Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

SEORANG PRIA 45 TAHUN DENGAN BENJOLAN DI REGIO LATERAL


LIDAH DEKSTRA

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior Ilmu Penyakit Gigi dan
Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Pembimbing:

drg. Indah Lestari Vidyahayati

Disusun oleh:

Ricky Renardi 22010115210100

Putu Ayu Wulansari 22010115210003

Hanik Luthfiya 22010115210082

Julita Ashrifah 22010115210054

Masayu Prakasita 22010115210130

ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus : Seorang Pria 45 Tahun dengan Benjolan di Regio Lateral
Lidah Dekstra

Pembimbing : drg. Indah Lestari Vidyahayati

Semarang, 17 Desember 2015

Pembimbing,

drg. Indah Lestari Vidyahayati


BAB I

PENDAHULUAN

Sebanyak 3% dari seluruh kasus lesi intra oral yang dilakukan biopsi, hasil
yang banyak ditemukan adalah adanya suatu proliferasi epitel papiler. 1 Proliferasi
ini bermanifestasi sebagai suatu massa di intra oral, baik yang bersifat jinak
maupun ganas. Papilloma merupakan massa jinak pada mukosa, yang diduga kuat
disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang lapisan epitel, khususnya Human
Papilloma Virus (HPV).2,3 Meskipun demikian, dalam suatu studi yang dipaparkan
Marx dan Diane, keberadaan HPV itu sendiri dapat hanya bersifat insidental dan
relatif tidak ada hubungannya terhadap kejadian papilloma. 2 Penyebab lain
proliferasi epitel ini dapat berupa suatu kondisi idiopatik maupun tanda
keganasan. Para ahli patologi harus sangat jeli melihat perbedaan histologis sifat-
sifat jaringan ini karena sering pada prakteknya papilloma menimbulkan
kekhawatiran karena manifestasi klinisnya yang menyerupai suatu karsinoma.
Selain di intra oral, papilloma juga dapat tumbuh di tempat-tempat seperti
konjungtiva, regio nasal dan paranasal, laring, dan lain-lain. Namun, dari beberapa
tipe papilloma, papilloma yang timbul di intra oral dan di orofaring hampir sudah
dapat dipastikan merupakan tipe squamous papilloma.1

Human Papilloma Virus (HPV) adalah suatu virus DNA dari famili
Papilomaviridae, berukuran kecil dengan diameter 55nm dan tidak berkapsul.
Virus ini merupakan salah satu infeksi yang paling umum terjadi lewat transmisi
seksual. HPV memiliki sifat tropisme terhadap jaringan epitel dan mukosa, di
mana infeksinya dapat ditemukan di berbagai tempat seperti traktus genital dan
anal, uretra, saluran nafas bagian atas, mukosa trakea dan bronkus, area nasal dan
paranasal, serta di intra oral. Lebih dari 100 genotip HPV telah teridentifikasi dan
di antaranya terdapat 24 genotip yang terkait dengan lesi intra oral. Adanya HPV
di mukosa oral didapatkan pada 1 – 43% populasi dunia. 4,5 Terai pada tahun 1999
meneliti keberadaan HPV 18 di intra oral dan menemukan bahwa ternyata
membran mukosa dapat menjadi tempat atau reservoir virus tersebut dan
kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol dapat menginduksi atau bahkan
mempercepat timbulnya lesi intra oral.1,6 Lesi intra oral yang dimaksud yaitu: oral
squamous papilloma (OSP), condyloma acuminatum (CA), dan focal epithelial
hyperplasy (FEH) merupakan tiga kondisi patologis tersering yang ditemukan
berkaitan dengan HPV. Selain itu, HPV juga ditemukan berkaitan dengan kejadian
lichen planus (LP), pemphigus vulgaris (PV), squamous cell carcinoma (SCC),
dan verrucose carcinoma (VC). Saat ini, manifestasi intra oral infeksi HPV
ditemukan sangat tinggi insidensinya pada pasien dengan HIV/AIDS.4,5,7

Oral squamous papilloma menempati peringkat empat massa mukosa oral


tersering dan dapat ditemukan pada setidaknya 4 dari 1000 orang dewasa di
Amerika Serikat. Tiga hingga empat persen dari seluruh hasil biopsi lesi intra oral
menunjukkan hasil papilloma jenis ini. Keadaan ini pertama kali dilaporkan oleh
Tomes pada tahun 1848 sebagai “gingival wart” atau “kutil pada gusi” dan
merupakan suatu hiperplasia epitel, bersifat jinak dan terlokalisir. 1 Insidensi oral
squamous papilloma dapat terjadi pada seluruh kelompok usia, namun umumnya
pada dewasa berusia 30 – 50 tahun. Predileksi tempat sering timbulnya papilloma
ini yaitu pada lidah, palatum, maupun uvula. OSP bermanifestasi sebagai lesi
tunggal, kecil dengan ukuran kurang dari 1cm, pertumbuhan eksofitik dengan
dasar lesi yang lebar atau berupa tangkai. Tidak seperti infeksi HPV di tempat
lainnya, oral squamous papilloma memiliki tingkat virulensi yang sangat rendah
sehingga bersifat tidak menular dan subtipe virus penyebabnya (HPV 6, HPV 11)
juga termasuk yang tidak menyebabkan proses keganasan atau mengarah
prekanker.2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumor Lidah

Tumor pada rongga mulut dapat terjadi pada lapisan epidermis mukosa
mulut, otot, tulang rahang, kelenjar ludah, maupun pada kelenjar getah bening.
Ada dua macam tumor pada rongga mulut yaitu tumor jinak dan tumor ganas.
Tumor jinak memiliki ciri-ciri berbentuk bundar atau lonjong, pertumbuhannya
terbatas atau lambat, memiliki simpai atau kapsul, tidak menyebabkan kematian
secara langsung, serta tidak memiliki anak sebar. Sedangkan tumor ganas
memiliki ciri-ciri tidak mempunyai bentuk yang jelas, pertumbuhannya cepat dan
tidak terbatas hingga melewati batas anatominya, tidak memiliki simpai, serta
memiliki anak sebar (metastasis).8

Tumor pada lidah adalah salah satu jenis tumor pada rongga mulut yang
penyebab pastinya belum diketahui namun faktor genetik, oral hygine yang buruk
serta riwayat mengonsumsi nikotin dapat menjadi faktor pemicu terjadinya tumor
tersebut. Tumor lidah adalah suatu benjolan akibat perkembangan abnormal dari
sel-sel skuamus lidah yang tumbuh dan membelah secara tidak terkendali hingga
membentuk massa abnormal. Tumor ini bersifat lokal dan tidak menyebar hingga
bagian tubuh lain. Beberapa jenis tumor pada lidah antara lain papiloma, fibroma,
kondiloma akuminata, epitel fokal hiperplasia, dan verruciform xanthoma.9

2.2 Papiloma

2.2.1 Definisi

Papiloma adalah suatu lesi jinak pada mulut, biasanya terjadi karena
proliferasi abnormal dari sel epitel skuamus simpleks mulut. Bentuk dari
papiloma pada umumnya berbentuk bulat atau dapat juga ditemui menyerupai
bunga kol disertai dengan tangkai.10 Lesi tersebut dapat berwarna putih atau
normal seperti jaringan sekitarnya dengan ukuran kurang dari 1 cm. Lokasi lesi
tersering pada kasus papiloma adalah di lidah dan jaringan lunak pada palatum,
namun permukaan manapun pada bagian mulut juga memungkinkan terjadinya
lesi tersebut.11

2.2.2 Etiologi

Etiologi terjadinya papiloma antara lain akibat adanya infeksi dari Human
Papilloma Virus (HPV) tipe 6 dan 11.12 HPV adalah salah satu anggota dari
papovavirus. HPV termasuk DNA virus yang memiliki single molecule dari DNA
rantai ganda. Replikasi pada HPV terjadi di dalam nukleus sel epitel karena
adanya stimulasi dari sintesis DNA dari host tersebut.13

2.2.3 Patofisiologi
Hubungan Human Papilloma Virus (HPV) dianggap sebagai pathogenesis,
terutama HPV 6 dan 11, tetapi literatur terbaru menunjukkan bahwa kehadiran
HPV merupakan temuan insidental dan tidak berhubungan dengan pengembangan
papilloma skuamosa.3,14 Replikasi virus dapat melukai dan mengakibatkan
munculnya kerut dari koilocyte.15 HPV ditularkan melalui kontak langsung antara
virus dan mukosa yang terluka.16 Cara utama penularan HPV pada anak-anak
adalah menelan partikel virus dari sel yang terinfeksi pada jalan lahir, sedangkan
pada orang dewasa HPV terutama ditularkan melalui hubungan seksual. 2 HPV
memiliki infektivitas sangat rendah. Virus ini juga dapat menyebar dengan
autoinokulasi (transfer dari satu situs ke situs lain pada orang yang sama).16
2.2.4 Manifestasi Klinis
Papiloma skuamosa oral dapat ditemukan pada bagian bibir dan mukosa
intraoral, dengan predileksi lidah, palatum dan uvula. 2,17 Lesi umumnya berukuran
kurang dari 1 cm. Lesi umumnya asimtomatik. 17 Papiloma skuamosa dibagi
menjadi dua jenis: isolated-soliter dan multiple-reccuring. Isolated-soliter
biasanya ditemukan di rongga mulut orang dewasa, sedangkan yang kedua
sebagian besar ditemukan di laringotrakeobronkial anak. Lesi isolated soliter
exophytic, bertangkai yang menyerupai kembang kol. Biasanya putih, tapi
kadang-kadang bisa menjadi merah muda. HPV lebih sering terjadi pada pasien
imunosupresi.16 Pasien yang positif HIV biasanya memiliki beberapa lesi oral.
Transformasi maligna dari papilloma lebih sering terjadi pada jenis multiple
rekuren.2 Kasus lain melaporkan dimana lesi papiloma skuamosa terjadi secara
bersamaan di rongga mulut dan daerah genital.7
2.2.5 Histopatologi
Terdapat banyak gambaran seperti jari yang panjang dan tipis di sepanjang
permukaan mukosa. Masing-masing gambaran yang menyerupai jari tersebut
dibatasi oleh epitel skuamus kompleks dan berisi jaringan ikat.3 Pola pematangan
sel normal dan terdapat gambaran hiperkeratosis pada epitel. Sel spinosa
berproliferasi menjadi bentuk papiler. Dapat terlihat gambaran sel koilosit-HPV.
Diatas sel epitel terdapat gambaran nukleus piknotik dan telah mengalami krenasi,
kadang dikelilingi oleh bagian yang edema atau zona optically-clear, yang
kemudian disebut sebagai sel koilositik, sel ini merupakan manifestasi akibat
terjadinya vakuolisasi sitoplasma perinuklear dari lapisan basal epitel. Sel ini
diperkirakan merupakan indikasi dari virally-altered state. Ditemukan juga sel-sel
inflamasi kronik. Hiperkeratosis 82% dan 72% parakeratosis. Hiperplasia basiler,
parabasiler, lapisan sel bergranuler, keratinisasi dan mitosis abnormal. Displasia:
atipikal dan kelainan maturasi.18

Gambar 1. Papiloma pada lidah

Gambar 2. Histopatologi papilloma skuamosa oral, dengan fingerlike papiler


(tanda bintang, 40x, pewarnaan HE).10
Gambar 3. Histopatologi papiloma skuamosa oral dengan sel-koilocyte (panah)
dan hiperkeratosis (asterisk, 200x, pewarnaan HE).10

Gambar 4. Histopatologi dari papiloma skuamosa oral dengan hiperplasia basilar


(panah, 200x, pewarnaan HE).10

2.2.6 Diagnosis Banding


Gambar 5. Diagnosis banding lesi mukosa oral
Diagnosis banding dari papilloma skuamous oral tipe soliter adalah
xanthoma verusiform, hiperplasia papiler dan kondiloma akuminata. Lesi
xanthoma verusiform menyerupai papilloma skuamous oral, walaupun lesi ini
mempunyai predileksi yang berbeda pada ginggiva dan rigi tulang alveolar.
Hubungan sebab akibat seperti contohnya leai yang muncul di bawah pemasangan
gigi palsu yang tidak tepat merupakan faktor resiko terjadinya inflamasi
hiperplasia papiler. Sedangkan kondiloma akuminata berukuran lebih besar
daripada papiloma skuamous oral, mempunyai batas yang lebih luas dan berwarna
merah muda hingga merah sebagai akibat dari keratinisasi yang lebih sedikit.
Sedangkan papilloma skuamous oral tipe kluster atau multiple mempunyai bentuk
menyerupai fokal hiperplasia epitel.19
2.2.7 Terapi & Prognosis
Sebagian besar angka kejadian oral squamous papilloma disebabkan karena
infeksi HPV. Rute transmisi virus ini tidak diketahui untuk lesi oral, walaupun
kontak langsung diperkirakan sebagai penyebab utama pada sebagian besar kasus.
Terapi utama yang dapat diberikan pada pasien dengan papilloma adalah eksisi
rutin atau ablasi laser. Terapi modalitas lain termasuk elektrokauter, cryosurgery
dan injeksi intralesi interferon. Sedangkan untuk dokter umum, sesuai
kompetensinya dokter umum dapat melakukan biopsi untuk kemudian di
konsulkan untuk pemeriksaan histologi patologi anatomi di laboratorium maupun
dirujuk ke dokter Spesialis Bedah Mulut. Prognosis baik, rekurensi jarang
ditemukan kecuali untuk lesi pada pasien dengan infeksi HIV.10
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Bawangan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tgl. Pemeriksaan : 10 Desember 2015
No. CM : C563094

3.2 Data Dasar


A. Subyektif
Autoanamnesis dengan pasien pada 10 Desember 2015 pukul 10.00 WIB
di Poliklinik Rawat Jalan Gigi dan Mulut RSUP Dr. Kariadi Semarang.
 Keluhan utama : Benjolan pada lidah
 Riwayat penyakit sekarang :
Satu bulan yang lalu, pasien mengeluh ada benjolan kecil di lidah kanan
sisi samping yang semakin lama semakin membesar akibat sering tergigit.
Benjolan terasa nyeri apabila bersentuhan dengan gigi. Keluhan lain
seperti demam disangkal. Pasien menggunakan obat sariawan Albothyl
dan Gam namun keluhan dirasa tidak membaik. Satu minggu yang lalu,
pasien berobat ke RS Tugu dan dilakukan penggerindaan pada gigi-gigi
yang tajam dan kemudian dirujuk ke RSDK untuk dilakukan pengambilan
benjolan.
 Riwayat penyakit dahulu :
o Riwayat trauma daerah wajah dan mulut (-)
o Riwayat merokok (+)
o Riwayat mengonsumsi alkohol (-)
o Riwayat alergi obat (-)
o Riwayat diabetes mellitus (-)
o Riwayat hipertensi (-)
o Riwayat penyakit jantung (-)
o Riwayat menderita penyakit keganasan (-)
o Riwayat penyinaran daerah kepala sampai leher (-)
 Riwayat penyakit keluarga
o Riwayat hipertensi (-)
o Riwayat diabetes melitus (-)
o Riwayat menderita penyakit keganasan (-)
o Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti ini (-)
 Riwayat sosial ekonomi
o Pasien seorang pegawai swasta
o Biaya pengobatan JKN Non-PBI
o Kesan sosial ekonomi cukup
 Obat atau terapi yang sedang dijalani: (-)
B. Obyektif
Dilakukan pada 10 Desember 2015 pukul 10.30 WIB di Poliklinik Rawat
Jalan Gigi dan Mulut RSUP Dr. Kariadi Semarang.
a) Status Generalis
o Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : Baik
o Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,5°C
o Gambaran umum lainnya:
Tinggi badan : 171 cm
Berat badan : 82 kg
BMI : 28,02 (kesan gizi lebih)
Hidrasi : Baik
Edema : (-)
Pucat : (-)
b) Pemeriksaan Fisik
o Pemeriksaan Ekstraoral
o Wajah
Inspeksi : Asimetri wajah (-), pembengkakan (-), warna
kemerahan (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)

o Leher
Inspeksi : Pembesaran kelenjar limfe submandibula dekstra
sinistra (-), pembesaran kelenjar limfe submental (-),
pembesaran kelenjar limfe sublingual (-)
Palpasi : nyeri (-)
o Pemeriksaan Intraoral
Mukosa pipi kiri : Edema (-/-), hiperemis (-/-)
Mukosa pipi kanan : Edema (-/-), hiperemis (-/-)
Mukosa palatum : Edema (-/-), hiperemis (-/-)
Mukosa dasar mulut/ lidah : Edema (-/-), hiperemis (-/-)
Mukosa pharynx : Edema (-/-), hiperemis (-/-)
Kelainan periodontal : Tidak ada
Ginggiva RA : Edema (-/-), hiperemis (-/-)
Ginggiva RB : Edema (-/-), hiperemis (-/-)
Karang gigi : Minimal
Oklusi : Tidak ada kelainan
Palatum : Tidak ada kelainan
Supernumery teeth : Tidak ada
Diastema : Tidak ada
Gigi anomali : Tidak ada
c) Status Lokalis
o Pemeriksaan Intraoral (Lidah)
Inspeksi : Benjolan bertangkai pada lateral lidah dekstra.
Ukuran 2x3x5mm. Warna merah muda, permukaan
halus, berbentuk bulat dengan batas tegas
Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak mobile

d) Status Dental
Inspeksi : 18,28 = unerupsi; 11,12,13,14,15,24,25 = abrasi servikal;
35 = karies; 36 = radix; 37,38,46,48 = missing
Sondasi, perkusi, tekanan, palpasi, mobilitas, vitalitas tidak dilakukan
e) Odontogram

Keterangan :
1.8, 2.8 unerupsi
3.7, 3.8, 4.6, 4.8 missing
3.6 radix
3.5 karies
1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, 2.4, 2.5 abrasi servikal

3.3 Pemeriksaan Penunjang


Menunggu hasil konsul bagian Patologi Anatomi
3.4 Diagnosis Keluhan Utama
Tumor regio lateral lidah curiga jinak
3.5 Initial Plan
Dx :S:-
O : - Biopsi benjolan untuk dilanjutkan pemeriksaan histopatologi
Rx : Konsultasi ke spesialis bedah mulut
Mx : Keadaan umum, tanda-tanda vital, komplikasi anestesi dan
pembedahan
Ex :
o Menjelaskan kepada pasien mengenai diagnosis benjolan pada
lidah pasien
o Memberikan edukasi mengenai rencana tindakan yang akan
dilakukan sebagai tatalaksana benjolan pada lidah yang diderita
pasien
BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang pasien berusia 45 tahun datang ke Poliklinik Rawat Jalan RSUP


Dr. Kariadi Semarang dengan keluhan benjolan di bagian lateral lidah. Dari
anamnesis didapatkan bahwa pasien telah memiliki benjolan ini selama satu bulan
terakhir dan baru diperiksakan ke dokter sebab pasien merasa benjolannya
bertambah besar. Benjolan tidak disertai nyeri maupun perdarahan, tidak disertai
keluhan atau gangguan aktivitas makan, minum, maupun berbicara. Pasien juga
tidak mengalami demam maupun merasakan penurunan nafsu makan dan berat
badan. Dalam beberapa minggu terakhir, benjolan dirasakan membesar akibat
sering tergigit dan terasa nyeri apabila terkena gigi. Sehingga pasien datang ke RS
Tugu dan dilakukan penggerindaan gigi-gigi yang tajam kemudian dirujuk ke
RSUP Dr. Kariadi untuk dilakukan pengangkatan massa benjolan. Untuk riwayat
penyakit sebelumnya, hipertensi dan diabetes mellitus disangkal. Namun pasien
memiliki riwayat kebiasaan merokok cukup lama.
Pada pemeriksaan ekstraoral tampak tidak ada kelainan. Tidak ada asimetri
wajah seperti halnya yang biasa dikeluhkan atau terlihat apabila ada benjolan.
Tidak terlihat adanya pembesaran limfonodi di submandibular, submental, dan
sublingual. Pada perabaannya juga tidak terdapat nyeri tekan. Tidak ada tanda-
tanda jejas maupun tanda radang yang terlihat dari pemeriksaan ekstraoral.
Untuk pemeriksaan status lokalis dari yang dikeluhkan yaitu regio lidah,
terlihat adanya benjolan di bagian lateral lidah dekstra. Dari inspeksi terlihat
benjolan berbentuk bulat berukuran relatif kecil yaitu 2x3x5mm dengan batas
tegas. Benjolan memiliki tangkai dengan dasar benjolan yang cukup lebar, warna
benjolan merah muda pucat, permukaan halus. Saat pemeriksaan palpasi, tidak
didapatkan nyeri tekan pada benjolan, tidak berdarah. Konsistensi benjolan kenyal
dan tidak bebas digerakkan (tidak mobile).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan di
poliklinik rawat jalan, maka diagnosis kasus ini mengarah kepada tumor regio
lidah curiga jinak varian papilloma. Papilloma merupakan suatu massa jinak pada
mukosa, yang diduga kuat disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang lapisan
epitel, khususnya Human Papilloma Virus (HPV). Meskipun riwayat transmisi
dan infeksi HPV sebelumnya tidak didapatkan, namun dari manifestasi klinis yang
dikeluhkan pasien dan dari pemeriksaan status lokalis kuat mengarah ke diagnosis
papilloma. Sebagian besar insidensi kasus papilloma intra oral timbul di lidah
dengan rentang usia dewasa, bersifat asimptomatik dan benjolannya terlihat
dengan ciri-ciri: ukuran kurang dari 1cm, berwarna putih atau merah muda,
bertangkai, dengan permukaan halus atau terlihat seperti kembang kol. Untuk
menegakkan diagnosis definitif, tetap dibutuhkan pemeriksaan histopatologi
jaringan benjolan tersebut.
Penatalaksanaan kasus ini dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut
dengan manajemen rujukan. Tindakan yang akan dilakukan yaitu eksisi
(pengangkatan benjolan). Komplikasi dari tindakan ini meliputi komplikasi
anestesi, infeksi akibat tindakan, perdarahan, dan kemungkinan recurrent
tergantung dari jenis papilloma yang diderita pasien. Guna lebih memastikan,
pada saat eksisi, sekaligus dilakukan biopsi untuk dikonsultasikan ke bagian
patologi anatomi. Pasca operasi pengangkatan, pasien diberikan obat amoxicillin
dan kalium diklofenak. Tiga golongan obat utama yang umumnya diresepkan
pasca operasi pembedahan yaitu antibiotik untuk pencegahan infeksi, analgesik,
dan apabila perlu narkotik penghilang rasa sakit derajat berat. Pada prakteknya di
pembedahan minor (bedah mulut), antibiotik spektrum luas yang lazim digunakan
seperti misalnya penisilin, amoxicillin, dan klindamisin. Amoxicillin dan penisilin
merupakan lini pertama pilihan antibiotik, namun amoxicillin lebih banyak
digunakan karena memiliki spektrum bakteri yang lebih luas dan efikasi yang
lebih tinggi. Klindamisin merupakan antibiotik lini kedua dan untuk pasien yang
alergi penisilin. Untuk anti-nyeri hanya diberikan analgesik sesuai derajat nyeri
yang dirasakan. Untuk derajat ringan diberikan parasetamol, asam mefenamat,
atau kalium diklofenak.
BAB V
KESIMPULAN

