Anda di halaman 1dari 2

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN

PANDUAN ASUHAN GIZI ( PAG )


SMF PARU
TAHUN 2019

TUBERKULOSIS PARU
A15

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien Tuberkulosis Paru yang


1. Pengertian (Definisi) sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam membuat
keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan
berkualitas.
Mendapatkan informasi yang cukup untuk mengidentifikasi masalah terkait
2. Asesmen / Pengkajian : gizi serta membuat keputusan atau menentukan gambaran dan penyebab
masalah terkait gizi yang menjadi dasar dalam menegakkan diagnosa gizi.

Data Berat Badan, Tinggi Badan, Indeks Massa Tubuh dan atau Lingkar
Antropometri
Lengan Atas.

Mengkaji adanya sesak nafas, anoreksia, demam, lemas, berubah/adanya


Fisik/Klinis penurunan berat badan, mual, muntah, dll.

Biokimia Mengkaji data laboratorium terkait gizi seperti Hb, Leukosit, Albumin, dll.

Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk makanan,
rata-rata asupan sebelum masuk Rumah Sakit (kualitatif dan kuantitatif).

Riwayat Personal Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini, riwayat
penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen
makanan, status kesehatan mental, serta status kognitif.
NI-2.1 Asupan makan oral tidak adekuat berkaitan dengan tidak nafsu
makan, mual, muntah ditandai dengan asupan makan 50% kebutuhan.
3. Diagnosis Gizi (Masalah
NI-5.1 Peningkatan kebutuhan protein yang berhubungan dengan
Gizi)
katabolisme protein yang ditandai penurunan berat badan.
Diagnosa lain dapat muncul sesuai kondisi pasien.

4. Intervensi Gizi ( Terapi Tujuan :


Gizi ) 1. Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
a. Perencanaan 2. Menurunkan resiko malnutrisi.
3. Mempercepat penyembuhan.
Prinsip diet :
Diet tinggi energi dan tinggi protein.

Syarat diet :
1. Energi tinggi, total 2800 kkal/hari.
2. Protein tinggi, total 105 g/ hari.
3. Lemak cukup, total 72 g/ hari.
4. Karbohidrat cukup, total 425 g/ hari.
5. Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien.

b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet.


Pemberian Makanan

c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi bertujuan meningkatkan


d. Konseling Gizi pengetahuan dan pemahaman penderita dan keluarga tentang pentingnya
kepatuhan diet untuk membantu mengendalikan kadar glukosa darah dan
tekanan darah dalam batas normal dan mencegah komplikasi.

e. Koordinasi dengan Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan
tenaga kesehatan lain dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien.
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil positif
5. Monitoring dan Evaluasi maupun negative dari :
1. Status Gizi berdasarkan antropometri.
2. Hasil biokimia terkait gizi.
3. Fisik Klinis terkait dengan gizi.
4. Asupan makanan.
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal ( pada hari ke
6. Re asesmen ( Kontrol 4 atau ke 5 perawatan) untuk melihat keberhasilan intervensi sesuai hasil
Kembali ) monitoring evaluasi.
1. Asupan makanan ≥ 80 % dari kebutuhan.
7. Indikator (Target yang 2. Status Gizi normal berdasarkan antropometri.
akan dicapai / Outcome ) 3. Tidak ada mual dan anoreksia
1. Asuhan Gizi Klinik. I Dewa Nyoman Supariasa. Jakarta : EGC, 2019.
2. Ilmu Gizi : Teori & Aplikasi. I Dewa Nyoman Supariasa. Jakarta : EGC,
2016.
8. Kepustakaan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019
tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai