Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Bibit Sapi perah


Tipus
Menurut Gumelar dan Aryanto, (2011) menyatakan bahwa seleksi adalah kegiatan
memilih tetua untuk menghasilkan keturunan melalui pemeriksaan berdasarkan kriteria
tertentu. Potensi keturunan Fries Holland (FH) dapat dimaksimumkan dengan perbaikan
mutu bibit dengan mengidentifikasi berbagai sifat kuantitatif dan kualitatif.
Menurut Tasripin dkk, (2014) hasil seleksi sapi perah dibedakan menjadi bibit dan
non bibit. Bibit sapi perah dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :
a) Bibit dasar (elite/foundation stock), diperoleh dari proses seleksi rumpun atau galur
yang mempunyai nilai pemuliaan di atas nilai rata-rata.
b) Bibit induk (breeding stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit dasar.
c) Bibit sebar (commercial stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit induk.

Seleksi bibit berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor


55/Permentan/OT.140/10/2006 sesuai dengan persyaratan teknis minimal setiap bibit sapi
perah sebagai berikut :

a) Mempunyai silsilah (pedigree) sampai dengan 2 (dua) generasi diatasnya untuk bibit
dasar/elite dan bibit induk;
b) Mempunyai silsilah (pedigree) minimal 1 (satu) generasi diatasnya untuk bibit sebar;
c) Berasal dari daerah yang bebas penyakit hewan menular yang dinyatakan dengan
surat keterangan kesehatan hewan oleh pejabat yang berwenang;
d) Memiliki bentuk ideal, alat reproduksi normal serta tidak memiliki cacat fisik;
e) Memiliki ambing simetris, pertautan luas dan kuat, jumlah puting empat, bentuk dan
fungsi puting normal;
f) Sudah di-dehorning;
g) Bukan dari kelahiran jantan dan betina (free martin);
h) Secara khusus memperhatikan umur, tinggi pundak, berat badan, lingkar dada dan
warna bulu sesuai dengan standar kelompok bibit sapi perah yang telah disepakati
sebagai berikut:
 Umur : Betina minimal 15-20 bulan, jantan minimal 18 bulan;
 Tinggi pundak : Betina minimal 115 cm, jantan minimal 134 cm;
 Berat badan : Betina minimal 300 kg, jantan minimal 480 kg;
 Lingkar dada : Betina minimal 155 cm;
 Warna bulu : hitam putih/merah putih sesuai dengan karakteristik sapi perah FH;
i) Berdasarkan kemampuan dan kualitas produksi susu tetuanya, bibit sapi perah terdiri
dari bibit dasar, bibit induk dan bibit sebar dengan persyaratan teknis seperti tabel berikut:
Produksi susu Bapak yang Berasal
induk dari Induk yang
Kategori (305 hari) pada Mempunyai Kadar Lemak
laktasi I Produksi susu 305
hari Setara Dewasa
Bibit Dasar > 6.000 kg > 7.000 kg ≥ 3.5%
Bibit Induk 5.000-6.000 kg > 6.000 kg ≥ 3.5%
Bibit Sebar 4.000-5.000 kg > 5.000 kg ≥ 3.5%

Pembahasan :

Bibit ternak adalah semua hasil ternak yang sudah diseleksi dan memenuhi
persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan. Bibit sapi perah yang sudah diseleksi di
BBPTU-HPT Baturraden diperoleh dari negara asalnya yaitu Australia dimana pembaharuan
induknya dilakukan setiap dua tahun sekali kemudian dikembangbiakkan untuk
menghasilkan keturunan yang unggul dengan produksi susu mencapai diatas rata-rata. Hal ini
sesuai dengan penjelasan Tasripin, dkk (2014) bahwa bibit sapi perah dikelompokkan
menjadi 3 (tiga kelompok), yaitu :
a) Bibit dasar (elite/foundation stock), diperoleh dari proses seleksi rumpun atau
galur yang mempunyai nilai pemuliaan di atas nilai rata-rata.
b) Bibit induk (breeding stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit dasar.
c) Bibit sebar (commercial stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit induk.

Seleksi dalam penentuan bibit sangat penting dilakukan untuk menghasilkan bibit atau
keturunan sapi perah FH yang berkualitas. Bibit sapi perah FH di BBPTU-HPT Baturraden
diperoleh dengan mengidentifikasi baik sifat kualitatif maupun sifat kuantitatifnya. Sifat
kualitatif meliputi bentuk tubuh/tampilan secara eksterior, sehat dan tidak cacat, sedangkan
sifat kuantitatif meliputi bobot badan, laju pertumbuhan setelah disapih, tinggi pundak dan
lingkar dada yang dijadikan dasar dalam seleksi ternak dan erat kaitannya dengan produksi
susu yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Gumelar dan Aryanto (2011) bahwa
seleksi adalah kegiatan untuk memilih tetua secara kualitatif dan kuantitatif untuk
menghasilkan keturunan yang berkualitas.
Berikut ini merupakan spesifikasi teknis bibit sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden,
antara lain :
a. Kualifikasi dan spesifikasi teknis bibit sapi perah
- Bangsa sapi perah Frisien Holstein (FH) mempunyai ciri khas yaitu terdapat
warna hitam dan putih pada kaki bagian bawah, di kepala dan ekornya serta
bagian dahinya berbentuk segitiga dan berwarna putih.
- Bibit sapi perah didatangkan dari negara Australia yang berjarak lebih dekat
dan dilakukan pembaharuan induk setiap dua tahun sekali.
- Umur bibit sapi perah pada saat dilakukan seleksi adalah 18-24 bulan dengan
umur kebuntingannya antara 3-5 bulan.
- Memiliki tinggi gumba (TG) minimal 120 cm dengan bobot badan 350 kg dan
bentuk tubuh normal, tidak terdapat cacat fisik.
- Bibit sapi perah harus berasal dari peternak Friesian Holstein (Friesien
Holstein Breeding Herd) dengan produksi rata-rata farm (tetuanya) diatas 6000
kg per 305 hari/ME, yang dibuktikan dengan dokumen yang disahkan oleh
Asosiasi FH atau institusi resmi dari negara setempat.
- Semua bibit sapi perah yang diseleksi sudah bunting dengan pejantan FH yang
sudah terekording (record), dan dibuktikan dengan uji kebuntingan. Selektor
berwenang melakukan uji kebuntingan pada saat dilakukan seleksi.
- Semua bibit sapi perah yang sudah terseleksi harus memiliki kartu keturunan
(Pedigree Record) secara individual dan dilengkapi dengan gambar sapi yang
terseleksi.
- Kartu keturunan/Pedigree record adalah catatan tetua dari sapi minimal dua
generasi di atasnya, yaitu :
 Pedigree jalur sire harus lengkap dua generasi ke atas untuk bapak dan
ibu.
 Pedigree jalur DAM : minimal sire of the DAM harus lengkap dua
generasi.
- Bibit sapi perah yang sudah terseleksi harus dalam kondisi baik dan layak
ekspor dan diperkuat dalam surat keterangan yang dikeluarkan oleh Asosiasi
Holstein atau institusi resmi dari negara setempat. Data yang harus disertakan
harus lengkap yang terdiri dari nomor telinga/ear tag, bangsa, negara asal,
pemilik sapi (farm owner), bobot badan, tinggi gumba, tanggal asal, tanggal
perkawinan, kode/nama pejantan, kebuntingan, dan lain lain yang diperlukan.
- Bibit sapi perah yang sudah dikirim harus menjalani masa karantina selama 14
hari dan dilakukan pengujian penyakit seperti Brucellosis, Enzootic Bovine
Leucosis (EBL), Infectious Bovine Rhinotracheatis (IBR), Bovine Viral
Diarrhae (BVD), Paratubercullosis dengan hasil negatif sehari sebelum keluar
dari karantina kecuali hasil uji laboratorium yang menyatakan bahwa titer
antibody positif pos vaksinasi.
- Sapi yang sudah melewati pengujian penyakit dan dinyatakan bebas penyakit,
merupakan sapi perah yang dapat diterima oleh pihak BBPTU-HPT Baturraden
yang dibuktikan melalui berita acara serah terima barang dilengkapi dengan
dokumen hasil dari uji penyakit tersebut.
Hal ini didukung dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
55/Permentan/OT.140/10/2006 yang terdiri dari :
a) Mempunyai silsilah/keturunan (pedigree) sampai dengan 2 (dua) generasi diatasnya
untuk bibit dasar/elite dan bibit induk;
b) Mempunyai silsilah/keturunan (pedigree) minimal 1 (satu) generasi diatasnya untuk
bibit sebar;
c) Berasal dari daerah yang bebas penyakit hewan menular yang dinyatakan dengan
surat keterangan kesehatan hewan oleh pejabat yang berwenang;
d) Memiliki bentuk ideal, alat reproduksi normal serta tidak memiliki cacat
fisik/abnormalitas;
e) Memiliki ambing simetris, pertautan luas dan kuat, jumlah puting empat, bentuk dan
fungsi puting normal;
f) Sudah di-dehorning;
g) Bukan dari kelahiran jantan dan betina (free martin);
h) Secara khusus memperhatikan umur, tinggi pundak, berat badan, lingkar dada dan
warna bulu sesuai dengan standar kelompok bibit sapi perah yang telah disepakati
sebagai berikut:
i) Umur : Betina minimal 15-20 bulan, jantan minimal 18 bulan;
j) Tinggi pundak : Betina minimal 115 cm, jantan minimal 134 cm;
k) Berat badan : Betina minimal 300 kg, jantan minimal 480 kg;
l) Lingkar dada : Betina minimal 155 cm;
m) Warna bulu : hitam putih/merah putih sesuai dengan karakteristik sapi perah FH;
n) Berdasarkan kemampuan dan kualitas produksi susu tetuanya, bibit sapi perah terdiri
dari bibit dasar, bibit induk dan bibit sebar dengan persyaratan teknis, seperti untuk
bibit dasar produksi susu induk menghasilkan > 6.000 kg, bibit induk produksi susu
induk menghasilkan 5.000-6.000 kg dan bibit sebar produksi susu induk
menghasilkan 4.000-5.000 kg.
Dapus :

Gumelar, A. P dan R. Aryanto. 2011. Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Sapi Perah Betina
Fries Holland di Wilayah Kerja Koperasi Peternak Garut Selatan. J. Buana Sains. 11
(2) : 163-170.
Peraturan Menteri Pertanian. 2006. Pedoman Pembibitan Sapi Perah yang Baik (Good
Breeding Practice). Jakarta : Kementerian Pertanian.
Tasripin, D. S., Anang, A. dan Indrijani, H. 2014. Performans Pertumbuhan dan Bobot Badan
Sapi Perah Betina Fries Holland Umur 0-18 Bulan. Ruminant Feed Teechnology
Workshop-2014.

Anda mungkin juga menyukai