Bagian II2010

Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010
BAGIAN II
SISTEM – SISTEM KHUSUS
I. Hukum Dinamika Newton

  
Telah dikemukakan bahwa, r , v , a, menggambarkan gerak suatu partikel
atau benda. Dalam fisika dasar telah dikenal beberapa jenis gerak yaitu:
(i) Pada gerak lurus beraturan
  
Posisi dinyatakan dalam, r t   r0  v0  t
  
dimana v t   v0 , a t   0
(ii) Pada gerak lurus berubah beraturan
   1    
r t   r0  v0 t  at 2 ; v t   v0  at; a t   konstan
2
(iii) Pada gerak melingkar beraturan dan berubah beraturan
Persamaan gerak di atas, merupakan gerak-gerak yang paling sederhana.

Adapun gerak yang lebih kompleks berbentuk :
   1 1  1 
r t   r0  v0 t  a0 t 2  b0 t 3  c0 t 4  .......
2 3! 4!
   1 1 
v t   v0  a0 t  b0 t 2  c0 t 3  ........
2 3!
   1
a t   a0  b0 t  c0 t 2  .........
2
 
Jika persamaan r t  pada GLBB dibandingkan dengan persamaan r t  yang lebih
 
kompleks disebabkan oleh adanya a t  . Dengan kata lain, percepatan a t  yang
menyebabkan kompleks tidaknya lintasan partikel.
   
Jika a t  = konstan = a 0 , maka b0  c0  .....
maka, persamaan geraknya adalah Gerak Lurus Berubah Beraturan
   
jika a t  = 0 maka a 0 = b0  c0  0
sehingga, persamaan geraknya adalah Gerak Lurus Beraturan
Bagian II. Sistem-sistem Khusus ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika UNM 19

Jadi dengan kata lain, percepatan a t  menggambarkan dinamika dari partikel
yang bersangkutan. Percepatan tersebut sering diungkapkan dalam suatu besaran lain
yang dinamakan Gaya yang didefinisikan di dalam Hukum Newton sebagai berikut :
Hukum I Newton : Setiap partikel akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan
selama benda tersebut tidak mengalami pengaruh luar.
Hukum II Newton : Laju perubahan momentum (perubahan gerak) sebanding
dengan gaya yang bekerja pada partikel tersebut.
Hukum III Newton: Pada setiap aksi selalu ada reaksi yang sama besar
melawannya.
Hukum I Newton merupakan penulisan kembali dari suatu prinsip yang
dikemukakan oleh Galileo yang disebut Prinsip Inersia :
“Jika benda tidak diganggu, maka benda tersebut akan bergerak dengan
kecepatan konstan sepanjang suatu garis lurus jika sebelumnya benda
tersebut bergerak, atau benda itu tetap diam sebelumnya diam”.
Sistem kerangka Inersia : (koordinat yang menempel pada benda yang bergerak

dengan v tetap atau diam, dikatakan sebagai kerangka
koordinat sistem kerangka inersia/ Newtonian (Untuk
kasus relativitas, disebut relativitas Galileo).
Teori relativitas yang berlaku di dalam kerangka koordinat inersia dinamakan teori
relativitas Galileo.
Ternyata Hukum I Newton terkait dengan Hukum II, atau Hukum I Newton
merupakan hal khusus dari Hukum II Newton. Dengan kata lain, bahwa Hukum II
Newton merupakan generalisasi dari Hukum I Newton.
Hukum II Newton  Besaran inersia (besaran yang senantiasa dipertahankan oleh

benda).
A B
besaran inersia
 
Ternyata, a A  k AB  a B (1)
kAB : konstanta yang mengandung besaran inersia dari benda A dan B.
atau,
 
aB  k BA  a A (2)
jika persamaan (1)dibandingkan persamaan (2) maka di dapat :
1
k AB  kAB = Perbandingan besaran inersia
k BA
benda A terhadap besaran inersia B.
karena kAB mengandung besaran inersia benda A dan B, maka ungkapan terakhir
menyimpulkan bahwa :
mA
k AB 
mB
dengan mA : Besaran inersia dari benda A
mB : Besaran inersia dari benda B.
Selanjutnya mA dan mB dinamakan massa inersia benda A dan B. jadi,
   
a A  k AB  aB ; mA  a A  mB AB
 
dv A dv B
atau, m A  mB
dt dt
atau, (jika mA, mB tetap)
 
dPA dPB

dt dt
dimana :
 
PA  m A v A : momentum linier benda A
 
PB  mB v B : momentum linier benda B
 dp  
Hukum II Newton, didefinisikan gaya F  , maka FA   FB
dt
Jika didefinisikan hukum I Newton dalam momentum, maka :


dp
0 ; Karena m = konstan, maka v = konstan
dt
dan geraknya GLB.
Pernyataan di atas berlaku dalam kerangka koordinat inersia.

dp 
Hukum II Newton, hasil generalisasi bahwa : F
dt
Dengan demikian hukum Newton berlaku hanya untuk kerangka inersia saja.
Contoh :
Kerangka 1. F1 = m a1
Kerangka 2. F2 = m a2 = F1
Tinjau suatu benda yang berada di dalam kerangka koordinat O. Hukum II Newton,
 
 d 2r
F  ma  m 2
dt
Menurut kerangka O’ yang bergerak terhadap O dengan posisi setiap saatnya s(t)
terhadap O, hukum Newton yang berlaku :
 
 d 2r '
F '  ma '  m 2
dt
O’    
O r t  jika, r '  r  s

r ' t 

s t 
 
d 2r
O: F m 2
dt
 
d 2r ' d2  
O ': F '  m 2  m 2 r  s 
dt dt
2 
d s d 2s
 m 2 m 2
dt dt
 2 
d s
 F m 2
dt
 
Agar supaya hukum Newton tidak berubah F '  F  maka :
 
d 2s ds
2
 0 atau  konstan. (kecepatan kerangka O’ terhadap O).
dt dt
Jadi agar hukum Newton tetap berlaku, maka kerangka O’ harus bergerak dengan
kecepatan tetap terhadap O (atau O’ harus Inersia).
(1) Teorema energi-momentum

 dp
Hukum II Newton : F 
dt
t2
  
 F dt  P
t1
2  P1 disebut Teorema momentum



F dt disebut dengan impuls I  = perubahan momentum
Untuk sistem tiga dimensi,
F x dt  Px2  Px1
F y dt  Py2  Py1
F z dt  Pz2  Pz1
Persamaan di atas melibatkan (Fx, Px, Fy, Py, Fz, Pz), kalau diubah untuk
penyederhanaan besaran Fisis :
  dp  d   
  dv 2 dv   dv
F v  v  mv v dimana,  v v
dt dt dt dt dt
  
dv  dv 1 dv 2
m v atau v
dt dt 2 dt
 
m dv 2 d  mv 2  1 2
    besaran, mv  T  Energi kinetik
2 dt dt  2  2
  d mv 2 dT
F v  
dt 2 dt
t2
 
 F  v dt  T2  T1
t1

 
r2
atau, T2  T1   F  dr Teorema energi


r1
 
Dalam hal ini F konservatif, maka F dapat dinyatakan sebagai :

F =-V V = disebut energi potensial.
maka,

 V V V 
r2

T2  T1    V dr   dx  dy  dz 

r1  x y z 
V2
  dV
V1
 V2  V1 
sehingga, T2 – T1 = V1 – V2 V2 + T2 = V1 + T1

T2 – T1 = T : Hukum kekekalan energi mekanik (hanya berlaku jika F
konservatif).
(2) Usaha/ Kerja


 
r2
W   F dr

r1

jika F konservatif maka,
 
  dr  V1  V2
F
 V 
Tanda (-) berarti bahwa perubahan energi potensial adalah kerja,

atau,
T = -V
T + V = 0 Perubahan energi kinetik menyebabkan potensial.
(3) Momentum Sudut

 dp
Hukum Newton, F
dt

   dp
rF  r
dt
  
 d   dr   dr   
  r  p    p karena, P  mv dan  v maka, mv  v  0
dt dt dt

 dL

dt
dimana,
  
L  r  p , adalah momentum sudut
  
  r  F , adalah momen gaya
Sehingga jika diintegralkan,

  t2 
L2  L1   dt Teorema momentum sudut.
t1
Contoh :
 
F  ma

dP 
 P   F dt
dt
 
mv  Ft  k

 F k
v  t
m m
 
dr  F 2 k
 r t  t c
dt 2m m

Jika F tidak konstan, maka gerak (posisi, kecepatan, percepatan)?
       
Pada umumnya, F  F t , r , v  yang lebih sederhana, F t , F  x  atau F v 
Tugas IV :
1. Sebuah bola tennis yang massanya 75 gram menumbuk sebuah raket. Laju bola
tersebut 10 ms-1 dan dipantulkan kembali oleh raket dengan laju yang sama. Jika
gaya yang diberikan raket pada bola naik secara linier selama 0,01 detik pertama
dan kemudian turun secara linier pula selama 0,01 detik berikutnya hingga sama
dengan nol,
a. Berapakah perubahan momentum yang dialami bola.
b. Gaya rata-rata
c. Gaya maksimum

 
2. Sebuah gaya F  r iˆ sin  sin   ˆj sin  cos   kˆ r 2 cos 2  bekerja pada
sebuah benda dengan (r, , ) adalah variabel-variabel dalam koordinat bola.

a. Buktikan bahwa gaya F tersebut konservatif
b. Tentukan fungsi potensial bagi gaya tersebut!
II. Solusi Hukum Newton untuk Sistem Khusus

Telah dijelaskan bahwa dalam kerangka inersia berlaku Hukum II Newton,
 
 dP  d 2r
F , m  tetap  ma  m 2
dt dt
Dengan persamaan dinamika bagi partikel menggambarkan keadaan gerak
partikel. Jadi solusi atau pemecahan persamaan di atas menggambarkan gerak
partikel. Problem dalam mekanika (klasik) pada umumnya adalah:
- Memecahkan persamaan/hukum Newton.

- Solusinya bergantung pada fungsi gaya F
Adapun bentuk-bentuk fungsi gaya yang paling sederhana adalah:

  
d 2r dr 
1) F  0 m 2  0  konstan = v
dt dt
   
r   v dt  v t  r0 GLB

2) F = konstan
  
d 2r d 2r F
m 2 F 2
 konstan
dt dt m
 
 dr F F  
v   dt  t  v0 ,v0  konstanta
dt m m

 F 
v  t  v0
m

  F 2   
r   v dt  t  v0 t  r0 , r0  konstanta
2m

F
dimana :  a GLBB
m

Namun demikian bentuk F yang paling umum dapat dituliskan sebagai,
 
max  Fx r , v , t 
     
F  F r , v , t  ma y  Fy r , v , t 
 
maz  Fz r , v , t 
Pemecahan persamaan Newton tersebut tidak mudah!
Selanjutnya yang akan dibahas adalah gaya-gaya untuk kasus 1 dimensi [1], yaitu:
F  F x  F  x, v 
F  F v  F v, t 
F  F t  F  x, v, t 
II.1 SOLUSI UNTUK F  F t 

Persamaan dinamika :

d 2r 
m 2  F t 
dt

 F
a  t 
m
1 
t
 
v   a dt   F t ' dt '
m t0

Persamaan F t ' harus diketahui
 
t t ''

r   v dt   dt ' ' F t ' dt '
1
m t0 t0
Contoh :
 
E t   E0 cos t Elektron dalam daerah bermuatan listrik yang sinusoida :
q  
E  E0 cos t
F
Gaya yang dialami elektron,

 
F  eE ,  = konstan
 
F  eE0 cos t
Persamaan dinamika dari elektron :
 
me a  eE0 cos t
 
  eE0    eE0  
a cos t v   a dt  sin t  v0 ; v t  0
m m

   eE0  
r   v dt  cos t  v0 t  r0
m 2
  
II.2 SOLUSI UNTUK F  F v 
 Fx  Fx v   Fx Vx ,V y ,Vz 

   
F  F v    Fy Vx ,V y ,Vz 
 Fz Vx ,V y ,Vz 


Penyelesaian persamaan di atas sangat rumit, sehingga yang ditinjau :
 Fx Vx 
  
 Fy V y  F  F v 

 Fz Vz 
maka persamaan dinamikanya :

ma  F v 
 F v 
a
m
F V  dv
v   a dt   m
F V  
dt  dt  t  t 0
m
x   v dt
Contoh (1):
 
Gaya gerak sebanding dengan v F  bv
b dV m dV
a v t  t0  m  
m F b V
m v
 t  t 0    ln  
b
m b  v0 
b
v t  t 0 
v  v0  e m
Vo
Untuk t   maka, v = 0
z
v 0 m   m t  t 0  
b
x   v dt    e  1
b  
m v0   t  t 0  
b
  1 e m 
b  

x
mV0
b
t0 t
Contoh (2):
Gerak peluru,
Fgravitasi  mg 

F  mg  bv
Fgesek  bv 
Tunjukkan bahwa persamaannya memenuhi lintasan peluru ?
Secara umum persamaannya :
d 2r dr
m 2
 mgzˆ  b (1)
dt dt
Bila dijabarkan pada komponen-komponennya, dengan menganggap bahwa

peluru bergerak pada bidang x-z, adalah :
d 2x dx
m 2
 b
dt dt
2
(2)
d z dz
m 2  mg  b
dt dt
Jika diambil bahwa titik awal peluru pada saat t=0. Solusi persamaan (2) adalah :
d 2x dx dv x dv x b
m 2
 b m  b v x   dt
dt dt dt vx m
vx t b
dv x b vx b vx  t

v x0
vx
   dt
m0
m
v x0
 t
m v x0
e m
b
 t
vx  vx0  e m
(3)
Solusi untuk x adalah syarat t~, maka v0
b x t b
dx  t  t
dt
 VX 0 e m  dx  V X 0  e
0 0
m
dt
m
b
 t t m  b
 t 
x  Vx 0 e m
 Vx 0  e m
 1
b 0 b  
mVx0   t 
b
x 1  e m 
b  

**) Tinjau gerakan vertikal.
d 2z dz dVZ
m 2  mg  b m  mg  b VZ
dt dt dt
m dVZ  mg  dVZ b
   VZ    dt
b dt  b   mg  m
  VZ 
 b 
Untuk kasus dimana t=0, VZ = VZo, z=t, VZ = Vt
Sehingga,
vz t vb
dv b mg b
v mg    dt ln(
m0 b
 vz )   t
m
zo (  vt ) v zo
b
(mg / b  v z ) b
ln   t
(mg / b  v zo ) m
(mg / b  v z
b
 t
e m
(mg / b  v zo )
b
mg mg  t
(  vz )  (  v zo )e m
b b
b
 mg   m t mg
vz    v zo e 
 b  b
b
 mg   t mg
vz    v zo e m  (5)
 b  b
b
dz  mg   m t mg
  v zo  e 
dt  b  b
z t b
mg  m t mg
 dz   [(v zo 
0 0
b
)e 
b
]dt
b t t
m mg  m t mg
z    (v zo  )e 
b b 0
b 0
 m m2 g 
b
 t m m2 g  mg
z    v zo  2 e m
  v zo  2  1  t
 b b  b b  b
 m m 2 g   t 
b
mg
z   v zo   2 1  e m   t (6)
 g b   b
Dari persamaan (4) didapatkan harga t dan disubstitusi ke dalam persamaan (6) akan
didapatkan persamaan :
mvxo   
bt
x 1  e m 
b  
bt
 bx
(1  e m
) (7)
mvxo

bt
xb 
bt
 x b 
(1  e m
) , e m
 1  
mvxo  mvxo 
  bt   mv  x  b  bt  mvxo  x  b 
ln  e m    xo    
   mv xo  m  mvxo 
m  mvxo 
t ln   (8)
b  mvxo  x  b 
Persamaan (7) dan (8) disubtitusi ke dalam persamaan (6), didapatkan :

 m m 2  g  bx  mg  m  mvxo 


z   v zo   2  mv  b  b  mv  x  b  
   ln 
 b b  xo    xo 
 v zo mg  m 2 g  mvxo 
z     x  2 ln   (9)
 xo
v bv xo  b  xo
mv  x  b 
bx
Untuk hambatan udara yang kecil, atau lintasan yang pendek, jika  1 , kita
mvxo
bx
dapat mengekspansi pangkat menjadi,
mvxo
 mg v zo  m2 g
z     x  2 ln mvxo  b  x   ln mvxo 
 bv xo v xo  b
 mg v zo  m 2 g  mvxo  bx 
  
 x  b 2 ln  mv 
 xo
bv v xo   xo 
 mg v zo  m2 g  bx 
z     x  2 ln 1   (10)
 bv xo v xo  b  mvxo 
x 2 x3 x 4
Tinjau persamaan ln 1  x   x     
2 3 4
 bx 
Maka suku persamaan (10) ln 1   dapat diaproksimasi menjadi bentuk :
 mvxo 
 bx  b x 1 b2 x 1 b3 x
ln 1      2 2
 3 3
 
