Riset Hamsyah 2019 PDF New PDF
Riset Hamsyah 2019 PDF New PDF
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Pada Program Studi S. 1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Wiyata Husada SamarindaHusada
Samarinda
HAMSYAH
B21740318501
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
Disusun Oleh
HAMSYAH
NIM: B21740318501
Menyetujui:
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nama : Hamsyah
NIM : B21740318501
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Skripsi ini adalah hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Hamsyah
NIM. B21740318501
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul :
“Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Dikombinasikan Dengan Aromaterapi
Lavender Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Handil Baru”.
Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
program pendidikan S 1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiyata
Husada Samarinda. Dalam penyusunan Skripsi ini, Penulis banyak mengalami
hambatan dan kesulitan, namun berkat Pertolongan Allah, SWT dan dengan sebab
bimbingan, pengarahan dan bantuan berbagai pihak akhirnya Skripsi ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:
1. Bapak H. Mujito Hadi, MM selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Wiyata Husada Samarinda.
2. Bapak Ns. Edy Mulyono, S. Pd., S. Kep., M. Kep. Selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Wiyata Husada Samarinda.
3. Bapak Ns. Rusdi, S. Kep., M. Kep, selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Wiyata Husada Samarinda.
4. Ibu Ns. Sumiati Sinaga, S. Kep., M.Kep. selaku Pembimbing I yang berkenan
memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan Skripsi ini.
5. Ibu Ns. Desy Ayu W, S. Kep., M. Kep., Sp. Mat. Selaku Pembimbing II yang
berkenan memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan
Skripsi ini.
6. Penguji yang berkenan memberikan saran dalam perbaikan Skripsi ini.
7. Kepala Puskesmas Handil Baru Kecamatan Samboja, atas kesempatan yang
telah diberikan untuk memberikan izin tempat penelitian.
8. Dosen dan Staf Sekolah TinggiIlmu Kesehatan Wiyata Husada Samarinda
yang telah mendidik dan memberikan ilmu serta membimbing penulis selama
di perkuliahan.
iv
9. Keluarga terutama Ibu dan Istri penulis yang telah banyak memberikan
motivasi, dukungan moril maupun materil yang tak ternilai harganya serta
do’a dan kasih sayangnya selama ini kepada penulis.
10. Seluruh rekan-rekan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiyata Husada
Samarinda yang telah memberikan bantuan, dukungan dan saran serta
kritiknya dalam penulisan Skripsi ini.
11. Kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
banyak membantu member pengarahan dalam penyusunan Skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan
kepada saya dengan kebaikan yang lebih banyak lagi dan lebih baik lagi. Demi
kesempurnaan Skripsi ini penulis mengharapkan kritik, masukan dan saran yang
sifatnya membangun, guna perbaikan selanjutnya. Akhir kata Penulis berharap
semoga Skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan
saran untuk menambah wawasan, khususnya dalam Ilmu Keperawatan.
Penulis
v
ABSTRAK
1
Mahasiswa Program Studi Keperawatan, SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Wiyata Husada
2,3
Program Studi Keperawatan, SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Wiyata Husada Samarinda
vi
ABSTRACT
Background: WHO estimates hypertension sufferers will increase and it is projected that
in 2025 the number will be 29% of the world's citizens. The impact of hypertension is
damaging the arteries that cause disruption of blood flow, which means the need for
oxygen and nutrients in other organs and tissues of the body will also be disrupted until
death. Treatment of hypertension lasts a lifetime by consuming medical drugs regularly,
where this can cause side effects. One option as non pharmalogical treatment is to help
lower blood pressure, which is progressive muscle relaxation combined with lavender
aromatherapy. Objective: To identify and analyze the effect of progressive muscle
relaxation therapy combined with lavender aromatherapy on changes in blood pressure.
Method: In this studies were applied a quasi-experimental design with a one group pre
and post test design approach and they were 15 respondents as samples using consecutive
sampling techniques. Data collection uses observation sheets. Data analysis uses t
dependent test. Results: Systolic blood pressure before intervention was 163.67 and pre
diastolic blood pressure was 99.33. Systolic blood pressure after intervention was 135.67
and diastolic blood pressure was 80.67. There is an effect of progressive muscle
relaxation therapy combined with lavender aromatherapy on changes in blood pressure
with a systolic difference of 28,000 mmHg and diastole of 18,667 mmHg. Conclusion:
Progressive muscle relaxation combined with lavender aromatherapy can reduce blood
pressure so that this therapy can be an option for lowering blood pressure in hypertensive
patients in Handil Baru Public Health Services.
1
Student of Nursing Study Program, Wiyata Husada High School of Health Sciences
2,3
Nursing Study Program, Wiyata Husada High School of Health Sciences Samarinda
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
ABSTRAK........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
E. PenelitianTerkait .................................................................... 7
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 69
B. Saran..................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 71
LAMPIRAN………………..…………………………………….…………. 75
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR SKEMA
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah yang saat ini mengganggu kesehatan
masyarakat. Banyak orang yang tidak menyadari jika dirinya menderita
hipertensi, karena jarang melakukan pemeriksaan kesehatan (Pasca et al.,
2013). Diketahui bahwa saat ini banyak penggunaan obat antihipertensi untuk
mengatur tekanan darah. Sayangnya bila pengobatan secara farmakologi
digunakan dalam jangka waktu lama biasanya akan memiliki efek samping,
diantaranya dapat menyebabkan hipokalemia, aritmia jantung, hipovolemi,
syok, gagal ginjal dan sebagainya (Kasumayanti, 2017).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, jumlah penderita
hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 % warga dunia
terkena hipertensi. Prosentase penderita hipertensi saat ini paling banyak
terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on
Noncommunicable Disesases 2015 dari WHO menyebutkan, ada 1 milyar
orang terkena hipertensi dan 40 % berada di negara berkembang, sedangkan
negara maju hanya 35%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita
hipertensi sebanyak 46%. Sementara kawasan Amerika hipertensi menempati
posisi dengan 35%. Di kawasan Asia Tenggara, 36 % orang dewasa
menderita hipertensi. Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5
juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita
tekanan darah tinggi (Khancit, 2015).
Hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 juta kematian di seluruh dunia
setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena
penyakit jantung, dan 51% kematian karena penyakit stroke. Berarti “sang
teroris” mulai menyerbu kelompok usia produktif yang merupakan tulang
punggung perekonomian. Jika hal ini dibiarkan, bisa jadi semua kelompok
usia produktif kita akan mengidap hipertensi.
1
2
Hipertensi pada usia produktif sebesar 7, 14% pada tahun 2011, dan pada
tahun 2012 meningkat sebesar 7, 31%, dan terjadi peningkatan yang
signifikan pada tahun 2013 sebesar 8, 10% (Siantar, 2013).
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran
menurut usia > 18 tahun sebesar 25, 8% tertinggi di Bangka Belitung (30, 9
%), diikuti Kalimantan Selatan (30, 8 %), dan Kalimantan Timur (29, 6 %).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang diperoleh melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah 9, 4% yang didiagnosis tenaga kesehatan
sedang minum obat sebesar 9, 5%. Responden yang mempunyai tekanan
darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0, 7%. Jadi
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26, 5% (Mamahit, 2017).
Sedangkan, Jumlah penderita hipertensi di Kalimantan Timur pada tahun
2016 sejumlah 13, 37% (Dinkes, 2016). Prevalensi di Kabupaten Kutai
Kartanegara menurut data dari Dinas Kesehatan sebanyak 13418 orang
(Dinkes, 2017).
Beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu gaya
hidup dengan pola makan yang salah, keturunan, jenis kelamin, latihan fisik,
makanan, stimulan (zat-zat yang mempercepat fungsi tubuh) serta stress.
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, sehingga
perlu adanya pengendalian kondisi agar tidak memicu kekambuhan
hipertensi. Penderita hipertensi perlu mengetahui faktor-faktor yang
meningkatkan (pemicu) kejadian hipertensi, sehingga dapat dilakukan
pengelolaan dan pencegahan hipertensi maupun komplikasinya (Marliani,
2007).
Dampak yang di timbulkan dari hipertensi menurut Juslim (2012)
antara lain kerusakan pembuluh darah arteri yang rusak menyebabkan
terganggunya aliran darah yang artinya kebutuhan oksigen dan nutrisi pada
organ dan jaringan tubuh lain juga akan terganggu. Rusaknya arteri juga
menyebabkan beberapa organ yang beresiko mengalami gangguan di
antaranya jantung, otak, ginjal, mata, dan tulang.
3
Dampak lain yang ditemukan pada Hipertensi menurut Inas (2008) dalam
segi ekonomi adalah biaya langsung dan biaya tidak langsung serta dalam
segi sosial menurut Syukri (2003) adalah kesempatan berkurang untuk
memenuhi kebutuhan afiliasi, berinteraksi dengan bersahabat.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat ditangani dengan
pengobatan farmakologi dan pengobatan non farmakologi, pengobatan
farmakologi dapat ditangani melalui obat golongan anti hipertensi seperti
diuretik, betabloker dan vasodilator (Sartika, 2017). Pengobatan non
farmakologi dapat dilakukan untuk mengontrol tekanan darah untuk
mengurangi efek samping tersebut dengan menggunakan terapi relaksasi otot
progresif, (Sartika, 2017).
Terdapat banyak terapi alternatif untuk penyakit tekanan darah tinggi
salah satunya terapi relaksasi aromaterapi lavender dalam menurunkan
tekanan darah. Manfaat dari aromaterapi dapat menumbuhkan perasaan
tenang (rileks) pada jasmani, pikiran, dan rohani (soothing the physical, mind
and spiritual), dapat menciptakan suasana yang damai, serta dapat
menjauhkan dari perasaan cemas dan gelisah (Jaelani, 2009).
Sherwood (2011) menjelaskan bahwa latihan otot progresif dapat
menghasilkan respon yang dapat mengurangi stres, dengan demikian saat
melakukan relaksasi otot progresif dengan rileks, tenang dan penuh
konsentrasi selama 30 menit maka akan terjadi penurunan sekresi hormon
CRH (Cotricotropin Releasing Hormone) dan ACTH (Adrenocorticotropic
Hormone) di hipotalamus. Penurunan kedua hormon tersebut akan
menurunkan aktivitas syaraf simpatis sehingga pengeluaran adrenalin dan
noradrenalin akan berkurang. Kondisi ini akan menurunkan frekuensi denyut
jantung, melebarnya pembuluh darah, berkurangnya tahanan pada pembuluh
darah serta menurunnya pemompaan jantung. Proses tersebut akan
menurunkan tekanan darah jantung.
4
Bulechek, et al. (2013) menjelaskan kondisi rileks pada kelompok otot yang
ditegangkan oleh penderita hipertensi dan tercapainya kondisi rileks akan
menyebabkan sekresi hormon CRH dan penurunan hormon ACTH di
hipotalamus menjadi maksimal sehingga aktivitas syaraf parasimpatis dalam
melepaskan neurotransmiter asetilkolin untuk menghambat syaraf simpatis
dengan cara menurunkan kontraktil otot jantung, vasodilatasi arterior dan vena
juga menjadi maksimal sehingga tekanan darah dapat menurun secara
signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Zulfa Inayatul Ulya, Noor Faidah (2017)
menemukan ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap perubahan tekanan
darah, demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Dwi Kurniawati, Edi
Suprayitno (2016), membuktikan ada pengaruh relaksasi otot progresif
terhadap tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi grade 2. Sementara
itu penelitian yang dilakukan oleh Tiara Setyawati (2015) membuktikan
bahwa ada pengaruh pemijatan tungkai dan kaki dengan aromaterapi
lavender dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi primer.
Berdasarkan data kasus hipertensi di Puskesmas Handil Baru tahun 2017
sebanyak 2.930 kasus dan tahun 2018 jumlah kasus hipertensi primer
sebanyak 3.480 dan hipertensi sekunder sebanyak 419 kasus, sementara tahun
2019 periode Januari sampai dengan Maret kasus hipertensi yang berkunjung
sebanyak 735 orang (Data Puskesmas Handil Baru, 2019). Berdasarkan data
tersebut dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan kasus hipertensi dari tahun 2017
ke tahun 2018 sebesar 15. 8%.
