Anda di halaman 1dari 3

Agama Kristen dan dunia Barat menghadapi krisis besar yang dibawa oleh peristiwa masa kini

yang timbul dari pengalaman dan pemahaman sera penafsiran terhadap kehidupan dalam
peradaban kota.

Friedrich Nietzsche meramalkan melalui lisan Zarathustra, bahwa tuhan telah mati.

Mulai mengakui ketidak mampuan untuk menolak krisis keyakinan dan keagamaan yang timbul
akibat sekulerisasi. Akibat pengaruh sekulerisasi ini mereka kemudian menyarankan agar
penganut Kristen bergabung dan berpatisipasi dalam proses sekulerisasi yang oleh banyak orang
dipandang sebagai wabah yang mengganas.

Dari puing-puing ini nantinya akan dibangkitkan sebuah agama Kristen baru yang sudah
mengalami sekulerisasi.

Sekulerisasi memiliki akar dan merupakan buah dari ajaran Injil Gospel. Oleh karena itu dari
pada menentang proses sekulerisasi, agama Kristen harus secara realistic menerima
kedatangannya sebagai proses penyesuaian untuk menemukan hakikat dan tujuannya yang
benar.

Lebih dari itu penganut Kristen yang pada umumnya secara lahir menentang sekulerisasi, tanpa
sadar justru banyak membantu dalam proses tersebut.

Oleh karena itu telah muncul dalam lingkungan Kristen sendiri satu bentuk Kristen baru yang
berlainan dengan versi tradisional,untuk secara bertahap mengubah dan menggantinya dari
dalam.

Mereka menggambarkan pengalaman masa kini dari sekulerisasi inisebagian dari proses’evolusi’
dari sejarah manuisa; sebagai proses yang tak terbalikkan dari ‘masa dewasa’.
Karena sifat kebudayaan dan pengalaman dan perkembangannya dan juga karena berdasarkan
sebagaiman biasanya kepda asas hermeneutikanya yang senantiasa berubah, memungkinkan
agama Kristen dengan mudah mewujudkan visinya tentang masa depan.

Bukannya didunia yang diubah menjadi Kristen, tetapi kristenlah yang diubah oleh dunia.

Agama protestan telah mendesakdiakukannya dehellenisasi agama Kristen.

Agama kristen yang yang dibungkus dalam bentuk Hellelnik di awal abad perkembangannyalah
yang bertanggung jawab terhadap timbulnyapermasalahan yang serius dan berterusan.
Diantaranya mengenao pemahaman tuhan sebagai sososk supra rasional, pembenaran doktrin
trinitas yang rumit untuk dijelaskan, terciptanya keadaan yang memberikemungkinan bagi
wujufnya ateisme modern dikalangan mereka.

Von Harnack yang mengutuk Hellesiasi sebagai penyebab kerusakan dogma Kristen, namun tetap
mengakui bahwa hellenesiasi bertanggung jawab terhadap terhambatnya perkembangan ajaran
Kristen. Menurut mereka hellenesiasi telah membatasi tumbuhan ajaran Kristen dalam tempat
permainan penelitian filsafatserta membatasi pertumbuhannya hanya pada tingkatan ‘taman
kanak-kanak’pemikiran manusia.

Timbul semangat baruuntuk mereka dengan gigih mendesak agar dilakukan demitologisasi kitab
gama Kristen dan dehellenesiasi ajarannya.

Para penganut Kristen pada umunya tidak menyangkal behwa masalah mereka yang paling serius
adalah ‘permasalahan tentang tuhan’.

Descrates menetapkan eksistensi tunan berdasaekan kepastian yang bersikap a apriori.

Untuk memperparah masalah keraguan tentang tuhan ini, gambaran tentang tuhan yang
dipahami sejak zaman awal pekembanngan ajaran Kristen dibentuk berdasarkan percampuran
yang tidak masuk akal berbagai konsep yang terdiri dari konsep theos dari Yunani, Yahweh dari
Yahudi, deus dari metafisika barat, dan sejumah dewa-dewa dalam tradisi jerman pra-kristen.

Relativisme ini membolehkan seorang penganut untuk bebas memilih konsep tuhan yang mana
ia sukai, apakah scriptural ( mengikuti kitab injil), atau patristic (hellenik), atau zaman
pertengahan (skolastik), atau modern (eksestensial)

Karena konsep tuhan mereka pda dasarnya suadah bermasalah, nama tuhan itu sendiri
sekarang bermasalah bagi mereka sehingga mereka berniat membauangnya sama sekali dan
menyerahkan kepada sejarah untuk menemukan nama baru yang menggambarkan konsep yang
lebih sesuai dan memadai untuk merujuk pada keadaan dan realitas terakhir yang mereka yakini.

Anda mungkin juga menyukai