 mvxo  m v xo 2 m v xo
3 m v xo
Subtitusi ke persamaan (10) ;
 mg  x v zo  x  m 2 g  b x 1 b 2 x 1 b3 x 
z      2          
  m v 2 2 3 3 
 b v xo v xo  b  xo 2 m v xo
3 m v xo 
 mg x v zo  x m g x 1 g x 2 1 b g x 3 
z           
 b  v xo
2 3
v xo bv xo 2 v xo 3 m v xo 
Persamaan (z) menjadi,
v zo  x 1 g x 2 1 b g x 3
z    …. (11)
v xo 2 v xo 2 3 m v xo 3
mvxo
Jika z  0 untuk xm  , maka persamaan (11) menjadi :
b
v zo  x 1 g x 2 1 b g x 3
0   
v xo 2 v xo 2 3 m v xo 3
1 g x 2 v zo  x 1 b g x 3
 
2 v xo 2 v xo 3 m v xo 3
2v xo v zo  x 2 g 2 b x 3
2
2v xo v zo 2 b x 2
x  x 
g v xo  x 3 m v xo 3  x g 3 m v xo
2v xo  v zo
Untuk harga maksimum, xm 
g
2
2v v 2 b  2v  v 
xm  xo zo    xo zo 
g 3 m v xo  g 
2v  v 8 b  v zo  v xo
2
xm  xo zo   (12)
g 3 m g2
  
bt
Jika persamaan (2) nilai 1   e m  maka,
 
m v xo b v zo
xm  dimana,  1
b mg
F v  
dV dV 1 dV
dt  F v   m dt. t  m
F v 
 to
solusinya V  vt 
Contoh (3):
Gaya gesek, F  bv b = konstan v
b
Vo
 t
vt   vo  e m
z
  t 
b
xt   vo  1  e
m  m  x
b 
  mV0
b
t0 t
Gerak benda jatuh :
F  mg  bv
dV
m  mg  bv
dt
1 d mg  bv 
v t
dV dt dt
mg  bv
 
m 
6 vo mg  bv
 
0
m
1 mg  bv t
ln 
6 mg  bvo m
mg  bv  mg  bvo  e
bt
m
 mg   b t mg
V t    vo   e m 
 V  b
V t   vo VT  e  V t 
bt
m
mg
VT  , Laju terminal/akhir
b
Jadi akhirnya benda bergerak dengan laju tetap
t
y t    V dt
dy
V
dt 0
 m  bt
y t   vo  VT    e m  1  VT  t
 b  
Misal, ada y o
Persamaannya ;
 m  b t
yt   vo VT    e m  1  VT  t  yo
 b  
V(t)
Vo
t
VT
linier
y(t) ymaks
yo linier
 e  1,   .
bt
bt
m
Untuk, t 
  t m
to
Jika tidak ada gerakan maka, bentuk lintasan parabola
dy d2y 
0 V 2
 0  ymaks
dt dt 
m vo  vT
to  ln
b VT
Contoh soal :
Bahas gerak peluru dengan memperhatikan gaya gesek
   
Fges   bv Fg   m g
Solusi :
Jika F  F x 
d 2x
F  ma m 2  F x 
dt
Jika, F x  bisa dinyatakan dalam fungsi V x  sehingga F 

dV
dx

Pers. ini bisa di pecahkan sebagai berikut : ( F konservatif ).
w   F dx  T2  T1
dV } T1  V1  T2  V2
   dx  V1  V2
dx
Gunakan hukum kekekalan energi
T  V  E  konstan T  E  w   F dx  T2  T1
dV
   dx  V1  V2
dx
1 2 2E  V 
mv  E  V v
2 m
dx

dt
x t
dr

xo
  dt
2E V  0
m
 t  t t   x  x t 
Contoh (4):
Gaya pegas : F   kx, V x   kx2

1
2
x
m dx
2  1
t
xo
E  kx2
2
dx 
x x
m dx 1 m k
2 E xo 
 t 
kx2  2 E xo 1   x 2 2E
1
2E
x
k dy
t 
2 E x xo 1  y 2
t y  x
Misalkan : y sin 1  y 2  cos 2  dy  cos d
cos 
x
 x    sin 1 y  sin 1   x 
m m x
t 
k x  xo cos 
d 
k xo

m
k

sin 1  x   sin 1  x0    0  sin 1  x0 
 k 
 sin 1  x0 
 2E 
 t  sin 1  x    0
m
k
sin 1  x  
m
t 0
k
 m  m
 x  sin   t   0  
 k  k
 x  sin   t   0 
xt   sin   t   0 
k
2E
Bentuk fungsi sin (saja) disebut osilator beban, jika A = konstan
2E
dimana, A 
k
1
Sehingga, E  k A 2 , menyatakan Tmaksimum atau Vmaksimum
2
Hubungan energi dengan Amplitudo
kx  E sin 2 t   0 
1 2
V
2
T  mv 2  E cos 2 t   0 
1
2 
E = V + T (E = konstan)
Contoh (5):
Hukum Hooke pada osilator harmonik, F = -kx
d 2x
m 2  kx
dt
2
d x k
 x0
dt 2 m
k
Solusinya, x(t) = A sin (t + 0), di mana   frekuensi sudut
m
II.3 SOLUSI UNTUK F (x, v)
Kasus osilator teredam,

F (x,v) = -kx – bv
F = -kx (pegas)
F = -bv (gesekan)
Persamaan :
d 2x dx
m 2  kx  b
dt dt
2
d x dx
m 2  b  kx  0
dt dt
solusi umumnya x(t) = A ept

(m P2 + bp + k)x = 0
b
  b 2  4mk
P1, 2  2m
2m
2
b  b  k b
     , dimana  
2m  2m  m 2m
    2   2
    2  2  t     2  2  t
xt   Ae  
 Be  

xt   e t Ae i1t  Be i1t 
dimana, 1   0   2
2
xt   Ae t sin1t   0 
e-t A sin (1t + o)
Frekuensinya,
k
- Untuk osilator beban, frekuensinya,  0 
m
- Untuk osilator teredam, frekuensinya 02   2  0
Dimana, 0 > 
b
frekuensi dipengaruhi oleh  
2m
- Jika, 0 < 
maka,    0   2  i  0   2
2 2

jika, xt   e t Ae 2t  Be 2t 
2  02   2   2  02
bentuknya xt   Ae  2 t  Be 2  t

atau o =  ; 1 = 0
xt   Ae t
Jika x(t) = A e-t sin (1t + o)

2
1  dx 
T  m   m  2 A 2 e 2t sin 2 1t   0   1 A 2 e 2t cos 2 1t   0  
1 2
2  dt  2

21A 2 e 2t sin 1t   0  cos1t   0 
kA e sin 2 1t   0 
1 2 2t
V
2
Kembali ke persamaan Hukum kekekalan energi mekanik, E = V + T
1 2 2t  b2 
E  A e k  cos 2 1t   b1 cos 1t  sin 1t 
2  4m 
o =  , 1 = 0
Karena E(t) fungsi t, maka energi tidak kekal
dE dP
Pengertian kekal, E kekal  0; P kekal  0
dt dt
II.4 SOLUSI UNTUK , F = F(x,v,t)

Kasus : Osilator dipaksa (forced oscilator)
F = f(v) f(x) f(t) dalam kasus ini solusinya menjadi sangat rumit. Sehingga yang
dibahas adalah F = f(v) + f(x) + f(t)
Tinjau persamaan : F = -kx – bv + A cos (t + o)
Persamaan dinamikanya dapat ditulis dalam bentuk:
d 2x
m  kx  bv  A cos t   0 
dt 2
d 2x
m  kx  bv  A cos t   0 
dt 2
d 2 x bdx
m 2   kx  A Re e i t 0 
dt dt
 Re A e i t 0 
Definisikan, x  x  i (sesuatu)
x  Re x
d2 bd
m 2
Re x  Re x  k Re x  Re A e i t 0 
dt dx
 d 2 x bdx 
Re m 2   k x   Re A e i t 0 
 dt dt 
d 2 x bdx
m 2
  k x  A  e i t 0 
dt dt
Solusi umumnya berbentuk x  c e it
dimana,  = frekuensi dari gaya luar
substitusi ke persamaan di atas,
(-m2 + ib + k) c . eit = A ei(t + o)
Ae io
c
 m 2  ib  k
dimana c = kompleks
Untuk didapatkan penyebut kompleks, maka :
c
Ae io  m 2  k  ib   

 m 2  k  ib   m 2  k  ib  
c

Ae io k  m 2  ib  
 m 2

 k  b 2 2
2
A io  k b 
e  2 i 
c
m m m 
 b 2 2 
2
k 2
      2 
m   m 
 0 2   2  2i A io
c 
   4
e
2 2
 2 m
2 2
0
x  Re x x  ce it

 0    2i
2 2
A i t o  

x  Re  
 
e
2 2

  0
2
   4 
2 2 m


02   2 A 
  cos t   0   2 sin t   0 
A
x 
 0
2
 2 2
  4   m 2 2 m 
Contoh (1): Osilator Teredam

F = -kx – bv
d 2x dx
Atau m 2  b  bx  0
dt dt
Solusinya, x(t) = A e-t cos (1t + 0)
b
Dimana   ; 1   0 2   2 ; dan o = fasa awal
2m
Grafiknya :
e-t A cos (1t + o)
Hal khusus, jika :

1.  <<< 1, maka e-t  1. Sehingga perubahan fungsi sinus hampir tidak terjadi
perubahan (teredam lemah/ ringan).
A cos (1t + o)
Sehingga, 1 ~ o sebab 1   0 , x(t) menjadi :

2
X(t) = A e-t cos (ot + o)
2. Jika  > o
Maka, 1 imajiner, 1  i  2   0  i
2
dimana :  = real
Solusi persamaan di atas menjadi :
x(t) = A e-t cos (it + o)
= A e-t cos i(t - io) , Fungsi cos i (t - io) = cosh (t - io)
= A e-t cosh (t - io)
Dengan demikian, karena fungsinya hiperbolik maka tidak berosilasi. Dalam hal
ini, terjadi redaman kuat (teredam kuat).
Grafiknya :
x(t) x(t)
t t
3. Teredam kritis
 = o, 1 = 0
x(t) = A e-ot cos o, jika suku dari persamaan = A cos o = B

dimana, B fungsi waktu atau B(t)
Persamaan x(t) dapat ditulis;
x(t) = B e-ot
Solusi ini tidak menggambarkan solusi umum persamaan diferensial orde II,
sebab hanya mengandung satu parameter. (Perhatikan persamaan umum osilasi
teredam).
Maka didapatkan, x(t) = B(t) e-t **)
Jika persamaan **) disubtitusi ke persamaan umum mula-mula, maka dengan
b
menggunakan syarat batas, b = o. Dimana,   0 dan didapatkan ;
2m
B(t) = a + bt
Sehingga solusinya menjadi :
x(t) = a e-ot + bt e-ot
Contoh (2): Kasus Osilator Dipaksa
Kasus osilator dipaksa terjadi jika pada pegas selain terdapat gaya akibat
gesekan juga diberikan gaya dari luar.
Persamaan gayanya :
F = -kx – bv + A cos (t + o)
Dimana, suku : A cos (t + o) memiliki solusi tersendiri. Persamaan geraknya
menjadi :
d 2x
 b  kx  A cos t   o 
dx
m 2
dt dt
Solusi umumnya merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing suku,
sehingga persamaan homogen :
d 2x dx
m 2  b  kx  0
dt dt
Solusinya sama dengan pembahasan pada osilator teredam
x1(t) = B.e-t cos (ot + o)
Persamaan khusus non homogen :

A cos (t + o) = 0
Solusinya, non homogen :
A
x2 t   m  
 o 2   2 cos t   o   2 sin t   o  
 o
2

2 2
   4 
2 2
Solusi ini disebut juga solusi khusus untuk kasus osilator dipaksa.
Dimana : o = fasa awal
1   o 2   2
b

2m
Solusi khusus persamaan di atas dapat disederhanakan dengan bentuk :
c cos (t + o - )
dimana, c = (o2 - 2)2 + 42 2
 2 
dengan   tg 1  2 
2 
  o   
Solusi khusus menjadi :
A
X k t   m cos t   o   
 o
2
   4
2 2

2 2
X k t  , bentuk grafiknya osilatif, amplitudonya tergantung pada  dan frekuensinya
bergantung pada frekuensi gaya luar yang diberikan.