Menurut hasil pengamatan peneliti di Puskesmas Handil Baru, pasien
yang memiliki penyakit hipertensi dan berobat ke Puskesmas hanya diberikan
obat penurun tekanan darah tanpa ada tindakan non farmakologi yang
sebenarnya bisa dilakukan untuk membantu mempercepat penurunan tekanan
darah pasien. Terapi relaksasi ini dapat dilakukan oleh penderita hipertensi di
rumah saat waktu luang tanpa memerlukan biaya yang mahal dan tanpa efek
samping yang berbahaya.
5
B. Rumusan Masalah
Penyakit hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang berbahaya.
Banyak orang yang tidak menyadari jika dirinya menderita hipertensi, karena
pada stadium awal belum terlihat gejala gangguan yang serius pada kesehatan.
Pengobatan hipertensi adalah pengobataan seumur hidup dan penderitanya
harus rutin mengkonsumsi obat, sayangnya bila pengobatan secara
farmakologi digunakan dalam jangka waktu lama biasanya akan memiliki efek
samping, diantaranya dapat menyebabkan hipokalemia, aritmia jantung,
hipovolemi, syok, gagal ginjal dan sebagainya. Untuk membantu menurunkan
tekanan darah perlu dilakukan pengobatan non farmakologis salah satunya
adalah relaksasi otor progresif dikombinasikan dengan aromaterapi lavender
yang akan membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah
“Apakah ada pengaruh pemberian terapi relaksasi otot progresif
dikombinasikan dengan aromaterapi lavender terhadap perubahan tekanan
darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Handil Baru?”.
C. TujuanPenelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh terapi relaksasi otot progresif dikombinasikan
dengan aromaterapi lavender terhadap perubahan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tekanan darah penderita Hipertensi sebelum dilakukan
terapi Relaksasi Otot Progresif dikombinasikan dengan aromaterapi
lavender.
6
E. Penelitian terkait.
Penelitian yang berkenaan dengan pengaruh pemberian terapi relaksasi otot
progresif terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi antara
lain :
1. Zulfa Inayatul Ulya, Noor Faidah (2017), mengenai Pengaruh Terapi
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Di Desa Koripandriyo Kecamatan Gabus Kabupaten
Pati. Teknik pengambilan sample menggunakan Quota Sampling dan
besar jumlah samle menggunakan rumus finite. Instrumen penelitian
menggunakan SPO terapi relaksasi otot progresif, lembar observasi
dan Sphygmomanometer digital.
Persamaan dengan penelitian variabel bebasnya adalah terapi otot
progresif dan variabel terikatnya adalah tekanan darah. Responden yang
diteliti adalah penderita hipertensi. Teknik analisa data menggunakan
paired t test. Sedangkan perbedaannya adalah teknik pengambilan sampel
pada penelitian diatas adalah quota sampling sedangkan penelitian yang
dilakukan adalah purposive sampling. Teknik pengambilan sampel
penelitian diatas menggunakan dua kelompok yaitu sampel kontrol dan
sampel eksperimen sedangkan penelitian yang dilakukan hanya
menggunakan satu kelompok sampel tanpa pembanding. Dan
menggunakan aromaterapi lavender selama intervensi.
2. Dwi Kurniawati, Edi Suprayitno (2016), mengenai Pengaruh Relaksasi
Otot Progresif Pada Penderita Hipertensi Grade 2 Di Posyandu Dusun
Dagaran Bantul 1. Analisis data menggunakan Wilcoxon menunjukkan ada
perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi
otot progresif yang ditunjukkan dengan p value 0,001, α=0,05. Ada
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah sistolik pada
penderita hipertensi grade 2. Penderita hipertensi grade 2 dianjurkan dapat
melakukan relaksasi otot progresif sebagai salah satu cara untuk
menurunkan tekanan darah secara mandiri di rumah.
8
A. Telaah Pustaka
1. Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan
darah tertentu, yaitu di atas tingkat tekanan darah tersebut dengan
memberikan pengobatan akan menghasilkan lebih banyak manfaat
dibandingkan dengan tidak memberikan pengobatan (Arjatmo, 2012).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Sustrani, 2010). Hipertensi adalah tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg
atau lebih dan sedang dalam pengobatan antihipertensi (Mansjoer,
2012).
Hipertensi dapat diartikan tekanan darah tinggi persisten disaat
tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di
atas 90 mmHg pada kelompok lansia, hipertensi diartikan tekanan
diastolik 90 mmHg serta tekanan darah sistolik 160 mmHg (Bruner &
Suddarth, 2005). Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan
masyarakat (public health problem) dan akan menjadi masalah yang
lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini (Ii & Hipertensi, 2016).
b. Etiologi
Klasifikasi Hipertensi berdasarkan etiologi (Arjatmo, 2012):
1. Hipertensi primer.
Hipertensi primer dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
faktor genetik, psikologis dan stress, serta faktor lingkungan dan
diet. Hipertensi primer (esensial) ditandai dengan peningkatan
tekanan darah.
10
11
Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi pada klien berusia ≥ 18 tahun oleh The Joint National
Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (1988)
Batasan tekanan darah (mmHg) Kategori
Diastolik
< 85 Tekanan darah yang normal
85-89 Tekanan darah normal - tinggi
90 -104 Hipertensi ringan
105-114 Hipertensi sedang
≥160 Hipertensi berat
Sistolik
< 140 Tekanan darah normal
140-159 Garis batas tekanan darah tinggi
sistolik terisolasi
≥ 160 Hipertensi sistolik terisolasi
(sumber : Ignatavicius,1994) dalam (Arjatmo, 2012)
12
b) Kurang olahraga.
Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada
umumnya cenderung mengalami kegemukan dan akan
menaikan tekanan darah. Dengan berolahraga kerja jantung
dapat meningkat. Sehingga darah bisa dipompa dengan baik ke
seluruh tubuh.
c) Konsumsi garam berlebihan.
Mekanisme timbulnya hipertensi memiliki komponen
penting yaitu garam.
e. Penatalaksanaan hipertensi
1) Penatalaksanaan non farmakologi :
a) Penatalaksanaan non farmakologi dengan melakukan
perubahan gaya hidup yang sangat penting dalam mencegah
hipertensi (Ridwan Amiruddin, 2007).
Untuk menurunkan hipertensi secara non farmakologi ada
berbagai macam cara merubah gaya hidup yaitu :
1)) Mempertahankan berat badan ideal.
Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body
Mass Index (BMI) dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2
(Kaplan, 2006). Massa indeks tubuh dapat dilihat dengan
membagi berat badan dengan tinggi badan dalam satuan
meter. Menangani kelebihan berat badan juga bisa
dilakukan dengan diet rendah kolesterol tetapi banyak
kandungan serat dan protein, jika penurunan berat badan
berhasil (2,5 - 5 kg) maka tekanan diastol bisa menurun
sebanyak 5 mmHg (Radmarssy, 2007).
2)) Kurangi konsumsi garam.
Konsumsi garam yang berkurang bisa dilakukan
dengan diet rendah natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari
(sekitar 6 gr garam atau 2, 4 gr NaCl/hari), (Kapla, 2006).
Pengurangan garam menjadi ½ sendok teh/hari, bisa
membuat tekanan sistolik menurun sebanyak 5 mmHg dan
tekanan darah diastolik sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy,
2014).
3)) Batasi konsumsi alkohol.
Ratmarssy (2014) menyebutkan kita harus membatasi
konsumsi alkohol karena mengkonsumsi alkohol berlebihan
bisa membuat tekanan darah meningkat. Para
pengkonsumsi alkohol berat beresiko mengalami hipertensi
empat kali lebih besar dari orang yang tidak mengkonsumsi
alkohol.
17
2) Pengobatan farmakologi:
a) Diuretik (hidroklorotiazid).
Cairan dalam tubuh dikeluarkan sehingga volume cairan
berkurang yang menyebabkan kerja pompa jantung menjadi
lebih ringan.
b) Penghambat simpatetik (metildopa, klonidin, reserpin).
Menghambat aktifitas saraf simpatis.
c) Betabloker ( metoprolol, propanolol, danatenol).
1)) Daya pompa jantung menurun.
2)) Tidak disarankan pada penderita gangguan pernapasan
seperti asma bronkial.
3)) Dapat menutupi gejala hipoglikemia pada penderita
diabetes.
4)) Prasosin, hidralasin(vasodilator).
Membuat pembuluh darah mengalami relaksi otot polos.
5)) ACE inhibitor(captopril).
a)) Menghambat pembentukan zat angiotensin II.
b)) Efek samping : sakit kepala, batuk kering, lemas,
pusing.
6)) Penghambat reseptor angiotensin II (valsartan).
Menghalangi reseptor tertempel zat angiotensin II sehingga
daya pompa jantung lebih ringan.
7)) Kalsium antagonis ( diltiasem dan verapamil )
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
f. Komplikasi hipertensi.
Hipertensi harus dikendalikan, sebab semakin lama tekanan
yang berlebihan pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital
dalam tubuh yaitu (Brunner & Suddrath, 2013):
1) Sistem kardiovaskuler.
a) Arterosklerosis : hipertensi dapat mempercepat penumpukan
lemak di dalam dan di bawah lapisan arteri.
19
2. Tekanan Darah
a. Pengertian
Tekanan darah adalah tekanan dari darah terhadap dinding
pembuluh darah yang merujuk kepada tekanan darah pada arteri secara
sistemik. Dimana, tekanan darah di vena lebih rendah daripada tekanan
di arteri. Nilai tekanan darah secara umum dinyatakan dalam mmHg
(milimeter air raksa). Tekanan sistolik didefinisikan sebagai tekanan
puncak pada arteri selama siklus jantung; tekanan diastolik merupakan
tekanan terendah (pada fase istirahat siklus jantung) (Wikibooks,
2007).
Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara yang
disebabkan oleh katup-katup yang menutup secara pasif. Bunyi
pertama disebabkan menutupnya katup atrio-ventrikuler dan kontraksi
ventrikel. Bunyi kedua karena menutupnya katup aortik dan pulmoner
sesudah kontraksi ventrikel. Yang pertama adalah panjang dan rata
(terdengar seperti “lup”), yang kedua pendek dan tajam (terdengar
seperti “dup”) (Pearce, 2010).
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi
kontraksi otot jantung. Istilah ini secara khusus digunakan untuk
merujuk pada tekanan arterial maksimum saat terjadi kontraksi pada
lobus ventrikular kiri dari jantung.
21
Bila terjadi pada mata, maka akan mengalami rabun atau buta. Bila
terjadi pada ginjal, fungsi ginjal akan terganggu bahkan rusak
(Marvyn, 2010).
d. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah.
Faktor-faktor yang menentukan tekanan darah menurut Marvyn
(2010) adalah:
1)) Faktor Fisiologis :
a) Kelenturan dinding arteri.
b) Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin
tinggi tekanan darah.
c) Kekuatan gerak jantung
d) Viscositas darah, semakin besar viskositas, semakin besar
resistensi terhadap aliran.
e) Curah jantung, semakin tinggi curah jantung maka tekanan
darah meningkat.
f) Kapasitas pembuluh darah, makin basar kapasitas pembuluh
darah maka makin tinggi tekanan darah.
2)) Faktor Patologis :
1) Posisi tubuh : Baroresepsor akan merespon saaat tekanan darah
turun dan berusaha menstabilkan tekanan darah.
2) Aktivitas fisik : Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga
butuh aliran yang lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi
(tekanan darah naik).
3) Temperatur : menggunakan sistem renin-angiontensin –
vasokontriksi perifer.
4) Usia : semakin bertambah umur semakin tinggi tekanan darah
(berkurangnya elastisitas pembuluh darah).
5) Jenis kelamin : Wanita cenderung memiliki tekanan darah
rendah karena komposisi tubuhnya yang lebih banyak lemak
sehingga butuh O2 lebih untuk pembakaran.
27
4. Konsep Aromaterapi.
a. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi berasal dari kata “aroma”, yang artinya bau yang
menarik yang berasal dari tumbuhan (minyak essensial) atau rempah,
dan berasal dari kata “terapi”, yang artinya suatu perawatan yang
dirancang untuk pengobatan.
