Anda di halaman 1dari 24

FARMASETIKA SEDIAAN SEMISOLID

STUDI PRAFORMULASI
SEDIAAN EMULGEL NATRIUM
DICLOFENAC

Kelas / Kelompok :
Farmasi C / C-3

Nama Anggota Kelompok :

Nabila Faradila 201810410311130


Meitha Dea Almira 201810410311131
Erinda Hestia Ningrum 201810410311132
Aula Oktadina 201810410311133
Bella Dwi Sundari 201810410311134
Nabila Rahma Yanti 201810410311135
Annisa Berliana Dewi 201810410311137
Kartika Sita Wulandari 201810410311138
Hijriyatul Amaliyah 201810410311139
Nurkhovivah Irianthi 201810410311140
Wanda Firdaus Sita 201810410311141

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTA ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
RANCANGAN FORMULA
Senyawa Aktif Efek/Khasiat Efek Samping

Natrium Diklofenak Diklofenac adalah derivate Sediaan topikal diklofenak,


fenilasetat yang termasuk seperti sebagai plester dan
NSAID, yang digunakan gel, dapat menyebabkan
Nama Kimia : Natrium[o-
terutama sebagai garam reaksi saat diaplikasikan.
(2,6-dikloroanilino)fenil] natrium untuk bantuan nyeri
asetat(FI VI 417) dan peradangan dalam
berbagai kondisi: gangguan
Sinonim : Diclofenac muskuloskeletal dan sendi
Sodium (FI VI hal. 417) seperti rheumatoid arthritis,
osteoartritis, dan ankylosing
Struktur Molekul : spondylitis; peri-artikular
gangguan seperti bursitis dan
tendinitis; gangguan jaringan
lunak atau keseleo.

(Martindale ed 38th p.48) (Martindale ed 38th p.49)


Berat Molekul : 152,15

Organoleptis :
- Warna : Serbuk hablur
putih hingga hampir putih
- Bau : -
- Rasa : -

(FI VI hal. 417)

Karakteristik Fisika Karakteristik Kimia Keterangan Khusus


Diklofenak Natrium
Kelarutan: BM : 318,13 g/mol mengandung tidak kurang
Mudah larut dalam metanol; (FI VI hal. 417) dari 99,0% dan tidak lebih
larut dalam etanol; agak dari 101,0%
sukar larut dalam air; praktis Bersifat higroskopis C14H10Cl2NnaO2, dihitung
tidak larut dalam kloroform (Martindale ed 38th p.48) terhadap zat kering.
dan dalam eter.
pH : 7,00 – 8,5 (FI VI hal. 417)

(FI VI hal. 417) Penyimpanan : dalam wadah


kedap udara, terlindung dari
cahaya.

(Martindale ed 38th p.48)

2
 Bahan Aktif Terpilih
Natrium diklofenak termasuk NSAID yang terkuat daya antiradangnya
tetapi dengan efek samping yang lebih lemah dibandingkan dengan obat
lainnya. Sering kali digunakan untuk berbagai jenis nyeri, juga pada migrain
dan encok. Penggunaan diklofenak sebagai obat luar misalnya dalam bentuk
gel pada osteoartritis lutut dan tangan, ternyata sama efektifnya dengan
penggunaan per oral. Terutama bagi lansia dengan risiko efek buruk bagi
lambung (perdarahan lambung), penggunaan topikal lebih aman dibanding
penggunaan secara sistemik. (Obat-Obat Penting edisi 7 halaman 340)

 Pesyaratan Umum Sediaan


 Definisi Emulgel
Emulgel merupakan gel dengan cairan berbentuk emulsi, biasanya
untuk menghantarkan minyak yang merupakan zat aktif dalam sediaan
tersebut, dengan mengurangi kesan berminyak dalam aplikasinya. (Ansel,
C.1989)
Emulgel adalah emulsi tipe miyak dalam air (o/w) atau air dalam
minyak (w/o), yan dicampur dengan basisi gel. Emulsi dapat digunakan
sebagai pembawa obat hidrofobik (Anwar, dkk, 2014)

 Keuntungan Sediaan Emulgel


1. Dari segi emulsi dapat meningkatkan penetrasi obat, dan gel dapat
meningkatkan masa tinggal sediaan di permukaan kulit. (Ansel,
C.1989)
2. Gel punya kelebihan berupa kandungan air yang cukup tinggi sehingga
memberikan kelembapan yang bersifat mendinginkan dan memberikan
rasa nyaman pada kulit (Misui, 1997). Sedangkan emulsi mempunyai
keuntungan dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur
menjadi dapat bersatu membentuk sediaan yang homogen dan stabil
(Magdy, 2004)
3. Pada sistem emulsi terdpata fase minyak yang berfungsi sebagai
emolien atau occlusive yang akan mencegah penguapan sehingga
kandungan air di dalam kulit dapat dipertahankan. peningkatan
oklusivitas dari fase minyak pada sistem emulsi akan meningkatkan
hidrasi pada stratum corneum dan hal ini berhubungan dengan
berkurangnya hambatan difusi bagi zat terlarut (Blok, 1996)

 Kekurangan Sediaan Emulgel


Emulgel mikroemulsi lebih sulit pembuatannya karena konsentrasi surfaktan
dan co-surfatan yang tinggi menyebabkan air sulit berpenetrasi.

3
 Spesifikasi Sediaan

Sediaan Emulgel No. 02

Departemen Seksi Berlaku

PT. NEOCITY Pengembang … Maret 2021

Produk

Disusun Oleh Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh:

Superviso Manajer Pusat Manager

Tanggal 23 Maret 2021 Tanggal 23 Maret 2021 Tanggal 23 Maret 2021

Bentuk Sediaan Emulgel

Kadar bahan aktif Natrrium Dikofenak 1%

Pemerian

Bau

Kemasan 200 g

pH

Penyimpanan

Tekstur Lembut dan halus

Kemudahan pengolesan Mudah dioleskan

Daya Sebar Penyebaran Mudah

4
 Skema

Bahan Aktif
Natrium Diklofenak

Sediaan Menghindari Pembuatan Sediaan mudah Sediaan harus


dibuat Terdapat penguapan, Emulgel ditumbuhi akseptabel di kulit
emulgel fase menjaga air terdapat dua mikroba
minyak dalam fase berbeda,
yang sediaan yaitu fase air
mudah Dibutuhkan
dan fase Dibutuhkan
Dibutuhkan teroksidasi emolien
minyak pengawet
basis gel Dibutuhkan
humektan
Dibutuhkan Nipagin, Parafin cair
Dibutuhkan emulgator Nipasol,
HPMC,
antioksidan Propilenglikol Metilparaben
Karbopol,
dan dan
CMC Na
Chelating Propilparaben
Span dan Tween
agent

BHT,
EDTA

 Macam Eksipen

Fungsi Nama Bahan Sifat Fisika Kimia Rentang


Pemakaian

Carbomer Pemerian : serbuk berwarna putih, Gelling agent: 0.5-


'halus', asam, higroskopis dengan 2.0%
(HPE ed. 6 ͭ ͪ sedikit bau khas. Karbomer granular
hal. 110) juga tersedia.

Kelarutan : Dapat mengembang


dalam air dan gliserin dan, setelah

5
netralisasi, dalam etanol (95%).

Stabilitas : bahan higroskopis yang


Gelling Agent
stabil yang dapat dipanaskan pada
suhu di bawah 104°C hingga 2 jam
tanpa mempengaruhi efisiensi
pengentalannya.

BJ = 0,2 g/cmᶟ (serbuk); 0,4 g/cmᶟ


(granul)

HPMC (Rowe Pemerian : Tidak berbau dan


et al., 2009). berasa, berserat atau butiran bubuk
putih atau krem-putih.

Kelarutan : Larut dalam air dingin,


membentuk koloid kental larutan;
praktis tidak larut dalam air panas,
kloroform, etanol (95%), dan eter,
tapi larut dalam campuran etanol
dan diklorometana, campuran
metanol dan diklorometana, dan
campuran air dan alkohol. nilai
tertentu hypromellose yang larut
dalam larutan aseton berair,
campuran diklorometana dan
propan-2-ol, dan pelarut organik
lainnya. Beberapa nilai yang
swellable dalam etanol.

Stabilitas : Larutan HPMC stabil


pada pH 3-11 dan dapat disimpan
dalam wadah tertutup baik, di
tempat sejuk dan kering

Inkompatibilitas : Hypromellose
tidak kompatibel dengan beberapa
agen pengoksidasi. Karena
nonionik, hypromellose tidak akan
kompleks dengan garam logam atau
ion organik untuk membentuk
endapan tidak larut

6
CMC Na Pemerian : Serbuk atau granul Gelling agent: 3.0-
putih sampai krem; higroskopik. 6.0%
(HPE ed. 6 ͭ ͪ
hal. 118) Kelarutan : Mudah terdispersi
FI VI hal. 832) dalam air membentuk larutan
koloidal; tidak larut dalam etanol,
eter dan pelarut organik lain.

Inkompaktibilitas : CMC Na tidak


stabil pada larutan asam dan garam
besi, tidak kompatibel dengan
xanthan gum. Pengendapan terjadi
pada pH <2 dan ketika dicampur
etanol.

BJ = 0.52 g/cmᶟ

Tween 80 Pemerian : Cairan seperti minyak, - pengunaan sendiri


/Polysorbate jernih, berwarna kuning muda pada emulsi m/a: 1-
80 hingga cokelat muda; bau khas 15%
lemah; rasa pahit dan hangat.
(HPE ed. 6 ͭ ͪ -penggunaan
hal. 549) Kelarutan : Sangat mudah larut kombinasi dengan
(FI VI hal. dalam air, larutan tidak berbau dan emulgator hidrofilik
1412) praktis tidak berwarna; larut dalam pada emulsi m/a: 1-
etanol, dalam etil asetat; tidak larut 10%
dalam minyak mineral.

Stabilitas : Polisorbat stabil


terhadap elektrolit dan asam dan
basa lemah

Span 20/ Pemerian : cairan atau padatan - penggunaan


Emulgator Sorbiton Ester berwarna krem hingga kuning sendiri pada emulsi
dengan bau dan rasa yang khas. a/m: 1-15%
(HPE ed. 6 ͭ ͪ
hal. 675) Kelarutan : umumnya larut atau - penggunaan
terdispersi dalam minyak; dapat kombinasi dengan
juga larut dalam sebagian besar emulgator hidrofilik
pelarut organik. Dalam air, pada emulsi m/a: 1-
meskipun tidak larut, umumnya 10%
dapat terdispersi.

7
Stabilitas : Pembentukan sabun
bertahap terjadi dengan asam atau
basa kuat; ester sorbitan stabil
dalam asam atau basa lemah.

Propilenglikol Pemerian : cairan bening, tidak Humektan:


berwarna, kental, praktis tidak
(HPE ed. 6 ͭ ͪ berbau, dengan rasa manis, sedikit
Humektan
hal. 592) tajam yang menyerupai gliserin.

Kelarutan : Dapat larut dengan


aseton, kloroform, etanol (95%),
gliserin, dan air; larut pada 1 dalam
6 bagian eter; tidak larut dengan
minyak mineral ringan atau minyak
tetap, tetapi akan melarutkan
beberapa minyak esensial.

Inkompatibilitas : Propilen glikol


tidak kompatibel dengan reagen
pengoksidasi seperti kalium
permanganat.

BJ = 1,038 g/cmᶟ

BHT Pemerian : sebagai padatan atau Topical: 0,0075-


serbuk kristal putih atau kuning 0,1%
(HPE ed. 6 ͭ ͪ pucat dengan bau fenolik khas
hal. 75) samar.
(FI VI hal.
340) Kelarutan : Praktis tidak larut
dalam air, gliserin, propilen glikol,
larutan alkali hidroksida, dan asam
mineral encer. Larut bebas dalam
Antioksidan aseton, benzena, etanol (95%), eter,
metanol, toluena, minyak tetap, dan
minyak mineral. Lebih mudah larut
dari butylated hydroxyanisole dalam
minyak dan lemak makanan.

Inkompatibilitas : tidak stabil


dengan oksidator kuat yaitu
peroksida dan permanganate yang

8
dapat menyebabkan kebakaran
spontan

BJ = 0,48-0,60 g/cmᶟ

Pelarut Aquadest Pemerian : Cairan jernih, tidak


(FI VI hal. 69) berwarna, tidak berbau.

Pengawet Propil Paraben Pemerian : Serbuk putih atau hablur


(FI VI Hal kecil; tidak berwarna.
1448)
Kelarutan : Sangat sukar larut
dalam air; sukar larut dalam air
mendidih; mudah larut dalam etanol
dan dalam eter.

