Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

“SANITASI”

Peminatan Kesehatan Lingkungan

ALIF NORMALIKA

1600029021

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2019
PRAKTIKUM I
PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH TANGGA
(IPAL Sewon)

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui sarana pengolahan limbah cair rumah tangga
2. Mahasiswa mengetahui pentingnya pengolahan limbah cair rumah
tangga bagi kesehatan pemukiman
3. Mahasiswa mengetahui sistem pengolahan IPAL Sewon
B. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sugiharto (2008), air limbah (wastewater) adalah kotoran
dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air
tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan
ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum. air limbah domestik
adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman
(real estate), rumah makan (restoran), perkantoran, perniagaan, apartemen
dan asrama (Kepmen LH No. 112 Tahun 2003). Berdasarkan Peraturan
Pemerintahan No. 20 Tahun 2012 tentang, klasifikasi dan kriteria mutu air
ditetapkan menjadi empat golongan yaitu: 1. Golongan I, yaitu air yang
dapat digunakan sebagai air murni secara langsung tanpa diolah terlebih
dahulu. 2. Golongan II, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku
untuk diolah sebagai air minun dan keperluan rumah tangga dan lainnya.
3. Golongan III, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan. 4. Golongan IV, yaitu air yang dapat digunakan untuk
keperluan pertanian, untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga air.
Berdasarkan karakteristiknya terdapat 2 (dua) jenis air limbah
domestik, yaitu jenis black water yang berasal dari WC dan umumnya
ditampung dalam septictank, sedangkan yang satunya adalah jenis grey
water yang berasal dari kegiatan mencuci, mandi dan memasak, yang
umumnya langsung dibuang ke saluran drainase maupun perairan umum.
Walaupun air limbah jenis grey water sebagian besar merupakan bahan
organik yang mudah terdegradasi, namun secara kuantitas cenderung
semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Dari
berbagai literatur menyebutkan bahwa antara 60 % - 70 % air yang
digunakan oleh masyarakat kota, akan terbuang sebagai air limbah,
sedangkan air limbah tersebut akan masuk ke badan sungai tanpa ada
upaya pengolahan terlebih dahulu (Supradata, 2005).
Setiap kegiatan manusia akan menghasilkan limbah. Dalam
beberapa tahun terakhir, limbah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia
telah menjadi masalah lingkungan utama. Peningkatan kuantitas dan jenis
limbah yang dihasilkan tidak hanya terjadi di negara maju tetapi juga
terjadi dinegara berkembang, salah satunya di Indonesia. Limbah dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan bila tidak
dikelola dengan efektif dan efisien (Scortar,2009).
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun untuk
menampung limbah cair domestik 15.500 m3/hari dari kota Yogyakarta
dan sekitarnya untuk diolah agar kembali dapat digunakan. IPAL Sewon
dibangun tahun 1993-1998, berlokasi di Desa Pendowoharjo, Kecamatan
Sewon, Kabupaten Bantul sebagai cara untuk mengatasi permasalahan
pembuangan air limbah rumah tangga dan industri wilayah Kota
Yogyakarta, lima wilayah kecamatan dari Kabupaten Sleman, dan tiga
wilayah kecamatan Kabupaten Bantul. Influent air limbah yang masuk ke
IPAL Sewon diolah melalui 3 kolam yaitu kolam aerasi fakultatif 1,
fakultatif 2, dan kolam maturasi. Effluent IPAL dialirkan ke sungai Bedog
Sukiya dkk, 2013.
C. METODE
1. Observasi
2. Wawancara
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Tulis
2. Recorder
3. Kamera
4. Buku atau Kertas
E. CARA KERJA
1. Kunjungan lapangan dilakukan ke Instansi pengolahan Air Limbah
(IPAL ) Sewon. Bantul.
2. Dilakukan observasi mengenai cara kerja IPAL dan mencatat
keterangan dari petugas atau pengelola IPAL
3. Desain IPAL digambar
4. Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui urgensi keberadaan IPAL
5. Laporan kunjungan dibuat dan pembahasan dengan studi pustaka
F. HASIL
Desain IPAL Sewon
1. IPAL Rumah Tangga

Mobil Grift
SAP Penyaringa Screw
Tank Chambe
Hubber n Kasar Pump
Sedot r
Tinja

Rumah pompa
bak pengumpul
saringan

Kolam
Anaerob

Bak Kolam
Pengering Fakultatif
Lumpur

Kolam
Maturasi
Pematangan

Sungai
2. IPAL Tinja
Kolam Kolam
Mobil Lolo
Cek Anaer Fakultati
Tank s
Kualitas ob f
Sedot pH &
Tinja Lemak

Kolam
Maturasi/
Pematang
an
Tidak
Lolos

Kembali
Lolo pada Proses
s IPAL
Rumah
Tangga
hingga
selesai
Berdasarkan Kunjungan di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Sewon maka didapatkan hasil berupa gambar-gambar tempat pengolahan limbah
cair sebagai berikut :

Gambar 1. Screw Pump Gambar 2. Inlet

Gambar 3. Kolam Fakultative Gambar 4. Agitator Floculan dan Coagulant

Gambar 5. Pompa Celup Gambar 6. Vacum Pump


Gambar 7. Kolam Lumpur Gambar 8. Kolam Pengering Lumpur

G. PEMBAHASAN
Dalam kunjungan praktikum sanitasi yang telah dilakukan
beberapa saat yang lalu ke Balai Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
yang ada di daerah Sewon, Bantul. IPAL Sewon merupakan salah satu
instalasi pengelolaaan limbah terpusat yang berada di Jalan Bantul
Kilometer 6, Dusun Cepit, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Pembangunan IPAL Sewon dibangun sejak tahun 1994 sampai tahun 1995
diatas lahan seluas 6,7 hektar dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari
1996. IPAL Sewon memproduksi limbah rumah tangga dari 125.000 jiwa
atau dengan pelayanan sambungan rumah sebnayak 25.000 SR dan dengan
kapasitasi volumeairr yang masuk sebesar 15.500 m³/hari.
Wilayah pelayanan IPAL Sewon terdiri dari seluruh wilayah di
Kota Yogyakarta yang berada pada 14 kecamatan, wilayah Kabupaten
Sleman yang berada pada 5 kecamatan dan sebagian di wilayah Kabupaten
Bantul yang berada pada 3 kecamatan.
Secara garis besar keberadaan IPAL Sewon ini memiliki 3 manfaat
yakni perlindungan terhadap badan-badan air (sungai dan sumur) dari
pencemaran rumah tangga, peningkatan dan estetika lingkungan,
pemanfaatan hasil IPAL berupa pupuk organik dari lumpur air limbah.
Pengolahan limbah yang dilakukan di IPAL Sewon adalah
pengolahan limbah secara biologi dengan memanfaatkan bakteri aerob
sehingga pada instalasi ini keberadaan aerator menjadi hal yang sangat
sangat penting untuk diperhatikan. Hal itu karena aerator memiliki fungsi
memasok oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
menguraikan polutan. Apabila terjadi kerusakan pada aerator tentu proses
pengolahan yang dilakukan tidak akan berjalan dengan baik.
Dalam Proses pengolahan air limbah di IPAL Sewon dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a) Pengolahan pendahuluan (pre treatment) : Pengolahan pendahuluan
yang dilakukan dengan menggunakan saringan jeriji, saringan kasar,
bak equalisasi dan pengendap pasir (grift chamber).
b) Pengolahan pertama (primary treatment) : Pengolahan pertama
memiliki
tujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur di dalam air limbah
melalui pengendapan atau pengapungan.
c) Pengolahan kedua (secondary treatment) : Pengolahan kedua dengan
menggunakan cara aerasi dan pertumbuhan bakteri.
d) Pengolahan lanjut (Ultimate disposal) : selanjutnya dalam Pengolahan
lanjut yang digunakan dalam pengolahan air limbah domestik di IPAL
Sewon Bantul adalah pengolahan lumpur agar dapat dimanfaatkan
kembali.
Kemudian, dalam unit pengolahan air limbah yang digunakan dalam
IPAL Sewon dengan berbagai fungsi yang dimiliki dari msasing-masing
unit pengolahan air limbah yang ada di IPAL Sewon. Diantaranya yaitu :
a. Saluran pembawa Air limbah, memiliki fungsi sebagai saluran untuk
membawa air limbah yang dialirkan sebelum masuk IPAL akan
dilewatkan pada saluran pembawa. Saluran pembawa berbentuk
lingkaran terbuat dari betondengan dengan diameter 100 - 130 cm.
b. Rumah pompa Uliran-uliran ini yang berfungsi membawa air keatas
setelah air limbah masuk melewati bawah rumah pompa alirannya ke
bak pengendap pasir. Di dalam Rumah pompa terdiri dari :
1) Bak equalisasi memiliki tujuan Untuk menjaga sistem pengolahan
biologis, mengawasi derajat pH, Untuk memberikan kontrol
kapasitas aliran air limbah yang lebih merata. Mencegah
masuknya konsentrasi zat beracun yang tinggi dalam sistem
pengolahan biologis.
2) Saringan jeriji, saringan jeriji terletak sebelum pompa angkat dan
berfungsi sebagai
pemisah kotoran-kotoran seperti plastik-plastik sisa sampah rumah
tangga dan bahan terapung lainnya. Kotoran-kotoran tersebut
dipisahkan secara manual dengan penggaruk aluminium dari
ayakan jeriji dan dibuang minimal sehari sekali.
3) Water indicator level, berfungsi sebagai penunjuk ketinggian air
Limbah yang akan diolah dan jenis pengoperasian pompa. Ada dua
jenis pengoperasian pompa berdasarkan ketinggian air :  Operasi
pompa otomatis  Operasi pompa manual
4) Pompa angkat atau screw pump yang ada di IPAL Sewon
berjumlah tiga buah dengan kapasitas 10,7 m3 /menit. Dimana dua
unit operasional dan satu unit sebagai cadangan.
c. Bak penangkap pasir (Grift Chamber) berfungsi untuk menyaring
pasir, batu atau kerikil dan material kecil lainnya dari limbah cair.
Partikel yang diendapkan pada grift chamber mempunyai berat jenis
yang besar dan terdiri dari partikel-partikel anorganik dan organik.
Pada umumnya partikel yang diendapkan pada grift chamber adalah
pasir.
d. Laguna aerasi fakultatif / Kolam Fakultatif 1 dan 2
Laguna aerasi fakultatif merupakan salah satu jenis pengolahan air
limbah secara biologis dengan memanfaatkan 2 jenis bakteri, yaitu
bakteri aerob dan anaerob untuk mendegradasi kandungan bahan
pencemar yang terdapat dalam air limbah. Laguna aerasi fakultatif
dirangkai dalam dua kolam pararel dan tiap kolam terdiri dari dua buah
kolam (Kolam fakultatif 1 dan 2), dengan demikian semuanya
berjumlah empat kolam atau laguna. Tiap kolam dilengkapi dengan
aerator berjenis surface aeration Limbah dari grid chamber akan masuk
ke dalam Kolam Fakultatif 1 dan kemudian akan menuju ke kolam
fakultatif 2. Dan Pada laguna aerasi fakultatif juga terdapat ikan yang
digunakan sebagai bioindikator terhadap tingkat pemulihan kualitas
air. Tujuan nya untuk mengetahui apakah air limbah yang diolah masih
buruk atau tidak.
e. Kolam Akurasi (Pematangan)
Kolam terakhir yaitu pematangan Air limbah yang telah diolah di
kolam fakultatif dialirkan ke kolam pematangan dengan maksud untuk
menstabilkan air limbah sebelum dibuang ke badan air. Kolam
pematangan terdiri dari dua sistem yang dirangkai secara pararel
dengan kolam fakultatif. Setelah penghilangan kotoran organik dan
bakteri collon bacilli, limbah olahan selanjutnya di alirkan ke dalam
Sungai Bedog melalui pipa beton dan saluran terbuka.
f. Tempat pengeringan lumpur (sludge drying bed)
Lumpur yang terkumpul dari dalam laguna aerasi fakultatif kemudian
di buang ke tempat pengeringan dengan menggunakan unit
pembuangan lumpur setahun sekali. Lumpur yang berada pada tempat
pengeringan lumpur terbagi menjadi lapisan atas yang jernih dan
lumpur yang kental pada bagian bawah. Batang penutup dipindahkan
untuk mengeluarkan lapisan atas yang jernih dari tempat pengeringan.
Operasi seperti ini diulangi untuk mengentalkan lumpur hingga cairan
tidak dapat dipisahkan lagi. Setelah lumpur dikeringkan dengan panas
matahari sampai bisa dikeluarkan dengan pengeruk/sekop. Setelah
dikeringkan di terik matahari 2-3 bulan, lumpur kering dibawa dengan
sebuah lori dan dibuang di tempat pembuangan lumpur.
g. Proses pengolahan air buangan
Air limbah domestik yang berasal dari kota Yogyakarta dan sebagian
Kabupaten Sleman serta Kabupaten Bantul dialirkan melalui jaringan
pipa yang telah ada pada jaman Belanda. Sistem jaringan pipa yang
menuju ke IPAL juga dilengkapi dengan pipa penggelontor. Fungsi
dari pipa penggelontor adalah untuk melarutkan sampahsampah yang
ada dalam pipa-pipa yang tidak disingkirkanakan menghambat laju
aliran air limbah ke IPAL. Air penggelontor diambil dari empat inlet,
yaitu Dam Bendolele, Dam Pogung, Dam Prawirodirjan dan Selokan
Mataram. Kotoran tersebut kemudian dialirkan dengan menggunakan
pompa celup (submersible pump) dan akan dipisahkan dari limbah cair
dan padatan dengan menggunakan siklon pemisah. Kemudian padatan
ditampung dalam hooper yang berada dibawah siklon dan dibuang
secara berkala, sedangkan limbah cair dikembalikan ke dalam grift
chamber. Limbah kotor yang telah diolah secara fisik tersebut
diumpankan melalui tangki distribusi ke laguna aerasi fakultatif.
Setelah penghilangan kotoran selanjutnya dialirkan ke dalam Sungai
Bedog melalui pipa beton dan saluran terbuka.
Dalam proses pengolahan air limbah rumah tangga di IPAL sewon
tentu tidak lepas karena adanya kebutuhan yang perlu dipantau. Maka
dari itu kegiatan pemantauan yang ada di IPAL Sewon terhadap
kualitas air limbah ialah dengan melakukan pengambilan sampel air
limbah setiap hari nya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium
terhadap pH, suhu, BOD, COD, SS, DO. Kemudian setelah hasil
laboratorium keluar dengan hasil dimana kualitas air limbah yang
diperiksa telah memenuhi syarat dan standar yang telah ditentukan.
Maka Hasil olahan air limbah tersebut di Balai IPAL di buang ke
sungai Bedog standar dengan air golongan B yang diperuntukkakan
untuk irigasi pertanian. Berdasarkan Surat Keputusan Gibernur DIY
baku mutu golongan B, yaitu BOD 30 mg/liter dan lumpur kering
dimanfaatkan untuk pupuk tanaman.
H. KESIMPULAN
1. Dalam melakukan proses pengolahan limbah cair rumah tangga atau
domestik dapat dilakukan dengan salah satu instalasi yang menangani
pengolahan limbah cair rumah tangga yaitu Instalasi Pengelolaan Air
Limbah IPAL di Sewon Bantul dimana instalasi ini merupakan
instalasi yang khusus untuk mengolah limbah cair, yang berasal dari
aktivitas masyarakat sekitar seperti mandi, mencuci, memasak, tinja
dll.
2. pengolahan limbah cair rumah tangga sangat perlu dilakukan agar
dapat menurunkan kualitas bahan pencemar yang terkandung di
dalamnya sebelum di alirkan atau dibuang kembali ke badan sungai
agar tidak mencemari lingkungan. Karena pada limbah cair terdapat
zat kimia yang dapat menjadi penyebab penyakit disentri, tipus, kolera
dan penyakit lainnya. Maka dari Limbah cair tersebut harus diolah
agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan
dan pemukiman sekitar.
3. Sistem Pengolahan Air Limbah di IPAL Sewon dilakukan dengan
melewati beberapa proses yaitu Pengolahan pendahuluan (pre
treatment), Pengolahan pertama (primary treatment), Pengolahan
kedua (secondary treatment, Pengolahan lanjut (Ultimate disposal),
kemudian dalam unit pengolahan air limbah yang digunakan dalam
IPAL Sewon, yaitu Saluran pembawa Air limbah, Rumah pompa
Uliran-uliran, Bak penangkap pasir , Laguna aerasi
fakultatif,Kolam Akurasi (Pematangan), Tempat pengeringan lumpur
(sludge drying bed) dan Proses pengolahan air buangan.
I. DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003
Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Pemerintah Republik Indonesia, 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 20
tahun 2012 Tentang Pengolahan Lingkungan Hidup. Jakarta.
Scortar, L.M. 2009. Household Waste Management around the Globe.
Managerial Challenges of the Contemporary Society. Proceedings:
249-256. Cluj-Napoca: Babes Bolyai University.
Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : UI-
Press.
Sukiya dkk. 2013. Pengaruh Air Limbah IPAL Sewon Terhadap
Bioakumulasi Merkuri Pada Ginjal Ikan Tombro (Cyprinus carpio,
L.). Jurnal Sains Dasar. 2(1). Hal 95-102.
Supradata. 2005. Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman
Hias Cyperus Alternifolius, L. Dalam Sistem Lahan Basa Buatan
Aliran Bawah Permukaan.
PRAKTIKUM II
PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT
(Dr. Sardjito)

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui sarana pengolahan air limbah RSUP Dr.
Sardjito
2. Mahasiswa mengetahui pentingnya pengolahan air limbah RSUP Dr.
Sardjito
3. Mahasiswa mengetahui sistem pengolahan air limbah RSUP Dr.
Sardjito
B. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut undang-undang nomor 44 tahun 2009 rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggitingginya. Produk samping yang dihasilkan dari semua kegiatan
yang ada di rumah sakit adalah limbah. Salah satu limbah yang dihasilkan
oleh sebuah rumah sakit adalah limbah cair. Berdasarkan kandungan
polutan, limbah cair rumah sakit dapat digolongkan dalam air limbah
klinis dan air limbah non klinis (Arifin, 2008).
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. Limbah cair rumah
sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan (Asmadi,
2013).
Pengolahan limbah rumah sakit yang merupakan bagian dari upaya
penyehatan lingkungan rumah sakit juga merupakan tujuan untuk
melindungi masyarakat akan bahaya pencemaran lingkungan yang
bersumber dari air limbah rumah sakit serta mencegah meningkatnya
infeksi nosokomial di lingkungan rumah sakit, sebab telah diketahui
bahwa limbah rumah sakit dapat mengandung potensi bahaya yang
bersifat infeksi, toksik dan radioaktif ( Soejaya, 2010).
Pajanan pada limbah layanan kesehatan yang berbahaya dapat
mengakibatkan penyakit atau cidera. Sifat bahaya dari limbah layanan
kesehatan tersebut mungkin muncul akibat satu atau beberapa karakteristik
berikut: limbah mengandung agens infeksius, limbah bersifat genotoksik,
limbah mengandung zat kimia atau obat-obatan berbahaya atau beracun,
limbah bersifat radioaktif, limbah mengandung benda tajam. Semua orang
yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan
besar menjadi orang yang berisiko, termasuk yang berada dalam fasilitas
penghasil limbah berbahaya, dan mereka yang berada di luar fasilitas serta
memiliki pekerjaan mengelola limbah semacam itu, atau yang berisiko
akibat kecerobohan dalam sistem manajemen limbahnya (WHO,2005) .
Pengolahan pada instalasi pengolahan air limbah RSUP Dr.
Sardjito secara biologis yaitu pengolahan air limbah untuk mengurangi
zat-zat organik dalam air limbah itu sendiri, pengolahan semacam ini
dikenal dengan nama proses lumpur aktif (Sludge Activated) (Suswardany,
2012).
C. METODE
1. Observasi
2. Wawancara
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Tulis
2. Recorder
3. Kamera
4. Buku atau Kertas
E. CARA KERJA
1. Mahasiswa melakukan kunjungan ke instalasi pengolahan air limbah
RSUP Dr. Sardjito
2. Mahasiswa melaukan observasi mengenai cara kerja IPAL dan
mencatat
keterangan dari petugas/pengelola IPAL
3. Mahasiswa mendokumentasi kunjungan lapangan
4. Mahasiswa membuat laporan kunjungan yang telah di pertajam
pembahasannya dengan studi pustaka
F. HASIL

