Anda di halaman 1dari 14

NAMA : RIZKA ADELA FATSENA

NIM : 1810102039

A. LEADERSHIP AND MANAGEMENT MIDWIFERY


1. Fenomena yang kita lihat saat ini, tidak sedikit yang kurang memiliki
disipilin diri dalam seperti disiplin dalam menolak sogokan disekitar kita
dan berpegang teguh pada tujuan. Misalnya saja masih adanya aborsi
illegal dengan iming-iming uang, menurut anda mengapa hal tersebut
bisa terjadi dan apa solusinya ?
JAWAB :
“Disiplin diri yang berarti menolak apa yang ingin anda lakukan dan
melakukan apa yang perlu anda lakukan”. Sehingga fenomena yang hari
ini banyak terjadi karena kurang tertanamnya disiplin diri untuk senantiasa
bersifat jujur dalam setiap keadaan. Kurangnya pemahaman akan esensi
pekerjaan yang hari ini digeluti yang sebenarnya bukan semata-mata
tujuan hidup kita tetapi hanya sebagai sarana untuk beribadah kepada
Allah, masih kurang terhadap analisa hasil yang akan ditimbulkan hanya
sampai pada saat ini saja bukan berpikir dalam orientasi kedepan. Dan
pembentukan karakter hari ini sangat dipengaruhi oleh karakter kita
sebelumnya, ketika dahulu saat ujian saja telah menghalalkan yang
namanya menyontek agar dapat nilai yang bagus, maka hal tersebut akan
dibawa sampai dewasa sehingga bagaimana mungkin tindakan aborsi
ilegal dapat dihentikan jika sebagai bidan masih menghalalkan berbagai
cara hanya untuk memenuhi kebutuhan finansial. Oleh karena itu menurut
Muda (2014) solusi dalam pembentukan karakter kepemimpinan yang
harus dibentuk, antara lain :
a. Menyadari dan mengenali eksistensi diri sendiri
b. Mengenal orang lain
c. Memahami dan menerapkan moralitas etika organisasi
d. Mengembangkan kecerdasan emosional
e. Menjadikan agama dan moral sebagai landasan dalam kepemimpinan.
2. Bagaimana seorang pemimpin harus bersikap ketika harus menghadapi
masalah yang bersinggungan dengan prinsip pribadinya sendiri/
kepentingan pribadinya?
JAWAB
Ketika seorang pemimpin harus dihadapkan masalah yang tidak
berkesesuaian dengan prinsipnya sendiri hendaklah secara aktif
berkomunikasi dengan bawahannya untuk mengetahui apa yg sedang
terjadi dan hal apa saja yang perlu di evakuasi mengingat konsultasi adalah
tentang aksi dan hasil. Konsultasi harus dapat memastikan bahwa
pandangan yang dikonsultasikan mengarahkan kepada sebuah
pengambilan keputusan. Oleh karenanya konsultasi adalah tentang aksi
dan berorientasi kepada hasil. Setelah diperlukan adalah sifat problem
solving yang berarti tindakan memberi respons/reaksi terhadap
permasalahan dengan meminimalkan dampak buruknya dan
memaksimalkan dampak baiknya. Jadi seorang manajer harus mampu
mengakomodir suatu masalah untuk dapat dicari titik tengah dan
penyelesaiannya yang tentu saja dengan menggunakan trik win-win
solution sehingga seorang pemimpin akan mampu meminimalkan
kesalahan yang akan terjadi (Keys to Effective Leadership book).

B. KEPUTUSAN STRATEGIS DENGAN AKUNTABILITAS DAN


TANGGUNG JAWAB
1. Apa yang dimaksud keputusan strategis seorang bidan dan bagaimana
seorang bidan membuat keputusan strategis tersebut?
JAWAB
Keputusan strategis adalah keputusan untuk menjawab tantangan dan
perubahan lingkungan dan biasanya bersifat jangka panjang (misalnya
IBI) untuk memikirkan tentang sasaran yang harus diterapkan untuk
memenuhi misi mereka dan arah apa yang harus dikerjakan untuk
mencapai sasaran tersebut. Hal tersebut adalah dasar dari semua
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
kegiatan suatu organisasi. Membuat keputusan strategis menurut George
R.Terry, antara lain:
a. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh
b. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu
kasus meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap
nsuatu kasus
c. Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik
d. Wewenang lebih bersifat rutinitas
e. Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten.
(SANKRI, 2018).
2. Bagaimana upaya seorang bidan dalam menjalankan
pertanggungjawaban atau akuntabilitas profesinya?
JAWAB
a. Akuntabitas dalam menjalin komunikasi
Akuntabilitas adalah komunikasi dua arah sebagaimana yang
diterangkan oleh Auditor General Of British Columbia yaitu
merupakan sebuah kontrak antara dua pihak. Dimana kedua pihak
bertanggung jawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan
mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Dilain sisi, individu/kelompok/institusi bertanggung jawab untuk
memenuhi semua kewajibannya.
b. Akuntabilitas Berorientasi Hasil
Pada stuktur organisasi sektor swasta dan publik saat ini akuntabilitas
tidak melihat kepada input ataupun autput melainkan kepada outcome.
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks
ini, setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggung
jawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu
bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai
hasil yang maksimal
c. Akuntabilitas memerlukan pelaporan
Pelaporan adalah tulang punggung dari akuntabilitas. Laporan kinerja
adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan
kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang
telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.
Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiap individu
d. Akuntabilitas itu tidak ada artinya tanpa konsekuensi
Kata kunci yang digunakan dalam mendiskusikan dan mendefinisikan
akuntabilitas adalah tanggung jawab. Tanggung jawab itu
mengindikasikan kewajiban dan kewajiban datang bersama
konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau
sanksi.
e. Akuntabilitas meningkatkan kinerja
akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal,
penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Dalam hal
ini proses setiap individu/kelompok/institusi akan diminta
pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi
dan berfokus peningkatan kinerja. Tujuan dari akuntabilitas adalah
untuk meningkatkan kinerja, bukan untuk mencari kesalahan dan
memberikan hukuman.
(SANKRI, 2018).

C. NEGOSIASI DAN ADVOKASI DALAM PENGEMBANGAN


KEBIDANAN
1. Bagaimana kiat-kiat seorang bidan dalam melakukan negosiasi dan
advokasi untuk tujuan pengembangan kebidanan?
JAWAB
Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus
agar komunikasi tersebut efektif antara lain sebagai beriku t:
a. Jelas (clear): pesan yang disampaikan kepada sasaran harus disusun
sedemikian rupa sehingga jelas, baik isinya maupun bahasa yang
digunakan.
b. Benar (correct): apa yg disampaikan (pesan) harus didasarkan kepada
kebenaran. Pesan yang benar adalah pesan yang disertai fakta atau data
empiris.
c. Kongkret (concrete): apabila petugas kesehatan dalam advokasi
mengajukan usulan program yang dimintakan dukungan dari para
pejabat terkait, maka harus dirumuskan dalam bentuk yang kongkrit
(bukan kira-kira) atau dalam bentuk operasional.
d. Lengkap (complete): timbulnya kesalahpahaman atau mis komunikasi
adalah karena belum lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang
lain.
e. Ringkas (concise) : pesan komunikasi harus lengkap, tetapi padat, tidak
bertele-tele.
f. Meyakinkan ( convince) : agar komunikasi advokasi kita di terima oleh
para pejabat, maka harus meyakinkan, agar komunikasi advokasi kita
diterima
g. Kontekstual ( contextual): advokasi kesehatan hendaknya bersifat
kontekstual. Artinya pesan atau program yang akan diadvokasi harus
diletakkan atau di kaitkan dengan masalah pembangunan daerah
bersangkutan. Pesan-pesan atau program-program kesehatan apapun
harus dikaitkan dengan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat pemerintah setempat.
h. Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan
advokasi kepada para pejabat, harus mempunyai keberanian
berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat yang bersangkutan.
i. Hati-hati ( contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak
boleh keluar dari etika berkomunikasi dengan para pejabat, hindari
sikap "menggurui" para pejabat yang bersangkutan.
j. Sopan (courteous): disamping hati-hati, advokator harus bersikap
sopan, baik sopan dalam tutur kata maupun penampilan fisik, termasuk
cara berpakaian.
2. Bagaimana teknik advokasi seorang bidan untuk mencapai tujuan
dalam pengembangan kebidanan?
JAWAB
Metode atau cara dan tehnik advokasi untuk mencapai tujuan itu semua
ada bermacam-macam, antara lain:
a. Lobi Politik (political lobying)
Lobi adalah bincang-bincang secara informal dengan para pejabat
untuk menginformasikan dan membahas masalah dan program
kesehatan yang dilaksanakan
b. Serminar / Presentasi
Seminar / presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan
sektoral. Petugas kesehatan menyajikan maslah kesehatan diwilayah
kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana
program pemecahannya. Kemudian dibahas bersama-sama, yang
akhirnya dharafkan memproleh komitmen dan dukungan terhadap
program yang akan dilaksanakan tersebut.
c. Media
Advokasi media (media advocacy)adalah melakukan kegiatan advokasi
dengan mengumpulkan media, khususnya media massa.
d. Perkumpulan (asosiasi) Peminat
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau
interes terhadap permaslahan tertentu atau perkumpulan profesi, juga
merupakan bentuk advokasi.
(Pratomo, 2013)
D. SOCIAL CARE DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1. Bagaimana strategi komunikasi dalam social care pada pelayanan
kebidanan?
JAWAB
a. Merencanakan dan memilih strategi :
1) Riset pasar/sasaran
2) Rumusan tujuan komunikasi c
3) Menetapkan sasaran
4) Pesan komunikasi spesifik: Kelompok sasaran
5) Pelajari sosok budaya sasaran
6) Pandang kebiasaan pendorong/penghambat usaha
b. Memilih materi atau pesan Relevan dengan kebutuhan sasaran/topik
yang pantas
c. Penyampaian pesan
1) Langsung
2) Tidak langsung
d. Pelaksanaan kegiatan
1) Perkenalan kegiatan
2) Bekerjasama dengan masyarakat tertentu
e. Penilaian/evaluasi
1) Lakukan penilaian dengan menilai cakupan
2) Buat kesimpulan dan sasaran untuk perbaikan
f. Minta umpan balik masyarakat, bila mungkin
(Novianty, 2017)
2. Seorang Bidan yang baik dan professional harus memahami social care
dalam pelayanan kebidanan, mengapa bidan harus memahami hal tersebut?
JAWAB
Bidan dituntut memiliki keahlian yang memiliki kewenangan untuk
melaksanakan berbagai upaya guna meningkatkan kemampuan orang-
orang dalam melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya melalui interaksi, agar
orang tersebut dapat menyesuaikan diri dengan situasi kehidupannya
secara memuaskan, seperti melahirkan membutuhkan sebuah interaksi
social antara bidan dan sang ibu bersalin agar proses persalinan yang
berjalan sesuai apa yang diharapkan (Suciati, 2015).

E. KONSEP FEMINISME KONTRAINDIKASI PENGARUH KESEHATAN


DI INDONESIA
1. Mengapa aliran atau konsep feminisme yang berkontraindikasi itu
muncul dan bagaimana aliran gender yang dapat diimplementasikan
dalam kesehatan khususnya kebidanan di Indonesia?
JAWAB
Sebenarnya aliran-aliran feminisme muncul karena adanya ketimpangan
gender atau gender gap yang berkaitan dengan peran dan kedudukan laki-
laki dan perempuan dalam keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai
pembangunan yang berkeadilan dan berkesetaraan gender (gender
equality) dan keadilan gender (gender equity), maka harus ada relasi
gender yang harmonis antara laki-laki dan perempuan mulai dari tingkatan
keluarga sampai dengan masyarakat, yaitu harus ada komunikasi dan
perilaku saling menghargai, saling menghormati dan saling membutuhkan
antara laki-laki dan perempuan untuk menciptakan keharmonisan dan
bukan menciptakan persaingan dan permusuhan harus selaras seperti
dalam proses kehamilan perempuan yang hamil tetapi suami harus
membantu istri dalam menciptakan kenyamanan selama hamil dan ketika
dalam mengurus bayi, istri dan suami harus saling berperan sehingga tidak
menimbulkan gap (Puspitawati, 2013).
2. Mengapa konsep feminisme dikaitkan sangat erat dengan budaya patriakhi?
Apa alasannya?
JAWAB
Filsafat feminisme sangat tidak setuju dengan budaya patriarkhi. Budaya
patriarki yang berawal dari keluargalah yang menjadi penyebab adanya
ketimpangan gender di tingkat keluarga yang kemudian mengakibatkan
ketimpangan gender di tingkat masyarakat. Laki-laki yang sangat diberi
hak istimewa oleh budaya patriarki menjadi sentral dari kekuasaan di
tingkat keluarga. Hal inilah yang menjadikan ketidaksetaraan dan
ketidakadilan bagi kaum perempuan dalam kepemilikian properti, akses
dan kontrol terhadap sumberdaya dan akhirnya kurang memberikan
manfaat secara utuh bagi eksistensi perempuan (Puspitawati, 2013).

F. ISU-ISU STRATEGIS GLOBAL DAN NASIONAL DALAM


PELAYANAN KIA
1. Menurut Anda, apa isu kesehatan yang paling utama dan isu-isu
kesehatan yang lain di Indonesia saat ini? Bagaimana isu kesehatan
tersebut muncul?
JAWAB
Isu kesehatan ini, khususnya di Indonesia yang pertama adalah persoalan
kondisi gizi buruk di beberapa daerah. Kasus gizi buruk yang banyak
dialami oleh masyarakat kalangan miskin atau ekonomi lemah dankurang
mampu. Ada juga beberapa isu kesehatan tentang gizi yang berlebihan
adalah kegemukan, penyebabnya adalah karena adanya perubahan gaya
hidup masyarakat yang banyak muncul di wilayah perkotaan. Beberapa isu
penyakit lain yang sudah sangat umum menjangkit masyarakat Indonesia
adalahanemia dan imunitas, penyakit pada gigi dan juga mulut, infeksi
saluran pernafasan, hipertensi, gangguan saluran pencernaan,gangguan
penglihatan, dan penyakitmatalainnya seperti katarak, penyakit kulit, sendi
dan infeksinafas kronik. Beberapa penyakit kronis yang lain juga sudah
banyakmenyerang masyarakat Indonesia seperti DBD Demam Berdarah
Dengue,HIV/AIDS, Chikungunya, Malaria, SARS, dan TBC dan lain lain.
2. Isu-isu kesehatan secara global dan nasional dalam pelayanan KIA
terjadi karena beberapa faktor penyebab, mengapa hal tersebut dapat
muncul?
JAWAB
Isu kesehatan di Indonesia tersebut mulai muncul, disebabkan oleh
perilaku, lingkungan sekitar, dan pelayanan kesehatanyang kurang
optimal. Masalah yang menjadi penyebab isu pada pelayanan kesehatan
dipengaruhioleh beberapa faktor, yaitu kurangnya ketersediaan dan
kualitas terkaitdengan fasilitas di tempat pelayanan kesehatan, kurangnya
mutu dan kualitas obat dan perbekalan kesehatan lainnya, tenaga
kesehatan, pembiayaan, danmanajemen kesehatan yang kurang.

G. BERFIKIR KRITIS DALAM PELAYANAN KESEHATAN


1. Mengapa seorang bidan perlu mengimplementasikan berfikir kritis?
JAWAB
a. Keterampiln berfikir kritis digunakan dalam setiap membuat
keputusan dalam penetapan profesionalisme kebidanan
b. Agar dapat membuat diagnosa yang akurat dalam pelayanan kesehatan
ibu dan anak
c. Bidan dituntut bertanggung jawab atas setiap asuhana kebidanan yang
diberikan
d. Agar pasien tidak terlantar oleh karenanya bidan perlu berfikir kritis
(Retnowati, 2016)
2. Bagaimana seorang bidan merefleksikan komunikasi dengan
penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis?
JAWAB
a. Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of
language)
b. Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language)
c. Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan
keperawatan (directive use of language)
d. Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi.
mengekspresikan keraguan dan keheranan (interrogative use of
language)
e. Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)
(Retnowati, 2016)
H. KOMPETENSI HEALTH CARE
1. Bagaimana meningkatkan kompetensi bidan dalam pelayanan
antenatal?
JAWAB
Dengan cara meningkatkan kualitas Hard Competency berupa
keterampilan pelayanan antenatal khususnya pasien berBPJS. Serta
meningkatkan Soft Competency berupa keterampilan berkomunikasi yang
lebih baik dalam menghadapi keluhan pasien, membudayakan sikap sabar
dan ramah dalam pelayanan kepada seluruh pasien (Asmara, 2019).
2. Bagaimana pengaruh kompetensi health care terhadap kinerja seorang
bidan?
JAWAB
Pengaruh kompetensi terhadap kinerja adalah sangat tinggi yaitu sebesar
94,5% dan signifikan, artinya bahwa kompetensi bidan memberikan
pengaruh sebesar 94,5% terhadap Kinerja Bidan, sedangkan sisanya
sebesar 5,5% Kinerja Bidan dapat dijelaskan oleh variabel lainnya yang
tidak diteliti. Artinya terdapat pengaruh sangat kuat (94,5%) antara
kompetensi bidan dengan kinerjanya. Dengan demikian bahwa
kompetensi yang dimiliki para bidan akan menentukan kinerjanya
(Amelia, 2016).

I. MANAJEMEN PERUBAHAN
1. Bagaimana langkah manajemen perubahan yang kaitannya dengan
profesi kesehatan khususnya kebidanan?
JAWAB
a. Envisioning, merupakan langkah pertama di mana manajer memberikan
inspirasi dan ide mengenai perubahan kepada staf manajemen di
perusahaan. Termasuk di dalamnya mengenai dampak perubahan
terhadap masa depan perusahaan dan pentingnya perusahaan untuk
berubah.
b. Activating, Proses sosialisasi dari inspirasi dan ide mengenai perubahan
yang harus dilakukan kepada seluruh bagian dalam organisasi sehingga
seluruh anggota organisasi perusahaan menyadari penuh perlunya
perubahan dilakukan untuk memastikan masa depan perusahaan.
c. Supporting, melakukan identifikasi akan berbagai sumber daya yang
diperlukan untuk perubahan yang akan dilakukan dalam manajemen
perusahaan. Sumber daya ini dapat berupa sumber daya fisik, sumber
daya manusia, ataupun metode mutakhir untuk melakukan perubahan.
Dalam melakukan identifikasi ini pastikan bahwa seluruh bagian dalam
organisasi semaksimal mungkin dilibatkan. Installing, setelah ide dan
rencana perubahan diidentifikasika, maka langkah berikutnya adalah
pengambilan keputusan mengenai perubahan yang akan dilakukan
untuk kemudian disosialisasikan untuk dijalankan di seluruh bagian
perusahaan.
d. Ensuring, setelah rencana disosialisasikan kepada seluruh bagian
perusahaan, langkah berikutnya adalah memastikan bahwa seluruh
kegiatan ataua rencana berjalan dengan lancar.
e. Recognizing, langkah terakhir dari Manajemen Perubahan adalah
melakukan identifikasi atas segala hal yang belum dilakukan dan
menentukan apa saja yang belum tercapai oleh perusahaan sehubungan
dengan perubahan yang terjadi (Mukhlas, 2015).
2. Bagaimana strategi dalam mengatasi resistensi dalam manajemen
perubahan?
JAWAB
a. Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara tuntas tentang
latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada
semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah,
diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.
b. Partisipasi. Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan.
Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan
anggota organisasi yang mengambil keputusan
c. Memberikan kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut atau cemas,
lakukan konsultasi atau bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan.
Memang memakan waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan.
d. Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan
negosiasi dengan pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa
dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil.
Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif yang bisa
memenuhi keinginan mereka
e. Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi kondisi yang
sesungguhnya. Misalnya memlintir (twisting) fakta agar tampak lebih
menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, sebarkan rumor, dan lain
sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan
penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil
keputusan.
f. Paksaan. Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan
jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya
perubahan (Mukhlas, 2015).

J. KOLABORASI DAN INTERPROFESI DALAM PELAYANAN KIA


1. Bagaimana bentuk rekomendasi kolaborasi yang dapat meningkatkan
program pelayanan KIA?
JAWAB
World Health Organization (WHO) merekomendasikan pelayanan
kesehatan dengan praktik kolaborasi. Bekal tentang kolaborasi dapat
diterapkan sejak tahap pendidikan melalui Interprofessional Education
(IPE). IPE terjadi ketika dua atau lebih profesi belajar dengan, dari dan
tentang satu sama lain untuk meningkatkan kerjasama dan hasil kesehatan
(Susanti, 2017).
2. Bagaimana meningkatkan keberhasilan kolaborasi dan interprofesi
dalam pelayanan KIA?
JAWAB
Keberhasilan pelaksanaan kolaborasi dapat ditingkatkan melalui
sosialisasi interprofessional collaborative practice terhadap tenaga
kesehatan, memberikan kesempatan tenaga kesehatan untuk mengadakan
pertemuan rutin antar profesi. Perencanaan pelatihan kolaborasi
interprofesi yang tepat bagi tenaga kesehatan menjadi langkah penting
untuk penerapan kolaborasi interprofesi (Fatalina, 2015).

Anda mungkin juga menyukai