Anda di halaman 1dari 3

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN

PANDUAN ASUHAN GIZI ( PAG )


SMF BEDAH SARAF
TAHUN 2019

CEDERA OTAK RINGAN

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien Cedera otak Ringan


1. Pengertian (Definisi) yang sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga aman,
efektif dan berkualitas.
Mendapatkan informasi yang cukup untuk mengidentifikasi masalah terkait
2. Asesmen / Pengkajian : gizi serta membuat keputusan atau menentukan gambaran dan penyebab
masalah terkait gizi yang menjadi dasar dalam menegakkan diagnosa gizi.

Data Berat Badan, Tinggi Badan, Indeks Massa Tubuh dan atau Lingkar
Antropometri
Lengan Atas.

Fisik/Klinis Mengkaji data nyeri kepala, mual, muntah, anoreksia

Biokimia Mengkaji data laboratorium terkait gizi seperti Hb, Hematokrit, Leukosit, dll

Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk makanan,
rata-rata asupan sebelum masuk Rumah Sakit (kualitatif dan kuantitatif).

Riwayat Personal Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini, riwayat
penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen
makanan, status kesehatan mental, serta status kognitif.

NI-2.1 Ketidakcukupan asupan oral yang berhubungan dengan nafsu


makan yang rendah, mual, dan muntah yang ditandai dengan hasil recall 24
3. Diagnosis Gizi (Masalah jam.
Gizi) NI-5.1 Peningkatan kebutuhan energi protein yang berhubungan dengan
katabolisme protein yang ditandai riwayat pasca trauma (Cedera Otak
Ringan).
Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien.
Tujuan :
4. Intervensi Gizi ( Terapi
1. Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Gizi )
2. Menurunkan resiko malnutrisi.
a. Perencanaan
3. Mempercepat penyembuhan luka.

Prinsip diet :
Diet tinggi energi dan tinggi protein.

Syarat diet :
1. Energi tinggi, total 2800 kkal/hari.
2. Protein tinggi, total 105 g/ hari.
3. Lemak cukup, total 72 g/ hari.
4. Karbohidrat cukup, total 425 g/ hari.
5. Cairan 25 ml / kg Berat Badan.
6. Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien.

Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet.


b. Implementasi
Pemberian Makanan
Pemberian edukasi dan konseling gizi bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman penderita dan keluarga tentang pentingnya
c. Edukasi
kepatuhan diet untuk membantu penyembuhan.
d. Konseling Gizi

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan


e. Koordinasi dengan
dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien.
tenaga kesehatan lain

5. Monitoring dan Evaluasi Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil positif
maupun negative dari :
1. Status Gizi berdasarkan antropometri.
2. Hasil biokimia terkait gizi.
3. Fisik Klinis terkait dengan gizi.
4. Asupan makanan.
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal ( pada hari ke
6. Re asesmen ( Kontrol 4 atau ke 5 perawatan) untuk melihat keberhasilan intervensi sesuai hasil
Kembali ) monitoring evaluasi.

7. Indikator (Target yang 1. Asupan makanan ≥ 80 % dari kebutuhan.


akan dicapai / Outcome ) 2. Status Gizi normal berdasarkan antropometri.
3. Tidak ada mual, anoreksia.
1. Asuhan Gizi Klinik. I Dewa Nyoman Supariasa. Jakarta : EGC, 2019.
2. Ilmu Gizi : Teori & Aplikasi. I Dewa Nyoman Supariasa. Jakarta : EGC,
2016.
8. Kepustakaan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019
tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai