Anda di halaman 1dari 2

DAMPAK HIRSCHSPRUNG TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK

Anak dengan hirschsprung dapat beresiko mengalami gangguan pada proses tumbuh
kembang. Pada anak neonatus seperti pada kasus, anak sedang mengalami proses tumbuh
kembang yang ditandai dengan anak mulai bisa tersenyum dan menangis sebagai respon atau
komunikasi. Pada kasus, anak menangis, rewel, dimana ini merupakan bahasa komunikasi
anak yang menyampaikan bahwa anak mengalami ketidaknyamanan seperti nyeri. Pada masa
tumbuh kembang ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Dalam kasus pemicu,
faktor yang menghambat tumbuh kembang yaitu faktor gizi dan faktor psikologi. Faktor gizi
ditandai dengan anak mengalami kekurangan gizi karena isi kolon yang belum keluar
sehingga anak enggan minum asi dan faktor psikologi yang ditandai dengan rasa nyeri atau
mengalami ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penumpukan tinja di kolon akan
mendorong dan menekan abdomen sehingga anak akan mengalami stres. Kedua hal ini, dapat
mengganggu istirahat dan intake nutrisi sehingga anak beresko mengalami gangguan tumbuh
kembang, Oleh karena itu, perawat diharapkan dapat melakukan intervensi tambahan yaitu
terapi psikologis kepada orang tua untuk membantu mengatasi emosi negatif anak dan
memberikan edukasi kepada orang tua. Peran orang tua sangat dibutuhkan dan keluarga harus
terlibat untuk mendapatkan informasi seputar anak, libatkan orang tua disetiap tindakan agar
proses penanganan berjalan lancar dan anak akan kembali sesuai harapan orang tua dan
keluarganya (Bowden dan Greenberd, 2012).

(Bowden, U. K. Dan Greenberg, C. S. 2012. Pediatric Nursing Procedures 3rd Edition.


Philadelphia: Lippincott Wlliam & Wilkins)

Komplikasi Hirschsprung

a. Enterokolitis
Merupakan ancaman komplikasi serius bagi penderita hirschsprung, dapat menyerang
kapan saja. Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 2 – 3 minggu, tapi dapat dijumpai
pada usia 1 minggu. Gejalanya berupa diare, distensi abdomen, feses berbau busuk
disertai demam. Selama penyakit ini berlangsung lumen usus menjadi penuh dengan
eksudar fibrin dan dapat meningkatkan resiko terjadi perforasi.
b. Aganglionosis Persisten
Hilangnya sel ganglion saat setelah usus ditarik keluar, namun jarang terjadi
c. Internal Sfringter Achalasia
Terjadinya obstruksi persisten. Dapat diobati dengan sfringterootomi internal
intrasphincteric toksia botalmum atau nitrogliserin pasta. Sebagian besar akan hilang
pada usia 5 tahun
d. Inkontinensia
Hasil dari fungsi sfringter normal atau kesalahan dalam tindakan operasi sehingga
menyebabkan penurunan sensasi (inkontinensia sekunder) (Fonkalsrud, 2012)

(Fonkalsrud. 2012. Maingot’s Abdominal Operation: Hirschsprung disease. 10 th ed.


New York :Prentice Hall intl.inc)

Anda mungkin juga menyukai