak beraturan di tepi daun
kemudian akhirnya menyebar ke seluruh bagian daun. Gejala serangan pada
buah dimulai dengan adanya bercak kebasahan dan akhirnya meluas
menyebabkan buah terlepas dari kelopak bunga karena membusuk.
Penyemprotan TRICHOPRO dilakukan sebagai preventif/pencegahan,
selama fase vegetatif disemprotkan ke seluruh bagian tanaman, dan untuk
fase generatif penyemprotan dilakukan pada daun dan buah.

122
Komposisi

Setiap tablet TRICHOPRO mengandung 5 x 107 – 109 cfu/gram :

1. Bacillus subtilis, yang berperan dalam menghasilkan hormon auksin dan antagonis terhadap Phytophtora infestans.
2. Pseudomonas flourescens, yang berperan sebagai antagonis terhadap Colletotrichum sp. dan Oidium sp.
3. Trichoderma sp., yang berperan sebagai antagonis beberapa jenis jamur patogen Fusarium

SASARAN DOSIS DAN CARA APLIKASI

1 tablet TRICHOPRO dilarutkan dalam 100 ml air, kemudian diencerkan da


untuk 50 bibitan.

Nursery / Pembibitan 1 - 2 tablet TRICHOPROdilarutkan dalam 100 ml air, kemudian diencerk


intensif 4 - 6 hari sekali. Untuk 100 tanaman.
Fase Vegetatif
1 - 2 tablet TRICHOPROdilarutkan dalam 100 ml air, kemudian diencerk
Fase Generatif intensif 5 hari sekali. Untuk 100 tanaman.

Sebelum diencerkan untuk diaplikasikan, larutan 1 tablet TRICHOPRO dil


didiamkan selama 3 - 12 jam.

Sebelum digunakan untuk penyemprotan TRICHOPRO tangki sprayer HA


Keterangan dengan menggunakan detergen dan TIDAK DAPAT dicampur dengan aplikas

123
http://www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/629/

aspadai Serangan Bengkak Daun pada Tanaman Nilam


Info Teknologi

(tro/14 Agu 2008)

Indonesia merupakan negara produsen minyak nilam kualitas terbaik yang telah menguasai pasar dunia dan merupakan penghasil
devisa terbesar dari ekspor minyak atsiri. Namun predikat tersebut dapat terancam bila tidak hati-hati dalam budidayanya. Salah
satu kendala yang dihadapi petani dalam budidaya nilam adalah serangan penyakit Budok yang dicirikan dengan bengkak-
bengkak (scabies) pada daun.
Saat ini serangan bengkak daun banyak ditemukan di daerah pengembangan nilam. Gejala serangan dapat dilihat sejak awal
budidaya, baik pada saat persemaian maupun di lapang. Serangan budok ditandai dengan adanya benjolan-benjolan kecil pada
permukaan atas dan bawah daun, serta batang. Pada serangan lanjut, akan menghambat pertumbuhan vegetatif sehingga rumpun
tanaman tidak bertambah besar, permukaan batang menebal, dan ruas batang memendek. Pada ketiak cabang tumbuh tunas-tunas
berdaun keriput dan kerdil. Rumpun tanaman yang terserang pertumbuhannya terhenti, bahkan kanopinya cenderung mengecil.

Hasil pengamatan peneliti Balittro secara mikroskopis pada sampel dari berbagai daerah pengembangan nilam, penyakit tersebut
diduga kuat disebabkan oleh jamur Synchytrium sp. Jamur ini ditemukan berada di permukaan tanaman baik daun, batang
maupun ranting. Biasanya ukuran daun menjadi lebih kecil, bahkan nampak daun menjadi kerdil. Para petani nilam di Aceh
menyebut penyakit ini sebagai penyakit paku.
Untuk mengendalikan penyakit ini, Balittro dalam situsnya menyarankan beberapa cara sebagai berikut :

1. Menggunakan benih yang sehat dan bebas penyakit budok,


2. Lakukan sortasi benih sebelum penanaman, untuk menyakinkan benih sehat dan bebas penyakit budok,
3. Pengendalian dapat dilakukan secara teknis budidaya (khususnya pengolahan lahan, drainase yang baik),
4. Lakukan pengelolaan kebun secara rutin terutama untuk memonitoring penyakit sehingga diketahui lebih dini gejala awal
penyakit budok,
5. Lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang penyakit Budok,
6. Bila tanaman sudah terserang, lakukan pencabutan dan pembakaran tanaman yang sakit (eradikasi) yang akan menjadi
sumber inokulum penyakit,
7. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida di persemaian, dengan cara merendam setek
dalam fungisida (sebelum disemai),
8. Gunakan fungisida pada tanaman setelah pemanenan bila pada kebun ada yang terserang penyakit budok.

Keterangan Gambar:
Gambar A) Tanaman yang terserang Synchytrium, (B) Bisul yang terbentuk pada batang, (C) Gejala awal pada daun yang telah dewasa , (D) Gejala yang
telah lanjut, (E) Bisul dengan pengamatan dari atas menggunakan mikroskop, (F) Bisul dengan pengamatan dari samping; sporangium jelas terlihat, dan
(G) Zoospora di dalam sporangium yang telah matang.

Sumber : diolah dari Balittro

124
http://kusumadarma17.blogspot.co.id/2011/07/blood-disease-bacteria-bdb-pada-pisang.html

Blood Disease Bacteria (BDB) pada Pisang

Pendahuluan

Tanaman pisang merupakan salah satu komoditas prioritas yang ditetapkan oleh pemerintah
untuk dikembangkan. Pisang adalah buah yang paling banyak diproduksi di Indonesia. Saat ini
pisang menempati urutan pertama dalam konsumsi buah nasional. Tingginya tingkat produksi
dan konsumsi menyebabkan pisang menjadi komoditas yang sangat potensial dalam

125
menunjang ketahanan pangan melalui pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan masyarakat.
Pisang juga potensial sebagai komoditas ekspor, dimana hingga tahun 2001 menempati urutan
pertama dalam ekspor buah nasional.

Pengembangan pisang di Indonesia menghadapi tantangan berupa serangan penyakit darah


yang disebabkan oleh Blood Disease Bacteria (BDB). Sequira (1998) mengemukakan bahwa
dalam pengembangan tanaman pisang, bahaya penyakit layu bakteri diperkirakan lebih besar
dibandingkan dengan penyakit pisang lainnya misalnya penyakit layu fusarium yang disebabkan
oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp. cubense atupun penyakit sigatoka yang disebabkan
oleh Mycosphaerella spp. Hal itu disebabkan oleh: (a) semua tanaman pisang yang
dibudidayakan (triploid) saat ini rentan terhadap patogen tersebut, sumber-sumber ketahanan
yang ada pada tanaman pisang tipe liar (diploid) sangat terbatas, (b) tingginya potensi
penularan oleh serangga vektor dan (c) cara pengendalianya relatif mahal serta hanya dapat
diimplementasikan dalam areal kerja sama yang cukup luas.

Serangan penyakit darah pada tanaman pisang semakin tinggi setiap tahunnya. Pada tahun
1991, secara nasional serangan penyakit ini diperkirakan mencapai 36%. Pada tahun 1993,
serangan penyakit darah diperkirakan mencapai lebih dari 2 juta rumpun atau sekitar 64%.
Jumlah tanaman pisang yang terserang BDB di Indonesia pada tahun 2004mencapai
2.116.829 rumpun.

Penyebaran Peyakit Darah di Indonesia

Penyakit darah sudah lama dikenal di Indonesia. Penyakit tersebut pertama kali mewabah
tahun 1910 di Pulau Selayar (Sulawesi Selatan). Beberapa tahun kemudian, penyakit darah
sudah meluas hampir ke seluruh Sulawesi Selatan sehingga sejak tahun 1921 dengan
Lembaran Negara Nomor 532 pemerintah melarang pengangkutan tanaman atau bagian-
bagian tanaman pisang dari Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya ke wilayah lain untuk
mencegah penyebaran penyakit darah.

Sejak diberlakukannya karantina tahun 1921, tidak pernah dilaporkan adanya serangan
penyakit darah pada pisang. Laporan pertama serangan penyakit ini terjadi kembali pada tahun
1987 di daerah Jonggol, Bogor - Jawa Barat. Di daerah Bogor dan sekitarnya, penduduk
setempat menamakan penyakit tersebut dengan nama penyakit ‘muntaber’. Pada tahun yang
sama penyakit darah ternyata telah tersebar ke seluruh pulau Jawa mulai dari Yogyakarta,
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penyakit darah terdeteksi di Lampung pada tahun 1993 dan di
beberapa sentra produksi pisang lainnya di Sumatera. Pada tahun 2001, penyakit darah telah

126
menyebar ke Pulau Sumbawa, Lombok dan Bali. Pada tahun berikutnya dilaporkan hampir
menyebar ke seluruh wilayah Indonesia meliputi Pulau Kalimantan Barat, Kepulauan Maluku
dan Irian Jaya. Penyakit darah kembali dilaporkan mewabah di Kalimantan dalam lima tahun
terakhir ini.
Penyebaran penyakit darah pada pisang di Idonesia dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penyebaran penyakit darah di Indonesia : Medan – Sumatera Utara, Solok – Sumatera Barat,
dan Lampung (1993); Jawa Tengah (1988); Jawa Timur (1997); Bali (1995); Lombok dan
Sumbawa (1999); Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan (1920); Maluku, Irian
Jaya, dan Kalimantan.

Gejala Serangan

BDB dapat menyebabkan kematian tanaman dan kegagalan panen. Gejala penyakit ini mirip
dengan penyakit lain pada pisang yaitu penyakit Moko di Amerika Tengah dan Selatan dan
penyakit Bugtok atau Tapurok di Filipina yang disebabkan oleh bakteriRalstonia
solanacearum ras 2.

Gejala serangan bervariasi tergantung pada tingkat perkembangan tanaman saat terinfeksi.
Gejala BDB dapat diketahui dari luar dan gejala dalam. Secara umum, penyakit ini
menyebabkan daun menguning yang dimulai dari tepi daun tua. Tangkai daun sering patah dan

127
menggantung pada pangkalnya. Daun kemudian menjadi nekrosis (Gambar 2).Daun muda
yang baru muncul akan berwarna pucat, nekrotik dan mengering.

Bila batang pisang yang terserang dipotong, pada permukaan bidang potongan keluar lendir
(ooze) bakteri yang berwarna kemerahan menyerupai darah, sehingga penyakit ini disebut
‘penyakit darah’. Pada jaringan pembuluh, terlihat bercak-bercak berwarna coklat
kemerahan (discoloration) yang merupakan gejala khas penyakit ini. Discoloration juga sering
muncul pada bonggol dan anakan.

Gambar 2. Gejala serangan BDB pada daun (kiri) dan buah pisang (kanan)

Bunga jantan bisa menjadi keriput. Buah dari tanaman yang terserang BDB menjadi hitam
pada ujungnya atau matang sebelum waktunya. Namun buah juga sering tidak menunjukkan
gelaja dari luar. Buah tetap berwarna hijau segar, tetapi bila buah dipotong daging buahnya
akan mengeluarkan lendir (ooze) bakteri yang berwarna coklat kemerahan menyerupai darah
seperti gejala pada batang (Gambar 1).

Kisaran Inang

128
Skrining ketahan varietas pisang terhadap BDB telah dilakukan oleh Hanudin dkk di Bogor dan
Sudana dkk di Bali. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hampir semua varietas pisang yang
ada rentan terhadap BDB. Beberapa varietas menunjukkan sifat agak tahan terhadap BDB
(Tabel 1) yang ditunjukkan oleh relatif rendahnya tingkat keparahan penyakit.

Tabel 1. Pengujian tingkat ketahanan varietas pisang terhadap BDB

Varietas rentan Varietas “tahan”


Ambon Lumut, Ambon Jepang, Batu (Klutuk), Bancan, Bunting,
Ambon Putih, Ampyang, Badak, Bojong, Dak Nangka, Kayu, Ketip,
Bangkahulu, Barangan, Emas, Embe, Marga, Kepet, Muli, Papan,
Jambe, Jimbluk, Kepok (Saba), Lilin, Rempeneng, Susu Ketan, Susu,
Nangka, Raja Sere, Seribu, Siman, Plepeden, Telur, Udang
Sogit, Siam, Tanduk

Sejalan dengan penelitian Hanudin dan Sudana, penelitian yang dilakukan oleh
INIBAP,Nasution, Pasberg-Gauhl dan Lehmann-Danzinger menunjukkan bahwa tidak ada
tanaman pisang yang tahan terhadap BDB. Beberapa varietas pisang memiliki respon yang
berbeda terhadap BDB dilihat dari waktu yang diperlukan mulai dari inkubasi sampai muncul
gejala layu pertama dan seluruh daun nekrosis (Tabel 2).

Hasil survei Muharam et al. (1992) menunjukkan bahwa di Jawa Barat, Pisang Ambon Putih
paling rentan terhadap penyakit darah sedangkan di Sulawesi Selatan, Pisang Kepok paling
umum dijumpai terserang. Hasil pengamatan Rustam tahun 2002 di Kabupaten Indragiri Hulu
Riau dan tahun 2003/2004 di beberapa daerah pertanaman pisang di Bogor menunjukkan
bahwa pisang kepok juga paling umum terserang penyebab penyakit darah.

Tabel 2.Respon beberapa varietas pisang terhadap BDB

129
Lamanya waktu (hari) yang
diperlukan mulai dari inkubasi
Type Genom Spesies/cultivar sampai Reaction
muncul gejala seluruh daun
layu pertama nekrosis
M. ornata 9 14 S
M. acuminata var . 10 16 S
Wild bantamensis
(BB) M. balbisiana 8 16 S
Banana M. acuminata var nakii 10 17 S
M. salaciensis 9 16 S
(AB) Ney poovan 10 21 S
(AA) Pisang mas 9 18 S
(AA) Pisang bawang 10 22 S
(AAA) Pisang ambon 10 24 S
(AAA) Gran nain 12 23 S
Dessert
(AAA) Petit nain 11 23 S
(AAA) Valery 11 20 S
Banana
(AAA) Gros michael 12 24 S
(AAA) Pisang susu 13 21 S
(AAA) Pisang langsat 13 22 S
(AAAA) IC2 15 27 S
(AAB) Pisang raja 14 25 S
(AAB) Pisang sutera 14 26 S
(AAB) Laknau 11 24 S
(AAB) Curare 10 24 S
Plantain (ABB) Chato 11 20 S
(ABB) Pisang kepok 10 23 S
(ABB) Pelipita 16 27 S
(BBB) Saba 17 35 S
(ABBB) Klue teparot 16 30 S

Pengujian Baharuddin (1994) terhadap 20 spesies tanaman menunjukkan bahwa BDB memiliki
kisaran inang yang lebih luas. Selain pada pisang, BDB mampu menimbulkan gejala penyakit
pada Heliconia collinsiena, H. revolata, Strelitzia reginae, Canna indica, Solanum
nigrum, dan Asclepias currasiva, tetapi tidak mampu menimbulkan gejala penyakit pada
beberapa tanaman yang merupakan inang utama R. solanacearum, seperti tomat, buncis,
tembakau, cabai, kacang tanah, kentang, dan terung.

130
Cara Penularan dan Penyebaran

Penularan dan penyebaran BDB yang utama diduga terjadi melalui pembungaan dengan
bantuan vektor serangga yang mengunjungi bunga. Hal ini berdasarkan pengamatan di
lapangan yang menunjukkan bahwa tanaman yang sakit sering menunjukkan gejala pada buah
dan batang bagian atas, sedangkan batang bawah dan bonggol tidak menunjukkan gejala
serangan.

Serangga tertarik pada bunga jantan karena keberadaan nektar sebagai makanannya.
Beberapa serangga yang berpotensi untuk menularkan BDB ditampilkan pada Tabel 3. Peran
serangga dalam menularkan BDB masih belum diketahui dengan pasti, apakah sebagai vektor
atau hanya sebagai pembawa (carrier) yang terkontaminasi secara tidak sengaja oleh BDB
pada saat proses makan.

Selain serangga yang menularkan penyakit melalui bunga, terdapat beberapa kompleks OPT
yang diduga juga berperan dalam infeksi BDB. Misalnya adalah nematoda yang “menggerek”
perakaran tanaman (burrowing nematode), penggerek bonggol dan penggerek batang pisang.
OPT ini menyebabkan pelukaan yang menyediakan jalan masuk bagi BDB.

Tabel 3. Serangga yang terdapat pada bunga jantan pisang dan berpotensi sebagai vektor BDB

Diptera : Lepidoptera :

• Cloropidae • Coleophoridae

• Drosophilidae • Hesperidae

• Flatypezidae

• Culicidae Hymenoptera :

• Muscidae • Blattidae

• Antomyiidae • Apidae

• Sarcopangidae

131
Selain dengan vektor, BDB dapat ditularkan dan disebarkan diantaranya melalui alat-alat
pertanian, tanah yang dihanyutkan air, kontak akar dan bibit yang terinfeksi. Pada saat
digunakan untuk pemeliharaan kebun, alat-alat yang terkontaminasi dapat menyebabkan luka
pada tanaman sekaligus menyebarkan dan menularkan penyakit. Penyebaran BDB antar
daerah terjadi melalui benih dan buah pisang yang terinfeksi akibat aktivitas perdagangan.

Strategi Pengendalian

Sampai sekarang belum ada teknik atau metode pengendalian yang menunjukkan hasil yang
nyata terhadap penyakit ini. Pengendalian penyakit yang direkomendasikan dan mungkin dapat
dilakukan untuk pengendalian BDB adalah sebagai berikut :

1. Karantina. Sejak tahun 1921 dengan Lembaran Negara No. 532 pemerintah telah melakukan
tindakan karantina terhadap penyakit darah. Namun demikian penyakit darah tetap menyebar
ke seluruh Indonesia. Implementasi dilapangan harus lebih di perhatikan untuk untuk
mencegah tersebarnya penyakit darah lebih luas terutama keluar Indonesia.

2. Penggunaan bibit yang sehat. Beberapa literatur menyebutkan bahwa bibit yang sehat dapat
diperoleh dari rumpun yang terinfeksi, namun untuk sumber bibit sebaiknya digunakan hanya
rumpun yang benar-benar sehat. Bibit dikembangkan dari pohon induk yang jelas sumbernya
dan diketahui bebas dari BDB. Untuk perbanyakan bibit dengan kultur jaringan sebaiknya
dilakukan pengecekan kesehatan sumber eksplan sebelum diperbanyak.

3. Sanitasi. Sisa-sisa tanaman pisang yang terinfeksi dapat menjadi sumber inokulum yang dapat
membantu penyebaran penyakit. Sanitasi harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak melukai
tanaman yang sehat agar tidak terjadi penularan penyakit melalui peralatan yang
digunakan. Adanya luka pada akar dapat mempermudah terjadinya infeksi. Disinfeksi peralatan
dapat menghindarkan penularan penyakit dari tanaman sakit ke tanaman sehat.

4. Pengendalian vektor. Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pemberaan lahan, rotasi
tanaman, tanaman perangkap, pengendalian hayati (parasitoid dan entomopatogen), maupun
pestisida. Pemberaan lahan dilakukan dengan membongkar sisa-sisa tanaman dan tidak
menanam pisang kembali selama 2 tahun. Selama masa menunggu ini tanah harus bersih dari
gulma yang dapat menjadi tanaman inang.

132
5. Pengendalian kimia. Penggunaan pestisida kimia tidak secara langsung diarahkan untuk
mengobati penyakit BDB, tetapi untuk pengendalian vektor sehingga mencegah tanaman
terinfeksi. Pengendalian bahan kimia harus dilakukan dengan bijaksana dengan
mempertimbangkan faktor teknis, ekonomis dan ekologis.

6. Penggunaan varietas tahan. Hampir semua varietas pisang yang ada saat ini rentan terhadap
BDB. Saat ini telah diperoleh varietas Pisang Kepok yang terhindar(escape) dari BDB, yaitu
Pisang Kepok Unti Sayang. Hal ini karena Pisang Kepok ini tidak menyisakan bunga jantan
(tanpa jantung) setelah pembentukan buah selesai. Pisang yang dikembangkan oleh PKBT
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan telah dilepas oleh Menteri Pertanian
pada tahun 2009.

7. Pembungkusan tandan buah dan pembuangan jantung. Infeksi berawal dari pembungaan yang
diperantarai oleh serangga vektor. Pembungkusan tandan buah dan pembuangan jantung
diharapkan dapat menghindari infeksi patogen karena serangga vektor tidak dapat mencapai
bunga. Teknik ini relatif mudah dilakukan tetapi efektifitasnya masih perlu dikaji terkait dengan
waktu yang tepat saat perlakuan.

8. Praktek budidaya yang baik. Pemupukan dan pemeliharaan yang berimbang akan menjadikan
tanaman tumbuh optimal sehingga dapat menyelesaikan proses pemasakan buahnya jika
sekiranya terinfeksi. Drainase kebun dipelihara agar tetap baik agar pada waktu hujan air tidak
mengalir di permukaan tanah dan menyebarkan bakteri.

9. Pengendalian hayati (biokontrol). Agens hayati yang banyak dikembangkan saat ini adalah
PGPR dan endofit. Meskipun pengujian secara in vitro dan rumah kaca menunjukkan agens
biokontrol dapat menghambat BDB, namun teknik pengendalian hayati ini belum diterapkan di
lapangan. Pengembangan mikroba endofit sebagai agens biokontrol untuk BDB memiliki
potensi lebih baik karena mikroba endofit memiliki tempat hidup (relung ekologi, niche) yang
sama dengan BDB.

10. Induksi ketahanan. Beberapa senyawa kimia dapat digunakan untuk menginduksi ketahanan
tanaman terhadap patogen, misalnya asam salisilat (SA), acetylsalicylic acid (aspirin), asam
jasmonat (JA), benzothiadiazole (BTH), dan dicloroisonicotinic acid (INA). Induksi ketahanan
dapat juga dilakukan dengan mikroba baik mikroba rizosfer maupun mikroba endofit. Penelitian
induksi ketahanan pisang terhadap BDB masih sangat terbatas dan masih pada skala rumah
kaca.

133
https://maulzxxx.wordpress.com/2015/02/02/penyakit-mosaik-komplek-pada-tanaman-mentimun/

Penyakit Mosaik Komplek pada


Tanaman Mentimun
Posted by Maulz on Februari 2, 2015 in Dunia Pertanian

1 Vote

134
Penyakit mosaik komplek pada tanaman mentimun (Cucumis sativus Linn.)disebabkan
oleh Cucumber Mosaic Virus (CMV).

Cucumber mosaic virus (CMV) merupakan virus yang termasuk keluarga Bromoviridae yang
merupakan jenis virus tanaman. Genusnya adalah Cucumovirus. Bentuk CMV adalah polihedral
linear positif-sense dengan diameter 28 nm, beruntai tunggal RNA. Ukuran total genomnya yaitu
8,621 kb dan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian terbesar adalah 3,389 kb; terbesar kedua adalah
3,035 kb; terbesar ketiga adalah 2,197 kb. RNA ini dikelilingi oleh lapisan p

Gejala yang ditimbulkan pada tanaman mantimun jika terserang penyakit mosaik komplek adalah
sebagai berikut:

Terjadi klorosis pada daun (daun trotol kuning), belang hijau coklat. Permukaan daun berlekuk lekuk
(bergelombang). Ukuran permukaan daun menjadi lebih kecil. Daun berlepuh hijau gelap (blister).
Daun berbentuk mangkuk atau cawan. Bercak hijau putih pada buah.

Akibat yang ditimbulkan pada tanaman mantimun jika terserang penyakit mosaik komplek adalah
sebagai berikut:

Pertumbuhan terhambat sehingga tanaman terlihat kerdil. Jumlah buah sedikit dan berukuran kecil.
Penurunan kualitas buah.

Cara Identifikasi

Cara identfikasi penyakit mosaik komplek adalah adalah dengan pembuatan inokulum, perbanyakan
isolat virus, dan uji proteksi.

Koleksi Isolat Lapang

135
Isolat Virus mosaik ketimun diperoleh dari lapang sekitar Bogor. Daun tanaman yang terifeksi
diambil dan diinokulasi ke tanaman N.glutinosa. Isolat yang diperoleh diberi nomor dan dikoleksi.

Pembuatan Inokulum

Inokulum yang digunakan dibuat dengan menghancurkan daun tanaman terinfeksi pada bufer fosfat
pH 7.0 dengan perbandingan 1 : 10 (berat (g) /volume (ml)). Cairan peranan tersebut diinokulasikan
secara mekanis ke daun tanaman dengan mengoleskan cairan tersebut dan sebelumnya ditaburi
dengan Carborundum 320 mesh.

Perbanyakan Isolat Virus


Semua isolat diinokulasikan secara seri dengan lesio tunggal ke tanaman C. amaranticolor.
Selanjutnya isolat diperbanyak pede tanaman N. tabacum. Daun tanaman N. tabacum yang
terinfeksi digunakan sebagai sumber virus untuk mempelajari gejala pada tanaman indikator dan
material untuk analisa RNA untai ganda dan satelitnya.
Cara Penularan
Penyakit mosaik komplek pada tanaman mentimun dilakukan oleh serangga yang berperan sebagai
vektor (pembawa). Serangga merupakan kelompok terbesar dari vektor-vektor virus tanaman,
terutama vektor-vektor virus tanaman yang menyebabkan infeksi tanaman yang secara ekonomis
cukup berarti. Kebanyakan serangga vektor virus tanaman adalah bangsa Hemiptera (Heteroptera
dan terutama Homoptera). Serangga ini mempunyai alat mulut penusuk dan pengisap. Jenis
serangga yang dapat menjadi vektor yang sangat efisien, yaitu kutudaun (Aphids) dan wereng daun
(leafhopper), wereng batang (planthopper), wereng pohon (treehopper). Dan jugaBemisia spp.
(whiteflies) Species kumbang (Coleoptera), Thrips spp. dengan alat mulut tipe pemarut dan
pengisap merupakan vector virus. Disamping serangga, kelompok Acarina (tungau) dari dua famili
yaitu Tetranichydae dan Eryophyidae juga dapat menjadi vektor virus.
Cara Pengendalian
Penghilangan Sumber Inokulum

Penggunaan benih atau bibit tanaman bebas virus merupakan salah satu cara yang efektif untuk
menghindarkan terjadinya epidemi penyakit virus. Usaha menghilangkan sumber infeksi dapat
dilakukan dengan: Menghilangkan gulma dan tanaman inang lainnya (Tanaman sisa dari musim
sebelumnya merupakan sumber infeksi yang potensial untuk tanaman baru, sehingga perlu
dimusnahkan (eradikasi).

Menghindari Sumber Infeksi

Menghindari sumber infeksi merupakan salah satu cara untuk mengurangi terjadinya epidemi
penyakit. Beberapa tindakanyang dapat dilakukan untuk menghindari sumber infeksi adalah sebagai
berikut: Melakukan pergiliran tanaman, Menanam pada areal yang terisolasi, penggunaan benih dan
bibit yang bebas virus yang berarti meniadakan sumber infeksisehingga bisa menunda terjadinya
epidemi penyakit virus di lapangan, menghindari vektor, khusus untuk kebun pembibitan, pemilihan
lokasi yang bebas vektor virus merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan benih yang bebas
virus.

Penggunaan Varietas Tahan


Pengendalian Vektor

Aplikasi insektisida lebih efektif digunakan untuk mengendalikan vektor virus yang mempunyai sifat
persisten dibanding yang nonpersisten. Pengendalian secara nonkimiawi dapat dilakukan dengan
cara: penggunaan tanaman pembatas (barrier crop), mulsa berefleksi, dan menggunakan minyak
mineral.

136
Pengendalian Dengan Proteksi Silang
Pengendalian Dengan Tanaman Transgenik

Terdapat dua tipe ketahanan tanaman transgenik terhadap virus yaitu 1) ketahanan yang khas
terhadap virus asal gen dan 2) ketahanan spektrum luas yaitu mempunyai sifat ketahanan terhadap
virus lainnya. Akan tetapi penggunaan tanaman transgenik dalam usaha tani tembakau terutama
tembakau cerutu mendapat penolakan dari pasar sehingga belum dapat dilakukan.

Data diolah oleh Faris G. Ghaisani

Presentasi berjudul: "Symptom (Gejala). Symptom (Gejala) perubahan morfologi yang


nampak secara visual. Suatu manifestasi dari reaksi fisiologi tumbuhan untuk menanggapi
aktivitas."— Transcript presentasi:

1Symptom (Gejala)
2Symptom (Gejala) perubahan morfologi yang nampak secara visual. Suatu manifestasi dari reaksi
fisiologi tumbuhan untuk menanggapi aktivitas penyebab penyakit yang merugikan tumbuhan.
Ekspresi dari inang/ susep terhadap kondisi penyakit patologik sehingga suatu penyakit tertentu
dapat dibedakan dengan penyakit lain. Karena penyakit merupakan proses yang dinamis → maka
gejala selalu berubah sejalan dengan berkembangnya penyakit.

3Symptom (Gejala) Gejala luar/ gejala morfologis → gejala yang nampak dari bagian luar
tumbuhan. Gejala histologis → gejala yang hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.

137
4PATOGEN Penyakit pd. buah Layu pucuk Klorosis Kanker Bercak daun Diekspresikan dalam bentuk
GEJALA Ada berapa macam GEJALA….…?

5GEJALA HIPOPLASIA NEKROSIS HIPERPLASIA Plesionekrosis Holonekrosis Kerdil Albikasi Supresi


Gigantisme Hiperkromik Metaplastik Proleptik rosetting klorosis etiolasi mumifikasi, spot, kanker
yellowing, layu, hidrosis cacar, kudis viresens filodi prolepsis

6NEKROSIS Dicirikan adanya degenerasi protoplas yang diikuti oleh matinya ( nekrosis ) sel,
jaringan, organ, dan seluruh bagian dari tumbuhan. Plesionekrosis: hampir mati. Ex.:yellowing,
wilting Gejala seperti ini biasanya mengawali gugurnya daun, baik oleh karena penuaan ataupun
karena patogen.

7Holonekrosis: keseluruhannya mati. Dapat terjadi pada setiap bagian dari tumbuhan sakit (organ
penyimpanan, jaringan berklorofil, jaringan berkayu). Gejala ini paling mudah dikenali (Busuk pd.
Tomat) (Spot/ bercak pd. daun jeruk) Gejala busuk biasa diawali dengan HIDROSIS (jaringannya
nampak banyak mengandung air). Eksudat yang biasa keluar dari jaringan yang busuk disebut
“leak”.

8HIPOPLASIA Dicirikan gagalnya tumbuhan/ organ tumbuhan untuk berkembang secara penuh →
ukurannya menjadi lebihkecil atau warnanya lebih pucat. Bulai pada daun Zea mays Rosetting
Rosetting = kondisi internodus menjadi sangat pendek sehingga daun tersusun seperti susunan
mahkota bunga mawar Mozaik pada daun tembakau atau pun pada buah tomat.

9Bulai pada daun Zea mays Bulai/ albikasi disebabkan oleh kegagalan pembentukan pigmen secara
total. Bila pigmen gagal dibentuk sebagian, maka jaringan yang semula berwarna hijau akan
menjadi kuning (= gejala klorosis/ chlorosis). Klorosis/ chlorosis Apa beda antara Klorosis dan
Yellowing….. ?

10Klorosis: gejala hipoplasia → klorofil gagal berkembang secara optimal Yellowing: gejala nekrosis
akibat terjadinya degenerasi klorofil → akibat ketuaan ataupun oleh patogen

11HIPERPLASIA Gejala yang dihasilkan dari perkembangan yang berlebihan dalam hal ukuran,
pembelahan, maupun warna (pada tingkat sel, jaringan, organ, keseluruhan bagian tumbuhan).
Kudis (scab) Cacar daunAkar gada (club) Gigantisme pada daun dan akar: Keriting (curl)

12viresens: terdapatnya klorofil pada tempat yang tidak seharusnya antosianesens: terlalu banyak
pigmen antosianin. Hiperkromik (warna berlebihan) filodi: mahkota bunga berubah bentuk seperti
daun juveniloidi: bentuk daun dewasa mirip dengan daun- daun juvenil seperti pada tanaman bibit.
Metaplastik (bentuk jaringan berubah)

13Filodi: bentuk mahkota bunga berubah seperti helai daun Juvenilodi: pada tumbuhan dewasa
banyak tumbuh daun juvenil (seperti pada bibit) Metaplastik (=bentuk jaringan berubah)
Perkembangan prematur pada tunas pucuk Proleptik (jaringan berkembang lebih awal)

14Sign (Tanda penyakit) Struktur dari suatu patogen yang berasosiasi dengan tumbuhan yang
terinfeksi. Beberapa tipe struktur patogen tidak harus selalu ada pada tumbuhan yang sakit karena
pembentukannya tergantung pada kondisi lingkungan.

138
15Diagnosis Proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit tumbuhan melalui gejala dan tanda
penyakit yang khas, termasuk faktor-faktor lain yang berkaitan dengan proses pembentukan
penyakit tersebut. Diagnosis yang didasarkan pada gejala saja tidak memadai karena banyak
penyakit yang memperlihatkan gejala yang sama walau penyebab (patogen)-nya berbeda. Adanya
tanda penyakit menambah kepastian suatu diagnosis.

Download ppt "Symptom (Gejala). Symptom (Gejala) perubahan morfologi yang nampak se

http://bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/IN/berita-detail/pudeskripsi-penyakit-karat-daun-
(puccinia-spp.)-2.html

PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia spp.) Bag 2

Jumat, 13 Juli 2012 , 13:09:00

PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia spp.)


By. Zuroaidah, SP.M.Si.,

2. Puccinia graminis Pers. f.sp. tritici Erikss. & Henn. (Stem Rust)

Taksonomi :

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota

Class : Pucciniomycetes

Order : Pucciniales

Family : Pucciniaceae

Genus : Puccinia

Spesies : Puccinia graminis Pers. f.sp. tritici Erikss. & Henn.

Sinonim : Dicaeoma anthistiriae, P.albigensis, P.anthistiriae, P.brizae-maximae

139
Deskripsi :

Cendawan karat batang, karat hitam atau karat sereal disebabkan oleh cendawan Puccinia
graminis dan merupakan penyakit yang signifikan efektif menyerang tanaman sereal. Epidemi yang
terjadi pada batang gandum disebabkan oleh ras Ug99 saat ini menyebar di seluruh Afrika, Asia dan
yang terbaru di negara Timur Tengah dan sebagian besar menyebabkan kekhawatiran masyarakat
yang menanam gandum. Strain tersebut ada setelah dinegara tersebut diidentifikasi (Uganda) dan
tahun penemuannya (1999). Hal ini menyebar di Kenya, kemudian Ethiopia, Sudan dan Yaman dan
menjadi lebih virulen setelah terjadi penyebaran. Para ilmuan yang meneliti pada pertanaman
gandum yang mengandung strain resisten Ug99. Bagaimanapun, gandum tumbuh di berbagai
lingkungan. ini berarti bahwa program pemuliaan akan ektensif bekerja untuk mendapatkan resistensi

140
kedalam daerah yang beradaptasi dengan pertumbuhan plasma yang disesuaikan setelah identifikasi
resisten. Karat batang bersifat makrosiklik, karat heteroecious dengan 5 tahap spora yang berbeda.

Disebut “Karat” karena digunakan untuk menunjukkan kepada sekelompok cendawan yang
gejalanya seperti berwarna karat yang penyakitnya disebabkan oleh cendawan. Karat merupakan
salah satu penyakit tanaman yang paling merusak dengan beberapa parasit yang khusus menyerang
tanaman inang tertentu. Beberapa bentuk khusus dari karat (disebut ras) menyerang varietas tertentu
dalam spesies tanaman. Contoh, salah satu ras Puccinia graminis yang hanya menyerang gandum
sementara ras lain dari P. graminis hanya menyerang barley. Dalam masing-masing ras,
bagaimanapun seperti juga disebut ras phisiologi hanya menyerang varietas tertentu dalam spesies.
Dengan kata lain, satu ras fisiologi dapat menyerang 1 varietas gandum yang khusus dan bukan
varietas gandum lainnya.

Karat dikenal menjadi sangat merusak pada tanaman biji-bijian seperti gandum, oat dan barley
dengan menyebabkan kekurangan produksi yang mengakibatkan kelaparan dan merusak
perekonomian seluruh negara. Karat juga menyerang sayuran, kapas, kedelai, bunga, kopi, apel dan
pohon pinus. Dengan 4000 spesies jamur karat, potensial kerusakan disebabkan oleh jenis
organisme penyebab penyakit yang tidak dapat diperkirakan.

Berbagai tahap perkembangan karat menghasilkan berbagai tipe spora yang berbeda. Beberapa
karat memproduksi hingga 5 bentuk spora yang berbeda Beberapa spora dari satu inang yang
terparasit pada tahap infeksi spora lainnya dan pada inang (alternative) dari parasit yang berbeda.
Tahap teliospore (tahap sexual) terjadi pada musim dingin, yang menciptakan struktur yang
menghasilkan spora yang kemudian disebarkan untuk memulai infeksi baru. Beberapa karat
memerlukan 2 inang untuk melengkapi siklus hidup mereka dan disebut sebagai “heteroecious”.
Karat heteroecious menghabiskan bagian dari tahap kehidupan mereka pada 1 inang dan sisa hidup
mereka pada inang lain. Dengan kata lain, inang alternative mereka. Karat juniper/hawthorn,
merupakan masalah yang umum di Barat Colorado, salah satu contoh dari siklus kehidupan
heteroecious. Kedua inang (Jupiter dan hawthorn) yang diperlukan karat untuk melengkapi siklus
hidupnya.

Biologi

Seperti Puccinia sp., P.graminis memiliki siklus hidup komplek yang menampilkan pergantian
generasi, cendawan ini juga heteroecious yang berarti bahwa berbagai tahap siklus hidup
memerlukan spesies inang alternative. Siklus hidupP.graminis komplit/lengkap membutuhkan spesies
barberry serta sereal.

Pada musim semi dan musim panas, karat batang menginfeksi tanaman sereal yang
menghasilkan urediniospores dikaryotik, dimana penyebaran dilakukan oleh angin didekat
pertanaman sereal, mereka berkecambah dan menginfeksi sereal dengan menembuh/penetrasi
melalui stomata. Fase aseksual polysiklik (membutuhkan disambiguation) dapat mempercepat
penyebaran infeksi di daerah yang lebih luas. Menjelang akhir musim tanam, karat
berubah/mengkonversi ke menghasilkan teliospore, yang berisi 2 nukleus haploid pada tipe
perkawinan berlawanan. Sebelum musim dingin, nucleus kering untuk membentuk sel diploid, yang
tetap aktif sampai musim semi berikutnya ketika mengalami meiosis untuk menghasilkan 4 sel
haploid yang diketahui sebagai basidiospores, structure borne disebut basidium. basidiospores
selanjutnya mengalami meiosis didalam nucleus untuk menghasilkan basidiospores matang yang
berisi 2 nukleus haploid pada beberapa tipe perkawinan/kematangan yang sama. Basidiospores tidak
dapat menginfeksi tanaman sereal, tetapi sebaliknya, dibawa oleh angin dan menginfeksi daun
barberry pada umunya yang muda (Berberis vulgaris), atau Berberisyang rentan
lainnya, Mahonia atau spesies Mahoberberis atau kultivarnya. Pada Berberis, basidiospores
melakukan penetrasi langsung ke epidermis daun, dan akibat infeksi tersebut menghasilkan struktur
khusus yang disebut pycnia (atau spermagonia).

141
Pycnia (atau spermagonia) dihasilkan dari infeksi pada daun muda barberry oleh basidiospores
yang terjadi pada tahap seksual dari siklus hidup cendawan tersebut. Ketika hypa diterima dari satu
pycnidium yang telah dibuahi oleh pycniospores (atau spermatia) dari ipe perkawinan pycnidium yang
compatible, sel-sel haploid tersebut menjadi dikaryotik. Hifa yang dibuahi membentuk aecium, pada
bagian bawah daun barberry, yang menghasilkan rantai aeciospores yang dikelilingi tampak seperti
bentuk dari sel cendawan. Setiap aeciospores berisi 2 inti yang tampak seperti urediniospores dan
tampak seperti sel-sel aecium. Aeciospores yang dibawa oleh angin, dan menginfeksi sereal yang
menembus melalui stomata. Setelah tanaman sereal terinfeksi, aeciospores berkembang dan
membentuk uredia dibawah epidermis tanaman, kemudian menghasilkan urediniospores dikaryotik.
Uredia ini akhirnya pecah pada epidermis tanaman dan kembali menyebar oleh angin ke sekitar
tanaman sereal, melanjutkan siklus hidupnya.

P.graminis merupakan cendawan heteroecious, macrosiklik, parasit obligat. Perkembangan tahap


0-1 pada Berberisspp., Mahonia spp., tahap II-III pada genus yang berbeda yaitu Poaceae. Species
ini meliputi beberapa specials formae dan f.sp.secalis yang menyebabkan karat batang pada Rye.
Infeksi oleh f.sp.secalis juga pada Hordeum, Elytriga, Bromus, dan lain-lain. Karat batang pada rye
dalam bentuk pustule yang memanjang yang meletus melalui permukaan jaringan inang. Pustule
mengandung urediniospores berwarna merah bata. Mereka terutama terbentuk pada batang, tetapi
juga dapat terjadi pada daun dan selubung daun. Urediniospores berbentuk ellipsoidal. Tanaman
yang telah matang, terliospores yang terbentuk berwarna gelap dan mengkilap. Teliospores
berbentuk ellipsoidal, clavate, berbentuk spindle (gelondong). Telia musim dingin, menyebar
sehingga teliospores berkecambah dan menghasilkan basidiospores haploid, yang menginfeksi inang
alternative, membentuk spermagonia. Kopulasi spermacia dan generasi diploid yang baru
membentuk aecia yang berada disisi bawah daun inang alternative. Aeciospores menginfeksi rye
atau inang gramineous lainnya, uredia terbentuk dan memulai ke tahap uredinial baru.

Patologi

Cendawan karat batang menyerang bagian tanaman yang berada di atas tanah. Spora yang
mendarat di tanaman gandum yang masih hijau membentuk pustule yang menyerang lapisan luar
dari tangkai. Bagian yang terinfeksi akan terlihat gejala penyakit. Dimana infeksi banyak terjadi pada
batang atau daun, blisters yang berbentuk ellips atau pustule disebut uredia yang berkembang.
Batang tanaman yang terinfeksi lebih sedikit memproduksi dan sedikit menghasilkan benih, dan
dalam kasus ini biasanya infeksi yang berat dapat menyebabkan tanaman mati.

Pycnia biasanya terbentuk pada sisi atas daun barberry, dan aecia terbentuk dalam beberapa
hari 5-7 hari setelah pembuahan pada sisi bawah daun yang langsung di bawa setiap pycnium
dibuahi.

o o
Karat batang menyukai kondisi lembab dan temperatur lebih hangat yaitu 15 sampai 35 C.
Ketika kondisi sesuai seperti sumber dan waktu inokulum, inang yang rentan dan temperature sesuai,
maka kerugian akibat penyakit semakin tinggi. Distribusi pathogen dipengaruhi oleh kondisi iklim
yang ada, pergerakan massa udara global, fitur geografis, ketersediaan rumput inang atau inang
seksual alternative, dan praktek tanam. Urediniospores dapat disebarkan oleh angin dengan jarak
yang jauh, sehingga terjadinya karat batang yang hanya dibatasi oleh pola pengendapan dari spora,
kondisi cuaca yang cocok dan ketersediaan inang.

Tahap uredinial dimulai dengan perkecambahan urediniospore dengan adanya air bebas,
pembentukan appressoria dan penetrasi melalui stomata, pengembangan miselium intraseluler
dengan haustoria intraseluler, dan sporulasi berikutnya uredinia untuk membentuk urediniospores
baru. The dikaryotic urediniospores of P. graminis are orange-red, thick-walled and covered with
spines. Urediniospores dikaryotic P. graminis berwarna oranye kemerahan, berdinding tebal dan
ditutupi oleh duri. They are elliptical and about 20 x 30 µm. Berbentuk elips dan berukuran sekitar 20
x 30 µm. As infected plants mature, teliospore formation commences, either in the same, or in new

142
(telia), fruiting structures. Tanaman dewasa yang terinfeksi, pembentukan teliospore dimulai,
berukuran sama, atau dalam bentuk baru (Telia), struktur berbuah. At this stage, the infections
become black, hence the name black rust. Pada tahap ini, infeksi menjadi hitam, maka disebut karat
hitam. The teliospores remain attached. Teliospores tetap melekat. The teliospores are dark brown
two-celled and somewhat wedge-shaped. Teliospores berwarna coklat gelap bersel 2. They have
thick walls, and measure 40 to 60 µm x 18 to 26 µm. Mereka memiliki dinding tebal, dan
berukuran 40 sampai 60 µm x 18-26 µm. The apical cell is rounded or slightly pointed. Sel apikal
adalah bulat atau sedikit runcing.

Gejala :
Gejala pertama dibentuk oleh uredinia dapat terjadi pada daun, batang, selubung daun, spikes,
glumes, dan awns, tapi jaringan batang dan selubung daun pertama kali terserang. On stems, the
uredinia are elongated and reddish-brown; loose epidermal tissue is conspicuous at the margins of
the uredinia. Pada batang, uredinia berbentuk memanjang dan berwarna coklat kemerahan; jaringan
epidermis longgar mencolok di pinggiran uredinia tersebut. The uredinia coalesce to cover large
areas of the host tissue in heavy infection. Uredinia bergabung untuk menutupi area yang luas dari
jaringan inang pada infeksi berat. Since the orange-red urediniospores are dehiscent, they are readily
released as masses from the uredinia when touched. Karena urediniospores berwarna oranye
kemerahan pecah, maka mereka siap dirilis sebagai massa dari uredinia ketika disentuh. The
teliospores occur in the same tissue, but becomes shiny-black. Teliospores terjadi di jaringan yang sama,
tetapi menjadi mengkilap-hitam. The pycnial stage appears on the young leaves of the alternate host
Berberis vulgaris initially as light, chlorotic areas on the adaxial leaf surface, then become light
orange-brown lesions, consisting of individual small cone-shaped eruptions (the pycnia), often
occurring in clusters. Tahap pycnial muncul pada daun muda dari Berberis vulgaris yang merupakan
inang alternatif yang awalnya sebagai cahaya, area klorosis pada permukaan daun adaxial,
kemudian menjadi bercak yang berwarna orange kecoklatan yang terang, yang terdiri dari individu
kecil berbentuk kerucut letusan (yang pycnia), sering terjadi pada cluster. The aecia develop on the
abaxial surfaces of these leaves. Aecia berkembang pada permukaan daun abaxial ini. When mature,
they appear as bright-orange, closely-packed, raised clusters of individual aecia. Ketika dewasa,
mereka muncul berwarna oranye cerah, tertutup, membentuk kelompok individu aecia. The aecia are
cylindrical in shape and flare out at their apices, appearing as a grouping of rings within the aecial
cluster. Aecia berbentuk silinder dan flare yang keluar pada bagian apeks mereka, muncul sebagai
pengelompokan cincin dalam cluster aecial.

Siklus Hidup :
Cendawan musim dingin sebagai teliospores pada iklim dingin dan pada musim gugur
urediospores menempel pada pertanaman gandum dengan iklim hangat. Teliospores tetap berada
pada jerami sampai musim semi. Teliospores yang matang hanya mewakili tahap cendawan diploid.
Perkecambahan teliospores dan meiosis berikutnya menghasilkan basidium dengan membentuk
formasi basidiospores haploid. 4 Basidiospores, 2 dari setiap masing-masing perkawinan yang
berlawanan tipe, yang diproduksi dari setiap basidium. Basidiospores berkecambah di permukaan
tanaman inang alternative Berberis vulgaris, melakukan penetrasi langsung melalui epidermis inang
dan membentuk mycelium haploid. Strukturnya berbuah, terbentuk sebagai akibat dari infeksi
basidiospores yang disebut dengan pycnium. Pycnia biasanya terbentuk secara normal pada
permukaan daun adaxial, seringkali clusters. Fitur penting dari pycnia adalah pembentukan hifa
flexuous (reseptif) dan spermatia haploid, yang dikeluar dalam bentuk nectar. Nektar tersebut
menarik serangga, dimana percikan air hujan, berfungsi untuk mengangkut spermatia dari hifa
flexuous pada pycnia yang merupakan tipe perkawinan yang berlawanan, dimana fusi terjadi.
Mengikuti tipe kawin yang berlawanan, terjadi dikaryotisasi. Nukleus spermatial bermigrasi ke
protoaecium, dimana mitosis terjadi., nucleus kembali ke dikaryons dan membentuk struktur aecial.
Aecia P.graminis berbentuk memanjang, struktur silinder. Ornamen lainnya, aeciospores dikaryotik
diproduksi berturut-turut dalam rantai dari aeciosporophores. Aeciospores menginfeksi tanaman

143
gandum, siklus hidup cendawan lengkap. Aeciospores adalah produk dari rekombinasi genetic dan
mungkin berbeda dalam virulensi dan agresivitasnya.
Ecologi:
Pada iklim sedang penyakit biasanya muncul pada tanaman rye pada tahap istirahat. Urediniospores
o o
berkecambah dan melakukan penetrasi daun pada suhu 5-25 C (temperature optimal 18-22 C) pada
kelembaban kondensasi (embun). Dibawah kondisi yang menguntungkan uredogeneration
berkembang selama 7 hari, sehingga perkembangan dari beberapa generasi mungkin dipengaruhi
musim. Urediniospores menyebarluas oleh angin dalam jarak pendek atau panjang (100 km). Rye
mudim dingin menyebabkan cendawan bertahan selama musim dingin didalam jaringan tanaman
dalam bentuk urediniomycelium, jika rye terinfeksi di musim gugur. Kemudian, tidak adanya inang
alternative tidak mempengaruhi penyebaran penyakit di zona geografis yang berbeda.
Inang :
Sekitar 410 species graminaceae diketahui sebagai inang dari P.graminis complex. Triticum
aestivum L. dan T. turgidum L. merupakan kultivar gandum dan T. triticale merupakan inang primer
dari karat batang gandum. Inang alternative utama untuk semua herbaceous dalam
bentuk P.graminis adalah Berberis vulgaris. B.allegheny(B.canadensis) dan beberapa spesies
Mahoni juga sebagai inang alternative dari P.graminis f.sp. tritici.

Distribusi :
Terjadi diberbagai negara di Eropa, Asia, Amerika, dan Australia yang terdapat pertanaman gandum.
Di Rusia ditemukan di seluruh wilayah dimana gandum dibudidayakan.

Pengendalian :
Sejumlah fungisida sangat efektif terhadap karat batang dan telah berhasil digunakan untuk
mengendalikan penyakit ini. Kebanyakan fungsisida azol seperti tebuconazole, cyproconazole,
fluiquiconazol, prothioconazole dan triadimenol digunakan secara efektif untuk pengendalian karat
batang. Selain itu, strobilurins seperti trifloxystrobin dan fluoxastrobin berpotensi baik untuk
mengontrol penyakit karat pada sereal. Sebuah kelompok fungisida ketiga yang tersedia untuk
kontrol karat adalah amina fungisida seperti spiroxamine.
Resistensi genetika adalah cara yang paling efektif, paling mahal dan paling ramah lingkungan
merupakan contoh pengendalian yang aman. Ketika resistensi genetik yang memadai untuk
mencapai pengendalian karat, tidak ada metode kontrol lain yang diperlukan. Sistem monitoring
digunakan dan prediksi untuk kontrol penyakit karat sereal belum luas dipraktekkan, kultivar resisten
yang digunakan telah mengurangi kebutuhan untuk sistem tersebut. Namun, pada ancaman yang
ekstrem.

Referensi :

Ishkova T.I., Berestetskaya L.I., Gasich E.L., Levitin M.M., Vlasov L.Iu. 2002. Diagnostics of the main
fungus diseases of cereal crops, Saint Petersburg, 76 p. (in Russian).
Jin, Y. 2005. Races of Puccinia graminis identified in the United States during 2003. Plant Disease 89-
1125-1127
Jin, Y. and Singh, R. P. 2006. Resistance in U.S. wheat to recent eastern African isolates of Puccinia
graminis f. sp. triticiwith virulence to resistance gene Sr31. Plant Disease 90:476-480.

Leonard, K.J. Black stem rust biology and threat to wheat growers, USDA ARS

Leonard, K. J. and Szabo, L. J. 2005. Stem rust of small grains and grasses caused by Puccinia graminis.
Molecular Plant Pathology 6:99-111.
Luig, N. H., 1985. Epidemiology in Australia and New Zealand. Pages 301-328 in: The Cereal Rusts Vol. II:
Diseases, distribution, epidemiology and control. A. P. Roelfs and W. R. Bushnell eds., Academic
Press, Orlando, Fl.
Nazarova L.N., Polityko P.M, Fochenkova T.V. 1988. Rye protection against rust in intensive cultivation
technology, Moscow, 7 p. (in Russian).

144
Roelfs, A. P., 1985. Wheat and Rye stem rust. Pages 3-27 in: The Cereal Rusts Vol. II: Diseases,
distribution, epidemiology and control. A. P. Roelfs and W. R. Bushnell eds., Academic Press,
Orlando, Fl.
Roelfs, A. P., 1985. Epidemiology in North America. Pages 403-434, in: The Cereal Rusts Vol. II: Diseases,
distribution, epidemiology and control. A. P. Roelfs and W. R. Bushnell eds., Academic Press,
Orlando, Fl.
Saari, E. E. and Prescott, J. M., 1985. World distribution in relation to economic losses. Pages 259-298, in:
The Cereal Rusts Vol. II: Diseases, distribution, epidemiology and control. A. P. Roelfs and W. R.
Bushnell eds., Academic Press, Orlando, Fl.

Schumann, G.L. and K.J. Leonard. 2000. Stem rust of wheat (black rust). The Plant Health Instructor. DOI:
10.1094/PHI-I-2000-0721-01

Solodukhina O.V., Kobylyanskii V.D. 2000. Genetic determination of Stem Rust resistance on rye.
Genetika, v.36, N 5, p. 678-681 (in Russian).

Transhel V.G. 1939. Review of rust fungi of the USSR, Moscow-Leningrad: Nauka, 426 p. (in Russian).
Working up of seasonal and short-term prognoses of Stem Rust of Rye. Moscow, 1986, 45 p. (in
Russian).

Wanyera, R., Kinyua, M. G., Jin, Y. and Singh, R. P. 2006. The spread of stem rust caused by Puccinia
graminis f. sp. tritici, with virulence on Sr31 in wheat in eastern Africa. Plant Disease 90:113.

http://bkp2cilegon.karantina.pertanian.go.id/IN/berita-detail/pudeskripsi-penyakit-karat-daun-
(puccinia-spp.)-2.html

INFORMASI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT)

10

Cari Data:

N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

145
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

0 Bercak daun Gejala


1 nama serangan S.
latin:(Septoria chrysanthe
chrysanthemi mi berupa
Allesch, dan S. bercak-
leucanthemi bercak
Sacc. et Speg.), hitam pada
nama umum: daun.
Bercak daun Bercak
berbentuk
bulat dan
berbatas
tegas,
sedangkan
S.
leucanthemi
bercak-
bercaknya
berwarna
coklat,
berbentuk
bulat
berukuran
besar
hingga 3
cm dan
mempunyai
lingkaran-
lingkaran
yang jelas.
Pada bercak
yang
disebabkan
S.
chrysanthe
mi terdapat
badan buah
cendawan
(piknidium)
yang
mempunyai
lebar 150 -
250 ?m,

146
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

dan berisi
konidium
berbentuk
tabung,
bersel 3 - 4,
berukuran
50 - 80 x 2
- 3 ?m. S.
leucanthemi
mempunyai
konidium
yang lebih
besar,
dengan
ukuran 100
- 130 x 4 -
5 ?m.
Penyakit
akan
berkemban
g bila
intensitas
cahaya
kurang,
kelembaban
tinggi, jarak
tanam
terlalu
rapat, dan
pemberian
pupuk
nitrogen
yang terlalu
banyak.
Penyakit ini
jarang
menyerang
pada musim
kemarau.

147
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

0 Bercak daun Penyakit


2 alternaria bercak daun
nama alternaria
latin:(Alternaria atau
sp. ), penyakit
nama umum: bercak
Alternaria leaf kering
spot disebabkan
oleh
cendawan
Alternaria
sp. Patogen
ditularkan
melalui
udara.
Gejala awal
timbulnya
bercak kecil
di daun-
daun bagian
bawah,
kemudian
berkemban
g dengan
diameter
mencapai ±
15 mm.
Warna
bercak
coklat
dengan
lingkaran-
lingkaran
sepusat.
Masa
konidia
yang
berwarna
kelabu
sampai
hitam
terlihat di
atas bercak.

148
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

Suhu
optimum
untuk
perkemban
gan
penyakit ini
berkisar
antara 28-
30o C
dengan
kelembaban
tinggi.

0 Bercak daun Penyakit


3 serkospora bercak daun
nama serkospora
latin:(Cercospor atau mata
a capsici), katak
nama umum: disebabkan
Cercospora leaf oleh
spot cendawan
Cercospora
capsici.
Patogen
penyakit
disebarkan
melalui
udara.
Serangan
pada daun
berupa
bercak kecil
berbentuk
bulat dan
kering
dengan
diameter ±
0,5 cm.
Pusat
bercak
berwarna
pucat
sampai

149
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

putih
dengan
warna tepi
lebih tua.
Daun
menguning
dan
akhirnya
gugur.

0 Busuk basah Patogen ini


4 nama ditularkan
latin:(Erwinia melalui air,
carotovora), pupuk
nama umum: kandang,
Soft rot of dan tanah.
pepper Gejala
serangan
penyakit ini
pada
tanaman
kubis
ditandai
adanya
bercak
busuk
basah
berwarna
coklat
kehitaman
pada daun,
batang dan
krop kubis.
Bercak
selanjutnya
membesar
dan
melekuk
dan
bentuknya
tidak
beraturan.

150
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

0 Busuk buah Patogen


5 antraknos ditularkan
nama melalui
latin:(Colletotri udara dan
chum sp. ), biji. Gejala
nama umum: serangan
Fruit rot of dimulai
peppers dengan
(Anthracnose timbulnya
disease) bercak
coklat
kehitaman
pada
permukan
buah,
kemudian
bercak
menjadi
lunak. Pada
bagian
tengah
bercak
terdapat
kumpulan
titik hitam
yang
merupakan
kelompok
spora. Pada
serangan
berat
menyebabk
an seluruh
permukaan
buah
keriput dan
mengering
dan warna
kulit buah
seperti
jerami padi.

151
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

0 Busuk daun Penyakit ini


6 nama disebabkan
latin:(Pseudomo oleh bakteri
nas chicorii), Pseudomon
nama umum: as chicorii.
Lanas daun Gejala
penyakit ini
berupa
bercak
coklat
kehitam-
hitaman
berair pada
daun dan
melebar
hingga ke
seluruh
daun.
Bercak ini
seolah-olah
mempunyai
inti dan
perlahan-
lahan
terpisah
seperti
gelombang.
Pada
stadium
serangan
lebih lanjut,
daun akan
berwarna
kecoklatan
dan
mengering.
Bakteri ini
menyerang
dengan
intensitas
tinggi
bilamana
kelembaban

152
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

lingkungan
pertanaman
tinggi
seperti pada
musim
hujan. Bila
serangan
sudah
parah,
penyakit ini
dapat
mengakibat
kan
kematian
tanaman.
Penyakit ini
sangat sulit
dikendalika
n bila sudah
mulai
menyerang.
Penanganan
kuratif
penyakit ini
belum
diketahui
sampai saat
ini.

153
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

0 Busuk daun/ Patogen


7 buah fitoftora ditularkan
nama melalui
latin:(Phytophth udara dan
ora spp.), air. Gejala
nama umum: awal berupa
Blight of pepper bercak
kebasah-
basahan
pada bagian
tepi atau
tengah
daun.
Bercak
selanjutnya
melebar
dan
terbentuk
daerah
nekrotik
yang
berwarna
coklat.
Bercak
dikelilingi
oleh masa
sporangium
yang
berwarna
putih
dengan
latar
belakang
hijau
kelabu.
Serangan
dapat
menyebar
ke batang,
tangkai,
umbi dan
buah.
Serangan

154
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

penyakit ini
dapat
berkemban
g dengan
cepat pada
musim
hujan
dengan
kelembaban
di sekitar
kanopi
>95%
dengan
suhu sekitar
20° C.

0 Embun Patogen
8 tepung penyakit
nama ditularkan
latin:(Leveillula melalui
taurica ), angin.
nama umum: Gejala
Powdery serangan
mildew ditandai
adanya
bercak
putih
seperti
tepung pada
permukaan
atas dan
bawah
daun. Daun
yang
terserang
menjadi
kuning,
mati dan
gugur.
Kondisi
optimum
untuk
perkemban

155
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

gan
penyakit ini
adalah pada
suhu 15,6-
32o C dan
ternaungi.
Spora
sensitif
terhadap
suhu > 32o
C dan
cahaya
matahari
langsung.

0 Embun Gejala
9 Tepung serangan
nama penyakit ini
latin:(Oidium yaitu
chrysanthemi terdapatnya
Rab.), lapisan
nama umum: putih
Powdery bertepung
mildew pada
permukaan
daun.
Tepung
putih ini
sebenarnya
merupakan
masa dari
konidia
cendawan.
Pada
serangan
berat
menyebabk
an daun
pucat dan
mengering.
Penyakit
biasa
menyerang

156
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

tanaman
pada
dataran
tinggi
maupun
dataran
rendah.
Suhu
optimum
untuk
perkecamba
han
konidiumny
a adalah 25
°C.
Cendawan
berkemban
g pada
cuaca
kering, dan
konidiumny
a dapat
berkecamba
h dalam
udara
dengan
kelembaban
nisbi
rendah (50-
75%).

157
N
o Nama OPT Deskripsi Gambar OPT

1 Kanker
0 Batang
nama latin:(),
nama umum:
Kanker Batang

Gejala Antraknose (Colletotrichum capsici) pada cabai


a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi, Phylum: Ascomycota, Class: Ascomycetes,Subclass:
Sordariomycetidae
b. Gejala
Gejala sangat bervariasi. Bertipe luka kecil dan besar infeksi dari Colletotrichum terbentuk di daun dan

158
di buah, tapi pada kasus lain penyakit berkembang seperti tambalan berwarna ungu atau coklat tanpa
informasi luka yang jelas. Batang dan petiol berbentuk seperti ikat pinggang,
menyebabkan nekrosis inflorescences menyebabkan dieback shrivelling. Pada perkembangan konidia
dengan setae sebagai karakteristik lebih mudah untuk didiagnostik, dan penyakit akan tumbuh baik
pada tanaman.
c. Inang
Inang utama: Capsicum annuum (cabai), Dioscorea (yam), Piper betle (merica), Solanum melongena
(aubergine)

inang sekunder: Curcuma longa (turmeric), Lycopersicon esculentum (tomat), Peperomia, Solanum
tuberosum (kentang), Vigna radiata (kacang panjang), Vigna unguiculata (cowpea), Carica papaya
(pepaya)
d. Daerah sebar
Bangladesh, Brunei Darussalam, China, Guangdong, Shandong, India, Andhra Pradesh, Assam, Bihar,
Gujarat, Haryana, Himachal Pradesh, Indian Punjab, Karnataka, Kerala, Madhya Pradesh, Maharashtra,
Meghalaya, Orissa, Rajasthan, Tamil Nadu, Uttar Pradesh, West Bengal, Indonesia, Malaysia, Peninsular
Malaysia, Myanmar, Pakistan, Singapore, Sri Lanka, Thailand, Africa Burkina Faso, Côte d'Ivoire, Malawi,
Nigeria, Seychelles, Zimbabwe, Central America & Caribbean Antigua and Barbuda, Barbados, Cuba,
Saint Vincent and the Grenadines, Trinidad and Tobago, North America USA, Arkansas, Florida, Georgia
(USA) , Louisiana, Mississippi, North Carolina, Texas, Oceania, American Samoa, Australia, Western
Australia, Belau, Federated states of Micronesia, Fiji, French Polynesia, Guam, New Caledonia, Papua
New Guinea, Samoa, Solomon Islands, Tonga, Vanuatu, Wallis and Futuna,

Gejala Bercak/nekrosis disebabkan Cercospora nicotianae. pada daun Cabai


a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi, Phylum: Anamorphic fungi
b. Gejala: muncul gejala bercak melingkar pada bagian tengah berwarna abu-abu terang tepinya
berwarna coklat merah, dengan diameter 1 cm. Bercak-bercak kemudian menjadi coklat gelap dengan
cincin gelap dan kekuningan. Muncul halo sepanjang cincing munculnya dengan istilah frog-eye.
Dibawah kondisi kelembaban rendah dan menggunakan kaca pembesar, spora seperti jarum ditengah
bercak terlihat propagul cendawan berwarna hitam. Efeknya dapat layu kering dan sering rontok ketika
banyak muncul bercak pada daun dan layu. Kerontokan
menjadi ancaman menyebabkan buah menjadi melepuh.
c. Inang
Inang utama, Capsicum annuum (bell pepper) inang lain: Capsicum (peppers)
d. Daerah sebar
Europe, Cyprus, Russian Federation Asia, Brunei Darussalam [China] Taiwan, India, Gujarat Karnataka.
Indonesia. Java. Iraq. Laos. Malaysia Peninsular Malaysia Sabah Sarawak Nepal Pakistan Philippines
Singapore Thailand Yemen Africa Congo Democratic Republic Gambia Kenya Malawi Mauritius Nigeria,
Seychelles Sierra Leone Sudan Tanzania Zambia Zimbabwe Central America & Caribbean Haiti, Jamaica,
Puerto Rico, Trinidad and Tobago,, North America [USA] Hawaii, Maryland South America Bolivia Brazil
Piauí Venezuela Oceania [Australia] Queensland, New Caledonia, Papua New Guinea Solomon Islands
Tonga

3. Gejala Motle disebabkan Chilli Veinal Mottle Virus ( ChiVMV) pada cabai
a. Taksonomi virus
Virus Group: Virus, Family: Potyviridae, Genus: Potyvirus

159
b. Gejala
Gejala pada daun menunjukkan tanaman yang terinfeksi menjadi mottle hijau tua, dengan spot hijau
tua, tambalan dan banding berdekatan dengan pembuluh. Mottling sangat menyolok pada daun muda.
Daun-daun yang terkena gejala lebih kecil ukurannya dan penyimpangan derajat yang bervariasi.
Tanaman yang terinfeksi awal biasanya kerdil, garis hijau gelap pada batang dan cabang dan sebagian
besar bunga-bunganya jatuh sebelum menjadi buah. Beberapa buah menjadi kecil dan terjadi
penyimpangan. Besarnya gejala tergantung kultivar dan durasi infeksi. Bagian tanaman yang bergejala
Buah/polong; abnormal polanya; discolorasi.Pembungaan: jatuh atau rontok. Daun dengan pola tidak
normal, bentuk tidak normal. Batang; diskolorasi external; pertumbuhan tidak normal. Seluruh tanaman;
layu
c. Inang
Inang utama Capsicum annuum (bell pepper), Capsicum frutescens (chilli)
Inang sekunder Nicotiana tabacum (tobacco)
d. Daerah sebar
Asia [China] Guangdong, Taiwan [Indonesia] Java, Sumatra Korea, DPR Korea, Republic of, Malaysia
Peninsular, Malaysia Sarawak, Philippines, Sri Lanka, Thailand, Africa ,Tanzania

4. Gejala Banana Bunchy Top Virus (pisang)


a. Taksonomi virus
Virus Group: Virus, Family: belum diketahui family virus, Genus: Nanovirus
b. Gejala
Tipe gejala bunchy top pada pisang sangat khusus dan sangat mudah dibedakan dengan virus pisang
lainnya. Tanaman menjadi terinfeksi
pada bagian tumbuh dan beberapa perbedaan ciri antara gejala dihasilkan oleh aphid yang menginfeksi
tanaman dan tumbuhnya bahan
tumbuh yang terinfeksi. Tanaman yang terinokulasi oleh aphid, gejala biasanya muncul pada daun kedua
setelah inukulasi dan muncul beberapa garis/streake atau bintik ruas tulang bagian bawah lamina.
Streake berbentuk 'hooks' sebagaimana masuknya midrib dan kelihatan bagus dari sudut daun jika di
sinari cahaya.gejala titik ini juga muncul pada petiole. Daun berikutnya muncul garis putih sepanjang
tulang daun kedua ketika daun masih bergulung. Garis ini menjadi hijau gelap pada daun yang tidak
bergulung. Daun-daun menjadi lebih kecil, pada kedua sisi panjang dan lebar lamina, dan sering klorotik,
terbentuk garis batas. Daun menjadi kering dan rapuh/rontok dan berdiri lebih tegak dari pada normal
dan
munculnya 'bunchy top'. Daerah yang terinfeksi oleh serangga dapat muncul beberapa gejala pada daun
pertama muncul. Daun menjadi belang dan kecil dengan klorotik terbatas dan cenderung nekrotik.
Bergaris hijau gelap biasanya jelas pada daun. (figured by: Thomas et.al, 1994) Tanaman yang terinfeksi jarang
menghasilkan buah di tandan setelah terinfeksi penyakit ini dan tidak berbuah lagi tahun depan.
Tanaman yang terlambat infeksi muncul berbentuk lingkaran pada buah pertama, tapi batang tandan
dan buah akan kecil dan berubah. Tanaman yang terinfeksi terlambat, gejala muncul berwarna hijau
pada bunga (Thomas et al., 1994).
Gejala pada bagian tanaman lain: buah (bentuknya tidak normal), daun menjadi luka, daun-daun (warna
dan bentuk tidak normal), seluruh tanaman ( kerdil,distorsi, roset).