Grafiknya :
A
m
 o
2
 2   4
2 2
2
jika gaya yang diberikan konstan,   0, maka sesuai persamaan Xk(t), didapatkan
nilai amplitudo,
A
(1) X km 
m o
2
(2) Xk = 0, jika (o2 - 2)2 + 42 2  

terjadi jika   
Nilai maksimum terhadap  dari amplitudo terjadi pada frekuensi r.
dimana : r2 = o2 - 22 , r = frekuensi resonansi (sudut)
dX k t 
0
dt
Amplitudo
A
m

4  02   2
2
 Sinyalnya :
A
A
m 02
r 
A
m didapat jika persamaan r disubtitusi ke persamaan
 
Persamaan
4  o   2
2 2
Xk(t).
Tugas V :
Kaitannya dengan rangkaian listrik RLC
V = VR + VL + VC , akan diperoleh persamaan :
dI Q
Vo sin (t + o) = RI  L 
dt C
dQ dI d 2I I
Dimana : I  ;  Vo cos (t + o) = R  L 2 
dt dt dt C
dI d 2I I
Persamaannya : R  L 2  =  Vo cos (t + o) (1)
dt dt C
Jika dibandingkan dengan persamaan diferensial (1) :
dx d 2x
b  m 2  kx = A cos (t + o) (2)
dt dt
Tentukan sistem rangkaian RLC tersebut!
Catatan : solusinya identik dengan kasus II.4 dimana :

I
m diganti L k diganti , dan
C
b diganti R A diganti Vo
x diganti I
Referensi
1. Symon, K.R., Mechanics (Third Edition), Addision-Wesley Publishing Co.,
Reading Massachusetts, 1971.
2. Klepner, D. and Kolenkow, R. J., An Introduction to Mechanics, Mc. Graw-

Hill, 1984.
3. Eko Hadi Sujiono, Diktat Perkuliahan Mekanika I & II, Jurusan Fisika UNM,
2005.

Bagian II2010

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Bagian II2010

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

I. Hukum Dinamika Newton

Persamaan gerak di atas, merupakan gerak-gerak yang paling sederhana.

Hukum II Newton  Besaran inersia (besaran yang senantiasa dipertahankan oleh

Jika didefinisikan hukum I Newton dalam momentum, maka :

(1) Teorema energi-momentum

atau, T2  T1   F  dr Teorema energi

(2) Usaha/ Kerja

Tanda (-) berarti bahwa perubahan energi potensial adalah kerja,

(3) Momentum Sudut

Sehingga jika diintegralkan,

II. Solusi Hukum Newton untuk Sistem Khusus

Adapun bentuk-bentuk fungsi gaya yang paling sederhana adalah:

II.1 SOLUSI UNTUK F  F t 

Gaya yang dialami elektron,

maka persamaan dinamikanya :

Bila dijabarkan pada komponen-komponennya, dengan menganggap bahwa

Solusi untuk x adalah syarat t~, maka v0

Persamaan (7) dan (8) disubtitusi ke dalam persamaan (6), didapatkan :

Subtitusi ke persamaan (10) ;

Jika tidak ada gerakan maka, bentuk lintasan parabola

Jika, F x  bisa dinyatakan dalam fungsi V x  sehingga F 

Gunakan hukum kekekalan energi

Gaya pegas : F   kx, V x   kx2

Misalkan : y sin 1  y 2  cos 2  dy  cos d

Hubungan energi dengan Amplitudo

II.3 SOLUSI UNTUK F (x, v)

Kasus osilator teredam,

solusi umumnya x(t) = A ept

xt   Ae t sin1t   0 

e-t A sin (1t + o)

- Untuk osilator teredam, frekuensinya 02   2  0

bentuknya xt   Ae  2 t  Be 2  t

II.4 SOLUSI UNTUK , F = F(x,v,t)

Persamaan dinamikanya dapat ditulis dalam bentuk:

Untuk didapatkan penyebut kompleks, maka :

Contoh (1): Osilator Teredam

e-t A cos (1t + o)

Hal khusus, jika :

A cos (1t + o)

Sehingga, 1 ~ o sebab 1   0 , x(t) menjadi :

X(t) = A e-t cos (ot + o)

x(t) = A e-ot cos o, jika suku dari persamaan = A cos o = B

Contoh (2): Kasus Osilator Dipaksa

Persamaan khusus non homogen :

X k t  , bentuk grafiknya osilatif, amplitudonya tergantung pada  dan frekuensinya

bergantung pada frekuensi gaya luar yang diberikan.

(2) Xk = 0, jika (o2 - 2)2 + 42 2  

Catatan : solusinya identik dengan kasus II.4 dimana :

2. Klepner, D. and Kolenkow, R. J., An Introduction to Mechanics, Mc. Graw-

Anda mungkin juga menyukai