Anda di halaman 1dari 17

Skip to content

dharmesti niramaya
 Beranda
 Perihal

formulasi cream
7 Juni 2015 | hellow mellow

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI & FORMULASI SEDIAAN NON STERIL

PEMBUATAN SEDIAAN SEMI SOLID (KRIM)

Tanggal Praktikum : 4 Maret 2014

Disusun Oleh :

Ferzio Danoza

Hafidzoh Nur Adlina

Haifa Fauziah Arini

LABORATORIUM TEKNOLOGI & FORMULASI SEDIAAN NON-STERIL

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

JURUSAN FARMASI

2014

PEMBUATAN SEDIAAN BENTUK SEMI SOLID

(KRIM)

1. TUJUAN
2. Mengetahui cara pembuatan krim dengan basis krim yang cocok dan enak digunakan.
3. Menentukan formula dari basis krim yang cocok untuk pembuatan sediaan semi solid.
4. Membuat sediaan semi solid yang dapat digunakan sebagai rubifacient (memperlebar
permukaan).

1. PRINSIP
1. Saponifikasi

Proses penyabunan yang merupakan hasil dari reaksi antara asam lemah dengan basa kuat yang
menghasilkan garamnya dan gliserol.

2. Emulsi minyak dalam air

Emulsi yang terdiri dari dua fasa dimana fasa minyak lebih sedikit volumenya dari pada fasa air
atau bisa juga dikatakan air sebagai zat pembawanya.

 Teori

Definisi Krim

1. Menurut FI III

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi, mengandung tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar.

2. Menurut FI IV

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung 1 atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

Penggolongan Cream

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam–asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui
vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan krim tipe air dalam minyak
(A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan
cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin,
natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium
lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.

Kestabilan krim akan terganggu/ rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara
berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain

Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan
dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1
bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar
0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%.
Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk, penandaan
pada etiket harus juga tertera “obat luar”

Cara Pembuatan Krim

Bagian lemak dilebur diatas penangas air, kemudian ditambahkan bagian airnya dengan zat
pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.

Kelebihan dan Kekurangan Krim

Adapun kelebihan dari sediaan krim yaitu:

1. Mudah menyebar rata.


2. Praktis.
3. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A(minyak dalam air).
4. Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
5. Tidak lengket, terutama pada tipe M/A(minyak dalam air).
6. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun,
sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
7. Aman digunakan dewasa maupun anak–anak.
8. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M(air dalam minyak).
9. Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada
fase A/M(air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup tinggi.
10. Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant.
11. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit
berminyak.

Adapun kekurangan dari sediaan krim yaitu:

1. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak)
karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan
perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau
pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
2. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harusdalam keadaan panas.
3. Mudah lengket, terutama tipe A/M(air dalam minyak).
4. Mudahpecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
5. Pembuatannya harus secara aseptik

Bahan-bahan Penyusun Krim

Formula dasar krim, antara lain:

1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak,
cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3,
Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil
alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:

 Zat berkhasiat
 Minyak
 Air
 Pengemulsi
 Bahan Pengemulsi

Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim
yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak
bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG.
Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk
meningkatkan stabilitas sediaan.
 Bahan Pengawet

Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben
(nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan,
untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Lachman,
1994).

METODE PEMBUATAN KRIM

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen
yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas
air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang
larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan
berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara
konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari
lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-
menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan
leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase
lemak dengan fase cair (Munson, 1991).

STABILITAS SEDIAAN KRIM

Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan oleh
perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara berlebihan
atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok. Krim yang sudah
diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan (Anief, 1994).

Data Preformulasi :

1. Zat aktif

Mometasone furoate (Obat Obat penting hal )

Pemerian =Serbuk, hablur putih

Kelarutan = Mometasone furoate adalah putih bubuk praktis tidak larut dalam air,
sedikit larut dalam oktanol, dan cukup larut dalam etil alkohol.

Stabilitas =

Dosis = 0,1%

Khasiat = meredakan inflamasi dan pruritus terhadap dermatosis yang responsif


kortikosteroid
Indikasi = darmatosis

Efek Samping = rasa terbakar, kulit kasar kering iritasi, gatal, erupsi yang menyerupai
akne

Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

3. Bahan Tambahan

 Acid Stearic (FI III hal. 57)

Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, atau kuning pucat,
mirip lemak lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-20%.