Aromaterapi merupakan proses penyembuhan kuno yang
menggunakan sari tumbuhan aromaterapi murni yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa.
Beberapa minyak sari yang umum digunakan dalam aromaterapi
karena sifatnya yang serbaguna adalah Langon kleri, eukaliptus,
geranium, lavender, lemon, peppermint, petigrain, rosemary, pohon
teh, dan ylang-ylang. Aromaterapi mempunyai efek yang positif
karena diketahui bahwa aroma yang segar dan harum bisa merangsang
sensori dan reseptor yang ada di hidung kemudian memberikan
informasi lebih jauh ke area di otak yang mengontrol emosi dan
memori serta memberikan informasi ke hipotalamus.
33
b. Peran Kepemimpinan
Peran kepemimpinan dari perawat yang secara tradisional kerap
sebagai peran spesialiasasi yang diembankannya oleh perawat yang
mempunyai gelar yang menunjukkan kepemimpinan dan mereka yang
memimpin sekelompok besar perawat atau profesional perawat
kesehatan yang berhubungan.
c. Peran Peneliti
Peran peneliti dari perawat pada mulanya dianggap hanya dilakukan
oleh para akademikus, perawat ilmuwan dan mahasiswa keperawatan
di tingkat sarjana. Kini, partisipasi dalam proses penelitian dianggap
sebagai tanggung jawab dari perawat dalam praktek klinis.
Menurut Roy (1991) dalam Aji (2016) elemen dalam proses
keperawatan meliputi pengkajian tingkat pertama, pengkajian tingkat
kedua, diagnosis keperawatan, perencanaan, penentuan tujuan, intervensi
dan evaluasi. Dalam praktik keperawatan, penerapan konsep holistik pada
proses asuhan keperawatan melalui pendekatan model adaptasi Roy dapat
digambarkan sebagai berikut :
a. Pengkajian Tingkat Pertama
Pada tahap ini pengumpulan data yang dikumpulkan adalah meliputi
pada sekumpulan tingkah laku sebagai sistem adaptasi yang
berhubungan dengan empat model adaptasi yaitu : fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi melalui pendekatan sistem dan
memandang manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-sosial secara
utuh.
b. Pengkajian Tingkat Kedua
Pada tahap ini perawat menganalisis kegawatan dan gambaran tingkah
laku klien, baik individu, keluarga maupun masyarakat secara
menyeluruh terkait dengan kognator yaitu proses pikir individu (psiko-
sosial) dan regulator yaitu proses fisiologis tubuh (biologi).
39
Physioological
functions Adaptive
Coping Self Consept
-Stimulan mekanisme
and
Role Consept ineffective
ekstern dan Regulator Interdependence responses
intern Cognator
-Tingkat
adaptasi(foc
al, residual,
konstektual)
Feedback
Stimulusyg timbul:
Penderita 1. Fokal
Hipertensi 2. Kontekstual
3. Residual
Penatalaksanaan :
Tekanan darah :
Normal : <140 SBP dan <90
DBP
Hipertensi ringan : 140-180
SBP dan 90-105 DBP Terapi farmakologis :
Hipertensi sedang & berat : Non Farmakologi :
Obat Hipertensi yang
>180 SBP dan >105 DBP 1. Mempertahankan berat
Menghambat pembentukan
Hipertensi sistolik terisolasi : badan ideal
angiotensin II dari
>140 SBP dan <90 DBP 2. Kurangi konsumsi garam
angiotensin I
3. Batasi konsumsi alcohol.
4. Tidak merokok.
5. Penurunan stress
6. Terapi masase (pijat).
7. Terapi relaksasi.
Menurunkan aktivitas
syaraf simpatis
Menurunkan kerja
jantung
Menurunkan tekanan
darah
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah suatu proposisi atau anggapan yang
mungkin benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan
atau pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut
(Notoatmodjo, 2010). Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah ada
pengaruh pemberian terapi relaksasi otot progresif dikombinasikan dengan
aromaterapi lavender terhadap perubahan tekanan darah pada penderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Handil Baru tahun 2019.
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan :
X : Perlakuan (Relaksasi Otot Progresif dikombinasikan dengan aromaterapi
lavender).
01 : Pengukuran tekanan darah responden sebelum diberi perlakuan.
02 : Pengukuran tekanan darah
responden setelah diberi perlakuan.
43
44
n1 n2
Z 1 Z1 - β S 2
2
X 1 X 2 2
n = besar sampel atau replikasi
Z = tingkat kesalahan tipe 1
Zβ= tingkat kesalahan tipe 2
(X1-X2) atau = perbedaan rerata minimal yang dianggap bermakna
S = simpang baku atau standar deviasi
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan tingkat
kesalahan tipe 1 sebesar 5% (Z1-=1,96), kesalahan tipe 2 sebesar 10%
(Z1-=1,28), serta dengan asumsi bahwa S2/2=1 maka didapatkan n1 =
n2 10. Untuk mengantisipasi kemungkinan drop out yang
mengakibatkan loss to follow-up, maka dilakukan koreksi sebesar 20%
terhadap besar sampel dari perhitungan semula.
n’ n
= (1-f)
2. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dengan sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2011).
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
operasional Ukur
1 2 3 4 5
Terapi Terapi relaksasi Menggunakan - -
relaksasi otot yang mengkombi- SPO
progresif nasikan serang-
dikombinasika kaian seri kon-
n dengan aro- traksi dan latihan
materapi napas dalam serta
lavender pemberian aroma
terapi lavender
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung dikumpulkan oleh
peneliti tetapi menggunakan data yang sudah dikumpulkan oleh orang
lain yang dianggap valid. Adapun data sekunder dalam penelitian ini
adalah data jumlah Responden lansia yang mengalami hipertensi di
Puskesmas Handil Baru.
Keterangan :
𝑎𝑖 = Koefisien Test Shapiro
𝑋 (𝑛 − 1 + 1)
= 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒 (𝑛 − 𝑖 + 1) 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑡𝑎
X1 = angka ke I pada data
Keputusan : Data berdistribusi normal jika p value >∝0,05 dan data
tidak berdistribusi normal jika p value <∝ 0,05.
Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1.
Uji Normalitas Data
2. Analisa Univariat
Tujuan analisa ini adalah untuk menjelaskan gambaran tekanan
darah sebelum dan sesudah perlakuan teknik relaksasai otoo progresif
dikombinasikan dengan aromaterapi lavender dengan menampilkan
dalam bentuk histogram dan nilai mean, standar deviasi, standar error
serta minimal dan maksimal. Untuk mendapatkan nilai dari variabel
dependen yaitu perubahan tekanan darah, ada beberapa nilai yang akan
dipakai yaitu mean dan median. Nilai – nilai tersebut disebut sebagai
nilai tengah (central tendency).
3. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan tekanan
darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi otot progresif
dikombinasikan dengan aromaterapi lavender. Uji analisis data yang
digunakan adalah uji paired t-test untuk melihat perbedaan tekanan darah
sebelum dan sesudah perlakuan, apabila data tidak berdistribusi normal
maka digunakan uji Wilcoxon.
1) Uji parametric dependent t test atau disebut paired t test dengan syarat
data berdistribusi normal, tetapi jika data tidak berdistribusi normal
maka menggunakan uji Wilcoxon tes. Paired t test digunakan untuk
membandingkan mean dari satu sampel yang berpasangan (Paired).
2) Adapun rumus paired yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑑
𝑡=
𝑠/√𝑛
Keterangan :
t = Nilai t hitung
d = Rata-rata selisih nilai 1 dan 2 (pre dan post)
s = simpangan baku selisih (beda) nilai
n = ukuran atau besaran sampel
Keputusan uji adalah p value <∝
51
Keterangan:
z = hasi uji Wilcoxon
T = Total selisih terkecil antara nilai pre dan post
n = jumlah sampel
Keputusan uji adalah jika Zhitung< Ztabel berbeda secara signifikan
(Ho dierima). Jika Zhitung> Ztabel tidak berbeda signifikan (Ha
diterima).
H. Prosedur Penelitian
1. Peneliti mengajukan ijin ke Kepala Puskesmas Handil Baru untuk
melakukan melakukan penelitian dengan menyerahkan surat ijin
penelitian dari Universitas.
2. Setelah mendapatkan ijin, peneliti mulai melakukan penelitian dengan
menentukan sampel penelitian yang diambil dengan cara consecutive
sampling yaitu pasien penderita hipertensi yang memenuhi syarat kriteria
inklusi.
3. Calon responden harus mengisi inform consent yang diberikan sebagai
tanda persetujuan menjadi responden.
4. Peneliti memulai melakukan tindakan pada hari yang sama dimana
responden berobat dengan berkunjung ke rumah responden.
5. Peneliti melakukan tindakan dengan memberikan terapi relaksasi otot
progresif pada sampel penelitian yang sudah bersedia melakukan
penelitian dengan mengkondisikan lingkungan untuk melakukan tindakan
agar responden bisa rileks.
6. Tindakan berupa intervensi terapi relaksasi otot progresif dilakukan setelah
Responden dirumah 4 jam setelah mengkonsumsi obat hipertensi.
52
I. Etika Penelitian
Peneliti perlu mendapat rekomendasi dari institusinya atas pihak lain
dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat
penelitian dan dalam pelaksanaan penelitian, peneliti tetap memperhatikan
prinsip etik penelitian sesuai Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan
(2007), meliputi :
1. Respect for persons (Prinsip menghormati harkat martabat manusia)
Merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat manusia
sebagai pribadi yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih dan
sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya sendiri.
2. Peneliti menghormati hak subjek penelitian, apakah subjek tersebut
bersedia untuk ikut serta dalam penelitian atau tidak, dengan memberikan
Informen Consent (lembar pertujuan) pada subjek penelitian.
3. Beneficence (Prinsip etik berbuat baik).
Penelitian yang dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal
dengan kerugian minimal, risiko penelitian harus wajar dibanding manfaat
yang diharapkan, memenuhi persyaratan ilmiah, peneliti mampu
melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu menjaga kesejahteraan
subyek penelitian serta tidak mencelakakan atau melakukan hal-hal yang
merugikan (non maleficence, do no harm) subjek penelitian.
53
J. Alur Penelitian
. Persiapan penelitian
Pengukuran Variabel
Koding)
Analisa data
Kesimpulan
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran lokasi penelitian
UPTD Puskesmas Handil Baru adalah institusi pemerintah yang
didirikan sejak tahun 1975 dengan peningkatan jumlah penduduk 4% dari
jumlah penduduk pertahun. Puskesmas Handil Baru berada di Kelurahan
Handil Baru Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
Kalimantan Timur. Lokasi UPTD Puskesmas Handil Baru mempunyai
luas wilayah ± 662 Km². Wilayah kerja UPTDPuskesmas Handil Baru
mencakup 8 Kelurahan di Kecamatan Samboja yang terdiri dari Kelurahan
Muara Sembilang, Kelurahan Handil Baru Darat, Kelurahan Handil Baru,
Kelurahan Sanipah, Kelurahan Teluk Pemedas, Kelurahan Kuala Samboja,
Kelurahan Tanjung Harapan,dan kelurahan Kampung Lama. Jarak dari
pusat pemerintahan Kecamatan ± 25 Km, jarak dari ibu kota Kabupaten
Kutai Kartanegara ± 125 Km, dan jarak Ibu Kota Provinsi ± 175 Km.
Visi Puskesmas Handil Baru : Menjadikan puskesmas terbaik se-
Kabupaten Kutai Kartanegara yang memberikan pelayanan bermutu dan
profesional untuk mewujudkan masyarakat Samboja sehat,mandiri dan
berkeadilan. Misi Puskesmas : 1. Menyelenggarakan upaya promosi dan
preventif untuk seluruh masyarakat. 2. Menyediakan data dan informasi
kesehatan yang berkualitas. 3. Menyelenggarakan program kesehatan baik
upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat. 4.
Membangun kerjasama lintas sektoral dengan pihak terkait secara baik. 5.
Membangun budaya kerja yang jujur amanah penuh rasa persaudaraan dan
kasih sayang. Adapun 10 penyakit terbesar di Puskesmas Handil Baru
meliputi : Hipertensi, Common Cold, Gastritis, ISPA, Demam, Penyakit
gusidan jaringan periodontal, NIDDM type 2, Pusing, Diare, Penyakit
periapikal.
55
56
3. Analisa Univariat
a. Skor Rata-rata Tekanan Darah Sistol dan Diastol Sebelum
diberikan Intervensi
Pengukuran Tekanan Darah Sistol dan Diastol pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4.
Skor rata-rata Tekanan Sebelum dilakukan intervensi pada
responden dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Handil Baru, Juli 2019 (n=15)
Waktu Pre
Variabel N Mean Standar Standar Min-Max
Deviasi Error
Sistol 15 163.67 12.602 3.254 150-180
Diastol 15 99.33 7.037 1.817 90-110
Sumber : Data Primer, 2019
180
160 163.67
140 135.67
120
100 99.33 Pre
80 80.67
Post
60
40
20
0
Sistole Diastole
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Umur Responden
Karakteristik responden berdasarkan usia, menunjukkan
bahwa sebagian besar responden berusia antara 60-65 tahun, sesuai
dengan dasar teori mayoritas responden berada pada kelompok usia
lanjut yaitu antara 60 sampai 70 tahun seperti yang dikemukakan
oleh Depkes tahun 2010 yang menyatakan bahwa usia lanjut
merupakan kelompok dalam masa senium yaitu berusia 60 – 69
tahun. Tekanan darah pada usia lanjut (lansia) akan cenderung
tinggi sehingga lansia lebih besar berisiko terkena hipertensi
(tekanan darah tinggi). Bertambahnya umur mengakibatkan tekanan
darah meningkat, karena dinding arteri pada usia lanjut (lansia) akan
mengalami penebalan yang mengakibatkan penumpukan zat kolagen
pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku (Anggraini dkk, 2009).
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tekanan darah.Umur berkaitan dengan tekanan darah tinggi
(hipertensi).Semakin tua seseorang maka semakin besar resiko
terserang hipertensi (Khomsan, 2003). Penelitian Hasurungan dalam
Rahajeng dan Tuminah (2009) menemukan bahwa pada lansia
dibanding umur 55 -59 tahun dengan umur 60-64 tahun terjadi
peningkatan risiko hipertesi sebesar 2,18 kali, umur 65-69 tahun 2,45
kali dan umur >70 tahun 2,97 kali. Hal ini terjadi karena pada usia
tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku
karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan darah (Sigarlaki, 2010).
62
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh data jumlah laki-laki
dan wanita yang menderita hipertensi lebih banyak berjenis kelamin
perempuan dimana responden dengan jenis kelamin perempuan
sebanyak 60%, hal ini sesuai dengan data statistik dari departemen
kesehatan Republik Indonesia yang menyatakan bahwa prevalensi
hipertensi untuk daerah Indonesia ditemukan wanita lebih besar
dibanding pria (Budi, 2007). Jenis kelamin juga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Rosta, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni dan Eksanoto (2013),
perempuan cenderung menderita hipertensi daripada laki-laki. Pada
penelitian tersebut sebanyak 27,5% perempuan mengalami
hipertensi, sedangkan untuk laki-laki hanya sebesar 5,8%
Perempuan akan mengalami peningkatan resiko tekanan darah
tinggi (hipertensi) setelah menopouse yaitu usia diatas 45 tahun.
Perempuan yang belum menopouse dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya kolesterol LDL
(Low Density Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses
aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah tinggi (Anggraini
dkk, 2009).
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SD,
sementara Supari menyatakan tingkat pendidikan tidak berpengaruh
terhadap kejadian hipertensi pada seseorang karena orang yang
berpendidikan rendah sampai tinggi memiliki resiko yang sama
untuk menderita hipertensi (Ard, 2007). Tingkat pendidikan secara
tidak langsung juga mempengaruhi tekanan darah. Tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup yaitu kebiasaan
merokok, kebiasaan minum alkohol, dan kebiasaan melakukan
aktivitas fisik seperti olahraga.
63
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang mempengaruhi
hasil penelitian. Adapun keterbatasan penelitian yaitu:
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dimana sampel
tidak dikondisikan pada tempat tertentu misalnya dirumah sakit tetapi di
rumah sehingga resiko dipengaruhi oleh faktor lain seperti pola makan dan
aktivitas.
2. Pengambilan Data
Pelaksanaan penelitian dilakukan di rumah masing-masing sehingga suasana
lingkungan tidak dapat maksimal dapat dikondusifkan untuk mendukung
penelitian.
3. Waktu Penelitian
Pada saat pengambilan data di lokasi yang berbeda sehingga memerlukan
waktu yang cukup untuk pengumpulan data.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Rata-rata tekanan darah Sistol sebelum dilakukan relaksasi otot progresif
dikombinasikan dengan aromaterapi lavender pre adalah 163.67. Rata-rata
tekanan darah Diastol sebelum dilakukan relaksasi otot progresif
dikombinasikan dengan aromaterapi lavender pada tekanan darah pre
adalah 99.33.
2. Rata-rata tekanan darah Sistol sesudah dilakukan relaksasi otot progresif
dikombinasikan dengan aromaterapi lavender post adalah 135.67. Rata-
rata tekanan darah Diastol sesudah dilakukan relaksasi otot progresif
dikombinasikan dengan aromaterapi lavender tekanan darah post adalah
80.67.
3. Terdapat pengaruh terapi relaksasi otot progresif dikombinasikan dengan
aromaterapi lavender terhadap perubahan tekanan darah dimana terdapat
perbedaan signifikan dengan p value 0.000.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti dapat memberikan saran sabagai
berikut:
1. Bagi Wilayah Kerja Puskesmas Handil Baru
Puskesmas dapat menerapkan asuhan keperawatan non farmakologis
pada pasien hipertensi dengan relaksasi otot progresif dikombinasikan
dengan aromaterapi lavender untuk membantu mempercepat penurunan
tekanan darah.
2. Bagi Perawat
Perawat dapat mengajarkan teknik relaksasi otot progresif
dikombinasikan dengan aromaterapi lavender pada lansia dengan
hipertensi untuk dipraktekkan di rumah.
Perawat perlu mengajarkan juga pada keluarga untuk mendampingi lansia
69
70
DAFTAR PUSTAKA
Arief Hariana, 2009, Tumbuhan OBAT & KHASIATNYA. Seri 2. Jakarta : Penebar
Swadaya. p. 185-186
Bruner & Suddarth, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Dewi, Iga Prima. 2013. Aromaterapi Lavender Sebagai Media Relaksasi. Bali :
Bagian Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Cuncic
Dwi Kurniawati, Edi Suprayitno. 2016, Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Pada
Penderita Hipertensi Grade 2 Di Posyandu Dusun Dagaran Bantul 1
Guiton dan Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). 11 ed.
Rachman RY, Hartanto H, Novrianti A, Wulandari N, editors. Jakarta :
EGC; 2007. P. 423-35
James, J., Baker, C., dan Swain, H., 2008, Prinsip – Prinsip Sains Untuk
Keperawatan (terj), Erlangga Medical Series, 49, 66-67. Diakses tanggal
15 Juni 2013
72
Khancit, 2015, Hypertensive vascular disease. In Fauci A.S., Kasper L. D., Longo
D.L., Braunwald E., Hauser S.L., Jameson J.L., et al: Harrison’s
principles of internal medicine. 17th Ed. United States of America : Mc
Graw Hill. p. 1549
Marliani dkk, 2007, 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta : PT Elex Media
Marvyn (2010, Hipertensi Pengendalian Lewat Vitamin, Gizi dan Diet, Arcan,
Jakarta
Sartika, 2017, Pengaruh Asupan Asam Lemak Trans Terhadap Profil Lipid Darah
Jakarta: Universitas Indonesia
Smeltzer & Bare, 2006, Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8 Vol.1.Alih Bahasa :
Agung waluyo. Jakarta. EGC
Tagor, 2003, Hipertensi Esensial, Dalam : Rilantono Lily, I., Baraas, F., Karo
Karo, S., Roebiono Poppy, S., Buku Ajar KARDIOLOGI, 197, Balai
Penebit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
74
WHO dan JNC, 2007, Hypertension Report. WHO Technical Report Series.
Geneva. 2007
Zulfa Inayatul Ulya, Noor Faidah, 2017, Pengaruh Terapi Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Di Desa Koripandriyo Kecamatan Gabus Kabupaten Pati
Lampiran 1
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan di bawahini :
Nama : Hamsyah
NIM : B21740318501
Hamsyah
NIM B21740318501
Lampiran 2. SPO
7
Ditetapkan
TANGGAL Kepala Puskesmas
STANDAR TERBIT/REVISI
PROSEDUR
OPERASIONAL
C. Fase Kerja
Menempatkan diffuser aromaterapi Lavender yang telah
dihidupkan di dekat Responden.
1. Gerakan 1 : Untuk melatih otot tangan
a. Tangan kiri mengepal.
b. Kuatkan kepalan sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi
c. Pada saat melepaskan kepalan, suruh klien
untuk merasakan rileks selama 10 detik.
d. Gerakan tangan kiri dilakukan sebanyak dua
kali sehingga bisa membedakan antara otot
tegang dan otot relaks.
D. Fase Terminasi
Evaluasi perasaan klien
Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
Cucitangan
Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi
LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH
PADA RISET PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
Samboja,…………..…………2019
Hamsyah
NIM.B21740318501
Lampiran 4
(……….....………..)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
BIODATA PENELITI
A. Biodata Pribadi
1. Nama : Hamsyah
2. JenisKelamin : Laki-laki
3. TempatTanggalLahir : Tanah Grogot, 28 Oktober 1977
4. Agama : Islam
6. Email : hamsyah1077@gmail.com
7. HP : 0811 5947 555
8. NIM : B21740813501
9. Program Studi : S1 Keperawatan
10. Judul Skripsi : Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif
Dikombinasikan dengan Aromaterapi Lavender Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Handil Baru
11. Dosen Pembimbing : 1. Ns. Sumiati Sinaga, S.Kep., M. Kep.
2. Ns. Desy Ayu W, S.Kep.,M.Kep.,S.Mat.
B. RiwayatPendidikan
1. SD : SD Negeri 008 Desa Pepara
2. SMP : SMP PGRI 2 Tanah Grogot
3. SMA : SPK Depkes Balikpapan
4. DIII : AKPER POLTEKKES, Samarinda
ANALISA STATISTIK
UJI NORMALITAS
Te sts of Normality
ANALISA UNIVARIAT
Statistics
Tekanan Tekanan
Tekanan Tekanan Darah Darah
Darah Sistole Darah Sistole Diastole Diastole
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan
N Valid 15 15 15 15
Missing 0 0 0 0
Mean 163.67 135.67 99.33 80.67
Std. Error of Mean 3.254 2.482 1.817 .454
Median 160.00 135.00 100.00 80.00
Mode 150 130 100 80
Std. Deviation 12.602 9.612 7.037 1.759
Variance 158.810 92.381 49.524 3.095
Range 30 30 20 5
Minimum 150 120 90 80
Maximum 180 150 110 85
Sum 2455 2035 1490 1210
UJI T DEPENDENT PRE AND POST TEST SISTOLE
T-Test
Paired Samples Statistics
N Correlation Sig.
Pair Tekanan Darah Sis tole
1 Sebelum Perlakuan &
15 .789 .000
Tekanan Darah Sis tole
Sesudah Perlakuan
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Tekanan Darah Sistole
1 Sebelum Perlakuan -
28.000 7.746 2.000 23.710 32.290 14.000 14 .000
Tekanan Darah Sistole
Sesudah Perlakuan
UJI T DEPENDENT PRE AND POST TEST DIASTOLE
T-Test
Paired Samples Statistics
N Correlation Sig.
Pair Tekanan Darah Diastole
1 Sebelum Perlakuan &
15 .615 .015
Tekanan Darah Diastole
Sesudah Perlakuan
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Tekanan Darah Diastole
1 Sebelum Perlakuan -
18.667 6.114 1.579 15.281 22.052 11.825 14 .000
Tekanan Darah Diastole
Sesudah Perlakuan