Anda di halaman 1dari 78

Gagasan Pembudayaan

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat


(GERMAS)

Trihono

Bandung, Nopember 2019


1
Kebijakan Terkait Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017:


Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
1) Aktivitas fisik 4) Pencegahan dan deteksi dini
2) Perilaku hidup sehat 5) Kualitas lingkungan
3) Pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi 6) Edukasi hidup sehat

Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas No. 11 Tahun 2017:


Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
1) Pedoman Pelaksanaan
2) Pedoman Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Tingkat Pusat dan Daerah

2
Monev Pelaksanaan Germas Tahun 2018
Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan 6 bulan sekali dengan mekanisme serial pertemuan di setiap cluster

PENYEDIAAN
EDUKASI DAN PERILAKU
PANGAN SEHAT
HIDUP SEHAT 05 01 Kemkes, Kemendikbud, Kementan, KKP,
Kemendagri, Kemkes, Kemendikbud, Kemenag, Kemendag, Kemenaker, BPOM, Kemenperin
KemenPUPR, Kemendag, Kemekeu, Kemenaker,
KemenPANRB, Kemkominfo, KemenPPPA, BKKBN,
Kemensos, Kemenristekdikti, KemendesPDTT, BNN

PENINGKATAN
PENINGKATAN 04 02 AKTIVITAS FISIK
KUALITAS LINGKUNGAN
Kemkes, Kemenpora, Kemendikbud, Kemenag,
Kemkes, Kemendikbud, Kemenag, KemenPUPR, KLHK,
KemenPUPR, Kemenhub, Kemenaker, Kemenpar,

03
Kemenpar, Kemensos
Kemenristekdikti, KemenBUMN

PENINGKATAN PENCEGAHAN
DAN DETEKSI DINI PENYAKIT
Kemkes, Kemenaker, KemenPPPA, BPJS Kesehatan, TNI, POLRI, Kemenhan
3
Progress Penyampaian Laporan Germas
No K/L Narasi Matriks No K/L Narasi Matriks

1 Kemenkes √ √ 15 KemenPUPR √ √

2 Kemenaker √ √ 16 Kemenhub √ √
3 KPPPA √ √ 17 Kemenpar √ √
4 BPJS Kesehatan √ √ 18 Kemensos √ √
5 TNI √ √ 19 Kemenpora √ √
6 Kemenhan √ √ 20 Kemenristekdikti √ √
7 Kepolisian RI √ √ 21 KemenBUMN
8 Kemendikbud √ √ 22 Kemendagri √ √
9 Kementan √ √ 23 KLHK √ √
10 KKP 24 Kemenkeu √ √

11 Kemendag √ √ 25 KemenPANRB √ √

√ 26 Kemkominfo √ √
12 BPOM √
27 BKKBN √ √
13 Kemenperin
28 KemendesPDTT √ √
14 Kemenag
29 BNN
4
Harapan pada Kemenkes dan OPD Kesehatan
Integrasi kegiatan Germas yang dilaksanakan oleh unit-unit terkait di
internal Kemenkes

Kemenkes menjadi leading sektor lain, dalam hal:


Pembangunan berwawasan
Konsep
kesehatan, konsep promosi kesehatan

Peran Advokasi, kampanye dan sosialisasi,


Promosi
Kemenkes media dan content promosi kesehatan

Standar dan pedoman pelaksanaan


Regulasi
kegiatan Germas untuk K/L lain
Mis. Deteksi dini di tempat kerja, UKS
5
Beban yang kita hadapi
Penyakit Tidak Menular
Penyakit Menular
Stunting
IPKM (Index Pembangunan Kesehatan Masyarakat)
Tahun 2013 dan Tahun 2018
0,880

0,795
0,747

0,648 0,646
0,609 0,617
0,576
0,526
0,474 0,482
0,441 0,440 0,450
0,388
0,361

IPKM Kesehatan Pelayanan Perilaku Penyakit tidak Penyakit Kesehatan Kesehatan


reproduksi kesehatan kesehatan menular menular lingkungan balita

2013 2018
Beban Penyakit Tidak Menular (Riskesdas 2018)
Jenis penyakit Usia Prevalensi # Penduduk # Penderita
Hipertensi >18 tahun 34.10% 172,285,600 58,749,390
Obesitas (IMT) >18 tahun 21.80% 172,285,600 37,558,261
Obesitas sentral >15 tahun 31.00% 194,528,500 60,303,835
Diabetes melitus >15 tahun 10.90% 194,528,500 21,203,607
Stroke >15 tahun 1.09% 194,528,500 2,120,361
Penyakit ginjal kronis >15 tahun 0.35% 194,528,500 680,850
Penyakit kanker semua umur 0.18% 265,015,300 477,028
Penyakit jantung semua umur 0.15% 265,015,300 397,523
Sumber:
• Prevalensi dari hasil Riskesdas 2018, dihitung secara sederhana belum diperhitungkan dengan pembobotan
• Jumlah penduduk dari Proyeksi jumlah penduduk 2018 (Bappenas)
Hasil studi kohor PTM
• Balitbangkes melaksanakan studi kohor Penyakit Tidak Menular
sejak tahun 2011 di Kota Bogor, subyek: penduduk usia >25 tahun.
• Salah satu hasilnya adalah menghitung “hazard rate” atau kecepatan
timbulnya kasus yang dihitung per 1000 penduduk per tahun,
hasilnya adalah sebagai berikut:
No. Penyakit Tidak Menular Hazard Rate
1 Sindroma Metabolik 82 / 1000
2 Diabetes Melitus 20 / 1000
3 Penyakit Jantung Koroner 8 / 1000
4 Stroke 4 / 1000
Faktor yang berpengaruh terhadap Penyakit Tidak Menular

GERMAS PISPK JKN


PROGRAM KESEHATAN
National Inventory Study
60%

53% Estimated annual incidence: 319/100.000


50%
New cases: 842.400 patients/year

40%

30%
29%

20% 18%

10%

0%

Notified Detected non-notified Undetected

Source: National Inventory Study, 2017


PROPORSI STATUS GIZI SANGAT PENDEK DAN
PENDEK PADA BALITA, 2007-2018
2007 2013 2018

18,8 19,2 19,3


18,0 18,0

11,5

Sangat Pendek Pendek

• 2013: Sangat pendek dan pendek 37.2%


• 2018: Sangat pendek dan pendek 30.8%
12
0
10
20
30
40
50
60
DKI Jakarta

17,7
27,5
DI Yogyakarta
Bali
Kepulauan Riau
Bangka Belitung
Sulawesi Utara
Banten
Kalimantan Utara
Lampung

⋆ Sangat pendek : TB/U<-3SD


Riau
Papua Barat
Bengkulu

Indikator tinggi badan menurut umur (TB/U):


Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur
Sumatera Barat
Jambi
INDONESIA

2013
30,8
37,2

Jawa Barat

⋆ Pendek: TB/U ≥-3SD s/d <-2SD


Jawa Tengah
Maluku Utara
2018

Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
Gorontalo
Jawa Timur
Papua
Kalimantan Selatan
PADA BALITA MENURUT PROVINSI, 2013-2018

Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Barat
PROPORSI STATUS GIZI SANGAT PENDEK DAN PENDEK

Maluku
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan
Aceh
13

Sulawesi Barat
Nusa Tenggara Timur
42,6
51,7
Perkembangan bayi menurut panjang lahir bayi
100 91.7
90
79.2
80
70
60
50
40
30 20.8
20
8.3
10
0
< 50 cm ≥ 50 cm

Suspect Normal

Sumber: Studi Kohor Tumbuh Kembang Anak, Balitbangkes, 2013


Perbedaan perkembangan anak stunting dan normal

** **
***
***
*** *** ***
***
*** *** ***
*** *** ***
***
***

** p >.01 and p< .001


*** p >.001
Stunting lintas generasi
Balita
gagal tumbuh

Bayi Remaja
BBLR Kehamilan remaja kurus-pendek

(%) balita stunting


Tinggi ibu (cm) 47,2
50
153
Dewasa
45
152,5
152,4 pendek 40 36
35
152
30
151,5 25
50,0
42,8 20
151 150,7 45,0
38,1 15
40,0
150,5 34,5 10
35,0 5
150
30,0 0
149,5 25,0
Tinggi ibu <150 cm Tinggi ibu >150 cm
Balita pendek Balita normal 20,0
15,0
10,0
5,0
0,0
15 - 19 tahun 20 - 24 tahun 25 - 29 tahun
Sumber: ACC/SCN (1992) Age of first marriage
Faktor yang berpengaruh pada panjang lahir
Faktor Panjang Lahir
RR 95 % CI
Tinggi Badan Ibu < 150 cm 3,7a 2,2-4,5
IMT ibu Pra Hamil < 18,5 3,1a 1,5-3,7
Umur Ibu <20 th dan >35 th 1,1a 1,0-1,36
Paritas (≤ 2 kali) 1,2a 1,0-1,6
Pertambah BB Hml < 9,1 kg 2,3a 1,4-3,7
Jenis Kelamin (L=1) 1,2 0,9-1,5
Diare (≥1 kali/trimester) 1,9 0,6-2,7
Konsumsi energi (<100%AKG) 2,3 0,8-2,1
Konsumsi protein (<100%AKG) 2,2a 1,1-2,7
Konstanta 39.357
Sumber: Studi Kohor Tumbuh Kembang Anak, Balitbangkes, 2013
Ketahanan thd stunting sampai umur 23 bulan:
Menurut Tinggi Badan Ibu

21 persen anak
yg lebih banyak
dapat bertahan
tidak stunting

Ketahanan tidak stunting sampai usia 24 bulan pada anak yang ibunya dengan TB
diatas 150 cm adalah 50 persen dibandingkan TB ibunya kurang dari 150 cm ,
sebesar 29 persen
Positive Deviance terkait stunting (1)
Perilaku Menyimpang Positif pada Keluarga Baduta Tidak Stunting (studi
kualitatif riset kohor Bogor):
• KU 0-6 bulan: IMD, ASI eksklusif, frekuensi pemberian ASI, kontak ibu-
bayi saat menyusui, bila bayi sakit masih diberikan ASI
• KU 7-12 bulan: jenis makanan bayi lebih beragam dan bayi diberi
makanan selingan, ibu menyuapi anak sendiri dengan komunikasi
positif sambil digendong, bila anak tidak mau makan terus dibujuk, bila
anak sakit maka pemberian ASI lebih sering.
• KU 13-23 bulan: porsi makan yang diberikan lebih banyak, anak
disuapi oleh ibunya dan ada komunikasi, bila anak tidak mau makan
terus dibujuk Sumber: Asih Setiarini, disertasi, 2016
Positive Deviance terkait stunting (2)
Hasil studi kuantitatif perilaku penyimpang positif yang berhubungan
dengan status gizi normal pada keluarga termiskin adalah:
• anak usia 0-11 bulan:
• pemberian ASI dengan frekuensi > 8 kali sehari
• penimbangan berat badan di Posyandu setiap bulan
• anak usia 12-23 bulan:
• tingkat konsumsi energi > 70% AKG
• kepemilikan sarana buang air besar
• kualitas fisik air minum kategori layak
• riwayat sakit anak saat neonatal
Sumber: Entos, disertasi, 2017
Proporsi stunting dan konsumsi energi-protein
menurut umur
Asupan kalori Asupan protein
Stunting
<100% AKK <100% AKP
< 5 tahun 37,2 55,7 34,2
5 – 12 tahun 30.7 69,8 45,4
13 – 18 tahun 31,4 82,8 66,2
19 – 55 tahun 82,5 51,7
39,5
> 55 tahun 78,1 64,2
Ibu hamil 24,2 85,0 68,6
Sumber: Riskesdas 2013 & Studi Diet Total 2014
PROPORSI CARA PENANGANAN TINJA BALITA
DI RUMAH TANGGA , 2018

0,8
4 Menggunakan jamban

Dibuang ke jamban

Ditanam di tanah
37,8
33,5 Dibuang sembarangan

Dibersihkan di sembarang tempat

Lainnya

3,7
20,1

Catatan : Hanya ditanyakan pada rumah tangga yang memiliki balita


PROPORSI BERAT BADAN LEBIH
DAN OBESE PADA DEWASA >18 TAHUN, 2007-2018

Berat badan lebih (overweight) Obese


13,6 21,8
11,5
14,8
8,6
10,5

2007 2013 2018 2007 2013 2018

Indikator berat badan lebih dewasa yaitu IMT ≥25,0 s/d <27,0 Indikator berat badan lebih dewasa yaitu IMT ≥ 27,0

23
PROPORSI OBESITAS SENTRAL PADA DEWASA ≥15 TAHUN, 2018

2007 2013 2018

31,0
26,6

18,8

2007 2013 2018

Indikator lingkar perut wanita yaitu > 80 cm; dan pria yaitu > 90 cm
PREVALENSI MEROKOK PADA PENDUDUK
UMUR 10-18 TAHUN, 2007-2018

25
PROPORSI KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL*
PADA PENDUDUK UMUR ≥10 TAHUN MENURUT PROVINSI

% 25

20
16

2007
15
2018
10
3,3
5
0,4

3.0
0
Sulut

Gorontalo

Sulsel

Sumut

Kaltara

DKI

Banten
Riau

Kalsel
Sumsel
Sulteng

Kalteng
Papua

Kepri
INDONESIA
DIY

Aceh
Jateng
Pabar

Kaltim
NTT

Maluku

Sultra

NTB

Jambi
Bali

Kalbar

Sulbar

Jatim

Sumbar
Malut

Lampung

Bengkulu
Jabar
Babel
* Dalam satu bulan terakhir.
Catatan: Struktur pertanyaan pada tahun 2018 berbeda dengan tahun 2007. Prevalensi nasional tahun 2007 sebesar 3.0.
26
PROPORSI AKTIVITAS FISIK KURANG* PADA PENDUDUK
UMUR ≥10 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2013-2018
100
% 2013
2018
80

60 47,8

33,5
40
25,2

20
26,1

0
Kepri

Sumbar

Riau

Bali
Kaltara
Maluku

Banten

Gorontalo

NTB
Kalbar
Sulbar
Sumsel

Kalsel

Sulsel
DKI

Jambi

Pabar

Sulut
Sumut

Jateng
Babel

Lampung
Jabar

Aceh

Papua

DIY
Bengkulu
Jatim
Kalteng

Sulteng

NTT
Kaltim

Malut

Sultra

* Kurang INDONESIA
aktivitas fisik adalah kegiatan kumulatif kurang dari 150 menit seminggu
27
PROPORSI KONSUMSI BUAH/SAYUR KURANG*
PADA PENDUDUK UMUR ≥5 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2018

% 100
98,2 95,5
80 89,7

60
Riskesdas 2013: 93.5%
40

20

*kurang dari 5 porsi per hari


28
PROPORSI PEMAKAIAN AIR < 20 L PER ORANG PER HARI DI
RUMAH TANGGA, 2013 - 2018
PROPORSI PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA, 2013-2018

2013 2018

9,7 5,9 Diangkut


7,8 Ditanam
24,9 Dibuat kompos
10,4 Dibakar
34,9
Dibuang ke kali/selokan
Dibuang ke sembarangan
3,9 tempat

0,9
49,5 1,5
50,1
0,4
Data per tanggal 8 November 2019

333
Sampai dengan saat ini, PEMERINTAH DAERAH YANG SUDAH
MENERBITKAN KEBIJAKAN GERMAS
KEBIJAKAN

216
Provinsi Jml Provinsi Jml Provinsi Jml Provinsi Jml Provinsi Jml
Bali 10 Jambi 5 Kaltim 11 NTB 4 Sulut 2
Babel 7 Jabar 14 Kaltara 2 NTT 11 Sumbar 9
Banten 3 Jateng 28 Kepri 4 Riau 4 Sumsel 16
Bengkulu 11 Jatim 28 Lampung 8 Sulbar 3 Sumut 6
Yogyakarta 6 Kalbar 4 Maluku 4 Sulsel 11 Papua 0
DKI 2 Kalsel 8 Malut 3 Suteng 6 Papbar 0
Sultra 8 total 247
Gorontalo 4 Kalteng 3 Aceh 2
Isu umum hasil studi evaluatif Germas .
• Branding Germas masih milik Kemenkes dan Dinkes
• Sistem monev di pusat dan daerah belum menjamin kualitas pelaksanaan
• Perlu penguatan keterlibatan sektor non pemerintah terutama dalam dukungan edukasi
masyarakat, kegiatan dan pembiayaan .
• Keterlibatan Sektor Non-Pemerintah masih rendah
• Penguatan sinergitas lintas sektor
• Awareness sektor non kesehatan terhadap Germas perlu ditigkatkan, pelaksanaan
tugas lintas sektor perlu penguatan aspek kesehatan
• Belum ada instrumen untuk menilai kinerja terkait pelaksanaan Germas.
• Diwacanakan untuk terintegrasi dalam konsep penilaian Kab/Kota sehat
• Pengembangan aktivitas terpadu dan terintegrasi dengan sasaran yang sama untuk
meningkatkan sinergitas intas sektor
Hasil Studi Evaluatif Germas
Aktivitas fisik:
• Konektivitas antar moda, jalur pejalan kaki dan pesepeda belum merata  perlu
berorientasi untuk mendorong aktivitas fisik
• Standar senam rutin di sekolah perlu dikembangkan kembali
• Standar kualitas Car Free Day perlu dikembangkan
Pencegahan dan deteksi dini penyakit
• Deteksi dini rutin di instansi pemerintah dan swasta belum menjadi kewajiban
(sebagai SOP)
• Deteksi dini perlu diintegrasikan dengan kegiatan olahraga rutin/ CFD
• Posbindu lebih aktif menjangkau masyarakat
Hasil Studi Evaluatif Germas
Lingkungan sehat:
• Ruang Terbuka Hijau belum optimal dimanfaatkan untuk aktivitas fisik rutin dan lebih
banyak penjual jajanan
• Perlu regulasi standar penyediaan sarana aktivitas fisik dalam pengembangan
permukiman
• Kualitas pengolahan sampah belum merata
Pangan sehat:
• Perlu monitoring dan pengendalian keberlanjutan pemanfaatan pekarangan untuk
tanaman buah/sayur
• Kapasitas kerja lembaga dan jumlah SDM pengawasan pangan segar masih rendah
• Pengawasan jajanan anak sekolah membutuhkan keterlibatan daerah
Hasil Studi Evaluatif Germas
Edukasi PHBS:
• Belum semua provinsi dan Kab/Kota memiliki Regulasi GERMAS
• Penegakan Regulasi Kawasan Tanpa Rokok dan Pengendalian Iklan Rokok perlu
ditingkatkan
• UKS aktif perlu menjadi indikator kinerja dari setiap satuan pendidikan

• Penguatan Germas  perlu penguatan pengendalian pelaksanaan


serta pengembangan sistem reward dan punishment di berbagai
tatanan
Gambaran implementasi GERMAS
Dan seterusnya
Pertanian
Pendidikan
Kesehatan
Regulasi
Advokasi
Pusat Sosialisasi
Provinsi Gerakan masal
Kab/Kota
Kec/Puskesmas
Operasionalisasi
Desa/Kelurahan Pembudayaan
Gerakan masyarakat
UKBM
Keluarga
Aktivitas Pangan PHBS Kesling Cegah
Fisik Sehat Deteksi dini
Dan seterusnya
Pertanian
Pendidikan
Kesehatan
Regulasi
Advokasi
Pusat Sosialisasi
Provinsi Gerakan masal
Kab/Kota
Kec/Puskesmas
Operasionalisasi
Desa/Kelurahan Pembudayaan
Gerakan masyarakat
UKBM
Keluarga
Aktivitas Pangan PHBS Kesling Cegah
Fisik Sehat Deteksi dini
Catatan Penting
• Ditinjau dari HiAP (Health in All Policies): GERMAS terbukti menjadi
kegiatan prioritas, banyak sektor baik di tingkat nasional, provinsi maupun
kab/kota mengalokasikan anggaran untuk mendukung GERMAS yang
sesuai dengan tupoksinya.
• Pada umumnya kegiatan berupa: regulasi, sosialisasi dan gerakan masal
sampai menciptakan/memecahkan rekor MURI pada event tertentu.
• Ini layak diapresiasi pada tahap awal
• Namun untuk pembudayaan GERMAS  harus diikuti dengan
operasionalisasi kegiatan GERMAS di tingkat masyarakat.
• Bentuknya antara lain: menumbuh-kembangkan UKBM (Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat)
Arah Kebijakan RPJMN 2020-2024 Bidang Kesehatan
Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan
kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan
kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan
upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan
teknologi:
• Peningkatan kesehatan ibu, anak, KB, dan kesehatan reproduksi
• Percepatan perbaikan gizi masyarakat
• Peningkatan pengendalian penyakit
• Pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
• Penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan
Strategi RPJMN 2020-2024 : Pembudayaan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
• Pengembangan kawasan sehat antara lain kabupaten/kota sehat, pasar sehat, upaya
kesehatan sekolah (UKS) dan lingkungan kerja sehat;
• Penyediaan ruang terbuka publik, transportasi masal dan konektivitas untuk mendorong
aktivitas fisik masyarakat dan lingkungan sehat serta penurunan polusi udara;
• Regulasi pembangunan berwawasan kesehatan, peningkatan cukai rokok, pelarangan
iklan rokok, dan cukai produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan dan pengaturan
kandungan gula, garam dan lemak
• Promosi perilaku hidup sehat yang inovatif dan pemberdayaan masyarakat termasuk
revitalisasi posyandu dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat lainnya serta
penggerakan masyarakat madani untuk hidup sehat;
• peningkatan penyediaan pilihan pangan sehat termasuk penerapan label pangan dan
perluasan akses terhadap buah dan sayur
Arah kerangka regulasi
Penerapan pembangunan berwawasan kesehatan dan dorongan untuk
hidup sehat:
• Peningkatan cukai rokok dan pelarangan iklan rokok
• Penerapan cukai pada produk pangan yang berisiko tinggi terhadap
kesehatan
• Pengembangan sistem reward punishment untuk lembaga pemerintah
dan non pemerintah
• Penguatan pelaksanaan Kab/Kota Sehat sebagai instrumen penilaian
daerah
Penguatan Germas pada 2020-2024
1. Pembudayaan Germas di lingkungan internal institusi pemerintah (sebagai
komponen dalam reformasi birokrasi)
2. Pelibatan aktif sektor non pemerintah lain mulai dari dunia usaha, organisasi
masyarakat sipil, dan institusi pendidikan dan perguruan tinggi  dukungan
pembiayaan, edukasi dan penggerakkan masyarakat
3. Sosialisasi, kampanye, komunikasi interpersonal, dan diseminasi informasi untuk
mendorong perubahan perilaku  Pengembangan pesan dan materi KIE Germas,
pemanfaatan sosial media, kapasitas petugas/kader yang ada di masyarakat
4. Penguatan pelaksanaan Germas di daerah:  advokasi, sosialisasi yang lebih
masif, forum lintas OPD, internalisasi Germas dalam dokumen perencanaan dan
penganggaran, pendampingan, petunjuk teknis masing-masing sektor, monev
dengan mekanisme umpan balik
Harmonisasi
SPM Kesehatan, PISPK, Germas
dan Penghargaan Kab/Kota Sehat
Harmonisasi SPM –PISPK – Germas – Kab/Kota Sehat
• 2015, Juni di Bogor: Gagasan PISPK dimunculkan, diikuti serangkaian
petemuan untuk membahas konsepnya untuk memperkuat UKM
• 2015 Okt di Tangerang: Perumusan 20 indikator keluarga sehat dalam PISPK,
dilanjutkan uji coba di 4 kota (Kota Bogor, Kota Semarang, Kab. Gresik dan Kota
Makasar)
• 2015 Nov di Tangerang: Kesepakatan 12 indikator keluarga sehat
• 2016 PISPK diterapkan di 9 Provinsi, 64 Kab/Kota
• 2017 PISPK diterakpan di 34 Prov, 514 Kab/Kota, 40% Puskesmas
• 2017 Terbit Inpres no 1 / 2017 tentang Germas
• 2018 PISPK diterapkan di 34 Prov, 514 Kab/Kota, 70% Puskesmas
• 2018 Terbit PP no. 8 / 2018 tentang SPM (meliputi 6 bidang)
• 2019 PISPK diterapkan di 34 Prov, 514 Kab/Kota, 100% Puskesmas
• 2019 Terbit Permenkes no. 4 / 2019 tentang SPM bidang Kesehatan
Harmonisasi SPM –PISPK – Germas – Kab/Kota Sehat
• Germas adalah wujud lintas sektor meningkatkan kesehatan
masyarakat, jadi ruang lingkupnya luas: PTM, PM, Stunting, Yankes,
KB, Kesehatan Reproduksi, Kesehatan Kerja, dll
• Peran dari setiap sektor dapat diwujudkan secara operasional sampai
ke tingkat bawah: kelompok masyarakat dan keluarga
• Program kesehatan yang harus dilaksanakan minimal adalah sesuai
SPM  SPM bidang kesehatan yang meliputi 12 jenis:
– 7 jenis merupakan siklus kehidupan dari ibu hamil, ibu bersalin, bayi, balita,
usia pendidikan dasar, usia produktif dan usia lanjut
– 5 jenis tentang pengendalian penyakit utama (2 PM: TB & HIV/AIDS dan
3 PTM (Hipertensi, DM dan ODGJ)
Harmonisasi SPM –PISPK – Germas – Kab/Kota Sehat
• Untuk melaksanakan SPM bidang Kesehatan, bisa melalui keluarga
(PISPK), masyarakat (berbagai bentuk UKBM: Posyandu, Posbindu
PTM, Poskestren, UKS/M, UKK / Cerdik di tempat kerja, Prolanis, dll),
LSM (Peduli AIDS, Peduli TB, dll), FKTP / Puskesmas.
• Germas yang merupakan wujud partisipasi sektor lain dalam
membangun bidang kesehatan  diarahkan mengembangkan
kawasan / tatanan sehat dan UKBM berkualitas (Sekolah sehat,
tempat ibadah sehat, pasar sehat, lokasi wisata sehat, posyandu aktif,
posbidnu PTM aktif, poskestren aktif, dll)
• Bila semua kawasan/tatanan sehat dan IKS (Indeks Keluarga Sehat)
bagus  mendapat penghargaan Kab/Kota Sehat
Keterkaitan SPM - Germas – PISPK di tingkat operasional / masyarakat

SPM Filosofi & tujuan


1. Memenuhi hak dasar Bumil, Bulin, Bayi, Balita, Usisek,
2. Cakupan 100% Usiprod, Usila + PM & PTM

PISPK Metoda
1. Proaktif menjangkau 100% keluarga Keluarga
2. Promotif, preventif, deteksi dini
Wujud Pemberdayaan keluarga

Germas Metoda
Dukungan lintas sektor UKBM UKS/M UKK
Wujud pemberdayaan masyarakat IKS
Indikator Cak. Program
Keterpaduan SPM – PISPK – Germas – Kab/Kota Sehat

SPM Jalur
PISPK
Posyandu
SPM Bidang Posbindu PTM/Lansia
Kesehatan Transformasi UKS/M
Tempat kerja/Pos UKK
Pendidikan
SPM Bidang PU&PR
Lain Sosial
Pemanfatan pekarangan
Pasar
Sektor lain Tempat ibadah
Smart City
Keterpaduan SPM – PISPK – Germas – Kab/Kota Sehat

SPM Jalur Capaian terbaik


PISPK IKS baik
Posyandu Purnama + mandiri
SPM Bidang Posbindu PTM/Lansia Purnama + mandiri
Kesehatan Transformasi UKS/M Sekolah/Madrasah Sehat
Tempat kerja/Pos UKK Tempat kerja sehat
Pendidikan Sekolah/Madrasah sehat
SPM Bidang PU&PR Pemukiman sehat
Lain Sosial Tatanan social yang sehat
Pemanfatan pekarangan % memanfaatkan pekar.
Pasar Pasar sehat
Sektor lain Tempat ibadah Tempat ibadah sehat
Smart City e-government
Keterpaduan SPM – PISPK – Germas – Kab/Kota Sehat

SPM Jalur Capaian terbaik Penghargaan


PISPK IKS baik
Posyandu Purnama + mandiri
SPM Bidang Posbindu PTM/Lansia Purnama + mandiri
Kesehatan Transformasi UKS/M Sekolah/Madrasah Sehat
Tempat kerja/Pos UKK Tempat kerja sehat Kabupaten
Pendidikan Sekolah/Madrasah sehat
SPM Bidang PU&PR Pemukiman sehat
Kota
Lain Sosial Tatanan social yang sehat Sehat
Pemanfatan pekarangan % memanfaatkan pekar.
Pasar Pasar sehat
Sektor lain Tempat ibadah Tempat ibadah sehat
Smart City e-government
Keterpaduan SPM – PISPK – Germas – Kab/Kota Sehat

SPM Jalur Capaian terbaik Penghargaan


PISPK IKS baik
Posyandu Purnama + mandiri
SPM Bidang Posbindu PTM/Lansia Purnama + mandiri
Kesehatan Transformasi UKS/M Sekolah/Madrasah Sehat
Tempat kerja/Pos UKK Tempat kerja sehat Kabupaten
Pendidikan Sekolah/Madrasah sehat
SPM Bidang PU&PR Pemukiman sehat
Kota
Lain Sosial Tatanan social yang sehat Sehat
Pemanfatan pekarangan % memanfaatkan pekar.
Pasar Pasar sehat
Sektor lain Tempat ibadah Tempat ibadah sehat
Smart City e-government
PP No 2 Tahun 2018 (SPM)
SPM adalah ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang
merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap
Warga Negara secara minimal.

Jenis SPM terdiri atas SPM:


a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum;
d. perumahan rakyat;
e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat;
f. sosial.
SPM Non-Kesehatan
1. Pendidikan:
– pendidikan anak usia dini;
– pendidikan dasar; dan
– pendidikan kesetaraan
2. Pekerjaan umum:
– pemenuhan kebutuhan pokok air minum sehari-hari; dan
– penyediaan pelayanan pengolahan air limbah domestik.
3. Sosial:
– rehabilitasi sosial dasar penyandang disabilitas terlantar di luar panti;
– rehabilitasi sosial dasar anak terlantar di luar panti;
– rehabilitasi sosial dasar lanjut usia terlantar di luar panti;
– rehabilitasi sosial dasar tuna sosial khususnya gelandangan dan pengemis di
luar panti; dan
Pembudayaan Germas
1. Harus menjadi bagian dari kehidupan sehari2 keluarga dan masyarakat
2. Pembudayaan Germas  memfasilitasi seluruh masyarakat untuk
melaksanakan Germas dalam siklus kehidupan sehari-hari.
3. Prioritas sasaran adalah kelompok masyarakat yang banyak jumlahnya
dan punya wahana seperti UKBM, sekolah, tempat kerja, RT/RW, dsb.
4. Disarankan prioritasnya adalah sebagai berikut:
– Revitalisasi Posyandu  balita
– Transformasi UKS/M  anak usia sekolah
– Kesehatan Kerja dan Pos UKK  usia produktif (terutama lelaki)
– Posbindu PTM / Posbindu lansia  usia produktif & lansia
– Pemanfaatan pekarangan  ibu rumah tangga
Revitalisasi Posyandu
• Jumlahnya sudah mencukupi
• Pengayaan kegiatan yang harus dilakukan adalah pemantauan dan
stimulasi perkembangan anak
• SPM bidang Kesehatan mencantumkan perkembangan anak sebagai
salah satu standar pelayanan kesehatan bagi balita
• Dikaitkan dengan SDM unggul: intervensi untuk balita adalah pelayanan
kesehatan, peningkatan gizi dan stimulasi perkembangan balita
• Memadukan PAUD atau stimulasi perkembangan anak ke seluruh
posyandu sehingga semua balita memperoleh kesempatan yang sama
untuk berkembang secara optimal
• Indikator keberhasilan: Tingkat perkembangan posyandu  mandiri
Tingkat Perkembangan Posyandu
No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

1. Frek Penimbangan <8 >8 >8 >8


2. Rerata kader tugas <5 >5 >5  5
3. Rerata cakupan D/S < 50% < 50% > 50% > 50%
4. Cakupan Kum KB < 50% < 50% > 50% > 50%
5. Cakupan Kum. KIA < 50% < 50% > 50% > 50%
6. Cakupan Kum. Imunisas < 50% < 50% > 50% > 50%
7. Program Tambahan (-) (-) (+) (+)
8. Cakupan Dana Sehat < 50% < 50% > 50% > 50%

Catatan:
• Perkembangan anak seharusnya dilaksanakan di seluruh posyandu
• Review kriteria tingkat perkembangan, Dana Sehat  peserta JKN?
Posbindu PTM & Posbindu Lansia
Pembudayaan Germas dapat berupa:
• Pemeriksaan kesehatan sebulan sekali
• Senam bersama seminggu sekali
• Literasi gizi dan kesehatan
• Jumlah posbindu PTM sekitar 50.000 dan Posbindu lansia sekitar
100.000  dirasa sangat kurang: perlu percepatan pengembangan
posbindu PTM (terintegrasi dengan posbindu lansia dan prolanis)
• Untuk pengendalian faktor risiko PTM dapat dilakukan P2TMBM
(Pengendalian Penyakit Tidak Menular Berbasis Masyarakat)
• Indikator keberhasilan: Tingkat perkembangan posbindu PTM dan
posbindu lansia
Tingkat Perkembangan Posyandu Lansia
No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

1. Frekuensi penimbangan <8 8-9 > 10 > 10

2. Rerata kader hadir <3 <3 >3 >3

3. Kegiatan penunjang 0 1 2 >2

4. Cakupan pelayanan < 50% 50 - 60% > 60% > 60%


penunjang
5. Pendanaan kegiatan - - > 60% > 6-%
berasal dari masyarakat

Catatan:
• Jumlah Posbindu PTM masih sangat kurang
• Tingkat perkembangan Posyandu lansia perlu direview: JKN masuk dalam indikator
tingkat perkembangan
• Bisakah dipadukan: Posbindu PTM, posyandu lanisa dan prolanis?
Rumah
Rumah Desa
Desa Sehat
Sehat (RDS)

