Analisa Sikuen Stratigrafi Berdasarkan Data Seismik, Data Sumur Dan Data Paleontologi Daerah " X "
Analisa Sikuen Stratigrafi Berdasarkan Data Seismik, Data Sumur Dan Data Paleontologi Daerah " X "
PROPOSAL SKRIPSI
ANALISA SIKUEN STRATIGRAFI BERDASARKAN DATA
SEISMIK , DATA SUMUR DAN DATA PALEONTOLOGI DAERAH
“X”
Oleh :
PROPOSAL SKRIPSI
Proposal ini diajukan guna memperoleh sponsor skripsi di PT. CALTEX Pacific
Indonesia sebagai mahasiswa strata 1 di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta,
tahun akademik 2002/2003.
Diajukan Oleh :
PROPOSAL SKRIPSI
1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari pelaksanaan skripsi ini adalah agar dapat mengetahui cara
mengkorelasi berdasarkan data seismik, data log sumur, inti bor, cutting dan data
paleotologi sehingga dapat diketahui sekuen stratigrafinya, yang nantinya untuk
dapat mengenal kondisi sedimentasi, sistem pengendapannya dan kualitas reservoir
hidrokarbon daerah telitian. Selain itu juga kami mendapatkan pengalaman cara
menganalisis data seismik, data sumur dan data paleontologi. Karena dengan analisa
ini maka dapat untuk mengetahui distribusi lateral dan vertikal dari suatu litologi
sehingga dapat menggambarkan keadaan reservoir daerah telitian tersebut.
3. BATASAN MASALAH
A. GEOMORFOLOGI
Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan yang terbantuk di belakang
busur magmatik selama Tersier Awal (Eosen- Oligosen) sebagai rangkaian struktur
setengah graben yang dipisahkan oleh suatu block horst, sebagai hasil dari terjadinya
proses penunjaman Lempeng Samudera Hindia menyusup kebawah Lempeng Benua
Asia (Mertosono dan Nayoan, 1974). Cekungan ini berbentuk asimetris yang mengarah
baratlaut-tenggara, bagian yang terdalam terletak pada bagian baratdaya dan melandai
ke arah timur laut.
Cekungan Sumatera Tengah dibagian barat dan baratdaya dibatasi oleh Bukit
Barisan, bagian timur oleh Semenanjung Malaysia, bagian utara dibatasi Busur Asahan,
disebelah tenggara oleh dataran tinggi Tigapuluh dan pada timurlaut oleh Kraton Sunda
sedangkan batas bagian selatan tidak diketahui secara baik (Heidrick dan Aulia, 1993).
Selanjutnya bentukan setengah graben ini diisi oleh sedimen klastik non-marine dan
lacustrine dari Kelompok Pematang di beberapa bagian cekungan (graben) yang dalam.
Empat bentukan khas dari Cekungan Sumatera Tengah yaitu:
Tinggian Kubu (Kubu High) dibagian baratlaut, central deep pada bagian tengah
cekungan, Bukit Barisan (Mountain Front) pada bagian barat cekungan dan Tinggian
Rokan (Rokan Uplift) serta Dataran Pantai (Coastal Plain) di bagian timur cekungan.
B. STRATIGRAFI
Batuan dasar di Sumatera Tengah terdiri dari empat satuan litologi berumur
Palezoik sampai Mesozoik. Satuan litologi tersebut adalah : (1) Kelompok Mutus terdiri
dari ofiolit, metasedimen dan sedimen-sedimen berumur Trias, (2) Kelompok Malaka
terdiri dari kuarsit, filit dan intrusi granodiorit, (3) Kelompok Mergui terdiri dari
graywacke berumur Kapur, kuarsit dan batulempung kerikilan, dan (4) Kelompok
Tapanuli terdiri dari batusabak, metasedimen dan filit yang diendapkan diatas
batugamping shelf berumur Devon-Karbon.
Cekungan Sumatera Tengah dibagi menjadi lima unit stratigrafi. Urutan
tersebut (dari tua ke muda) yaitu Formasi Pematang, Kelompok Sihapas, Telisa, Petani
dan Minas (Eubank dan Makki, 1981 ; Heidrick dan Aulia, 1993). Pada dasarnya sejarah
pengendapan sedimen Cekungan Sumatera Tengah sangat dipengaharui oleh sejarah
tektoniknya. Proses tektonik merupakan faktor pengontrol utama pengendapan,
sedangkan perubahan muka air laut hanya sebagai faktor kedua atau sekunder. Seluruh
ketidakmenerusan (disconformity) stratigrafi dalam cekungan ini kemungkinan
disebabkan oleh interaksi antar lempeng dan perubahan relatif pergerakan lempeng
tersebut, sehingga pembahasan stratigrafinya dalam kerangka tektonostratigrafi (G.
Kempt, et al., 1997).
Formasi Lower Red Bed terdiri dari batulempung, batulanau, batupasir arkosik,
konglomerat yang diendapkan pada lingkungan dataran alluvial dan kipas alluvial yang
berubah secara lateral menjadi lingkungan fluvial, lakustrin dan delta. Bagian bawah
dari formasi ini pada beberapa cekungan yang dalam dapat mencapai ketebalan 3000
meter. Batupasir di formasi ini mempunyai kualitas yang jelek sebagai reservoar karena
masih sangat dekat dengan sumbernya dan sortasi jelek.
Formasi Brown Shale sesuai dengan namanya terdiri dari shale yang berwarna
coklat dan diendapkan pada lingkungan lakustrin/danau dalam sampai lakustrin dangkal
dan merupakan batuan induk hidrokarbon. Pembentukan batuan induk yang bagus pada
formasi ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu tidak adanya tinggian yang berarti
sepanjang sesar yang membatasi cekungan, penurunan dasar cekungan lebih cepat
daripada pengendapan menyebabkan lingkungan danau semakin dalam, sesar yang
berfungsi sebagai batas cekungan mempunyai dip yang landai sampai sedang dan pada
saat Brown Shale diendapkan kondisi tektonik sedang tidak aktif. Selain lempung, di
formasi ini juga terdapat endapan-endapan kipas delta dan turbidit. Endapan turbidit
yang terbentuk oleh mekanisme aliran butiran (grain flow) telah dijadikan sebagai target
eksplorasi yang pada umumnya mempunyai tipe jebakan stratigrafi.
Formasi Upper Red Bed diendapkan pada tahap akhir inversi minor dalam
lingkungan transisi yang berubah dengan cepat menjadi lingkungan lakustrin dalam
yang diselingi oleh lakustrin yang dangkal. Peningkatan kecepatan sedimentasi dan
suplai klastika menyebabkan cekungan menjadi penuh dan lingkungan berubah menjadi
fluvial dan alluvial. Litologi penyusun formasi ini berupa batupasir, konglomerat dan
shale berwarna merah-hijau. Batupasir di formasi ini telah menjadi target eksplorasi.
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
Kelompok Sihapas terdiri dari empat formasi yaitu Formasi Menggala, Bangko,
Bekasap dan Duri. Bagian bawah Kelompok Sihapas pada Miosen diendapkan
konglomerat yang menghalus ke atas, batupasir berbutir kasar hingga halus (Formasi
Menggala) dan berada tidak selaras di atas Formasi Pematang. Formasi Menggala
ditindih selaras oleh Formasi Bangko dengan litologi berwarna biru, serpih karbonatan
dengan sisipan batupasir dan sedikit gamping. Formasi Bekasap terdiri dari litologi
batupasir berbutir sedang hingga kasar dan sedikit serpih.
Pada akhir fasa transgresif F2 Miosen Awal sampai Tengah, diendapkan Formasi
Telisa dengan lingkungan berkisar inner sampai outer litoral dengan pengaruh laut
semakin besar ke atas. Kontak pada Formasi Telisa ditandai oleh litologi yang berbeda
dan fauna yang berhenti hingga Miosen Tengah fasa regresif. Formasi bercirikan warna
abu-abu kecoklatan terdiri dari serpih karbonatan, batulanau dan gamping di tempat
tertentu.Kompresi bersifat setempat-setempat yang ditandai dengan pembentukan sesar
dan lipatan pada tahap inversi yang terjadi bersamaan dengan penurunan muka air laut
global pada 28 jtyl. Proses geologi yang terjadi pada saat itu adalah pembentukan
morfologi hampir rata (peneplain) yang terjadi pada Kelompok Pematang dan batuan
dasar yang tersingkap. Periode ini diikuti oleh terjadinya subsiden kembali dan
transgresi ke dalam cekungan tersebut. Kelompok Sihapas yang diendapkan secara tidak
selaras di atas Kelompok Pematang terdiri dari Formasi Menggala/Lahat,
Bekasap/Tualang, Duri dan Telisa.
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
Formasi Bangko terdiri dari batulempung yang diendapkan pada lingkungan laut
terbuka mulai dari lingkungan paparan (shelf) sampai delta plain dan batulempung
karbonatan dengan perselingan batupasir lanauan dan berubah secara lateral menjadi
batugamping pada daerah yang sedikit menerima suplai material klastik. Formasi
Bangko berfungsi sebagai batuan tudung (seal) bagi batupasir yang ada di bawahnya.
Batupasir dalam Formasi Bangko merupakan reservoar yang bernilai dan telah
diproduksi di Lapngan Petani, Bangko, Menggala dan Pinang. Adanya pengaruh
lingkungan laut menyebabkan pengendapan foraminifera yang berfungsi sebagai
penunjuk umur formasi ini yaitu Miosen Awal (N1 – N2).
Formasi Bekasap terdiri dari suatu seri sedimen mulai dari lingkungan transisi,
laut terbuka dan delta. Litologi terdiri dari batupasir glaukonitan, batugamping dan
batubara. Batupasir mengkasar ke atas dalam delta kompleks Sihapas terbentuk hampir
di seluruh Paparan Sunda. Batupasir Bekasap merupakan lapisan sedimen yang secara
diakronous menutup Sumatera Tengah dan akhirnya menutup semua tinggian yang
terbentuk sebelumnya. Selanjutnya Formasi Bekasap merupakan reservoar penting dan
telah diproduksi melalui Lapangan Menggala, Duri, Kotabatak dan Zamrud. Kandungan
foraminifera menunjukkan umur Miosen Awal (N2 – N3).
Formasi Duri. Formasi Bekasap secara vertikal berubah menjadi Formasi Duri
yang merupakan suatu seri batupasir yang terbentuk pada lingkungan inner neritic
deltaic di bagian utara dan tengah cekungan. Seri tersebut dicirikan oleh batupasir
berbutir halus sampai menengah yang secara lateral menjadi batulempung laut dalam
dari Formasi Telisa. Formasi Duri merupakan suatu reservoar utama yang telah
diproduksi melalui Lapangan Minyak Duri, Bangko, Petani. Formasi ini mempunyai
tebal lebih dari 300 kaki dan berumur Miosen Awal (N3).
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
Formasi Telisa. Formasi Bekasap dan Duri secara lateral dan vertikal berubah
menjadi batulempung laut dari Formasi Telisa yang terbentuk pada lingkungan neritik
luar yang menunjukkan periode penggenangan maksimum laut di Sumatera Tengah.
Formasi Telisa merupakan suatu batuan penutup (sealing) regional bagi Kelompok
Sihapas. Tebal formasi ini lebih dari 9000 kaki. Formasi Telisa berumur Miosen Awal –
Miosen Tengah (NN4 – NN5). Batupasir dalam Formasi Telisa merupakan reservoar
yang potensial dan telah diproduksi melalui Lapangan Bulu South, Beruk Northeast,
Kotabatak dan Minas.
Pada bagian atas Kelompok Sihapas yang ditandai ketidakselarasan regional dan
mempunyai penyebaran konsisten hampir di seluruh Cekungan Sumatera Tengah ini
menunjukkan adanya perubahan fase tektonik ekstensi menjadi tektonik kompresi yang
dimulai dari Miosen Akhir sampai dengan sekarang. Kejadian ini bersamaan dengan
pemekaran Laut Cina Selatan dan Laut Andaman serta bersamaan dengan pergeseran
sepanjang Sesar Besar Sumatera dan pembentukan busur vulkanik di sebelah baratnya.
Bagian atas dari Formasi Telisa sulit ditentukan dengan pasti dari seismik karena
kompresi dan struktur lainnya yang berhubungan dengan kolisi antara Lempeng
Australia dengan Eurasia telah mengganggu batas tersebut. Struktur yang terbentuk
tersebut telah mejadi penampungan terakhir dari minyak yang bermigrasi dan saat ini
dijumpai sebagai jebakan struktural. Pada fase kompresi ini terbentuk Formasi Petani
dan Minas.
lingkungan laut dangkal, pantai dan ke atas sampai lingkungan delta yang menunjukkan
regresi air laut. Formasi Petani terdiri dari batupasir, batulempung, dan batupasir
gloukonitan dan batugamping yang dijumpai pada bagian bawah dari seri sedimen
tersebut, sedangkan batubara banyak dijumpai pada bagian atas dan terjadi pada saat
pengaruh laut semakin berkurang. Batupasir mempunyai komposisi dominan kuarsa,
berbutir halus sampai kasar, pada umumnya tipis-tipis, mengandung sedikit lempung
dan secara umum mengkasar ke atas. Di beberapa tempat batupasir membentuk lensa-
lensa dengan penyebaran yang terbatas yang menunjukkan pengendapan pada
lingkungan offshore bar dan delta front/delta lobe sand sejajar dengan pantai purba.
Formasi Petani secara keseluruhan mempunyai tebal 6000 kaki berumur Miosen Akhir –
Pliosen Awal atau N9 (NN5) – N21 (NN 18). Perkiraan umur pada bagian atas Formasi
Petani kadang-kadang membingungkan karena tidak adanya fosil laut. Karena di bawah
Formasi Petani terdapat batulempung Telisa yang tebal, maka hidrokarbon yang berada
pada batupasir Petani tidak komersial. Gas biogenik terdapat dalam jumlah yang besar
dan telah dijadikan target eksplorasi terutama di Lapangan Seng dan Segat.
Formasi Minas merupakan endapan Kuarter yang diendapkan tidak selaras di atas
Formasi Petani. Formasi Minas tersusun atas lapisan-lapisan tipis gravel, pasir lempung
dan merupakan endapan-endapan alluvial.
C. STRUKTUR GEOLOGI
tersusun oleh strata dengan litologi yang berbeda, baik tingkat metamorfisme maupun
intensitas deformasinya (De Coster, 1974). Cekungan Sumatera Tengah mempunyai
dua set sesar berarah utara-selatan dan baratlaut-tenggara. Sesar-sesar yang berarah
utara-selatan diperkirakan berumur Paleogen, sementara yang berarah baratlaut-
tenggara berumur Neogen Akhir. Kedua kelompok sesar ini berulangkali diaktifkan
sepanjang Tersier oleh gaya-gaya yang bekerja (Eubank dan Makki, 1981).
1. Fasa F0 terjadi pada Akhir Paleozoik sampai Mesozoik. Pada fasa ini diiringi
dengan terbentuknya batuan dasar (basement) Cekungan Sumatera Tengah.
Basement tersebut terdiri dari empat kelompok yaitu Kelompok Mutus, Malaka,
Mergui dan Tapanuli Selatan.
2. Fasa F1 terjadi pada Eosen sampai Oligosen disebut juga fasa rifting dan rifting
infill. Fase tektonik ini disebut juga sebagai fasa intra-cratonic rifting dan rift infill.
Rifting pada basement terlihat dengan gejala tektonik pembentukan graben dan half
graben yang berarah Utara-Selatan dengan pengendapan kelompok Pematang.. Fasa
tektonik ini hampir sama dengan fasa tektonik menurut de Coster (1974) dan
Eubank dan Makki (1981) pada Akhir Kapur sampai Tersier Awal.
3. Fasa F2 terjadi pada Akhir Oligosen sampai Miosen Tengah, disebut juga fasa
interior sag basin. Pada fasa ini gejala tektonik yang terjadi yaitu penurunan atau
pelengkungan (crustal sagging), dextral wrenching dan pembentukan zona rekahan
transtensional dengan strike N 00 – 200 E. Pada perioda ini diikuti dengan
penurunan cekungan kembali dan transgresi diiringi dengan pengendapan kelompok
Sihapas.
4. Fasa F3 terjadi pada Akhir Miosen sampai Resen, disebut juga fasa kompresi.
Gejala tektonik F3 bersaman dengan sea floor spreading Laut Andaman,
pengangkatan regional, terbentuknya jalur pengunungan vulkanik, right lateral
strike slip sepanjang Bukit Barisan dengan arah N 35 0 W +100 dan kompresi
upthrusting sepanjang Cekungan Sumatera Utara dan Tengah dengan arah gaya NE
– SW. Pada fasa ini terbentuk ketidakselarasan regional dan diendapkan Formasi
Petani dan Minas tidakselaras di atas Kelompok Sihapas.
Gerakan menumbuknya lempeng samudera India terhadap lempeng benua
Eurasia (di kawasan Sumatera) dianggap telah menghasilkan gerak pengangkatan
terakhir daripada Pengunungan Barisan serta juga telah menyebabkan adanya sesar-
sesar mendatar mengarah kekanan sepanjang pengunungan ini. Gejala struktur yang
paling menonjol di cekungan sedimen Tersier tersebut di atas adalah lipatan-lipatan dan
sesar-sesar yang berarah baratlaut.
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
CEKUNGAN SUMATERA
TENGAH
Cekungan
Sumatera
Utara Malays
ia
Cekungan
Sumatera Temgah
Cekungan
Sumatera Selatan
Cekungan
Sunda
Skala
0 500 Km
Gambar 1. Kerangka tektonik regional Cekungan Sumatera Tengah (Heidrick dan Aulia, 1993)
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
TECTONIC
EPISODE
STYLE
T E R T IA R Y T E C T O N IC D E V E L O P M E N T
C E N T R A L S U M A T R A B A S IN
T P T S
M a jo r N E - S W D ir e c te d C o m p r e s s io n .
DYNAMIC
G ia n t I n v e r s io n - a n d T h r u s t - R e la te d
F 3L
T rap s F o r m A lo n g F O A rch es, F 1 B ord er
COMPRESSION
F a u lts a n d N N W - N W - T r e n d in g
S I O N
W ren ch F a u lts .
5 M A
E R
T P I n d o - A u s tr a lia n P la te R e o r g a n iz a tio n .
I N V
F a u ltin g , a n d I s la n d A r c V o lc a n is m .
SW
F 3E
F o ld -d o m in a te d I n v e r s io n A lo n g N N W -
-
N W - T r e n d in g D e x tr a l W r e n c h F a u lts ,
NE
S u b m a r in e V o lc a n ism
COUPLE
F 2L
DEXTRAL SHEAR
21
WRENCH
M A
DYNAMIC
6 - 8 K M
F 2E
C E N TR A L S U M A TR A N
D U C T IL E Z O N E D E TA C H M E N T
INVERSION
26 - 28 M A
S,
DYNAMIC
-
N
B a la m -K ir i A m a n B o r d e r F a u lt F 1 M In v e r s io n B e n g k a lis
F 1L B o r d e r F a u lt F 1 W r e n c h F a u lt B o r d e r F a u lt
EXTENSION
U L F
U R B
B S
PASSIVE
TECTONISM
F 1M L R B
6 - 8 K M
O
20
DYNAMIC
C EN TR A L S U M A TR A N
+
D U C T IL E Z O N E D E TA C H M E N T
F 1E
W,
RIFT
E -
43 - 50 M A
METAMORPHISM
ACCRETION
PLUTONISM
EXTENSION
TR Id r is G r a n ite O S
TR M a la c c a M ic r o p la te
B oh orok F m 295 M a
UPLIFT
K lu e t - A la s P C O r d o -S ilu r ia n (O S )
K ir i F o
F F m s P C O S
0 P a le o z o ic
B a sem en t
G r a n ite
(4 2 6 M a )
P a le o z o ic
M u tu s
S u tu re P C TR
B a sem en t
O S O S P erm o- O S F o
C a r b o n ife r o s (P C ) P C
O S
F o
C EN TR A L SU M A TR A N
D ETA C H M EN T
T L H /B F T , 9 5
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
Gambar 2. Kerangka struktur geologi yang berkembang pada fase F2 (wrench fault) dan
fase F3 (inversion structure) di Cekungan Sumatera Tengah (Heidrick dan
Turlington, 1995).
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
Nayoan dan Blok-blok patahan yang mempunyai arah utara-selatan dan baratlaut-
Mertosono tenggara
(1974) - Pola tua berarah utara-selatan
- Pola Muda berarah baratlaut-tenggara
Tabel 1. Ringkasan tektonik, pola struktur, dan stratigrafi Cekungan Sumatera Tengah
dari beberapa penulis
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
Akhir
N 16 F3 Batulempung abu-abu
6,6
Marker
kehijauan, batupasir
N 15 NN 9
A dan batulanau
N 14 NN 8
Tengah
10,3
Marker B
N 13 NN 7
N 12 13,8
NN 6
Duri Event
N 11
(Hiatus)
N 10 NN 5 Batulempung dan
batulanau coklat
N9
15,5 Formasi keabu-abuan,
N8 Telisa karbonatan, kadang-
Awal
16,5
N7 NN 4 kadang dijumpai
NN 3 F2 batugamping
N6 Duri
Formasi Batupasir medium-kasar,
N5 NN 2 Bekasap sedikit batulempung
Batulempung abu-abu,
Formasi karbonatan dengan sisipan
batupasir dan kadang-
Bangko kadangbatugamping
22,5 Formasi Batupasir halus-kasar,
NN 1 25,5
Menggala konglomeratan
N4
Fase Rifting
Eo – Oligosen
45
65
Pada tahun 1997, Yarmanto membentuk tim untuk melakukan korelasi stratigrafi
sikuen secara regional di cekungam sumatra tengah untuk mendapatkan gambaran yang
lebih baik guna mencari peluang-peluang eksplorasi minyak baru. Tim yang dibentuk
meliputi; William C Dowson (ahli stratigrafi dari Texaco), Ukat Sukanta, (ahli stratigrafi
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
BP-Migas), Darwin Kadar (ahli bistratigrafi IAGI), dan John B. Sangree (ahli stratigrafi
Sangree Exploration Inc).