Inkompatibilitas : Aktivitas
antimikroba dari propylparaben
berkurangsecara signifikan dengan
adanya surfaktan nonionik sebagai
hasil dari miselisasi (HPE 6th Ed
Hal 596)
Metil Paraben Pemerian : Methylparaben terjadi
(HPE edisi 6, sebagai kristal tak berwarna atau
442) kristal putih
bubuk. Ini tidak berbau atau hampir
tidak berbau dan memiliki sedikit
rasa terbakar
rasa.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian


etanol, 3 bagian etanol (95%), 10
bagian eter, 60 bagian gliserin, ,
tidak larut dalam minyak mineral,
20 bagian minyak kacang, 5 bagian
propylenglikol, 400 bagian air
dalam suhu 59 ºC.

Stabilitas : Larutan metilparaben


dalam air pada pH 3-6 dapat
disterilkan dengan
autoclaving pada 120oC selama 20
menit, tanpa dekomposisi.

9
Inkompatibilitas : Aktivitas
antimikroba dari methylparaben dan
paraben lainnya adalah sangat
berkurang dengan adanya surfaktan
nonionik.

10
FORMULA 1
Bahan Fungsi % yang dipakai Untuk 200g
Natrium Diklofenak Bahan aktif 1 2
Tween 80 Surfaktan 7,5 15
Span 80 Surfaktan 1,5 3
Propilen glikol Kosolvent 22,5 45
Hpmc 400 Gelling agent 10 20
Gliserin Humektan 5 10
Nipagin Pengawet 0,1 0,2
Nipasol Pengawet 0,1 0,2
Parafin Cair Emollient 1 2
BHT Antioksidan 0,1 0,2
Aquadest Pelarut ad 100 Ad 200g
EDTA Chelating agent 0,1 0,2

Penimbangan Bahan
1. Na. Diklofenak : 1/100x200 = 2g
2. Tween 80 : 7,5/100x200 = 15g
3. Span : 1,5/100x200 = 3g
4. Propilenglikol : 22,5/100x200 = 45g
5. HPMC 400 : 10/100x200 = 20g
6. Gliserin : 5/100x200 = 10g
7. Nipagin : 0,1/100x200 = 0,2g
8. Nipasol : 0,1/100x200 = 0,2g
9. Parafin Cair : 1/100x200 = 2g
10. BHT : 0,1/100x200 = 0,2g
11. EDTA : 0,1/100x200 = 0,2g
12. Aquadest ad 200g

Cara Pembuatan
1. Timbang semua bahan,
2. Fase minyak emulsi dibuat dengan cara melarutkan span 80, BHT, EDTA, natrium
diklofenak, ke dalam paraffin cair
3. Fase air emulsi dibuat dengan cara tween 80 dilarutkan ke dalam air suling
4. Metil paraben dan propil paraben dilarutkan ke dalam propilenglikol
5. Masukkan campuran no.4 ke dalam fase air
6. Fase minyak dan campuran no.5 dipanaskan secara terpisah
7. Kemudian fase minyak dimasukkan ke dalam campuran no.5 dan diaduk hingga
mencapai suhu ruang
8. Dikembangkan HPMC dengan mendispersikannya di dalam aquadest sebanyak 20
kali beratnya kemudian digerus ad terbentuk massa gel
9. Emulsi dan gel yang telah jadi dicampurkan dengan perbandingan 1:1 hingga
terbentuk sediaan emulgel.

11
FORMULA 2
Bahan Fungsi % yang dipakai Untuk 200g
Natrium Diklofenak Bahan aktif 1 2
Tween 80 Surfaktan 7,5 15
Span 80 Surfaktan 1,5 3
Propilen glikol Kosolvent, Humektan 20 40
Parafin Cair Emollient 5 10
Nipasol Pengawet 0, 01 0, 02
Nipagin Pengawet 0,1 0,2
TEA Alkalizing agent 1,5 3
BHT Antioksidan 0,1 0,2
Karbopol 940 Gelling agent 0,5 1
EDTA Antioksidan 0,1 0,2
Aquadest Pelarut ad 100 ad 200g

