Styrene Production
Styrene Production
STYRENE
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1Latar Belakang
Perkembangan Industri sebagai bagian dari usaha ekonomi jangka panjang
diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih baik dan seimbang yaitu
struktur ekonomi dengan dititik-beratkan pada industri maju yang didukung oleh ekonomi
yang tangguh. Indonesia saat ini tengah memasuki era globalisasi dalam segala bidang
yang menuntut tangguhnya sektor industri dan bidang–bidang lain yang saling menunjang.
Hal ini tentunya memacu kita untuk lebih meningkatkan dalam melakukan terobosan-
terobosan baru sehingga produk yang dihasilkan mempunyai daya saing, efisien dan
efektif, disamping itu haruslah tetap akrab dan ramah terhadap lingkungan.
Menanggapi situasi tersebut dan dalam upaya untuk mengurangi
ketergantungan import produk petrokimia, pemerintah menetapkan peraturan yang
mendorong perkembangan industri tersebut. Sejalan dengan itu industri petrokimia di
Indonesia seperti industri Styrene Monomer, juga turut berkembang. Hal ini terutama
disebabkan oleh makin meningkatnya permintaan produk–produk plastik yang
menggunakan bahan dasar Styrene Monomer. Kegunaan utamanya adalah sebagai zat
antara untuk pembuatan senyawa kimia lainnya dan untuk memperkuat industri hilir
seperti :
1. Polystyrene (PS), industri ini merupakan konsumen terbesar Styrene Monomer
karena untuk menghasilkan 1 ton Polystyrene diperlukan 950 kg Styrene Monomer.
Kegunaannya untuk membuat general purpose polystyrene (HIPS).
2. Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), industri ini mengkonsumsi 600 kg Styrene
Monomer untuk menghasilkan 1 ton ABS. Kegunaannya untuk pembuatan plastik
keras bagi komponen mobil, gagang telpon, pipa plastik, dll.
3. Styrene Butadiena Latex (SBL), industri ini mengkonsumsi 550 kg Styrene
Monomer untuk menghasilkan 1 ton SBL .Kegunaannya untuk pembuatan pelapis
kertas dan pelapis karet.
4. Impact Polystyrene Rubber (IPR), industri auto mobil.
5. Styrene Butadiene Rubber (SBR), digunakan dalam industri ban, radiator, heater,
dan sebagainya.
Styrene Monomer adalah anggota dari kelompok aromatik monomer tak jenuh yang
mempunyai rumus molekul C6H5C2H5 dan mempunyai nama lain cinnomena. Teknologi
pembuatan Styrene Monomer pada mulanya kurang diminati sebab produk polimer yang
dihasilkan rapuh dan mudah patah, kemudian baru pada tahun 1937 pabrik Badische
Aniline Soda Fabrics (BASF) memperkenalkan terobosan baru dalam bidang teknologi
pembuatan Styrene Monomer dengan proses Dehidrogenasi dari bahan baku
Ethylbenzene. Keduanya memproduksi Styrene Monomer dengan kemurnian yang tinggi
yang dapat menjadi polimer yang stabil dan tidak berwarna.
Sejak perang dunia II Styrene Monomer menjadi sangat penting karena
kebutuhan akan karet sintetis semakin meningkat, sehingga dibuatlah produk Styrene
Monomer secara komersial dalam skala besar. Sejak itu produksi Styrene Monomer
menunjukkan peningkatan yang pesat dan karena kebutuhan akan Styrene Monomer terus
meningkat, maka dewasa ini semakin dikembangkan proses pembuatannya yang lebih
efisien dan modern. Oleh sebab itu akan sangat menguntungkan apabila saat ini
mendirikan pabrik Styrene Monomer.
Sampai akhir tahun 2003, di Indonesia baru terdapat satu buah pabrik yang
memproduksi Ethylbenzene sebagai bahan baku pembuatan Styrene Monomer, yaitu PT.
Styrindo Mono Indonesia (PT SMI) yang juga memproduksi Styrene Monomer dengan
kapasitas 340.000 ton/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan Ethylbenzene berasal dari PT
Styrindo Mono Indonesia (PT SMI).
Berdasarkan diskripsi diatas dilihat lebih jauh akan keuntungan pendirian pabrik
Styrene Monomer yaitu dari perbandingan harga bahan baku dan hasil produknya.
Menurut data diperoleh data harga bahan baku (Ethylbenzene) yaitu US$ 386/ton
sedangkan harga produk yang dihasilkan (Styrene Monomer) yaitu US$ 990/ton. Apabila
dilihat dari Nexant, total growth diperkirakan untuk styrene monomer di Indonesia sendiri
sebesar 6.2% dalam kurun waktu 2012-2018(estimate). Sehingga diperkirakan pada tahun
2018 di Indonesia adalah sebesar 126 ribu ton. Selain itu, kebutuhan styrene dunia
khususnya di Asia juga mengalami peningkatan sehingga potensi styrene untuk diekspor
sangatlah besar.
Tabel 1.1 Kebutuhan Styrene Indonesia
I.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui macam proses pembuatan styrene
2. Mengetahui reaksi yang terjadi dalam proses pembuatan styrene
3. Mengetahui rancangan proses kimia pada pembuatan styrene.
I.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah tersedianya informasi
mengenai pabrik styrene sebagai intermediet sehingga dapat menjadi referensi untuk
pendirian suatu pabrik styrene.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mp −94.949 ◦C
Flash point 15 ◦C
(Sumber : Ulmann.,2005)
b) Spesifikasi Styrene
Tabel 2.2 Spesifikasi Produk Styrene
Mr 104.153
bp 145.15 ◦C
fp −30.6 ◦C
Q value 1.0
e value 0.8
(Sumber :Ulmann.,2005)
II.2. Jenis Proses
1. Dehidrogenasi Ethylbenzene
Karena reaksi bersifat reversible dan mol produk lebih besar dari pada mol reaktan,
maka dalam reaksi digunakan tekanan rendah agar reaksi dapat bergeser kearah
produk.
a. Dehidrogenasi Adiabatis
Proses ini dikembangkan oleh Dow Chemical Coo. Dan Badger Company,Inc.
Hampir 75% plant menggunakan reaksi dehidrogenasi secara adiabatis dengan
multiple reaktor atau reaktor bed yang disusun seri.
(sumber : Ulmann.,2005)
b. Dehidrogenasi Isotermal
Proses ini dikembangkan oleh BASF. Reaktor dibangun seperti shell and tube
heat exchanger dimana ethylbenzene dan steam akan mengalir melalui tube yang
dipacking katalis. Panas reaksi disuplai dari flue gas pada shell. Perbandingan steam :
oil mass adalah 1 : 1 dengan temperatur steam lebih rendah dibandingkan
dehidrogenasi adibatis. Kekurangan dari proses ini adalah terbatasnya ukuran pada
reactor-exchanger, dimana sebuah single-train plant membutuhkan 150x10 3 t/a, yang
berarti membutuhkan investasi investasi besar untuk plant yang besar.
(Sumber: Ulmann.,2005)
Dengan pemanasan tidak langsung menggunakan flue gas, temperatur reaktor
dapat dijaga pada kisaran 580-610C,hasilnya thermal cracking dapat ditekan. Rasio
steam:ethylbenzene berkisar 0,6-0,9. Proses ini menghasilkan konversi dan selktifitas
tinggi.
Untuk meningkatkan yield dari MBA, maka ACP dihidrogenasi dalam fase
cair pada suhu 90 - 150 0C dan tekanan 8MPa dengan katalis ZnO dan CuO.
Dan tahap terakhir dari proses ini adalah dengan mendehidrasi MBA yang
telah diperoleh menjadi styrene pada suhu 250 0C dan tekanan rendah, dengan
bantuan katalis Al2O3.
(Sumber: Ulmann.,2005)
Walaupun proses ini juga dapat menghasilkan styrene, tetapi dibutuhkan
investasi modal dan juga biaya produksi yang tinggi dalam memproduksi styrene
dibanding proses konvensional yang ada. Namun hasil dari produk samping berupa
PO dapat menutup semuanya itu, dan secara keseluruhan operasi tetap menghasilkan
profit. Ada sekitar 15% industi styrene didunia yang menggunakan proses ini dalam
kegiatan produksinya.
3. Proses Pembuatan Styrene dari Butadiene
Proses ini merupakan proses pembuatan styrene dengan melakukan dimerisasi
pada 1,3-butadiene untuk membentuk 4-vinylcyclohexene-1 (VCH) pada kondisi
1400C dan tekanan 4MPa ataupun dengan batuan katalis nitrosyl halide – iron
complexes pada suhu 0 - 80 0C dan tekanan 0,1 - 1,30 MPa. VCH yang didapat ini
kemudian didehidrogenasi sehingga membentuk ethylbenzene, atau dapat secara
langsung melakukan dehidrogenasi secara oksidatif sehingga didapat styrene. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
Keuntungan dari proses ini adalah yield yang dihasilkan tinggi, proses
pemurnian yang sederhana, dan bahan baku C4 yang dapat diambil baik itu dari
naphtha - gas oil steam cracker ataupun dari butadiene yang telah dimurnikan terlabih
dahulu. Secara ekonomi proses ini memang belum menguntungkan, akan tetapi
mengingat ketersediaan dan harga dari butadiene dimasa datang maka proses ini tetap
memungkinkan untuk dilakukan.
Keuntungan dari proses ini terletak pada bahan baku toluene yang mudah
didapat dan harganya relatif murah, serta sifat bahan dari toluene yang tidak beracun.
Akan tetapi biaya untuk memproduksi styrene dari bahan baku toluene relatif mahal.
II.3 Analisa Kelebihan dan Kelamahan Proses
Proses
Dehidrogenasi Dehidrogenasi Stryrene dari Styrene dari
NO Keterangan Oksidasi
Adibatis Isotermal Butadiene Toluene
Propylene
Toluene :
Butadiene :
Ethylbenzene : Ethylbenzene: Propylene : murah,tidak
1. Bahan Baku mahal,mudah
Stabil (+) Stabil (+) Stabil (+) beracun dan
terbakar( -)
mudah didapat (+)
2. Proses Sederhana (+) Sederhana (+) Kompleks (-) Kompleks (-) Belum komersial (-)
Titanium,
nitrosyl halide –
5. Katalis Fe2O3 (+) Fe2O3 (+) ZnO, CuO, Molybdenum
iron complexes
Al2O3 (-)
1. Lummus/UOP Classic SM TM
Proses Lummus/UOP Classic SMTM merupakan plant komersial pertama yang banyak
dipakai sejak 1972. Proses ini dimulai dengan memasukan bahan baku ethylbenzene
yang telah dicampur dengan steam ke dalam reaktor dehidrogenasi. Hasil keluaran
dari reaktor dehidrogenasi ini nantinya akan dikondensasi, kemudian dipisahkan
sehingga didapat gas, kondensat, dan campuran dehidrogenasi. Gas yang didapat ini
ternayata kaya akan hidrogen, sehingga dapat digunakan kembali sebagai bahan
bakar. Kemudian pada kondensat yang diperoleh juga perlu dilakukan proses
pemisahan untuk menghilangkan senyawa organik yang terkandung didalamnya, hal
ini bertujuan agar kondensat dapat dijual lagi ataupun digunakan dalam pabrik
pembuatan styrene. Dan yang terakhir adalah melakukan proses separasi pada
campuran dehidrogenasi dengan empat kolom destilasi. Hasil dari proses pemisahan
ini berupa ethylbenzene (yang tidak terkonversi) yang nantinya dapat direcycle,
styrene, benzene, dan toluene.
BAB III
METODE SINTESA PRODUK
Reaksi utama pembuatan styrene adri ethybenzene bersifat reversible dan endoterm :
Dengan adanya katalis reaksi memiliki yield yang tinggi. Berdasarkan reaksi fase gas
diatas membentuk 2 mol produk dari 1 mol reaktan. Tekanan rendah akan mengarahkan
reaksi ke produk. Seacara kinetika dan termodinamika kenaikan suhu akan meningkatkan
produk, namun menyebabkan reaksi samping yang akan mengurangi selektifitas styrene.
Hasil samping yang dihasilkan reaktor adalah benzene dan toluene. Pembentukan
toluene menyebabkan penurunan yield terbesar sekitar 2% dari produksi styrene ketika
katalis dengan selektifitas tinggi digunakan.
Secara komersial reaktor beroperasi pada suhu 620°C dengan tekanan rendah, dengan
C6H5CH3
konversi 50-70 wt% dan yield 88-95mol%. Rasio Ethylbenzene : steam adalah sebsar
1:3. Katalis yang sering digunakan adalah Shell 105 yang mengandung 84.3%
Fe2O3,2.4% Cr2O3, dan 13.3% K2CO3. Hasil keluar reaktor berupa styrene, sisa
etylbenzene, toluene, dan benzene.Ethylbenzene dari tangki akan dipompa meunuju
mixer. Di dalam mixer terjadi pencampuran dengan recycle ethylbenzene hasil distilasi.
Selanjutnya, reaktan Ethylbenzene bercampur dengan steam yang masuk kedalam
reaktor. Hasil keluar reaktor mengandung styrene, toluene, benzene, dan sisa
ethylbenzene yang selanjutnya akan dipisahkan dengan distilasi. Dalam proses distilasi
akan dipisahkan antara styrene, toluene, benzene, dan ethylbenzene. Styrene, toluene,
dan benzene hasil distilasi akan ditampung dalam storage tank, sedangkan ethylbenzene
akan direcycle.
Steam
Dehydrogenation
C6H6
Dari proses dehidrgenasi yang dilakukan maka akan didapat crude styrene dengan
komposisi sebagai berikut:
Senyawa Boiling point (0C) Konsentrasi
Benzene 80 1%
Toluene 110 2%
Ethylbenzene 136 32%
Styrene 145 64%
Others - 1%
1. Reaktor Dehidrogenasi
Reaktor yang digunakan adalah fixed bed adibatic non isthermal. Reaktor
beroperasi pada suhu 630 C dan tekanan 1,5 atm. Katalis yang dunakan adalah
Shell 105. Katalis yang digunakan umumnya berumur 18-24 bulan (Kirk
Othmer.,1983).
2. Preheater
Pada proses pembuatan styrene terdapat 2 preheater. Preheater I berfungsi
menaikkan suhu umpan sebelum masuk vaporizer hingga mencapai titik didihnya
yaitu sebesar 155°C. Preheater II berfungsi untuk menaikkan suhu campuran
produk sebelum masuk kolom distilasi hingga mencapai 152°C. Pre heater yang
digunakan memiliki tipe shell and tube.
3. Vaporizer
Vaporizer berfungsi untuk menguapkan umpan yang akan masuk reaktor. Hal ini
dikarenakan reaktan bereaksi pada fase gas. Pengupan terjadi pada suhu 155°C.
4. Pompa
Pompa berfungsi untuk memindahkan bahan baku ethylbenzene dari tangki menuju
mixel. Pompa yang digunakan berjenis pompa sentifugal.
5. Kolom Distilasi
Distilasi digunakan untuk memisahkan styrene dari campuran ethylbenzene-
benzene-toluene. Kolom yang digunakan berjenis tray tower dengan jumlah plate
aktual 29 buah. Umpan masuk pada suhu 426°K dan tekanan 1,3 atm. Kondisi atas
kolom memiliki suhu 402°K dan tekanan 1,1 atm, sedangkan kondisi bawah kolom
memiliki suhu 431 °K dan tekanan 1,4 atm.
6. Kondesor
Kondensor berfungsi untuk mengembunkan hasil atas menara distilasi . Kondensor
yang digunakan adalah horisontal kondensor.
7. Reboiler
Reboiler berfungsi untuk menguapkan hasil bawah menara
BAB IV
HEURISTICS for PROCESS SYNTHESIS
Gambar 4.4 Alternatif Perubahan Fasa, dan Peningkatan Suhu, serta Tekanan
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
3. Reaksi berlangsung dalam reaktor adiabatis non isothermal pada suhu 620°C dan
tekanan 1,5 atm.
V.2 Saran
1. Spesifikasi bahan baku dipenuhi agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
spesifikasi.
Kirk Othmer. 1983. “Encylopedia of Chemical Technology”. 4th ed., vol 22, Interscience
Publication. Joh Wiley and Sons.
Santoso,Budi and Gunawan. 2005. “Pra rancangan Pabrik Styrene dengan Proses
Lummus/UOP Classic SM Kapasitas 140.000 ton/tahun”. Semarang