Pasien didiagnosis tumor regio lateral lidah curiga jinak varian papilloma.
Penatalaksanaan kasus ini dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut
dengan pengangkatan jaringan benjolan atau eksisi biopsi. Untuk diagnosis
definitif ditegakkan setelah keluar hasil pemeriksaan jaringan oleh bagian patologi
anatomi.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1. Squamous Papilloma. C2012 [updated 2012 Aug 1; cited 2015 Dec 15]. Available from:
www.maxillofacialcenter.com

2. Prashant PJ, Prashant VS, Rajiv SD. Squamous Papilloma: Case Report and Review of
Literature. Int J Oral Sci. 2010; 2(4): 222–225.

3. Singh AP, Jain S, Chaitra TR. Oral squamous papilloma: report of a clinical rarity. BMJ
Case Reports published online: 2 January 2013. Doi:10.1136/bcr-2012-007708.
4. Hellena LB, Mauro R, Aluizio A, et al. Recurrent Oral Squamous Papilloma in a HIV
Infected Patient: Case Report. 2014. Available from: http://cdn.intechopen.com/pdfs-
wm/33071.pdf
5. Hellena LB, Mauro R, Aluizio A, et al. Oral HPV Related Diseases: A Review and An
Update. 2014. Available from: http://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/46324.pdf
6. Fabiana V, Fernanda N, Adriana E, et al. Etiologic Factors Associated with Oral Squamous
Cell Carcinoma in Non-Smokers and Non-Alcoholic Drinkers: A Brief Approach. Braz
Dent J. 2012; 23(5): 586-590.
7. Priscilla CR, Mara R, Dennis C, et al. Oral Squamous Papilloma and Condyloma
Acuminatum as Manifestations of Buccal-Genital Infection by Human Papillomavirus.
Indian J Sex Transm Dis. 2009; 30: 40-2.
8. Oswari E. Bedah dan Perawatannya. 4th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2005. p: 232.
9. Waal IV, Snow GB. Chapter 72: Benign Tumors and Tumorlike of Oral Cavity and
Oropharynx.
10. Carneiro TE, Marinho SA, Verli FD, Mesquita ATM, Lima NL, Miranda JL. Oral
Squamous Papilloma: Clinical, Histologic and Immunohistochemical Analyses. 2009.
11. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and Maxillofacial Pathology. 2 nd
ed. Rio de Janeiro: Guanabara Koogan; 2004. p: 304-305.
12. Schwartz RA. Oral Florid Papillomatosis Clinical Presentation [internet]. 2015 [updated
2015 Sep 08; cited 2015 Dec 14]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1081213-clinical#b5
13. Jaju PP, Suvarna PV, Desai RS. Squamous Papilloma: Case Report and Review of
Literature. 2010.
14. Gearhart PA, Randal TC, Buckley RM. Human Papilloma Virus. 2006. Medicine: Instant
Access to the minds of Medicine.
15. Rubin R, Strayer DS. Pathology: Clinicopathologic foundations of medicine. 6 th ed. 2012.
Baltimore: Lippinicott Williams & Wilkins.
16. DeLong L, Burkhart NW. General and Oral Pathology for the Dental Hygienist. 2013.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lipponcott Williams & Wilkins.
17. Vanessa N. New Zealand Dermatological Society "Squamous cell papilloma". New
Zealand Dermatological Society. 2007.
18. Nat Pernick, M.D. Oral cavity Other benign tumors / conditions Squamous papilloma.
2013.
19. Regezi J, Scuibba J, Jordan R (2003). Oral Pathology: Clinical Pathological Correlations.
4th eds. Philadelphia: Saunders, pp143-145.

Anda mungkin juga menyukai