Posyandu/PAUD/SDDTKA

Posbindu PTM/Pos UKK

Posyandu lansia
Kelas bumil

Usia Usia
Bumil Balita
produktif lanjut

Poskesdes / polindes
Rumah Desa Sehat:
Atribut UKBM digantikan dengan jenis kegiatan UKBM

60
Transformasi UKS
Bentuk operasionalisasi pembudayaan germas adalah:
• Bersepeda ke sekolah
• Senam kesegaran jasmani seminggu sekali
• Sarapan bareng seminggu sekali (diawali cuci tangan, berdoa sebelum
makan, sarapan, minum TTD, gosok gigi setelah sarapan, literasi gizi dan
kesehaatan)
• Skrining kesehatan setiap tahun (sesuai dengan SPM bidang Kesehatan)
• Sholat lohor bersama
• Indikator keberhasilan: hasil skrining kesehatan tahun berikutnya lebih
bagus dari tahun sebelumnya (proporsi stunting, obesitas, anemia,
kelainan visus terkoreksi, dst)  sekolah/madrasah sehat
Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M)
Waktu masuk
SPM  hasil skrining:
Stunting 20%
Obese 10%
Anemia 30%
Visus abnormal 15%
Pendengaran kurang 5%
Pingsan saat upacara
Angka absensi
Rerata nilai
Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M)
Waktu masuk Selama sekolah
SPM  hasil skrining: Transformasi UKS/M:
Stunting 20% Sarapan bareng 1x/mg + TTD
Obese 10% Berdoa + cuci tangan sebelum sarapan
Anemia 30% Sikat gigi setelah sarapan
Visus abnormal 15% Literasi gizi + kesehatan (36 sesi)
Pendengaran kurang 5% SBCC (Social & Behavioral Change Comm.)
Pingsan saat upacara Sholat lohor bersama
Angka absensi Bersepeda ke sekolah
Rerata nilai Buku Rapor Kesehatanku

Tranformasi UKS/M:
Implementasi 5 kluster Germas
pada tatanan Sekolah/Madrasah
Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M)
Waktu masuk Selama sekolah Waktu lulus
SPM  hasil skrining: Transformasi UKS/M: SPM  hasil skrining:
Stunting 20% Sarapan bareng 1x/mg + TTD Stunting 10%
Obese 10% Berdoa + cuci tangan sebelum sarapan Obese 5%
Anemia 30% Sikat gigi setelah sarapan Anemia 5% Sekolah
Visus abnormal 15% Literasi gizi + kesehatan (36 sesi) Visus terkoreksi semua Sehat
Pendengaran kurang 5% SBCC (Social & Behavioral Change Comm.) Pendengaran terkoreksi
Pingsan saat upacara Sholat lohor bersama Tidak ada yang pingsn
Angka absensi Bersepeda ke sekolah Angka absensi turun
Rerata nilai Buku Rapor Kesehatanku Rerata nilai membaik

Tranformasi UKS/M:
Implementasi 5 kluster Germas
pada tatanan Sekolah/Madrasah
Transformasi UKS/M
1. UKS/M merupakan solusi masalah kesehatan ibu & anak serta
stunting (pendek)
2. Transformasi UKS/M:
– Regulasi: PB 4 Menteri  Inpres
– Substansi UKS/M: Trias UKS  Sapta UKS
– Perluasan UKS/M: total coverage: seluruh Puskesmas dan seluruh
sekolah
3. Perlu dikembangkan ISS (Indeks Sekolah Sehat)
 perlu kriteria sekolah sehat
4. Dibuat Penghargaan Menteri Kesehatan untuk Pemda yang >80%
sekolah di wilayahnya tergolong Sekolah Sehat.
Kesehatan kerja dan Pos UKK
• Implementasi kesehatan kerja untuk pekerja formal di perusahaan
• Pengembangan Pos UKK untuk pekerja informal
• Prinsipnya melaksanakan CERDIK di tempat kerja
• Bersepeda ke tempat bekerja
• Ada upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit seperti: skrining
kesehatan, KTR di tempat kerja, senam kesegaran jasmani seminggu
sekali, senam peregangan 2 kali sehari
• Rapat diperusahaan disediakan buah dan salad, agar konsumsi sayur
dan buah meningkat
• Indikator keberhasilan: tempat kerja sehat bagi perusahaan dan
tingkat perkembangan pos UKK bagi pekerja informal
Tingkat Perkembangan Pos UKK
No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

1. Jenis obat <5 5-10 > 10 > 10

2. P3 Kit > 1/30 1/20 – 1/30 < 1/20 < 1/20


3. Ergonomi < 30% 30 – 60% > 60% > 60%

4. Penggunaan APD < 30% 30 – 60% > 60% > 60%

5. Simasker < 2 kali/th 2-3 kali/th > 4 kali/th > 4 kali/th

6. Dana Sehat 0 < 50% < 50% > 50%

Catatan:
• Jumlah Pos UKK masih terbatas, perlu percepatan penambahan Pos UKK
• Untuk pekerja formal belum digarap: segera berkolaborasi dengan Kemankertrans
untuk menggarap pekerja formal
Kesehatan Kerja untuk Pekerja Formal
• Bekerjasama dengan Kemenaker
• Pembagian tupoksi yang selaras antara Kemkes dengan Kemenaker:

Kemenaker: Pekerja formal Kemenaker: Keselamatan kerja


Kemkes: Pekerja non-formal Kemkes: Kesehatan kerja

• Terapkan Kesehatan Kerja  pencegahan dan deteksi dini penyakit


termasuk penyakit akibat kerja
• Terapkan keselamatan kerja  mengacu kepada 5 kluster germas
disamping yang spesifik sesuai tempat kerja
Pemanfaatan pekarangan
Pembudayaan Germas bagi ibu rumah tangga:
• Pemanfaatan pekarangan untuk menanam sayur dan memelihara ikan
• Ibu-ibu dilatih menanam sayur untuk keperluan rumah tangganya
sendiri  ibu2 akan mempunyai aktivitas rutin sehari-hari: menanam,
merawat dan memanen sayuran serta memasaknya
• Menghasilkan sayur segar yang bergizi, dan hemat pengeluaran
karena tidak perlu beli sayur.
• Keluarga lebih sering makan sayur segar  memperbaiki gizi
keluarga
• Indikator keberhasilan: proporsi keluarga yang memanfaatkan
pekarangan
Indikator Pasar Sehat
Indikator pasar sehat:
• Penataan pedagang yang rapi
• Pasar bersih, tidak ada air tergenang
• Lorong untuk pelanggan berbelanja cukup lebar dan ramah lansia
• Pencahayaan cukup
• Kebisingan masih dalam toleransi
• Sarana air bersih memadai
• Sanitasi dasar jumlahnya cukup dan bersih
• Ada mushola
• Tersedia ruang laktasi
• Bebas pungutan liar, dst
Tempat Ibadah: Masjid Sehat
Indikator Masjid Sehat:
• Kawasan Tanpa Rokok
• Sarana air bersih memadai
• Sanitasi layak
• Air wudhu berupa air bersih yang mengalir (bukan dari kolam)
• Tersedia tempat sampah
• Tidak ada air tergenang
• Lantai bersih
• Ventilasi cukup
• Dan seterusnya
Keterkaitan 5 kluster Germas dalam UKBM
Tempat kerja Posbindu Pemanfaatan
Kluster Germas Posyandu UKS/M
Pos UKK PTM/Lansia pekarangan

Peningkatan Aktivitas Fisik

Pangan Sehat dan


Percepatan Perbaikan Gizi
Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat
Perbaikan Kesehatan
Lingkungan
Peningkatan Pencegahan
dan Deteksi Dini Penyakit
Strata penghargaan
Penghargaan Menkes / Menteri lain
No Indikator UKBM bagus
Cakupan Nararya Arutala Kartika
1 Posyandu - mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
2 Posbindu PTM – mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
3 Sekolah sehat – mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
4 Pos UKK - mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
(+) Indeks Keluarga Sehat >80% <0,50 0,50 – 0,80 >0,80
Strata penghargaan
Penghargaan Menkes / Menteri lain
No Indikator UKBM bagus
Cakupan Nararya Arutala Kartika
1 Posyandu - mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
2 Posbindu PTM – mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
3 Sekolah sehat – mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
4 Pos UKK - mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
(+) Indeks Keluarga Sehat >80% <0,50 0,50 – 0,80 >0,80
5 Pasar sehat – mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
6 Tempat ibadah sehat - mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
7 Indikator terkait Sektor Lain >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
8 SPM Bidang Lain >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
Strata penghargaan
Penghargaan Menkes / Menteri lain
No Indikator UKBM bagus
Cakupan Nararya Arutala Kartika
1 Posyandu - mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
2 Posbindu PTM – mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
3 Sekolah sehat – mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
4 Pos UKK - mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
(+) Indeks Keluarga Sehat >80% <0,50 0,50 – 0,80 >0,80
5 Pasar sehat – mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
6 Tempat ibadah sehat - mandiri >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
7 Indikator terkait Sektor Lain >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%
8 SPM Bidang Lain >80% 50% - 70% 70% - 90% > 90%

Penghargaan Presiden: Swastisaba Swastisaba Swastisaba


Kabupaten / Kota Sehat Padapa Wiwerda Wistara
Perlu Review UKBM
• Jenis UKBM banyak, review diprioritaskan pada UKBM yang banyak
sasarannya: posyandu, UKS/M, posbindu PTM/Poyandu lansia/Prolanis, Upaya
Kesehatan Kerja (formal & non-formal), dst.
• Review semua bentuk UKBM, bila mungkin beberapa UKBM digabung menjadi
satu (Posyandi lansia, posbindu PTM, prolanis bisa jadi satu; atau semua UKBM
berbasis esa digabung menjadi Posyandu keluarga atau Rumah Desa Sehat)
• Rumuskan tingkat perkembangan tiap UKBM menjadi 4 tingkat (misalnya:
pratama, madya, purnama & mandiri) lengkap dengan indikator yang
menentukan tingkat perkembangan UKBM tersebut.
• Tentukan jumlah idealnya (misalnya: 1 posbindu PTM untuk 100 orang)
sehingga wilayah tahu berapa posbindu seharusnya ada di wilayahnya
• Beri reward pada darah yang jumlah UKBM mencukupi, tingkat
perkembangannya memadai
Pembagian Tugas Review UKBM
Jenis UKBM Penanggung jawab Kemkes Lintas Sektor
Posyandu Dit Promkes, Dit PKP TP PKK, Kemendagri, Kemendes
Sekolah/madrasah sehat Dit Kesga, Dit Kesling, Dit PTM Kemendikbud, Kemenag
Posyandu lansia Dit Kesga, Dit Promkes, Dit PTM TP PKK, Kemendagri, Kemendes
Posbindu PTM Dit PTM, Dit Kesga, Dit Promkes TP PKK, Kemendagri, Kemendes
Tempat kerja sehat Dit Kesjaor, Dit Promkes Kemenaker
Pos UKK Dit Kesjaor, Dit Promkes Kemendagri, Kemendes, KKP
Pemanfaatan pekarangan Dit Gizi Masyarakat Kementan, KKP
Saka Bakti Husada Dit. Promkes dan PJ Krida Kwarnas Gerakan Pramuka
Poskestren Dit Promkes, Dit PKP Kemenag
Pasar sehat Dit Kesling. Dit Promkes Kemendag
Terminal/bandara sehat Dit Kesling, Dit Promkes Kemenhub
Tempat ibadah sehat Dit Kesling, Dit Promkes Kemenag
Dan seterusnya
terima KaSih
Trihono
HP: 08118894414
Email: trihonor2014@gmail.com
Portal: kanal-kesehatan.com

Anda mungkin juga menyukai