Anda di halaman 1dari 5

Hubungan antara Hipokalsemia dan Hipoparatiroidisme dengan

Kontraksi Otot Wajah

1
Dandy Bachtiar Hidayat. 2Yudha Nurdian

1Student, Faculty of Medicine, University of Jember, Indonesia; 2Faculty of Medicine, University of Jember, Indonesia
Email : dandybachtiar18@gmail.com

Abstrak
Tanda Chvostek adalah kontraksi otot wajah ipsilateral setelah perkusi saraf
wajah yang dianggap sebagai indikator klinis hipokalsemia. Tanda Chvostek diambil dari
nama seorang ahli bedah yang mengamati peningkatan iritabilitas mekanik saraf perifer
pada pasien dengan tetani laten. Peningkatan iritabilitas saraf wajah, dimanifestasikan oleh
gerakan otot-otot wajah ipsilateral dengan perkusi di cabang-cabang saraf wajah, kemudian
dikenal sebagai Chvostek Sign. Temuan klinis ini telah diterima secara luas di komunitas
medis sebagai tanda hipokalsemia, dimana kalsium merupakan elektrolit esensial dalam
tubuh. Kalsium memiliki fungsi seperti kontraksi otot dan penyebaran impuls saraf.
Kekurangan kalsium dapat menyebabkan kejang, kardiomiopati, perpanjangan QT, dan
gagal jantung kongestif. Salah satu penyebab umum hipokalsemia adalah komplikasi
selama tiroidektomi. Kelenjar paratiroid terletak di permukaan posterior kelenjar tiroid,
dan selama prosedur tiroidektomi, lobus kelenjar paratiroid mungkin akan direseksi.
Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid (PTH), dan reseksi kelenjar paratiroid
dapat menyebabkan penurunan kadar PTH, dimana berfungsi PTH mengatur kadar kalsium
dalam tubuh; karenanya, penurunan kadar serumnya akan menyebabkan hipokalsemia.

Pendahuluan
Hipokalsemia didefinisikan sebagai sesuatu keadaan dimana konsentrasi ion
kalsium serum atau kalsium serum total setelah dikoreksi oleh nilai albumin dibawah
normal. Secara umum, kalsium berperan penting dalam mempertahankan fungsi normal
sel, khususnya pada transmisi impuls saraf, stabilitas membrane sel dan intercellular
signaling, mempertahankan struktur jaringan tulang serta pembekuan darah. Hipokalsemia
diperkirakan terjadi pada 1-2% paska tiroidektomi 15-50% kasus perawatan intensif yang
meliputi semua kelompok umur dan jenis kelamin (Harianto et al., 2008).
Keseimbangan kalsium dipertahankan oleh interaksi antara hormone (PTH),
Vitamin D dan Kalsitonin melalui complex feedback loops yang bekerja di tulang, ginjal
dan usus, dimana PTH beranggung jawab sebagai pengendali utama. Dalam klasifikasinya,
hipokalsemia dibedakan menjadi hipokalsemia akut dan kronik sendangkan berdasarkan
peranan PTH didalamnya, dikelompokkan sebagai hipokalsemia dengan kadar PTH
rendah, PTH- tak efektif, atau PTH-Overwhemed. Hipokalsemia kronik umumnya bersifat
ringan sehingga jarang memerlukan koreksi. Hipokalsemia akut dapat menyebabkan gejala
kliniks yang berat seperti kejang, hipotensi refrakter, aritmia, gagal jantung, spasme laring
dan saluran napas yang dapat menyebabkan kematian. Kegagalan dalam menegakkan
diagnosis dan menangani hipokalsemia berat dapat menyebabkan mordbiditas dan
kematian (Harianto et al., 2008).

Metode
Makalah ini dibuat dengan metode tinjauan pustaka berdasarkan literatur yang
relevan dengan menggunakan kata kunci sebagai berikut: CEC, PLE. hypocalcemia,
hypoparathyroidisme. Kriteria inklusi yang digunakan sebagai sumber penulisan karya
tulis yaitu literatur yang dipublikasi dari tahun 2000 sampai tahun 2019. Sumber diambil
dari buku dan jurnal seperti NCBI PubMed, Google Schoolar, dan Springer.

Pembahasan
Paratiroid terdiri dari 4 kelenjar kecil yang tertanam di aspek posterior kelenjar
tiroid. Fungsi utamanya adalah produksi dan sekresi hormon paratiroid (PTH), hormon
polipeptida yang bertanggung jawab untuk menjaga homeostasis kalsium serum. Kadar
PTH dan kalsium serum berbanding terbalik. Pada kadar kalsium serum rendah, PTH,
bersama dengan vitamin D, bekerja di banyak tempat dalam tubuh untuk memobilisasi
simpanan kalsium dan meningkatkan penyerapan dan reabsorpsi kalsium. Baik kalsium
dan vitamin D memberikan umpan balik negatif ke kelenjar paratiroid; karena kadar
kalsium dan vitamin D meningkat, mereka mengikat reseptor di kelenjar paratiroid dan
menghambat produksi dan pelepasan PTH (John et al., 2019).
Kelenjar paratiroid mengandung dua jenis sel utama, sel chief, dan sel oxyphil.
Sel Chief Sel-sel utama adalah sel-sel fungsional kelenjar paratiroid, yang bertanggung
jawab untuk mensintesis dan mensekresi hormon paratiroid. Regulasi produksi dan
pelepasan PTH tergantung pada kadar kalsium serum. Reseptor transmembran
berpasangan protein G, reseptor penginderaan kalsium (CaSR), pada permukaan sel-sel
utama merespons terhadap kalsium serum rendah dan mengaktifkan translasi dan sekresi
PTH. Sel Oxyphil Juga dikenal sebagai sel oxyntic, sel-sel ini tidak memiliki fungsi
endokrin yang dikenali. Proporsi sel-sel oxyphil di kelenjar paratiroid meningkat dengan
bertambahnya usia (John et al., 2019).
Fungsi kelenjar paratiroid adalah untuk mempertahankan homeostasis kalsium
serum melalui sintesis dan pelepasan PTH. Di tulang, PTH menghambat aktivitas osteoblas
dan menstimulasi aktivitas osteoklas yang menyebabkan kerusakan tulang dan pelepasan
kalsium. Di ginjal, PTH meningkatkan reabsorpsi kalsium dan menghambat reabsorpsi
fosfat dari tubulus. PTH juga bertindak di ginjal untuk merangsang pembentukan vitamin
D. Vitamin D adalah komponen penting dari homeostasis kalsium dan fosfat, menghasilkan
efeknya pada sistem ginjal dan gastrointestinal (GI) (John et al., 2019).
Tiroidektomi adalah prosedur pembedahan di mana seluruh atau sebagian
kelenjar tiroid di angkat. Indikasi dilakukannya tiroidektomi antara lain yaitu; Nodul tiroid,
Multinodular Goiter, Grave’s disease dan Toxic thyroid nodule. Adapun jenis – jenis
tiroidektomi yaitu Hemi tiroidektomi yaitu pengangkatan satu lobus kelenjar tiroid
bersama isthmusnya. Kemudian terdapat jenis lain yaitu, tiroidektomi subtotal yaitu
pengankatan tiroid yang toksik, tiroidektomi total yaitu pengangkatan kedua lobus kelenjar
tiroid, dll. Tindakan tiroidektomi memiliki komplikasi yaitu hypoparatiroidisme transien
pada kebanyakan pasien dan hipoparatiroidisme permanen pada 1-4 pasien yang telah
dilakukan tindakan tiroidektomi (Mathur dan Doherty, 2010).
Penurunan fungsi kelenjar paratiroid, yang disebut hipoparatiroidisme, dapat
menyebabkan kadar kalsium serum rendah. Karena kalsium diperlukan untuk fungsi otot
dan saraf. Gejala utama hipokalsemia berhubungan dengan 2 sistem, yaitu mati rasa atau
kesemutan perioral sering dilaporkan oleh pasien, tetapi juga bisa dirasakan di tangan dan
kaki. Kelemahan, parestesia, kram otot atau tetani, dan kejang semuanya dapat terjadi
akibat hipokalsemia berat. Pada pemeriksaan fisik pasien hipokalsemik, dokter dapat
memperoleh tetani dengan 2 cara. Mengetuk saraf wajah (daerah anterior tragus) akan
menimbulkan kejang otot-otot wajah di sisi ipsilateral, yang dikenal sebagai tanda
Chvostek. Tanda Trousseau adalah induksi kejang otot setelah menggembungkan tekanan
darah di atas tekanan darah sistolik (John et al., 2019).
Etiologi hipoparatiroidisme yang paling umum adalah iatrogenik, dengan
kerusakan pada satu atau beberapa kelenjar paratiroid yang terjadi selama operasi. Operasi
tiroid, paratiroid, laring, dan faring umumnya berisiko kerusakan pada kelenjar paratiroid
yang dapat bersifat sementara atau permanen. Penyebab lain dari hipotiroidisme termasuk
aplasia paratiroid kongenital seperti pada sindrom DiGeorge, penghancuran autoimun,
proses infiltratif seperti hemochromatosis, defisiensi magnesium, atau mutasi genetik pada
reseptor PTH (Mihai dan Farndon, 2000).
Kalsium adalah mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh yaitu 1,5%-
2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg, Dari jumlah ini 99%
berada dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi dalam bentuk hidroksiapatit, 1% sisanya
berada dalam cairan ekstra selular. Sekitar 50% Kalsium dalam sirkulasi berada dalam
bentuk ion kalsium, 40% terikat dengan protein (di dominasi oleh albumin) dan 10% berada
dalam bentuk anion. (Nickavar et al., 2007).
Pada kasus yang berat bisa terjadi kejang otot tenggorokan (menyebabkan sulit
bernafas) dan tetani (kejang otot keseluruhan). Konsentrasi kalsium abnormal biasanya
pertama kali ditemukan pada saat pemeriksaan darah rutin. (Binmohana et al., 2005).
Kalsium adalah kation divalen yang banyak di ekstraselular, kadar kalsium serum yang
tinggi atau rendah berhubungan dengan gejala-gejala neurologis. (Mansoor dan Khan,
2010). Setiap peristiwa atau kombinasi kejadian yang mengganggu keseimbangan antara
eksitasi dan inhibisi neuronal dapat menghasilkan kejang. (Shuai et al., 2003).

Kesimpulan
Komplikasi dari tindakan Tiroidektomi adalah Hipoparatiroidisme yang
menyebabkan Hipokalsemia. Hipokalsemia merupakan suatu kondisi dimana kadar
kalsium didarah mengalami penurunan dimana kalsium sendiri berfungsi untuk mengatur
kontraksi otot. Ketika kadar kalsium rendah (Hipokalsemia) maka terjadi peningkatan
sensitifitas otot terhadap rangsangan, sehingga otot akan lebih mudah mengalami kontraksi
jika diberikan stimulasi.

Daftar Pustaka
Lofrese J. John, Basit Hajira, Lappin L. Sarah.Physiology, Paratiroid, 2019. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482510/

Mihai R., J. R. Farndon. Parathyroid disease and calcium metabolism, 2000. British
Journal of Anaesthesia, Volume 85, Issue 1, 1 July 2000, Pages 29–43

Harjanto Dharmawan David, Saraswati Ratna Made, Suastika Ketut, 2008. Seorang
Penderita Hipokalsemia Berat oleh Karena Hipoparatiroidisme Didapat.
Departement of Internal Medicine, Makati Medical Center, the Philippines. Vol.9,
2 Mei 2008 Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/view/3859

Mathur AK; GM Doherty (2010). "Ch. 1: Thyroidectomy and Neck Dissection". In Minter
RM; GM Doherty (eds.). Current Procedures: Surgery . New York: McGraw-Hill.

Nickavar A., Hasanpour H. and Sotoudeh K. (2007). Validity of Serum Sodium and
Calcium screening in Children with Febrile Convulsion. Iranian journal.

Binmohana M.A., Raja Y.A. and Saif G.A. (2005). Prevalence Of Hypocalcemia In
Children Examined For Serum Calcium In Sana'a, Yamen. Saudi Med Journal.

Mansoor R. dan Khan F.A. (2010). Frequency of Occurence of Hypocalcemia in Various


Disorders. Available from : http//Ann.pak.Inst.med.Sci.

Shuai J., Bikson M., Hahn P. (2003). Ionic Mechanisms Underlying Spontaneous CA1
Neuronal Firing in Ca2+ Free Solution. Biophysical Journal. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc.

Anda mungkin juga menyukai