Anda di halaman 1dari 2

Kebijakan Rujukan pada Pasien Gangguan Jiwa

Dewasa ini Pemerintah telah menyediakan pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat
melalui sistem pelayanan kesehatan jiwa mulai dari tingkat primer, sekunder dan tersier. Namun
demikian jika dikaitkan dengan beban biaya yang harus dikeluarkan, maka pendekatan kepada
masyarakat akan lebih efektif dan efisien.
Pelayanan kesehatan jiwa dewasa ini mengalami perubahan fundamental, dari pelayanan
kesehatan jiwa dengan perawatan tertutup menjadi terbuka. Dalam penanganan gangguan jiwa,
pendekatan klinis-individual beralih ke produktif sosial sesuai dengan berkembangnya konsep
kesehatan jiwa komunitas.
Upaya pelayanan kesehatan jiwa komunitas dapat dibedakan menurut tingkatan dan jenis
pelayanannya. Tingkatan Pelayanan Menurut tingkatan pelayanannya, pelayanan kesehatan jiwa
terdiri dari pelayanan.
a. Primer
b. Sekunder
c. Tersier
Pelayanan tingkat primer ialah pelayanan tingkat dasar, diberikan oleh fasilitas pelayanan
yang menjadi ujung tombak di komunitas, yaitu Puskesmas, Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat,
Dokter praktek swasta, Perawat Kesehatan Jiwa Masyarakat, Bidan, Psikolog Klinis, Pekerja
Sosial dan Terapis okupasi yang telah mendapat pelatihan. Pelayanan tingkat sekunder diberikan
oleh Rumah Sakit Umum, dan pelayanan kesehatan tersier diberikan di Rumah Sakit Jiwa.
Sayang, tak banyak yang menyadari bahwa gangguan kesehatan jiwa telah diakomodasi
dalam layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan melalui Jaminan
Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Tercatat, BPJS Kesehatan mengeluarkan dana sebesar Rp730 miliar pada 2016 untuk
penyakit yang tergolong dalam gangguan jiwa. Dana ini terbagi atas Rp455 miliar untuk rawat
inap dan Rp275 miliar untuk rawat jalan. Penyakit paranoid skizofernia merupakan kasus yang
paling banyak ditangani untuk rawat inap dan rawat jalan.
Pasien yang mengalami gangguan mental mesti melakukan pemeriksaan awal dari dokter
atau psikolog di fasilitas kesehatan pertama seperti puskesmas, poliklinik, dokter praktik, atau
klinik 24 jam. Jika tak bisa ditangani di faskes pertama, pasien mendapatkan rujukan ke rumah
sakit atau rumah sakit jiwa. Khusus kondisi gawat darurat, pasien dapat langsung menuju IGD
RS Jiwa.
Secara umum, pelayanan medis yang dibutuhkan penderita gangguan jiwa dilayani
melalui Faskes yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Pelayanan kesehatan dapat diberikan
di fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama, seperti Puskesmas, Klinik Pratama atau Dokter
Praktik Perorangan, sampai faskes tingkat rujukan seperti RS.

Sumber :
1. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._406-Menkes-SK-VI-
2009_ttg_Kesehatan_Jiwa_Komunitas_.pdf
2. https://neraca.co.id/article/107782/penyakit-kesehatan-jiwa-dalam-perlindungan-bpjs
3. https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/8ab8026db745ac81dc21323489e4b612.pdf

Anda mungkin juga menyukai