Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

PENGARUH INFLASI & PENGGANGGURAN TERHADAP DAYA BELI

KONSUMEN.(NPM GANJIL)

DOSEN PEMBIMBING
Sri Suprapti,SE,MM

DI SUSUN OLEH
Dina Rubiyanti

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA


FAKULTAS EKONOMI PEMBANGUNAN
TAHUN 2019

1
KATA PENGATAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas selesainya makalah yang berjudul “PENGARUH INFLASI &
PENGGANGGURAN TERHADAP DAYA BELI KONSUMEN.(NPM GANJIL)”
Atas bantuan Dosen pembimbing saya, yang telah memberikan
bantuan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak menerima termakasih kepada :
Sri Suprapti,SE,MM selaku dosen pembimbing mata kuliah
pengantar bisnis universitas wijaya putra yang menambahkan
bimbingan, saran dan ide kepada penulis.
Penulis sadar bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh
dikarenakan itu, panduan dan kritik yang membangun dari
rekan-rekan benar-benar dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Pasuruan, 16,oktober,2019

Dina Rubiyanti

i
daftar isi

Sampul halaman
Kata pengantar
Daftar isi

Bab 1 ............................................................................................................................................................. 1
Pendahuluan ................................................................................................................................................. 1
 Latar belakang Hubungan Antara Inflasi dengan Pengangguran ............................................. 1
Bab 2 ............................................................................................................................................................ 3
Landasan teori dan isi ............................................................................................................................... 3
12.1.1. Pengertian Inflasi ...................................................................................................................... 3
12.1.2. Metode Pengukuran Inflasi ...................................................................................................... 4
12.1.3. Jenis-jenis Inflasi ....................................................................................................................... 6
12.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi .......................................................................... 10
12.1.5. Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian ............................................................................ 14
12.2.1. Pengertian Pengangguran..................................................................................................... 19
12.2.2. Jenis-jenis Pengangguran ..................................................................................................... 20
12.2.3. Faktor-faktor Penyebab Pengangguran .............................................................................. 24
12.2.4. Dampak Pengangguran ......................................................................................................... 34
12.3. HUBUNGAN INFLASI DAN PENGANGGURAN ............................................................... 35
Bab 3 ........................................................................................................................................................... 36
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 36
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 36
A. Saran ................................................................................................................................................. 37
Daftar pustaka........................................................................................................................................... 38
1. http://xcontohmakalah.blogspot.com/2013/03/makalah-inflasi-kesimpulan-dan-saran.html......... 38
2. https://dhanywisnup.wordpress.com/ekonomi-pembangunan/pte-makro/inflasi-dan-
pengangguran/............................................................................................................................................ 38

ii
Bab 1
Pendahuluan

 Latar belakang Hubungan Antara Inflasi dengan


Pengangguran

Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang


kompleks. Inflasi memiliki hubungan dengan banyak
masalah ekonomi yang lain. Inflasi mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh masalah-masalah ekonomi lain tersebut.
Salah satu masalah ekonomi yang berhubungan dengan
inflasi adalah pengangguran. Lantas, bagaimana hubungan
antara inflasi dengan pengangguran?

Selama bertahun-tahun, para ekonom telah mempelajari


hubungan antara pengangguran dan inflasi upah serta
tingkat inflasi keseluruhan. A.W. Phillips adalah salah satu
ekonom pertama yang menyajikan bukti kuat tentang
hubungan terbalik antara pengangguran dan inflasi upah.
1
Phillips mempelajari hubungan antara pengangguran dan
tingkat perubahan upah di Inggris selama hampir satu abad
penuh, yaitu dari tahu 1861 hingga 1957.

Phillips berhipotesis bahwa ketika permintaan tenaga kerja


tinggi dan ada beberapa pekerja yang menganggur,
pengusaha dapat diharapkan untuk menawar upah dengan
cukup cepat. Namun, ketika permintaan tenaga kerja
rendah dan pengangguran tinggi, pekerja enggan menerima
upah lebih rendah dari tingkat yang berlaku. Implikasinya
adalah tingkat upah turun sangat lambat.

Faktor kedua yang mempengaruhi perubahan tingkat upah


adalah tingkat perubahan pengangguran. Jika bisnis sedang
dalam keadaan baik, pengusaha akan mengajukan
penawaran lebih keras untuk pekerja. Hal ini menandakan
bahwa permintaan akan tenaga kerja meningkat dengan
cepat daripada jika permintaan akan tenaga kerja tidak
meningkat atau hanya meningkat dengan lambat.

2
Bab 2
Landasan teori dan isi
INFLASI

12.1.1. Pengertian Inflasi

Beberapa pakar memberikan pengertian mengenai inflasi.


Nopirin mendefinisikan inflasi sebagai proses kenaikan
harga-harga umum barang-barang secara terus menerus
selama peride tertentu. Sementara Samuelson dan
Nordhaus menyatakan inflasi sebagai kenaikan harga
secara umum. Sehingga tingkat inflasi tahun ke-t (It) sama
dengan tingkat harga tahun ke-t (Pt) dikurangi dengan
tingkat harga tahun sebelumnya (Pt-1), atau It = Pt – Pt-1

Umumnya, inflasi adalah proses kenaikan harga-harga


umum barang-barang secara terus menerus. Dari definisi di
atas maka dapat dikatakan bisa terjadi inflasi harus ada 3
komponen yaitu, (1) Kenaikan Harga yang berarti harga
saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode
sebelumnya, (2) kenaikan harga barang tersebut bersifat
umum, artinya, bahwa semua harga mengalami kenaikan,
dan (3) kenaikan harga berlangsung terus menerus (tidak
terjadi sesaat), misalnya saja dalam periode minimal satu
bulan. Jadi, jika kenaikan harga hanya terjadi pada satu
atau dua jenis barang saja (tidak bersifat umum), atau
kenaikan harga hanya terjadi sesaat, maka kondisi tersebut
3
belum cukup dikatakan telah terjadi inflasi. Kenaikan harga
barang tertentu atau kenaikan harga karena panen yang
gagal misalnya, tidak termasuk inflasi.