Gambar 1. Titik Koordinat Sampel Gambar 2. Bak Ekualisasi

Gambar 3. Bak Penampungan Gambar 4. Ground Tank


Gambar 5. Proses Pengeringan Lumpur Gambar 6. Bak Aerasi

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan kunjungan lapangan ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. RSUP Dr.
Sardjito merupakan tempat pelayanan kesehatan yang dirancang dengan
memperhatikan aspek kebersihan bangunan, sampah, limbah padat
maupun cair, pengelolaan air bersih dan antisipasi terhadap serangan
serangga maupun binatang pengganggu yang dapat menghambat proses
pemberian layanan kesehatan kepada masyarakat. Sampah dan limbah
rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit maupun kegiatan penunjang lainnya seperti toilet,
laboratorium dan lain sebagainya. Penanganan terhadap limbah rumah
sakit, baik limbah medis maupun non medis merupakan hal penting yang
wajib dikelola dengan baik oleh pihak rumah sakit sebagai penghasil
limbah. Mengingat limbah medis yang berupa limbah kimiawi, limbah
farmasi, logam berat dan limbah genotoxic termasuk ke dalam limbah
berbahaya, pengelolaan terhadap limbah ini perlu dikelola secara benar.
Pengolahan pada instalasi Pengolahan Air Limbah RSUP Dr.
Sardjito dilakukan secara biologis yaitu pengolahan air limbah untuk
mengurangi zat-zat organik yang terdapat dalam air limbah itu sendiri.
Pengolahan semacam ini dikenal dengan nama proses lumpur aktif (sludge
activated. Karakteristik Limbah Rumah Sakit Limbah cair memilki tiga
karakteristik yaitu fisik terdiri dari (Padatan, Kekeruhan, Bau dan Suhu),
kimia (Keasaman, Nitrogen, BOD, COD, Biologi) dan biologi.
IPAL (Instalasi Pangelolaan Air Limbah) RSUP Dr. Sardjito meliputi :
a. Bak penyaring
Bak penyaringan merupakan unit operasi yang dijumpai pertama
dalam bangunan pengolahan air limbah. Air limbah yang dihasilkan
oleh unit-unit penghasil limbah ditampung di bak penampungan
sementara kemudian dialirkan ke pipa, dari inlet ini bak penyaring
berfungsi untuk menyaring bahan-bahan kasar seperti kertas, plastik
dan bahan lainnya.
b. Bak pengendap pasir
Bak penangkap pasir berfungsi untuk menghilangkan kerikil halus
yang berupa pasir, koral atau zat padat berat lainnya yang mengalami
penurunan kecepatan atau mempunyai gaya berat lebih besar dari zat
organik yang dapat membusuk dalam air limbah.
c. Bak ekualisasi
Setelah melewati bak pengendapan pasir, air limbah dengan debit 5-30
liter/detik dialirkan ke bak ekualisasi yang terletak lebih rendah dari
bak pengendap pasir sehingga terjadi kontak antara oksigen dengan air
limbah saat terjunan air dari bak penangkap pasir masuk ke kolam
equalisasi.. Bak ekualisasi ini berfungsi untuk menghomogenkan atau
meratakan debit air limbah yang masuk ke unit pengolahan
selanjutnya.
d. Bak Aerasi
Bak aerasi yaitu proses penambahan oksigen kedalam air limbah
karena pada tahap ini kotoran-kotoran organik yang terkandung air
limbah akan diurai dan dihilangkan secara biokimiawi dengan bantuan
bakteri aerobik dan anaerobik. Proses aerobik terjadi pada permukaan
bak sedangkan anaerobik terjadi pada dasar kolam yang tidak
mengandung oksigen. Bak aerasi pada Instalasi Pengolahan air limbah
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta memasukan udara ke dalam air limbah
melalui benda porous atau nozel. Nozel diletakkan dibagian dasar bak
sebanyak 15 buah yang disusun seri dalam tiga baris sehingga ada
lima nozel dalam satu barisnya.
e. Bak Pengendapan
Biosolid atau flok-flok yang terbentuk dari proses perombakan zat
organik dari limbah dari bak aerasi mengalir dan mengendap pada bak
pengendap. Waktu pengendapan pada bak sedimentasi berlangsung
selama 6 jam. Permasalahan yang selalu timbul pada bak pengendap
lumpur adalah adanya flok-flok yang mengapung diatas permukaan
bak sedimentasi.
f. Bak Penampung Lumpur
Bak penampung lumpur berfungsi untuk menampung lumpur dari bak
sedimentasi untuk selanjutnya dipompakan ke bak aerasi sebagai
recycle. Bak ini juga berfungsi untuk menampung lumpur sisa recycle
untuk selanjutnya lima hari sekali dipompakan ke bak pengering
lumpur (sludge drying bed).
g. Bak Uji Biologis
Air limbah yang keluar dari bak sedimentasi mengalir melalui bak
kontak chlor sementara masuk ke bak uji bak uji biologis. Bak uji
biologis ini berfungsi apakah air limbah hasil pengolahan sudah layak
dibuang ke badan air atau belum. Dalam bak uji biologis ini dipelihara
ikan dan tumbuhan azola sebagai indikator. Ikan dan azola hidup dan
tumbuh dengan baik, hal ini menunjukkan bahwa air limbah tersebut
sudah layak dibuang ke badan air.
h. Bak Desinfeksi
Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh
mikroorganisme patogen yang ada di dalam air limbah. Bahan
desinfektan yang sering dipergunakan adalah chlorin yang berbentuk
garam atau lebih dikenal dengan nama kaporit. Hal yang paling
penting dalam pembunuhan mikroorganisme dalam air hasil
pengolahan (efluen) minimal 0,3 mg/liter.
i. Bak Pengering Lumpur
Lumpur merupakan hasil akhir dari setiap instalasi pengolahan air
limbah. Pada Instalasi pengolahan air limbah yang menggunakan
system lumpur aktif yang dihasilkan dalam bak sedimentasi sebagai
recycle dan sebagian lagi dipompakan ke bak pengering lumpur
(sludge drying bed) lumpur yang ditumpahkan ke bak pengering
lumpur biasanya mengandung kadar solid 10% dan air 90% Instalasi
pengolahan air limbah RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta dalam
mengeringkan lumpur yang dihasilkan oleh proses pengolahan air
limbah menggunakan delapan buah bak pengering lumpur.
Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan,
Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola
sampah harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari topi/
helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang, apron untuk industry,
sepatu boot, serta sarung tangan khusus. Pengaruh limbah rumah sakit
terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan
berbagai masalah seperti: Gangguan kenyamanan dan estetika,
Gangguan terhadap kesehatan manusia, dan Pengelolaan sampah
rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat yang baik bagi
vector penyakit seperti lalat dan tikus.
H. KESIMPULAN
1. Sarana pengolahan RSUP Dr. Sardjito merupakan tempat pelayanan
kesehatan yang dirancang dengan memperhatikan aspek kebersihan
bangunan, sampah, limbah padat maupun cair, pengelolaan air bersih
dan antisipasi terhadap serangan serangga maupun binatang
pengganggu yang dapat menghambat proses pemberian layanan
kesehatan kepada masyarakat, sehingga sarana dalam pengolahan
limbah di rumah sakit sangat perlu dilakukan.
2. pengolahan air limbah RSUP Dr. Sardjito merupakan bagian dari
upaya penyehatan lingkungan rumah sakit juga dengan tujuan untuk
melindungi masyarakat akan bahaya pencemaran lingkungan yang
bersumber dari air limbah rumah sakit serta mencegah meningkatnya
infeksi nosokomial di lingkungan rumah sakit.
3. Sistem pengolahan air limbah RSUP Dr. Sardjito dilakukan secara
biologis.
I. DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2008. Pengaruh Limbah Rumah Sakit terhadap Kesehatan. Jurnal
Kesehatan. Vol.10 No.1.
Asmadi. 2013. Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Yogyakarta :
Gosyen Publishing.
Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit.
Soejaya. 2010. Kondisi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Saat Ini dan
Kecenderungan Dimasa Datang. Kumpulan Makalah Seminar Sehari
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit, Surabaya.
Suswardany, D. (2012). Lumpur Aktif Mengungguli Effective
Microorganism-4 Sebagai Starter Pengomposan Sampah Dedaunan Di
RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. Jurnal Kesmasindo, Vol 5(No 2).
WHO. 2005.Pengelolaan Limbah Aman Layanan Kesehatan. Cetakan
Pertama. Jakarta: EGC.
PRAKTIKUM III

SANITASI TEMPAT WISATA DI GEMBIRA LOKA

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui persyaratan sanitasi pada suatu taman hiburan
2. Mahasiswa dapat menilai kualitas sanitasi suatu taman hiburan
B. TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar
kesehatan masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek
manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada
tingkat setinggi-tingginya tidak hanya faktor sosial dan lingkungan fisik,
tetapi juga terhadap semua sifat-sifat dan aktivitas lingkungan yang dapat
membawa pengaruh terhadap ketenangan, kesehatan dan keselamatan
makhluk hidup lainnya baik manusia ataupun hewan (Mulia, 2005)
Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan, yang menyatakan bahwa wisata adalah kegiatan
perjalanan yang dilaukan seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribdi,
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
jaaangka waktu sementara. Pariwisata yaitu berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung dengan berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pemerintah, pengusaha, dan pemerintah
daerah. Maka pariwisata itu “perjalanan sementara waktu” yang dilakukan
untuk memperoleh kenikmatan dari keunikan tempat yang dikunjungi
(Suryadana, 2011).
Sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang
meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan
mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan
serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia (Zafirah, 2011).
Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) merupakan usaha untuk
mengawasi kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama
yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit,
sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah.
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang
mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap. diselenggarakan oleh badan
pemerintah, swasta, dan a tau perorangan yang dipergunakan langsung
oleh masyarakat (Adriyani,2005).
Kebun binatang merupakan suatu wadah yang berbentuk taman
atau ruang terbuka hijau untuk mengumpulkan, memelihara kesejahteraan
dan memperagakan satwa liar secara umum yang sudah diatur
penyelenggaraannya sebagai lembaga konservasi exsitu, sebagai sarana
perlindungan dan penyelamatan, rehabilitasi serta pengenalan alam yang
berguna sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembagan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta sarana rekreasi yang sehat (Sukwadi,
2013).
Sanitasi tempat-tempat umum menurut Mukono (2006),
merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Tempat
umum merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan
segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat
umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit
yang medianya makanan, minuman, udara dan air, dengan demikian
sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan
dalam arti melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Tempat-tempat umum harus mempunyai kriteria sebagai
berikut :
1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum, artinya masyarakat umum
boleh keluar
masuk ruangan tempat umum dengan membayar atau tanpa membayar.
2. Harus ada gedung/ tempat peranan, artinya harus ada tempat tertentu
dimana
masyarakat melakukan aktivitas tertentu. Universitas Sumatera Utara
3. Harus ada aktivitas, artinya pengelolaan dan aktivitas dari pengunjung
tempat-
tempat umum tersebut.
4. Harus ada fasilitas, artinya tempat-tempat umum tersebut harus sesuai
dengan
ramainya, harus mempunyai fasilitas tertentu yang mutlak diperlukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di tempat-tempat umum.
C. METODE
1. Observasi
2. Wawancara
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Tulis
2. Recorder
3. Kamera
4. Buku atau Kertas
E. CARA KERJA
1. Kunjungan dilakukan ke suatu taman hiburan Gembira Loka
2. Dilakukan observas tentang kons idi santasi Taman Hiburan Gembira
Loka
3. Dilakukan wawancara untuk melengkapi dan menguatkan hasil
obseervasi
4. Dibuat penilaian tentang konsidi sanitasi taman hiburan Gembira Loka
5. Dibuat laporan praktik kunjungan lapangan.
F. HASIL
No Item Pengamatan Kriteria Keterangan
1. Persyaratan air bersih Kondisi air Air bersih,
jernih, tidak
berbau, tidak
berasa dan tidak
berwarna
Persediaan air Jumlah air
tercukupi
2. Pembuangan sampah Ketersediaan bak sampah Terdapat bak
sementara sampah yang
dipisahkan
antara sampah
organik dan
anorganik,
namun masih
terdapat juga
yang tidak
dipisahkan
Kondisi bak sampah Terdapat tutup
dan berbahan
plastik
Pengambilan sampah dari Terdapat
bak sampah petugas
kebersihan yang
mengangkut
sampah
3. Pembuangan kotoran Ada tanda Kamar Mandi Terdapat tanda
manusia untuk wanita atau pria yang
membedakan
toilet pria dan
wanita
Kondisi kamar mandi Bersih, dinding
kokoh dan
pencahayaan
cukup
4. Pembuangan air Saluran pembuangan air Septic tank dan
limbah limbah selokan
Muara pembuangan Untuk limbah
limbah cair hasil toilet
bermuara di
septic tank,
namun untuk
llimbah cair
yang dihasilkan
oleh satwa
bermuara di
sungai
5. Persyaratan higiene Kondisi makanan Masih terdapat
atau sanitasi makanan ( kesegaran, kebersihan, makanan dengan
dan minuman yang pengemasan) kondisi yang
terdapat di kantin dan tidak tertutp
restoran dengan baik

Penyediaan tempat Tersedia tempat


pembuangan sampah pembuangan
sampah
Kondisi air yang Air bersih,
digunakan jernih, tidak
berbau, tidak
berasa dan tidak
berwarna
6. Kondisi tempat Kondisi air Air bersih,
ibadah jernih, tidak
berbau, tidak
berasa dan tidak
berwarna
Kondisi lingkungan Lingkungan
tempat ibadah sekitar tempat
ibadah bersih
dan tersedia
tempat
pembuangan
sampah
7. Kandang satwa Kondisi kandang Masih terdapat
kandnag yang
tidak terawat
dan perlu
adanya
perbaikan
8. Ketersediaan alat Jumlah Pelayanan P3K
P3K terdapat di 2
titik. 1 didekat
loket masuk dan
1 lagi di pos
keamanan
9. Keamanan Ketersediaan alat Tersedia alat
pemadam kebakaran pemadam
kebakaran
seperti
APAR/Hydran
alarm dan dapat
ditemui di setiap
sudut bangunan
11. Tempat parkir Kondisi parkiran Fasilitas untuk
area tempat
parkir luas dan
pencahayaan
yang tercukupi
Dekat area pembelian Jarak antara area
tiket pembelian tiket
dengan area
parkiran cukup
dekat

G. PEMBAHASAN
Gembira Loka Zoo menyuguhkan pemandangan menarik seputar
alam, satwa, dan wahana permainan dengan berbagai macam hiburannya.
Gembira Loka yang memiliki luas 19,88 hektar ini mampu menampung
lebih dari 50 species flora dan 100 species fauna, tidak heran wisata alam
yang mempunyai jargon “Bukan Sekedar Rekreasi”. Keunggulan lain
wisata ini adalah sebagai sarana edukasi dan rekreasi alam untuk belajar
mengenal flora fauna di alam terbuka dan mendidik serta mengembangkan
budaya masyarakat dengan memelihara keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup.
Kebun binatang dapat digolongkan dalam wisata flora fauna yang
termasuk ke dalam jenis wisata alam, sebagai tempat wisata yang menarik.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam kunjungan
praktikum sanitasi, Kebun Binatang Gembira Loka ini memiliki banyak
fasilitasi didalamnya. sarana dan prasarana yang menjadi perhatian terkait
aspek kesehatan lingkungan antara lain penyediaan air bersih, keadaan
saluran pembuangan air limbah, kondisi toilet Umum, kondisi ruang
kantor, kondisi mushola, sanitasi makanan, personal higiene penjaga
kandang, dan pengelolaan kebun binatang.
Sanitasi di tempat wisata merupakan salah satu bentuk upaya
dalam menjaga lingkungan sekitar agar tetap terjaga kebersihannya dan
terbebas dari resiko atau ancaman suatu penyakit. Sehingga para
pengunjung merasa nyaman dalam menikmati fasilitas yang disediakan
oleh pihak tempat wisata khusunya Kebun Binatang Gembira Loka.
Hasil observasi terhadap pengelolaan sampah di Kebun Binatang
Gembira Loka, menunjukkan bahwa pada tahap penampungan sampah
masih terdapat dedaunan kering yang berserakan dan ada juga sampah
yang sudah dikumpulkan oleh petugas kebersihan. Penyediaan tempat
sampah belum semua dipisahkan antara sampah organik dan sampah
anorganik. Masih terdapat Sampah anorganik yang dibiarkan tercampur
dengan sampah organik. Sedangkan untuk penanganan sampah meliputi
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan
akhir sampah. Dan seharusnya pihak Kebun Binatang Gembira Loka telah
menyediakan tempat sampah yang terpisah agar kedepannya memudahkan
dalam proses mendaur ulang.
Berdasarkan tabel observasi pada kondisi persyaratan air bersih
bahwa kondisi air yang tersedia di Gembira Loka tidak berbau, tidak
berasa dan tidak berwarna dan tersedianya air yang mencukupi bagi para
pengunjung, selanjutnya Kondisi kamar mandi yang bersih, pencahayaan
yang cukup dan dinding yang kokoh membuat para pengunjung nyaman
akan fasilitas kamar mandi yang disediakan, Kondisi bak sampah yang
tutup dan berbahan plastik sehingga tidak di penuhi oleh vektor penyakit,
Pengambilan sampah dari bak sampah dilakukan oleh petugas kebersihan
setiap hari, agar tidak terjadi penumpukan sampah.
pada proses Pembuangan air limbah yang dihasilkan dari para
pengunjung melalui saluran air atau selokan dan Septi tank, sedangkan
Muara pembuangan limbah nya,, Untuk limbah cair hasil toilet bermuara
di septic tank, namun untuk llimbah cair yang dihasilkan oleh satwa
bermuara di sungai. Dalam kondisi keamanan pihak Gembira Loka telah
menyediakan alat pemadam kebakaran jika sewaktu-waktu terjadi
kebakaran maka dapat dengan mudah untuk mennaganinya secara cepat
karena alat tersebut dapat ditemui disetiap sudut ruangan dan terdapat pos
keamanan yang dapat membantu para pengunjung.
Pada Kondisi sanitasi tempat ibadah berdasarkan tabel hasil
observasi terlihat bersih, Lingkungan sekitar tempat ibadah bersih dan
tersedia tempat pembuangan sampah. Tempat sampah yang tersedia
mudah diangkat dan mudah dibersihkan. Gembira Loka merupakan tempat
wisata yang terbuka maka pasokan cahaya yang masuk cukup banyak yang
berasal dari sinar matahari. Kemudian salah satu fasilitas yang disediakan
yaitu tempat parkir yang luas di Kebun Binatang Gembira Loka sangat
aman karena memiliki pengawasan yang baik dan penerangan yang
mencukupi karena berasal dari sinar matahari , serta antara area tempat
parkir dengan area pembelian tiket berjarak sangat dekat sehingga tidak
perlu berjalan terlalu jauh untuk dapat menuju pintu loket.
H. KESIMPULAN
1. Suatu taman hiburan perlu memperhatikan sanitasi lingkungan yang
meliputi kebersihan lingkungan agar bebas dari sampah serta
kebersihan produk makanan yang ditawarkan di Kebun Binatang
Gembira Loka, selain itu sarana dan prasarana juga merupakan bagian
yang terpenting dalam aspek kesehatan lingkungan seperti tersedianya
toilet umum, Pembuangan air limbah, Kondisi tempat ibadah, Kandang
satwa, tersedia nya air bersih yang mana semua ini dapat membantu
dalam menunjang kebutuhan para pengunjung Kebun Binatang
Gembira Loka.
2. Sanitasi yang ada pada Kebun Binatang Gembira Loka masih belum
seluruh nya memenuhi syarat sanitasi selain itu perlu adanya evaluasi
untuk memperbaiki seluruh aspek yang tersedia di dalam wilayah
Kebun Binatang Gembira Loka.
I. DAFTAR PUSTAKA
Adriyani ,Retno . 2005. Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik di
Gresik . Jurnal Kesehatan Lingkungn., VOL. 1(2).
Mukono HJ. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya:
Airlangga University Press.
Mulia, R. M. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta:
Penerbit Graha Ilmu
Sukwadi, R. 2013. Penerapan Performance Prism Sebagai Alat Ukur
Kinerja Kebun Binatang. Jurnal Teknologi, Vol 6(No 2).
Suryadana, L. M. 2011. Sosiologi Pariwisata, Kajian Kepariwisataan
dalam Paradigma Integratif. Bandung: Humaniora.
Zafirah, T. H. 2011. Pelaksanaan Penyelenggaraan Sanitasi Pasar Di
Pasar Tradisonal Pringgan Di Kota Medan Tahun 2011.
Universitas sumatera utara.
LAMPIRAN

L
PRAKTIKUM IV
PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI GEMBIRA LOKA

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui sarana pengolahan air limbah disuatu taman
hiburan
2. Mahasiswa dapat menilai kualitas sanitasi air di suatu taman hiburan
B. TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan zat atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan seperti makhluk hidup dan lingkungan manusia yang diketahui
sampai saat ini di bumi. Karena Manusia dan semua makhlu hidup lainnya
membutuhkan air. (Kodoatie & Roestam, 2010) . Air tergolong sumber
energi yang banyak dibutuhkan untuk aktivitas manusia di antaranya
pasokan air bagi industri, irigasi pertanian, minum, dan lain-lain. Adanya
aktivitas manusia tersebut jika tidak diimbangi dengan pengelolaan
sumber air yang baik, maka dapat berpotensi memengaruhi penurunan
kualitas dan kuantitas sumber daya air. Penyebab masalah penurunan
kualitas dan kuantitas air diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas manusia pada
umumnya, seperti kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain yang
berdampak negatif terhadap sumber daya air, sehingga dapat menimbulkan
gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang
bergantung pada sumber daya air (Effendi.2003).
Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah
berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat, konsentrasi,
dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan, merusak lingkungan hidup, atau membahayakan
lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup (Suharto, 2010).
Menurut Sugiharto (2008), air limbah (wastewater) adalah kotoran
dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air
tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan
ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum. air limbah domestik
adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman
(real estate), rumah makan (restoran), perkantoran, perniagaan, apartemen
dan asrama (Kepmen LH No. 112 Tahun 2003).
Kebun binatang merupakan suatu wadah yang berbentuk taman
atau ruang terbuka hijau untuk mengumpulkan, memelihara kesejahteraan
dan memperagakan satwa liar secara umum yang sudah diatur
penyelenggaraannya sebagai lembaga konservasi exsitu, sebagai sarana
perlindungan dan penyelamatan, rehabilitasi serta pengenalan alam yang
berguna sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembagan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta sarana rekreasi yang sehat (Sukwadi,
2013).
Sanitasi tempat-tempat umum menurut Mukono (2006),
merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Tempat
umum merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan
segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat
umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit
yang medianya makanan, minuman, udara dan air, dengan demikian
sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan
dalam arti melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
C. METODE
1. Observasi
2. Wawancara
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Tulis
2. Recorder
3. Kamera
4. Buku atau Kertas
E. CARA KERJA
1. Kunjungan dilakukan ke suatu taman hiburan Gembira Loka
2. Dilakukan observas tentang kons idi santasi Taman Hiburan Gembira
Loka
3. Dilakukan wawancara untuk melengkapi dan menguatkan hasil
obseervasi
4. Dibuat penilaian tentang konsidi sanitasi taman hiburan Gembira Loka
5. Dibuat laporan praktik kunjungan lapangan
F. HASIL
1. Alur pembuangan limbah cair yang berasal dari satwa

Dibuang secara bersamaan


Limbah cair yang
berasal dari satwa saat proses pembersihan
kandang yang dilakukan
oleh para petugas

Pembuangan limbah ke
shelter-shelter buangan
Melalui bak kontrol untuk
limbah cair, salah
proses penyaringan limbah
satunya dibuang kann ke
sungai Gajahwong

2. Alur pembuangan limbah cair yang berasal dari pengunjung

Limbah cair yang di buang melalui saluran


berasal dari berupa pipa, selokan dan
pengunjung septic tank

Pembuangan limbah cair para


pengunjung ke Instalasi
Pembuangan Air Limbah
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini di lakukan kunjungan praktikum pada
tempat wisata Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Yang mana
tempat wisata ini terletak ditengah-tengah kota Yogyakarta sehingga dapat
dijangkau dengan mudah. Kebun binatang merupakan salah satu bagian
dari tempat-tempat umum (TTU). Kebun binatang merupakan suatu wadah
yang berbentuk taman atau ruang terbuka hijau untuk mengumpulkan,
memelihara kesejahteraan dan memperagakan satwa liar secara umum
yang sudah diatur penyelenggaraannya sebagai lembaga konservasi exsitu,
sebagai sarana perlindungan dan penyelamatan, rehabilitasi serta
pengenalan alam yang berguna sebagai sarana pendidikan, pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta sarana rekreasi yang sehat.
Berdasarkan Menteri Kehutanan Nomor P31/MENHUT-II/2012
tentang Lembaga Konservasi menyebutkan bahwa kebun binatang
disyaratkan untuk memiliki fasilitas pengelolaan limbah. Fasilitas
pengelolaan limbah cair terdiri dari saluran limbah cair buangan (pipa,
selokan, septic tank), serta bak control. Bak kontrol berfungsi sebagai
penyaring antara limbah cair dengan limbah padat. Secara teknis, limbah
cair yang berasal dari kebun binatang Gembira Loka dihasilkan dari
pembersihan kandang yang bercampur dengan urine satwa serta sisa pakan
satwa. Selain itu, juga bisa berasal dari pembuangan toilet yang dihasilkan
oleh para pengunjung Gembira Loka. Limbah cair yang dihasilkan oleh
satwa tersebut dibuang secara bersamaan saat proses pembersihan kandang
yang dilakukan oleh para petugas dari tiap satwa secara alami tanpa
menambahkan sabun, detergen, atau pembersih semacamnya. Saat
pembersihan kandang, limbah cair juga bercampur dengan sisa-sisa pakan
satwa serta cairan biuret. Cairan biuret merupakan bahan cair yang
berfungsi mengurangi bau yang berasal dari satwa. Yang mana Biuret ini
berasal dari ekstrak sari tebu yang telah difermentasikan. Sedangkan
limbah yang dihasilkan oleh pengunjung Gembira Loka di buang melalui
saluran berupa pipa dan septic tank kemudian di air limbah tersebut di
proses ke Instalasi Pembuangan Air Limbah yang ada.
Limbah cair yang berasal dari satwa dialirkan melalui saluran yang
terhubung ke kandang-kandang dan bermuara ke perairan. Dari 6 shelter
limbah cair buangan, 5 diantaranya masuk ke Sungai Gajahwong. Shelter
limbah cair ini tidak semuanya bermuara ke Sungai Gajahwong. Pada
shelter 6 limbah cair dari Kebun Binatang Gembira Loka bermuara ke
pertanian. Sistem pembuangan akhir dari limbah cair Kebun Binatang
Gembira Loka yang tidak menyatu. pembuangan menyebabkan pengaruh
variatif terhadap perairan. Shelter pembuangan yang bersumber dari
banyak jenis satwa secara otomatis akan menyumbang penurunan kualitas
air yang lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut, diduga bahwa limbah cair
buangan ini akan berdampak pada penurunan kualitas air dan berimbas
pada pencemaran perairan, sehingga dibutuhkan pengkajian mengenai
manajemen limbah cair buangan Kebun Binatang Gembira Loka dan
dampaknya terhadap kualitas air Sungai Gajahwong.
Saat ini, Kebun Binatang Gembira Loka telah berupaya mengelola
limbah padat yang menghasilkan pupuk dan di distribusikan ke penduduk.
Sementara itu limbah cair yang dibuang selain melalui saluran pipa, septic
tank dapat juga terbuang ke Sungai Gajahwong. Namun Kondisi yang
terlihat di Kebun Binatang Gembira Loka telah memenuhi persyaratan
yang diwajibkan, yang mana pihak Kebun Binatang Gembira Loka telah
memiliki sarana limbah cair buangan berupa pipa yang tertutup, serta
selokan. Sementara itu pihak Kebun Binatang Gembira Loka juga
menyediakan bak kontrol di beberapa lokasi. Bak kontrol juga berfungsi
sebagai penetralisir dan rembesan saat limbah cair bercampur dengan
limbah padat. Di dalam bak kontrol terdapat saringan limbah sehingga
limbah cair yang teralirkan selanjutnya terpisah dari limbah padat.
H. KESIMPULAN
1. Pengolahan air limbah yang dilakukan di Gembira Loka Fasilitas
pengelolaan limbah cair terdiri dari saluran limbah cair buangan (pipa,
selokan, septic tank), serta bak kontrol. limbah cair yang dihasilkan
oleh satwa dialirkan ke saluran dan tertuju ke bak kontrol limbah untuk
proses penyaringan sebelum bermuara ke Sungai Gajahwong melalui
shelter buangan limbah tersebut Sedangkan limbah yang dihasilkan
oleh pengunjung Gembira Loka di buang melalui saluran berupa pipa
dan septic tank kemudian air limbah tersebut di proses ke Instalasi
Pembuangan Air Limbah yang ada.
2. Kondisi sanitasi pengolahan air limbah di Kebun Binatang Gembira
Loka telah memenuhi persyaratan yang diwajibkan, yang mana pihak
Kebun Binatang Gembira Loka telah memiliki sarana limbah cair
buangan berupa pipa yang tertutup, serta selokan. Sementara itu pihak
Kebun Binatang Gembira Loka juga menyediakan bak kontrol di
beberapa lokasi.
I. DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air (Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan.
Kataria, H.C., Gupta, M., Kumar, M., Kushwaha, S., Kashyap, S., Trivedi,
S., Bhadoriyah, R., and Bandewar, N.K. 2011. Study of Physico-
Chemical Parameters of Drinking Water of Bhopal City with
Reference to Health Impacts. Current World Environment. Vol
6(1):95-99.
Kepmen LH No. 112. 2003. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah.
Kodoatie, R. J., & Roestam. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi.
Mukono HJ. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya:
Airlangga University Press.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P31/MENHUT-II/2012 tentang
Lembaga Konservasi
Sugiharto. 2008. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Suharto. 2010. Limbah Kimia Dalam Pencemaran Air dan Udara.
Yogyakarta : Andi.
PRAKTIKUM V
SANITASI TEMPAT MAKAN DI GEMBIRA LOKA

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui persyaratan sanitasi tempat makan disuatu
taman hiburan
2. Mahasiswa dapat menilai kualitas sanitasi tempat makan di suatu
taman hiburan Gembira Loka
B. TINJAUAN PUSTAKA
Higiene adalah usaha dalam pencegahan penyakit yang menitik
beratkan pada usaha dalam kesehatan lingkungan hidup manusia.
Sedangkan sanitasi adalah penciptaan atau pemeliharaan dimana kondisi
tersebut mampu untuk mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau
terjadinya penyakit yang bersumber dari makanan. Sanitasi merupakan
usaha kongkret untuk mewujudkan kondisi yang higiene (Prasetyo, 2017).
Sanitasi merupakan suatu usaha pencegahan penyakit yang
memfokuskan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan. Hal ini berguna
untuk mencegah terjadinya pencemaran makanan dan racun yang
disebabkan oleh zat aditif. Pelaksanaan sanitasi ini sangat penting untuk
menjaga keamanan makanan(Marsanti & Widiarini, 2018).
Makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat gizi untuk
mendukung hidup manusia tetapi makanan juga menjadi wahana bagi
pengganggu kesehatan manusia, yang berupa unsur yang secara alamiah
telah menjadi bagian dari makanan, maupun masuk kedalam makanan
dengan cara tertentu (BPOM, 2017).
Kebun binatang merupakan suatu wadah yang berbentuk taman
atau ruang terbuka hijau untuk mengumpulkan, memelihara kesejahteraan
dan memperagakan satwa liar secara umum yang sudah diatur
penyelenggaraannya sebagai lembaga konservasi exsitu, sebagai sarana
perlindungan dan penyelamatan, rehabilitasi serta pengenalan alam yang
berguna sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembagan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta sarana rekreasi yang sehat (Sukwadi,
2013).
Sanitasi tempat-tempat umum menurut Mukono (2006), merupakan
problem kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Tempat umum
merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala
penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum
merupakan tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang
medianya makanan, minuman, udara dan air, dengan demikian sanitasi
tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti
melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

C. METODE
1. Observasi
2 Wawancara
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Tulis
2. Recorder
3. Kamera
4. Buku atau Kertas
E. CARA KERJA
1. Kunjungan dilakukan ke suatu taman hiburan Gembira Loka
2. Dilakukan observas tentang kons idi santasi Taman Hiburan Gembira
Loka
3. Dilakukan wawancara untuk melengkapi dan menguatkan hasil
obseervasi
4. Dibuat penilaian tentang konsidi sanitasi taman hiburan Gembira Loka
5. Dibuat laporan praktik kunjungan lapangan
F. HASIL
Gambar 1. Kondisi Warung Makan di Kebun Binatang Gembira Loka

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini di lakukan kunjungan praktikum pada
tempat wisata Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Yang mana
tempat wisata ini terletak ditengah-tengah kota Yogyakarta sehingga dapat
dijangkau dengan mudah. Kebun binatang merupakan salah satu bagian
dari tempat-tempat umum (TTU). Kebun binatang merupakan suatu wadah
yang berbentuk taman atau ruang terbuka hijau untuk mengumpulkan,
memelihara kesejahteraan dan memperagakan satwa liar secara umum
yang sudah diatur penyelenggaraannya sebagai lembaga konservasi exsitu,
sebagai sarana perlindungan dan penyelamatan, rehabilitasi serta
pengenalan alam yang berguna sebagai sarana pendidikan, pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta sarana rekreasi yang sehat.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada rumah makan
yang ada di Kebun Binatang Gembira Loka. Terdapat banyak tempat
makan baik untuk makanan berat maupun makanan jajanan. Namun
ditinjau dari sanitasi tempat makan yang berada di Kebun Binatang
Gembira Loka masih banyak yang tidak memenuhi syarat higiene sanitasi.
Karena Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
No.1098/MENKES/SK/VII/2003 menjelaskan bahwa Rumah Makan
adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.
Persyaratan Kesehatan pada Rumah Makan, diantaranya:
1. Lokasi harus jauh dari sumber pencemaran, namun pada rumah
makan yang ada di Kebun Binatang Gembira Loka sebagian ada yang
di dirikan di pinggir sungai. Di mana sungai tersebut masih terdapat
sampah-sampah atau limbah yang dapat menimbulkan bau tidak sedap
2. Halaman bangunan mempunyai papan nama, bersih, pembuangan air
limbah dan air hujan harus lancar, rumah makan yang ada di Kebun
Binatang Gembira Loka memiliki papan nama yang besar dan jelas
sehingga dapat memudahkan para pengunjung, namun dari segi
kebersihan masih belum bersih seutuhnya dan terdapat saluran air yang
menjadi resapan jika terjadi hujan.
3. Lantai bangunan kedap air dan tidak licin
4. Pencahayaan cukup dan tidak silau
5. Ventilasi cukup untuk membuang hawa asap dan bau serta mencegah
kondensasi uap air.
6. Cara pencucian, pengeringan dan penyimpanan peralatan yang standar
disetiap rumah makan dilakukan dengan sederhana. Hal ini dikarenakan
kebanyakan rumah makan mencuci peralatan dengan hanya membilas
memakai air dan sabun pencuci. Berdasarkan tenaga pengolah bahan
(penjamah) makanan pada seluruh rumah makan dan restoran telah
menerapkan perilaku yang higienis dalam pengolahan bahan makanan.
Penggunaan peralatan dengan benar selama proses produksi atau
pengolahan bahan makanan tentu akan mempengaruhi terjaminnya
makanan dari kontaminasi mikroba.
7. Tersedia tempat cuci tangan yang memenuhi syarat, namun rumah
makan yang ada di Kebun Binatang Gembira Loka Tidak semuanya
menyediakna fasilitas tempat mencuci tangan.
8. Air bersih tersedia cukup, air yang digunakan air mengalir, tidak
berwarna, tidak berbau, dan bersih.
9. Jumlah tempat sampah cukup dan lokasi penempatan tempat sampah,
tersedianya tempat sampah disetiap rumah makan yang tersedia di
Gembira Loka
Upaya higiene dan sanitasi rumah makan merupakan kebutuhan
utama terhadap terwujudnya makanan dan minuman aman, oleh karena
itu keadaan higiene dan sanitasi rumah makan tidak memenuhi syarat
akan memperbesar kemungkinan pencemaran serta kerusakan makanan
yang ada sejak dimulai dari proses pengadaan bahan sampai pada
penyajian makanan. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang
memenuhi syarat adalah merupakan faktor penjamin untuk tersedianya
makanan aman, yang merupakan menjadi tanggung jawab pemerintah
bersama masyarakat, khususnya pengusaha rumah makan (Surya
Dharma, 2013). cara pencucian peralatan makan yang tidak baik akan
menyebabkan tingginya angka kuman pada peralatan makan sehingga
dapat mencemari makanan yang dihidangkan (Hanafiah, 2012).
Persyaratan fasilitas sanitasi yang terdiri dari : air bersih, air
limbah, toilet, tempat sampah, tempat cuci tangan, tempat mencuci
peralatan, tempat pencucian bahan makanan, dan peralatan pencegahan
masuknya serangga dan tikus (Moh. Nugroho, 2014). Rumah makan
tidak hanya memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan
menikmati makanan dan minuman yang tersedia di rumah makan.
Namun dapat sebaliknya dan bisa menimbulkan dampak negatif pada
pelanggannya. Ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui
makanan/minuman yang disuguhkan oleh rumah makan. Penyakit
tersebut dikenal sebagai food and water borne disease. Penyakit bawaan
makanan (foodborne disease), biasanya bersifat toksik maupun
infeksius, disebabkan agens penyakit yang masuk ke dalam tubuh
melalui komsumsi makanan yang terkontaminasi. Penyakit bawaan
makanan mencakup lingkup penyakit etiologinya bersifat kimiawi
maupun bilogis, termasuk penyakit kolera dan diare, sekaligus beberapa
penyakit parasit (Sirajuddin, 2013).
H. KESIMPULAN
1. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
No.1098/MENKES/SK/VII/2003 menjelaskan bahwa Rumah Makan
adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.
Dengan kriteria diantaranya yaitu : Lokasi harus jauh dari sumber
pencemaran, Halaman bangunan mempunyai papan nama, bersih,
pembuangan air limbah dan air hujan harus lancarLantai bangunan
kedap air dan tidak licin, Pencahayaan cukup dan tidak silau, Ventilasi
cukup, Tersedia tempat cuci tangan dan ketersediaan air bersih.
2. Kondisi sanitasi rumah makan di Kebun Binatang Gembira Loka
masih banyak yang belum memenuhi syarat higiene sanitasi pada
rumah makan, maka perlu adanya perhatian dari pihak pengelola
Kebun Binatang Gembira Loka untuk selalu memantau rumah makan
yang menjadi salah satu fasilitas yang penting dalam suatu tempat
wisata terutama di Kebun Binatang Gembira Loka.
I. DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2017. Berita Keracunan Bulan Juli – September 2017.
Dharma, Surya. 2014. Higiene Sanitasi Makanan Jajanan Di Simpang
Selanyang Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan
Tuntungan, Sumatera Utara Tahun 2014. Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Hanafiah, 2012. Tinjauan Fasilitas Sanitasi Rumah Makan di Kota Banda
Aceh. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Banda Aceh.
Marsanti, A. ., & Widiarini, R. (2018). Buku Ajar Prinsip Higiene Sanitasi
Makanan. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Mukono HJ. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya:
Airlangga University Press.
Nugroho, M. 2014. Kondisi Higiene Penjamah Makanan Dan Sanitasi
Kantin Di SMAN 15 Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol.
7 No. 2.
Prasetyo, H. 2017. Peningkatan Higiene dan Sanitasi Sebagai Upaya
Menjaga Kualitas Makanan dan Kepuasan Pelanggan di Rumah
Makan Dhamar Palembang. Jurnal Khasanah Ilmu. Vol : 8 : (1).
Sirajuddin, 2013. Pengaruh Waktu Pajan Terhadap Total Mikroba Dan
Jenis Mikroba Patogen Dalam Makanan Jajanan Gorengan Di
Workshop Kampus Universitas Hasanuddin Makassar. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar
Sukwadi, R. 2013. Penerapan Performance Prism Sebagai Alat Ukur
Kinerja Kebun Binatang. Jurnal Teknologi, Vol 6 (2).

Anda mungkin juga menyukai