(Fix) LP Dermatitis, LP Lansia
(Fix) LP Dermatitis, LP Lansia
(STIKes PERTAMEDIKA)
Ade Sulaeman/11172002/2019
Program Profesi/Ners S1 Keperawatan
A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Menua
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya
di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga
tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki
usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik
yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional
(Nugroho, 2008).
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya
daya tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit
yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai
berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya denagn
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan jaringan lain
sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit (Nugroho, 2008).
3. Mitos-mitos Lasia
Menurut lilik Ma’rifat (2011), pada saat lanjut lansia terjadi suatu mitos
sebagai berikut:
a. Kedamaiaan dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di
masa muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan
seakan-akan sudah berhasil dilewati.
Kenyataan :
1) Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan saaat
penderitaan karena penyakit.
2) Depresi
3) Kekhawatiran
4) Paranoid
5) Masalah Psikotik
b. Mitos konservatisme dan Kemunduran
Pandangan pada lanjut usia umumnya :
1) Konservatif
2) Tidak kreatif
3) Menolak inovasi
4) Berorientasi
5) Merindunkan masa lalu
6) Kembali ke masa kanak-kanak
7) Susah berubah
8) Keras kepala
9) cerewet
c. Mitos Berpenyakit
Lanjut usia dipandang sebagai mata degenerasi biologis, yang disertai
oleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai
proses menua ( lanjut usia merupakan masa berpenyakit dan
kemunduran).
d. Mitos Senilitis
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh
kerusakan bagian otak ( banyak yang tetap sehat dan segar) untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
e. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah pada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan :
Perasaan cemas dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa.
Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Percobaan asetikolin (suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
b. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
c. Pric
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b. Urin : pemeriksaan histopatologi. (NANDA NIC-NOC. 2015).
7. Penatalaksanaan
a. Dermatitis kontak
1) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis
kontak
2) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin.intermiten
3) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
4) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
5) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahannya.
b. Dermatitis atopic
1) Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan-bahan berbulu.
2) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim
hidrofolik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%.
3) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginos dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah
dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah
terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali
seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk mengendalikan DA
eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi
selang-seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba dihentikan
akan timbul riebound phenomen.
4) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam
jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sinsitisasi, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
5) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
kolonis. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromesin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi
asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10 hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10
hari.
c. Neurodermatitis sirkumskripta
1) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal, pemberian
steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian
steroid topical mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak
direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla
dan wajah), pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang
lowpoten, pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3
minggu pada kulit.
2) Anti-depresan atau Anti-anxiety sangat membantu pada sebagian orang
dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
3) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral.
4) Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan prilaku yang dapat
mencegah gatal dan garukan.
d. Dermatitis numularis
1) Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien
2) Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
3) Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan
larutan permanganas kalikus 1;10.000
4) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
5) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
6) Pruritas dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya
hidroksisilin HCI>
e. Dermatitis statis
1) Cahaya berdenyut intens
2) Diuretik
3) Imunosupresan
4) Istirahat
5) Kortikosteroid
6) Ligasi vaskuler
7) Pelembab
8) Terapi kompresi (NANDA NIC-NOC. 2015)
9. Discharge Planning
a. Gunakan kosmetik hipoalergen
b. Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk-nepuk bukan menggosok
c. Gunakan mild soap atau pengganti sabun
d. Jangan mandi terlalu lama karena akan membuat menjadi kering
e. Kenakan pelembab
f. Hindari penggunaan wool atau pemaparan terhadap iritan seperti ditergen
dan gunakan ditergen yang tidak mengandung bahan pemutih.
g. Jangan menggaruk atau menggosok kulit
h. Penderita yang sedang menggunakan salep kortikosteroid atau krim
sebaiknya hanya mengoleskan pada bagian kulit yang membutuhkan lalu
dipijat secara perlahan.(NANDA NIC-NOC. 2015)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa,
pendidkan pendapatan pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain.
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang.
a) Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa
gatal serta nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke
tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
b) Riwayat keluhan utama.
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama.
Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa
panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah, edema yang diikuti oleh
pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien.
1) Provocative/palliative.
a) Apa penyebab keluhan,
b) Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan
tertentu yang menyebabkan kerusakan pada kulit.
c) Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah
berat. Dengan menjauhi sumber dermatitis kontak maka keluhan
yang dirasakan akan berkurang.
2) Quality/quantity
a) Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar
Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan
merasakan gatal dan nyeri pada daerah yang terkena bahan tertentu
yang dapat menyebabkan keluhan.
b) Sejauh mana sakit dirasakan
Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat.
Tergantung dari lama kontak zat dengan kulit, konsentrasi zat serta
tingkat sensitifitas kulit.
3) Region/radiation
1) Dimana letak sakit
Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab .
2) Area penyebarannya
Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis,
tempat cedera, dibalik perhiasan.
4) Severity scale
a) Apakah mempengaruhi aktifitas
Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan
penyakit.
b) Seberapa jauh skala ringan/berat.
Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya.
5) Timing
a) Kapan mulai terjadi.
b) Kapan sering terjadi.
c) Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan
2. Riwayat Kesehatan masa Lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah
pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya
selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
3. Riwayat Kesehatan keluarga.
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit
yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis
pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak dapat berarti penderita
tersebut juga mudah menderita dermatitis atopic
C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Ringan, sedang, berat.
2. Tingkat Kesadaran
a. Compos mentis.
b. Apatis.
c. Samnolen, letergi/hypersomnia.
d. Delirium.
e. Stupor atau semi koma.
f. Koma
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis
kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup
dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan
rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
b. Denyut nadi
c. Suhu tubuh
d. Pernafasan
4. Berat Badan
5. Tinggi Badan
6. Kulit.
a. Inspeksi
1) Radang akut terutama priritus (sebagai pengganti dolor).
2) Kemerahan (rubor),
3) Gangguan fungsi kulit (function laisa).
4) Biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang
dapat timbul secara serentak atau beturut-turut.
5) Terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang
kemudian membesar.
6) Terdapat bula atau pustule,
7) Ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering
disebut ematiti sika.
8) Terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis
tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat
9) Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.
b. Palpasi
1) Nyeri tekan
2) edema atau pembengkakan
3) Kulit bersisik
7. Keadaan Kepala
a. Inspeksi
Tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
b. Palpasi
Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya
massa.
8. Keadaan mata
a. Inspeksi
1) Palpebrae : Tidak edema, tidak radang
2) Sclera : Tidak iktertik
3) Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan
4) Pupil : Isokor
b. Palpasi
1) Tidak ada nyeri tekan
2) Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada
9. Keadaan hidung.
a. Inspeksi
1) Simetris kiri dan kanan
2) Tidak ada pembengkakan dan sekresi
3) Tidak ada kemerahan pada selaput lendir
b. Palpasi
1) Tidak ada nyeri tekan
2) Tidak ada benjolan/tumor
10. Keadaan telinga
a. Inspeksi
1) Telinga bagian luar simetris
2) Tidak ada serumen/cairan, nanah
D. Pola Kegiatan Sehari-hari
1. Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan,
frekwensi maka/hari, nafsu makan, makanan pantang, makanan yang
disukai banyak minuman dalam sehari serta apakah ada perubahan.
2. Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti
frekuensi,warna dan konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit
3. Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami
gangguan dalam aktifitas karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami
infeksi maka akan mengalami gangguan dalam pemenuhan aktifitas sehari-
hari.
4. Istirahat
Klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta adanya
nyeri. Adanya gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
5. Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola
interaksi sosialnya terganggu biasanya akan merasa malu dengan
penyakitnya.
6. Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain
dan biasanya klien lebih suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit
yang diderita. Pada keadaaan psikologis ada beberapa hal yang perlu dikaji
seperti bagaimana persepsi klien terhadap penyakit yang diderita sekarang,
bagaimana harapan klien terhadap keadaan kesehatannyaserta bagaimana
pola interaksi dengan tenaga kesehatan & lingkungan.
7. Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan
cobaan untuknya dan pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada
kegiatan keagamaan seperti klien menganut agama apa selama sakit klien
sering berdoa.