Pengambilan Bahan
1. Na. Diklofenak : 1/100x200 = 2g
2. Tween 80 : 7,5/100x200 = 15g
3. Span 80 : 1,5/100x200 = 3g
4. Propilenglikol : 20/100x200 = 40g
5. Parafin Cair : 5/100x200 = 10g
6. Nipasol : 0, 01/100x200 = 0, 02g
7. Nipagin : 0,1/100x200 = 0,2g
8. TEA : 1,5/100x200 = 3g
9. BHT : 0,1/100x200 = 0,2g
10. Karbopol 940 : 0,5/100x200 = 1g
13. EDTA : 0,1/100x200 = 0,2g
11. Aquadest ad 200g

Cara Pembuatan
1. Timbang semua bahan,
2. Fase minyak emulsi dibuat dengan cara melarutkan span 80, BHT, EDTA, natrium
diklofenak, ke dalam paraffin cair
3. Fase air emulsi dibuat dengan cara tween 80 dilarutkan ke dalam air suling
4. Metil paraben dan propil paraben dilarutkan ke dalam propilenglikol
5. Masukkan campuran no.4 ke dalam fase air
6. Fase minyak dan campuran no.5 dipanaskan secara terpisah
7. Kemudian fase minyak dimasukkan ke dalam campuran no.5 dan diaduk hingga
mencapai suhu ruang
8. Gel dibuat dengan karbopol 940, dilarutkan ke dalam air suling dengan pengadukkan
konstan. Ditambahkan TEA 3-4 tetes untuk karbopol 940 dan diaduk ad terbentuk
massa gel
9. Emulsi dan gel yang telah jadi dicampurkan dengan perbandingan 1:1 hingga
terbentuk sediaan emulgel.

12
FORMULA 3
Bahan Fungsi % yang dipakai Untuk 200g
Natrium Diklofenak Bahan aktif 1 2
Tween 80 Surfaktan 7,5 15
Span 80 Surfaktan 1,5 3
Propilen glikol Kosolvent, 25 50
Humektan
Parafin Cair Emollient 5 10
Metil paraben Pengawet 0,1 0,2
Propil paraben Pengawet 0,1 0,2
CMC Na Gelling agent 1,5 3
EDTA Antioksidan 0,1 0,2
BHT Antioksidan 0,1 0,2
Aquadest Pelarut ad 100 74,8

Pengambilan Bahan
1. Na. Diklofenak : 1/100x200 = 2g
2. Tween 80 : 7,5/100x200 = 15g
3. Span 80 : 1,5/100x200 =3
4. Propilenglikol : 25/100x200 = 50g
5. Parafin Cair : 5/100x200 = 10g
6. Metilparaben : 0,1/100x200 = 0,2g
7. Propil Paraben : 0,1/100x200 = 0,2g
8. CMC Na : 1,5/100x200 = 3g
9. EDTA : 0,1/100x200 = 0,2g
10. BHT : 0,1/100x200 = 0,2g
11. Pelarut ad/100x200 = 74,8g

Cara Pembuatan
1. Timbang semua bahan,
2. Fase minyak emulsi dibuat dengan cara melarutkan span 80, BHT, EDTA, natrium
diklofenak, ke dalam paraffin cair
3. Fase air emulsi dibuat dengan cara tween 80 dilarutkan ke dalam air suling
4. Metil paraben dan propil paraben dilarutkan ke dalam propilenglikol
5. Masukkan campuran no.4 ke dalam fase air
6. Fase minyak dan campuran no.5 dipanaskan secara terpisah
7. Kemudian fase minyak dimasukkan ke dalam campuran no.5 dan diaduk hingga
mencapai suhu ruang
8. CMC Na dikembangkan di dalam air hangat sebanyak 3x berat CMC Na
9. Emulsi dan gel yang telah jadi dicampurkan dengan perbandingan 1:1 hingga
terbentuk sediaan emulgel.