c. Inang
Musa (pisang), Musa acuminata (pisang liar), Musa textilis (manila hemp), Musa x paradisiaca (plantain)
d. Daerah sebar

160
Asia Bangladesh, Cambodia, China Fujian, Guangdong, Guangxi, Hong Kong, Taiwan, Yunnan, India,
Andhra Pradesh, Assam, Karnataka, Kerala, Maharashtra, Orissa, Tamil ,Nadu, Uttar Pradesh, Indonesia,
Java, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua Barat, Japan, Bonin, Island Ryukyu, Archipelago invasive Korea,
Republic of Laos, Malaysia, Peninsular, Malaysia Sabah, Sarawak, Myanmar, Pakistan, Philippines, Sri
Lanka, Thailand, Vietnam, Africa, Burundi, Central African, Republic Congo, Democratic Republic Congo
,Egypt, Gabon, Malawi, Rwanda, South Africa, North America, USA, Hawaii, South America, Brazil,
Oceania, American Samoa, Australia, New South Wales, Queensland, Belau, Federated states of
Micronesia, Fiji, French, Polynesia, Guam, Kiribati, New Caledonia, Northern, Mariana, Islands, Papua
New Guinea, Samoa, Tonga, Tuvalu, Wallis, and Futuna
5. Gejala mosaik disebabkan Banana Streak badnavirus (BSV) pada Pisang
a. Taksonomi virus
Virus Group: Virus, Family: Caulimoviridae Genus: Badnavirus,
b. Gejala
Gejala BSV hampir mirip dengan gejala yang disebabkan oleh Cucumber Mosaic Virus (CMV),
bagaimanapun juga bercak dari BSV. Gejala nekrotik di daun tidak muncul pada serangan CMV.
Tanaman mungkin tidak muncul bercak pada seluruh daun, dan beberapa bulan kemudian tidak
munculnya gejala nekrotik yang berkembang pengaruh atau kalau ada sedikit. Dengan alasan ini,
perkecambahan pisang selama di karantina harus di amati paling kurang 9 bulan. Infeksi tanaman akan
mengurangi tanaman tumbuh dan vigor, tandan lebih kecil dan tidak ada lagi di lapangan. Kehilangan
hasil. Di daerah Ivory Coast kehilangan hasil lebih dari 2 siklus, variasi antara 7% pada tanaman Poyo
dengan gejala lunak 90% pada tanaman yang muncul beberapa gejala.

c. Inang (pisang)
d. Daerah sebar
Europe, [Portugal] Madeira, Spain, Canary, Islands, Asia, China, Taiwan ,India, Karnataka, Kerala,
Indonesia, ordan, Malaysia, Philippines, Sri Lanka, Thailand, Africa, Benin, Cameroon, Cape Verde, Côte
d'Ivoire, Guinea, Kenya, Madagascar, Malawi, Mauritius ,Morocco, Nigeria, Rwanda, South Africa,
Tanzania, Zanzibar, Uganda, Central, America & Caribbean, Costa Rica, Cuba, Grenada, Guadeloupe,
Haiti, Honduras, Jamaica, Nicaragua, Puerto Rico, Saint Lucia, Trinidad, and Tobago United States, Virgi,n
Islands ,North America, [USA] Florida, South America, Brazil,
Colombia, Ecuador, Venezuela, Oceania, Australia ,New Caledonia, Papua New Guinea, Samoa, Tonga.

6. Gejala busuk lunak disebabkan Rhizopus sp. pada nangka


a. Taksonomi cendawan,
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi, Phylum: Zygomycota, Class: Zygomycetes,Order: Mucorales,
Family: Mucoraceae
b. Gejala
Gejala disebut busuk lunak, pada buah terlihat buah menjadi basah disekitar gejala,
pada kulit buah akan terlihat retak dan kasar dengan untaian jamur berwarna putih,
kemudian jamur akan berwarna hitam yang mengandung sporangia dan menutupi buah
yang bergejala. Daging buah akan menjadi lunak dan basah. Gejala busuk lunak
berlawanan dengan busuk lunak disebabkan oleh bakteri (dennis parsley, tony cooke,
susan house diseases of vegetable crops in Australia, 2010,CSIRO
publishing,Coolingwood VIC, Australia page;56 )
8
c. Inang
Inang utama, Cucurbitaceae (cucurbits), Euphorbia pulcherrima

161
(poinsettia), Helianthus annuus (sunflower), Solanum
melongena (aubergine)
Inang sekunder Abelmoschus esculentus (okra), Annona
muricata (soursop), Arachis hypogaea (groundnut), Azadirachta
indica (neem tree), Cajanus cajan (pigeon pea), Carica papaya
(papaw), Cicer arietinum (chickpea), Cucumis melo (melon),
Dacryodes edulis (African pear), Datura metel (Hindu datura),
Ficus carica (fig), Fragaria (strawberry), fruits, Gossypium
(cotton), Ipomoea batatas (sweet potato), Luffa aegyptiaca
(loofah), Lycopersicon esculentum (tomato), Malus domestica
(apple), Pastinaca sativa (parsnip), Phyllanthus emblica (Indian
gooseberry), Prunus armeniaca (apricot), Prunus avium (sweet
cherry), Prunus domestica (plum), Prunus dulcis (almond),
Prunus persica (peach), Pyrus communis (European pear),
Sorghum bicolor (sorghum), Vicia faba (broad bean), Vigna
radiata (mung bean), Vitis vinifera (grapevine), Zea mays (maize), Zingiber officinale
(ginger), Artocharpus heterophyllus (nangka).
d. Daerah sebar
Europe Former, USSR Former, Yugoslavia, Italy, Romania, Asia [China] Liaoning, India,
Himachal, Pradesh, Manipur Orissa, Uttar Pradesh, Japan Honshu, Korea, Republic of
Pakistan, Africa, Egypt North America, USA, California Florida, South America, [Brazil]
Matto Grosso, do Sul Colombia Oceania American, Samoa Australia, Victoria, Samoa.
7. Gejala Kudis disebabkan Elsinoe fawcettii pada jeruk
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi, Phylum: Ascomycota, Class: Ascomycetes,
Subclass: Dothideomycetidae, Order: Myriangiales, Family: Elsinoaceae
9
b. Gejala
Gejala lesion pada daun muda mulai
pada spot water-soaked yang
kemudian berkembang menjadi
amphigenous, kream kekuningan
atau pustule terang dengan berbagai
variasi. Pertumbuhannya tidak
beraturan, globose atau conical
excrescences yang bergabung dan
memperluas sepanjang pembuluh
utama dan menutupi bagian luas helai
daun, khususnya bagian bawah
tanaman. Bagian tengah ini muncul
seperti tumbuh kutil dan kurang
menarik kelihatannya, keabu-abuan
dan beludru ketika jamur tumbuh
secara generatif. Bercak kudis yang
tua muncul pada permukaan daun menjadi kasar, warna kehitaman menjadi retak dan
terbelah. Pengaruh pada daun menjadi kerdil, malformasi, berkerut dan melipat, dengan
tepi sobekan tidak berarutan. Perontokan daun sering diikuti dengan beberapa infeksi.
Kesamaan bercak kutil dan munculnya sumbatan terbentuk pada ranting muda, pucuk

162
lunak dan batang di tanaman perkebunan dana menjadi tumbuh kerdil. Kumpulan bunga
dapat juga diserang. Buah yang terinfeksi pada stadia awal pertumbuhan tumbuh
dengan bentuk tidak bagus dan akan jatuh dari pohon. Pada kulit buah, munculnya
lesion dengan pola yang berbeda, ukuran dan warna tergantung spesies dan kultivar
tanaman. Terlihat seperti bengkak,konikal atau seperti muncul atau mereka bergabung
membentuk seperti tambalan kudis. Bercak kudis tidak meluas ke albedo.
Bagian tanaman yang bergejala
Buah/pods: bercak lesio, pola tidak normal: rontok sebelum waktu. Pembungaan: lesio.
Daun: lesio, warna tidak normal, tumbuh jamur.Batang: diskolorasi
c. Inang
Inang utama, Citrus, Citrus aurantium (sour orange), Citrus jambhiri (rough lemon),
Citrus limon (lemon), Citrus sinensis (navel orange), Citrus x paradisi (grapefruit)
10
Inang kunder, Citrus hystrix (mauritius bitter orange), Citrus limonia (mandarin lime),
Citrus madurensis (calamondin), Citrus nobilis (tangor), Citrus unshiu (satsuma),
Poncirus trifoliata (Trifoliate orange)
d. Daerah sebar
Europe, Former USSR, Greece, Italy, Russian, Federation Russia, (Europe), Spain,
Canary, Islands, Asia Bangladesh Brunei Darussalam, Cambodia, China, Fujian
Guangdong Guangxi, Guizhou Hong Kong, Hubei Hunan, Jiangxi, Sichuan, Taiwan
Yunnan Zhejiang Georgia (Republic) India Assam Indian Punjab Karnataka, Madhya,
Pradesh Maharashtra, Sikkim Tamil Nadu, Uttar Pradesh, West Bengal, Indonesia, Java,
Kalimantan, Papua Barat Japan Honshu Ryukyu Archipelago Korea, DPR Korea,
Republic of Laos Lebanon Malaysia Peninsular Malaysia Sabah Sarawak, Maldives
Myanmar, Nepal, Pakistan, Philippines Singapore Sri Lanka, Thailand, Vietnam, Yemen,
Africa, Congo, Democratic Republic, Ethiopia ,Gabon Ghana Kenya, Madagascar
Malawi, Morocco Mozambique, Nigeria Sierra Leone, Somalia South Africa Tanzania,
Uganda, Zambia, Zimbabwe, Central America & Caribbean Barbados Belize Bermuda
Cayman Islands Costa Rica, Cuba, Dominica, Dominican Republic ,El Salvador,
Grenada, Guadeloupe, Guatemala Haiti, Honduras Jamaica Martinique Nicaragua,
Panama, Puerto Rico, Saint Lucia, Trinidad and Tobago North America, Mexico USA
Alabama, Florida, Georgia (USA) Hawaii Louisiana Mississippi Texas South America
Argentina Bolivia Brazil, Bahia Ceara Espirito Santo Minas Gerais Rio de Janeiro, Sao
Paulo, Colombia, Ecuador French Guiana Guyana, Paraguay, Peru, Suriname Uruguay
Venezuela Oceania American Samoa Australia Australian Northern Territory New South
Wales, Queensland, Victoria Cook Islands Federated states of Micronesia Fiji French
Polynesia Guam, New Caledonia, New Zealand, Papua New Guine,a Samoa Solomon,
Islands Vanuatu.
8. Gejala mosaik/vein clearing disebabkan citrus vein phloem degeneration (CVPD)
pada jeruk
a. Taksonomi virus
11
b. Gejala
Gejala huanglongbing biasanya muncul garis
kuning pada, karena nama huanglongbing
secara harfiah artinya penyakit dragon kuning.
Secara progressif kekuningan masuk ke
kanopi daun kuning pucat, gejala ini

163
menunjukkan seperti kekurangan zat hara
seperti seng atau mangan atau mottling
blotchy/belang, dan pengurangan ukuran.
Gejala koto seperti Mottly adalah gejala paling
umum dijumpai, tetapi tidak spesifik penyakit
Stubborn huanglongbing [Spiroplasma citri],
beberapa bentuk citrus tristeza closterovirus
(CTV), spesies Phytophthora. Gejala
kekurangan seng/zinc juga berasosiasi dengan
stadia awal citrus blight (suatu penyakit belum
konfirmasi secara aetiology. Bakteri
huanglongbing, bagaimanapun juga tidak
menginduksi disfungsi xylem layu pada
tanaman terserang blight. Dua infeksi pada
tanaman ini pada HLB dan CTV melaporkan pada tanaman jeruk memiliki beberapa
gejala (Huang et al., 1980).
Tanaman yang terserang berat jarang dedaunan dan ranting menjadi mati. Buah
menjadi kecil, warna kurang bagus (alami berwarna kehijauan. Sering menghasilkan
buah yang tidak bagus/gagal. Kemiripan gejala pada buah juga disebabkan gejala CTV.
c. Inang
Inang utama, Citrus, Citrus reticulata (mandarin), Citrus reticulata x paradisi (tangelo),
Citrus sinensis (navel orange);inang sekunder: Citrus aurantiifolia (lime), Rutaceae
d. Daerah sebar
Asia Bangladesh, Cambodia, [China] Fujian, Guangdong, Guangxi, Hainan, Jiangxi,
Taiwan ,Zhejiang [India], Andhra Pradesh, Assam, Delhi, Indian Punjab, Karnataka,
Maharashtra, Orissa ,Rajasthan, Uttar Pradesh, [Indonesia] Java, Kalimantan, Nusa
Tenggara, Papua ,Barat Sulawesi, Sumatra, [Japan] Ryukyu, Archipelago Laos,
[Malaysia] Peninsular, Malaysia Sarawak Myanmar, Nepal, Pakistan Philippines, Saudi
Arabia, Thailand Timor-Leste Vietnam Yemen ,Africa Burundi, Cameroon Central African
12
Republic, Ethiopia ,Kenya ,Malawi Mauritius, Rwanda, Réunion, Somalia South Africa,
Swaziland Tanzania, Zimbabwe, North America, [USA] Florida, South America [Brazil]
Sao Paulo, Oceania, Papua New Guinea.
9. Gejala embun jelaga disebabkan Capnodium citri pada jeruk
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi, Phylum:
Ascomycota, Class: Ascomycetes, Subclass:
Dothideomycetidae, Order: Capnodiales,
Family: Capnodiaceae
b. Gejala
Daun, ranting dan buah terserang dilapisi
oleh lapisan berwarna hitam. Pada musim
kering lapisan ini dapat dikelupas dengan
menggunakan tangan dan mudah tersebar
oleh angin. Buah yang tertutup lapisan hitam
ini biasanya ukurannya lebih kecil dan
terlambat matang (masak). Adanya kutu daun
jenis aphid Leurodicus sp., Pseudococcus

164
sp., Coccos viridis yang mengeluarkan
sekresi embun madu merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan jamur ini.
c. Inang
Citrus, inang lain: Citrus deliciosa (mediterranean mandarin), Citrus reticulata (mandarin)
d. Daerah sebar
Asia [India] Madhya Pradesh, Sikkim, Central America & Caribbean Dominica, North
America, Mexico
10. Gejala Keriting disebabkan Gemini Virus pada a. Tomat dan b. Babadotan
a. Taksonomi virus
Virus Group: Virus, Family: Geminiviridae, Genus: Begomovirus
13
b. Gejala
Bentuk mosaik bervariasi, daun kuning,
keriting, menggulung daun-daun, cairan
pembuluh, mengurangi jumlah kumpulan
buah, bintik kuning, berkerut, beberapa
kerdil, mengurangi waktu kematian
tanaman. Pada infeksi tipe mosaic seperti
pola daun bercahaya dan muncul hijau
gelap (Sengbusch, 2001). Infeksi meyebar
sering pada daun mulai pada pembuluh.
Daun-daun yang terinfeksi selama
perkembangan biasanya berubah bentuk a
atau berpilin. Seringnya muncul daerah
daun yang terang,disebut klorosis, b
perkembangan sepanjang sentral infeksi.
Daerah layu disebut nekrosis. Klorosis
disebabkan oleh menurunnya hasil klorofil
dari berkurangnya potosintesis. Infeksi berat
dicirikan kehilangan klorofil lokal. Area yang
berpengaruh menjadi kekuningan terlihat
hanya ada carotenoids.
Gejala tergantung pada jenis Gemini virus
dan varietas selada. Umumnya gejala kerdil,
keriting atau diputar daunnya, mosaik
kuning terang,
Penyimpangan daun dan buah dan
berkurang di lapangan
c. Inang utama
Ada lebih dari 300 spesies tanaman dengan 63 famili (Mc Laughlin,1998), hampir
sebagian besar tanaman Solanaceous seperti tomat, selada, mentimun, tembakau, dan
kapas.
d. Daerah sebar.
Gemini virus tersebar seluruh dunia baik Negara tropic maupun sub tropik, termasuk
sentral Amerika dan Caribbean, seluruh Greater Antilles of the Caribbean basin (Puerto
14
Rico, Dominican Republic (DR), Jamaica) dan Lesser Antilles. Barbados dan Eastern

165
Caribbean States including Antigua, Dominica, Grenada, St Kitts & Nevis, St Lucia, St
Vincent and the French Antilles (Guadeloupe and Martinique) dilaporkan WhiteflyGeminivirus complek
menyebabkan kehilangan jutaan dolar produksi sayur-sayuran
(tomat, selada (pedas dan manis), cucurbits (mentimun, semangka dll.) crucifers and
other vegetables (Stevens, 1996). Tidak ada negara di the United States yang
dilaporkan virulen geminiviruses. Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV) telah ada di
timur tengah, the Caribbean, sebagian besar area produksinya di zona tropik. Dengan
populasi yang besar the sweetpotato whitefly atau the ‘B’ biotype of Bemisia tabaci (juga
diketahui sebagai B. argentifolii, the Silverleaf whitefly) telah ada seluruh tropics dan
subtropics dan di greenhouses, ini sudah sebelum menjadi masalah di USA.
11. Gejala Mosaik disebabkan Bean Common Mosaic potyVirus (BCMV) pada
bengkuang
a. Taksonomi virus
Virus Group: Virus, Family: Potyviridae, Genus: Potyvirus
b. Gejala
Gejala BCMV umumnya berbentuk
mosaik dan nekrosis (akar hitam)
pada Phaseolus vulgaris/buncis.
Tipe gejala muncul ditentukan oleh
strain BCMV, temperatur dan gen
inang. Gejala berhubungan
munculnya mosaik secara umum
termasuk, daun yang menggulung,
terang dan hijau gelap seperti
tambalan pada daun, klorosis vein
banding, mosaik kuning dan
tumbuhnya bekurang. motling.
Mottling dan perubahan bentuk pada
daun utama berindikasikan bahwa
infeksi utama muncul melalui benih
(Galvez, 1980). Kultivar yang umumnya berkembang mosaik akan jelas bercak lesio
lokal berupa klorosis dan nekrosis yang tidak berasosiasi dengan sistem vaskular.
15
Tanaman yang terinfeksi sistemik, polong akan kecil dan sedikit, polong yang terinfeksi
ditutupi dengan spot kecil, hijau gelap dan yang matang polong tidak terinfeksi
(Zaumeyer and Goth, 1964; Zaumeyer and Thomas, 1957).
Akar hitam dicirikan oleh bercak lesio yang menyebar ke pembuluh menyebabkan
nekrosis sistemik di dalam sistem vaskular; gejala hanya muncul pada kultivar yang
memiliki gen I yang dominan resisten. Nekrosis akan meluas sampai ke akar, batang,
dan jaringan meristem dan akhirnya tanaman mati jika terinfeksi stadia awal. Jika
terinfeksi pada stadia lanjut tanaman, tanaman lebih tahan tapi bagian lain mati dan
polong menjadi berubah warna. (Drijfhout, 1978; Morales and Bos, 1988).
Bagian tanaman yang bergejala, Buah/polong: lesion, bentuk tidak normal. Akar:lesion.
Benih: busuk. Batang: diskolorasi internal. Seluruh tanaman: layu
c. Inang
Inang utama, Phaseolus coccineus (runner bean), Phaseolus vulgaris (common bean)
inang sekunder Phaseolus (beans), Pachyrhizus erosus (bengkuang).
d. Daerah sebar

166
Europe, Belgium, Bulgaria, Czech Republic, Finland, Former, Yugoslavia, France,
Germany, Greece Hungary Italy, Lithuania, Netherlands, Norway, Poland, Portugal,
Romania, Russian, Federation, Spain, Sweden, Ukraine, United, Kingdom, Asia, China
India, Delhi Indonesia Java Iran, Iraq Israel, Japan, Hokkaido Kazakhstan, Korea,
Republic of Lebanon Saudi Arabia Thailand Turkey Yemen Africa, Burundi, Congo,
Democratic, Republic Egypt, Ethiopia Kenya, Lesotho, Malawi Mauritius, Morocco
Mozambique, Rwanda, Sierra Leone, South Africa, Sudan, Swaziland, Tanzania, Togo
Uganda, Zimbabwe, Central America, & Caribbean Bermuda Costa Rica, Cuba
Dominican Republic El Salvador, Guatemala Haiti, Jamaica, Nicaragua, Puerto Rico,
Saint Vincent, and the, Grenadines, Trinidad and Tobago, North America Canada,
Ontario, Mexico, USA, Idaho Michigan, New York, Washington, South America,
Argentina, Brazil, Chile Colombia, Ecuador Guyana Peru, Venezuela, Oceania, Australia
Australian, Northern Territory, New South Wales, Queensland, South Australia
Tasmania, Victoria, Western Australia, Fiji, New Zealand
16
Tanaman Pangan
1. Kedelai (Glycine max)
2. Kacang panjang (Vigna radiata)
3. Kacang tanah (Arachis hypogaea)
4. Jagung (Zea mays)
5. Padi (Oryza sativa)
6. Singkong (Manihot esculenta)
7. Sorghum (Sorghum bicolor)
17
a
12. Gejala Bantut disebabkan Soybean Stunt Virus (SSV) syn: Cucumber Mosaic
Cucumovirus (CMV) pada a. Kedelai dan b. Kacang panjang
a. Taksonomi virus
Virus Group: Virus, Family: Bromoviridae, Genus: Cucumovirus
b. Gejala
Gejala yang sama dengan strain CMV
menyebabkan infeksi sistemik, kadangkadang tidak menimbulkan gejala. Strain
CMV dapat menginduksi ke tempat gejala,
tergantung inang. Kecambah yang masih
muda jarang terserang di lapangan.
Selama beberapa minggu pertama.
Umumnya muncul gejala ketika berumur 6
minggu atau sudah dewasa. Setelah 4 atau
5 hari inokulasi, perkembangan daun
menjadi belang-belang, rusak,
menyimpang, berkerut dan ujungnya mulai
keriting sampai ke bawah. Seluruh
pertumbuhannya berkurang secara drastis