Diagnosa Tujuan/NOC NIC
NYERI AKUT Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI
Definisi : keperawatan selama Definisi : mengurangi nyeri
sensori yang tidak … x24 jam pasien dapat dan menurunkan tingkat
menyenangkan dan pengalaman mengontrol nyeri nyeri yang dirasakan pasien.
emosional yang muncul secara aktual dengan indikator: Intervensi :
atau potensial, kerusakan jaringan atau Mengenali faktor penyebab lakukan pengkajian nyeri
menggambarkan adanya kerusakan.. Mengenali onset (lamanya secara komprehensif
Batasan karakteristik : sakit) termasuk lokasi,
Laporan secara verbal atau non verbal Menggunakan metode karakteristik, durasi,
Fakta dan observasi pencegahan frekuensi, kualitas dan
Gerakan melindungi Menggunakan metode faktor presipitasi
Tingkah laku berhati-hati nonanalgetik untuk observasi reaksi non verbal
Gangguan tidur (mata sayu, mengurangi nyeri dari ketidaknyamanan
tampak capek, sulit atau gerakan Menggunakan analgetik gunakan teknik komunikasi
kacau, menyeringai) sesuai kebutuhan terapeutik untuk
Tingkah laku distraksi (jalan-jalan, Mencari bantuan tenaga mengetahui pengalaman
menemui orang lain, aktivitas kesehatan nyeri pasien
berulang-ulang) Melaporkan gejala pada kaji kultur yang
Respon autonom (diaphoresis, tenaga kesehatan mempengaruhi respon
perubahan tekanan darah, Menggunakan sumber- nyeri
perubahan pola nafas, nadi dan sumber yang tersedia evaluasi pengalaman nyeri
dilatasi pupil) Mengenali gejala-gejala masa lampau
Tingkah laku ekspresif (gelisah, nyeri evaluasi bersama pasien
marah, menangis, merintih, Mencatat pengalaman nyeri dan tim kesehatan lain
waspada, napas panjang, iritabel) sebelumnya tentang ketidakefektifan
Berfokus pada diri sendiri kontrol nyeri masa lampau
Muka topeng Melaporkan nyeri sudah bantu pasien dan keluarga
Fokus menyempit (penurunan terkontrol untuk mencari dan
persepsi pada waktu, kerusakan menemukan dukungan
proses berfikir, penurunan interaksi kontrol lingkungan yang
dengan orang dan lingkungan) dapat mempengaruhi nyeri
Perubahan nafsu makan dan minum seperti suhu ruangan,
Faktor yang berhubungan : pencahayaan dan
kebisingan
Agen injury (fisik, biologis, psikologis)
kurangi faktor presipitasi
pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
ajarkan tentang teknik non
farmakologi
berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
tingkatkan istirahat
Diagnosa Tujuan/NOC NIC
KERUSAKAN INTEGRITAS Setelah dilakukan tindakan PENGAWASAN KULIT
keperawatan selama
KULIT Inspeksi kondisi luka
.......x24 jam integritas
operasi
Definisi: perubahan pada epidermis dan jaringan: kulit dan
Observasi ekstremitas
dermis mukosa normal dengan
untuk warna, panas,
indikator:
Batasan karakteristik : keringat, nadi, tekstur,
temperatur jaringan dalam
edema, dan luka
Gangguan pada bagian tubuh rentang yang diharapkan
Inspeksi kulit dan membran
Kerusakan pada lapisan kulit elastisitas dalam rentang
mukosa untuk kemerahan,
Gangguan permukaan kulit yang diharapkan
panas, drainase
Faktor yang berhubungan hidrasi dalam rentang yang
Monitor kulit pada area
Eksternal : diharapkan
kemerahan
pigmentasi dalam rentang
hipertermia atau hipotermia Monitor penyebab tekanan
yang diharapkan
Substansi kimia Monitor adanya infeksi
warna dalam rentang yang
Kelembaban udara Monitor kulit adanya
diharapkan
Faktor mekanik (alat yang dapat rashes dan abrasi
tektur dalam rentang yang
menimbulkan luka, tekanan, Monitor warna kulit
diharapkan
restrain) Monitor temperatur kulit
bebas dari lesi
Immobilitas fisik Catat perubahan kulit dan
kulit utuh
Radiasi membran mukosa
Usia yang ekstrim Monitor kulit di area
Kelembaban kulit kemerahan
Obat-obatan MANAJEMEN TEKANAN
Internal :
Tempatkan pasien pada
Perubahan status metabolik terapeutic bed
Tulang menonjol Elevasi ekstremitas yang
Defisit imunologi terluka
ketidakadekuatan imun buatan reaksi skintes sesuai Cuci tangan sebelum dan