13
RANCANGAN EVALUASI

1. Uji Organoleptis Prosedur :


Pengamatan dilakukan dengan mengamatai sediaan secara
visual dari segi warna bentuk, bau, tekstur sediaan
Dilakukan pengamatan dengan panca indra yaitu didapatkan
hasil :
Warna :
Bau :
Tekstur :
2. Uji Homogenitas Persyaratan : Tidak terdapat butiran kasar (Muharmin. 2008)
Alat : Object Glass
Prosedur : Uji homogenitas dilakukan dengan cara
mengoleskan gel pada gelas objek kemudian ditempel dengan
gelas objek lainnya. Dilihat secara visual ada atau tidaknya
butiran kasar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1979).
3. Penetapan PH (FI Persyaratan : pH 4 – 7 (berdasarkan pH kulit)
VIhal. 2066) Alat : pH meter
Prosedur :
a) Menyambungkan pH meter ke listrik
b) Menyalakan alat dengan menekan tombol ON
c) Membilas elektroda dengan aquadest, keringkan dengan
tissue
d) Memasukan elektroda ke larutan yang akan diuji pHnya
e) Mengkalibrasi hasil pH dengan spesifikasi yang tercantum
dalam alat, catat suhunya
f) Membilas elektroda dengan aquadest, keringkan dengan
tissue.
4. Penetapan Alat : viscometer Brookfield
Viskositas Prosedur :
a) Dipasang spindel pada gantungan spindel
(The Theory of b) Diturunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel
Practice Industrial tercelup kedalam cairan yang akan diukur viskositasnya
Pharmacy 3rd Ed. c) Dipasang stop kontak
Page 493-494) d) Dinyalakan motor sambil menekan tombol
e) Dibiarkan spindel berputar dan dilihat jarum merah pada
skala
f) Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk
menghitung viskositas maka angka pembacaan tersebut
dikalikan dengan skala suatu faktor yang dapat dilihat pada

14
tabel yang terdapat pada brosur alat diubah– ubah RPM,
maka didapat viskositas pada beberapa RPM.
5. Uji Daya Sebar Alat : Lempeng kaca
Persyaratan: 5-7 cm
Prosedur :
1. Ditimbang 5 g sediaan
2. Letakkan pasangan lempeng kaca diatas kertas
millimeterblok
3. Oleskan sediaan pada bagian tengah kaca
4. Tutup dengan kaca yang lain, kemudian beri beban
mulaidari yang ringan sampai berat berikan jeda 1 menit
5. Kemudian diukur, diameter pengukuran dilakukan
secaramelintang, membujur
6. Catat hasil diameter yang menyebar
6. Uji Mikrobiologi Prosedur Umum : Pengujian dilakukan pada kondisi aseptik
(FI VI hal. 1815) sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari kontaminasi
mikroba dari luar produk, tetapi tidak mempengaruhi mikroba
yang diuji.
Metode : Pengujian dilakukan dengan metode Penyaringan
Membran atau salah satu Metode Angka Lempeng yang
sesuai. Metode lain adalah Angka Paling Mungkin (APM)
yang umum digunakan untuk produk dengan tingkat
kontaminasi rendah. Ditentukan dengan beberapa factor jenis
produk yang diuji. Syarat yang ditentukan dan ukuran sampel
yang memadai untuk memperkirakan kesesuaian secara
spesifik metode yang
harus ditetapkan.
7. Uji Tipe Emulsi Uji Menentukan Tipe Emulsi
Dilakukan dengan menggunakan uji kelarutan warna
menggunakan methylen blue. Dengan cara emulgel di letakkan
di atas kaca objek lalu di tetesi methylen blue lalu di amati
menggunakan mikroskop.
(Nurdianti, 2018)

15
8. Uji Aseptabilitas Alat : Kuisioner
Prosedur :
 Lakukan pada 10 orang subjek terkait sediaan
 Lakukan penilaian pada sediaan oleh subjek
denganparameter kriteria berikut :
NO KRITERIA PENILAIAN
1 2 3 4
1 Kelembutan
2 Aroma
3 Tekstur
4 Kelengketan
5 Sensasi
6 Kemudahan
dicuci dengan air
7 Kemudahan di
oleskan
Keterangan :
1. Baik
2. Cukup baik
3. Baik
4. Sangat Baik

16
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1996). Penggolongan Obat berdasarkan Khasiat dan


Penggunaannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Anonim,2020 Farmakope Indonesia Edisi VI, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Seetman, S et al 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical,press
London.
Handbook Pharmaceutical Excipient Edition 6th
The Theory of Practice IndustrialPharmacy 3rd Ed

17
18
19
20
dndjjddjdjdsdd

21
22
23
24

Anda mungkin juga menyukai