Inflasi dapat juga dikatakan sebagai penurunan daya beli


uang. Makin tinggi kenaikan harga makin turun nilai uang.

12.1.2. Metode Pengukuran Inflasi

Tingkat inflasi biasanya dinyatakan dalam bentuk


persentase. Semakin tinggi nilainya, makin tinggi kenaikan
harga-harga barang secara umum. Jika kita pernah
mendengar berita di TV bahwa tingkat inflasi mencapai
angka dua digit, itu berarti tingkat inflasi sudah mencapai
angka 10 % ke atas.

Umumnya kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur


dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks
harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi
(Nopirin,1987:25) antara lain:

4
Consumer Price Index (CPI) atau Cost Living Index. Indeks
ini paling banyak digunakan dalam menghitung tingkat
inflasi. Sesuai dengan namanya, indeks ini digunakan untuk
mengukur berapa besar biaya atau pengeluaran rumah
tangga (konsumen) dalam membeli sejumlah barang bagi
keperluan kebutuhan hidupnya (cost living). Satu paket
barang yang mewakili pola pengeluaran konsumen/rumah
tangga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dipilih untuk
selanjutnya dihitung seberapa besar biaya yang diperlukan
untuk membeli barang/jasa tersebut. Ada dua
penghitungan. Pertama, biaya-biaya tersebut diukur dengan
harga pada saat penghitungan dilakukan (harga berlaku).
Kedua biaya dihitung berdasarkan harga barang pada tahun
dasar tertentu. Perbandingan kedua biaya inilah yang
disebut dengan CPI.

Produsen Price Index (PPI) dikenal dengan Whosale Price


Index. Index ini lebih menitikberatkan pada perbandingan
biaya yang dikeluarkan oleh produsen – dalam hal ini
perdagangan besar – seperti harga bahan mentah (raw
material), bahan baku atau barang setengah jadi. Seperti
CPI, biaya yang dikeluarkan produsen untuk sepaket
barang mentah/faktor produksi dihitung, baik berdasarkan
harga berlaku (tahun berjalan) maupun tahun dasar.
Perbandingan kedua biaya inilah yang disebut dengan PPI.

5
GNP Deflator, yaitu jenis indeks yang berbeda dengan
indeks CPI dan PPI. Indeks ini mencangkup jumlah barang
dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga
jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks
diatas. GNP Deflator didefinisikan sebagai perbandingan
GNP Nominal (GNP yang dihitung berdasarkan harga
berlaku) dengan GNP Riil-nya (GNP yang dihitung
berdasarkan harga kontans tahun tertentu).

GNP Deflator memiliki kelebihan, yaitu bahwa indeks ini


bukan hanya memperhitungkan harga barang konsumen
atau pun produsen, tetapi juga harga barang kapital dan
barang ekspor.

12.1.3. Jenis-jenis Inflasi

Jenis inflasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu


menurut sifatnya dan berdasarkan penyebabnya. Jenis
inflasi menurut sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu:

6
Inflasi Merayap (Creeping Inflation)

Creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah


(kurang dari 10% per tahun). Kenaikkan harga berjalan
sangat lambat dengan persentase yng kecil serta dalam
jangka yang relatif lama.

Inflasi Menengah (Galloping Inflation)

Galloping inflation ditandai dengan kenaikan harga yang


cukup besar (biasanya double digit atau triple digit) dan
kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek
serta mempunyai sifat akselerasi, artinya harga-harga
minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan
seterusnya. Efek terhadap perekonomian lebih berat
daripada inflasi yang merayap.

Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)

Hyper inflation merupakan inflasi yang paling parah


akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali lipat.
Masyarakat tidak lagi mau menyimpan uang, nilai uang
merosot sangat tajam sehingga ingin ditukarkan dengan
barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara
akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah
mengalami defisit anggaran belanja (misalnya ditimbulkan
oleh adanya perang) yang dibelanjai atau ditutup dengan
mencetak uang.

7
Sementara itu, berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat
dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:

Demand Pull Inflation (Inflasi karena tarikan permintaan)

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total


(agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada
keadaan kesempatan kerja penuh (full employment) atau
hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan
hampir mendekati kesempatan kerja penuh, kenaikan
permintaan total selain menaikkan harga dapat juga
menaikkan produksi tetapi jika keadaan full employment
kenaikan permintaan selanjutnya akan menaikkan harga
barang saja.

8
Cost Push Inflation (Inflasi karena dorongan biaya
(produksi))

Cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikkan


harga serta turunnya produksi. Inflasi ini biasanya dibarengi
resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya
penurunan dalam penawaran total (aggregate supply)
sebagai akibat kenaikkan biaya produksi yang dapat timbul
karena beberapa faktor yaitu :

Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut


kenaikkan upah

Industri monopolis managernya dapat menentukan

Kenaikkan harga bahan baku industri

Kenaikan biaya produksi akan menaikkan harga dan


turunnya produksi. Kalau proses ini berjalan terus maka
timbullah cost-push inflation.

Penyebab inflasi pun dapat diidentifikasi dari ‘lokasi’


barang/jasa yang mengalami kenaikan harga. Jika tingkat
inflasi yang terjadi disebabkan oleh kenaikan harga barang
secara umum di dalam negeri, maka disebut domestic
inflation. Sebaliknya, Tingkat inflasi yang terjadi karena
disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang import
secara umum, maka disebut Imported Inflation.

9
12.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi

Samuelson dan Nordhaus menyebutkan bahwa ada 2 faktor


yang menyebabkan timbulnya inflasi, yaitu tarikan
permintaan (demand pull) dan dorongan peningakatan
harga (cost push). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jika
permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan
dengan potensi produktif perekonomian, maka sesuai
hukum ekonomi, maka kondisi ini akan menarik harga ke
atas sehingga tercapai keseimbangan baru pada tingkat
penawaran dan permintaan agregat. Inflasi yang
disebabkan oleh meningkatnya permintaan agregat ini yang
disebut dengan demand pull inflation. Sementara itu, jika
pada kondisi perekonomian di mana ada peningkatan biaya,
khususnya saat periode pengangguran tinggi dan
penggunaan sumber daya yang kurang efektif, maka ini pun
akan mendorong kenaikan harga-harga barang/jasa secara
umum. Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya
produksi inilah yang dikenal dengan cost push inflation.

Seperti telah disinggung sebelumnya, penyebab inflasi pun


dapat diidentifikasi dari ‘lokasi’ barang/jasa yang mengalami
kenaikan harga. Jika tingkat inflasi yang terjadi disebabkan
10
oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri,
maka disebut domestic inflation. Sebaliknya, Tingkat inflasi
yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga
barang import secara umum, maka disebut Imported
Inflation.

Kejadian inflasi di negara-negara di dunia, khususnya di Indonesia


dipengaruhi oleh faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor-faktor
tersebut antara lain:

– Adanya peningkatan jumlah uang beredar. Peningkatan jumlah


uang beredar ini di Indonesia disebabkan antara lain oleh peristiwa:

* Kenaikan harga migas di luar negeri

* Meningkatnya bantuan luar negeri

* Masuknya modal asing, khususnya investasi portfolio di pasar uang

* Meningkatnya anggaran Pemerintah secara mencolok

* Depresiasi nilai Rupiah dan gejolak mata uang konvertibel

– Adanya tekanan pada tingkat harga umum, yang dapat dipengaruhi


oleh kejadian-kejadian berikut ini :

* Penurunan produksi pangan akibat musim kering yang


berkepanjangan

* Peningkatan harga komoditi umum secara mendadak

* Pencabutan program subsidi BBM

11
* Kenaikan harga BBM yang mencolok

* Kenaikan tarif listrik

– Kebijakan Pemerintah dalam mendorong kegiatan ekspor non-


migas; maupun kebijakan lainnya yang bersifat distortif seperti antara
lain:

* Lonjakan inflasi setelah dikeluarkannya kebijakan devaluasi

* Kebijakan tata niaga yang menciptakan pasar yang oligopolistis dan


monopolistis

* Pungutan-pungutan yang dikenakan dalam perjalanan lalu lintas


barang dan mobilitas tenaga kerja

* Kebijakan peningkatan tingkat upah minimum regional

– Peningkatan pertumbuhan agregat demand yang dipicu oleh


perubahan selera masyarakat, atau kebijakan pemberian bonus
perusahaan dan faktor spekulatif lainnya:

* Pemberian bonus THR mendekati jatuhnya Hari Raya.

* Pemberian bonus prestasi perusahaan

* Perkembangan pusat belanja yang ekspansif dengan


mematikan fungsi keberadaan pasar tradisional di lokalitas
tertentu.

12
Pada masa lalu pencetus inflasi di Indonesia lebih
dipengaruhi oleh inflasi yang berasal dari impor bahan baku
dan penolong. Hal ini beralasan karena sebagian besar dari
bahan baku tersebut masih diimpor dari luar negeri, akibat
struktur industri yang sedikit mengandung local content.

Dua faktor dapat berpengaruh atas kenaikkan harga di


dalam negeri. Jika terjadi kelangkaan pasokan akibat
gangguan logistik atau perubahan permintaaan dunia atas
bahan baku tersebut di dunia. Jika terjadi penurunan nilai
rupiah kita terhadap mata uang asing utama seperti dollar
Amerika Serikat.

Saat ini inflasi di negara kita lebih banyak dipengaruhi oleh


lonjakan harga minyak bumi di pasar internasional, yang
dapat mendorong lebih lanjut biaya pengadaan sumber
energi listrik dan bahan bakar untuk sebagian besar pabrik-
pabrik pengolahan.

Dimasa depan ancaman lonjakan harga minyak bumi masih


akan mengancam inflasi di negara kita. Potensi kelangkaan
bahan baku batubara dan gas akan juga terjadi dan
mengakibat kan kenaikkan biaya energi. Disamping itu
ancaman jangka menengah atas kemungkinan terjadinya
inflasi di beberapa daerah di Indonesia adalah akibat
adanya kelangkaan bahan makanan pokok masyarakat

13
yang timbul akibat paceklik, hama penyakit, dan penurunan
produktivitas padi, kedelai dan kacang-kacangan.

Memang inflasi pada tingkat yang rendah merupakan


perangsang bagi produsen untuk menambah kapasitas
produksinya; tetapi jika terlalu tinggi akan memberikan
dampak negatif atas meningkatnya ketidakpastian dan
penurunan daya beli konsumen, sekaligus potensi
penjualan perusahaan.

12.1.5. Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian

Tingkat inflasi merupakan variabel ekonomi makro paling


penting dan paling ditakuti oleh para pelaku ekonomi
termasuk Pemerintah, karena dapat membawa pengaruh
buruk pada struktur biaya produksi dan tingkat
kesejahteraan. Bahkan satu rezim kabinet pemerintahan
dapat jatuh hanya karena tidak dapat menekan dan
mengendalikan lonjakan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang
naik berpuluh kali lipat, seperti yang dialami oleh
pemerintahan rezim Soekarno dan rezim Marcos, menjadi
bukti nyata dari rawannya dampak negatif yang harus
ditanggung para pengusaha dan masyarakat.
14
Bagaimana pun inflasi adalah kejadian ekonomi yang sudah
dianggap lumrah dan tidak selamanya berdampak negatif.
Secara ringkas, berikut ini adalah dampak negatif dan positif
inflasi:

Dampak negatif

Dampak negative inflasi umumnya terjadi saat inflasi


disebabkan oleh cost push inflation. Saat terjadi kenaikan
harga-harga faktor produksi (input) dari perekonomian,
maka:

Harga barang-barang dan jasa yang dihasilkan (output) juga


akan naik.

Nilai dan kepercayaan terhadap uang akan turun atau


berkurang.

Menimbulkan tindakan spekulasi.

Banyak proyek pembangunan macet atau terlantar.

Kesadaran menabung masyarakat berkurang.

Dampak positif

15
Dampak positif inflasi biasanya terjadi jika jenis inflasi yang
terjadi adalah demand pull inflation. Saat permintaan
agregat meningkat, maka:

Peredaran / perputaran barang lebih cepat.

Produksi barang-barang bertambah, karena keuntungan


pengusaha bertambah.

Kesempatan kerja bertambah, karena terjadi tambahan


investasi (pengusaha yang untung memperbesar usahanya
melalui investasi).

Pendapatan nominal bertambah, tetapi riil berkurang,


karena kenaikan pendapatan kecil.

Dengan dampak negative dan positif di atas, maka saat


terjadi inflasi akan ada pihak-pihak yang diuntungkan dan
ada yang dirugikan. Pihak-pihak yang mendapatkan
keuntungan adalah:

Para pengusaha, yang pada saat sebelum terjadinya inflasi,


telah memiliki stock/persediaan produksi barang yang siap
dijual dalam jumlah besar.

Para pedagang, yang dengan terjadinya inflasi


menggunakan kesempatan memainkan harga barang. Cara
yang dipakai adalah dengan menaikkan harga, karena ingin
mendapatkan laba/keuntungan yang besar.
16
Para spekulan, yaitu orang-orang atau badan usaha yang
mengadakan spekulasi, dengan cara menimbun barang
sebanyak-banyaknya sebelum terjadinya inflasi dan
menjualnya kembali pada saat inflasi terjadi, sehingga
terjadinya kenaikan harga sangat menguntungkan mereka.

Para peminjam, karena pinjaman telah diambil sebelum


harga barang-barang naik, sehingga nilai riil-nya lebih tinggi
daripada sesudah inflasi terjadi, tetapi peminjam membayar
kembali tetap sesuai dengan perjanjian yang dibuat
sebelum terjadi inflasi. Misalnya, para pengambil kredit KPR
BTN sebelum inflasi yang mengakibatkan harga bahan
bangunan dan rumah KPR BTN naik, sedangkan jumlah
angsuran yang harus dibayar kepada BTN tetap tidak ikut
dinaikkan.

Sementara itu, pihak-pihak yang dirugikan antara lain:

Para konsumen, karena harus membayar lebih mahal,


sehingga barang yang diperoleh lebih sedikit jika
dibandingkan dengan sebelum terjadinya inflasi.

Mereka yang berpenghasilan tetap, karena dengan


penghasilan tetap, naiknya harga barang-barang dan jasa,
mengakibatkan jumlah barang-barang dan jasa yang dapat
dibeli menjadi lebih sedikit, sehingga pendapatan riil/nyata
berkurang, sedangkan kenaikan penghasilan atau
pendapatan pada saat terjadi inflasi sulit diharapkan.

17
Para pemborong atau kontraktor, karena harus
mengeluarkan tambahan biaya agar dapat menutup
pengeluaran-pengeluaran yang diakibatkan terjadinya inflasi
dan mengakibatkan berkurangnya keuntungan yang
diperoleh dari proyek yang dikerjakan.

Para pemberi pinjaman/kreditor, karena nilai riil dari


pinjaman yang telah diberikan menjadi lebih kecil sebagai
akibat terjadinya inflasi. Misalnya, sebelum inflasi, pinjaman
Rp 500.000,00 = 25 gram emas, sesudah inflasi = 20 gram
emas.

Para penabung, karena pada saat inflasi bunga yang


diperoleh dari tabungan dirasakan lebih kecil jika
dibandingkan dengan kenaikan harga yang terjadi. Di
samping itu akibat naiknya harga barang-barang dan jasa,
nilai uang yang ditabung menjadi lebih rendah/turun, jika
dibandingkan dengan sebelum terjadi inflasi.

Inflasi dapat menyebabkan gangguan pada stabilitas


ekonomi di mana para pelaku ekonomi enggan untuk
melakukan spekulasi dalam perekonomian. Di samping itu
inflasi juga bisa memperburuk tingkat kesejahteraan
masyarakat akibat menurunnya daya beli masyarakat
secara umum akibat harga-harga yang naik. Selain itu
distribusi pendapatan pun semakin buruk akibat tidak
semua orang dapat menyesuaikan diri dengan inflasi yang
terjadi.

PENGANGGURAN

18
12.2.1. Pengertian Pengangguran

Pengangguran adalah orang yang mencari kerja tetapi


belum atau tidak mendapat pekerjaan. Atau dapat juga
dikatakan orang yang sudah dalam usia kerja (usia 15-64
tahun) dan masuk dalam angkatan kerja tetapi belum
bekerja. Atau, penduduk usia kerja yang belum pernah
bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan, yang
sudah pernah bekerja karena sesuatu hal berhenti atau
diberhentikan dan sedang berusaha memperoleh pekerjaan,
yang dibebastugaskan baik akan dipanggil kembali atau
tidak tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan
pekerjaan.

Total penduduk

Usia kerja (15-64)


Bukan usia kerja
Anak (<15 th)
Lanjut usia (65+)
Angkatan kerja
Bukan Angkatan kerja
Bekerja
Pengangguran penuh
Sekolah
Mengurus rumahtangga

19
Lain-lain
Bekerja penuh
Setengah Pengangguran
Sukarela
Terpaksa

Untuk lebih jelasnya, kita harus memahami pengelompokan


penduduk berdasarkan kelompok umur dan status
pekerjaan seperti terlihat dalam bagan berikut ini

12.2.2. Jenis-jenis Pengangguran

Berdasarkan penyebabnya, pengangguran dapat


dikelompokkan dalam beberapa jenis:

Pengangguran Friksional

Pengangguran yang bersifat sementara, biasanya terjadi


karena adanya kesenjangan waktu, letak geografis,
informasi antara pencari kerja dengan lowongan pekerjaan.
mendefinisikan ini sebagai pengangguran yang muncul
karena adanya senjang waktu bagi pekerja untuk mencari

20
pekerjaan yang sesuai dengan selera dan kemampuan
mereka. Atau pengangguran yang terjadi akibat pindahnya
seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan
akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus
sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang
lain tersebut.

Pengangguran Struktural

Pengangguran yang sifatnya mendasar, dimana pencari


kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan
untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Semakin maju
suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan
kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki
kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Pengangguran ini
umumnya disebabkan oleh ketidakcocokan antara struktur
para pencari kerja sehubungan dengan keterampilan,
bidang keahlian, maupun daerah lokasinya dengan struktur
permintaan tenaga kerja yang belum terisi. Atau
pengangguran yang muncul karena jumlah pekerjaan yang
tersedia di pasar tenaga kerja tidak cukup untuk
menyediakan pekerjaan bagi siapapun yang
menginginkannya.

Pengangguran Musiman

21
Pengangguran yang berkaitan erat dengan fluktuasi
kegiatan ekoniomi jangka pendek terutama di sektor
pertanian.

Pengangguran Siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang


menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi
sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada
penawaran kerja.

Pengangguran konjungtur

Pengangguran yang disebabkan oleh kelesuan/kemunduran


kegiatan ekonomi. Kemerosotan kegiatan ekonomi ini
disebabkan oleh penurunan dalam pengeluaran atas
barang dan jasa yang dihasilkan oleh perekonomian
tersebut. Kelesuan ini disebabkan oleh faktor dalam negeri
berupa mayarakat mengurangi tingkat pengeluarannya atau
perusahaan swasta mengurangi investasinya, dan faktor
luar negeri berupa penurunan ekspor atau impor yang
semakin besar

22
Seperti telah disinggung dalam definisinya di atas,
pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran
sukarela (voluntary unemployment) dan dukalara/terpaksa
(involuntary unemployment). Pengangguran suka rela
adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara
waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
Sedangkan pengangguran dukalara/terpaksa adalah
pengangguran yang menganggur karena sudah berusaha
mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan
kerja.

Jenis pengangguran lainnya adalah berdasarkan jumlah jam


kerja penduduk tersebut bekerja. Di sini, ada dua jenis
pengangguran, yaitu pengangguran penuh dan setengah
pengangguran. Pengangguranpenuh berarti
penduduk/orang tersebut belum mendapatkan/sedang
mencari pekerjaan (sama dengan definisi pengangguran
secara harfiah). Sementara itu, setengah pengangguran
adalah penduduk/orang yang sebenarnya bekerja namun
jam kerjanya tidak seperti orang bekerja penuh. Biasanya,
dikatakan setengah pengangguran jika jam kerja <35
jam/minggu.

23
12.2.3. Faktor-faktor Penyebab Pengangguran

Dari jenis-jenis pengangguran di atas, kita dapat


merumuskan faktor-faktor penyebab pengangguran.
Walaupun demikian, secara umum ada dua 2 faktor utama
penyebab pengangguran, yaitu faktor Pribadi dan faktor
sosial ekonomi

Faktor Pribadi

Dalam hal ini penyebab pengangguran bisa disebabkan


oleh kemalasan, cacat/udzur dan rendahnya pendidikan dan
ketrampilan. Penjelasannya sebagai berikut :

Faktor kemalasan

Penganguran yang berasal dari kemalasan individu


sebenarnya sedikit. Namun, dalam sistem materialis dan
politik sekularis, banyak yang mendorong masyarat menjadi
malas, seperti sistem penggajian yang tidak layak atau
maraknya perjudian. Banyak orang yang miskin menjadi
malas bekerja karena berharap kaya mendadak dengan
jalan menang judi atau undian.

Faktor cacat /uzur


24
Dalam sistem kapitalis hukum yang diterapkan adalah
‘hukum rimba’. Karena itu, tidak ada tempat bagi mereka
yang cacat/uzur untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Faktor rendahnya pendidikan dan keterampilan

Dampak dari rendahnya pendidikan tenaga kerja adalah


rendahnya keterampilan yang mereka milki. Belum lagi
sistem pendidikan Indonesia yang tidak fokus pada
persoalan praktis yang dibutuhkan dalam kehidupan dan
dunia kerja. Pada akhirnya mereka menjadi pengangguran
intelek.

Faktor Sistem Sosial dan Ekonomi

Faktor ini merupakan penyebab utama meningkatnya


pengangguran di Indonesia, di antaranya:
25
Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan
kebutuhan

Saat jumlah pencari kerja (penawaran tenaga kerja)


melebihi lapangan pekerjaan yang tersedia (permintaan
tenaga kerja) maka akan ada pengangguran. Jumlah
pengangguran sejumlah mereka yang tidak tertampung
dalam pasar tenaga kerja.

Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat

Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada


rakyat dan menimbulkan pengangguran baru. Misalnya,
kenaikan BBM telah menambah pengangguran. Kebijakan
Pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan
ekonomi bukan pemerataan juga mengakibatkan banyak
ketimpangan dan pengangguran. Banyaknya pembukaan
industri tanpa memperhatikan dampak lingkungan telah
mengakibatkan pencemaran dan mematikan lapangan kerja
yang sudah ada. Pencemaran telah mengakibatkan
penghasilan tambak/lahanpertanian yang menurun, tanah
menjadi tidak subur, dan seterusnya. Akibatnya, rakyat
sekitar daerah industri tersebut menjadi orang-orang miskin
dan penganggguran.

26
Pengembangan sektor ekonomi non-real

Dalam sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi yang


menjadikan uang sebagai komoditas yang di sebut sektor
non-real, seperti bursa efek dan saham perbankan sistem
ribawi maupun asuransi. Sektor ini tumbuh pesat. Nilai
transaksinya bahkan bisa mencapai 10 kali lipat daripada
sektor real.

Pertumbuhan uang beredar yang jauh lebih cepat daripada


sektor real ini mendorong inflasi dan penggelembungan
harga aset sehingga menyebabkan turunnya produksi dan
investasi di sektor real. Akibatnya, hal itu mendorong
kebangkrutan perusahan dan PHK serta pengangguran.
Inilah penyebab utama krisis ekonomi dan moneter di
Indonesia yang terjadi sejak tahun 1997. Peningkatan
sektor non-real juga mengakibatkan harta beredar hanya di
sekelompok orang tertentu dan tidak memilki konstribusi
dalam penyediaan lapangan pekerjaan.

Dalam tulisan lain, disebutkan pula faktor lain penyebab


seseorang tidak mendapat pekerjaan, seperti kurangnya
informasi, tidak adanya sistem penerimaan public, dan sulit
27
menerapkan kepintarannya dalam dunia pekerjaan. Hal
inilah yang paling besar pengaruhnya dalam dunia kerja
sekarang ini, kurangnya informasi dapat menjadi faktor yang
paling berpengaruh, hal ini diakibatkan keadaan lingkungan
tempat tinggal yang tidak memungkinkan untuk terus meng
update informasi tentang lowongan pekerjaan. Selain itu
faktor penerimaan yang bisa disebut “diam-diam” juga
sangat berpengaruh, dimana sekarang banyak perusahaan
yang mengutamakan standar universitas (lembaga)
daripada standar keahlian masing-masing pelamar kerja.
Ada juga pengaruh sulitnya membedakan antara kuliah
dengan kerja, ini disebakan pengalaman seorang tenaga
kerja yang masih belum terasah, maka diperlukan sistem
perkuliahan yang bisa mendukung keahlian seseorang dan
dapat langsung diterapkan didunia kerja, tapi lagi-lagi
pengaruh nama universitas besar tetap tidak dapat di
kesampingkan.

Dalam beberapa literature ekonomi, secara teoritis (lihat


jenis pengangguran berdasarkan penyebabnya di bagian
sebleumnya), pengangguran dapat terjadi karena beberapa
sebab, diantaranya :

Perubahan struktural. Seperti disebutkan Reynolds, Masters


dan Moser jenis pengangguran ini terjadi karena mismatch
(tak sepadan/ketidakcocokan) antara kualifikasi pekerja
yang membutuhkan pekerjaan dengan persyaratan yang
diinginkan. Hal ini biasanya terjadi karena adanya

28
perubahan struktur ekonomi. Struktur ekonomi dapat
diamati dari dominasi kontribusi sektoral terhadap produksi
nasional (regional).

Bila sektor industri memberikan kontribusi paling besar


terhadap PDB dibanding dengan sektor lainnya, maka
struktur perekonomian tersebut adalah industri, atau
sebaliknya. Katakanlah dalam suatu negara atau daerah
terjadi pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke
industri. Dampak selanjutnya, adalah dibutuhkannya
kualifikasi tenaga kerja yang cocok di sektor industri. Ketika
persyaratan ini tidak terpenuhi (mismatch), maka tenaga
kerja yang ada menjadi tidak terpakai, kecuali terjadi
penyesuaian kualifikasi seperti yang dibutuhkan.

Pengaruh musim. Perubahan musim terjadi bukan hanya di


sektor pertanian saja, tetapi sering pula terjadi pada sektor
lain. Pada musim liburan dan tahun baru, misalnya,
suasana sektor jasa transportasi dan pariwisata menjadi
sangat sibuk (full employed) dibanding dengan hari-hari
biasa. Demikian pula pada saat menjelang, sedang dan
setelah bulan Suci Ramadhan, nampak permintaan
terhadap barang dan jasa meningkat (demand for good)
yang selanjutnya akan membawa dampak otomatis
terhadap permintaan tenaga kerja (derived demand) di
sektor yang bersangkutan.

Adanya hambatan (ketidaklancaran) bertemunya pencari


kerja dan lowongan kerja (pengangguran friksional). Jenis
pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis

29
(misalnya waktu dan tempat). Sering terjadi pencari kerja
tidak memiliki informasi yang lengkap tentang lowongan
kerja yang ada. Sehingga mereka kehilangan kesempatan
untuk memenuhi lowongan kerja tersebut. Mungkin juga
karena situasi kerja (tempat) yang ditempati tidak cocok
dengan harapan si pencari kerja, sehingga membuat
pudarnya semangat kerja. Pilihannya adalah lebih baik tidak
bekerja, karena lingkungan kerja tidak kondusif lagi.
Pengangguran jenis ini bisa juga terjadi karena
perkembangan (dinamika) ekonomi yang terus-menerus
berubah, sehingga membawa dampak terhadap permintaan
tenaga kerja yang dinamis pula. Artinya pada situasi
demikian sangat dibutuhkan tenaga kerja yang mampu
mengikuti perubahan jaman dengan cepat serta mampu
melakukan adaptasi keahlian terhadap tuntutan lingkungan
eksternal yang dinamis tersebut. Bila situasi ini tidak bisa
diikutinya, maka ia akan kehilangan kesempatan kerja.

Rendahnya aliran investasi. Investasi merupakan komponen


aggregate demand yang mempunyai daya ungkit terhadap
perluasan kesempatan kerja. Melalui mekanisme efek
multiplier, perubahan investasi membawa dampak terhadap
kenaikan output (pendapatan).

Terdapat beberapa besaran (pengeluran otonom, seperti


halnya investasi) yang mempunyai dampak terhadap
meningkatnya output yaitu pengeluaran konsumsi otonom,
investasi otonom, pengeluaran pemerintah dan ekspor.
Secara otomatis meningkatnya output akan membutuhkan
sumberdaya untuk proses produksi (modal, tenaga kerja
dan input lainnya). Dengan demikian permintaan tenaga
kerja akan meningkat ketika terjadi peningkatan dalam
30
pengeluaran otonom tadi. Hubungan antara kenaikan
output dengan permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga
kerja) dapat dijelaskan dengan konsep elastisitas
penyerapan tenaga kerja.

Elastisitas penyerapan tenaga kerja mencerminkan


persentase perubahan tenaga kerja yang terserap sebagai
akibat perubahan laju pertumbuhan ekonomi. Bila koefisien
Eks semakin besar (misalnya lebih besar dari satu atau
elastis), ini berarti persentase kenaikan tenaga kerja yang
terserap adalah lebih besar dibanding dengan laju
pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Kondisi inilah yang sangat
diharapkan, karena pola hubungan sedemikian
mencerminkan kegiatan ekonomi yang pada karya (labor
intensive). Artinya perubahan kesempatan kerja sangat
peka (sensitif) terhadap perubahan laju pertumbuhan
ekonomi (economic growth rate).

Rendahnya tingkat keakhlian. Keahlian dan produktifitas


sangat berkaitan erat. Orang yang memiliki keahlian akan
memiliki produktifitas tinggi, karena ia mampu
memanfaatkan potensi dirinya pada kegiatan ekonomi
produktif. Untuk meningkatkan keahlian dapat dilakukan
berbagai cara, diantaranya adalah melalui pendidikan dan
latihan, magang, pendidikan formal, membangkitkan
kecerdasan tenaga kerja lewat pembinaan motivasi kerja
dan corporate learning (percepatan belajar perusahaan).

31
Diskriminasi tidak hanya terjadi pada warna kulit saja (race
discrimination), tetapi bisa terjadi pula pada aspek lain,
misalnya pada sektor pendidikan, ekonomi, hukum, Agama
dan lainnya. Misalnya, ketika perlakukan diskriminatif terjadi
di bidang ekonomi, maka kemungkinan dampak yang akan
dirasakan adalah hilangnya kesempatan berusaha dan
kesulitan akses pada sumber-sumber pertumbuhan
ekonomi (modal, alam dan informasi, dll). Situasi inilah yang
pada gilirannya akan menghambat pada penciptaan
lapangan kerja itu sendiri. Jadi beban ketenagakerjaan akan
berat sekali ketika perlakukan disriminatif di bidang ekonomi
masih ada. Demikian juga bila akses pendidikan dan
pengembangan SDM tidak diberikan seluas-luasnya kepada
publik, dampak selanjutnya adalah terpuruknya kualitas
SDM, dan dalam jangka panjang kesempatan akan sulit
diraih oleh tenaga kerja.

Laju pertumbuhan penduduk. Hal-hal yang tidak diinginkan


dari persoalan kependudukan diantaranya adalah apabila
pertumbuhan penduduk bersamaan dengan munculnya
karakteristik sebagai berikut :

tidak diimbangi dengan sarana dan prasaranan pendidikan


yang memadai

rendahnya anggaran pendidikan

rendahnya tingkat kesehatan

tidak seimbang dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja

rendahnya pembentukan modal

32
rendahnya kualitas tenaga kependidikan

rendahnya balas jasa di sektor pendidikan (gaji, honor, jasa


riset dsb

rendahnya daya beli masyarakat

minimnya sumberdaya ekonomi yang bisa dieksploitasi

masih rendahnya pemahaman tentang arti penting


pendidikan

rendahnya fasilitas dan kualitas kesehatan yang dibutuhkan


masyarakat.

Aggregate demand unemployment. Pengangguran ini


muncul karena rendahnya permintaan output ekonomi,
sehingga selanjutnya berdampak pada rendahnya
permintaan tenaga kerja (low derived demand). Sebaliknya,
bila permintaan output tinggi (high aggregate demand),
bukan hanya akan menghilangkan pengangguran jenis ini,
tetapi malah akan tercipta lebih banyak lagi kesempatan
kerja, bahkan situasi ini dapat mengurangi pengangguran
struktural dan friksional yang terjadi sebelumnya.

Seiring perubahan kondisi sosial-ekonomi


masyarakat yang semakin cepat, penyebab pengangguran
dapat saja berubah. Peserta mata kuliah dibebaskan
mencari/mengidentifikasi penyebab pengangguran yang
ditemui di sekelilingnya dan/atau mengkritisi berbagai
penyebab yang telah diuraikan di atas.

33
12.2.4. Dampak Pengangguran

Tingkat pengangguran, khususnya yang tinggi, dapat


berdampak terhadap masalah perekonomian maupun
sosial. Dampak ekonomi yang tampak adalah “sumberdaya
yang tidak terpakai”. Sementara itu, dampak sosialnya
antara lain pada diri/pribadi penganggur tersebut maupun
lingkungannya. Secara psikologis, menganggur menjadi
salah satu sebagai penyebab depresi bagi sekelompok
orang. Jika tidak bisa mengatasinya, bukan tidak mungkin
seseorang yang depresi akan mengalami gangguan jiwa,
bunuh diri atau sejenisnya. Bagi lingkungan, tingginya
tingkat pengangguran dapat memunculkan masalah-
masalah sosial seperti kriminalitas, perkelahian, dll. Peserta
mata kuliah dapat melihat dampak ini, baik secara langsung
(di sekitarnya) atau melalui media.

Dari sisi ekonomi, seorang ahli ekonomi, yaitu Okun bahkan


mengeluarkan pernyataan tentang hubungan antara
pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi, yang dikenal
dengan Hukum Okun (Okun’s Law). Okun’s Law
memberikan gambaran keterkaitan/link antara pasar output
dgn pasar tenaga kerja dan hubungan antara pergerakan
jangka pendek GDP dan perubahan tingkat pengangguran.
Hukum Okun berbunyi bahwa setiap terjadi penurunan 2%
34
GDP terhadap GDP Potential, Tingkat Unemployment naik
1 % , demikian juga sebaliknya (lihat ilustrasi gambar di
bawah ini.

12.3. HUBUNGAN INFLASI DAN PENGANGGURAN

Ada hubungan antara inflasi dan pengangguran. Melalui


penelitiannya, Profesor A.W. Philip (1958) menggambarkan
hubungan keduanya melalui sebuah kurva yang disebut
Kurva Philip (lihat Gambar 12.3). Dalam kurva tersebut
digambarkan bahwa hubungan antara inflasi dan
pengangguran adalah negatif dan non linier. Saat ada
kenaikan tingkat upah (inflasi tingkat upah/wage inflation)
maka akan ada penurunan pengangguran (Unemployment).
Pada gambar, saat tingkat upah sebesar w3, maka
pengangguran sebesar C. Saat tingkat upah naik (inflasi)
menjadi w2, maka pengangguran turun menjadi B, dan saat
tingkat upah kembali naik menjadi w1, maka pengangguran
pun semakin rendah, menjadi A. Dalam kondisi kurva
Philips ini, inflasi upah tenaga kerja berdampak positif, yaitu
menurunnya pengangguran.

35
Bab 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau
mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.
Inflasi digolongkan menurut beberapa cara, dapat menurut laju inflasi
(ringan, sedang, berat, hiper inflasi), sebab awalnya (demand atau cost
inflation), asalnya (domestic atau imported inflation).
Ada 3 teori utama mengenai inflasi. Teori Kuantitas menekankan bahwa
penyebab utama inflasi adalah pertambanahn jumlah uang beredar dan
psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.
Teori Keynes: inflasi terjadi karenan masyarakat hidup diluar batas
kemampuan sekonomisnya.. Teori strukturalis: sebab inflasi adalah dari
kekakuan struktur ekonomi.
Biaya Inflasi. Biaya Inflasi yang diharapkan muncul adalah: Shoe
leather cost, Menu cost, Complaint and opportunity loss cost, Biaya
perubahan peraturan/undang-undang pajak, dan Biaya ketidaknyamanan
hidup. Biaya inflasi yang tidak diharapkan: Redistribusi pendapatan
antara debitor dengan kreditor dan Penurunan nilai uang pensiunan.
36
Dampak inflasi antara lain engara rentan timbul kekacauan, masyarakat
menarik tabungan, bank kekurangan dana dam bangkrut, harga semakin
naik, distribusi barang tidak adil, produsen bangkrut, dampak positifnya
adalah masyarakats emakinselektif memilih barang, menumbuhkan
industri kecil, dan pengangguran berkurang karena banyak
wirausahawan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi inflasi
adalah yang berkaitan dengan Kebijaksanaan Moneter, Kebijakan Fiskal,
Kebijakan yang Berkaitan dengan Output, Kebijaksanaan Penetuan
Harga dan Indexing, Sanering, dan Devaluasi.

A. Saran
Dengan dua pendekatan (moneterist dan strukturalist) pada komposisi
yang tepat, maka diharapkan bukan saja dalam jangka pendek inflasi
dapat dikendalikan, tetapi juga dalam jangka panjang. Dan, bila ada
upaya yang serius untuk memperkecil atau bahkan menghilangkan
hambatan-hambatan struktural yang ada, maka akan berakibat pada
membaiknya fundamental ekonomi Indonesia.

37
Daftar pustaka

1. http://xcontohmakalah.blogspot.com/2013/03/makalah-inflasi-
kesimpulan-dan-saran.html
2. https://dhanywisnup.wordpress.com/ekonomi-
pembangunan/pte-makro/inflasi-dan-pengangguran/

38

Anda mungkin juga menyukai