 Triaethanolamin (FI IV hal.1203)

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berbau kuat amoniak.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter dan dengan
air dingin.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Surfaktan, emulgator. Kadar 2-4%.

 Adeps Lanae (FI IV hal. 57-58)

Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x beratnya,
agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan
kloroform.

Khasiat : Basis krim.

 Paraffin Liquidum (FI III hal. 474)


Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P
dan dalam eter P.

Khasiat : Penggunaan laksativum.

 Nipagin/ Methylis Parabenum (FI IV hal. 551)

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau
khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.

Kelarutan :Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Preservatif atau pengawet. Kadar 0,12-0,18%

Bahan:

1. Mometasone Furoate
2. Acid stearic
3. Adeps lanae
4. Paraffin liquid
5. TEA (Trieathanolamin)
6. Methylis parabenum (Nipagin)

1. FORMULA :

R/ Mometasone cream 10 gram

SUE

Teori pendukung (FMS hal 111)

Acid stearic 145


Adeps lanae 30

Paraffin liquid 250

TEA (Trieathanolamin) 15

Aqua destilata 550

Methylis parabenum (Nipagin) qs

Mf. Cream

1. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN

Ø Perhitungan

1. Zat aktif : Mometasone furoate:

Tiap gram mengandung 1 mg Mometasone

10 gram = 10 mg x 10 sediaan = 100 mg

2. Basis cream :

100% – 0,1% = 99,9% x 100 gram = 99,9 gram

Acid stearic = x 999 = 14,63

Trieathanolamin= x 999 = 1,51

Adeps lanae = x 999 = 3,02

Paraffin liquid = x 999 = 25,2

Aqua dest = x 999 = 55,5

Nipagin = x 10 = 0,01 gram x 10 = 0,01 gram

1. ALAT DAN BAHAN

 Alat :
1. Alat pencampur
2. Batang pengaduk
3. Beaker glass
4. Heater
5. Kompor
6. Pot plastik
7. Timbangan
8. Water bath
 Bahan :

1. Mometasone furoate
2. Asam stearat
3. Adeps lanae
4. Paraffin liquid
5. TEA
6. Aquadest
7. Nipagin

 Prosedur Pembuatan

1. Siapkan alat dan bahan


2. Setarakan timbangan.
3. Ditimbang TEA dilarutkan dengan air panas didalam beaker glass, aduk ad homogen.
4. Ditimbang nipagin dilarutkan dalam air mendidih.
5. Diambil acid stearat, Adeps lanae, paraffin dimasukkan kedalam cawan penguap yang
telah dilapisi kain kasa. Dileburkan diatas penangas air. Setelah melebur diserkai dan
dipindahkan ke mortir hangat.
6. Dicampur n0. 3, 4 kedalam no. 5, aduk ad homogen dalam mortir hangat.
7. Ditambahkan sisa air, aduk ad homogen.
8. Dimasukkan dalam wadah, beri etiket biru.

EVALUASI MUTU SEDIAAN Cream


Agar system pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan kebijaksanaan
dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan pemeriksaan semata-
mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia pelaksanaan harus berpegang teguh pada
standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard an spesifikasi yang telah ada
(Lachman, 1994).

1. Organoleptis

Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian,
konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan
menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung prosentase masing- masing
kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.

2. Evaluasi pH

Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di
gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap,
dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.

3. Evaluasi daya sebar

Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian
atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2
menit. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan
berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).

4. Evaluasi penentuan ukuran droplet

Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara
menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya
tetesan – tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.

5. Uji aseptabilitas sediaan.

Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria ,
kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian
dari data tersebut di buat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak
lembut, lembut, sangat lembut (Wade, 1994).

1. Pengemasan

Jenis wadah : tube

Ukuran : 10 gram
Catatan :–
Pembahasan
Pada praktikum kali kami melakukan percobaan pembuatan krim Mofacort dan melakukan
evaluasinya.

Untuk pembuatan Sediaan krim, sebelumnya praktikan melalukan identifikasi bahan-bahan yang
tersedia dalam laboratorium yang dapat dijadikan sediaan krim.

Dalam praktik, kami melakukan pembuatan sediaan krim berdasarkan formula yang telah kami
buat sebelumnya.Untuk membuat formula tersebut langkah pertama yang kami lakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan, alat yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan krim ini adalah
becker glass, batang pengaduk, spatula logam, mortir dan stamper, kaca arloji, cawan porselen,
neraca, alat evaluasi sediaan.