167
dan tanaman menjadi kerdil ditunjukkan
internode batang dan daun-daun kerdil.
Daun-daun yang lebih tua pada tanaman
yang bergejala muncul klorosis dan
nekrotik sepanjang garis yang kemudian
menyebar ke tengah daun dan daun jatuh/
rontok
Gejala yang hampir umum adalah mosaik,
mottling, klorosis dan perubahan pada
daun (gejala tali sepatu pada tomat) dan
buah. Terkadang CMV disertai RNA satelit b
tergantung tipe satelit, memungkinkan
menyebabkan nekrosis dan kematian sel pada tomat (Xu and Roossinck, 2000) atau
menyebabkan ameliorasi gejala (Kaper, 1995). Disarankan bahwa CMV RNA2 (gen
polymerase) adalah berasosiasi dengan penentuan gejala pada cowpea (Karasawa et
18
al., 1999). CMV memiliki potensi untuk menambah tanda (tanda kimia yang diinduksi
dekat penyebaran sel kotiledon Cucurbita pepo (Havelda and Maule, 2000).
Gejala bagian tanaman lain
Buah: lesion, bentuk tidak normal, diskolorasi. Daun: layu, warna tidak normal, ukuran
tidak normal, bentuk tidak normal Seluruh tanaman: layu
c. Inang
Inang utama, Abelmoschus esculentus (okra), Apium graveolens (celery), Araceae, Beta
vulgaris var. saccharifera (sugarbeet), Brassica juncea var. juncea (Indian mustard),
Brassica rapa ssp. oleifera (turnip rape), Capsicum annuum (bell pepper), Capsicum
frutescens (chilli), Cicer arietinum (chickpea), Citrullus lanatus (watermelon), Cucumis
melo (melon), Cucumis sativus (cucumber), Cucurbita maxima (giant pumpkin),
Cucurbita moschata (pumpkin), Cucurbita pepo (ornamental gourd), Cucurbitaceae
(cucurbits), Daucus carota (carrot), Dioscorea (yam), Glycine max (soyabean),
Gossypium hirsutum (Bourbon cotton), Helianthus annuus (sunflower), Lactuca sativa
(lettuce), Lens culinaris ssp. culinaris (lentil), Lupinus angustifolius (lupin), Lycopersicon
esculentum (tomato), Maranta arundinacea (West Indian arrowroot), Musa (banana),
Nicotiana tabacum (tobacco), Passiflora (passionflower), Phaseolus (beans), Phaseolus
lunatus (lima bean), Phaseolus vulgaris (common bean), Piper methysticum (kava),
Pisum sativum (pea), Raphanus sativus (radish), Solanaceae , Solanum melongena
(aubergine), Solanum tuberosum (potato), Trifolium subterraneum (subterranean clover),
Vicia faba (broad bean), Vicia sativa (common vetch), Vigna radiata (mung bean), Zea
mays (maize), Zea mays subsp. mays (sweetcorn)
Inang sekunder, Coriandrum sativum (coriander), Luffa aegyptiaca (loofah), Pelargonium
(pelargoniums), Spinacia oleracea (spinach), Tetragonia tetragonioides (Newzealand
spinach), Vigna unguiculata (cowpea), Vitis vinifera (grapevine)
Inang liar, Amaranthus caudatus (Love-lies-bleeding), Antirrhinum majus (snapdragon),
Atriplex hortensis (garden orache), Calendula officinalis (Pot marigold), Capsella bursapastoris
(shepherd's purse), Catharanthus roseus (Pink periwinkle), Chenopodium album
(fat hen), Chenopodium murale (nettleleaf goosefoot), Chenopodium quinoa (quinoa),
Chrysanthemum vestitum , Cichorium endivia (endives), Crotalaria spectabilis (Showy
rattlepod), Datura metel (Hindu datura), Datura stramonium (jimsonweed), Erysimum

168
cheiri (wallflower), Fagopyron esculentum (buckwheat), Gomphrena globosa (Globe
amaranth), Hyoscyamus niger (black henbane), Lotus corniculatus (bird's-foot trefoil),
Lupinus albus (white lupine), Lycopersicon pimpinellifolium (currant tomato), Matthiola
incana (stock), Medicago sativa (lucerne), Melilotus alba (honey clover), Momordica
19
balsamina (common balsamapple), Nicotiana rustica (wild tobacco), Pharbitis nil
(Japanese morning glory), Physalis peruviana (cape gooseberry), Phytolacca americana
(pokeweed), Primula (Primrose), Rumex acetosa var. hortensis (garden sorrel), Solanum
nigrum (black nightshade), Stellaria media (common chickweed), Trifolium hybridum
(Alsike clover), Trifolium incarnatum (Crimson clover), Trifolium pratense (purple clover),
Trifolium repens (white clover), Tropaeolum majus (common nasturtium)
d. Daerah sebar
Europe Austria, Belarus, Belgium, Bosnia and Herzegovina, Bulgaria, Croatia, Cyprus,
Czech Republic, Denmark, Estonia, Finland, France, France, [mainland] Germany,
Greece, Crete, Hungary, Ireland, Italy, Latvia, Lithuania, Macedonia, Malta, Moldova,
Netherlands, Poland, Portugal, Romania, widespread, Russian, ederation, Central
,Russia, Russian, Far East Southern, Russia, Serbia, and Montenegro, Slovakia
Slovenia, Spain, Spain, Sweden, Switzerland, Ukraine, United Kingdom, Asia,
Afghanistan, Bangladesh, China, Anhui, Chongqing, Fujian, Gansu, Guangdong
,Guangxi, Guizhou, Hebei, Heilongjiang, Henan, Hong Kong, Hubei, Hunan, Jiangsu
,Jiangxi, Jilin, Liaoning, Nei Menggu, Qingha,i Shaanxi, Shandong, Shanxi, Sichuan
,Taiwan, Xinjiang, Yunnan, Zhejiang, Georgia (Republic), India, Andhra Pradesh, Bihar,
Delhi, Gujarat, Haryana, Himachal, Pradesh, Indian, Punjab,Karnataka, Kerala, Madhya
Pradesh, Maharashtra, Orissa Rajasthan, Tamil, Nadu, Uttar Pradesh, West, Bengal,
Indonesia, Java, Iran, Iraq, Israel, Japan, Hokkaido, Honshu, Kyushu, Ryukyu,
Archipelago, Shikoku, Jordan, Kazakhstan, Korea Republic of, Kuwait ,Kyrgyzstan,
Lebanon Malaysia, Peninsular, Malaysia Sabah, Sarawak, Nepal, Oman, Pakistan
Philippines, Saudi Arabia Singapore Sri Lanka Syria Tajikistan Thailand Turkey
Uzbekistan Vietnam Yemen Africa Algeria Cameroon Côte d'Ivoire Egypt Ethiopia Ghana
Kenya Mauritius Morocco Nigeria Réunion Sierra Leone South Africa Sudan, Tanzania,
Togo, Tunisia Zambia Zimbabwe Central America & Caribbean Antigua and Barbuda
Barbados Bermuda, Costa Rica, Cuba, Dominica, Dominican Republic, Guadeloupe,
Haiti, Honduras, Jamaica, Martinique, Montserrat, Puerto Rico, Saint Vincent, and the
Grenadines, Trinidad, and Tobago, North America, Canada, British, Columbia, Ontario,
Quebec, Mexico, USA, Alabama, Arizona, Arkansas, California, Connecticut, Delaware,
Florida, Georgia, (USA), Hawaii, Idaho, Illinois, Indiana, Iowa, Kansas, Kentucky,
Louisiana, Maine, Maryland, Massachusetts, Michigan, Minnesota, Mississippi, Missouri,
Montana,Nebraska, New Hampshire, New Jersey, New Mexico, New York, North
Carolina, Ohio, Oklahoma, Oregon, Pennsylvania South Carolina, Tennessee Texas
present Utah Vermont Virginia Washington Wisconsin, South America, Argentina Brazil,
Ceara Espirito, Santo, Goias Maranhao, Minas Gerais Parana, Pará Piauí, Sao Paulo,
20
Chile, Colombia, French, Guiana Guyana Suriname Venezuela Oceania American amoa
Australia, New South Wales, Queensland, South Australia Tasmania Victoria Western
Australia Cook Islands Federated states of Micronesia Fiji French Polynesia Kiribati New
Zealand, Niue Samoa Solomon slands Tonga Vanuatu,
13. Sapu setan pada kacang tanah (Phytoplasma)
a. Taksonomi -

169
b. Gejala yang tipe penyakit berwarna kuning
secara bertahap lebih atau kurang, warna kuning
tidak normal atau kemerahan pada dedaunan,
daun lebih kecil, pendek internoda dan kerdil
tanaman, akarnya berlebihan dalam penyebaran
dan membentuk sapu setan, kehijauan atau
bunga yang steril, berkurang jumlahnya di
lapangan, dan akhirnya menurun dan mati. Akar
tidak normal dan nekrosis selalu mendahului
gejala di permukaan tanah
c. Inang: kacang tanah
d. Daerah sebar belum ada
14. Pustul kacang kedelai disebabkan Xanthomonas campestris pv. Glycine
a. Taksonomi bakteri
Domain: Bacteria,
Phylum: Proteobacteria,
Class:
Gammaproteobacteria,
Order:
Xanthomonadales,
Family:
Xanthomonadaceae
b. Gejala pada daun
terbatas, awalnya area
21
terbatas hijau kekuningan dengan coklat kemerahan dan ditengah muncul satu atau
kedua permukaan. Spots yang lebih menyolok di atas permukaan daun. Kecil muncul
pustule yang berkembang pada bagian tengah lesion, khususnya bagian bawah
permukaan daun. Kadang-kadang pustul yang sama muncul pada polong.. Spots
menjadi satu dan menghasilkan ukuran yang lebih besar pada area yang mati yang
kadang-kadang jatuh, muncul daun yang kasar pada permukaannya. Infeksi yang berat
menjadi kuning dan jatuh. Insiden yang berat pada tanaman yang rentan menyebabkan
rontok daun. (Dunleavy et al., 1966).
Bagian tanaman yang bergejala Buah/polong:lesio. Daun:lesion, warna tidak normal,
jatuhnya daun yang tidak normal, kuning atau mati.
c. Inang utama Brunnichia cirrhosa (red vine) (Jones, 1961), Phaseolus vulgaris (kidney
bean), Phaseolus lunatus (lima bean) (Elliott, 1951), Macrotyloma uniflorum (horsegram)
(Patel et al., 1949) and a number of other Phaseolus and Vigna spp. including cowpea
(Vigna unguiculata) (Kennedy and Sinclair, 1989).
d. Daerah sebar
Europe Austria, Bulgaria, France, Lithuania, Moldova Romania, Russian, Federation
Russian, Far East Southern Russia, Serbia, and Montenegro, Ukraine, Asia, Brunei
Darussalam Cambodia, China, Taiwan, Georgia (Republic) India, Madhya Pradesh,
Maharashtra, Uttar Pradesh, Indonesia, Japan, Kazakhstan, Malaysia, Peninsular,
Malaysia, Myanmar Nepal Philippines Thailand, Africa, Central African Republic, Côte
d'Ivoire, Egypt, Ethiopia Kenya Madagascar, Malawi, Mozambique Nigeria Somalia
South Africa Sudan Tanzania Uganda Zambia, Zimbabwe, Central America & Caribbean
Belize Cuba Nicaragua, North America, Canada, Manitoba Ontario, Mexico, USA, Iowa

170
South America Argentina Bolivia Brazil Minas Gerais Rio Grande do Sul Sao Paulo
Colombia, Venezuela, Oceania Australia, New South Wales, Queensland, Papua New
Guinea
15. Gejala Bercak Kacang tanah disebabkan Cercospora arachidicola
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi, Phylum: Ascomycota, Class: Ascomycetes,
Subclass: Dothideomycetidae, Order: Mycosphaerellales, Family: Mycosphaerellaceae
22
b. Gejala, bercak hampir melingkar
dengan diameter 1-10 mm, coklat
kemerahan sampai hitam di atas
permukaan daun dan dibawah cahaya
kelihatan coklat (Mulder and Holliday,
1974b; McDonald et al., 1985). Diawal
perkembangan klorosis di atas
permukaan, tapi muncul dan menonjol
setelah diubah oleh gen inang dan
faktor lingkungan. Gejala ini hampir
sama dengan halo Micosphaerella
berkeleyi; oleh sebab itu gejala halo
tidak cocok untuk di diagnostik
(McDonald et al., 1985).Bercak
cenderung lebih besar dari pada
Micosphaerella berkeleyi.
c. Inang kacang tanah
d. Daerah sebar
Asia China India Bihar Korea, Republic
of Africa Malawi Rwanda North America USA Texas Virginia
16. Gejala busuk batang disebabkan Sclerotium rolfsii pada kacang tanah
a. Taksonomi cendawan,
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi, Phylum: Basidiomycota, Class:
Basidiomycetes,Subclass: Agaricomycetidae, Order: Polyporales, Family: Corticiaceae,
b. Gejala
Pada awalnya muncul kekuningan dan layu cabang atau bagian dalam tanaman jika
batang utama terserang. Daun-daun berubah coklat gelap dan kadang rontok dari
tanaman sebelum waktunya. Terselubung berwarna putih oleh miselium dan dapat
terlihat pada ujung batang bawah yang terinfeksi. Pada kondisi yang baik akan
mempercepat perkembangan gejala sampai ke ranting tanaman. Sklerotia tumbuh
banyak pada bagian tanaman yang terinfeksi dan pada permukaan tanah. Cirinya
berwarna putih kemudian menjadi coklat kotor/gelap. Cabang-cabang menjadi layu dan
berwarna coklat gelap. Polong yang terinfeksi biasanya busuk atau tanaman tanpa
23
gejala yang terlihat di atas tanah. Pada stadia lanjutan perkembangan penyakit, akar
yang tanpa sengaja dari tanaman yang terbawa penyakit.
c. Inang
Inang utama, Arachis hypogaea (groundnut),
Beta vulgaris var. saccharifera (sugarbeet),
Bombax ceiba (silk cotton tree), Capsicum

171
annuum (bell pepper), Cicer arietinum
(chickpea), Cichorium (chicory), Citrus ,
Colocasia esculenta (taro), Corchorus olitorius
(jute), Curcuma longa (turmeric), Daucus
carota (carrot), Durio zibethinus (durian),
Eleusine coracana (finger millet), Fagopyron
esculentum (buckwheat), Glycine max
(soyabean), Gossypium hirsutum (Bourbon
cotton), Helianthus annuus (sunflower),
Hibiscus cannabinus (kenaf), Hordeum
vulgare (barley), Ipomoea batatas (sweet
potato), Iris (irises), Lens culinaris ssp.
culinaris (lentil), Linum usitatissimum (flax),
Lycopersicon esculentum (tomato),Malus
(ornamental species apple), Medicago sativa
(lucerne), Oncidium (dancing-lady orchid), Oryza sativa (rice), Phaseolus vulgaris
(common bean), Piper betle (betel pepper), Piper nigrum (black pepper), Pisum sativum
(pea), Punica granatum (pomegranate), Saccharum officinarum (sugarcane), Sapium
sebiferum (Chinese tallow tree), Solanum tuberosum (potato), Sorghum bicolor
(sorghum), Triticum aestivum (wheat), Vicia faba (broad bean), Zea mays (maize).
Inang sekunder, Actinidia chinensis (Chinese gooseberry), Agrostis stolonifera var.
palustris (bent grass), Allium cepa (onion), Allium sativum (garlic), Alternanthera
(Joyweed), Anacardium occidentale (cashew nut), Ananas comosus (pineapple),
Araceae , Azadirachta indica (neem tree), Basella alba (Malabar spinach), Boehmeria
nivea (ramie), Brassica nigra (black mustard), Brassica oleracea var. capitata (cabbage),
Brassica oleracea var. viridis (collards), Brassica rapa ssp. oleifera (turnip rape),
Cajanus cajan (pigeon pea), Caladium bicolor hybrids, Carica papaya (papaw),
Carthamus tinctorius (safflower), Cassia senna (sharp-leaved senna), Chenopodium
quinoa (quinoa), Chlorophytum , Citrullus lanatus (watermelon), Coffea (coffee),
Crotalaria juncea (sunn hemp), Cucumis sativus (cucumber), Cucurbita (pumpkin),
24
Cucurbita pepo (ornamental gourd), Cyamopsis tetragonoloba (guar), Cynara
cardunculus L. var. scolymus (globe artichoke), Cynodon dactylon (Bermuda grass),
Datura innoxia (Downy thornapple), Dianthus (carnation), Dioscorea (yam), Elettaria
cardamomum (cardamom), Eucalyptus grandis (saligna gum), Eucalyptus tereticornis
(forest red gum), Ficus , Ficus elastica (rubber plant), Gerbera (Barbeton daisy),
Glycyrrhiza glabra (Licorice), Grewia asiatica (phalsa), Hevea brasiliensis (rubber),
Kummerowia striata (Japanese lespedeza), Lablab purpureus (hyacinth bean),
Lagenaria siceraria (bottle gourd), Leucaena leucocephala (leucaena), Luffa acutangula
(angled luffa), Mangifera indica (mango), Momordica charantia (bitter gourd), Musa
(banana), Nicotiana tabacum (tobacco), Peperomia obtusifolia (pepper-face),
Philodendron , Poa annua (annual meadowgrass), Polianthes tuberosa (tuberose),
Prunus persica (peach), Psidium (guava), Pyrus (pears), Ricinus communis (castor
bean), Saintpaulia ionantha (African violet), Secale cereale (rye), Sesamum indicum
(sesame), Sinningia speciosa (gloxinia), Solanum melongena (aubergine), Solidago
canadensis (Canadian goldenrod), Swietenia macrophylla (big leaved mahogany),
Syngonium podophyllum (Arrowhead vine), Tagetes patula (French marigold), Tectona
grandis (teak), turfgrasses , Vanilla planifolia (vanilla), Vigna mungo (black gram), Vigna

172
radiata (mung bean), Vitis (grape), Ziziphus jujuba (common jujube)
Inang liar, Azolla pinnata (mosquito fern), Bryophyllum pinnatum (air plant)
Inang tambahan, Beta vulgaris (beetroot), Capparis spinosa (Caper bush), Manihot
esculenta (cassava), Xanthosoma sagittifolium (yautia (yellow)), Zingiber officinale
(ginger.)
d. Daerah sebar
Europe, Belgium, Cyprus Denmark, Former Yugoslavia France, Germany, Greece,
Guernsey, Italy, Sardinia Jersey, Netherlands, Portugal, Russian Federation, Russia
(Europe), Spain, Asia Bangladesh, Brunei Darussalam, Cambodia, China, Hong Kong,
Liaoning Sichuan, Taiwan Yunnan, Zhejiang India, Andaman, and Nicobar Islands,
Andhra Pradesh, Assam Bihar Delhi Himachal Pradesh, Jammu and Kashmir,
Karnataka, Kerala, Madhya Pradesh, Maharashtra Manipur, Nagaland Orissa ,Rajasthan
Tamil Nadu, Uttar Pradesh, West Bengal ,Indonesia, Java, Nusa Tenggara, Papua
Barat, Sumatra, Iran, Iraq Israel Japan, Honshu Kyushu Ryukyu Archipelago Korea,
DPR Laos Lebanon, Malaysia, Peninsular, Malaysia, Sabah Sarawak, Myanmar Nepal
Pakistan Philippines Saudi Arabia, Singapore Sri Lanka, Syria Thailand Turkey Vietnam
Africa Angola, Benin Burkina, Faso Burundi, Cameroon Cape Verde, Central African,
Republic Congo Democratic, Republic Congo, Côte d'Ivoire, Egypt, Equatorial Guinea
25
Ethiopia ,Gabon Gambia Ghana Guinea Kenya, Lesotho Liberia, Madagascar Malawi,
Mali ,Mauritania , [Mauritius] Rodrigue, Island Morocco, Mozambique Niger, Nigeria,
Rwanda Senegal Seychelles, Sierra Leone, Somalia, South Africa, Sudan, Tanzania,
Togo ,Tunisia, Uganda, Zambia, Zimbabwe ,Central America & Caribbean Antigua and
Barbuda Barbados, Belize Bermuda, Costa Rica, Cuba Dominica Dominican Republic El
Salvador, Grenada Guadeloupe Guatemala Haiti Honduras Jamaica Martinique
Montserrat Nicaragua Panama, Puerto Rico, Saint Kitts and Nevis Saint Lucia Saint
Vincent and the Grenadines, Trinidad, and Tobago, North America, [Canada] Alberta
Mexico USA, Alabama, Arizona Arkansas, California, Connecticut Florida, Georgia
(USA) Hawaii Illinois, Indiana, Iowa Kansas, Kentucky Louisiana, Maryland ,Michigan,
Minnesota, Mississippi, Missouri, Nevada New Jersey, New York, North Carolina, Ohio
,Oklahoma Oregon, Pennsylvania South Carolina Tennessee Texas Utah Virginia
Washington South America Argentina Brazil, Maranhao Matto Grosso, Minas Gerais
Pernambuco Santa Catarina Sao Paulo Chile Colombia Ecuador French Guiana
Guyana, Peru, Suriname, Uruguay, Venezuela Oceania Australia Australian Northern
Territory New South Wales Queensland, South Australia, Tasmania, Victoria Western
Australia Fiji, French, Polynesia, Guam, New Caledonia, New Zealand, Norfolk Island,
Papua New Guinea, Samoa, Solomon, Islands Tonga Tuvalu, Vanuatu
17. Gejala Bulai disebabkan Peronosclerospora maydis
pada jagung
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Chromista, Phylum:
Oomycota, Class: Oomycetes, Order: Sclerosporales,
Family: Sclerosporaceae
b. Gejala
Daun-daun jagung yang bergejala menunjukkan adanya
ruang berwarna hijau dan kuning tidak beraturan.
Kemudian daun berwarna coklat dan mati.
c. Inang (Jagung)

173
d. Daerah sebar
Asia China, Guangxi Taiwan, Yunnan, India, Bihar
Maharashtra, Indonesia Java, Nusa Tenggar, Israel,
26
Japan Thailand, Africa, Congo Democratic Republic, Somalia, Central America &
Caribbean, Jamaica, South America, Argentina Venezuela, Oceania, Australia,
Australian Northern, Territory Queensland, Western Australia.
18. Gejala Hawar disebabkan Helminthosporium maydis pada jagung
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi,Phylum: Ascomycota, Class: Ascomycetes,
Subclass: Dothideomycetidae, Order: leosporales, Family: Pleosporaceae
b. Gejala
Layu pada daun-daun jagung, disebabkan oleh
bercak berbentuk O, panjangnya diantara tulang
daun, berwarna coklat, panjang 2-6 x 3-22 mm,
dengan tepi terbatas dan pembatas berwarna
kuning kecoklatan. Variasi ukuran bercak dan
bentuk mungkin terjadi antara inbreds dan hybrid
dengan latar belakang perbedaan genetik. Race
O hanya menyerang pada daun. Bercak yang
dihasilkan oleh race T berwarna kuning, 0.6-1.2 x
0.6-2.7 cm, berbentuk kumparan atau elips,
dengan kuning kehijauan atau halo klorotik.
Kemudian bercak race T berwarna gelap, tepinya
berwarna merah kecoklatan dan muncul pada
daun, batang pelepah daun, tongkol, kulit tongkol
dan bulir. Akibat biji yang terbawa patogen ini,
akan muncul busuk tongkol dan bulir, akan
kehilangan hasil selama panen dan penjualan.
Kecambah dari biji yang terinfeksi Race T akan
layu dan mati dalam 3 atau 4 minggu setelah
penanaman. Kematian awal pada daun, hasil dari
infeksi race lain, mempengaruhi tanaman menjadi
busuk batang (Boothroyd, 1971).
Gejala lain pada bagian tanaman: daun tidak
normal warnanya, bercak pada daun, layu, benih
busuk, perubahan warna,batang diskolorasi.
27
c. Inang,
Inang utama, Zea mays (maize), Zea mays subsp. mays (sweetcorn)
Inang sekunder, Arachis hypogaea (groundnut), Glycine max (soyabean), Helianthus
annuus (sunflower), Oryza sativa (rice), Pennisetum glaucum (pearl millet), Pisum (pea),
Populus deltoides (poplar), Sorghum bicolor (sorghum), Triticum (wheat), Vigna
unguiculata (cowpea), Zea mexicana (teosinte)
d. Daerah sebar
Europe, Bulgaria Croatia Cyprus Denmark, Former, Yugoslavia, France, Germany, Italy,
Portugal, Romania Russian, Federation Russian, Far East Southern Russia, Serbia and
Montenegro Spain Switzerland, Ukraine, Asia, Bangladesh, Bhutan Brunei Darussalam,

174
Cambodia, China, Anhui Fujian Gansu, Guangdong, Guangxi, Hebei, Heilongjiang
Henan, Hong Kong, Hubei, Hunan, Jiangsu, Jiangxi Jilin, Liaoning Nei Menggu Shaanxi
Shandong Sichuan Taiwan Yunnan Zhejiang Christmas Island (Indian Ocean) India,
Andhra Pradesh Assam, Bihar Delhi Haryana, Himachal Pradesh, Indian, Punjab,
Karnataka, Kerala, Lakshadweep, Madhya Pradesh, Meghalaya Orissa, Rajasthan, Uttar
Pradesh, West Bengal, Indonesia Java Papua Barat, Iran, Israel, Japan, Honshu,
Kyushu, Shikoku, Korea, DPR Korea, Republic of Laos Malaysia Peninsular Malaysia
Sabah Sarawak Myanmar Nepal Oman, Pakistan, Philippines Sri Lanka Thailand
Vietnam, Africa, Benin, Burkina Faso Cameroon, Congo Democratic Republic Côte
d'Ivoire Egypt Gabon Ghana Guinea Kenya Madagascar, Malawi Mauritius Mozambique
Niger Nigeria Réunion Senegal, Sierra Leone, South Africa, Sudan Swaziland Tanzania
Togo, Zambia, Zimbabwe, Central America & Caribbean Bahamas Belize Cuba El
Salvador Guadeloupe Guatemala Jamaica Nicaragua Panama Puerto Rico Trinidad and
Tobago North America Canada New, Brunswick, Nova, Scotia Ontario, Quebec, Mexico,
USA, Arkansas Delaware District of Columbia Florida Georgia (USA) Hawaii Illinois
Indiana, Iowa Kentucky Louisiana Maryland Massachusetts, Michigan, Minnesota,
Mississippi, Missouri, New York, North Carolina Ohio Pennsylvania South Carolina
Tennessee Texas West Virginia, South America Argentina Bolivia Brazil Bahia Matto
Grosso do Sul Parana Colombia Ecuador French Guiana, Guyana, Paraguay, Suriname,
Venezuela, Oceania, American, Samoa, Australia, Australian Northern, Territory New
South Wales, Queensland, Fiji, French Polynesia, Guam Marshall, Islands New
Caledonia New Zealand Niue Papua New Guinea Samoa Solomon Islands Tonga
Vanuatu
28
19. Gejala rust/karat disebabkan Puccinia sorghi pada jagung
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi, Phylum: Basidiomycota, Class: Urediniomycetes,
Order: Uredinales, Family: Pucciniaceae
b. Gejala P. sorghi dicirikan oleh munculnya coklat emas ke
pustule coklat (uredinales) bahwa perkembangan di atas
tanah termasuk bagian daun, sekam, jumbai dan, tangkai.
Uredinia melingkar dan memanjang, dan perkembangan
sekitar di atas dan di bawah permukaan. Gejala bercirikan
dengan area klorotik kecil. Sebagaimana perkembangan
uredinia menjadi erumpent, mendorong jaringan atas
epidermis akan terbuka masa tepung dari urediniospores.
Spora-spora sering mengumpul dan menginfeksi seluruh
tanaman yang mengakibatkan muncul band pada seluruh
infeksi daun. Bebrapa varietas yang mengandung gen untuk
menghasilkan pigmen anthocyanin, uredinia mungkin
dikelilingi oleh halo ungu. Beberapa penyakit, area luas
selubung daun awalnya klorotik kemudian menjadi nekrotik.
Bagian tanaman yang bergejala: Buah/polong: terlihat
cetakan. Pembungaan: lesion. Daun: lesion, warna tidak normal, jamur tumbuh. Batang:
kelihatan miselium
c. Inang
Inang utama Zea mays (maize), Zea mays subsp. mays (sweetcorn)
Inang sekunder Oxalis (wood sorrels), Oxalis corniculata (creeping woodsorrel (USA)),

175
Oxalis europaea (European woodsorrel), Oxalis stricta (Upright yellow-sorrel), Zea
mexicana (teosinte), Zea perennis
d. Daerah sebar
Europe, Austria, Bulgaria, Croatia, Czechoslovakia (former -), Former Yugoslavia,
France, Germany, Greece, Hungary, Italy, Latvia, Lithuania Moldova, Netherlands,
Poland, Portugal, Romania, Spain, Switzerland, Ukraine, United Kingdom, Asia
Azerbaijan Cambodia China Hong Kong Taiwan, Georgia, (Republic) India, Indonesia,
Iran, Iraq, Israel, [Japan] Hokkaido, Jordan, Korea, Republic of Lebanon, Malaysia,
29
Nepal, Pakistan, Philippines, Saudi Arabia, Sri Lanka, Thailand, Turkey, Yemen, Africa,
Angola, Cameroon, Congo Democratic Republic, Egypt, Ethiopia Ghana Kenya Libya
Malawi Mauritius, Morocco, Mozambique, Nigeria Rwanda Réunion Sierra Leone
Somalia South Africa Sudan Tanzania Uganda Zambia Central America & Caribbean
Belize Costa Rica, Cuba, Dominican Republic, Guatemala, Haiti, Honduras Jamaica
Nicaragua Panama Puerto Rico Trinidad and obago North America Canada Mexico
USA, South America, Argentina, Bolivia, Brazil, Chile, Colombia, Ecuador, Guyana,
Paraguay, Peru Suriname, Uruguay, Venezuela, Oceania Australia, Fiji New aledonia
New Zealand, Norfolk Island, Papua New Guinea
20. Gejala Hawar daun jagung disebabkan Helminthosporium turcicum
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi, Phylum: Ascomycota, Class: Ascomycetes,
Subclass: Dothideomycetidae, Order: Pleosporales, Family: Pleosporaceae
b. Gejala
Gejala berukuran kecil, spot watersoaked muncul dipermukaan daun,
kemudian berkembang area berbentuk
ellips berwarna coklat sampai seluas
daun. Pada stadia akhir, lesio menjadi
kekuningan sampai abu-abu,
bergabung dan mematikan bagian luas
daun. Pada tepi berwarna coklat pada
jagung dan ungu-merah pada sorghum
tergantug varietas. Infeksi jagung juga
termasuk jumbai, mata tunas, mahkota
dan bibit (Sherbakoff and Mayer, 1937;
Cox and Wolf, 1955). Gejala-gejala
yang kultivar tahan mengurangi
menjadi kecil pada spot nekrotik atau
klorosis. Bentuk hawar daun northern
pada jagung dan sorghum bercak
lesion lebih sedikit daripada
Cochliobolus heteros (Ellis and
30
Holliday, 1971), hamper sebagian besar pada daun-daun tapi juga pada tangkai
sorghum.
Gejala-gejala yang mempengaruhi pada bagian lain: daun: lesion, warna tidak normal.
Akar: mengurangi system perakaran Seluruh tanaman: damping off.
c. Inang
Inang utama, Sorghum bicolor (sorghum), Zea mays (maize), Zea mays subsp. mays

176
(sweetcorn)
Inang sekunder, Pennisetum glaucum (pearl millet)
Inang liar, Echinochloa crus-galli (barnyard grass), Panicum miliaceum (millet), Panicum
repens (torpedo grass), Paspalum conjugatum (sour paspalum), Pennisetum purpureum
(elephant grass), Sorghum, Sorghum almum (Columbusgrass), Sorghum halepense
(Johnson grass), Sorghum sudanense (Sudan grass), Urochloa panicoides (liverseed
grass), Zea mexicana (teosinte), Zea perennis
d. Daerah sebar
Europe, Austria, Bulgaria, Czechoslovakia (former -,) Former Yugoslavia, France,
Hungary, Italy, Poland, Portugal, Romania, Russian, Federation Russian, Far East Spain
,Switzerland, United Kingdom Asia, Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Brunei
Darussalam, Cambodia, [China] Guangxi Hainan Heilongjiang Henan Hong Kong, Hubei
Jiangsu Jiangxi, Liaoning, Shandong Shanxi Sichuan, Taiwan, Yunnan, Zhejiang, India,
Andhra Pradesh present Bihar Karnataka, Madhya Pradesh, Meghalaya, Tamil Nadu,
West Bengal, Indonesia, Iran, Iraq, Israel, Japan, Kazakhstan Korea, Republic of Laos,
Lebanon, [Malaysia], Sabah, Myanmar, Nepal, Oman Pakistan Philippines Saudi Arabia,
Thailand, Turkey, Vietnam, Yemen Africa Angola Benin, Botswana Burkina, Faso,
Burundi, Cameroon, Central African Republic, Chad Congo Democratic Republic,
Congo, Egypt, Ethiopia, Gabon, Gambia, Ghana Guinea Kenya, Libya Madagascar,
Malawi, Mali, Mauritius Morocco, Niger Nigeria Rwanda Réunion Senegal Sierra Leone
South Africa Sudan, Swaziland Tanzania, Togo, Uganda Zambia Zimbabwe Central
America & Caribbean Antigua and Barbuda Bermuda Costa Rica, Cuba present
Dominican Republic El Salvador Guatemala Haiti Honduras Jamaica Nicaragua Panama
Puerto Rico Trinidad and Tobago North America [Canada] Manitoba Ontario Quebec
Mexico USA Arkansas Delaware Florida Georgia (USA), Hawaii, Indiana Iowa Louisiana
Maryland Nebraska New Hampshire New York North Carolina Ohio Pennsylvania South
Carolina South Dakota Texas West Virginia South America Argentina Bolivia Brazil
Matto Grosso Rio Grande do Sul Sao Paulo Colombia, Ecuador French Guiana Peru
31
Uruguay Venezuela Oceania [Australia] Australian Northern Territory New South Wales
Queensland Tasmania Victoria Fiji French Polynesia New Caledonia New Zealand
Papua New onga.
21. Gejala Busuk pelepah disebabkan Rhizoctonia solani pada Padi
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi, Phylum: Basidiomycota,Class: Basidiomycetes,
Subclass: Agaricomycetidae, Order: Ceratobasidiales, Family: Ceratobasidiaceae
b. Gejala
Gejalanya disebut sheath blight pada padi
biasanya muncul pada tanaman mencapai puncak
pertumbuhan, gejala dapat diamati pada stadia
anakan yang maksimum atau perpanjangan
batang. Penyakit muncul pada pelepah daun dan
ujung/tepi daun. Tipe layu berawal berbentuk oval
atau bulat kadang tidak beraturan, berwarna abuabu kehijauan dengan panjang antara 1- 3 cm
(Ou, 1985). Ditengah gejala berwarna putih
keabuan dengan berwarna coklat pada
tepi/pinggir. Ukuran dan warna gejala tergantung
pada umur gejala dan kondisilingkungan.

177
Penggabungan gejala menyebabkan hawar pada
bagian tertentu atau seluruh tanaman.Sclerotia
tebentuk diatas permukaan atau pada gejala di
daun, batang dan benih-benih. Sklerotianya jarang
muncul dan mudah lepas jika tanaman dewasa.
Perhatikan dalam mendiagnosa di lapangan gejala
sheath blight disebabkan Rhizoctonia solani
dengan gejala sheath spot disebabkan oleh R.
oryzae-sativae yang ada di Asia dan gejala yang sama.
c. Inang
Inang utama, inang sekunder
d. Daerah sebar
32
Europe Europe, Austria, Bulgaria, Croatia, Czech Republi,c Czechoslovakia, Denmark,
Finland, Former USSR, France, Germany, Greece, Hungary, Italy, Netherlands, Norway
,Poland, Romania ,Russian, Federation, Serbia and Montenegro, Sweden, Ukraine,
United Kingdom, Northern Ireland, Asia Bangladesh, China, Anhui Fujian, Gansu
Guangdong, Guangxi Hebei, Heilongjiang, Henan, Hubei Hunan, Jiangsu, Jiangxi Jilin
Liaoning Nei Menggu Shaanxi Shandong Shanxi Sichuan Taiwan Xinjiang, Yunnan,
Zhejiang, India Andaman and Nicobar Islands, Andhra Pradesh Assam, Bihar, Delhi,
Gujarat, Haryana, Himachal Pradesh, Indian Punjab Jammu and Kashmir Karnataka
Kerala Madhya Pradesh, Maharashtra, Manipur Meghalaya Orissa Rajasthan Sikkim
Tamil Nadu Uttar Pradesh West Bengal Indonesia Iran Iraq Israel Japan Hokkaido
Honshu Kyushu Korea, DPR Korea, Republic of Malaysia Peninsular Malaysia Sabah
Sarawak Pakistan Philippines Singapore Sri Lanka, Syria Thailand Turkey Vietnam,
Africa Burundi Cameroon Congo Democratic Republic Côte d'Ivoire Egypt Ethiopia
Kenya, Madagascar Malawi, Mauritius, Mozambique Allen, Rwanda Senegal Sierra
Leone South Africa, Tanzania, Tunisia Uganda, Zambia Zimbabwe, Barbados Costa
Rica Cuba, Dominican, Republic, French, West Indies, Guadeloupe Honduras Jamaica
Martinique Panama Puerto Rico Saint Kitts and Nevis Trinidad and Tobago North
America, North America, (as a whole) Canada, Alberta Manitoba Ontario, Prince
Edward, Island, Saskatchewa,n Mexico, USA, Alabama Alaska Arkansas California
Colorado Florida Georgia (USA) Hawaii Illinois Indiana Iowa Kansas Kentucky Louisiana
Maine Maryland Minnesota Mississippi, Missouri Montana, Nebraska, New Jersey New
York North Carolina North Dakota Ohio Oklahoma Oregon South Carolina Tennessee
Texas Washington, Wisconsin, South America, South America (as a whole) Argentina,
Bolivia Brazil, Amazonas Minas Gerais Pernambuco Sao Paulo Chile Colombia Guyana
Paraguay Peru Suriname, Uruguay, Venezuela Oceania American, Samoa, Australia,
New South Wales South Australia, Victoria, Western Australia, New Zealand, Papua
New Guinea, Samoa
22. Gejala Bercak pada padi disebabkan Cercospora oryzae
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi, Phylum: Ascomycota,Class: Ascomycetes,
Subclass: Dothideomycetidae, Order: Mycosphaerellales, Family: Mycosphaerellaceae
b. Gejala
Setelah infeksi oleh C. oryzae, perkembangan bercak daun linear dengan panjang 2-10
mm dan lebarnya biasanya tidak lebih dari 1-1.5 mm. panjangnya sejajar dengan daun.
Bercak dengan berwarna coklat ditengah dengan batas yang tidak jelas di tepi. Bercak

178
pada pelepah hampir sama dengan daun, sementara bercak glumes lebih pendek dan
cenderung menyebar secara lateral. Pedisel dan glume juga terinfeksi. Suatu pola noda
jaringan sering terselubung pada daun: dinding sel berwarna coklat gelap dan kuning
pada interseluler kultivar yang peka, bercak-bercak daun coklat lebih terang sedangkan
pada kultivar tahan bercak coklat gelapnya sempit. Penyakit ini dapat menyebabkan
33
pematangan secara premature. Infeksi C. oryzae dapat menyebabkan benih-benih
diskolorasi menjadi coklat ungu. Beberapa jamur berasosiasiI dengan diskolorasi
(Arunyanart et al., 1981).
c. Inang
Inang utama Oryza sativa (rice), inang sekunder
Panicum maximum (Guinea grass), Panicum repens
(torpedo grass), Pennisetum purpureum (elephant
grass)
d. Daerah sebar
Asia, Afghanistan, Bangladesh, Brunei Darussalam,
Cambodia, China, Guangxi, Hebei, Hubei, Hunan,
Jiangsu Jilin Liaoning Sichuan, Taiwan, Yunnan,
Zhejiang, India, Karnataka Tamil Nadu Uttar Pradesh,
Indonesia, Java Nusa Tenggara, Japan Honshu Shikoku
Korea, Republic of Laos, Malaysia, Peninsular Malaysia,
Sabah Sarawak Myanmar, Nepal, Pakistan Philippines
Sri Lanka Syria Thailand Vietnam Africa Angola Chad
Congo Democratic Republic Gabon Gambia, Ghana,
Kenya Madagascar, Malawi Mozambique, Niger Nigeria
South Africa present Sudan, Tanzania Zambia Central,
America & Caribbean Costa Rica Cuba Dominican,
Republic El Salvador, Guatemala, Haiti, Honduras,
Nicaragua, Panama, Puerto Rico, Trinidad and Tobago,
North America, Mexico USA, Alabama Arkansas, Florida
Louisiana Texas South America Argentina, Bolivia Brazil Amazonas, Minas Gerais Rio
Grande do Sul Sao Paulo, Colombia, Guyana, Suriname Venezuela, Oceania, Australia
Australian Northern Territory Fiji, Papua New Guinea, Solomon Islands.
23. Gejala Kresek disebabkan Xanthomonas campestris pv. oryzae) pada Padi
a. Taksonomi bakteri
Domain: Bacteria, Phylum: Proteobacteria,Class: Gammaproteobacteria, Order:
Xanthomonadales, Family: Xanthomonadaceae
b. Gejala
34
Muncul pada daun tanaman muda,
setelah penanaman, muncul hijau
pucat sampai hijau abu-abu, garis
water-soaked dekat ujung dan tepi
daun. Kumpulan bercak lesio ini
berkumpul dan menjadi kuning
keputihan dengan tepinya
bergelombang. Akhirnya seluruh daun
terkena, menjadi putih keabuan

179
kemudian sekarat. Pelepah daun dan
culms pada kultivar rentan dapat
diserang oleh pathogen ini. Infeksi
sistemik diketahui seperti gejala
kresek, menghasilkan layu, seperti
daun-daun yang diawetkan dan mati,
khususnya tanaman-tanaman muda
yang ditransplantasi. Tanaman yang
lebih mudah, daun-daun menjadi
kuning dan kemudian mati. Pada stadia lanjutan, .penyakit ini sulit dibedakan dari
bacterial leaf streak disebabkan oleh X. oryzae pv. oryzicola. (From EPPO/CABI, 1992;
further information is given by Ou, 1985.)
Bagian tanaman yang bergejala, Daun: bercak, warna tidak normal,layu, kuning, mati.
Benih: diskolorasi
c. Inang
Inang utama, Leptochloa chinensis (Chinese sprangletop), Oryza sativa (rice),
inang sekunder, Poaceae (grasses)
Inang liar, Cenchrus ciliaris (buffelgrass), Cynodon dactylon (Bermuda grass),
Cyperaceae (Sedges), Cyperus difformis (small-flowered nutsedge), Cyperus rotundus
(purple nutsedge), Echinochloa crus-galli (barnyard grass), Leersia hexandra (southern
cut grass), Leersia oryzoides (Rice cutgrass), Oryza (rice (generic level)), Panicum
maximum (Guinea grass), Paspalum scrobiculatum (ricegrass paspalum), Urochloa
mutica (tall panicum), Zizania aquatica (annual wildrice), Zizania palustris (northern wild
rice (USA)), Zoysia japonica (zoysiagrass)
35
d. Daerah sebar
Europe Former USSR, Russian Federation Russian, Far East Southern, Russia,
Ukraine, Asia, Bangladesh, Cambodia, China, Anhui, Fujian, Guangdong, Guangxi
,Hebei, Henan, Hubei, Hunan, Jiangsu, Jiangxi, Liaoning, Sichuan, Taiwan, Yunnan,
Zhejiang, India, Andaman and Nicobar Islands Andhra Pradesh, Assam Bihar Delhi Goa,
Gujarat, Haryana, Indian Punjab Jammu and Kashmir, Karnataka, Kerala Madhya
Pradesh, Maharashtra, Orissa Tamil Nadu Uttar Pradesh, West Bengal, Indonesia, Java
Sulawesi, Sumatra, Japan, Honshu, Kyushu, Korea, DPR Korea, Republic of Laos,
Malaysia, Peninsular Malaysia Sabah Sarawak Myanmar Nepal Pakistan Philippines, Sri
Lanka, Thailand, Vietnam Africa, Burkina, Faso ,Cameroon Gabon Madagascar Mali
Niger Nigeria Senegal Tanzania Togo Central America & Caribbean Costa Rica El
Salvador Honduras, Panama Saba, North America, Mexico USA Louisiana Texas South
America Bolivia, Colombia, Ecuado,r Venezuela Oceania Australia Australian Northern
Territory, Queensland.
24. Gejala tungro disebabkan Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) pada padi
a. Taksonomi virus
Virus Group: Virus, Family: Retroviridae
b. Gejala
Gejala di lapangan terpengaruh oleh tungro,
tanaman terinfeksi dengan kedua virus
RTBV dan RTSV, atau masing-masing virus.
Tanaman yang terinfeksi kedua virus disebut
dengan gejala tungro, termasuk kerdil

180
tanaman, diskolorasi orange atau kuning
daun. Diskolorasi mulai dari ujung daun dan
meluas ke bagian bawah. Diskolorasi daun
tidak beraturan, kecil, bercak coklat gelap.
Tanaman yang masih muda menunjukkan
klorosis padap pembuluh. Tanaman yang
terinfeksi RTBV menunjukkan gejala yang
ringan; tanaman yang terinfeksi dengan
36
RTSV menunjukkan ukuran kerdil tapi tidak kuning pada daun.
Tanaman yang terinfeksi RTBV tidak berbentuk malai; jika terbentuk, paikel mungkin
terisi atau rumput yang berubah warna. Malai sering tidak lengkap atau gagal. Umumnya
beberapa gejala yang terinfeksi pada stadia kecambah. Gejala muncul seminggu setelah
inkokulasi dan menjadi ringan pada pertumbuhan tanaman. Gejala yang bertambah
ketika tanaman juga terinfeksi RTSV. RTBV terbatas pada tabung saringan phloem and
sel xylem parenchymatous (Sta Cruz et al., 1993). Partikel virus tersebar di dalam sel
sitoplasma.
Bagian tanaman yang bergejala. Pembungaan: warna tidak normal. Daun: warna tidak
normal, bentuk tidak normal. Benih diskolorasi, bulirnya kosong. Batang: tumbuhnya
tidak normal. Seluruh tanaman: layu
c. Inang Oryza sativa (rice)
d. Daerah sebar
Asia Bangladesh, widespread Brunei Darussalam, China, Fujian, Guangdong Hainan,
Hubei, Hunan, Jiangxi, Shandong, India, Andhra Pradesh, Assam Bihar Delhi, Indian
,Punjab Karnataka Kerala Madhya Pradesh, Manipur, Orissa, Tamil Nadu, Tripura, Uttar
Pradesh, West Bengal, Indonesia, Java, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua Barat,
Sulawesi Sumatra, Japan, Kyushu, Laos, Malaysia, Peninsular, Malaysia, Myanmar
Nepal ,Pakistan Philippines, Sri Lanka, Thailand, Vietnam.
25. Gejala Hawar daun singkong disebabkan Xanthomonas campestris pv. manihotis
a. Taksonomi cendawan
Domain: Bacteria, Phylum: Proteobacteria, Class: Gammaproteobacteria, Order:
Xanthomonadales, Family: Xanthomonadaceae
b. Gejala
Gejala pada daun menunjukkan berwarna hijau gelap sampai kebiruan, water-soaked,
spot beraturan (diameter 1-4 mm), dibatasi oleh tulang daun dan distribusinya tidak
beraturan pada lamina. Dengan cepat menyebar dan bersatu sepanjang tulang daun
atau tepi daun; bagian tengah menjadi coklat dan bagian water soaked dikelilingi oleh
halo klorosis. Bercak lesio muncul seperti spot tembus cahaya ketika di hadapkan ke
cahaya. Dibawah kaca pembesar, tetesan kecil exudat ooze dari bagian tengah bercak
lesio yang terlihat di atas permukaan dedaunan. Tetesannya berawal berbentuk kream
berkilauan dan kemudian berwarna kuning, mudah dilarutkan oleh hujan atau embun;
37
musim kering berbentuk kecil.
Dibawah kondisi baik (daun-daun
muda, kelembaban udara dan
tanah tinggi), perkembangan spot
dan water-soaked, tersebar
seluruh spot beraturan yang muda.

181
Sekeliling bagian lamina berubah
coklat terang dan dalam waktu 2-3
hari daerah ekstensif lembaran
menjadi layu tidak hanya ujung
depan tapi tepi lembar dedaunan,
tapi juga bagian bawah. Pengaruh
dari bagian menunjukkan coklat
terang dan zona hijau jika bagian
permukaannya terbakar. Area yang terkena nekrotik tidak tembus cahaya, tidak ada
eksudat bakteri diamati, ada tidak adanya bakteri hanya terbatas pada pembatas hawar
lesio. Beberapa peranan menyerang prematur kering dan pergantian daun-daunan.
Batang dan point pertumbuhan dibawah kondisi kelembaban tinggi, infeksi mungkin
menyebar melalui vascular dari lembar daun ke petiole dan ranting atau batang, dengan
pembentukan lapisan coklat gelap dan hitam sebagaimana tetesan eksudat sepanjang
perkembangannya. Becak ini juga terinfeksi langsung melalui luka, yang mungkin karena
pemotongan daun untuk konsumsi atau tusukan oleh serangga. Pada ranting dan
batang tanpa cahaya, area water soaked hijau gelap ke hitam bekembang selama titik
infeksi. Tetesan eksudat yang menggelembung muncul beberapa jarak dari titik infeksi,
berada di dalam urat pembuluh, dan atau sejumlah kecil dedauan, berlokasi pada sudut
sama, menunjukkan tiba-tiba kehilangan pembengkakan, diikuti dengan layu. Kemudian
dasar petiole jatuh, tapi daun-daun kering umumnya bekas diserang beberapa kali.
Seluruh daun bertempat diatas menunjukkan gejala layu sangat cepat. Akhirnya mati,
munculnya diujung batang mengecil, seperti gejala lilin. Sebagaimana kemajuan infeksi
ke dasar batang sampai ke akar juga menjadi layu dan akhirnya tanaman mati. Akarakar yang terinfeksi,
jaringan pembuluh xylem berwarna coklat.
Dibawah mikroskop kelihatan pembuluh terhambat oleh bakteri, zat tyloses dan
mucilaginous. Perkembangan kantong Lytic sepanjang protoxylem. Penyebaran kantong
ini menyebabkan pecahnya cincin xylem, perkembangan kantong lytic di dalam phloem
kemudian pecah cincin elastis di dalam cortical collenchyma. Kantong tersebut menjadi
kelihatan spot water-soaked hijau gelap dan adanya goresan hitam kecil cocok dengan
38
altered laticifer. Spot ini membengkak, pecah dan lengket dengan gelembung berwarna
kuning putih. Sepenuhnya batang dan cabang hanya pembuluh internal kecoklatan yang
terlihat. Infeksi dapat menyebar lebih dari 50 cm gejala di bawah eksternal.
Akar
Hanya beberapa kulitvar yang terinfeksi yang mencapai akar, akar-akar yang bengkak
terlihat kering, busuk spot sepanjang untai pembuluh. (Lozano, 1986).
Buah
Pada lapisan hijau, water-soaked menyebar spot dan dapat diamati. Benih yang
terinfeksi berat dari buah dapat berubah bentuk, dengan kerutan testa dan area nekrotik
pada kotiledon dan endosperm.
Gejala yang terpengaruh pada bagian tanaman lain:
daun: bercak lesio; warna tidak normal; kejatuhan daun yang tidak normal; layu; kuning
atau mati.
Akar: bercak lesio
Batang: bagian dalam discolorasi; bagian luar discolorasi; abnormal exudates tidak
normal; layu.
c. Inang

182
Inang utama, Araceae , Armoracia rusticana (horseradish), Brassica oleracea var.
botrytis (cauliflower), Brassica oleracea var. capitata (cabbage), Brassica oleracea var.
gemmifera (Brussels sprouts), Brassicaceae (cruciferous crops), Iberis (candytuft),
Phaseolus vulgaris (common bean), Spondias (purple mombin)
Inang lain, Allium cepa (onion), Alnus (alders), Alnus cordata (Italian alder), Alnus
rhombifolia (white alder), Brassica oleracea (cabbages, cauliflowers), Brassica oleracea
var. italica (broccoli), Brassica rapa subsp. pekinensis (Pe-tsai), Capsicum (peppers),
Citrus , Colocasia esculenta (taro), Corylus , Crambe abyssinica , Ficus benjamina
(Benjamina fig), Fittonia verschaffeltii (mosaic plant), Glycine max (soyabean),
Gossypium (cotton), Hordeum vulgare (barley), Ipomoea batatas (sweet potato), Lobelia
erinus (Dwarf blue lobelia), Lolium perenne (perennial ryegrass), Lycopersicon
esculentum (tomato), Manihot esculenta (cassava), Morus (mulberrytree), Nicotiana
tabacum (tobacco), Oryza sativa (rice), Pellionia , Persea americana (avocado), Pilea ,
Poaceae (grasses), Ranunculus asiaticus (garden crowfoot), Raphanus sativus (radish),
Spondias purpurea (red mombin), Strelitzia reginae (Queens bird-of-paradise), Triticum
39
aestivum (wheat), Vigna radiata (mung bean), Vigna unguiculata (cowpea), Xanthosoma
sagittifolium (yautia (yellow))
d. Daerah sebar
Asia [China], Taiwan, India, Kerala, Tamil Nadu, Indonesia, Java, Sulawesi, Sumatra,
Japan Malaysia Peninsular Malaysia, Philippines, Thailand, Africa, Benin, Burundi,
Cameroon, Central African Republic, Comoros, Congo Democratic Republic, Congo
Côte d'Ivoire ,Ghana, Kenya Madagascar Malawi, Mali, Mauritius, Mayotte Niger Nigeria
Rwanda, South Africa ,Sudan Tanzania, Togo, Uganda, Central America & Caribbean
Barbados, Cuba, Dominican Republic Nicaragua Panama Trinidad and Tobago, North
America, Mexico, South America Argentina Brazil, Amazonas, Santa Catarina,
Colombia, French, Guiana Venezuela Oceania Belau Federated states of Micronesia Fiji
Guam
26. Gejala Bercak Ter (Phyllachora coicis) pada sorgum
a. Taksonomi cendawan
Kingdom: Fungi , Division / Phylum Ascomycota, Order :
Phyllachorales, Family: Phyllachoraceae Theiss. & Syd., Genus:
Phyllachora Nitschke ex Fuckel
b. Gejala
c. Inang Sorghum
d. Daerah sebar
40
Perkebunan dan Tumbuhan liar/gulma
1. Tanaman karet (Hevea brasiliensis)
2. Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum)
3. Tanaman kopi (Coffea sp)
4. Talas (Colocasia esculenta)
5. Bauhinia aculeate
41
27. Gejala embun tepung pada karet disebabkan Oidium heveae

183
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi,Phylum: Ascomycota, Class: Ascomycetes,
Subclass: Erysiphomycetidae, Order: Erysiphales
b. Gejala
Berupa tumbuhnya jamur tepung
putih pada daun-daun muda dan
juga daun yang sudah dewasa.
Daun-daun yang terinfeksi menjadi
keriting, mengkerut, daun akan
lepas dari petiole sehingga tinggal
ranting. Bunga dan melepaskan
buah yang lunak yang terinfeksi
c. Inang utama, Hevea brasiliensis
(karet)
d. Daerah sebar
Asia Brunei Darussalam,
Cambodia, China, India, Indonesia,
Malaysia, Peninsular, Malaysia, Sabah Sarawak, Myanmar Sri Lanka, Thailand, Vietnam
Africa, Congo Democratic, Republic Congo Malawi Tanzania, Uganda, South America,
Brazil, Sao Paulo, Oceania, Papua New Guinea.
42
28. Gejala Bercak daun Nekrotik pada daun Cengkeh disebabkan Cephaleuros
mycoidea
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Viridiplantae, Class:
Chlorophyta
b. Gejala serangan pada daun cengkeh hampir sama
dengan daun alpokat sebagaimana disebutkan
oleh Crane et.al (2005), bahwa gejala ini disebut
dengan karat merah, dilihat bercak berwarna hijau
kekuningan atau warna karat, bentuknya bulat
kasar
c. Inang
Citrus, Coffea (coffee), Syzygium aromaticum
(clove), Theobroma cacao (cocoa), Cinnamomum
verum (cinnamon)
d. Daerah sebar
Asia [China], Taiwan, India, Andaman and Nicobar,
Islands, Assam, Meghalaya, Uttar Pradesh,
Malaysia, Africa, Congo, Democratic Republic ,Oceania, Samoa.
29. Gejala cacar disebabkan Phyllosticta sp. pada daun cengkeh
a. Taksonomi cendawan
Kingdom: mycetae (fungi),
Division: eumycota,
Subdivision: deuteromycotina
(the imperfect fungi), Class:
coelomycetes, Order:
sphaeropsidales

184
b. Gejala
Gejala permulaan yang dapat
dilihat pada daun adalah
bercak-bercak yang
43
menyerupai tetesan minyak yang tembus cahaya, semakin lama semakin besar,
cembung pada permukaan daun bagian atas dan cekung pada bagian bawah.
Munculnya nekrosa bagian atasnta terdapat picnida-piknidia, sering ditemukan berjajar
sepanjang ibu tulang daun, serangan berat daun akan keriting.daun yang terserang akan
rontok, menyerang daun-daun muda dan daun tua.
c. Inang Cengkeh
d. Daerah sebar belum banyak diketahui
30. Karat disebabkan Hemileia vastatrix pada kopi
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom: Fungi,Phylum: Basidiomycota, Class: Urediniomycetes,
Order: Uredinales
b. Gejala bercak tepung berwarna kuning ke
orange muncul di bawah permukaan daun,
sesuai dengan bagian gejala di atas. Dengan
ukuran 2-3 mm, tapi terus menerus menyebar
sampai beberapa centimeter. Lesion muda
muncul menjadi klorotik kecil sebelum terjadi
sporulasi. Bagian tengah lesion yang lebih tua
zona sporulasi terbatas ke zona paling luar.
Daun-daun yang lebih tua, beberapa lesion
bersatu untuk menghasilkan area penyakit
yang tidak beraturan yang menutupi daun.
Bagaimanapuin daun penyakit biasanya pada
stadia ini muncul karat menyebabkan rontok.
Dibawah kondisi lembab, jamur hyperparasitic
fungi Verticillium lecanii tumbuh melebihi
lesion, memnghasilkan miselia yang pucat.
Sangat memungkinkan, lesion karat muncul
pada batang muda dan berries.
Bagian tanaman yang bergejala Buah/polong: lesio.Daun: lewio, warna tidan normal,
rontoknya daun tidak normal, tumbuh jamur. Batang: diskolorasi eksternal, daun yang
terserang karat akan menjadi nekrotik , diawali dengan munculnya warna orange ,
44
kuning, muncul seperti spot-spot berwarna putih ditepi spot, makin lama semakin
meluas, daun menjadi layu dan akhirnya rontok (gejala sistemik)
c. Inang kopi
d. Daerah sebar
Asia, Bangladesh Brunei Darussalam, Cambodia, China, Guangdong, Guangxi, Taiwan,
Yunnan India, Andaman and Nicobar Islands, Karnataka, Tamil Nadu, Indonesia, Java
Kalimantan Moluccas, Nusa Tenggara, Sulawesi, Sumatra, Laos, Malaysia Peninsular,
Malaysia, Sabah, Sarawak, Myanmar, Philippines, Singapore, Sri Lanka ,Thailand,
Vietnam, Yemen, Africa, Angola, Benin Burundi, Cameroon, Central African Republic,
Comoros, Congo Democratic Republic, Congo, Côte d'Ivoire Eritrea Ethiopia, Ghana,

185
Guinea, Kenya, Liberia, Madagascar, Malawi, Mauritius Rodriguez, Island Mozambique,
Nigeria, Rwanda, Réunion, Sao Tome, and Principe, Sierra Leone, Somalia, South
Africa, Sudan, Tanzania, Togo, Uganda, Zambia, Zimbabwe, Central America &
Caribbean Belize Costa Rica, Cuba Dominican Republic, El Salvador, Guatemala, Haiti,
Honduras, Jamaica, Nicaragua, Puerto Rico, North America, Mexico, South America
Argentina, Bolivia, Brazil, Acre Bahia Espirito Santo Minas Gerais Parana Pará
Pernambuco Rondonia Sao Paulo Colombia Ecuador Paraguay Peru, Venezuela
Oceania, American ,Samoa, Cook Islands, Fiji, French Polynesia New Caledonia Papua
New Guinea, Samoa, Vanuatu
31. Gejala Hawar disebabkan Phytophthora colocasiae pada daun talas
a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom:
Chromista, Phylum: Oomycota, Class:
Oomycetes, Order: Pythiales, Family:
Pythiaceae
b. Gejala
Gejala mempengaruhi pada daun
menunjukkan spot gelap berbentuk kecil
yang cepat meluas dan menjadi ungu
kecoklatan dengan tepi berwarna
kekuningan.bercak lesio seringkali

31. Gejala Hawar disebabkan Phytophthora colocasiae pada daun talas


a. Taksonomi cendawan
Domain: Eukaryota, Kingdom:
Chromista, Phylum: Oomycota, Class:
Oomycetes, Order: Pythiales, Family:
Pythiaceae
b. Gejala
Gejala mempengaruhi pada daun
menunjukkan spot gelap berbentuk kecil
yang cepat meluas dan menjadi ungu
kecoklatan dengan tepi berwarna
kekuningan.bercak lesio seringkali
membentuk zona konsentris dan
45
tetesan exudat cairan kuning. Propagul akan menutupi yang mengandung sporangia.
Sebagaimana perkembangan penyakit, bercak lesio menyerang pada tepi daun dan
menyebar dan bersatu. Jaringan penyakit tidak bersatu membentuk lubang yang tidak
beraturan dan mempengaruhi bentuk daun. Kadang-kadang membentuk lesio water
soaked di atas petiole. Daun-daun yang terinfeksi akan jatuh pada umur 20 hari
dibanding dengan daun yang sehat yang berumur 40 hari. Secara normal 6-7 daun per
tanaman berkurang 3-4 pertanaman oleh beberapa insiden penyakit.
Setelah panen bercak lesio menjadi abu-abu coklat sampai biru gelap (corms) muncul
pada daun yang tidak rusak. Bercak lesio ini menyebar luas dan besatu. Batas antara
bagian jaringan yang sehat dengan yang sakit tidak jelas dan tipis. Pengaruh corms
merusakkan jaringan pada hari ke-8 setelah pada kondisi lembab.
Gejala pada bagian tanaman lain: daun;lesio, warna tidak normal, tumbuh jamur. Batang

186
kelihatan miselium.bagian vegetatif;diskolorasi eksternal, busuk lunak
c. Inang
Inang utama Araceae, Colocasia esculenta (taro) inang sekunder Xanthosoma
(cocoyam) inang liar Bougainvillea spectabilis (Bougainvilla)
d. Daerah sebar
Asia, Bangladesh, Brunei Darussalam, China, Fujian Guangdong, Guangxi, Hainan,
Hebei, Hong Kong, Hubei Hunan, Jiangsu, Jiangxi, Sichuan, Taiwan, Yunnan India,
Andaman and Nicobar Islands, Andhra Pradesh, Arunachal Pradesh Assam Bihar,
Indian, Punjab, Karnataka ,Kerala Madhya Pradesh Maharashtra Tamil Nadu, Uttar
Pradesh, West Bengal, Indonesia Java Papua Barat Japan, Honshu Ryukyu Archipelago
Malaysia, Peninsular Malaysia, Sabah Sarawak Myanmar Nepal Pakistan, Philippines
Sri Lanka, Thailand, Africa, Equatorial, Guinea, Ethiopia Seychelles Central America &
Caribbean, Dominican Republic, North American Samoa Belau Federated states of
Micronesia Fiji ,Guam, Northern Mariana, Islands, Papua New Guinea, Samoa, Solomon
Islands
46
32. Embun Tepung pada Bauhinia aculeate disebabkan Ovulariopsis sp.
a. Taksonomi cendawan
kingdom: Fungi, anamorph:
hyphomycetes, Genus: Ovulariopsis
b. Gejala pada tanaman bauhinia aculeate belum
banyak di amati, tanaman terserang gejala
embun tepung (powdery mildew) pada daun
c. Inang Bauhinia aculeate
d. Daerah sebar -
47
Daftar pustaka
Arunyanart P, Surin A, Disthaporn S, 1981. Seed discoloration disease and its chemical
control. International Rice Research Newsletter, 6(3):14-15; [2 tab.]. View Abstract
Boothroyd CW, 1971. Transmission of Helminthosporium maydis race T by infected corn
seed. Phytopathology, 61:747-748.
[CABI] Centre in Agricultural and Biological Institute. 2007. Crop Protection Compendium
[CD-ROM]. London (UK) : CABI Publish.
Cook RJ, 1973. Disease of grain maize. ADAS Quarterly Review, 11. Winter, 113-117.Cox
RS, Wolf EA, 1955. A crown rot of sweet corn caused by Helminthosporium turcicum.
Phytopathology, 45(5):291-292.
Cox RS, Wolf EA, 1955. A crown rot of sweet corn caused by Helminthosporium turcicum.
Phytopathology, 45(5):291-292
Drijfhout E, 1978. Genetic interaction between Phaseolus vulgaris and bean common
mosaic virus with implications for strain identification and breeding for resistance.
Verslagen van Landbouwkundige Onderzoekingen, 872:1-89. View Abstract
Dunleavy JM, Chamberlain DW, Ross JP, 1966. Soybean Diseases. Agricultural
Galvez GE, 1980. Aphid-transmitted viruses. In: Schwartz HF, Galvez GE, eds. Bean
common mosaic virus in bean production problems. Cali, Colombia: CIAT, 211-233
Handbook. Washington, USA: USDA
Havelda Z, Maule AJ, 2000. Complex spatial responses to cucumber mosaic virus infection
in susceptible Cucurbita pepo cotyledons. Plant Cell, 12(10):1975-1985. View
Abstract

187
Jones JP, 1961. A weed host of Xanthomonas phaseoli var. sojense. Phytopathology,
51:206
Logan J, 1974. Plant pathology in Zambia. PANS, 20:169-176.Lourido LC, 1974. Una
metodologia para estimar los beneficios y los costos esperados en un programa de
investigacion agricola aplicada : el anublo bacterial en la yuca. Thesis Econ.,
Universidad de los Andes, Bogota,
Lozano JC, 1986. Cassava bacterial blight: a manageable disease. Plant Disease,
70(12):1089-1093. View Abstract
Morales M, 1984. New necrotic strain of bean common mosaic virus in Michigan. Annual
report of the Bean Improvement Co-operative, 27:49.
Mulder JA, Holliday PH, 1974a. Mycosphaerella arachidis. CMI Description of Pathogenic
Fungi and Bacteria no. 411. Wallingford, UK: CAB International.Mulder JA, Holliday
PH, 1974b. Mycosphaerella berkeleyii. CMI Description of Pathogenic Fungi and
Bacteria no.412.
48
Roossinck MJ, Kao CC, 2000. Recognition of the core RNA promoter for minus-strand RNA
synthesis by the replicases of Brome mosaic virus and Cucumber mosaic virus.
Journal of Virology, 74(22):10323-10331. View Abstract
Sherbakoff CD, Mayer LS, 1937. Black ear rot of corn. Phytopathology, 27(2):207.
Sta Cruz FC, Koganezawa H, Hibino H, 1993. Comparative cytology of rice tungro viruses in
selected rice cultivars. Journal of Phytopathology, 138:274-282.
Subrahmanyam P, Moss JP, McDonald D, Subba Rao PV, Rao VR, 1985. Resistance to
Cercosporidium personatum leafspot in wild Arachis species. Plant Disease, 69
The institute food and agricultural science. (2005) http//www.ifas.org (diakses pada tanggal
15 No 2011),
Thomas HR, 1957. A monographic study of bean diseases and methods for their control.
USDA Agricultural Technical Bulletin: 868.,
Thomas JE, Iskra-Carvana ML, Jones DR, 1994. Banana bunchy top disease, Musa
Disease Fact Sheet No. 4. Montpellier, France: INIBAP
Xie XY, Shi ML, Jiang L, Huang XL, 1993. High-yielding elite glutinous maize with multiple
resistance - Su Yu (Nuo) 1. Crop Genetic Resources, No. 2:42-43. View Abstract
Zaumeyer WJ, Goth RW, 1964. A new severe symptom-inducing strain of common bean
mosaic virus. Phytopathology, 54:1378-1385

http://belajartani.com/penyakit-
antraknosa-pada-cabai-penyebab-gejala-
dan-cara-pengendaliannya/

Setiap musim tanam mempunyai


tantangannya masing-masing bagi setiap
petani. Pada musim kemarau biasanya
terjadi banyak ledakan hama, dan pada

188
musim hujan terjadi ledakan penyakit terutama yang berkaitan dengan jamur.

Kondisi lingkungan yang lembab dan basah tentu menjadi kondisi yang nyaman bagi perkembangan
patogen atau sumber penyakit. Kini, menghadapi musim penghujan sudah terlihat banyak penyakit
akibat jamur mulai bermunculan, penyakit antraknosa salah satunya.

Penyakit ini perlu perhatian khusus karena dampak yang ditimbulkan cukup ngeri-ngeri sedap.
Penyakit antaknosa atau pathek ini hampir selalu menyerang pada saat musim tanam, terutama
pada tanaman cabe atau tomat yang sudah besar buahnya.

Bayangin aja sobat BT, buah yang sebentar lagi akan dipetik tiba-tiba busuk dan mengering.Pada
musim hujan seringkali kerusakannya parah hingga 80-100%. Impian akan hasil usaha keras dan
pengorbanan musnah begitu saja. Yang ada di depan mata adalah kekecewaan dan rasa sesal
yang begitu besar. Bikin nyesek, kan?
Itulah gambaran bagaimana akibat yang timbul akibat serangan penyakit atraknosa ini.
Pengetahuan tentang penyakit, penyebab, gejala hingga pengendaliannya sangat perlu dipahami
agar tanaman anda aman, bisa dipanen dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi tentunya.

Apa itu penyakit antraknosa/pathek? Apa penyebab antraknosa/pathek?


Penyakit antraknosa adalah penyakit yang disebabkan jamur serangan Colletotrichum capsici(pada
cabai). Jamur Colletotrichum capsici ini berkembang pesat pada lingkungan yang lembab dan
basah. Kondisi ini tentu lebih banyak ditemui pada saat musim hujan berlangsung.
Baca juga : Curah Hujan Masih Tinggi, Waspada Serangan Penyakit Busuk Daun
Sebenarnya tak hanya di musim hujan, serangan antraknosa juga bisa menyerang tanaman saat
musim kemarau apabila kondisinya memungkinkan, misalnya saat ada fenomena kemarau basah
atau badai La Nina.

Penyakit antraknosa umumnya menyerang pada hampir semua bagian tanaman, mulai dari ranting,
cabang, daun dan buah. Fase serangannya pun mulai sejak fase perkecambahan, fase vegetatif
(pertumbuhan) sampai fase generatif (pembuahan).

Cara kerja dari jamur Colletotrichum capsici adalah dengan jalan menginfeksi dinding sel tanaman.
Pada fase perkecambahan serangannya menyebabkan tanaman gagal berkecambah. Sedangkan
pada saat fase generatif menyebabkan buah yang akan masak dan hendak dipanen menjadi busuk
dan mengering.
Penyakit antraknosa ini memiliki tanaman inang yang cukup beragam. Selain pada cabai atau tomat,
tanaman yang menjadi inang dari penyakit antraknosa ini antara lain paprika (sweet pepper),
semangka, buah naga, melon, timun, bawang merah, buncis, dan mangga.
Gejala antraknosa/pathek
Gejala serangan antraknosa pada buah yaitu :

189
antraknosa pada tomat. Image source :
missouribotanicalgarden.org

antraknosa pada paprika. Image source :scoop.it

• Pada buah ada tanda bercak melingkar, cekung bewarna coklat pada pusatnya serta bewarna
coklat muda pada sekeliling lingkarannya.
• Pada perkembangannya, bercak tersebut akan meluas kemudian menyebabkan buah
membusuk, kering dan jatuh.
• Penyebaran jamur Colletotrichum capsici dibantu oleh air dan angin, sehingga akan menyebar
dengan cepat ke bagian buah yang lain yang belum terinfeksi.
Bagaimana pengendalian antraknosa/pathek?
Pengendalian penyakit antraknosa ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

1. Pencegahan dan antisipasi antraknosa/pathek, dilakukan dengan cara memperkuat ketahanan


tanaman. Untuk memperkuat ketahanan tanaman perlu dilakukan pemupukan yang tepat dan
berimbang. Tanaman yang kebutuhan nutrisinya terpenuhi secara seimbang (N, P, K) maka
tanaman tersebut akan lebih tahan terhadap serangan jamur.

Baca juga : Mengapa Pemupukan Harus Tepat dan Berimbang? Ini Dia Jawabannya
Jika perlu tambahkan pupuk yang mengandung unsur kalsium (Ca) tinggi. Unsur Ca adalah unsur
utama penyusun dinding sel tanaman. Pemberian kalsium membuat dinding sel buah lebih kuat dan
lebih susah ditembus oleh jamur Colletotrichum capsici. Pemberian kalsium juga dapat dilakukan
dengan cara pengocoran dolomit atau kapur pertanian (CaMg(CO3)2).
Baca juga : 3 Jenis Kapur Pertanian untuk Memperbaiki Tanah Asam
2. Jika tanaman sudah terserang, cara mengatasi antraknosa/pathek yaitu melakukan pengendalian
dengan fungisida. Fungisida yang digunakan untuk mengendalikan antraknosa/pathek berdasarkan
cara kerjanya dibedakan menjadi 2 yaitu kontak dan sistemik :

190
• Cara kerja kontak : mankozeb, propineb, klorotalonil, tembaga hidroksida.
• Cara kerja sistemik : benomil, metalaksil, dimetomorf, siprokonazol, difenokonazol, tebukonazol,
azoksitrobin, karbendazim.
Catatan Penting…!
1. Jangan mencampur fungisida yang cara kerja nya sama, misal mankozeb+propineb, hal ini selain
efektifitasnya tidak bertambah justru boros biaya.

2. Bahan aktif di atas merk nya bermacam-macam, saat anda ke toko pertanian anda cukup
menanyakan fungisida bahan aktif mana yang anda inginkan. Dan jangan terpacu pada merk,
karena merk yang terkenal harganya cenderung mahal. Disisi yang lain merk yang kurang terkenal,
hasilnya efektif walau harganya jauh lebih murah.

3. Untuk hasil yang efektif, lakukan mixing antara fungisida kontak dan sistemik, untuk
teknikmixing nya bisa anda baca pada artikel 3 Prinsip dalam Mencampur (Mixing) Pestisida
yang Tepat.
Sampai disini dulu ya bahasan tentang Penyakit Antraknosa, Penyebab, Gejala serta Cara
Pengendaliannya. Semoga artikel yang singkat ini bermanfat buat sobat BT semua ya. Jangan lupa
untuk membagikan ke saudara, sahabat dan teman anda yang lain agar bisa memberikan manfaat
yang lebih.

Sekian dan terimakasih ^^

Salam Hangat

191
http://leekinfu.blogspot.co.id/2014/04/laporan-dasardasar-perlindungan-tanaman.html

192
193
http://vedca.siap.web.id/2012/03/21/mengenal-gejala-penyakit-layu-pada-tanaman-dan-cara-
menanganinya-oleh-imas-aisyah-sp-m-si-widyaiswara-pppptk-pertanian-cianjur/

Mengenal Gejala Penyakit Layu pada Tanaman dan Cara Menanganinya Oleh: Imas
Aisyah, SP., M.Si (Widyaiswara PPPPTK Pertanian Cianjur).

Wednesday, March 21st, 2012 | by Beri komentar


Filed under Artikel,Berita Dinas - dibaca kali

Kelayuan pada tanaman terutama pada bagian daun, tunas atau tanaman secara keseluruhan, dapat
disebabkan karena hilangnya turgor pada bagian-bagian tersebut. Hilangnya turgor tersebut dapat
disebabkan karena adanya gangguan di dalam berkas pembuluh/pengangkutan atau adanya kerusakan
pada susunan akar, yang menyebabkan tidak seimbangnya penguapan dengan pengangkutan air.
Penyakit layu (wilt disease) pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik yaitu bakteri sehingga
disebut layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) atau oleh jamur/cendawan yang disebut penyakit layu
Fusarium (Fusarium oxysporum). Selain karena penyakit biotik, kelayuan pada tanaman juga dapat
disebabkan karena faktor abiotik (kekurangan air). Pengenalan gejala kelayuan pada tanaman dan ciri-
ciri khususnya harus diketahui para petani, supaya dalam pengendaliannya menjadi lebih efektif dan
efisien. Berikut adalah karakteristik/ciri-ciri gejala kelayuan pada tanaman, penyebabnya dan cara
menanganinya.

194
1. Layu tanaman karena kekurangan air

Kalau sebelumnya tanaman kelihatan segar, tetapi pada siang atau sore hari, tanaman tersebut menjadi
layu, Anda bisa menyiramkan satu atau tiga gayung air ke tanaman tersebut, kalau memang tanaman
tersebut kekurangan air, maka setelah disiram dengan air tanaman tersebut biasanya akan segar
kembali. Kelayuan seperti ini bukan karena faktor biotik (patogenik). Layu pada tanaman yang
disebabkan oleh patogenik (jamur/bakteri), walaupun disiram dengan air yang banyak sekalipun,
biasanya tanaman tersebut tetap layu dan tidak akan segar kembali.

2. Layu karena bakteri (Pseudomonas solanacearum)

Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu bakteri penyebab layu bakteri atau penyakit lender
pada tanaman. Karakteristik bakteri ini adalah:

1. Selnya berbentuk batang dan bergerak dengan satu flagel


2. Bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah dan dapat cepat berkembang biak pada keadaan tanah
yang lembab,
3. Bakteri ini dapat menginfeksi akar-akar tanaman melalui luka-luka karena pemindahan bibit,
ketika pembumbunan, luka karena gigitan serangga, luka karena tusukan nematoda, dan
ternyata bakteri ini juga dapat menginfeksi tanaman melalui luka-luka pada daun.
4. Tanaman yang diserang antara lain: kentang, tomat, pisang, cabai, terung dan lebih dari 140
jenis tanaman terutama yang termasuk dalam keluarga Solanaceae.
5. Patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu transportasi air
tanaman inang, akibatnya kelihatan tanaman menjadi layu, menguning dan kerdil, dan biasanya
dalam beberapa hari tanaman akan mati.
6. f. Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat melarutkan dinding sel akar dan dapat
menyebabkan perubahan warna pada jaringan pengangkutan yang dapat dilihat jika batang
dipotong (melintang) atau dibelah. Gejala penyakit layu bakteri pada tomat dan tembakau
ditandai dengan perubahan warna pada bagian berkas pembuluhnya biasanya menjadi berwarna
coklat dan perubahan warna ini dapat meluas sampai ke tulang daun bahkan sampai ke
empulur. dan akar tanaman yang sakit berwarna coklat.
7. Umumnya pertama kali gejala terlihat pada tanaman yang berumur kurang lebih 6 minggu.
Gejala yang terlihat adalah daun-daun layu, biasanya dimulai dari daun-daun muda (ujung).
Terkadang kelayuan tidak terjadi dengan tiba-tiba, bahkan terjadi kelayuan sepihak, pada bagian
yang layu daging daun diantara tulang-tulang daun atau di tepi daun menguning, kemudian
mengering dan akhirnya seluruh daun layu dan tanaman menjadi mati.
8. Bila batang tanaman yang sakit dipotong dan potongan tersebut dimasukkan ke dalam
gelas/wadah berisi air, yang jernih, kemudian dibiarkan beberapa lama, akan keluar eksudat
(cairan berwarna putih kotor) yang berisi jutaan bakteri.

Cara menangani penyakit layu karena bakteri ini antara lain:

195
1. Penggunaan bibit yang sehat. Bibit yang sakit tidak boleh digunakan, karena penggunaan bibit
yang sakit dapat meningkatkan kematian tanaman lebih dari 30%
2. Desinfeksi air siraman. Bakteri ini dapat terbawa oleh air siraman, sehingga sebaiknya air
siraman yang digunakan didesinfeksi dengan Kalium permanga-nat lebih kurang 50 gram per 1
3
m air
3. Pergiliran tanaman. Mengusahakan agar selama tidak ditanami, lahan tidak ditumbuhi oleh
tanaman yang rentan penyakit ini. Penggunaan tanaman yang tidak rentan seperti Mimosa
invisa cukup efektif dalam menangani penyakit ini, karena penanaman Mimosa invisa dalam
jangka waktu tertentu (selama 1 tahun sebelum tanaman pokok), dapat memak-sa bakteri hidup
pada di luar tanaman inang, sehingga bakteri akan mati atau menjadi lemah. Selain itu Mimosa
invisa ini dapat memperbaiki struktur tanah dan menjadi sumber nitrogen.
4. Penggarapan tanah. Dengan mengadakan penggarapan tanah yang baik, tepat dan intensif
5. Pemupukan. Percobaan-percobaan yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pemupukan
dengan superfosfat tunggal (enkelsuperfosfat, ESP) dapat mengurangi penyakit layu ini. Diduga
karena kandungan kalsiumfosfat yang tinggi dalam pupuk tersebut.
6. Sterilisasi tanah pembibitan. Tanah pembibitan dapat disterilisasi dengan cara dipanaskan
dengan uap panas dari ketel-ketel yang dipanaskan. Uap panas dapat dimasukkan ke dalam
tanah melalui susunan pipa seperti garpu, dengan uap panas ini, suhu tanah dapat mencapai
0
95 C, sehingga tanah dapat terbebas dariPseudomonas solanacearum selama 3-4 tahun, namun
sterilisasi ini mempunyai efek samping yang kurang baik dan juga biayanya sangat mahal
sehingg hasilnya tidak selalu memuaskan, sejak tahun 1970-an sterilisasi tanah pembibitan ini
tidak dilaksanakan lagi.

3. Layu karena jamur/fungi


Fusarium oxysporum merupakan salah satu jenis jamur/fungi yang dapat menyebabkan layu pada
tanaman.

Karakteristik jamur ini adalah:

1. Fusarium oxysporum menghasilkan spora untuk berkembangbiak. Sporanya ada dua macam,
yaitu mikrokonidia dan makrokonidia. Mikrokonidianya bersel satu, tidak berwarna, bentuk
lonjong atau bulat telur. Makrokonidianya berbentuk bulat sabit, tidak berwarna, bersekat dua
atau tiga. Biasanya di bagian pangkal batang bawah akan terlihat miselium jamur berwarna putih,
dan jika Anda kerik sedikit, kemudian Anda amati dibawah mikroskop, terlihat mikrokonidia atau
makrokonidianya seperti gambar di bawah ini.
2. Tanaman yang biasa diserang adalah tomat, cabai, ketimun dan lain-lain
3. Cendawan biasanya menyerang bagian akar dan batang tanaman, mengakibatkan rusaknya
terhambatnya pembuluh kayu, hal ini akan mengganggu pengangkutan air sehingga
mengakibatkan kelayuan secara keseluruhan pada tanaman.
4. Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh jamur ini dapat mengganggu fermeabilitas membran
plasma sel tanaman dan merusak dinding sel pembuluh kayu akibatnya fungsi pembuluh kayu
menjadi terganggu.
5. Cendawan ini merupakan patogen tanah (soil inhabitant), dan dapat bertahan hidup dalam tanah
lebih dari 10 tahun tanpa tanaman inang, dalam bentuk klamidospora. Tanah yang sudah
terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini

196
6. Cendawan masuk ke dalam jaringan akar atau batang melalui luka-luka karena pemindahan bibit,
karena pembumbunan atau luka karena serangga atau nematoda, selain itu juga dapat masuk
melalui ujung akar. Jamur berkembang sebentar dalam jaringan parenkim, lalu menetap dan
berkembang dalam berkas pembuluh.
7. Cendawan dapat disebarkan oleh percikan-percikan air hujan, air irigasi yang membawa tanah
terinfeksi dan benih terinfeksi

Cara menanganinya antara lain:

1. Penanaman varietas tahan. Contohnya untuk tanaman tomat, bisa menggunakan viarietas
tomat yang tahan layu fusarium yaitu Ohio MR 9 dan Walter
2. Pemakaian fungisida. Menurut hasil percobaan pencelupan akar ke dalam Benomil 1000 ppm
memberikan hasil yang baik, asal fungisida tersebut diberikan sebelum terjadi infeksi.
3. Mencegah infeksi tanah. Karena tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan dari Fusarium,
usaha higieni sangat penting. Alat pertanian yang habis dipakai di lahan yang terinfeksi dapat
didesinfeksi dengan formalin 5%. Diusahakan agar tidak menanam bibit (beserta tanah) dari
persemaian yang terinfeksi. Selain itu tidak menanam benih (biji) yang diambil dari buah yang
sakit.
4. Perlakuan tanah. Untuk membebaskan tanaj dari Fusarium dapat dilakukan perlakuan tanah
(soil treatment), misalnya dengan uap panas atau fumigasi dengan metilbromida, kloropikrin, atau
metamnatrium (metham-sodium).
5. Mengendalikan populasi nematoda. Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) dapat membantu
infeksi bahkan dapat mengurangi ketahanan varietas tahan, sehingga populasinya di tanah perlu
dikendalikan. Selain itu nematoda Xiphinema sp, Longidorus sp merupakan nematoda
ektoparasit yang hidup di dalam tanah dan hanya mengisap cairan tanaman dengan stiletnya
yang dimasukkan ke dalam akar, akar yang terluka karena tusukan stilet nematode ini dapat
menjadi jalan masuknya Fusarium ke dalam akar.

Daftar Pustaka

nd
Agrios, G. N. (1988), Plant pathology, 3 Ed, Academic Press, New York, 215, 245, 256-258.
Pracaya, 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Semangun, H. (1989), Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Semangun, H. (1996), Pengantar ilmu penyakit tumbuhan, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.
Sinaga, M. S. (2003), Dasar-dasar ilmu penyakit tumbuhan. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Tarr, S. A. J. (1972), The principles of plant pathology. The Mac Millan Press Ltd, London.

Tags:

197
4 Comments
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A.B. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan I. Malang : Bayumedia

http://swindakris08.student.ipb.ac.id/2010/06/21/diagnosis-penyakit-tumbuhan/

http://anna-annacuyi.blogspot.com/2011/04/diagnosis-penyakit-tanaman.html

http://htysite.com/diagnosis%20penyakit%20tumbuhan.htm

http://anna-annacuyi.blogspot.com/2011/04/diagnosis-penyakit-tanaman.html

http://anna-annacuyi.blogspot.com/2011/04/diagnosis-penyakit-tanaman.html

http://tanamanj27.blogspot.com/2008/10/embun-jelaga.html

http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/index.php?option=com_content&view=article&id=294&Ite
mid=43

http://www.scribd.com/doc/89544942/Foto-Contoh-Gejala-Hiperplastis

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.apsnet.org/publicatio
ns/imageresources/Pages/IW00002.aspx

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Plasmodiophora+brassicae&hl=id&client=firefox

a&hs=S9I&rls=org.mozilla:en-

http://www.google.co.id/search?q=Colletotrichum+capsici&hl=id&client=firefox-
a&hs=LXi&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=UyeqT9mmNcTSrQf997
nvAQ&ved=0CGwQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+alternaria+solani&hl=id&client=firefox-
a&hs=cTv&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvnsb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=n-
mqT6quAs_irAfHyqVd&ved=0CEgQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=leafspot&hl=id&client=firefox-
a&hs=xRk&rls=org.mozilla:en-

198
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=XXqrT4HgCo6srAeVm5
mrAg&ved=0CHgQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Cercospora&hl=id&client=firefox-
a&hs=v18&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvnsb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=ssSxT6P9BsmTiAeewf
XLCA&ved=0CEUQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=Powdery+mildew&hl=id&client=firefox-
a&hs=kbk&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=vHyrT-
OzCIPOrQfAw9nSDQ&ved=0CIwBELAE&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Oidium+lycopersici&hl=id&client=firefox-
a&hs=MTI&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=dVKyT8qsFojOrQefmaH
lAw&ved=0CGIQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=Hemileia+vastatrix&hl=id&client=firefox-
a&hs=71k&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=H4OrT9rsCoTyrQf2_tlV
&ved=0CHIQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Puccinia+graminis&hl=id&client=firefox-
a&hs=Wxo&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvnsb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=os2xT5jPJMyiiAfR_7D
ZCA&ved=0CE0QsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+late+blight&hl=id&client=firefox-
a&hs=WSQ&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=gYSrT8DhJcqmrAftpLS
8AQ&ved=0CFoQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Plasmodiophora+brassicae&hl=id&client=firefox-
a&hs=S9I&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=p1yyT8_2No_rrQfRrvSI
BA&ved=0CFsQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=Pythium+debaryanum&hl=id&client=firefox-
a&hs=KgG&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=QQGxT6jMKPGwiQfgx
9zqCA&ved=0CHQQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=Plasmopara+viticola&hl=id&client=firefox-
a&hs=YWb&sa=X&rls=org.mozilla:en-

199
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&ei=5gOxT4j2HOi4iQe02KzYCA&
ved=0CHcQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Choanephora+sp&hl=id&client=firefox-
a&hs=yG8&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvnsb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=U7mxT7-
MFMGgiQeX0_3rCA&ved=0CFEQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Sclerospora+maydis&hl=id&client=firefox-
a&hs=Jon&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvnsb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=Y7yxT6P0G--
RiQfNvuj7CA&ved=0CFAQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&hs=SST&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvnsb&tbm=isch&source=univ&sa=X&ei=GcGxT9EjyJWIB427vewI&ved
=0CE0QsAQ&biw=1440&bih=707&q=gambar%20Ustilago%20maydis&orq=gambar+Ustilago
++maydis

http://www.google.co.id/search?q=Diplocarpon+rosae&hl=id&client=firefox-
a&hs=9B9&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=LMexT7PjKNCViQfnmc
jLCA&ved=0CHgQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Sphaceloma+fawcetti&hl=id&client=firefox-
a&hs=Cfo&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvnsb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=MsmxT8KzNs-
4iAfh3ZTnCA&ved=0CFgQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Exobasidium+vexans&hl=id&client=firefox-
a&hs=DW9&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvnsb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=CMyxT5-
pHIyZiQf2l6T2CA&ved=0CE4QsAQ&biw=1440&bih=70

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Phyllachora+graminis&hl=id&client=firefox-
a&hs=9jo&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=ZcqxT-
biFdCeiAf0uKjjCA&ved=0CGQQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Piricularia+oryzae&hl=id&client=firefox-
a&hs=2QU&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=xc-
xT_vaGMLYigfmvuD7CA&ved=0CGMQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Erwinia+carotovora&hl=id&client=firefox-
a&hs=Jy9&sa=X&rls=org.mozilla:en-

200
US:official&prmd=imvnsb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&ei=1tKxT6SMAtOhiQfXzbDlCA
&ved=0CFEQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=Xanthomonas+oryzae&hl=id&client=firefox-
a&hs=XJK&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=HG6yT5rxOc3prQfYsOy
dCw&ved=0CHAQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=Pestalotia&hl=id&client=firefox-
a&hs=WZb&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=7jqyT6W_AYzIrQf4raX-
Aw&ved=0CHAQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=gambar+Agrobacterium+tumefaciens&hl=id&client=firefox-
a&hs=xrb&sa=X&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvnsb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&ei=ZT-
yT8fZDsjPrQep9uXzBA&ved=0CE4QsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.google.co.id/search?q=Pseudomonas+solanacearum&hl=id&client=firefox-
a&hs=mcG&rls=org.mozilla:en-
US:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=tTayT_npAZHPrQeKm8
TqAw&ved=0CGoQsAQ&biw=1440&bih=707

http://www.usahaumkm.com/2015/05/cara-mengatasi-cabai-kritingdaun.html

http://kusumadarma17.blogspot.co.id/2011/07/blood-disease-bacteria-bdb-pada-pisang.html

http://www.usahaumkm.com/2015/05/cara-mengatasi-cabai-kritingdaun.html

http://www.taniorganik.com/tidak-dibutuhkan-pestisida-kimia-untuk-mengatasi-hama-merah-pada-
padi-petani-padi-cubeureum-tasikmalaya/gejala-serangan-blast-pada-leher-padi/

201

Anda mungkin juga menyukai