Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Biota Tanah
Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Biota Tanah
Dosen Pengajar:
Dr. Nurul Qomar, S.Hut.
MERUGIKAN:
Secara langsung mematikan organisme tanah
Mengurangi keanekaragaman jenis (pembakaran
berulang)
MENGUNTUNGKAN:
Perubahan kimia tanah dan mikroklimat dapat
merangsang aktivitas biologi
REAKSI BIOTA TANAH
TERHADAP KEBAKARAN
Reaksi binatang tergantung pada pendekatan habitat,
mobilitas dan kemampuan untuk mencari perlindungan serta
sensitivitas terhadap panas dan asap.
Binatang akan pergi, mengubur diri dalam tanah atau
bertahan di dekat kebakaran, tergantung pada: i)
intensitas kebakaran, ii) tingkat penyebaran api, dan iii)
apakah binatang tersebut terbiasa terhadap kebakaran
atau tidak
Perilaku bersembunyi di dalam tanah, dilakukan oleh
beberapa spesies binatang karena panas kebakaran
menembus beberapa cm saja ke dalam tanah
Mamalia kecil penggali tanah akan membuat lubang dalam di
tanah untuk menyelamatkan diri, karena panas hanya
berpenetrasi beberapa centimeter saja ke dalam tanah.
Reptilia biasanya mempunyai tempat
berlindung/bersembunyi di area basah atau di bawah tanah.
Jangkrik biasanya telah menghindar sebelum api mendekat,
namun ada pula yang hanya bersembunyi di bawah tanah
atau diantara jatuhan sisa.
Laba-laba akan bersembunyi dalam tanah dan keluar
setelah kebakaran berlalu.
Semut akan mati terbakar jika sedang berada jauh dari
sarangnya. Setelah kebakaran mereka memindahkan telur
ke tempat yang tidak terbakar.
Ular menghindari api dengan bersembunyi dalam tanah atau
pada sela-sela bebatuan, mempunyai ketahan yang tinggi
terhadap kebakaran
Tikus dapat merasakan kejadian kebakaran, dan
mengetahui arah datangnya kebakaran sehingga mereka
bisa menyelamatkan diri
Ular dan jenis kadal menyelamatkan diri dari api dengan
memasuki lubang-lubang semut atau rayap.
Kebakaran ektensif menghancurkan seresah
dan komunitas Artropoda yang terkait
Populasi arthropoda menurun 50% dengan reduksi
jumlah taxa hingga 80%
kecoa [muncul kembali 1 hari setelah
kebakaran (80%)]
Penelitian terkait
Kebakaran intensif membunuh mikroorganisme tanah sampai
kedalaman 3 inchi [Fuller, 1991]
Kematian reptilia dan amfibia di TN Kutai tahun 1982-1983
[Leighton, 1984, MacKinnon et al. 1996 dalam Meijaard,
2006].
Kematian mamalia kecil, burung dan reptilia langka di hutan
Dipterokarpa di Thailand [Rabinowitz, 1990 dalam Meijaard,
2006]
Populasi siput juga menurun setelah kebakaran, bahkan
menghilang hingga 3 tahun setelah kebakaran (Ahlgren,
1974)
Populasi laba-laba menurun 9 sampai 31% pada areal
yang terbakar jika dibanding dengan di areal tak
terbakar
Populasi colembola menurun karena kebakaran, 24 jam
setelah kebakaran populasinya menurun, tetapi akan
kembali setelah 3 atau 4 tahun
Rayap bisa bertahan di lapisan tanah dangkal, bahkan
spesies tertentu sangat resisten terhadap api, namun
demikian tetap saja terjadi penurunan populasi rayap.
Binatang yang mati dalam persembunyiannya
cenderung mati karena lemas (kekurangan oksigen)
ketimbang karena kepanasan [Chandler et al, 1983a].
Setelah kebakaran, invertebrata akan mengalami masa
sulit karena kekurangan air dan makanan hijau yang
memadai (Chnadler et al. 1983a)
KEUNTUNGAN
DeBano, L.F,D.G Neary, dan P.F Ffolliott. 1998. Fire’s Effect on Ecosystems. John
Willey and Sons New York.
Meijaard, E., Sheil, D., Nasi, R., Augeri, D., Rosenbaum, B., Iskandar, D.,
Setyawati, T., Lammertink, M., Rachmatika, I., Wong, A., Soehartono, T, Stanley,
S., Gunawan dan Brien, TO. 2005. Life After Logging, Reconciling Wildlife
Conservation and Production Forestry in Indonesian Borneo. CIFOR. Bogor. Hal. 29-
52.