Anda di halaman 1dari 16

DAMPAK KEBAKARAN HUTAN DAN

LAHAN TERHADAP BIOTA TANAH

Dosen Pengajar:
Dr. Nurul Qomar, S.Hut.

MK Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan


Jurusan Kehutanan Fakutas Pertanian
Universitas Riau
Klasifikasi Biota Tanah
 Menurut panjang tubuh (Wallwork 1970):
1. Mikrofauna : 20 - 200 mikron.
2. Mesofauna : 200 mikron - 1 cm.
3. Makrofauna : > 1 cm, dapat dilihat dengan
mata telanjang (lebar tubuh > 2mm).
 Makrofauna : semut, rayap, jangkrik, cacing
tanah, kaki seribu, bekecot, kadal, ular, dll
 Makrofauna tanah lebih menyukai keadaan
lembab dan agak masam sampai netral
(Notohadiprawiro, 1998).
Peranan Makrofauna Tanah
 Membantu proses dekomposisi bahan organik,
 Memperbaiki agregasi tanah, struktur tanah
menjadi lebih baik
 Meningkatkan pori-pori tanah sehingga
memperbaiki aerasi dan porositas.
 Menyumbangkan unsur hara pada tanah melalui
ekskresi yang dikeluarkannya maupun dari
tubuhnya yang telah mati (suin, 2005).
Semut (Rahmawaty, 2000)
Sebagai pendekomposer bahan organik,
Sebagai predator.
Memperbaiki struktur tanah dan aerasi
tanah.
Rayap (Handayanto, 2001)
Mempercepat proses pembentukan
struktur tanah
Membantu pendekomposisian bahan
organik
Meningkatkan ketersediaan unsur hara.
Cacing tanah (Rukmana, 1999)
Pendekomposer bahan organik,
Penghasil bahan organik dari kotorannya,
Memperbaiki struktur dan aerasi tanah.
Meningkatkan kandungan N total dan C
organik dalam tanah.
Tingkat Kebakaran berdasarkan kondisi tanah
(Hungerford 1996 dalam DeBano et al. 1998)

 Terbakar ringan: Pemanasan tanah rendah; pengarangan


yang rendah; lapisan duff (serasah dan humus) masih
banyak tersisa. Tanah mineral tidak berubah, permukaan
lahan didominasi oleh warna hitam. Suhu tanah pada
kedalaman 1 cm kurang dari 50 oC. Suhu kematian
organisma tanah terjadi sampai kedalaman sekitar 1 cm.
 Terbakar sedang: Pemanasan tanah yang sedang, lapisan
duff terbakar dan mengarang, tetapi lapisan tanah mineral
tidak berubah. Warna abu lebih terang. Suhu pada
kedalaman 1 cm mencapai 100 sampai 200 oC. Suhu
kematian organisma tanah terjadi sampai kedalaman 3
sampai 5 cm.
 Terbakar berat: Pemanasan tanah tinggi, lapisan duff
terbakar semua dan lapisan tanah mineral terlihat
kemerahan akibat terbakar. Permukaan lahan didominasi
warna abu yang putih. Suhu tanah pada kedalam 1 cm lebih
besar dari 250 oC dan suhu kematian organisma tanah
terjadi pada kedalaman 9 sampai 16 cm.
DAMPAK KEBAKARAN
Terhadap BIOTA TANAH

 MERUGIKAN:
 Secara langsung mematikan organisme tanah
 Mengurangi keanekaragaman jenis (pembakaran
berulang)

 MENGUNTUNGKAN:
 Perubahan kimia tanah dan mikroklimat dapat
merangsang aktivitas biologi
REAKSI BIOTA TANAH
TERHADAP KEBAKARAN
 Reaksi binatang tergantung pada pendekatan habitat,
mobilitas dan kemampuan untuk mencari perlindungan serta
sensitivitas terhadap panas dan asap.
 Binatang akan pergi, mengubur diri dalam tanah atau
bertahan di dekat kebakaran, tergantung pada: i)
intensitas kebakaran, ii) tingkat penyebaran api, dan iii)
apakah binatang tersebut terbiasa terhadap kebakaran
atau tidak
 Perilaku bersembunyi di dalam tanah, dilakukan oleh
beberapa spesies binatang karena panas kebakaran
menembus beberapa cm saja ke dalam tanah
 Mamalia kecil penggali tanah akan membuat lubang dalam di
tanah untuk menyelamatkan diri, karena panas hanya
berpenetrasi beberapa centimeter saja ke dalam tanah.
 Reptilia biasanya mempunyai tempat
berlindung/bersembunyi di area basah atau di bawah tanah.
 Jangkrik biasanya telah menghindar sebelum api mendekat,
namun ada pula yang hanya bersembunyi di bawah tanah
atau diantara jatuhan sisa.
 Laba-laba akan bersembunyi dalam tanah dan keluar
setelah kebakaran berlalu.
 Semut akan mati terbakar jika sedang berada jauh dari
sarangnya. Setelah kebakaran mereka memindahkan telur
ke tempat yang tidak terbakar.
 Ular menghindari api dengan bersembunyi dalam tanah atau
pada sela-sela bebatuan, mempunyai ketahan yang tinggi
terhadap kebakaran
 Tikus dapat merasakan kejadian kebakaran, dan
mengetahui arah datangnya kebakaran sehingga mereka
bisa menyelamatkan diri
 Ular dan jenis kadal menyelamatkan diri dari api dengan
memasuki lubang-lubang semut atau rayap.
 Kebakaran ektensif menghancurkan seresah
dan komunitas Artropoda yang terkait
 Populasi arthropoda menurun 50% dengan reduksi
jumlah taxa hingga 80%
 kecoa [muncul kembali 1 hari setelah
kebakaran (80%)]
Penelitian terkait
 Kebakaran intensif membunuh mikroorganisme tanah sampai
kedalaman 3 inchi [Fuller, 1991]
 Kematian reptilia dan amfibia di TN Kutai tahun 1982-1983
[Leighton, 1984, MacKinnon et al. 1996 dalam Meijaard,
2006].
 Kematian mamalia kecil, burung dan reptilia langka di hutan
Dipterokarpa di Thailand [Rabinowitz, 1990 dalam Meijaard,
2006]
 Populasi siput juga menurun setelah kebakaran, bahkan
menghilang hingga 3 tahun setelah kebakaran (Ahlgren,
1974)
 Populasi laba-laba menurun 9 sampai 31% pada areal
yang terbakar jika dibanding dengan di areal tak
terbakar
 Populasi colembola menurun karena kebakaran, 24 jam
setelah kebakaran populasinya menurun, tetapi akan
kembali setelah 3 atau 4 tahun
 Rayap bisa bertahan di lapisan tanah dangkal, bahkan
spesies tertentu sangat resisten terhadap api, namun
demikian tetap saja terjadi penurunan populasi rayap.
 Binatang yang mati dalam persembunyiannya
cenderung mati karena lemas (kekurangan oksigen)
ketimbang karena kepanasan [Chandler et al, 1983a].
 Setelah kebakaran, invertebrata akan mengalami masa
sulit karena kekurangan air dan makanan hijau yang
memadai (Chnadler et al. 1983a)
KEUNTUNGAN

 Pada tanah yang terbakar Formicidae (semut) mempunyai


kelimpahan terbesar (Anderson et al. 1989) dalam DeBano et al.,
(1998) dalam Syaufina (1994) menyebutkan bahwa kebakaran
dapat meningkatkan populasi semut

 Melimpahnya serangga pemakan kayu [Meijaard, 2006 & Chandler


et al. 1983a]

 Ketertarikan Binatang Pada Api Dan Asap. Lepidoptera, diptera


(jenis capung), coleoptera, mereka tertarik pada nyala api,
tertarik pada bau asap dan tertarik/mendeteksi panas untuk
meletakkan telur setelah kebakaran [Chandler et al. 1983a]

 Peningkatan pH meningkatkan pertumbuhan populasi bakteri


Kesimpulan

 Dampak kebakaran tergantung jenis biota


tanah dan tingkat keparahan kebakaran
Daftar Pustaka
 Chandler, C., Cheney, P., Trabaud, L & Williams, D. 1983. Forest Fire Behavior
and Effects. Fire in Forestry Vol I. A Willey-Interscience Publication. New York.

 DeBano, L.F,D.G Neary, dan P.F Ffolliott. 1998. Fire’s Effect on Ecosystems. John
Willey and Sons New York.

 Fuller, M. 1991. Forest Fire An Introduction to Wildland Behaviour, Management,


Fireflighting and Prevention. John Wiley & Sons. Inc. Kanada.

 Meijaard, E., Sheil, D., Nasi, R., Augeri, D., Rosenbaum, B., Iskandar, D.,
Setyawati, T., Lammertink, M., Rachmatika, I., Wong, A., Soehartono, T, Stanley,
S., Gunawan dan Brien, TO. 2005. Life After Logging, Reconciling Wildlife
Conservation and Production Forestry in Indonesian Borneo. CIFOR. Bogor. Hal. 29-
52.

 Purwowidodo. 2000. Mengenal tanah Hutan, Metode Kaji Tanah. Laboratorium


Pengaruh Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

 Syaufina, L., Supriyanto., Kasno dan Purwowidodo. 2005. Formulasi Sistem


Penilaian Pada Areal Bekas Terbakar untuk Pengelolaan Hutan Berkelanjutan.
Laporan akhir Hibah Bersaing Perguruan Tinggi. IPB Bogor.

 Wibowo, A. 2003. Permasalahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan di Indonesia.


Review Hasil Litbang. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai