LANSIA
Oleh :
S1 FISIOTERAPI
Cover
Daftar Tabel.......................................................................................................................................... 3
Kata Pengantar.................................................................................................................................... 4
A. Lanjut Usia................................................................................................................................... 9
B. Kasus............................................................................................................................................ 12
C. Exercise (Latihan)................................................................................................................... 17
DATA PENULIS.................................................................................................................................. 27
{1}
DAFTAR GAMBAR
i. Gambar C.1
ii. Gambar C.2
iii. Gambar C.3
iv. Gambar C.4
v. Gambar C.5
vi. Gambar C.6
vii. Gambar C.7
viii. Gambar C.8
ix. Gambar C.9
x. Gambar C.10
xi. Gambar C.11
xii. Gambar C.12
xiii. Gambar C.13
{2}
DAFTAR TABEL
I. Tabel 3.1
{3}
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tulisan kami dalam mata kuliah
Inkontinensia Urin pada lansia. Tidak lupa juga kami ucapkan terimaksih kepada seluruh
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari kata sempurna, sebab
terbatas oleh ilmu pengetahuan yang kami miliki. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun untuk
Penulis
{4}
BAB I
PENDAHULUAN
Lansia adalah seseorang yang telah mengalami kematangan baik dalam ukuran
maupun fungsi tubuh. Seseorang dapat dikatakan lansia apabila ia telah mencapai usia
diatas 65 tahun (WHO, 2012). Sedangkan menurut Depkes RI (2013), usia lanjut atau
lansia yaitu orang yang berusia lebih dari 60 tahun ke atas. Lanjut usia merupakan tahap
penurunan fisiologis pada berbagai system tubuh yang disebut dengan proses penuaan
( Nugrogo 2012)). Pada lansia terjadi perubahan anatomi dan fisiologis yang signifikan
yang disebabkan karena berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Hal ini
menyababkan banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lansia yang diantaranya
memberikan masalah gangguan tidur, masalah pada kulit, masalah fisik, isolasi sosial dan
masalah psikologis. Sejumlah studi telah meneliti efek dari inkontinensia urin pada lanjut
usia. Dikomunitas wanita dan pria lanjut usia masalah inkontinensia urin ini berhubungan
dengan depresi, menurunnya aktivitas fisik, menjauh dari pergaulan sosial dan kualitas
urin adalah keluarnya urin yang tidak dapat dikontrol atau dikendalikan secara obyektif
dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah sosial atau higienis. Inkontinensia urin
diyakini sebagai indikasi dari proses penuaan yang diindikasi karena terjadinya
perubahan pada sistem muskuloskeletal, sistem saraf dan sistem urinaria yang berdampak
penurunan kekuatan Core muscle utamanya otot dasar panggul yang menyebabkan
sfingter uretra menjadi tidak adekuat. Hal ini memberikan rasa tidak nyaman yang
{5}
berdampak pada hubungan sosial, psikologi, aktivitas seksual, pekerjaan serta
kesehatan karena penurunan fungsi organ tubuh yang salah satunya adalah disabilitas
sedang di Eropa dan Amerika berkisar antara 29,4%. Menurut Asia Pacific Continence
Advisor Board (APCAB) tahun 1998 menetapkan prevalensi inkontinensia urin di Asia
14,6% pada wanita dan 6,8% pada pria, sedangkan di Indonesia 5,8%. Secara umum,
prevalensi inkontinensia urin pada pria hanya separuh dari wanita, prevalensi di Asia
relatif rendah karena pandangan orang Asia bahwa inkontinensia urin merupakan hal
yang memalukan dan dianggap tabu oleh beberapa orang sehingga tidak dikeluhkan pada
dokter. Survei inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi FK Unair-RSU
Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 penderita, prevalensi inkontinensia urin pada pria
inkontinensia urin pada wanita lebih tinggi dibanding pria. Prevalensi inkontinensia urin
cenderung meningkat seiring meningkatnya usia (Soetojo, 2009 dikutip dalam Galuh,
2012), usia 5-12 tahun 0,13%, sedangkan pada usia 70-80 tahun 1,64% dan inkontinensia
urin pada wanita lansia 35-45%. Secara umum, dengan bertambahnya usia, kapasitas
kandung kemih menurun. Sisa urin dalam kandung kemih cenderung meningkat dan
kontraksi otot kandung kemih yang tidak teratur semakin sering terjadi. Keadaan ini
sering membuat lansia mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin yaitu
Perubahan masalah yang sering terjadi pada lansia yaitu lansia lebih cenderung
mengalami inkontinesia urin disebabkan oleh perubahan pada anatomi dan fungsi organ
karena ditekan selama sembilan bulan. Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot
dasar panggul rusak akibat regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan
lahir, sehinnga dapat meningkatkan resiko terjadinya inkontinensia urin. Faktor jenis
menurunnya kadar hormon estrogen pada usia menopause akan terjadi penurunan tonus
otot vagina dan otot pintu saluran kemih sehingga menyebabkan terjadinya inkontinesia
urin. Gejala inkontinensia yang biasanya terjadi adalah kencing sewaktu batuk, mengedan,
tertawa, bersin, berlari, serta perasaan ingin kencing yang mendadak, kencing berulang
kali, dan kencing di malam hari. itu sebabnya makin lanjut usia makin besar
Salah satu cara non farmakologis untuk menangani inkontinensia urin pada lansia
adalah dengan latihan kandung kemih (Bladder Training). Bladder training merupakan
sebuah behavioural therapy untuk inkontinensia urin yang menggunakan jadwal berkemih
untuk membantu pasien belajar mengembalikan fungsi kandung kemih secara normal.
Tujuan bladder training yaitu meningkatkan jumlah waktu antara pengosongan kandung
kemih, meningkatkan jumlah cairan yang dapat ditahan dalam kandung kemih, dan
berkemih (Luft, 1998 dalam Retno, S (2008). Bladder training juga bertujuan untuk
mengembangkan tonus otot dan spingter kandung kemih agar berfungsi optimal, terdapat
3 macam metode bladder training, yaitu kegel exercise, delay urination, dan scheduled
bathroom trips. Kegel exercise adalah latihan pengencangan atau penguatan otot-otot
dasar panggul, delay urination adalah menunda berkemih sedangkan scheduled bathroom
trips yaitu menjadwalkan berkemih (Suharyanto dan Madjid, 2009). Jarak interval awal
harus disesuaikan dengan kebiasaan yang dialami pasien saat ini, kemudian ditingkatkan
dengan penambahan 15-30 menit, dengan tujuan akhir mencapai jarak pengosongan 3-4
{7}
jam. Proses dapat dilakukan dimanapun dalam waktu satu sampai beberapa minggu
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wulandari (2012) yang berjudul Pegaruh
Latihan Bladder Training Terhadap Penurunan Inkontinensia Pada Lanjut Usia di Panti
Wreda Dharma Bakti Surakarta, hasil penelitian menunjukan, bahwa lanjut usia yang
rata-rata 8,25 kali menjadi 4,92 kali per 12 jam. Pemberian bladder training melatih lanjut
usia dalam meningkatkan kemampuan menahan kandung kemih selama mugkin, sehingga
frekuensi berkemih dapat berkurang. Menurut Fantl et all (1991) dalam Retno, S (2008)
menyatakan bahwa dalam penelitiannya diperoleh hasil bahwa bladder training dapat
mencapai rentang 12% - 90% dan perbaikan secara subyektif yang diukur dan dicatat oleh
pasien secara mandiri yaitu 73% sampai 90%. inkontinensia urin dapat diatasi dengan
mengurangi konsumsi kafein. Howard (2008) juga menyatakan bahwa pasien dengan
urgency, frekuensi urin dan urge incontinence mengalami perbaikan setelah menerapkan
bladder training dan mengurangi konsumsi kafein (Arya, 2000, dalam Howard, et.al.
2008).
{8}
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia
1. Definisi Lansia
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahap akhir dari
proses yang disebut aging process atau proses penuaan. Menua adalah suatu
proses sepanjang hidup,tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu ,tetapi
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak,dewasa,dan tua
2. Teori Lansia
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan.proses menjadi tua akan
dialami oleh setiap orang.masa tua merupakan masa hitup manusia yang
fisik,mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya
(Kholifah, 2016).
lansia.
{9}
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Beberapa pendapat ahli dalam Efendi (2009) (dalam Sunaryo, et.al, 2016)
a) Undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi
b) World Health Organization (WHO), lansia dibagi menjadi 4 kriteria yaitu usia
pertengahan (middle ege) dari umur 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) dari
umur 60-74 tahun, lanjut usia (old) dari umur 75-90 tahun dan usia sangat tua
c) Dra. Jos Mas (Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu : fase invenstus dari umur
25-40 tahun, fase virilities dari umur 40-55 tahun, fase prasenium dari umur
d) Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) dibagi
menjadi 3 kriteria, yaitu young old dari umur 75-75 tahun, old dari umur 75-
3. Proses Menua
penuaan yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor genetik yang
macam penyakit dan stres dari luar, misalnya radiasi atau bahan-bahan kimiawi.
a) Teori Biologis
seseorang dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada
tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologi. Proses menua
kehidupan. Teori biologis lebih menekan pada perubahan struktural sel atau
seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri dari teori hierarki
tentang kebutuhan dasar manusia dari tingkat yang paling rendah (kebutuhan
biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih saying dan harga diri) sampai tingkat
individualisme), yaitu sifat manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan
introver. Pada lansia akan cenderung introver, lebih suka menyendiri. Teori
tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai seseoran adalah ego integrity
vs disappear. Apabila seseorang mampu mencapai tugas ini maka dia akan
merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan
kehidupannya berhasil).
c) Teori Kultural
{11}
Tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang
terdapat pada suatu daerah dan dianut oleh kaum orang tua. Budaya yang
d) Teori Sosial
Yang meliputi teori aktivitas (lansia yang aktif dan memiliki banyak
e) Teori Genetika
hidup pada umur yang sama dan mereka mempunyai umur yang rata-rata
c) Status kesehatan
d) Pengalamn hidup
e) Lingkungan f.Stress
a) Perubahan fisik
b) Perubahan kognitif
c) Perubahan mental
d) Perubahan spiritual
{12}
e) Perubahan psikososial
B. KASUS
1. Definisi
b) Urinari Urgency tiba2 ingin BAK yang kuat dan tidak tertahankan
e) Urinary Frequency 8 atau lebih per hari, 2 atau lebih per malam
3. PATOFISIOLOGI
batuk atau bersin. Bisa juga disebabkan oleh kelainan di sekeliling daerah
saluran kencing.
kemih.
{13}
4. PEMBAGIAN INCONTINENSIA
dalam jumlah sedikit karena desakan mekanik akibat kandung kemih sudah
sangat tegang.
b) Tipe Fungsional Tipe fungsional ditandai dengan keluarnya urin secar dini
5. ETIOLOGI
anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain: melemahnya otot dasar panggul
akibat kehamilan berkali-kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis.
Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya
kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih.
saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan, produksi urin meningkat atau
6. PEMERIKSAAN
a) Pemeriksaan Neurologis
c) Pemeriksaan Rectal
d) General Examination
6.1. INSPEKSI
Statis
{14}
Perhatikan posture serta ekspresi pasien.Perhatikan regio lumbal abdominal
Dinamis
Pemeriksaan Aktif Pasien disuruh untuk menahan BAK & BAB, apakah
wajahnya.
6.3. PALPASI
batuk. vesika diisi dengan cairan berwarna biru melalui kateter, kemudian
P : Power
E : Endurance
R : Repetition
F : Fast
POWER
{15}
DIGAMBARKAN DENGAN NILAI 0 – 5
ENDURANCE
(kontraksi cepat)
Cuci bersih jari dan tangan penguji atau gunakan sarung tangan. -
e) Posisi pasien :
{16}
f) Penguji :
mengembangkan tonus otot dan otot sfingter kandung kemih agar bertujuan
sensasi urgensi dan berkemih sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan
bukan sesuai dengan desakan untuk berkemih. Tujuan Bladder Training adalah
C. EXERCISE (LATIHAN)
Macam-macam gerakan tulang pada sendi panggul dapat terjadi pada tiga
bidang yaitu flexi dan extensi pada bidang sagital adduksi dan abduksi bidang
{17}
b) Gerakan femur pada bidang frontal (adduksi-abduksi)
rata 30 ˚.
bervariasi antar subyek. Rata-rata ROM rotasi inernal femu sekitar 35 dan
untuk rotasi external sekitar 45. Bebrapa keadaan yang dapat membatasi
gerakan rotasi external antara lain tegangan yang sangat besar pada fasciculus
{18}
2. Gerakan-gerakan pada Pelvic Floor Muscle
a) Posisi pasien terlentang dengan kaki di buka selebar bahu , rileksasi otot-otot
selama 5 detik.
rileks ,kemudian flexi knee dan angkat bagian pelvic dengan menarik nafas
lalu kontraksikan otot panggul selama 5 detik. Setelah kontraksi lalu rileksasi
kembali.
{19}
c) Gerakan Cat & Camel : Posisi awal pasien menungging dengan punggung di
dorong ke atas dan kepala nunduk ke bawah sembari menarik napas selama,
{20}
d) Posisi pasien duduk dengan kedua kaki di luruskan dan kedua tangan di
gluteus. gerakan pertama yaitu dengan gerakan memutar kaki ke arah luar dan
{21}
e) Posisi pasien duduk dengan kaki bersilang dan tangan tetap menyangga dari
{22}
f) Pasien berdiri dengan tangan memgang kursi untuk penyangga agar posisi
g) Posisi pasien berdiri tegak dengan kedua tangan berada di hip anterior dan
buka ekstermitas bawah selebar bahu, lalu gunakan bola atau benda
{23}
h) Posisi pasien seperti gerakan di awal yaitu gerakan gerakan tetapi di antara
tersebut.
{24}
i) Posisi tetap seperti gerakan kegel tetapi satu kaki nya di angkat lalu luruskan
dan tahan posisi ini selama 10 detik dan rasakan kontraksi pada bagian
j) Pasien tidur telentang dengan kaki menggantung di dinding lalu angkat atau
dorong ke atas bagian gluteus dan abdominal. Lakukan gerakan ini selama
hitungan 10 detik.
Latihan ini sangat efektif bagi lansia yang menderita inkontinensia urin tipe
mengalami penurunan frekuensi berkemih dari rata-rata 8,25 kali menjadi 4,92
{25}
{26}
BAB III
KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 3.1
Hasil Inkontinensia
penelitian uji urin terhadap
korelasi tingkat depresi.
spearmen
{27}
DAFTAR PUSTAKA
LANJUT USIA (LANSIA) DENGAN INKONTINENSIA URIN. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai
BPH DI RUANG RAWAT INAP RSUD SOREANG, Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 5(1),
79-91.
Depkes RI. (2003). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia lanjut bagi Petugas
Galuh Inggi M, Putri. 2012. KTI: Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan
Inkontinensia Urine Pada Wanita Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi
Onat, dkk. 2014. Relationship Between Urinary Incontinence and Quality of Life in Elderly
Retno, Setyawati. (2008). Efek kombinasi kegel’s exercise dan blandder training
dalam menurunkan episode inkontinensia urine pada lansia di panti wredha wilayah
semarang.
Suharyanto dan Madjid (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
{28}
Nurillah, Retno. HUBUNGAN GAYA HIDUP TERHADAP TERJADINYA RISIKO
{29}
DATA PENULIS
A. PENULIS 1
NO TLP : 082341976773
B. PENULIS 2
NO TLP : 081357005122
C. PENULIS 3
NO TLP : 085299623914
ALAMAT KTP : Kel. Kulango, Kec. Biau, Kab. Buol, Sulawesi Tengah
D. PENULIS 4
{30}
NAMA : Pribayu Eka Aditya
NO TLP : 082293334167
ALAMAT KTP : Kel. Kulango, Kec. Biau, Kab. Buol, Sulawesi Tengah
{31}
E. PENULIS 5
NO TLP : 082339517077
ALAMAT EMAIL :-
F. PENULIS 6
NO TLP : 082141481244
ALAMAT EMAIL :-
{32}