Dalam laporan internal setebal 60 halaman, Yarmanto dkk, mempercayai bahwa
kerangka sedimentasi facies pada masa miosen awal di Cekungan Sumatra Tengah
dimulai dari non-marine (fluvial) menuju shallow marine (inner neritic) yang pada
sebahagian besarnya adalah berarsitektur Estuarin (Gambar-3 dan Gambar-4).
Gambar-3 Model stratigrafi sikuen dan sedimentasi facies yang diambil dari
sebuah sumur di selatan Cekungan Sumatra Tengah (yarmanto dkk, 1997)
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
C E N T R A L S U M A T R A B A S I N L IT H O C H R O N O S T R A T IG R A P H Y
T E C T O N IC S C H R O N O S T R A T IG R A P H Y
T IM E T IM E
M YBP STA N D AR D B IO SEQ UENCES M YBP
R E G IO N A L LO CAL SEQ
W EST EAST
S Y S T E M S E R IE S S T A G E FO R- N A-
AM NO
L A N D R E L . C H A N G E O F C O A S T A L O N L A P B A S IN
0 .8 0 .5 0 .0
BOUN DARY
0
AG E
0
Q U A R T E R - P L E IS T O - N 23
0 .8 M IN A S F O R M A T IO N M IN A S A L L U V IU M M IN A S F O R M A T IO N
M AJO R NARY CENE N 22
1 .6 5 1 .6
M A IN B A R IS A N C O N T R A C T IO N A L
P L IO C E N E
N 21 2 .4
U
T R A N S P R E S S IO N FO LD S & FAU LT S 3 .0
IN V E R S IO N + N 19 3 .8
B IO G E N IC
5 W R E N C H IN G
L
3 .5
M IS S IN IA N
N18
5 .5 5
5 .2 N 17
N N 11
6 .3
U P P E R 8 .2
N16
N N 10 PET AN I
NN9
10 AN D AM AN SEA 1 0 .2
N 15
N 14
NN8
1 0 .5
SB 8 SE QUENCE BOUN DARY
10
N E O G E N E
S P R E A D IN G N 13
NN7
( 1 0 .8 M Y ) W IN G F O O T M E M B E R
M ID D L E
NN6 1 2 .5
N12
P R O T O B A R IS A N N 11 1 3 .8
? ?
I O C E N E
U P L IF T P E N E T R A T IV E N10 SB 8
15 R IG H T - L A T E R A L 1 5.2 N9
NN5
1 5 .5 T E L IS A S H A L E CONDENSED SEQUENCE 15
S U B M A R IN E T E C T O N IS M N8
1 6 .2 ? ?
A L K A L IC 1 6 .5
DU RI SS "A "
V O L C A N IS M N7
NN4
1 7 .5 T E L IS A S H A L E "B " 1 7 .5 M A
SB 4
( 1 7 -1 5 M Y ) N6
NN3
? ? T E L IS A
SB 3
M
20 NN2 BEKASAP SS
LO W E R
2 .0
20
N5 2 .1
BANGKO SHALE BEKASAP
2 .2 S IN T O N G S S SB 2
NN1 BANG KO SH ALE M IN A S
T E R T I A R Y
SB 2A
DURI
DRAPE N4 M EN G G ALA SS BERUK M EN G G ALA
25 P A N E P L A N A T IO N
2 5 .5 2 5 .5
KUBU
H IG H S SB 1 2 5 .5 M A
KUANTAN
25
K IR I BENAR
H IG H P IN K PLATFO R M
F . L E V IP O L P A L Y N O L O G IC Z O N E
KOPAR
F L O R S C H U E T Z IA T R IL O B A T A &
U P P E R
? PLATFO R M
?
L IS T R IC F A U L T S w / R O T A T IO N A L B L O C K S
S Y N T E C T O N IC G R O W T H N O R M A L F A U L T S
L IB O
PLATFO RM S
B O U N D IN G F A U L T S w / R O L L O V E R S
BLU E
PEM ATANG
O L IG O C E N E
30 30
T R A N S T E N S IO N A L R IF T IN G
GROUP 30
F U L L & H A K F - G R AB E N S
UPPER
E X T R U S IO N O F S U N D A
M IN O R W R E N C H I N G
RED C A R M IN E
LO W E R
R O T A T IO N ( ? )
BEDS
P A L E O G E N E
ORANGE NORTH AM AN
35 K IR I
SEQ UENC ES 35
BROW N
36 COAL SH ALE BRO WN
ZONE
U P P E R
R E T IT R E P O R IT E S V A R IA B IL IS
3 9 .4 LO W E R
P A L Y N O L O G IC Z O N E
40 RED RED 40
E O C E N E
C O L L ID E S W IT H GAS
45 A S IA KAM PAR KANAN K IR I A M A N /B A L A M B E N G K A L IS 45
HC SOURCE TRO UG H TR O U G H TRO UG H TR O U G H
SEQUENCES BOUNDARY
J :\T L H -D r a ft in g \ t lh -0 0 1 6 .c v s
sistem pengendapan akan lebih baik jika dilakukan pada kondisi ketebalan lapisan itu
diendapkan.
Guna menambah resolusi distribusi sedimentasi secara lokal pada skala lapangan
minyak, sebaran data sumur akan ditambah dari lapangan minyak yang berskala besar
seperti Minas, Duri, Bangko dan sebagainya. Sumur-sumur dari lapangan yang berskala
besar ini, dipilih hanya beberapa sumur (4-12 sumur) yang akan tersebar merata
keseluruh lapangan.
6. DASAR TEORI
Log merupakan suatu gambaran terhadap kedalaman dari suatu perangkat kurva
yang mewakili parameter-parameter yang diukur secara menerus di dalam suatu sumur.
Adapun parameter-parameter yang bisa diukur adalah sifat kelistrikan (spontaneous
potensial), tahanan jenis batuan , daya hantar listrik , sifat keradioaktifan, dan sifat
meneruskan gelombang suara . Metode perekamannya dengan menggunakan cara
menurunkan suatu sonde atau peralatan kedasar lubang pemboran.
Jenis-jenis log yang sering digunakan :
C. Log Resistivitas
Ada dua tipe log yang digunakan untuk mengukur resistiviti formasi yaitu log induksi
dan log elektroda.
D. Log Densitas
Log Densitas merupakan suatu tipe log porositas yang mengukur densitas
elektron suatu formasi. Dalam evaluasi sumur log densitas berguna untuk :
Menentukan porositas
Identifikasi litologi
Identifikasi adanya kandungan gas
Mendeterminasi densitas hidrokarbon
E. Log Netron
Merupakan tipe log porositas yang mengukur konsentrasi ion hydrogen dalam
suatu formasi. Netron energi tinggi yang dihasilkan oleh suatu sumber kimia
ditembakkan kedalam formasi. Di dalam formasi, netron bertabrakan dengan atom-atom
penyusun formasi sebagai akibatnya netron kehilangan energinya.
Dalam penentuan pekerjaan evaluasi formasi, log netron berguna untuk :
Menentukan porositas
Log netron dapat mendeteksi porositas primer dan sekunder dalam formasi
lempung. Dalam formasi lempungan log netron juga mendeteksi kandungan
air dalam partikel- partikel sebagai porositas.
Identifikasi litologi
Litologi dapat diterminasi dengan menggunakan gabungan log densitas, log netron
dan log sonic dalam cross plot M-N atau MID.
Indentifikasi adanya gas
Adanya kandungan gas dalam suatu formasi dapat dilihat dengan gabungan antara
log netron dengan log densitas. Adanya gas ditunjukkan harga porositas densitas
yang jauh lebih besar daripada porositas netron.
F. Log Sonik
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
Merupakan suatu log porositas yang mengukur interval waktu lewat dari suatu
gelombang suatu suara kompresional untuk melalui satu feet formasi.
Dalam evaluasi formasi log sonic berguna untuk :
Menentukan porositas
Log sonic dapat mengukur harga kesarangan primer namun tidak dapat mengukur
porositas sekunder.
Identifikasi litologi
Litologi dapat dicerminkan dengan menggabungkan log sonic, netron, dan densitas
cross plot M-N atau MID.
Pada pekerjaan seismik cukup sederhana, dimana energi yang dihasilkan dari
sumber yang dipancarkan kedalam bumi sebagai gelombang seismik pada saat bertemu
dengan bidang pelapisan berfungsi sebagai reflektor dan akan kembali memantul ke
permukaan dan kemudian dideteksi oleh geophone yang terdapat dipermukaan bumi.
Ada jenis seismic ada 2 macam, yaitu :
1. Seismik bias ( refraction ), digunakan untuk penelitian yang dangkal (< 30 km).
2. Seismik pantul ( reflection ), digunakan untuk penelitian yang dalam (> 30 km).
SEISMIK FASIES
4. Seluruh garis seismik yang telah di-trace, harga two way line ( TWT ) yang
didapatkan diplot pada peta dasar seismik dan titik yang sama akan dihubungkan
untuk memberikan garis kontur.
STRATIGRAFI SEISMIK
Yaitu cabang dari stratigrafi yang mempelajari pola pengendapan berdasarkan data
seismik. Kenampakan-kenampakan yang dipakai dalam seismik stratigrafi adalah :
o Terminasi reflektor seismik : onlap, downlap, toplap, erosional truncation.
o Karakter reflektor seismik seperti : kontinuitas , flat, dipping, cliniform.
TIPE-TIPE SEKUEN
1. Tipe-1 sikuen :
Terdiri atas lowstand, trangresive, dan high stand system tracks. Dibatasi
dibawahnya oleh tipe-1 ketidakselarasan yang setara.
2. Tipe-2 sikuen :
Terdiri atas shelf margin, trangresive dan highstand system track. Dibatasi
dibawahnya oleh tipe-2 ketidakselarasan yang setara.
3. Tipe-3 ketidakselarasan :
Ketika terjadi penurunan muka air laut agak lambat atau sama dengan penurunan
dasar cekungan.
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
6. METODE PENELITIAN
Pendekatan masalah dilakukan secara diskriptif analitis dan dalam
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan data seismik, data sumur dan data paleontologi.
7. KONTRIBUSI PENELITIAN
Setelah disesuaikan dengan jadwal akedemik, maka waktu penelitian yang kami
rencanakan selama Empat (4) bulan terhitung mulai dari awal bulan Agustus s.d. akhir
November 2003 .
Rencana kerja yang diusulkan :
10. PEMBIMBING
Untuk pembimbing dilapangan diharapkan dapat disediakan oleh perusahaan,
sedangkan untuk pembimbing di kampus kami telah mendapatkan dari salah satu staf
pengajar pada Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Proposal Skripsi di PT. CALTEX Pasific Indonesia
11. PENUTUP
Kesempatan yang diberikan pada mahasiswa dalam melakukan skripsi ini akan
dapat membuka wawasan mahasiswa pada bidang teknologi geologi yang dipakai dalam
dunia perminyakan. Dan dalam kesempatan ini mahasiswa akan memanfaatkanya
semaksimal mungkin, serta hasil dari skripsi ini akan dibuat dalam bentuk laporan dan
akan dipresentasikan di perusahan terkait dan juga di universitas ( jurusan ).
12. LAMPIRAN
Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan, saya lampirkan beberapa
dokumen antara lain :
Surat pengantar kerja praktek dari Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Transkrip IP sementara
Daftar Riwayat Hidup (Curiculum Vitae)
Formulir TEA-1
4. Pirson and Sylvanian Joseph, 1983 “ Geologic Well Log Analysis”, Gulf
Publishing Company, Houston, Texas.
5. Wagoner J.C. van., Mitchum, RM., Campion, K.M., dan Rahmanian, v.D.,
1991, Siliciclastics sequence Stratigraphy in Well Logs, Core and Outcrops:
Concepts for High-Resolution Correlation of Time and Facies, AAPG
Methods in Series, No. 7, Telsa USA, p. 1-55.
6. Yarmanto, Dawson, W. C., Sukanta U., Kadar D., Sangree J. B., “Regional
Sequence Stratigraphic Correlation Central Sumatra”, unpblished interim
report, P. T. Caltex Pacific Indonesia, 1997
7. Wongsosantikno Abiratno., “Awal Miosen Duri Formation Sands, Central
Sumatra Basin”, IPA Annual Convention, 1976
8. Goovarets, Pierre., “Geostatistics for Natural Resources Evaluation”, Oxford
University Press, New York, 1997
9. Journel, A.G., “Geostatistics for Reservoir Characterization”, SPE,
September 1990.
10. Heidrick. T. L., Karsani Aulia, “A Structural and Tectonic Model of The
Coastal Plains Block, Central Sumatra Basin”, Indonesia, IPA Annual
Convention, 1993.
11. Eubank, Roger T. and Makki, A. Chaidar, “Structural Geology of the Central
Sumatra Back-Arc Basin”, IPA Annual Convention, 1981.