Anda di halaman 1dari 9

Patut Diwaspadai, Tanda-Tanda Anda Kena Microsleep

Fajar Adityo Nugroho · Selasa, 19 Juni 2018 - 10:19 WIB


Patut Diwaspadai, Tanda-Tanda Anda Kena Microsleep
Selalu waspada saat mengemudi ketika mudik. (Foto: Freepik).

JAKARTA, iNews.id - Pernahkah Anda mengalami situasi di mana sedang mengemudi tiba-tiba terlelap
dan dalam sekejap mobil berada di tepi jalan? Kondisi itu disebut sebagai microsleep yang menjadi
penyebab banyak kecelakaan.

Microsleep adalah kantuk singkat dari tidur yang bisa berlangsung dari satu detik hingga 30 detik.
Microsleep umumnya terjadi tanpa peringatan. Bagi yang terkena microsleep tersebut tidak sadar
bahwa mereka baru saja tertidur.

Menurut penuturan Profesor Dr William Dement, pakar penelitian tidur sekaligus pendiri Sleep Research
Center di Stanford University mengatakan jika microsleep disebabkan oleh kantuk dan rasa capek karena
melakukan aktivitas, salah satunya mengemudi di jalan lurus.

Banyak tanda-tanda sesorang sedang terkena microsleep yang harus Anda ketahui. Seperti apa saja
gejala atau tanda-tanda mulai terkena? Yuk, simak berikut ini.

1. Tatapan Mata Kosong

Sepintas pengemudi seolah melihat dan mengawasi jalanan, namun sebenarnya pandangannya kosong
dan bagian otak tertidur. Hal ini sangat berbahaya ketika memacu mobil karena akan menimbulkan
kecelakaan jika tidak diperhatikan.

2. Menjatuhkan Kepala dan Menyetakkan Lagi


Amati pengemudi Anda jika berkali-kali menundukkan kepala dan kemudian tersentak, bisa jadi dia
terkena microsleep.

3. Sering Berkedip-kedip

Microsleep biasanya tanpa ada tanda menguap, namun mata pengemudi akan kedip-kedip karena
menahan kantuk. Jika dipaksa dan dibiarkan, maka akan tertidur lelap.

4. Tubuh Tiba-Tiba Tersentak

Tubuh tiba-tiba tersentak akibat refleks antara sadar dan tidak sadar. Otak sudah menginstrusikan tubuh
dan mata untuk beristirahat, namun masih dilawan. Hal ini sangat berbahaya jika sampai kebablasan
dan akan menimbulkan kecelakaan.

Selalu waspada saat mengemudi dan jangan memaksakan diri agar segera sampai di rumah. Jika
mengantuk atau terserang microsleep, segeralah menepi ke rest area dan beristirahatlah sebentar agar
tubuh menjadi segar kembali.

Microsleep, Tidur Macam Apa Itu?


Ruri Nurulia

Ruri Nurulia

21 Jun 2018, 07:55 WIB

10

Anda pernah tertidur selama beberapa detik, lalu terbangun dengan menyentakkan kepala. Itulah
microsleep. Perlukah waspada?

Microsleep, Tidur Macam Apa Itu? (Lisa S/Shutterstock)

Microsleep, Tidur Macam Apa Itu? (Lisa S/Shutterstock)

Klikdokter.com, Jakarta Pernahkah saat di mobil, kereta, atau bus (bahkan ojek!) Anda ketiduran selama
beberapa detik, lalu seketika Anda terbangun dengan kepala tersentak? Kondisi tertidur semacam ini
disebut juga sebagai microsleep.
Dikutip dari BBC, Profesor Emeritus Psikofisiologi Jim Horn dari Universitas Loughborough, Inggris,
sekaligus mantan direktur Sleep Research Centre di universitas yang sama, mengatakan bahwa otak
tanpa sadar tertidur. Keadaan ini biasanya terjadi dalam situasi yang monoton seperti menyetir atau
memandangi layar komputer atau smartphone.

Baca Juga

Durasi Tidur Pengaruhi Risiko Demensia dan Kematian Dini

5 Cara Sederhana yang Efektif Atasi Sulit Tidur

Cegah Badan Lemas Saat Musim Kemarau

Anda akan terbangun secara tiba-tiba. Kodisi ini sering kali disertai sentakan kepala yang keras. Sentakan
kepala secara tiba-tiba ini adalah bagaimana cara Anda tahu bahwa Anda ketiduran, tapi Anda tak bisa
mengingatnya.

“Paling tidak Anda harus tidur lebih dari 1-2 menit agar otak dapat mengingatnya,” kata Prof. Jim, yang
pernah meneliti kelelahan pada pengemudi di Inggris selama sepuluh tahun. “Dengan microsleep, Anda
hanya disisakan perasaan ketidaktahuan,” lanjutnya.

Lewat studi yang dipublikasikan di jurnal “Human Brain Mapping” tahun 2014, ada penelitian yang
partisipannya dipastikan telah beristirahat secara cukup. Lalu mereka diperlihatkan target bergerak di
layar komputer yang dikendalikan dengan joystick selama kurang dari satu jam.

Perhatian yang kontinu ini menyebabkan banyak partisipan mengalami microsleep. Partisipan rata-rata
mengalami 79 episode microsleep yang setiap episodenya berlangsung hingga enam detik. Ini
kemungkinan karena selama microsleep terjadi, tidak seluruh bagian otak kehilangan kesadaran, sering
kali hanya satu wilayah saja atau hanya beberapa neuron.

1 dari 4 halaman

Penyebab Anda mengalami microsleep

Pada kebanyakan kasus, microsleep disebabkan akibat kelelahan ekstrem dan kurang tidur. Ketika Anda
kurang tidur, beberapa bagian otak bisa mati selama beberapa detik saat Anda terbangun, pada
dasarnya agar otak dipaksa 'tidur siang' dan segar kembali.
Jika jam tidur Anda cenderung normal, satu malam saja kurang tidur (misalnya hanya tidur selama
empat jam), microsleep dapat terjadi keesokan harinya. Hal ini tertuang dalam sebuah penelitian di
jurnal “NeuroImage” yang terbit tahun 2015.

Pekerja shift malam diketahui rentan mengalami microsleep karena jam kerja mereka 'melawan' jam
biologis tubuh. Mereka harus terjaga pada malam hari saat dorongan biologis untuk tidur sedang tinggi-
tingginya. Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa microsleep juga dapat terjadi jika Anda
menghabiskan waktu yang lama melakukan tugas monoton, contohnya seperti latihan pelacakan visual.

Secara sederhana, Dr. Ilene Rosen, presiden American Academy of Sleep Medicine sekaligus profesor
kedokteran klinis dari Perelman School Medicine Universitas Pennyslvania, AS, mengatakan bahwa
manusia memiliki sakelar tidur di otak. Setelah beberapa malam dengan kualitas tidur yang cukup,
sakelar akan terus berada pada posisi nonaktif saat Anda beraktivitas menjalani hari. Kemudian, ketika
malam datang dan ritme sirkadian menjadi kurang aktif.

“Saklar tidur menyala, gelombang otak melambat dan berputar melalui berbagai tahapan tidur,” kata
Dr. Ilene seperti dikutip di U.S.News. Setelah mendapatkan tidur yang berkualitas, sakelar kembali ke
posisi nonaktif dan Anda pun memasuki keadaan terjaga.

Nah, jika Anda kurang tidur atau memiliki kualitas tidur yang buruk, sakelar tidur tersebut tak akan
pernah stabil. Dikatakan oleh Dr. Ilene lagi, microsleep dapat dianggap sebagai otak yang sementara
tidak aktif ketika sakelar tidur menyala.

2 dari 4 halaman

Waspada, microsleep bisa berbahaya

Tidak mengejutkan bahwa microsleep bisa berbahaya, bahkan bisa berakibat fatal jika terjadi saat Anda
mengemudi atau mengoperasikan alat berat. Menurut badan amal keselamatan jalan Brake dari Inggris,
lewat sebuah survei sebanyak 45 persen pria dan 25 persen wanita mengaku pernah mengalami
microsleeping saat mengemudi.

Selain itu, sebuah studi kecil yang dipublikasikan di jurnal “Proceedings of the National Academy of
Sciences” tahun 2015, menemukan bahwa pekerja shift malam lebih mungkin mengalami kecelakaan
saat mengemudi pulang dibandingkan mereka yang beristirahat dengan cukup. Tentu saja biang
keroknya adalah microsleep.
Ada juga sebuah studi tahun 2012 yang dilakukan oleh Universitas Teknologi Queensland, Australia.
Studi tersebut menemukan hasil bahwa banyaknya kasus kecelakaan dapat dicegah jika para
pengemudinya berhenti sejenak dan beristirahat saat mereka mengalami tanda-tanda awal mengantuk.
Studi ini melaporkan bahwa banyak orang yang memaksakan diri untuk terjaga, dan terus mengemudi
meski sudah mengalami episode microsleep berkali-kali.

3 dari 4 halaman

Mencegah terjadinya microsleep

Seringnya, microsleep merupakan dampak langsung dari kurang tidur. Oleh karena itu, memperbaiki
kondisi ini dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya microsleep, apalagi pada waktu-waktu
yang tidak tepat. Cara paling tepat untuk mengatasi kurang tidur adalah dengan memperbaiki kualitas
tidur.

“Setiap harinya Anda dianjurkan untuk cukup tidur minimal 8 jam agar tubuh dapat bekerja dengan lebih
baik keesokan harinya. Kurang tidur dapat membuat kualitas hidup menurun, seperti malas bekerja,
mengantuk di siang hari, sulit membuka mata pada pagi hari karena masih mengantuk, sulit bekerja atau
bersekolah, dan masih banyak lagi,” kata dr. Alberta Jesslyn Gunardi, BMedSc(Hons) dari KlikDokter.

Tips dari dr. Jesslyn untuk meningkatkan kualitas tidur antara lain:

Cobalah untuk mengatur pola tidur.

Bangun dan tidur pada waktu yang sama setiap hari, bahkan ketika hari libur.

Buatlah suasana yang kondusif untuk tidur.

Buat diri senyaman mungkin untuk tidur, seperti penggunaan lampu tidur, penutup mata, mematikan
televisi, dan sebagainya.

Biasakan diri untuk berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan jauhi narkoba.

Buat diri serelaks mungkin, seperti dengan melakukan meditasi atau yoga.

Hindari berolahraga terlalu dekat dengan waktu tidur.

Jika memiliki masalah psikologis, cobalah untuk menerima dan menghadapinya.

Jika waktu tidur terbatas atau ketika Anda mengantuk, sempatkan untuk tidur siang selama 20-30 menit.
Hal ini dapat memperbaiki konsentrasi serta kemampuan motorik.
Tips lain dari Dr. Ilene, jika Anda berencana akan pulang larut malam dalam beberapa hari ke depan,
entah untuk lembur atau acara sosial, lakukanlah “bank tidur”. Metode ini merupakan cara
memperpanjang waktu tidur normal selama beberapa malam sebelumnya.

Kopi juga dapat membantu Anda terjaga. Sifatnya sebagai stimulan dapat memberi Anda lonjakan
energi. Meski demikian, menurut dr. Astrid Wulan Kusumoastuti dari KlikDokter, setelah beberapa saat,
efek tersebut akan menghilang. Akibatnya, tubuh Anda menjadi lebih lemah dari sebelumnya.

Sebagai alternatif, Dr. Chiara Cirelli, ahli saraf dan profesor di departemen psikiatri di Universitas
Wisconsin—Madison (AS) menganjurkan jika Anda mengantuk pada siang hari, lakukan aktivitas fisik.
Namun, ingat untuk tidak berolahraga terlalu dekat dengan waktu tidur agar kualitas tidur malam tidak
terganggu. Selain itu, paparan cahaya terang di tempat kerja juga dapat meningkatkan kewaspadaan
sekaligus mengatur ulang 'sakelar' tidur Anda menjadi dalam keadaan mati.

Ingat, waktu tidur yang ideal adalah rata-rata 7-8 jam setiap harinya. Jika Anda tetap sering mengantuk
dan sering mengalami microsleep (khususnya dalam kondisi sudah tidur dengan cukup), lebih baik
segera berkonsultasi dengan dokter guna dilakukan evaluasi lebih lanjut.

Patut Diwaspadai, Tanda-Tanda Anda Kena Microsleep


Fajar Adityo Nugroho · Selasa, 19 Juni 2018 - 10:19 WIB
Patut Diwaspadai, Tanda-Tanda Anda Kena Microsleep
Selalu waspada saat mengemudi ketika mudik. (Foto: Freepik).

JAKARTA, iNews.id - Pernahkah Anda mengalami situasi di mana sedang mengemudi tiba-tiba terlelap
dan dalam sekejap mobil berada di tepi jalan? Kondisi itu disebut sebagai microsleep yang menjadi
penyebab banyak kecelakaan.

Microsleep adalah kantuk singkat dari tidur yang bisa berlangsung dari satu detik hingga 30 detik.
Microsleep umumnya terjadi tanpa peringatan. Bagi yang terkena microsleep tersebut tidak sadar
bahwa mereka baru saja tertidur.
Menurut penuturan Profesor Dr William Dement, pakar penelitian tidur sekaligus pendiri Sleep Research
Center di Stanford University mengatakan jika microsleep disebabkan oleh kantuk dan rasa capek karena
melakukan aktivitas, salah satunya mengemudi di jalan lurus.

Banyak tanda-tanda sesorang sedang terkena microsleep yang harus Anda ketahui. Seperti apa saja
gejala atau tanda-tanda mulai terkena? Yuk, simak berikut ini.

1. Tatapan Mata Kosong

Sepintas pengemudi seolah melihat dan mengawasi jalanan, namun sebenarnya pandangannya kosong
dan bagian otak tertidur. Hal ini sangat berbahaya ketika memacu mobil karena akan menimbulkan
kecelakaan jika tidak diperhatikan.

2. Menjatuhkan Kepala dan Menyetakkan Lagi

Amati pengemudi Anda jika berkali-kali menundukkan kepala dan kemudian tersentak, bisa jadi dia
terkena microsleep.

3. Sering Berkedip-kedip

Microsleep biasanya tanpa ada tanda menguap, namun mata pengemudi akan kedip-kedip karena
menahan kantuk. Jika dipaksa dan dibiarkan, maka akan tertidur lelap.

4. Tubuh Tiba-Tiba Tersentak

Tubuh tiba-tiba tersentak akibat refleks antara sadar dan tidak sadar. Otak sudah menginstrusikan tubuh
dan mata untuk beristirahat, namun masih dilawan. Hal ini sangat berbahaya jika sampai kebablasan
dan akan menimbulkan kecelakaan.
Selalu waspada saat mengemudi dan jangan memaksakan diri agar segera sampai di rumah. Jika
mengantuk atau terserang microsleep, segeralah menepi ke rest area dan beristirahatlah sebentar agar
tubuh menjadi segar kembali.

Rasa Mengantuk Tak Bisa Dilawan, Begini


Mengantisipasinya
Liputan6.com, Jakarta - Kelelahan atau mengantuk dinilai sebagai biang keladi dalam beberapa kasus
kecelakaan selain masalah teknis kendaraan. Rasa lelah berasal dari kurang tidur, lelah bekerja,
lembur, deadline, atau bekerja yang terlalu diforsir.

Menurut pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, dalam
Saturday morning ride bersama awak media akhir pekan kemarin, ciri-ciri kelelahan atau micro
sleep (ringan) mudah diketahui dan dirasakan. Misalnya kelopak mata terasa berat, tingkat
kewaspadaan menurun, melamun selama ± 30 detik, dan seakan mengantuk

“Dalam kondisi ini ada yang namanya Auto Behaviour Syndrome (ABS), yakni tidur dengan mata
terbuka, gelombang otak sama dengan pola saat tidur lelap. Kalau pola tidur tidak teratur atau kurang
tidur, menonton sampai larut malam, letih yang sangat, menyebabkan pandangan kosong. Ini bisa
menghilangkan kesadaran, lama siklusnya 20 – 30 menit, dan biasanya tangan sering memegang
hidung, dan kepala,” jelasnya

Mengantuk dapat menyebabkan mata terpejam sebentar 1 detik yang sama dengan kendaraan
berjalan 14 meter. Risiko dari mata terpejam sekian detik ada beberapa macam, seperti berada di
jalur lawan tanpa sadar, menabrak kendaraan lain dari belakang, adu kambing. Akibatnya, reflek
terlambat, cidera ringan, berat hingga kematian.

“Apa yang anda pikirkan jika kondisi seperti ini terjadi saat mengendarai motor atau mobil dengan
kecepatan 50 km/jam? Sudah berapa meter motor atau mobil berjalan tanpa anda sadari?,” papar
Jusri

Menurut Profesor William C Dement, pakar ilmu tidur dan juga pendiri Sleep
Research Center di Universitas Stanford di California Amerika Serikat
mengatakan bahwa saat mengantuk, sebagian dari otak kita sebenarnya sudah
dalam kondisi tertidur bahkan ketika mata melek sekalipun.
Beberapa tanda-tanda gejala microsleep antara lain, tatapan mata kosong, kehilangan fokus, tidak
mampu mencerna kejadian di beberapa menit terakhir dan tanda-tanda tersebut hadir disertai dengan
rasa kantuk yang hebat.

“Jika anda merasakah gejala seperti itu, jangan ditunda segeralah mencari tempat yang aman dan untuk
tidur setidaknya 20 menit (nap power),” terang Catur Wibowo Trainer 4x4 di ORD Training Center. “Hal
ini merupakan cara rekoveri paling efektif untuk atasi masalah kantuk,” sambungnya. "Jika melakukan
perjalananan jauh, beristirahatlah setiap empat jam sekali untuk menjaga kondisi badan tetap bugar,"
tutupnya.

Anda mungkin juga menyukai