Sedangakan bahan yang dipergunakan adalah mometasone, nipagin, aquadest, asam stearat,
triethanolamin, lemak bulu domba, parafin cair, dan aquadest .

Setelah alat dan bahan siap, langkah kedua adalah menimbang bahan sesuai dengan perhitungan
yang ada

Langkah ketiga, setelah penimbangan bahan adalah praktikan membuat basis krim terlebih
dahulu, pembuatan basis dengan cara melebur dengan cawan porselen bahan–bahan seperti asam
stearat, trietanolamin, lemak bulu domba, parafin cair, dan sebagian aquades diatas water bath.
Aduk ad leleh dan homogen.

Kemudian langkah keempat adalah memulai pembuatan krim mofacort, bahan pertama yang
dicampur adalah mometasone ditambah dengan nipagin dilarutkan dengan sebagian aquades
(sisa dari basis krim) dalam mortir, aduk ad larut dan homogen, setelah itu tambahkan basis
krim yang telah jadi kedalam campuran tersebut kedalam mortir aduk ad larut dan homogen.
Tempatkan pada wadah yang sesuai menjadi 2 sediaan krim. Dimana sediaan yang satunya untuk
proses evaluasi.

Langkah kelima, adalah evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah evaluasi
organoleptis, homogenitas, daya lekat, proteksi dan daya sebar.

Evaluasi pertama adalah uji organoleptis, evalusi yang dilakukan dengan cara mengamati sediaan
sirup tersebut dengan dilihat bentuk, warna, dan bau dari sediaan krim kloramfenikol yang dibuat
tersebut. Evaluasi ini dilakukan agar mengetahui sediaan yang dibuat sesuai dengan standar
krim yang ada, dalam arti sediaan krim tersebut stabil dan tidak menyimpang dari standar krim.

Evaluasi kedua yaitu uji homogenitas. Uji ini dilakukan dengan tujuan agar mengetahui sediaan
yang dibuat homogen atau tidak, karena sediaan krim yang baik harus homogen dan bebas dari
pertikel- partikel yang masih mengumpal. Cara kerja pada uji ini yaitu dengan mengoleskan
sedikit sediaan krim di objek glass dan amati adakah partikel yang masih menggumpal atau tidak
tercampur sempurna. Jika tidak berarti larutan dikatakan homogen.
Evaluasi ketiga adalah uji daya lekat. Uji ini dilakukan untuk mengetahui lamanya daya lekat
sediaan krtim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat yang bernama alat uji daya lekat. Cara kerja
untuk melakukan uji ini adalah timbang 0,5 gram sediaan krim yang telah dibuat, olehkan pada
objek glass dan tutup dengan penutup objek glass pada alat daya lekat tersebut. Kemudian
ditambah beban 500 g, biarkan selama 1 menit. Setalah 1 menit turunkan beban dan tarik pada
alat daya lekat tersebut dan cacat lamanya waktu penurup objek glas terlepas.

Evaluasi keempat adalah uji proteksi . Uji ini dilakukan yang pada prinsipnya untuk
mengetahui sediaan krim tersebut memberika proteksi atau tidak. Cara kerja untuk uji ini adalah
dengan membuat kertas dari kertas saring 10 cm x 10 cm kemudian dibasahi dengan indikator pp
dan dikeringkan kemudian dioleskan dengan sediaan krim yang telah dibuat. Selanjutnya
membuat areal dengan kertas saring ukuran 2,5 cm x 2,5 cm dan ditetesi dengan parafin cair
dan kemudian dikeringkan. Setelah itu letakkan kertas tersebut dikertas pertama yang lebih besar
dan tetesi dengan KOH, amati terjadi warna merahkah pada areal tersebut, pada selang waktu
15”, 30”, 45”, 60”, 3’,dan 5’. Kemudian lakukan replikasi. Tujuan dari replikasi ini adalah untuk
memperoleh data yang akurat dan tepat.

Evaluasi kelima adalah uji daya sebar. Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya sebar yang dapat
ditempuh sediaan krim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat ekstensometer, cara kerja yang
dilakukan adalah dengan menimbang 0,5 g kemudian diletakkan ditengah alat dan
sebelumnya timbang tutup eksentensometer yang akan digunakan. Setelah itu letakkan penutup
kaca tersebut ditengah massa dan catat diameter sediaan yang menyebar dengan mengambil
panjang rata-rata diameter. Kemudian tambahkan dengan beban 50 g diamkan 1 menit dan catat
diameter sediaan yang menyebar. Lalu tambahkan lagi dengan 50 g, biarkan 1 menit dan catat
diameternya seperti sebelumnya.

Berdasarakan masing – masing uji diperoleh hasil sebagai berikut :

Uji organoleptis sediaan krim mometasone yaitu bentuknya setengah padat, bau :stela, warna :
putih.

Uji homogenitas, hasil yang diperoleh adalah krim mometasone yang dibuat adalah homogen,
tidak terdapat partikel yang mengumpal.

Uji daya lekat dengan 3 kali replikasi pengujian yang diperoleh hasil dengan rata-rata 0,26 detik
untuk daya lekat dari krim mometasone terhadap alat penguji.

Uji daya proteksi pada krim mometasone dilakukan dengan 3 kali replikasi pengujian pula, untuk
menimimalisir terjadinya kesalahan perolehan data. Yakni pada rentang waktu antara 15 detik
hingga 5 menit krim mometasone menimbulkan noda merah pada kertas saring yang
menandakan bahwa krim mometasone ini tidak mampu memberikan daya proteksi terhadap
suatu cairan.

Uji daya sebar, dengan 3 kali replikasi pengujian yang diperoleh terhadap luas pemukaan krim
mometasone pada alat ekstensometer dengan tanpa beban adalah 8,5 cm2 , beban 50 gram adalah
10,7 cm2, sertapada beban 100 gram adalah 11,7 cm2 .Berarti krim mometasone mampu menyebar
dengan cukup luas dipermukaan kulit jika digunakan.

Uji tipe krim, hasil yang diperoleh adalah sediaan krim yang dibuat bertipe air dalam minyak
(w/o).

Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan krim adalah :

1. Kelarutan

Perhatikan kelarutan dari zat aktif yang akan dipakai dalam pembuatan. Apakah mudah larut,
atau sukar larut.

2. Kestabilan

Perhatikan zat aktif yang digunakan apakah stabil dan dapat digunakan dalam pembuatan
sediaan. Zat aktif yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan adalah zat tersebut tidak
mengalami perubahan fisika ataupun kimia bila dilarutkan dalam pelarut. Karena dalam hal
pembuatan sediaan setengah padat (krim) ada pelarut-pelarut tertentu yang digunakan.

KESIMPULAN

1. Mahasiswa dapat membuat sediaan krim mometasone dengan menggunakan


formula buatan sendiri.
2. Krim adalah sediaan bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
3. Krim mometasone yang dibuat bentuknya setengah padat, bau stella, warna sediaan putih,
krim mometasone tersebut homogen, daya lekatnya adalah o,26 detik , krim mometasone
tidak dapat memberikan proteksi pada suatu cairan, mampu mneyebar hingga
11,7cm2pada permukaan, dan tipe krim mometason tersebut adalah air dalm minyak
(w/o).
4. Dalam pembuatan krim mometasone harus memperhatikan kestabilan dan

kelarutan zat aktif (mometasone).


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.Departemen Kesehatan RI

Anonim.1997.Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan RI

Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada University press.


Anonim.2007.Kapita Selekta Dispensing I.Yogyakarta.fakultas Framsai UGM

Evaluasi Sediaan

Evaluasi Hasil Paraf


1. Warna sediaan
· Warna dilihat secara kasat mata.
2. Kehangatan
· Sediaan dioleskan pada kulit
3. Bau· Diamati dengan cara dicium baunya 4. Homogenitas· Diamati homogenisitas
partikelnya dibawah mikroskop.

Iklan

Bagikan ini:

 Twitter
 Facebook4
 Google

Memuat...

Navigasi pos
< Formulasi Elixir Paracetamol
formulasi injeksi CTM >

Tinggalkan Balasan

Cari untuk:

Tulisan Terakhir
 Nama dan Kegunaan Alkes
 Laporan FisFar Mikromeritik
 formulasi injeksi CTM
 formulasi cream
 Formulasi Elixir Paracetamol

Arsip
 Oktober 2015
 Juni 2015

Kategori
 Tak Berkategori

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai