Anda di halaman 1dari 99

PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN

PEREKONOMIAN DI INDONESIA: Pendekatan


Social Accounting Matrix (SAM)

ASTRID DAMARIN NUR ALIAH

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Sektor


Pariwisata Dalam Pembangunan Perekonomian di Indonesia: Pendekatan Social
Accounting Matrix (SAM) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya
melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Astrid Damarin Nur Aliah


NIM H44120089
ABSTRAK
ASTRID DAMARIN NUR ALIAH, Peran Sektor Pariwisata Dalam
Pembangunan Perekonomian Di Indonesia: Pendekatan Social Accounting Matrix
(SAM). Dibimbing oleh ADI HADIANTO.
Kontribusi sektor pariwisata secara internasional maupun nasional
memperlihatkan prospek ekonomi yang positif. Peran pemerintah berupa regulasi
dan kebijakan dalam upaya pengembangan pariwisata pada rencana pembangunan
perekonomian di Indonesia ,yaitu RPJMN 2015-2019, memperlihatkan bahwa
pemerintah sudah menyadari akan besarnya manfaat yang diberikan oleh sektor
pariwisata. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis peran
sektor pariwisata terhadap perekonomian di Indonesia dan dampak sasaran
pembangunan pariwisata terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan
sektor produksi dengan pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Hasil
analisis menunjukkan bahwa sektor pariwisata berperan penting dalam
perekonomian di Indonesia secara keseluruhan. Upaya peningkatan konsumsi
wisatawan mancanegara memberikan dampak peningkatan pendapatan nasional
lebih besar dibandingkan dampak peningkatan konsumsi wisatawan nusantara.
Hasil analisis juga menunjukkan pencapaian target pembangunan pariwisata lebih
mengarah pada pengembangan tenaga kerja pertanian, rumah tangga pertanian
dan sektor hotel.

Kata kunci: Efek pengganda, pariwisata, pendapatan, sistem neraca sosial


ekonomi.

ABSTRACT
ASTRID DAMARIN NUR ALIAH, The Role of Tourism Sector in Economic
Development of Indonesia: Social Accounting Matrix (SAM) Approach.
Supervised by ADI HADIANTO.
The contributions of tourism sector are indicated to have positive prospect
on economy both internationally and nationally. The government's policies and
regulations designed to increase tourism flows are aiming to stimulate national
development, which is already strategized in RPJMN 2015-2019. It obviously
shows that government has already aware of the potential impact in tourism
development. The objectives of this study are to analyze the role of tourism sector
in economic development of Indonesia and to analyze the impact of tourism
development targets on factorial, institution, and economy sectors incomes
through Social Accounting Matrix (SAM). The result shows that tourism sector
has important role in Indonesian economy. It also shows that increase in
consumption of foreign tourist will have greater impact on national income than
the increase in consumption of domestic tourist. The aggregate of the tourism
development targets are pointing to expand agriculture labor, agriculture
household income, and hotel sector.

Key words: Incomes, multiplier effect, social accounting matrix, tourism.


PERAN SEKTOR PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN
PEREKONOMIAN DI INDONESIA: Pendekatan Social
Accounting Matrix (SAM)

ASTRID DAMARIN NUR ALIAH

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 hingga Juni 2016 ini ialah Peran Sektor
Pariwisata Dalam Pembangunan Perekonomian di Indonesia: Pendekatan Social
Accounting Matrix (SAM). Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada:
1. Orang tua tercinta, Harry Nuranto dan Ning Aliah, adik Reina Rosa Nuraliah
dan Muhammad Arief Wicaksono Nuranto serta seluruh keluarga atas segala
doa dan dukungannya yang diberikan kepada penulis.
2. Bapak Adi Hadianto, SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi serta Ibu Dian
Panjaitan, SE, M.Si dan Khairunnisa, SE yang telah memberikan arahan dan
saran selama penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Ir. Ujang Sehabudin, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Fitria
Dewi Raswastie, SP, M.Si selaku dosen penguji dari perwakilan departemen
yang telah memberikan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi Syam, M.Si selaku dosen pembimbing
akademik selama menjalani perkuliahan.
5. Keluarga besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB,
khususnya teman-teman ESL 49 atas kebersamaannya.
6. Staf Pegawai Kementerian Pariwisata dan Badan Pusat Statistik yang telah
membantu selama pengumpulan data.
7. Semua member Neo Culture Technology dan Girls Generation yang selalu
menghibur dan menemani.
8. Para sahabat Nur Halimah, Ajeng Octaviany, Allisha Ratu, dan rekan-rekan
Tempat Tobat. Sahabat Pentagon Magnievent Dwi Oktapiyah, Indri Ratnasari,
Tabhita Talentaningtyas, dan Nisa Awanis. Rekan satu bimbingan Ditaviana,
Rahayu, Dewi Bunga Sari, Linda Ligawati, Desi Dwi Cahyani, dan Fitri
Pratiwi atas segala kekuatan, kekompakan, dan kebersamaan.
9. Rekan Organisasi REESA ESL Kabinet Biru Muda, khususnya para pimpinan
organisasi atas dukungannya dan rekan tersayang Divisi Internal Development
2015 yaitu Rd Noer Assyifa, Fachryan Muhaimin, Rena Indriatmi, Oktavia
Tirta, Ricky Andrianto, Maisa Mardiarasari, Devita Nurvidya, dan Ilman
Muttaqin.

Bogor, Agustus 2016

Astrid Damarin Nur Aliah


NIM. H44120089
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
1.4 Ruang Lingkup Penelitian........................................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 9
2.1 Tinjauan Teoritis ...................................................................................... 9
2.1.1 Kepariwisataan ............................................................................... 9
2.1.2 Peran Pariwisata dalam Perekonomian .......................................... 10
2.1.3 Komponen Pendapatan Nasional ................................................... 12
2.1.4 Faktor dan Karakteristik yang Mempengaruhi Permintaan
Pariwisata ...................................................................................... 13
2.1.5 Faktor dan Karakteristik yang Mempengaruhi Penawaran
Pariwisata ...................................................................................... 15
2.1.6 Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Upah dan
Gaji ................................................................................................ 16
2.1.7 Kebijakan terkait Pariwisata di Indonesia ...................................... 17
2.1.8 Sistem Neraca Sosial Ekonomi ...................................................... 18
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN......................................................................... 27
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................... 27
3.1.1 Analisis Pengganda Neraca ............................................................ 29
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................ 31
IV. METODE PENELITIAN ............................................................................. 33
4.1 Jenis dan Sumber data .............................................................................. 33
4.2 Metode Analisis Data ............................................................................... 33
4.2.1 Analisis Pengganda SNSE ............................................................. 33
4.2.2 Analisis Simulasi Kebijakan .......................................................... 35
4.3 Asumsi dan Keterbatasan Model ............................................................. 39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 41
5.1 Peran Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Indonesia ..................... 41
5.1.1 Analisis Pengganda Nilai Tambah (VAM) ................................. 41
5.1.2 Analisis Pengganda Institusi ....................................................... 44
5.1.3 Analisis Pengganda Produksi ...................................................... 46
5.1.4 Analisis Pengganda Total............................................................ 48
5.1.5 Keterkaitan Sektor Pariwisata terhadap Sektor-Sektor
Perekonomian Lainnya ............................................................... 50
5.2 Dampak Simulasi Pada Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan
Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi .................................... 53
5.2.1 Dampak Peningkatan PDB Sektor Pariwisata terhadap
Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi ...... 53
5.2.2 Dampak Peningkatan Peningkatan Wisatawan Mancanegara
terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan
Sektor Produksi ........................................................................... 57
5.2.3 Dampak Peningkatan Wisatawan Nusantara terhadap
Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi ...... 61
VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 65
6.1 Simpulan ................................................................................................ 65
6.2 Saran ...................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 67
LAMPIRAN ........................................................................................................... 71
DAFTAR RIWAYAT ............................................................................................ 83
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1 Jumlah Perjalanan dan Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Di Indonesia
Tahun 2010-2014............................................................................................... 2
2 PDB Pariwisata terhadap PDB Nasional Tahun 2010-2013 ............................. 2
3 Penerimaan Devisa Menurut Jenis Komoditas di Indonesia
Tahun 2010-2014............................................................................................... 3
4 PDB Sektor Pariwisata dalam Sektor Ekonomi Tahun 2011-2014 ................... 4
5 Struktur Social Accounting Matrix .................................................................... 20
6 Penelitian Terdahulu Tentang Sistem Neraca Sosial Ekonomi dan Sektor
Pariwisata .......................................................................................................... 23
7 Kerangka dasar dan arti hubungan antar neraca dalam SNSE .......................... 29
8 Alokasi Injeksi Simulasi Peningkatan PDB Pariwisata Menurut Sektor
Produksi SNSE .................................................................................................. 37
9 Alokasi Injeksi Simulasi Peningkatan Wisatawan Mancanegara Sesuai
Jenis Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Pada Neraca SNSE ..................... 38
10 Alokasi Injeksi Simulasi Peningkatan Wisatawan Nusantara Sesuai
Jenis Pengeluatran Wisatawan Nusantara Pada Neraca SNSE ......................... 39
11 Pengganda Nilai Tambah Berdasarkan SNSE 2008 .......................................... 42
12 Pengganda Institusi Berdasarkan SNSE 2008 ................................................... 45
13 Pengganda Produksi Berdasarkan SNSE 2008.................................................. 47
14 Pengganda Total Berdasarkan SNSE 2008 ....................................................... 49
15 Keterkaitan Sektor Pariwisata terhadap Sektor Perekonomian Lainnya
Berdasarkan SNSE 2008 ................................................................................... 52
16 Dampak Peningkatan PDB Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Faktor
Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi............................................................ 56
17 Dampak Peningkatan PDB Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Faktor
Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi............................................................ 60
18 Dampak Peningkatan PDB Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Faktor
Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi............................................................ 63
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 32
2. Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Sumber Pendapatan .............................. 54

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1 Klasifikasi dan Agregasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2008
(105x105) ......................................................................................................... 72
2 Neraca Agregasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi 2008 (miliar Rupiah).......... 73
3 Matriks Multiplier ............................................................................................ 76
4 Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Menurut Produk Barang
dan Jasa yang dikonsumsi Tahun 2013 ............................................................ 78
5 Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara Menurut Produk Barang dan
Jasa yang dikonsumsi Tahun 2013................................................................... 78
6 Hasil Simulasi Peningkatan Kontribusi PDB Sektor Pariwisata terhadap
PDB Nasional (miliar Rupiah) ......................................................................... 79
7 Hasil Simulasi Peningkatan Wisatawan Mancanegara di Sektor Pariwisata
(miliar Rupiah) ................................................................................................. 80
8 Hasil Simulasi Peningkatan Wisatawan Nusantara di Sektor Pariwisata
(miliar Rupiah) ................................................................................................. 81
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian di dunia


dalam beberapa dekade terakhir. Berbagai dampak positif, seperti pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan pendapatan ekspor, yang diperoleh dari kegiatan
pariwisata, menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor ekonomi yang
mengalami pertumbuhan pesat di dunia. Pada tahun 2015, total kedatangan
internasional wisatawan di dunia mencapai 1 184 juta orang dengan peningkatan
jumlah kedatangan wisatawan internasional sebesar 4.4 persen dari tahun 2014
atau bertambah sekitar 50 juta orang yang melakukan perjalanan wisata
internasional (United Nation World Tourism Organization, 2015). Peluang ini
telah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan bagi
berbagai negara di dunia.
Di Indonesia, pembangunan sektor pariwisata terus dilakukan dengan
mendayagunakan sumberdaya pariwisata yang ada untuk dimanfaatkan sebagai
sumber kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan. Perkembangan yang pesat dari
komponen-komponen pariwisata yang berperan dalam membangun berbagai
kegiatan pariwisata, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Beberapa
komponen ekonomi pariwisata yang mempengaruhi pendapatan nasional
diantaranya pengeluaran wisatawan nusantara pengeluaran wisatawan
mancanegara, investasi dari pemerintah atau swasta di sektor pariwisata,
pengeluaran promosi pariwisata, dan pengeluaran usaha bidang pariwisata
(Hermawan, 2012).
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi, pariwisata
nasional, baik fasilitas wisata maupun destinasi wisata nasional, terus mengalami
perkembangan. Wisatawan dari berbagai daerah dan negara dapat memperoleh
informasi terkait pariwisata nasional dari berbagai event promosi yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dengan membawa brand pariwisata
Indonesia yaitu Wonderful Indonesia. Upaya ini dilakukan supaya dapat menarik
minat kunjungan dari para wisatawan untuk berwisata ke Indonesia. Pada tahun
2014, jumlah perjalanan wisatawan mancanegara mencapai 9.4 juta perjalanan
2

atau meningkat sebesar 2.4 juta perjalanan dari tahun 2010. Sedangkan, jumlah
perjalanan wisatawan nusantara mencapai 251.2 juta perjalanan pada tahun 2014
atau meningkat sebesar 7 823 ribu perjalanan dari tahun 2010 (Kementerian
Pariwisata, 2014). Jumlah perjalanan dan rata-rata pengeluaran wisatawan di
Indonesia tahun 2010-2014 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah Perjalanan dan Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan di Indonesia
Tahun 2010-2014
Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara
Rata-rata Rata-rata
Jumlah Jumlah
Tahun pengeluaran/ pengeluaran/
perjalanan perjalanan
perjalanan perjalanan
(juta) (juta)
(USD) (ribu Rupiah)
2010 7.0 1 085.75 243.377 150.41
2011 7.6 1 118.26 236.752 160.89
2012 8.0 1 133.81 245.290 172.85
2013 8.8 1 142.24 250.036 711.26
2014 9.4 1 183.42 251.200 851.68
Sumber: Kementerian Pariwisata, 2014

Berdasarkan Tabel 1, terlihat pada tahun 2010-2014 wisatawan


mancanegara maupun wisatawan nusantara yang melakukan kegiatan wisata di
Indonesia, mengalami peningkatan. Hal ini mempengaruhi rata-rata pengeluaran
kunjungan wisatawan yang juga mengalami peningkatan pada tahun 2010-2014.
Peningkatan jumlah wisatawan ini membawa dampak positif pada kinerja sektor
pariwisata dalam menyumbang pendapatan negara yang terlihat pada perolehan
PDB nasional. Menurut Kementerian Pariwisata (2014), kontribusi PDB
pariwisata terhadap PDB nasional tahun 2011-2014 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 PDB Pariwisata terhadap PDB Nasional Tahun 2010-2013
Tahun 2011 2012 2013 2014*

PDB Pariwisata (triliun 296.97 326.24 365.02 391.48


Rupiah)
PDB Nasional (triliun 7 427.09 8 241.86 9 083.97 9 765.27
Rupiah)
Kontribusi Pariwisata (%) 4.00 3.96 4.02 4.01
Keterangan: *) Angka sementara
Sumber: Kementerian Pariwisata, 2014

PDB pariwisata dari tahun 2011-2014, mengalami peningkatan hingga


mencapai Rp 391.48 triliun pada tahun 2014. Dari peningkatan PDB pariwisata
3

tersebut, kontribusi PDB pariwisata terhadap PDB nasional dari tahun 2011-2014
telah mencapai rata-rata empat persen. Hal ini memperlihatkan bahwa sektor
pariwisata di Indonesia memperlihatkan perkembangan yang baik dilihat dari
dampak ekonomi yang disumbangkan pada PDB nasional.
Peningkatan kunjungan wisatawan ke Indonesia membuat sektor pariwisata
dalam negeri mampu berperan dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber
penerimaan negara yang diperoleh dari konsumsi wisatawan selama melakukan
kunjungan ke daerah tujuan wisata di Indonesia (Singagerda, 2014). Potensi
wisata ini dikembangkan dan dimanfaatkan oleh pemerintah untuk memperoleh
devisa negara. Dari komoditas-komoditas ekspor terbesar di Indonesia pada tahun
2010-2014, pariwisata menghasilkan devisa dengan rata-rata 9.299,79 juta USD.
Pada tahun 2014, nilai ekspor pariwisata sebesar 11 166.13 juta USD menempati
posisi keempat setelah komoditas minyak dan gas bumi, batu bara, dan minyak
kelapa sawit. Devisa negara yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata tersedia
pada Tabel 3.
Tabel 3 Penerimaan Devisa Menurut Jenis Komoditas di Indonesia Tahun 2010
2014
Nilai (juta USD)
No. Jenis Komoditas
2010 2011 2012 2013 2014
1 Minyak & gas 28 039. 60 41 477.10 36 977.00 32 633.20 30 318.80
bumi
2 Batu bara 18 499.30 27 221.80 26 166.30 24 501.40 20 819.30
3 Minyak kelapa 13 468. 97 17 261.30 18 845.00 15 839.10 17 464.90
sawit
4 Karet olahan 9 314.97 14 258.20 10 394.50 9 316.60 7 021.70
5 Pariwisata 7 603.45 8 554.39 9 120.85 10 054.15 11 166.13
6 Pakaian jadi 6 598.11 7 801.50 7 304.70 7 501.00 7 450.90
7 Alat listrik 6 337.50 7 364.30 6 481.90 6 418.60 6 259.10
8 Tekstil 4 721.77 5 563.30 5 278.10 5 293.60 5 379.70
9 Kertas dan barang 4 241.79 4 214.40 3 972.00 3 802.20 3 780.00
dari kertas
10 Makanan olahan 3 620.86 4 802.10 5 135.60 5 434.80 6 468.80
11 Bahan kimia 3 381.85 4 630.00 3 636.30 3 501.60 3 853.70
12 Kayu olahan 2 870.49 3 288.90 3 337.70 3 514.50 3 914.10
Sumber: Kementerian Pariwisata, 2016a

Penanganan pariwisata perlu melibatkan berbagai sektor ekonomi, baik


sektor yang berkaitan langsung dengan pariwisata seperti hotel dan restoran
4

maupun sektor yang tidak berkaitan langsung dengan sektor pariwisata namun
permintaannya berasal dari pariwisata (Kementerian Pariwisata, 2014). Menurut
Spillane (1994) dalam Singagerda (2014), adanya permintaan pariwisata yang
terbentuk dari konsumsi maupun investasi menimbulkan permintaan barang dan
jasa pariwisata (tourism final demand) dari pasar barang dan jasa sektor ekonomi
lainnya. Selanjutnya, final demand pariwisata secara tidak langsung menimbulkan
permintaan akan barang modal dan bahan baku (investment derived demand)
untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa
tersebut. Kegiatan konsumsi pariwisata secara langsung oleh wisatawan
memperlihatkan bahwa pariwisata berada pada posisi hilir yang dimana jika
terdapat upaya pengembangan padanya dapat menarik output-output dari sektor-
sektor hulunya (Kusumastuti, 2014). Hubungan sektor-sektor lain dalam
menunjang kegiatan pariwisata dapat dilihat dari kontribusi PDB sektor ekonomi
terhadap PDB pariwisata tahun 2011-2014 yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 PDB Sektor Pariwisata dalam Sektor Ekonomi Tahun 2011-2014
PDB Pariwisata (miliar Rupiah)
No. Sektor Ekonomi 2011 2012 2013 2014*
1 Pertanian 30 467.3 32 512.3 36 391.1 39 029.26
2 Pertambangan &
14 938.5 16 347.0 18 304.8 19 631.84
penggalian
3 Industri 75 562.4 84 191.0 94 091.1 100 921.19
4 Listrik, gas, dan air 1 757.2 1 930.3 2 119.3 2 272.99
5 Konstruksi 32 990.8 35 369.3 37 020.7 39 704.52
6 Perdagangan 18 192.0 19 640.6 21 671.8 23 242.94
7 Restoran 26 409.0 24 904.6 26 375.7 28 287.84
8 Hotel 24 320.4 30 023.3 36 894.3 39 568.96
9 Angkutan darat 17 576.1 21 898.1 25 471.4 27 260.03
10 Angkutan air 3 050.0 3 142.6 2 021.5 2 168.01
11 Angkutan udara 14 771.9 14 529.9 17 502.6 18 771.47
12 Jasa penunjang angkutan 5 696.2 6 090.3 6 891.5 7 391.09
13 Komunikasi 6 144.4 7 202.6 7 743.3 8 304.7
14 Jasa lainnya 25 092.3 28 458.5 32 579.8 34 941.63
Total PDB Pariwisata 296 986.5 326 240.7 365 025.0 391 487.45
Keterangan: *) Angka Sementara
Sumber: Kementerian Pariwisata, 2014

Dari Tabel 4, sektor industri merupakan sektor yang menghasilkan PDB


terbesar bagi sektor pariwisata mencapai Rp 100 921.19 miliar pada tahun 2014.
Sektor lainnya yang berkontribusi besar pada PDB pariwisata pada tahun 2011-
5

2014 setelah sektor industri adalah sektor konstruksi, pertanian, hotel, dan
restoran. Hal ini memperlihatkan bahwa sektor pariwisata pada dasarnya tidak
dapat secara mandiri menyediakan segala keperluan barang dan jasa untuk
menunjang kegiatan pariwisata dan merupakan pasar yang baik bagi berbagai
sektor ekonomi.
Peranan sektor pariwisata ini penting dikembangkan dalam upaya
pertumbuhan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara nasional.
Pembangunan sektor pariwisata ini perlu kerjasama dari berbagai pihak, termasuk
pemerintah, stakeholders, dan masyarakat secara luas, dalam menjaga kualitas
jasa yang ditawarkan. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019, strategis pembangunan nasional salah satu
prioritasnya yaitu pembangunan sektor unggulan, yang termasuk didalamnya
adalah sektor pariwisata. Hal tersebut didukung oleh kebijakan pembangunan
pariwisata sesuai arah Kebijakan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata
Nasional (Ripparnas) 2010-2015 yaitu dengan pengembangan destinasi wisata,
pemasaran pariwisata, industri pariwisata, dan kelembagaan pariwisata (Teguh
dan Avenzora, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, pengembangan sektor pariwisata, yang
merupakan salah satu sektor unggulan pembangunan nasional dipandang sebagai
strategi pembangunan yang sesuai dengan potensi sumberdaya di Indonesia.
Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019,
pengembangan sektor pariwisata ditujukan untuk memanfaatkan sumberdaya
alam yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia sehingga dapat mendorong
perekonomian nasional melalui kontribusi pendapatan berbagai pelaku serta
sektor ekonomi di Indonesia. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka penelitian
peran sektor pariwisata dalam perekonomian di Indonesia ini penting untuk
dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Pariwisata, sebagai suatu aktivitas, telah menjadi bagian penting bagi


masyarakat maju hingga masyarakat kecil (Damanik dan Weber, 2006). Berbagai
negara di dunia, termasuk Indonesia, telah menaruh minat dalam mengembangkan
6

sektor pariwisata yang dapat berperan sebagai katalisator penggerak


perekonomian negara (Yoeti, 2006). Berdasarkan laporan tahunan yang
dikeluarkan oleh United Nation World Tourism Organization (2015), rata-rata
pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara pada destinasi wisata
internasional mencapai 4 persen sejak tahun 2010. Hal ini memperlihatkan
performa sektor pariwisata dunia sangat baik dilihat dari jumlah kedatangan
wisatawan yang terus meningkat.
Berdasarkan Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4, sektor pariwisata di Indonesia
telah membuktikan kontribusinya terhadap perdagangan nasional maupun
internasional untuk menunjang perekonomian nasional. Semakin pesat arus
pariwisata dapat memberikan berbagai manfaat ekonomi bagi negara tujuan
wisata terutama bagi pendapatan negara, penyerapan tenaga kerja, dan
perdagangan luar negeri (Pavlìc et al, 2013). Manfaat dari adanya pariwisata ini
tidak hanya dirasakan oleh sektor pariwisata saja tetapi dapat berdampak baik
pada perekonomian secara luas, maka perlu adanya komitmen yang kuat dari
berbagai pihak supaya sektor pariwisata dapat memberikan kontribusi yang
berarti. Peran pemerintah berupa dukungan anggaran, infrastruktur, regulasi, dan
kebijakan lainnya dapat mendorong akselerasi pembangunan sektor pariwisata
(Dewan Perwakilan Rakyat, 2015).
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-
2019, pemerintah telah mencanangkan bahwa dalam upaya mendorong
perekonomian nasional akan dilakukan pembangunan sektor unggulan yaitu
sektor pariwisata. Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
penghidupan yang berkelanjutan, pemerintah telah menyusun arah kebijakan dan
strategi dengan melakukan pengembangan sektor unggulan termasuk sektor
pariwisata serta memanfaatkan potensi lokal melalui peningkatan produk
unggulan untuk meningkatkan pendapatan penduduk, pengembangan potensi
lokal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat kurang mampu, pengembangan
sektor pertaian, dan peningkatan kerjasama dunia usaha dan perguruan tinggi
untuk meningkatkan akses kepada sumber penghidupan yang layak (Badan
Pengawas Keuangan Dan Pembanguan, 2015). Adanya upaya pembangunan
pariwisata dalam RPJMN 2015-2019 memperlihatkan bahwa pemerintah sudah
7

menyadari akan besarnya manfaat yang diberikan dari pemanfaatan sektor


pariwisata.
Pada tahun 2019, untuk mendukung upaya pembangunan sektor pariwisata,
pemerintah telah menetapkan beberapa sasaran pembangunan pariwisata
diantaranya kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional mencapai 8
persen, 275 juta perjalanan wisatawan nusantara, 20 juta wisatawan mancanegara,
dan perolehan devisa sebesar Rp 260 triliun. Dalam menunjang perekonomian
nasional, sektor pariwisata tidak hanya diharapkan dapat meningkatkan
penerimaan devisa negara dan pendapatan nasional saja tetapi juga berperan
dalam perolehan pendapatan masyarakat sehingga tercapai kesejahteraan
masyarakat. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah yang akan
dianalisis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana peran sektor pariwisata dalam perekonomian di Indonesia?
2. Seberapa besar dampak terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan
sektor produksi, jika terjadi peningkatan Produk Domestik Bruto di sektor
pariwisata?
3. Seberapa besar dampak terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan
sektor produksi, jika terjadi peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara
dan wisatawan nusantara di sektor pariwisata?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Menghitung besarnya multiplier nilai tambah, institusi, produksi, dan total
multiplier untuk menganalisis peranan sektor pariwisata terhadap
perekonomian Indonesia.
2. Menganalisis dampak peningkatan Produk Domestik Bruto di sektor
pariwisata terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor
produksi di Indonesia.
3. Menganalisis dampak peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara dan
nusantara terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor
produksi di Indonesia.
8

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian akan menggunakan Tabel Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)
Indonesia 2008 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011. Tabel
SNSE 2008 adalah tabel SNSE terakhir yang dipublikasikan oleh BPS. Karena belum
terdapat perbaharuan pada Tabel SNSE hingga tahun 2016, dapat dikatakan bahwa Tabel
SNSE 2008 masih relevan untuk dianalisis. Data pendukung adalah data-data terbarukan
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pariwisata. Fokus dalam
penelitian ini adalah sektor pariwisata di Indonesia. Kajian peranan sektor pariwisata
dalam perekonomian di Indonesia menggunakan pendekatan SNSE, yang meliputi:
dampak multiplier atau pengganda pada faktor produksi, institusi, dan sektor produksi.
Injeksi pada sektor pariwisata didasarkan pada RPJMN 2015-2019 dan ketersediaan data
sekunder yang diperoleh dari Kementerian Pariwisata dan Badan Pusat Statistik. Simulasi
kebijakan yang akan dianalisis berupa dampaknya terhadap pendapatan yang disesuaikan
dengan klasifikasi neraca dalam SNSE yang telah diagregasi.
9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pariwisata

Pariwisata merupakan kegiatan yang dapat dipahami dari banyak


pendekatan (Ismayanti, 2010). Dalam Undang-undang RI nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan
pemerintah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi dan multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan,
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, daerah, dan
pengusaha.
Menurut World Tourism Organization (1999) dalam Ismayanti (2010), pariwisata
dijelaskan sebagai berikut.
1. Pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan
perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan
kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung dalam jangka waktu tidak
lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan bersenang-senang,
bisnis, dan lainnya.
2. Wisatawan merupakan pengunjung yang menginap atau pengunjung yang
tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam diakomodasi umum atau
pribadi. Pelaku/pelawat/pelancong/pemudik/traveler adalah istilah yang
diberikan bagi seseorang yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke
10

tempat lain. Jika ia melakukan perjalanan untuk tujuan wisata, maka


dihitung sebagai pengunjung dalam statistik pariwisata.

2.1.2 Peran Pariwisata dalam Perekonomian

Potensi alam dan budaya yang dimiliki negara-negara berkembang dapat


dijadikan modal pengembangan pariwisata di negaranya sehingga dapat
dikembangkan sebagai aktivitas perekonomian. Sebagai industri jasa, pariwisata
berperan penting dalam kebijakan berkenaan kesempatan kerja karena alasan
semakin mendesaknya tuntutan kesempatan kerja tetap seiring dengan
meningkatnya wisata dimasa yang akan datang (Spillane, 1994). Dari sisi
permintaan dampak industri pariwisata menyusup ke berbagai kegiatan
perekonomian dan menyebar secara pesat melalui beragam industri terkait.
Dampak ekonomi itu mencakup spektrum kebijakan yang luas, menyangkut
kesempatan berusaha, kesempatan kerja, transportasi, akomodasi, prasarana,
pengembangan wilayah, perpajakan, perdagangan, dan lingkungan. Industri
pariwisata, secara khusus dikatakan sangat efektif dalam mendukung usaha kecil
dan penciptaan kesempatan kerja untuk kalangan usia muda serta menyebarkan
peluang kesempatan kerja, baik dalam ruang lingkup regional, nasional, maupun
internasional (Yoeti, 2008).
Dengan demikian, industri pariwisata dapat memainkan peran sebagai
katalis penting bagi pembangunan wilayah. Bagian terbesar dari prasarana yang
dibutuhkan industri ini, seperti halnya jalan, bandara, telekomunikasi,
memberikan sumbangan langsung bagi pembangunan perekonomian pada
umumnya, dimana industri pariwisata itu dikembangkan. Kedatangan wisatawan
mancanegara atau nusantara merupakan sumber penerimaan bagi daerah atau
negara, baik dalam bentuk devisa atau penerimaan pajak dan retribusi lainnya, di
samping dapat meningkatkan kesempatan kerja. Dalam kebijaksanaan tahun
1980-an dimana industri pariwisata ditetapkan sebagai sektor prioritas dalam
bidang ekonomi bagi penerimaan devisa dan pembukaan lapangan kerja,
Indonesia telah mengambil posisi kebijakasanaan strategis mendahului
kabanyakan pesaing Indonesia di forum internasional. Untuk menggali potensi
industri pariwisata di Indonesia secara efektif untuk bersinergi secara menyeluruh
11

di tingkat nasional, mencakup semua pihak terkait dikembangkan tanpa


penundaan lebih lanjut, meliputi semua sub-sektor utama dalam industri
pariwisata seperti: kalangan pengembangan kawasan wisata, industri perhotelan,
sistem transportasi wisata (terutama maskapai penerbangan), jasa biro perjalanan
wisata, pemasaran dan promosi, dan pengembangan sumberdaya manusia (Yoeti,
2008).
Menurut Prof. Dr. Salah Wahab dalam bukunya Tourism Management
(1976:12) dalam Ismayanti (2010) mengatakan:
“It is an important factor of economic development, as it motivates the
development of several sectors on the national economy.”
Pariwisata merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara,
karena mendorong perkembangan beberapa sektor perekonomian nasional (Yoeti,
2008), misalnya:
a) Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunnya prasarana
dan sarana demi pengembangan pariwisata, sehingga memungkinkan
orang-orang melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat
lainnya, baik dalam satu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan
internasional sekali pun.
b) Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata
seperti misalnya: transportasi, akomodasi, yang akhirnya akan menciptakan
permintaan baru seperti: trasportasi wisatawan dan perlengkapan hotel.
c) Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan
restoran, seperti sayur, buah-buahan, bunga, telur, daging, dan lainnya
karena semakin banyaknya orang yang melakukan perjalanan wisata.
d) Meningkatkan permintaan terhadap souvenir, kerajinan tangan, dan lain-
lain.
e) Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia
internasional termasuk makanan dan minuman, seperti: Ukiran Jepara,
Patung Bali, Batik Pekalongan, atau Sate Madura.
f) Meningkatkan perolehan devisa negara sehingga dapat mengurangi beban
defisit neraca pembayaran.
12

g) Memberikan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan


penerimaan pajak bagi pemerintah, dan peningkatan pendapatan nasional.
h) Mempercepat perputaran perekonomian pada negara penerima kunjungan
wisatawan.
i) Dampak pengganda yang ditimbulkan dari pengeluaran wisatawan,
sehingga memberi dampak positif bagi pertumbuhan daerah tujuan wisata
yang dikunjungi wisatawan.
Dalam negara berkembang, pendapatan nasional sering digunakan untuk tolak
ukur keberhasilan pembangunan nasional (Yoeti, 2008). Dalam ekonomi
pariwisata, pendapatan nasional dari sektor pariwisata dapat digambarkan dengan
persamaan sebagai berikut:
NI = (N × L × e ) × K
Keterangan:
NI : National Income (Pendapatan Nasional)
N : Number of Tourist visit the country in that year
L : Average Length of stay in days
e : Average of tourist expenditure per tourist per day
K : Coefficient of Multiplier (diperoleh dari hasil penelitian)

2.1.3 Komponen Pendapatan Nasional

Menurut teori makroekonomi, pendapatan nasional (Y) terdiri dari beberapa


komponen pengeluaran yaitu:
a) Konsumsi (C)
b) Investasi (I)
c) Pembelian pemerintah (G)
d) Ekspor neto (NX)
Sehingga diperoleh persamaan,
Y = C + I + G + NX
Pendapatan nasional atau PDB adalah jumlah konsumsi, investasi, pembelian
pemerintah, dan ekspor bersih.
Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang dibeli rumah tangga konsumsi
dibagi menjadi tiga subkelompok yang terdiri dari barang tidak tahan lama,
13

barang tahan lama, dan jasa. Investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk
penggunaan masa depan. Invetasi terbagi menjadi tiga subkelompok yaitu
investasi tetap bisnis, invetasi tetap residensial, dan invetasi persediaan.
Pembelian pemerintah adalah barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah pusat,
negara bagian, dan daerah. Kelompok ini meliputi peralatan militer, jalan layang,
dan jasa yang diberikan pegawai pemerintah. Ekspor bersih memperhitungkan
perdagangan dengan negara lain (Mankiw, 2007).

2.1.4 Faktor dan Karakteristik yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata

Pengertian permintaan dalam ilmu ekonomi yang lebih umum, dapat


diartikan sebagai keinginan seseorang (konsumen) terhadap barang-barang
tertentu yang diperlukan atau diinginkannya. Namun dalam praktiknya, pengertian
permintaan seperti ini menunjukkan adanya permintaan atas sejumlah barang
yang diikuti dengan kekuatan membeli. Dengan kata lain, permintaan dapat
diartikan sebagai hubungan fungsional yang menunjukkan jumlah barang yang
akan dibeli dengan harga tertentu pada waktu tertentu (Yoeti, 2008).
Permintaan dalam pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk
yang berbeda bukan saja dalam hal sifat, akan tetapi juga manfaat dan
kebutuhannya bagi wisatawan (Yoeti, 2008). Permintaan untuk layanan wisata
seperti informasi, persiapan perjalanan, transportasi, akomodasi, dan lainnya
hanya merupakan alat atau instrumen untuk mencapai kepuasan dalam
memperoleh apa yang disebut free goods seperti keindahan alam, cuaca, taman
nasional yang merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu
daerah tujuan wisata tertentu. Dari sudut pandang wisatawan, semua unsur
permintaan, mulai dari free goods sampai tourist services untuk memperolehnya
harus dengan jalan membeli atau mengeluarkan uang. Semua unsur permintaan
wisatawan saling melengkapi dan mempunyai kaitan erat sekali, nilai dan
kegunaannya tidak hanya ditentukan oleh kualitas dasarnya saja, tetapi juga oleh
tersedia atau tidak tersedianya unsur-unsur lainnya yang dibutuhkan wisatawan
untuk melengkapi kebutuhan dalam perjalanan wisata yang dilakukannya (Yoeti,
2006).
14

Permintaan dalam kepariwisataan dapat dibagi atas dua, yaitu potential


demand dan actual demand. Yang dimaksud dengan potential demand adalah
sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata (karena
memiliki cukup waktu luang dan tabungan yang relatif cukup). Sedangkan actual
demand adalah orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah
tujuan wisata tertentu. Kedua permintaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang terbagi menjadi dua seperti uraian berikut (Yoeti, 2008):
a) Faktor Umum Permintaan Pariwisata
Secara umum, permintaan terhadap barang dan jasa pariwisata banyak
tergantung oleh kekuatan untuk membeli, struktur demografi dan tren,
faktor sosial dan kultur, motivasi perjalanan dan budaya lokal, dan
kesempatan perjalanan dan biaya perjalanan.
b) Faktor Khusus Permintaan Pariwisata
Faktor-faktor yang akan menentukan permintaan khusus terhadap daerah
tujuan wisata tertentu yang akan dikunjungi biasanya ditentukan oleh
harga, daya tarik wisata, kemudahan-kemudahan dalam berwisata
(accessibilities), layanan sebelum kunjungan dan informasi, dan citra
destinasi wisata.
Karakteristik permintaan perjalanan pariwisata diantaranya seperti dijelaskan
sebagai berikut (Yoeti, 2006):
1. Elastisitas
Permintaan pariwisata sangat elastis, artinya permintaan itu menunjukkan
elastisitas langsung dengan besarnya pendapatan disatu sisi dan biaya
perjalanan disisi yang lain sehingga dapat diketahui korelasi antara suatu
peningkatan harga dengan turunnya permintaan melakukan perjalanan
wisata dan sebaliknya. Permintaan wisata lebih elastis terutama pada
daerah tujuan wisata yang favorit dan daerah tujuan wisata yang masih baru
daripada daerah tujuan wisata yang kurang favorit.
2. Sensitivitas
Permintaan pariwisata sangat sensitif dengan keadaan sosial, politik, dan
keamanan negara yang akan dikunjungi. Hal ini sangat logis, karena seperti
kita ketahui wisatawan itu merupakan orang yang akan melakukan
15

perjalanan untuk mencari kesenangan sehingga apabila terdapat sesuatu


yang mengancam jiwa maka dapat mengakibatkan seseorang untuk
mengundurkan diri untuk melakukan perjalalan wisata ke daerah tujuan
wisata tersebut.
3. Musiman
Permintaan pariwisata juga ditentukan oleh musim ramai (peak season) dan
musim sepi (off season). Musim ramai terjadi pada hari-hari libur sekolah
atau libur akhir tahun seperti Natal dan Tahun Baru. Pada musim ramai
permintaan maningkat dari hari-hari biasanya.
4. Ekspansi
Kecenderungan peningkatan wisatawan dalam melakukan perjalanan
wisata dipengaruhi oleh kemajuan teknologi seperti teknologi penerbangan,
informasi, komunikasi, bertambahnya waktu luang atau semakin singkatnya
waktu kerja, dan semakin meningkatnya kesadaran terhadap lingkungan
hidup.

2.1.5 Faktor dan Karakteristik yang Mempengaruhi Penawaran Pariwisata

Dalam ilmu ekonomi, penawaran diartikan sejumlah barang, produk, atau


komoditas yang tersedia dalam pasar yang siap untuk dijual kepada konsumen
yang membutuhkannya. Penawaran juga dapat diartikan sebagai sejumlah barang,
jasa, atau komoditas yang tersedia di pasar dengan harga tertentu pada suatu
waktu tertentu. Pengertian penawaran dalam pariwisata meliputi semua macam
produk dan layanan/jasa yang dihasilkan oleh kelompok perusahaan pariwisata
sebagai pemasok, yang ditawarkan baik kepada wisatawan yang datang secara
langsung maupun yang membeli melalui Agen Perjalanan atau Biro Perjalanan
Lainnya. Termasuk dalam pengertian penawaran adalah semua bentuk daya tarik
wisata, semua bentuk kemudahan untuk memperlancar perjalanan, dan semua
bentuk fasilitas dan pelayanan yang tersedia pada suatu daerah tujuan wisata yang
dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan wisatawan selama mereka berkunjung
di daerah tujuan wisata tersebut (Yoeti, 2008). Menurut Salah Wahab (1977)
dalam Oka A. Yoeti (2008), komponen penawaran dalam pariwisata dapat
16

bersumber dari alam atau buatan atau kreasi manusia, yang dijelaskan sebagai
berikut:
1. Natural Amenities
Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah iklim,
pemandangan, flora, fauna, dan sumberdaya yang berkhasiat.
2. Man-made Supply
Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah sejarah, budaya,
religi, infrastruktur, fasilitas transportasi, superstructure, dan tata cara
hidup masyarakat.
3. Daya Tarik Wisata
Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah kekayaan alam,
bangunan dengan arsitektur yang menarik, dan budaya lokal.
4. Fasilitas Pelayanan di daerah Tujuan Wisata
Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah akomodasi,
restoran, bar, kafe, transportasi pada daerah tujuan wisata, fasilitas olah
raga dan aktivitas lainnya, dan pedagang eceran.
5. Aksesibilitas
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pelayanan visa kunjungan,
tersedianya penerbangan langsung, prasarana industri pariwisata, pelayanan
imigrasi dan bea cukai, serta pelayanan informasi pariwisata.

2.1.6 Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Upah dan Gaji

Aktivitas pariwisata dipercaya akan menciptakan lapangan pekerjaan, yang


selanjutnya akan menciptakan upah/gaji berupa balas jasa pekerja. Secara konsep
upah dan gaji adalah balas jasa yang diterima oleh pekerja yang didasarkan pada
latar belakang (background) pendidikan, kemampuan (skill), kompetensi
pekerjaan maupun sektor usahanya. Dalam memproduksi barang dan jasa, faktor
tenaga kerja merupakan bagian penting dari proses produksi disamping barang
modal dan teknologi. Tingkat upah dapat pula mencerminkan pendapatan yang
diterima oleh masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi perekonomian
nasional melalui konsumsi (Kementerian Pariwisata, 2013). Dengan kata lain,
17

pada saat perekonomian mengalami pertumbuhan, pendapatan total pekerja dan


pendapatan total pemilik modal juga mengalami pertumbuhan (Mankiw, 2007).

2.1.7 Kebijakan terkait Pariwisata di Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009


tentang kepariwisataan, kekayaan alam Indonesia perlu dimanfaatkan secara
optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan nasional, memperluas dan memeratakan kesempatan
berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan
dan mendayagunakan daya tarik wisata, dan destinasi di Indonesia serta memupuk
rasa cinta tanah air dan mempercepat persahabatan antar bangsa (Teguh dan
Avenzora, 2013).
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025,
semua sektor pembangunan di Indonesia harus menerapkan prinsip pembangunan
keberlanjutan termasuk sektor pariwisata. Upaya penerapan prinsip pembangunan
keberlanjutan ini semata-mata dilakukan untuk alasan supaya kegiatan ekonomi di
Indonesia mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
pertumbuhan ekonomi nasional melalui sektor pariwisata. Untuk menjamin
terlaksananya pariwisata yang berkelanjutan, telah dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Kepariwisataan Nasional RI No.50 Tahun 2011 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) Tahun 2010-2025.
Dalam Ripparrnas ditegaskan lima hal utama untuk mengarahkan pembangunan
kepariwisataan yaitu: (1) berdasarkan prinsip pembangunan kepariwisataan yang
berkelanjutan, (2) dengan orientasi pada upaya peningkatan pertumbuhan,
peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta pelestarian
lingkungan, (3) dengan tata kelola yang baik, (4) secara terpadu, lintas sektor,
lintas daerah, dan lintas pelaku, (5) dengan mendorong kemitraan sektor publik
dan privat (Teguh dan Avenzora, 2013). Pembangunan sektor pariwisata yang
dimaksud dalam kebijakan tersebut mencakup beberapa program yaitu:
1. Pengembangan destinasi pariwisata: perwilayahan pembangunan destinasi
pariwisata nasional, pembangunan daya tarik wisata, pembangunan
aksesibilitas pariwisata, pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan
18

fasilitas pariwisata, pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan, dan


pengembangan investasi di bidang pariwisata.
2. Pengembangan industri pariwisata: penguatan struktur industri pariwisata,
peningkatan daya saing produk pariwisata, pengembangan kemitraan usaha
pariwisata, penciptaan kredibilitas bisnis, dan pengembangan tanggung
jawab terhadap lingkungan.
3. Pengembangan pemasaran pariwisata: pengembangan pasar wisatawan,
pengembangan citra pariwisata, pengembangan kemitraan pemasaran
pariwisata, dan pengembangan promosi pariwisata.
4. Pengembangan kelembagaan kepariwisataan: penguatan organisasi
kepariwisataan, pembangunan sumberdaya manusia pariwisata, dan
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.
Dalam menunjang tercapainya tujuan pembangunan pariwisata yang
tercantum dalam RIPPARNAS 2010-2025, pemerintah memutuskan dalam
RPJMN 2015-2019, sasaran-sasaran pembangunan pariwisata untuk
meningkatkan daya saing pariwisata. Uraian sasaran pembangunan pariwisata
diantaranya yaitu kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional mencapai 8
persen, 20 juta wisatawan mancanegara, 275 juta perjalanan wisatawan nusantara,
dan perolehan devisa sebesar Rp 260 triliun (Badan Pengawas Keuangan Dan
Pembanguan, 2015).

2.1.8 Sistem Neraca Sosial Ekonomi

Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix


(SAM) merupakan suatu sistem kerangka data yang disajikan dalam bentuk
matriks, yang memberikan gambaran mengenai kondisi ekonomi dan sosial
masyarakat dan keterkaitan antara keduanya secara komprehensif, konsisten dan
terintegrasi. SNSE sebagai suatu sistem kerangka data yang komprehensif dan
terintegrasi, mencakup berbagai data ekonomi dan sosial secara konsisten karena
menjamin keseimbangan transaksi dalam setiap neraca yang terdapat didalamnya.
SNSE juga bersifat modular karena dapat menghubungkan berbagai variabel
ekonomi dan sosial di dalamnya, sehingga keterkaitan antar variabel-variabel
tersebut dapat diperlihatkan dan dijelaskan (Badan Pusat Statistik, 2011).
19

Melalui penggunaan SNSE, kinerja ekonomi dan sosial suatu negara atau
provinsi, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional atau Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional, termasuk masalah-
masalah pendapatan, baik pendapatan rumah tangga maupun pendapatan faktorial,
dan juga pola pengeluaran rumah tangga, dapat ditelaah. Data SNSE
menggunakan kerangka keseimbangan umum, hal yang sama pada Tabel I-O.
Tetapi cakupan SNSE lebih luas dari Tabel I-O. Tabel I-O menyajikan informasi
mengenai pendapatan, konsumsi rumah tangga dan tenaga kerja tetapi secara
agregat sehingga perincian secara mendalam tidak dapat dilakukan. Selama ini
pendapatan dalam I-O hanya menurut sektor ekonomi, tidak menurut golongan
tenaga kerja/ rumah tangga. Jumlah tenaga kerja hanya dirinci menurut sektor
ekonomi tanpa merinci apakah tenaga kerja tersebut bekerja sebagai manajer, staf,
dan sebagainya (Daryanto dan Hafizrianda, 2010).
Sedangkan menurut Sadoulet dan de Janvry (1995), mengatakan bahwa
model SAM ini sesungguhnya merupakan perluasan dari model I-O. Dengan
demikian ruang lingkup pemotretannya jauh lebih luas dan terperinci
dibandingkan dengan model I-O. Yang dipaparkan dalam model I-O, hanyalah
arus transaksi ekonomi dari sektor produksi ke sektor faktor-faktor produksi,
rumah tangga, pemerintah, perusahaan, dan luar negeri, sedangkan dalam SAM
hal tersebut di disagregasikan berdasarkan tingkat pendapatan atau kombinasi
dari tingkat pendapatan dan lokasi pemukiman, dan seterusnya. Di samping itu
dalam model SAM dapat dimasukkan beberapa variabel makroekonomi, seperti
pajak, subsidi, modal, dan sebagainya, sehingga model SAM dapat
menggambarkan seluruh transaksi makroekonomi, sektoral, dan institusi secara
utuh dalam sebuah neraca. Keunggulan lain dari model SAM dibanding model
I-O adalah bahwa model SAM mampu menggambarkan arus pendapatan dalam
perekonomian (Daryanto dan Hafizrianda, 2010).
Menurut Sadoulet dan de Janvry (1995), ada enam neraca dalam sebuah
matriks SAM yang lengkap yaitu; (1) aktivitas; (2) komoditas; (3) faktor-faktor
produksi; (4) institusi domestik yang terdiri dari rumah tangga, perusahaan, dan
pemerintah; (5) modal; dan (6) rest of the world. Struktur Social Accounting
Matrix dapat dilihat pada Tabel 7.
20

20
Tabel 5 Struktur Social Accounting Matrix
Pengeluaran
1 2 3 4 5 6
Penerimaan
Institusi Total
Komoditas Aktivitas Faktor Rest of the
Neraca capital
produksi produksi Rumah tangga Perusahaan Pemerintahan world (ROW)

1 Komoditas Penerimaan Konsumsi Konsumsi Investasi dan Penerimaan


Ekspor
antara rumah tangga pemerintah stok produk
2 Aktivitas Penjualan Penjualan
produksi domestic produksi
Nilai tambah Pendapatan
3 Faktor Penerimaan
faktor faktor dari luar
produksi faktor produksi
produksi negeri
Institusi
Keuntungan
Pendapatan
Rumah Transfer antar yang Transfer dari Pendapatan Transfer dari Pendapatan
tenaga kerja
tangga rumah tangga dibagikan ke pemerintah tenaga kerja luar negeri rumah tangga
4 dan lainnya
rumah tangga
Perusahaan Transfer ke Transfer dari Pendapatan
Surplus usaha Surplus usaha
perusahaan luar negeri perusahaan
Pemerintah Pajak Transfer dari Pendapatan
Pajak produksi Pajak langsung
langsung luar negeri pemerintahan
5 Neraca Tabungan Tabungan Tabungan Transfer Transfer kapital Pendapatan
capital rumah tangga perusahaan pemerintahan kapital dari luar negeri atas modal
Rest of the
6 Keseimbangan Penerimaan
world Impor
neraca kapital dari ROW
(ROW)

Total Penawaran Biaya Pembayaran Pengeluaran Pengeluaran Pengeluaran Pengeluaran ke


Total investasi
produksi produksi faktor produksi rumah tangga perusahaan pemerintah ROW

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011


21

Di samping itu, terdapat beberapa keuntungan lainnya dari penggunaan


SNSE sebagai alat analisis, seperti: 1) mampu menggambarkan struktur
perekonomian, keterkaitan antara aktivitas produksi, pendapatan, konsumsi
barang dan jasa, tabungan dan investasi serta perdagangan luar negeri. Ini artinya
SAM dapat menjelaskan keterkaitan antara permintaan, produksi dan pendapatan
di dalam suatu kawasan perekonomian wilayah; 2) dapat memberikan suatu
kerangka kerja yang bisa menyatukan dan meyajikan seluruh dana perekonomian
wilayah; 3) dapat dihitung multiplier perekonomian wilayah yang berguna untuk
mengukur dampak dari suatu aktivitas terhadap produksi, distribusi pedapatan,
dan permintaan yang menggambarkan struktur perekonomian (Daryanto dan
Hafizrianda, 2010).

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu terkait analisis Sistem Neraca Sosial


Ekonomi atau Social Accounting Matrix dan sektor pariwisata sudah banyak
dilakukan. Teridentifikasinya manfaat yang diperoleh dari adanya kegiatan
pariwisata mendorong adanya penelitian mengenai peranan sektor pariwisata.
Kegiatan pariwisata telah memberikan manfaat ekonomi diantaranya kontribusi
pada PDB, pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan mendorong peningkatan
kegiatan produksi sektor ekonomi lainnya. Dengan kata lain, adanya kegiatan
pariwisata ini dapat menunjang perekonomian pada suatu negara maupun daerah
(Sari, 2006; GÜL, 2013; Ujiani, 2006).
Kajian dengan SNSE dapat dilakukan untuk menganalisis dampak dari
suatu kegiatan ekonomi terhadap distribusi pendapatan baik tenaga kerja atau
rumah tangga dan juga terhadap aktivitas produksi sektor ekonomi. Penelitian
menggunakan metode Social Accounting Matrix telah dilakukan sebelumnya oleh
beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya oleh Meidianty (2015) dan Sarmila
(2013). Persamaan dengan penelitian ini yaitu alat analisis yang digunakan yaitu
SAM.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini
menggunakan data SNSE 2008 yang diterbitkan tahun 2011 untuk menganalisis
peran dari sektor pariwisata melalui analisis pengganda untuk mengetahui dampak
22

peran sektor pariwisata dalam pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor
produksi di Indonesia. Simulasi kebijakan berupa peningkatan PDB pada sektor
pariwisata dan konsumsi wisatawan mancanegara serta nusantara akan dikaji
untuk mengetahui dampaknya terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan
sektor produksi di Indonesia.
23

Tabel 6 Penelitian Terdahulu Tentang Sistem Neraca Sosial Ekonomi dan Sektor Pariwisata
No Penelitian dan Judul Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan
1. Nilam Anggar Sari (2006), 1. Menganalisis pendapatan pada 1. Metode deskriptif dan 1. Peningkatan pengeluaran wisatawan
Peranan sektor pariwisata faktor produksi , institusi, dan metode kualitatif. mancanegara pada tahun 2005
terhadap perekonomian sektor produksi akibat adanya 2. Pendekatan model SNSE menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
Indonesia; Suatu pendekatan perubahan pengeluaran 2003. pada nilai tambah faktor produksi, rumah
Sistem Neraca Sosial Ekonomi wisatawan mancanegara pada 3. Simulasi kebijakan dengan tangga, serta sektor produksi.
(SNSE). tahun 2005. model SNSE 2003 2. Peningkatan anggaran promosi sektor
2. Menganalisis pendapatan pada 4. Analisis efek pengganda dan pariwisata juga meningkatkan nilai
faktor produksi, institusi, dan pengganda neraca. tambah faktor produksi, pendapatan
sektor produksi akibat adanya rumah tangga, serta sektor produksi.
kebijakan peningkatan anggaran
promosi sektor pariwisata dalam
APBN.

2. Hasan GÜL (2013), Economic 1. Menganalisis dampak 1. Analisis Social Accounting 1. Skenario peningkatan permintaan
Impact Of An Increase In The peningkatan permintaan Matrix. pariwisata berdampak pada peningkatan
Foreign Tourism Receipts: A pariwisata terhadap sektor produksi berbagai industri, pendapatan
SAM-Based Income Multiplier pariwisata, industri lainnya, tenaga kerja, dan pendapatan rumah
Analysis For Turkey. penyerapan tenaga kerja, dan tangga.
pendapatan. 2. Dengan hasil skenario berikut dapat
memberikan dampak ekonomi yang baik
dalam rangka mencapai target pariwisata
yang tercantun pada Strategi Pariwisata di
Turki 2023.

3. Dwi Pangastuti Ujiani (2006), 1. Menganalisis peranan jasa 1. Analisis Tabel Input-Output 1. Berdasarkan total permintaan, peran jasa
Analisis Peranan Jasa pariwisata dan sektor Atas Dasar Harga Produsen. pariwisata dan sektor pendukungnya
Pariwisata dan Sektor pendukungnya dalam struktur dalam perekonomian Provinsi D.I
Pendukungnya dalam perekonomian propinsi Yogyakarta menduduki posisi paling
Perekonomian Propinsi Daerah D.I.Yogyakarta . penting dibandingkan sembilan sektor
Istimewa Yogyakarta 2. .Menganalisis dampak ekonomi lainnya.
penyebaran jasa pariwisata dan 2. Jasa pariwisata dan sektor

23
24

24
Tabel 6 Lanjutan
No Penelitian dan Judul Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan
(Analisis Input-Output) Sektor pendukungnya di pendukungnya mempunyai kemampuan
Propinsi D.I Yogyakarta yang kuat untuk menarik dan mendorong
terhadap sektor-sektor terhadap pertumbuhan output industri
perekonomian. hulu dan hilirnya, karena memiliki nilai
3. Menganalisis dampak ekonomi koefisien penyebaran dan kepekaan
yang ditimbulkan oleh jasa penyebaran yang lebih besar dari satu.
pariwisata dan sektor 3. Subsektor jasa pariwisata dan sektor
pendukungnya berdasarkan pendukungnya yang dapat dijadikan
efek multiplier terhadap sektor kunci adalah jasa hiburan,
output, pendapatan, dan tenaga rekreasi, dan kebudayaan swasta serta
kerja. restoran.
4. Mengidentifikasi sebsektor
yang dapat dijadikan sebagai
sektor prioritas.

4. Inong Ruchi Sarmila (2013), 1. Mengetahui dampak investasi 1. Pendekatan Keseimbangan 1. Tambahan pendapatan tenaga kerja
Peran investasi di sektor di sektor peternakan terhadap umum dalam Sistem Neraca tertinggi berdasarkan nilainya diperoleh
peternakan terhadap pendapatan tenaga kerja di Sosial Ekonomi 2008. oleh tenaga kerja pertanian bukan
seluruh sektor yang terkait penerima upah dan gaji di desa.
dengan peternakan. 2. Presentase tambahan perubahan
2. Mengetahui dampak investasi pendapatan ditunjukkan oleh tenaga
di sektor peternakan terhadap kerja kepemimpinan, profesial, dan
teknisi bukan penerima upah dan gaji di
desa dan tambahan terkecil oleh tenaga
kerja pertanian penerima upah dan gaji
di desa.
3. Jumlah penyerapan tenaga kerja paling-
besar terjadi di desa dan penyerapan
terkecil terjadi di kota.
25

Tabel 6 lanjutan
No Penelitian dan Judul Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan

5. Annisa Meidianty (2015), 1. Menganalisis peranan sektor 1. Analisis neraca SNSE 2008 1. Sektor tanaman pangan lebih berperan
Dampak peningkatan investasi di pertanian dan agroindustri dengan analisis pengganda dalam meningkatkan PDB dibanding
sektor pertanian dan agroindustri dalam perekonomian neraca dan analisis simulasi sektor lainnya.
Indonesia. kebijakan. 2. Sektor tanaman pangan berperan paling
terhadap pendapatan dan
2. Menganalisis dampak baik dalam meningkatkan pendapatan
penyerapan tenaga kerja. peningkatan investasi pada institusi.
sektor pertanian dan 3. Sektor restoran memberikan peningkatan
agroindustri terhadap pendapatan tertinggi pada sektor-sektor
pendapatan dan penyerapan produksi pada setiap injeksi Rp 1 miliar.
tenaga kerja 4. Secara keseluruhan sektor restoran
paling berperan dalam perekonomian
secara keseluruhan.
5. Peningkatan investasi pada sektor
pertanian dan agroindustri akan
meningkatkan pendapatan faktor
produksi, pendapatan institusi,
pendapatan sektor produksi dan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Tetapi peningkatan investasi pada sektor
pertanian dan agroindustri secara
bersamaan akan memberikan dampak
yang lebih besar dibandingkan
peningkatan investasi pada sektor
agroindustri saja.

25
26
27

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

SAM pada dasarnya merupakan sebuah matriks berbentuk bujursangkar


yang menggambarkan arus moneter dari berbagai transaksi ekonomi. Dimana
kolomnya menjelaskan pengeluaran (expenditure), sedangkan baris menunjukkan
penerimaan (receipt). Salah satu karakteristik yang fundamental dari SAM adalah
kemampuannya untuk menyajikan secara komprehensif dan konsisten mengenai
hubungan-hubungan ekonomi pada tingkatan produksi dan faktor-faktor, serta
institusi, yang terdiri dari pemerintahan, rumah tangga dan swasta (Daryanto dan
Hafizrianda, 2010).
Sedangkan kerangka dasar SNSE Indonesia berbentuk matriks dengan
ukuran 5x5, yang dibedakan menurut lajur baris dan lajur kolom. Kerangka dasar
dan arti hubungan antar neraca dalam SNSE disajikan pada Tabel 8. Lajur baris
(ke samping) menunjukkan penerimaan, sedangkan lajur kolom (ke bawah)
menunjukkan pengeluaran. Dalam kerangka SNSE terdapat lima neraca utama,
yaitu: 1. Neraca faktor produksi, 2. Neraca institusi, 3. Neraca sektor produksi, 4.
Neraca kapital, dan 5. Neraca luar negeri (rest of the world). Masing-masing
neraca tersebut yang berisikan berbagai transaksi menempati lajur baris dan lajur
kolom. Perpotongan antara suatu neraca dengan neraca yang lainnya memberikan
indikasi adanya interaksi antar pelaku beserta perilaku ekonominya, meskipun ada
sel-sel yang terisi dan ada yang tidak (Badan Pusat Statistik, 2011).
Neraca faktor produksi, termasuk didalamnya adalah tenaga kerja dan
modal. Dibaca secara baris, neraca ini memperlihatkan penerimaan-penerimaan
yang berasal dari upah dan sewa, selain itu juga menggambarkan pendapatan
remittance dan pendapatan modal. Sedangkan secara kolom menunjukkan adanya
revenue yang didistribusikan ke rumah tangga sebagai pendapatan tenaga kerja,
distribusi ke perusahaan setelah dikurangi pembayaran pemerintah.
Neraca institusi mencakup rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah.
Dalam hal ini rumah tangga akan didisagregasi kedalam kelompok-kelompok
sosial ekonomi yang saling berbeda tingkatannya. Penerimaan rumah tangga
antara lain datang dari pendapatan faktor-faktor produksi, berbagai macam
28

transfer seperti transfer pendapatan diantara rumah tangga itu sendiri, transfer
pendapatan pemerintah, dari perusahaan (biasanya berupa asuransi), atau dari luar
negeri. Sementara itu pengeluaran rumah tangga ditujukan untuk konsumsi
barang-barang dan pajak pendapatan, serta sebagian dimasukkan untuk saving
dalam neraca modal. Pada perusahaan, penerimaannya berasal dari keuntungan
yang diperoleh dan sebagian dari transfer, sedangkan pengeluarannya kepada
pembayaran pajak dan transfer. Untuk pemerintah, pengeluarannya berupa
subsidi, konsumsi, barang dan jasa, transfer ke rumah tangga dan perumahan.
Sebagian juga berupa saving. Disisi lain penerimaannya berasal dari pajak dan
transfer pendapatan dari luar negeri.
Neraca aktivitas atau sektor produksi merupakan neraca yang menjelaskan
tentang pembelian bahan-bahan mentah, barang-barang antara dan sewa untuk
memproduksi suatu komoditas. Dibaca secara kolom semua transaksi tersebut
merupakan pengeluaran yang meliputi permintaan antara, upah, sewa, value
added dari pajak. Sedangkan pada baris semua transaksi dianggap sebagai
penerimaan yang meliputi penjualan domestik, subsidi ekspor, dan penerimaan.
Neraca terskhir adalah neraca eksogen yang memuat neraca modal, dan
transaksi luar negeri atau rest of the world. Dalam neraca modal, dari sisi
penerimaan (secara baris) berupa pemasukan dalam bentuk tabungan rumah
tangga, swasta, dan pemerintah. Sementara dari sisi pengeluaran (secara kolom),
pada neraca komoditas berupa investasi. Transaksi antara domestik dengan luar
negeri juga dicatat dalam neraca terakhir yang memuat segala penerimaan yang
berhubungan dengan luar negeri yang datang dari ekspor, transfer pendapatan
institusi dari luar negeri, transfer pendapatan faktor-faktor produksi, dan
pemasukan modal dari luar negeri. Sedangkan, pengeluarannya berupa impor,
pembayaran faktor-faktor produksi dan transfer ke luar negeri. Jumlah
pengeluaran dan penerimaan pada masing-masing neraca haruslah sama. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam tabel SAM selalu terdapat keseimbangan dari masing-
masing neraca.
29

Tabel 7 Kerangka dasar dan arti hubungan antar neraca dalam SNSE

Pengeluaran Neraca Endogen Neraca


Total
Faktor Sektor Eksogen
Penerimaan Institusi
Produksi Produksi
Fator 0 0 Alokasi Pendapatan Distribusi
Produksi nilai tambah faktor faktor
ke faktor produksi produksi
produksi dari luar (Y1)
(T13) negeri
(X1)
Neraca Endogen

Institusi Alokasi Transfer 0 Transfer Distribusi


pendapatan antar dari luar pendapatan
faktor institusi negeri institusional
produksi ke (T22) (X2) (Y2)
institusi
(T21)
Sektor 0 Permintaan Permintaan Ekspor dan Total output
Produksi akhir antara investasi menurut
(T32) (T33) (X3) sektor
produksi
(Y3)
Neraca Eksogen Alokasi Tabungan Impor, Transfer Total
pendapatanfa pemerintah pajak tidak Lainnya penerimaan
ktor produksi swasta dan langsung neraca
ke luar rumah (L3) lainnya
negeri tangga (Y4)
(L1) (L2)
Total Distribusi Distribusi Total Pengeluar
pengeluara pengeluara input an lainnya
n faktor n (Y3) (Y4)
produksi institusiona
(Y1) l
(Y2)
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

3.1.1 Analisis Pengganda Neraca


Terdapat dua macam analisis multiplier dalam pengolahan model SAM,
yaitu accounting multiplier (pengganda neraca) dan fixed price multiplier
(pengganda harga tetap). Analisis pengganda neraca pada SAM kurang lebih sama
dengan analisis pengganda neraca pada model Input-Output yang meliputi own
multiplier, other linkage multiplier dan total multiplier. Sedangkan analisis
pengganda harga tetap digunakan untuk mengukur respons rumah tangga terhadap
perubahan neraca eksogen yang memperhitungkan expenditure propensity
(Daryanto dan Hafizrianda, 2010).
30

Analisis efek multiplier berguna untuk mengetahui efek perubahan neraca


eksogen sebesar 1 unit terhadap neraca endogen. Dari kerangka dasar SAM
tersebut, pendapatan dan pengeluaran neraca endogen dapat dirinci menjadi
(Daryanto dan Hafizrianda, 2010):

Pendapatan faktor produksi : Y1 = T13 + X1 (1)


Pendapatan institusi : Y2 = T21 + T22 + X2 (2)
Pendapatan kegiatan produksi : Y1 = T32 + T33 + X3 (3)
Pengeluaran faktor produksi : Y1 = T21 + L1 (4)
Pengeluaran institusi : Y2 = T22 + T32 + L2 (5)
Pengeluaran kegiatan produksi : Y3 = T13 + T33 + L3 (6)
Matriks SAM sederhana dapat dituliskan dengan persamaan umum sebagai
berikut :
Y=T+X (7)
dimana Y adalah pendapatan/pengeluaran, T adalah transaksi dan X adalah neraca
eksogen. Sedangkan matriks T dapat ditulis sebagai berikut :

𝑇= (8)

Matriks transaksi T menunjukkan adanya transaksi dalam lingkup yang lebih


sempit yaitu didalam neraca endogen seperti T13, T21, T32, dan transaksi dalam
neraca sendiri yaitu: T22, dan T33.
Jika besarnya kecenderungan rata-rata pengeluaran, Aij, dianggap sebagai
perbandingan antara pengeluaran sektor j untuk sektor ke-i dengan total
pengeluaran ke j (Yj), maka :
Aij = Tij / Yj (9)
dengan matriks Aij dapat disusun sebagai berikut :

𝐴𝑚 = (10)

Jika persamaan (1) dibagi dengan Y, maka :


31

Y/Y = T/Y + X/Y, karena A = T/Y maka


I = A + X/Y
(I - A) Y = X
Y = (I – A)-1 X
Y = Ma X (11)

Dimana Ma = (I – A)–1 merupakan matriks pengganda neraca.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Sektor pariwisata di Indonesia telah memberikan berbagai manfaat


ekonomi dalam menunjang perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan pada
kontribusi sektor pariwisata pada Produk Domestik Bruto, devisa negara, dan
mampu penyerap output dari sektor ekonomi lainnya. Namun, peluang pariwisata
di Indonesia belum memberikan kontribusi yang maksimal dalam perekonomian
di Indonesia. Dalam upaya pembangunan perekonomian nasional, pemerintah
menetapkan kebijakan pembangunan sektor unggulan dalam RPJMN 2010-2019,
yang termasuk didalamnya adalah sektor pariwisata. Berbagai sasaran
pembangunan pariwisata telah ditetapkan untuk menunjang pembangunan
pariwisata sesuai dengan rencana pembangunan pariwisata dalam Ripparnas tahun
2010-2025. Pembangunan pariwisata ini diharapkan dapat berdampak pada bagi
masyarakat secara keseluruhan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
nasional sesuai tujuan pembangunan nasional.
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan Sistem Neraca Sosial
Ekonomi (SNSE) untuk melihat peran sektor pariwisata dalam perekonomian di
Indonesia dengan menghitung nilai multiplier. Pendekatan SNSE digunakan untuk
melihat pengaruh sektor pariwsata dalam pendapatan dan penyerapan tenaga
kerja. Selain itu, digunakan juga untuk melihat dampak dari adanya peningkatan
kontribusi PDB sektor pariwisata dan peningkatan konsumsi wisatawan
mancanegara dan wisatawan nusantara terhadap pendapatan. Hasil analisis ini
diharapkan akan menjadi bahan studi dalam pembangunan sektor pariwisata di
Indonesia. Kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 1.
32

Kontribusi Sektor Pariwisata


- Pendapatan Wisatawan
- PDB nasional
- Devisa Negara
- Penyerap Output Sektor Ekonomi
Lainnya

Rencana Induk Pembangunan Pariwisata


Nasiona 2010-2025

Sasaran Pembangunan Sektor


Pariwisata pada RPJMN
2015-2019

Dampak
Peran sektor Dampak peningkatan peningkatan konsumsi
pariwisata dalam kontribusi PDB wisatawan
perekonomian Pariwisata mancanegara dan
Indonesia
wisatawan nusantara

Analisis Social Accounting


Matrix

Peran dan dampak sektor pariwisata dalam


pembangunan perekonomian nasional
terhadap distribusi pendapatan dalam
upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat

Gambar 1 Kerangka Pemikiran


33

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal
dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi tahun 2008 klasifikasi 105 neraca yang
kemudian diagregasi menjadi 28 neraca. Data sekunder lainnya yang dikumpulkan
meliputi data Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah perjalanan dan pengeluaran
wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, struktur pengeluaran
wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, dan PDB sektor pariwisata.
Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait, seperti data Badan Pusat
Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangan Nasional (Bappenas),
Kementerian Pariwisata, serta studi pustaka lainnya baik media cetak seperti
buku, skripsi, jurnal maupun media elektronik seperti situs internet.

4.2 Metode Analisis Data

Sesuai dengan kerangka pemikiran pada uraian sebelumnya, untuk


memberikan gambaran aktivitas perekonomian nasional di Indonesia untuk
menjawab tujuan-tujuan penelitian, maka dilakukan pendekatan Sistem Neraca
Sosial Ekonomi (SNSE). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif dan analisis kuantitatif berupa analisis multiplier (pengganda) SNSE.
Pengolahan data SNSE Indonesia menggunakan Software Microsoft Office Excel
2007. Melalui analisis SNSE terhadap data yang ada dengan menggunakan
perangkat lunak tersebut, kinerja ekonomi suatu negara, seperti Produk Domestik
Bruto (PDB) pada tingkat nasional, pendapatan rumah tangga, maupun
pendapatan faktorial, dan pola pengeluaran rumah tangga dapat ditelaah.

4.2.1 Analisis Pengganda SNSE

Analisis dalam penelitian ini menggunakan neraca SNSE berukuran 105 x


105 yang telah diagregasi menjadi neraca berukuran 28 x 28. Neraca SNSE 2008
secara keseluruhan terdiri dari 101 neraca endogen dan 4 neraca eksogen. Setelah
dilakukan agregasi, neraca endogen meliputi neraca faktor produksi (3 neraca),
neraca institusi (5 neraca), neraca sektor produksi (15 neraca), neraca margin
34

perdagangan dan margin pengangkutan. Sedangkan neraca eksogen terdiri dari


neraca kapital, pajak tidak langsung, subsidi dan luar negeri.
Dalam studi ini analisis pengganda yang digunakan adalah analisis
pengganda rata-rata (Ma). Melalui matrix multiplier Ma yang tercantum pada
persamaan 11 dapat dilakukan berbagai logaritma untuk memperoleh bermacam-
macam jenis multiplier ekonomi yang dapat dipakai untuk menggambarkan
seberapa besar hubungan antara aktivitas ekonomi dalam suatu perekonomian
secara keseluruhan. Multiplier yang dimaksud antara lain (Daryanto dan
Hafizrianda, 2010):
1. Value added multiplier (VAM) yaitu besaran multiplier yang menunjukan
berapa besar pengaruh dari suatu sektor dalam blok produksi terhadap
perubahan nilai tambah secara total dalam perekonomian. Nilai tambah ini
diperoleh dengan menjumlahkan koefisien matriks pengganda neraca pada
unsur yang termasuk dalam blok faktor produksi.
2. Induced Household Income Multiplier (IHIM) yaitu besaran multiplier
yang menunjukkan berapa besar pengaruh dari suatu sektor dalam blok
produksi terhadap perubahan pendapatan rumah tangga dalam blok
institusi. Pengganda pendapatan perusahaan atau Private Income
Multiplier (PIM) dan pengganda pendapatan pemerintah atau Government
Income Multiplier (GIM).
3. Production Multiplier (PROM) yaitu besaran multiplier yang menunjukkan
berapa besar pengaruh dari suatu sektor produksi terhadap perubahan
output perekonomian secara keseluruhan. Other Sector Linkage Multiplier
(OSLM) yaitu besaran multiplier yang menunjukkan berapa besar pengaruh
dari suatu sektor terhadap perubahan output di sektor-sektor lainnya dalam
blok produksi. Nilai pengganda produksi juga dapat mendeskripsikan nilai
own multiplier yang menunjukkan besaran pengaruh dari suatu sektor
terhadap perubahan output pada sektor itu sendiri.
4. Pengganda total atau Gross Output Multiplier (GOM) menunjukkan
pengaruh suatu sektor ekonomi terhadap output perekonomian secara
keseluruhan. Nilai pengganda total didapatkan dari penjumlahan nilai
pengganda nilai tambah, pengganda institusi dan pengganda produksi.
35

4.2.2 Analisis Simulasi Kebijakan

Angka pengganda neraca dari analisis pengganda digunakan untuk


melakukan analisis simulasi kebijakan sehingga diperoleh dampaknya berupa
presentasi perubahan pendapatan output sektoral, pendapatan faktorial, dan
pendapatan rumah tangga sebelum dan sesudah simulasi. Analisis simulasi
kebijakan menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau
Social Accounting Matrix (SAM) yang telah diagregasi. Klasifikasi neraca faktor
produksi diagregasikan ke dalam 3 neraca, yaitu (a) tenaga kerja pertanian, (b)
tenaga kerja non pertanian, dan (c) bukan tenaga kerja. Neraca institusi diagregasi
ke dalam 5 neraca, yaitu (a) rumah tangga pertanian, (b) non pertanian di desa, (c)
non pertanian di kota, (d) perusahaan, dan (e) pemerintah. Neraca sektor produksi
diklasifikasikan menjadi 15 neraca sektor yaitu (a) pertanian, (b) pertambangan
dan galian, (c) industri makanan, minuman, dan tembakau, (d) industri
pemintalan, tekstil, pakaian, dan kulit, (e) industri kayu dan barang dari kayu, (f)
industri kertas, percetakan, alat angkutan, dan barang dari logan, dan industri, (g)
industri kimia, hasil dari tanah liat, semen, (h) listrik, gas, air bersih, (i)
konstruksi, (j) perdagangan, (k) restoran, (l) perhotelan, (m) transportasi dan
komunikasi, (n) keuangan dan jasa perusahaan, (o) jasa-jasa.
Analisis utama dalam model SNSE adalah analisis pengganda yang dapat
dinyatakan dalam persamaan matriks sebagai berikut.
Y = Ma X (11)
dimana Ma = (I – A)-1 disebut sebagai matriks pengganda neraca (accounting
multiplier) dan (I – A)-1 disebut sebagai matriks kebalikan Leontief. Model
tersebut menjelaskan bahwa pendapatan neraca endogen (yaitu neraca faktor
produksi, neraca institusi, dan neraca sektor produksi) yang dinyatakan dalam
notasi T, akan berubah sebesar Ma unit akibat adanya perubahan neraca eksogen,
dinyatakan dalam notasi X sebesar satu unit. Besarnya Ma ditentukan oleh
besaran koefisien multiplier pada matriks (I – A)-1.
Kebijakan ekonomi dalam penelitian ini diarahkan pada sektor-sektor
pariwisata terkait dan mengkaji peran sektor pariwisata dalam pendapatan faktor
produksi, institusi, dan rumah tangga sebagai dampak dari tercapainya sasaran
pembangunan pariwisata pada RPJMN 2015-2019 dengan pengembangan
36

pariwisata yang berdasarkan pada Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Tahun


2010-2025. Analisis simulasi kebijakan yang akan dilakukan berupa peningkatan
PDB sektor pariwisata dan peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara dan
wisatawan nusantara. Simulasi berikut tidak mengikutsertakan neraca pemerintah
dalam neraca endogen, yang berarti pemerintah menjadi variabel eksogen atau
variabel yang mempengaruhi model. Secara rinci simulasi kebijakan sebagai
berikut.

1. Peningkatan Kontribusi Produk Domestik Bruto Sektor Pariwisata


Terhadap Produk Domestik Bruto Nasional
Dalam rangka pembangunan sektor unggulan dalam pembangunan
nasional, pemerintah telah menetapkan sasaran-sasaran pembangunan pariwisata
yang terangkum dalam RPJMN 2015-2019. Pada tahun 2014, PDB Pariwisata
mencapai Rp 391 480 miliar atau 4.01 % dari total PDB Nasional. Sesuai dengan
sasaran pembangunan pariwisata, pada tahun 2019 kontribusi pariwisata terhadap
PDB Nasional ditargetkan dapat mencapai 8 %. Dari target tersebut, diperlukan
peningkatan sebesar 3.99 % yang setara dengan Rp 389 634.273 miliar. Dalam
mencapai sasaran-sasaran pembangunan pariwisata tersebut, pemerintah
menetapkan strategis pembangunan pariwisata sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Kepariwisataan Nasional RI No.50 Tahun 2011 tentang Ripparnas
Tahun 2010-2025.
Neraca yang disimulasikan pada bagian ini berupa sektor produksi.
Alokasi nilai simulasi peningkatan PDB pariwisata pada sektor produksi dalam
Tabel SNSE akan disesuaikan dengan proporsi kontribusi sektor-sektor ekonomi
dalam menyumbang PDB Pariwisata Tahun 2014 (Tabel 4). Tabel 10
memperlihatkan alokasi anggaran pemerintah yang akan disimulasikan pada
penelitian ini.
37

Tabel 8 Alokasi Injeksi Simulasi Peningkatan PDB Pariwisata Dalam Sektor


Produksi SNSE
Sektor produksi menurut Injeksi
No. Sektor Proporsi
SNSE (miliar Rupiah)
1 Pertanian Pertanian 10.0% 38 843.61
Pertambangan &
2 Pertambangan & penggalian 5.0% 19 538.46
penggalian
Industri Makanan,
5.2% 20 088.23
Minuman dan Tembakau
Industri Pemintalan,
5.2% 20 088.23
Tekstil, Pakaian dan Kulit
Industri Kayu & Barang
5.2% 20 088.23
Dari Kayu
3 Industri
Industri Kertas, Percetakan,
Alat Angkutan dan Barang 5.2% 20 088.23
Dari Logam dan Industri
Industri Kimia, Pupuk,
Hasil Dari Tanah Liat, 5.2% 20 088.23
Semen
4 Listrik, gas, dan air Listrik, gas, dan air 0.6% 2 262.18
5 Konstruksi Konstruksi 10.1% 39 515.66
6 Perdagangan Perdagangan 5.9% 23 132.38
7 Restoran Restoran 7.2% 28 153.29
8 Hotel Hotel 10.1% 39 380.75
Transportasi dan Transportasi dan
9 14.2% 55 326.18
komunikasi komunikasi
Keuangan dan Jasa Keuangan dan Jasa
10 5.5% 21 520.31
Perusahaan Perusahaan
11 Jasa-Jasa Lainnya Jasa-Jasa Lainnya 5.5% 21 520.31
Total 100.0% 389 634.273
Sumber: Data diolah, 2016

2. Peningkatan Konsumsi Wisatawan Mancanegara Di Sektor


Pariwisata

Simulasi peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara ini berdasarkan


sasaran pembangunan pariwisata tahun 2019 sebesar 20 juta orang. Dari sasaran
pembangunan pariwisata tersebut, memerlukan peningkatan wisatawan
mancanegara sebesar 11 juta orang dari jumlah wisatawan mancanegara tahun
2014 yang sebesar 9 juta orang.
Nilai yang akan diinjeksikan diperoleh dari hasil konversi dari perkalian
antara target peningkatan wisatawan mancanegara dengan rata-rata pengeluaran
wisatawan mancanegara tahun 2014 terhadap nilai tukar rupiah tahun 2014
sebesar Rp 11.900, sesuai baseline RPJMN 2015-2019. Hasil konversi tersebut
akan dimasukan pada neraca endogen pada Tabel SNSE 2008. Penentuan sektor
38

produksi dalam Tabel SNSE akan disesuaikan dengan distribusi pengeluaran


wisatawan mancanegara pada Nesparnas 2014 (Lampiran 4). Tabel 11 menyajikan
alokasi injeksi simulasi peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara sesuai
jenis pengeluatran wisatawan mancanegara pada neraca SNSE.
Tabel 9 Alokasi Injeksi Simulasi Peningkatan Konsumsi Wisatawan Mancanegara
Sesuai Jenis Pengeluatran Wisatawan Mancanegara Pada Neraca SNSE
Injeksi
No Jenis Pengeluaran Sektor Produksi menurut SNSE Proporsi
(miliar Rupiah)
1 Hotel dan Akomodasi Perhotelan 48.9% 75 760.56
Restoran dan
2 Restoran 17.7% 27 369.34
sejenisnya
3 Angkutan Domestik Transportasi dan Komunikasi 8.7% 13 546.93
Biro perjalanan,
4 Operator,
&Pramuwisata
Jasa Seni Budaya dan
5
Rekreasi Jasa-jasa 10.4% 16 125.13
Kesehatan dan
6
Kecantikan
Jasa Pariwisata
7
Lainnya
Industri Pemintalan, Tekstil, 3.3% 5 043.74
Pakaian dan Kulit
8 Souvenir
Industri Kayu & Barang Dari
3.3% 5 043.74
Kayu
Industri Kertas, Percetakan,
Alat Angkutan dan Barang Dari 3.3% 5 043.74
Produk Industri Non Logam dan Industri
9
Makanan
Industri Kimia, Pupuk, Hasil 3.3% 5 043.74
Dari Tanah Liat, Semen
Industri Makanan, Minuman,
10 Produk Pertanian 1.2% 1 932.75
dan Tembakau
Total 100.0% 154 909.678
Sumber: Data diolah, 2016

3. Peningkatan Konsumsi Wisatawan Nusantara Di Sektor Pariwisata


Simulasi peningkatan konsumsi wisatawan nusantara ini berdasarkan
sasaran pembangunan pariwisata tahun 2019 sebesar 275 juta kunjungan. Sasaran
pembangunan pariwisata tersebut memerlukan peningkatan kunjungan wisatawan
nusantara sebesar 25 juta kunjungan dari jumlah kunjungan wisatawan nusantara
tahun 2014 yang sebesar 250 juta kunjungan. Nilai yang akan diinjeksikan
diperoleh dari hasil perkalian target peningkatan wisatawan nusantara dengan
rata-rata pengeluaran wisatawan nusantara tahun 2014 sebesar Rp 851 680. Hasil
39

konversi tersebut akan dimasukan pada neraca endogen berupa sektor produksi
pada Tabel SNSE 2008. Penentuan sektor produksi dalam Tabel SNSE akan
disesuaikan dengan distribusi pengeluaran wisatawan nusantara pada Nesparnas
tahun 2014. Tabel 12 menyajikan alokasi injeksi simulasi peningkatan konsumsi
wisatawan nusantara sesuai jenis pengeluaran wisatawan nusantara pada neraca
SNSE.
Tabel 10 Alokasi Injeksi Simulasi Peningkatan Konsumsi Wisatawan Nusantara
Sesuai Jenis Pengeluatran Wisatawan Nusantara Pada Neraca SNSE
Sektor Produksi menurut Injeksi
No Jenis Pengeluaran Proprsi
SNSE (miliar Rupiah)
1 Hotel dan Akomodasi Perhotelan 10.8% 2 307.89
2 Restoran dan sejenisnya Restoran 19.4% 4 141.02
3 Angkutan Domestik Transportasi dan Komunikasi 42.0% 8 934.15
Biro perjalanan,
4 Operator,
&Pramuwisata
Jasa Seni Budaya dan
5 Jasa-jasa 9.1% 1 934.55
Rekreasi
Kesehatan dan
6
Kecantikan
7 Jasa Pariwisata Lainnya
Industri Pemintalan, Tekstil,
3.9% 832.21
Pakaian dan Kulit
8 Souvenir
Industri Kayu & Barang Dari
3.9% 832.21
Kayu
Industri Kertas, Percetakan,
Alat Angkutan dan Barang 3.9% 832.21
Produk Industri Non Dari Logam dan Industri
9
Makanan
Industri Kimia, Pupuk, Hasil
3.9% 832.21
Dari Tanah Liat, Semen
Industri Makanan, Minuman,
10 Produk Pertanian 3.0% 645.57
dan Tembakau
Total 100.0% 21 292
Sumber: Data diolah, 2016

4.3 Asumsi dan Keterbatasan Model


Asumsi pada model SNSE diantaranya sebagai berikut (Sari, 2006):
1. Keseragaman mensyaratkan bahwa setiap sektor memproduksi suatu output
tunggal dengan input tunggal dan tidak ada subtitusi otomatis terhadap
input dari output sektor yang berbeda-beda.
2. Kesebandingan menyatakan bahwa hubungan antara input dan output di
dalam sektor merupakan fungsi linier yaitu jumlah tiap jenis input yang
40

diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau
penurunan output sektor tersebut.
3. Penjumlahan menyatakan bahwa efek total dari kegiatan produksi di
berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan.
4. Kapasitas sumberdaya berlebih yang mengartikan bahwa sisi penawaran
selalu dapat merespon perubahan sisi permintaan, sehingga interaksi
permintaan dari penawaran tidak pernah menimbulkan kesenjangan atara
keduanya. Konsekuensinya harga-harga tidak pernah berubah atau harga
tetap dan bersifat eksogen (tidak muncul dalam persamaan SNSE).
41

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Peran Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Indonesia

Analisis dengan pendekatan SNSE digunakan untuk mengetahui peranan


suatu sektor ekonomi dalam perekonomian nasional. Sektor pariwisata di
Indonesia memiliki peranan yang besar dalam meningkatkan perekonomian secara
keseluruhan. Sebagian besar sektor terkait pariwisata memiliki kemampuan yang
besar dalam meningkatkan pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor
produksi. Adanya pengembangan pada sektor pariwisata di Indonesia akan
mengakibatkan peningkatkan pendapatan sektor ekonomi secara keseluruhan
lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pendapatan faktor produksi maupun
pendapatan institusi, sehingga hal ini memperlihatkan bahwa semakin
meningkatnya aktivitas pariwisata di Indonesia dapat memicu adanya aktivitas
produksi pada sektor ekonomi secara keseluruhan.
Secara garis besar terdapat dua neraca dalam SNSE yaitu neraca endogen
yang merupakan neraca yang terdiri dari faktor-faktor yang disebabkan dan neraca
eksogen yang merupakan neraca yang terdiri dari faktor-faktor penyebab. Analisis
dalam penelitian ini tidak akan membahas seluruh kegiatan dari sektor produksi,
sesuai dengan tujuan penelitian, hanya aktivitas yang terkait pariwisata pada
sektor-sektor produksi tersebut yang akan dibahas. Analisis pengganda yang akan
dibahas dalam penelitian ini terdiri dari analisis pengganda nilai tambah (VAM),
analisis pengganda pendapatan institusi yang terdiri dari pendapatan rumah tangga
(Induced Household Income Multiplier/ IHIM), pengganda pendapatan
perusahaan (Private Income Multiplier/ PIM), dan pengganda pendapatan
pemerintah (Government Income Multiplier/ GIM). Selain itu akan dilihat juga
pengganda produksi (PROM) yang terdiri dari own multiplier dan keterkaitan
dengan sektor lain (OSLM), serta pengganda total (GOM).

5.1.1 Analisis Pengganda Nilai Tambah (VAM)

Angka multiplier nilai tambah (Value Added Multiplier/ VAM)


menunjukkan besarnya pengaruh total yang diterima oleh neraca endogen pada
blok faktor produksi (tenaga kerja dan modal) akibat perubahan dari suatu sektor
42

dalam blok produksi. Hasil pengganda nilai tambah tersedia pada Tabel 13. Dari
beberapa sektor terkait pariwisata, tiga sektor yang menciptakan pengganda nilai
tambah tertinggi yaitu sektor perdagangan, sektor jasa-jasa, dan sektor restoran.
Sektor perdagangan menghasilkan nilai tambah sebesar 1.4938, sedangkan sektor
jasa-jasa menghasilkan nilai tambah sebesar 1.4184 dan sektor restoran
menghasilkan nilai tambah sebesar 1.3625. Sektor transportasi dan komunikasi
berhasil menempati posisi kelima dengan nilai pengganda nilai tambah sebear
1.2175. Oleh karena basis perhitungan VAM adalah faktor produksi (tenaga kerja
dan modal), maka nilai tambah sektor perdagangan sebesar 1.4938 mengandung
arti bahwa apabila sektor perdagangan diinjeksi sebesar satu miliar rupiah pada
neraca eksogennya, maka pendapatan faktor produksi akan naik sebesar Rp
1.4938 miliar. Dengan kata lain, sektor perdagangan memiliki kemampuan untuk
meningkatkan PDB Nasional sebesar Rp 1.4938 miliar untuk setiap peningkatan
permintaan akhirnya sebesar satu miliar rupiah. Interpretasi ini berlaku bagi sektor
lainnya.
Tabel 11 Pengganda Nilai Tambah Berdasarkan SNSE 2008
Kode Sektor Produksi TK Modal VAM Rank
9 Pertanian 0.8102 0.4241 1.2343 6
10 Pertambangan dan Galian 0.3892 0.7533 1.1425 8
11 Industri Makanan, Minuman dan 0.5456 0.4145 0.9601 13
Tembakau
12 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian 0.5011 0.5224 1.0235 11
dan Kulit
13 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 0.5797 0.4947 1.0744 10
14 Industri Kertas, Percetakan, Alat 0.2954 0.3421 0.6375 15
Angkutan dan Barang Dari Logam
dan Industri
15 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari 0.3416 0.4971 0.8388 14
Tanah Liat, Semen
16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.4048 0.9105 1.3153 4
17 Konstruksi 0.5471 0.5892 1.1363 9
18 Perdagangan 0.9545 0.5393 1.4938 1
19 Restoran 0.9353 0.4272 1.3625 3
20 Hotel 0.4973 0.4728 0.9701 12
21 Transportasi dan Komunikasi 0.6511 0.5665 1.2175 5
22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 0.5223 0.7655 1.2878 7
23 Jasa-Jasa 0.9148 0.5036 1.4184 2
Sumber: Data diolah, 2016
Keterangan: VAM (Value Added Multiplier)

Walaupun sektor-sektor industri selama ini mendominasi komposisi PDB


nasional, namun efek multiplier terhadap PDB nasional ternyata lebih rendah dari
43

pada sektor perdagangan, jasa-jasa, dan restoran. Fenomena ini memberi petunjuk
bahwa peranan sektor perdagangan, jasa-jasa, dan restoran dalam meningkatkan
pendapatan PDB nasional jauh lebih baik dari pada sektor-sektor industri. Jika
penciptaan nilai tambah hanya dilihat dari sisi tenaga kerja, sektor perdagangan
dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan faktor produksi
tenaga kerja. Hal ini dikarenakan nilai pengganda dari sektor tersebut lebih
didominasi dari pendapatan tenaga kerja atau dengan kata lain sektor perdagangan
lebih bersifat padat karya. Selain sektor perdagangan, terdapat sektor lainnya yang
nilai tambahnya didominasi oleh nilai tambah tenaga kerja diantaranya sektor
jasa-jasa, sektor restoran, sektor transportasi dan komunikasi, sektor hotel, sektor
industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor industri kayu dan barang dari
kayu. Sedangkan sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian, dan kulit, sektor
industri kertas, percetakan, alat angkutan, barang dari logam, dan industri, dan
sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen perolehan nilai
tambah didominasi oleh modal atau dengan kata lain sektor ini lebih bersifat padat
modal.
Sebagian besar kegiatan terkait sektor pariwisata berhubungan langsung
dengan sektor perdagangan, sektor restoran, sektor jasa-jasa, sektor transportasi
dan komunikasi, sektor hotel, dan sektor-sektor industri. Sesuai dengan hasil
analisis tersebut, perolehan nilai tambah dari sektor-sektor tersebut menunjukkan
bahwa sektor pariwisata memiliki kemapuan untuk menciptakan kenaikan dalam
menyumbang PDB Nasional baik dari penerimaan tenaga kerja maupun modal.
Dari hasil angka pengganda nilai tambah yang telah dianalisis, tiga sektor
produksi yang memberikan nilai tambah terbesar merupakan sektor produksi yang
kegiatannya banyak terkait dengan pariwisata. Dalam perjalanan wisata,
wisatawan memerlukan berbagai jenis kebutuhan yang diketahui banyak
didominasi oleh kebutuhan pangan, penginapan, dan angkutan domestik untuk
mencapai daerah tujuan wisata (Lampiran 4 dan 5). Oleh karena itu, upaya yang
dilakukan dalam rangka untuk menunjang sektor pariwisata melalui sektor yang
terkait dengan pariwisata untuk mengupayakan ketersediaan kebutuhan
wisatawan, diperkirakan akan mampu meningkatkan PDB nasional dan juga
44

penerimaan tenaga kerja maupun modal sehingga dapat mendorong perekonomian


nasional.

5.1.2 Analisis Pengganda Institusi

Pengganda pendapatan institusi mencerminkan pengaruh total yang


diterima neraca endogen pada blok institusi akibat adanya perubahan pada neraca
eksogen. Pengganda pendapatan institusi terdiri dari pengganda pendapatan
rumah tangga (Induced Household Income Multiplier/ IHIM), pengganda
pendapatan perusahaan (Private Income Multiplier/ PIM), dan pengganda
pendapatan pemerintah (Government Income Multiplier/ GIM). Tabel 14 memuat
hasil pengganda pendapatan institusi berdasarkan SNSE 2008. Berdasarkan hasil
analisis, sektor terkait pariwisata yaitu sektor perdagangan, sektor jasa-jasa, sektor
restoran mempunyai peranan yang besar dalam menciptakan pendapatan institusi.
Hal itu dibuktikan dengan perolehan angka pengganda pendapatan institusi pada
sektor perdagangan sebesar 1.7804 menempati posisi pertama, sektor jasa-jasa
sebesar 1.6872 menempati posisi ketiga, dan sektor restoran sebesar 1.5989
menempati posisi kelima. Sektor transportasi, walaupun tidak termasuk dalam
posisi lima besar, dapat menghasilkan nilai pengganda sebesar 1.4976 yang
menempati posisi keenam. Nilai pengganda tersebut mengindikasikan bahwa jika
pada sektor jasa-jasa tersebut diinjeksi sebesar satu miliar rupiah, maka
pendapatan institusi pada sektor jasa-jasa akan meningkat sebesar Rp 1.6872
miliar. Interpretasi ini berlaku bagi sektor lainnya.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pengganda pendapatan
institusi terdiri dari pengganda pendapatan rumah tangga, pemerintah, dan
perusahaan. Jika dibandingkan dari perolehan pendapatan rumah tangga, sektor
pariwisata yang memberikan pengaruh terbesar pada pendapatan rumah tangga
adalah sektor perdagangan sebesar 1.1780, yang kemudian diikuti oleh sektor
jasa-jasa sebesar 1.1237. Sebaliknya, sektor pariwisata yang belum memberikan
peranan yang cukup besar pada pendapatan rumah tangga yaitu sektor perhotelan
pada posisi kesepuluh dengan nilai tambah rumah tangga sebesar 0.6877, sektor
kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen sebesar 0.5394, dan sektor industri
kertas, percetakan, alat angkutan, barang dari logam, dan industri sebesar 0.4324.
45

Namun secara keseluruhan, pendapatan institusi sektor terkait pariwisata


didominasi oleh pendapatan rumah tangga sehingga sektor pariwisata memiliki
peran besar dalam peningkatan pendapatan rumah tangga.
Pada perolehan pendapatan perusahaan, sektor pariwisata yaitu sektor
transportasi dan komunikasi cukup memberikan pengaruh besar (termasuk lima
besar) yaitu sebesar 0.4256 yang berada pada posisi lima besar. Dalam perolehan
pendapatan pemerintah, sektor perdagangan juga memberikan pengaruh cukup
besar, dibandingkan dengan sektor pariwisata lainnya, yaitu sebesar 0.1930 dan
berada pada posisi lima besar. Besaran nilai GIM mengandung makna jika neraca
eksogen pada sektor perdagangan sebesar satu miliar rupiah, maka pendapatan
pemerintah akan meningkat sebesar 0.1930 miliar rupiah. Hal serupa juga
terkandung dalam nilai IHIM dan PIM.
Tabel 12 Pengganda Institusi Berdasarkan SNSE 2008
Pengganda
Kode Sektor Produksi IHIM PIM GIM Rank
Institusi
9 Pertanian 0.9849 0.3230 0.1519 1.4598 8
10 Pertambangan dan Galian 0.6869 0.5600 0.2396 1.4865 7
Industri Makanan, Minuman
11 dan Tembakau 0.7137 0.3124 0.1417 1.1678 13
Industri Pemintalan, Tekstil,
12 Pakaian dan Kulit 0.7109 0.3913 0.1734 1.2756
Industri Kayu & Barang Dari
13 Kayu 0.7799 0.3718 0.1674 1.3191 10
Industri Kertas, Percetakan, Alat
Angkutan dan Barang Dari
14 Logam dan Industri 0.4324 0.2558 0.1126 0.8008 15
Industri Kimia, Pupuk, Hasil
15 Dari Tanah Liat, Semen 0.5394 0.3706 0.1608 1.0708 14
16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.7637 0.6760 0.2876 1.7272 2
17 Konstruksi 0.7836 0.4410 0.1951 1.4197 9
18 Perdagangan 1.1780 0.4095 0.1930 1.7804 1
19 Restoran 1.1143 0.3267 0.1579 1.5989 5
20 Hotel 0.6877 0.3547 0.1581 1.2005 12
21 Transportasi dan Komunikasi 0.8804 0.4256 0.1916 1.4976 6
22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 0.8268 0.5707 0.2475 1.6450 4
23 Jasa-Jasa 1.1237 0.3826 0.1809 1.6872 3
Sumber: Data diolah, 2016
Keterangan: IHIM (Induced Household Income Multiplier)
PIM (Private Income Multiplier)
GIM (Government Income Multiplier)

Dari hasil analisis pendapatan institusi berikut, hampir semua sektor


pariwisata terkait, memberikan pengaruh cukup besar terhadap pendapatan rumah
46

tangga, perusahaan, maupun pemerintah. Hal ini dapat dijelaskan dari Laporan
Kinerja Kementerian Pariwisata tahun 2014, bahwa nilai investasi dalam negeri
maupun luar negeri dari sektor pariwisata cukup besar yang mencapai 4.23 persen
dari total investasi nasional yang selanjutnya berdampak pada penerimaan
perusahaan dan pemerintah. Selain itu, menurut Oka A. Yoeti pada bukunya yang
berjudul Ekonomi Pariwisata (2008), dari hasil kegiatan wisata yang dilakukan
wisatawan merupakan sumber pendapatan dan sekaligus juga berfungsi sebagai
alat pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara sedikitnya bagi orang-
orang dalam usaha pariwisata di daerah tujuan wisata tersebut. Sektor pariwisata
dikatakan sebagai sumber pendapatan karena tanpa kedatangan wisatawan pada
daerah wisata tujuan tersebut, orang-orang dan perusahan-perusahaan yang
termasuk dalam kelompok pariwisata tidak akan menerima pendapatan akibat
tidak ada pembeli atau tidak ada yang menggunakan produk atau jasa yang
ditawarkan.

5.1.3 Analisis Pengganda Produksi

Nilai pengganda produksi (PROM) terdiri dari dua komponen yaitu own
multiplier dan Other Sector Linkage Multiplier (OSLM). Nilai pengganda
produksi dapat menjelaskan dampak dari injeksi disuatu sektor produksi terhadap
sektor produksi lain dan dirinya sendiri. Pada Tabel 15 dimuat hasil pengganda
produksi berdasarkan SNSE 2008. Dari sektor pariwisata terkait, sektor
perdagangan, sektor restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor transportasi dan
komunikasi memberikan nilai pengganda produksi tertinggi dibandingkan sektor
pariwisata lainnya yang menempati posisi lima besar. Perolehan nilai pengganda
produksi sektor perdagangan, sektor restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor
angkutan darat sebesar 6.2562, 6.2153, 5.7552, dan 5.3221. Nilai pengganda
produksi tersebut berarti bahwa jika sektor restoran diberikan injeksi sebesar satu
miliar rupiah maka akan meningkatkan pendapatan produksi sebesar Rp 6.2153
miliar. Interpretasi ini berlaku bagi sektor lainnya.
Jika dilihat dari perolehan nilai pengganda sendiri (own multiplier), sektor
pariwisata terkait yang memberikan nilai terbesar adalah sektor jasa-jasa sebesar
2.3410, selanjutnya sektor transportasi dan komunikasi sebesar 2.0920, dan sektor
47

restoran sebesar 2.0775. Angka pengganda sendiri ini berarti jika sektor jasa-jasa
diberikan injeksi sebesar satu miliar rupiah maka akan memberikan dampak
terhadap kenaikan penerimaan pada sektor jasa-jasa sebesar Rp 2.3410 miliar.
Interpretasi ini berlaku bagi sektor lainnya.
Tabel 13 Pengganda Produksi Berdasarkan SNSE 2008
Own
Kode Sektor Produksi OSLM PROM Rank
Multiplier
9 Pertanian 2.6264 2.2464 4.8728 9
10 Pertambangan dan Galian 2.0377 1.9621 3.9999 13
Industri Makanan, Minuman dan
11 Tembakau 2.4018 2.4917 4.8936 8
Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian
12 dan Kulit 2.4267 2.6668 5.0936 6
13 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 2.2025 2.8675 5.0700 7
Industri Kertas, Percetakan, Alat
Angkutan dan Barang Dari Logam dan
14 Industri 2.1962 1.4657 3.6619 15
Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari
15 Tanah Liat, Semen 1.9578 1.8311 3.7889 14
16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.7136 2.8103 4.5239 11
17 Konstruksi 2.0066 3.6097 5.6163 4
18 Perdagangan 1.9663 4.2899 6.2562 1
19 Restoran 2.0775 4.1379 6.2153 2
20 Hotel 1.6815 2.4991 4.1806 12
21 Transportasi dan Komunikasi 2.0920 3.2301 5.3221 5
22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 2.2935 2.5760 4.8695 10
23 Jasa-Jasa 2.3410 3.4142 5.7552 3
Sumber: Data diolah, 2016
Keterangan: PROM (Production Multiplier)
OLSM (Other Linkage Sector Multiplier)

Sedangkan dari perolehan Other Linkage Sector Multiplier (OLSM), sektor


perdagangan kembali memberikan pengaruh paling besar terhadap perubahan
output pada sektor lain sebesar 4.2899. Selanjutnya nilai pengganda OSLM
terbesar kedua diperoleh oleh sektor restoran sebesar 4.1379. Sektor pariwisata
lainnya yang memberikan nilai pengganda OSLM yang cukup besar adalah sektor
jasa-jasa sebesar 3.4142 yang menempati posisi keempat dan sektor transportasi
dan komunikasi sebesar 3.2301 yang menempati posisi kelima. Angka OSLM ini,
mengindikasikan jika neraca eksogen pada sektor perdagangan diinjeksi sebesar
satu miliar rupiah, maka pendapatan sektor-sektor perekonomian lainnya (sektor
hulunya) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 4.2899 miliar. Perolehan nilai
OLSM yang tinggi menandakan bahwa sektor tersebut memiliki keterkaitan ke
48

belakang yang besar terhadap sektor ekonomi lainnya dalam perekonomian


nasional.
Perolehan nilai pengganda pendapatan produksi dari sektor pariwisata
terkait didominasi dari perolehan OLSM. Hal ini memperlihatkan bahwa
hubungan antara sektor pariwisata terkait dengan sektor ekonomi lainnya sangat
erat dan membuktikan bahwa sektor pariwisata memerlukan dukungan dari sektor
ekonomi lainnya untuk menunjang kegiatan pariwisata. Hal ini didukung oleh
hasil penelitian Rahayu (2006) yang menyatakan bahwa sektor pariwisata
memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya dengan
menyerap output-output dari sektor perekonomian lainnya sebagai input langsung.
Hubungan keterkaitan sektor tersebut terlihat dari perolehan nilai PDB pariwisata
yang merupakan gabungan dari pendapatan-pendapatan sektor ekonomi lainnya
sesuai Tabel 4.

5.1.4 Analisis Pengganda Total

Besaran pengganda total atau Gross Output Multiplier (GOM)


menunjukkan pengaruh total yang diterima oleh perekonomian secara keseluruhan
akibat adanya perubahan pendapatan sektor produksi. Nilai GOM diperoleh dari
akumulasi nilai-nilai pengganda dalam blok faktor produksi, institusi, maupun
aktivitas produksi. Hasil analisis pengganda total dapat dilihat pada Tabel 16.
Berdasarkan Tabel 16, sektor perdagangan memperoleh nilai pengganda
total tertinggi yaitu sebesar 9.5305. Hal ini mengandung arti bahwa apabila sektor
perdagangan diinjeksi sebesar satu miliar rupiah maka akan menghasilkan
peningkatan pada pendapatan total sebesar 9.5305 miliar dengan peningkatan
pendapatan faktor produksi sebesar Rp 1.4938 miliar, peningkatan pendapatan
institusi sebesar Rp 1.7804 miliar, dan peningkatan pendapatan produksi sebesar
Rp 6.2562 miliar. Sementara itu sektor yang memperoleh nilai tambah terbesar
kedua adalah sektor restoran sebesar 9.1768, diikuti sektor jasa-jasa sebesar
8.8608 yang menempati posisi ketiga, dan sektor transportasi dan komunikasi
sebesar 8.0372 yang menempati posisi ke lima. Sektor industri kayu dan barang
dari kayu menempati posisi kesembilan dengan nilai 7.4635. Sektor industri kayu
dan barang dari kayu ini menempati posisi tebaik dibandingkan dengan sektor
49

industri lainnya maka hal ini berarti sektor industri kayu dan barang dari kayu
lebih berpengaruh terhadap perekonomian nasional dibandingkan sektor industri
lainnya. Sementara itu, sektor perhotelan menempati posisi ke-12 dalam
menghasilkan nilai pengganda total yang sebesar 6.3512.
Perolehan nilai pengganda total yang besar dari sektor terkait pariwisata
yaitu sektor perdagangan, sektor restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor transportasi
dan komunikasi mengindikasikan bahwa sektor tersebut sangat baik dalam
menghasilkan pendapatan nasional. Berbeda dari sektor perhotelan dan sektor-
sektor industri yang juga merupakan sektor yang terkait dengan sektor pariwisata,
kurang memberikan dampak yang berarti pada pendapatan nasional baik melalui
pendapatan nilai tambah, institusi, maupun produksi dibandingkan dengan sektor
produksi lainnya.
Tabel 14 Pengganda Total Berdasarkan SNSE 2008
Pengganda
Kode Sektor Produksi VAM PROM GOM Rank
Institusi
9 Pertanian 1.2343 1.4598 4.8728 7.5669 7
10 Pertambangan dan Galian 1.1425 1.4865 3.9999 6.6289 12
11 Industri Makanan, Minuman dan 0.9601 1.1678 4.8936 7.0214 11
Tembakau
12 Industri Pemintalan, Tekstil, 1.0235 1.2756 5.0936 7.3927 10
Pakaian dan Kulit
13 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 1.0744 1.3191 5.0700 7.4635 9
14 Industri Kertas, Percetakan, Alat 0.6375 0.8008 3.6619 5.1002 15
Angkutan dan Barang Dari Logam
dan Industri
15 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari 0.8388 1.0708 3.7889 5.6985 14
Tanah Liat, Semen
16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.3153 1.7272 4.5239 7.5664 8
17 Konstruksi 1.1363 1.4197 5.6163 8.1723 4
18 Perdagangan 1.4938 1.7804 6.2562 9.5305 1
19 Restoran 1.3625 1.5989 6.2153 9.1768 2
20 Hotel 0.9701 1.2005 4.1806 6.3512 13
21 Transportasi dan Komunikasi 1.2175 1.4976 5.3221 8.0372 5
22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 1.2878 1.6450 4.8695 7.8023 6
23 Jasa-Jasa 1.4184 1.6872 5.7552 8.8608 3
Sumber: Data diolah, 2016
Keterangan: VAM (Value Added Multiplier)
PROM (Production Multiplier)
GOM (Gross Output Multiplier)
Berdasarkan keseluruhan hasil analisis multiplier SNSE, maka dapat
diketahui sektor pariwisata terkait memiliki peran yang besar dalam
perekonomian nasional terutama dalam menunjang pembentukan output dari
50

sektor ekonomi lainnya yang ditunjukkan dengan nilai pengganda sektor


pariwisata terkait didominasi dengan nilai pengganda produksi. Namun jika
dilihat secara keseluruhan, sektor pariwisata terkait mampu memberikan
peningkatan pendapatan lebih besar pada faktor produksi, institusi, maupun sektor
produksi dibandingkan sektor ekomoni lainnya. Dengan begitu, apabila terdapat
upaya untuk mengembangkan sektor pariwisata maka dapat mendorong
pembangunan perekonomian nasional.

5.1.5 Keterkaitan Sektor Pariwisata terhadap Sektor-Sektor Perekonomian


Lainnya
Peranan sektor pariwisata dalam berinteraksi dengan sektor-sektor
perekonomian lainnya tergambarkan dari nilai pengganda keterkaitan dengan
sektor lainnya (Other-Sector Linkage Multiplier/OSLM). Oleh karena OSLM
dalam SNSE hanya menggambarkan hubungan keterkaitan ke belakang, maka
Tabel 15 menggambarkan seberapa besar pengaruh sektor pariwisata terhadap
sektor-sektor hulunya. Semakin tinggi nilai OSLM yang tertera pada tabel
memperlihatkan bahwa sektor pariwisata terkait tersebut memiliki keterkaitan
besar terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia.
Berdasarkan hasil perhitungan angka OSLM tersebut, selain peringkat
pertama diperoleh oleh sektor itu sendiri, hampir semua sektor pariwisata terkait
memberikan pengaruh besar terhadap sektor pertanian. Sektor pariwisata tersebut
terdiri dari sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor industri kayu
dan barang dari kayu. sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian, dan kulit, sektor
perdagangan, sektor hotel, sektor restoran, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor
industri kertas, percetakan, alat angkutan, barang dari logam, dan industri
memiliki pengaruh terbesar kedua pada sektor industri kimia, pupuk, hasil dari
tanah liat, dan semen. Berbeda halnya dengan sektor industri kimia, pupuk, hasil
dari tanah liat, dan semen memiliki pengaruh terbesar kedua pada sektor
pertambangan dan penggalian, lalu sektor transportasi dan komunikasi
memberikan pengaruh terbesar kedua pada sektor industri kimia, pupuk, hasil dari
tanah liat, dan semen. Angka OLSM ini menandakan apabila sektor industri
makanan, minuman, dan tembakau diinjeksi sebesar satu miliar rupiah, maka
51

dapat meningkatkan pendapatan pada sektor pertanian sebesar Rp 1.2149 miliar.


Tingginya nilai OLSM ini terjadi karena tingginya permintaan dari sektor
pertanian untuk memenuhi kebutuhan produksi sektor terkait sektor pariwisata
tersebut. Hal ini terlihat dari tingginya laju pertumbuhan pada kontribusi sektor
pertanian dalam PDB nasional. Pada tahun 2015, laju pertumbuhan sektor
pertanian mencapai 4.02 persen dengan kontribusi sebesar 13.52 persen dari total
PDB nasional (Badan Pusat Statistik, 2016a).
Selain sektor pertanian, sektor pariwisata terkait seperti sektor
perdagangan, sektor restoran, sektor hotel, dan sektor jasa-jasa juga memiliki
keterkaitan terbesar ketiga terhadap sektor industri makanan, minuman, dan
tembakau. Sedangkan sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor
industri kayu dan barang dari kayu, sektor industri pemintalan, tekstil, pakaian,
dan kulit memiliki keterkaitan terbesar ketiga terhadap sektor sektor industri
kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen. Beberapa sektor pariwisata terkait
juga memiliki keterkaitan besar pada sektor jasa-jasa. Sektor pariwisata tersebut
adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor hotel, sektor
transportasi dan komunikasi yang terlihat menempati posisi keempat. Dari data
struktur pengeluaran wisatawan tahun 2013 oleh Kementerian Pariwisata tahun
2014, terlihat bahwa sebagian besar pengeluaran wisatawan dikeluarkan untuk
kebutuhan makanan serta untuk akomodasi dan jasa-jasa wisata (Lampiran 4 dan
Lampiran 5). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata terkait memiliki
ketergantungan yang besar terhadap pemakaian input berbahan baku pertanian dan
jasa-jasa lebih besar dari pada sektor lainnya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan wisatawan.
52

52
Tabel 15 Keterkaitan Sektor Pariwisata terhadap Sektor Perekonomian Lainnya Berdasarkan SNSE 2008
Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor Sektor
Kode Sektor Produksi
11 12 13 14 15 18 19 20 21 23
9 Pertanian 1.2149 0.6186 0.7692 0.2741 0.3855 0.7271 1.4979 0.7822 0.5591 0.8047
10 Pertambangan dan Galian 0.0729 0.1276 0.1037 0.1442 0.4149 0.1414 0.0973 0.0609 0.1518 0.1342
Industri Makanan, Minuman dan
11
Tembakau 2.4018 0.3642 0.4015 0.2085 0.2658 0.5691 0.9742 0.5497 0.4377 0.5962
Industri Pemintalan, Tekstil,
12
Pakaian dan Kulit 0.0568 2.4267 0.0711 0.0387 0.0470 0.1149 0.1029 0.0590 0.0739 0.0991
13 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 0.0194 0.0206 2.2025 0.0206 0.0149 0.0449 0.0289 0.0180 0.0247 0.0324
Industri Kertas, Percetakan, Alat
14 Angkutan dan Barang Dari Logam
dan Industri 0.2279 0.2674 0.2903 2.1962 0.1871 0.4612 0.3217 0.2108 0.3872 0.5881
Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari
15
Tanah Liat, Semen 0.2769 0.5023 0.4090 0.2924 1.9578 0.5134 0.3747 0.2284 0.6202 0.4810
16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.0225 0.0560 0.0375 0.0283 0.0228 0.0781 0.0336 0.0229 0.0392 0.0462
17 Konstruksi 0.0204 0.0249 0.0217 0.0150 0.0186 0.0922 0.0260 0.0183 0.0422 0.0464
18 Perdagangan 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.9663 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
19 Restoran 0.0887 0.1004 0.1074 0.0606 0.0726 0.1901 2.0775 0.0905 0.1250 0.1489
20 Hotel 0.0079 0.0102 0.0089 0.0058 0.0068 0.0183 0.0122 1.6815 0.0130 0.0138
21 Transportasi dan Komunikasi 0.1176 0.1494 0.1846 0.0974 0.0972 0.3595 0.1642 0.1101 2.0920 0.1963
22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 0.1277 0.1652 0.1672 0.1125 0.0990 0.5298 0.1740 0.1163 0.2374 0.2269
23 Jasa-Jasa 0.2381 0.2601 0.2954 0.1675 0.1989 0.4500 0.3304 0.2319 0.5187 2.3410
Sumber: Data diolah, 2016
53

5.2 Dampak Simulasi Pada Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan


Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi

Simulasi dalam penelitian ini terdiri dari simulasi peningkatan PDB sektor
pariwisata, peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara dan wisatawan
nusantara pada sektor pariwisata nasional sesuai dengan sasaran pembangunan
nasional pada RPJMN 2015-2019. Analisis dampak simulasi menggunakan
analisis pengganda neraca yaitu analisis dampak pendapatan faktor produksi,
institusi, dan sektor produksi. Angka multiplier nilai tambah dari blok faktor
produksi yang akan di analisis dalam simulasi ini akan terdiri dari faktor produksi
tenaga kerja pertanian, tenaga kerja non pertanian, dan bukan tenaga kerja atau
modal. Sedangkan pada pengganda institusi yang akan dianalisis akan terdiri dari
pendapatan rumah tangga pertanian, rumah tangga non pertanian di desa, rumah
tangga non pertanian di kota, perusahaan, dan pemerintah.

5.2.1 Dampak Peningkatan PDB Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan


Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi

Percepatan pemerataan dan keadilan merupakan salah satu tantangan yang


perlu diselesaikan dalam agenda pembangunan nasional periode 2015-2019.
Angka kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja masih menjadi masalah akibat
belum meratanya hasil-hasil pembangunan (Badan Pengawas Keuangan Dan
Pembanguan, 2015). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik memperlihatkan
bahwa sekitar 52 persen rumah tangga miskin di Indonesia adalah rumah tangga
yang sumber pendapatan utamanya berasal dari sektor pertanian (Badan Pusat
Statistik, 2016c). Rumah tangga miskin berdasarkan sumber pendapatan utama
tahun 2014 tersedia pada Gambar 2. Untuk menyelesaikan persoalan ini,
pemerintah menerapkan kebijakan berupa pembangunan sektor unggulan yang
salah satunya merupakan sektor pariwisata. Sektor pariwisata telah
memperlihatkan performanya dalam mendukung perekonomian nasional baik dari
PDB nasional maupun devisa negara. Selain itu, sektor pariwisata juga memiliki
kontribusi cukup baik dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2013, sektor
pariwisata mampu menyerap sebesar 8.52 persen dari total tenaga kerja nasional
54

dengan kontribusi distribusi pendapatan mencapai 4.15 persen dari total distribusi
upah/ gaji nasional (Kementerian Pariwisata, 2014).

Gambar 2 Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Sumber Pendapatan


Utama Tahun 2014
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016c
Dalam upaya mencapai berbagai tujuan pembangunan nasional, sesuai pada
RPJMN 2015-2019, sasaran pembangunan pariwisata yaitu kontribusi sektor
pariwisata terhadap PDB nasional tahun 2019 sebesar 8 persen. Besarnya dampak
dari peningkatan PDB sektor pariwisata terhadap pendapatan faktor produksi,
institusi, dan sektor produksi ditampilkan pada Tabel 16. Dari hasil analisis
berikut, dapat dilihat bahwa dengan adanya peningkatan PDB sektor pariwisata
secara keseluruhan, akan meningkatkan total pendapatan faktor produksi sebesar
Rp 445 947.8 miliar atau sebesar 15.1 persen dari total dampak peningkatan PDB
sektor pariwisata secara keseluruhan. Pertumbuhan tertinggi akibat peningkatan
PDB sektor pariwisata terjadi pada tenaga kerja pertanian sebesar 12.86 persen
atau sebesar Rp 76 432.5 miliar.
Selain itu, adanya peningkatan PDB sektor pariwisata mampu
meningkatkan pendapatan institusi sebesar Rp 546 977.1 miliar atau sebesar 18.52
persen dari total dampak peningkatan PDB sektor pariwisata secara keseluruhan.
Dari hasil yang terlihat, perubahan peningkatan pendapatan rumah tangga yang
terbesar diperoleh oleh rumah tangga pertanian sebesar 9.81 persen. Hal ini
memberi petunjuk bahwa adanya upaya pembangunan sektor pariwisata sehingga
mendorong terciptanya peningkatan kontribusi pendapatan sektor pariwisata
terhadap PDB nasional, mampu mendorong kesejahteraan tenaga kerja pertanian
55

maupun rumah tangga pertanian lebih baik dari pada faktor produksi dan institusi
lainnya sehingga diperkirakan dapat mendukung upaya pengurangan angka
kemiskinan dan peningkatan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Hal ini
didukung oleh empat keunggulan sektor pariwisata dalam upaya mengurangi
kemiskinan yaitu sektor pariwisata memiliki potensi besar dengan pengusaha
lokal, intensif tenaga kerja, berpotensi bagi negara-negara yang tidak memiliki
daya saing komoditas ekspor, dan produk pariwisata dapat dikembangkan
berdasarkan sumber daya alam dan budaya sesuai aset yang dimiliki masyarakat
lokal (Brahmantyo dan Kusmayadi, 2004).
Dengan adanya peningkatan pendapatan sektor pariwisata, memperlihatkan
semakin banyaknya kegiatan pariwisata yang diakses oleh wisatawan yang
berkunjung di daerah wisata di Indonesia. Berbagai kebutuhan wisatawan seperti
tour guide, penginapan, konsumsi selama berwisata, souvenir, dan akomodasi
lainnya terkait aktivitas pariwisata, mendorong sektor pariwisata untuk
menyediakan kebutuhan dan keinginan wisatawan tersebut yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kegiatan produksi berbagai sektor ekonomi secara
keseluruhan. Dari hasil penelitian, adanya peningkatan kontribusi pendapatan oleh
sektor pariwisata terhadap PDB nasional mengakibatkan peningkatan pendapatan
sektor ekonomi secara keseluruhan sebesar 66.38 persen atau sebesar Rp 1 959
175.9 miliar. Sektor hotel mengalami peningkatan terbesar yaitu sebesar 97
persen sedangkan peningkatan pendapatan terbesar kedua diperoleh oleh sektor
industri kayu dan barang dari kayu sebesar 17.46 persen, sektor restoran sebesar
17.16 persen, diikuti sektor transportasi dan komunikasi pada posisi keempat
dengan peningkatan pendapatan sebesar 15.91 persen, dan sektor industri
pemintalan, tekstil, pakaian, dan kulit sebesar 14.48 persen. Peningkatan
pendapatan sektor-sektor ekonomi tersebut mengindikasikan bahwa dengan
semakin banyaknya kebutuhan wisatawan akan akomodasi, penginapan, dan
souvenir yang dibeli oleh wisatawan selama berwisata dapat mendorong upaya
pembangunan pariwisata sehingga dapat mengembangkan sektor-sektor ekonomi
secara keseluruhan sekaligus meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata.

Dalam RPJMN 2015-2019, arah kebijakan pembangunan nasional


ditujukan untuk membangun ekonomi domestik melalui pembangunan desa dan
56

kawasan perdesaan yang diupayakan dengan mengembangkan ekonomi kawasan


perdesaan. Strategi pengembangan kawasan perdesaan yang dimaksud
diupayakan, salah satunya, dengan mewujudkan dan mengembangkan destinasi
pariwisata. Terdapat sepuluh destinasi wisata yang sedang diusung untuk upaya
pembangunan pariwisata yaitu Danau Toba di Sumatera Utara, Kepulauan Seribu
di DKI Jakarta, Tanjung Lesung di Banten, Tanjung Kalayang di Bangka
Belitung, Borobudur di Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur,
Mandalika di NTB, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, Labuan Bajo di NTT, dan
Pulau Morotai di Maluku Utara.
Tabel 16 Dampak Peningkatan PDB Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan
Faktor Produksi, Institusi, Sektor Produksi (miliar Rupiah)
Kode Uraian Dampak Perubahan
Faktor Produksi
1 Tenaga Kerja Pertanian 76432.52 12.86%
2 Tenaga Kerja Non Pertanian 165591.69 7.89%
3 Bukan Tenaga Kerja 203923.58 8.28%
Institusi
4 Rumah Tangga Pertanian 87049.24 9.81%
5 Rumah Tangga Non Pertanian Desa 96722.26 8.69%
6 Rumah Tangga Non Pertanian Kota 140788.89 7.99%
7 Perusahaan 153336.09 8.10%
8 Pemerintah 69080.63 7.53%
Sektor Produksi
9 Pertanian 347125.19 12.92%
10 Pertambangan dan Galian 95248.33 7.60%
11 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 226615.51 10.96%
12 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 75464.58 14.48%
13 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 58047.86 17.46%
Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan
14 Barang Dari Logam dan Industri 180579.14 6.66%
Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat,
15 Semen 196582.53 8.17%
16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 17398.73 7.05%
17 Konstruksi 92044.63 6.97%
18 Perdagangan 45485.36 4.71%
19 Restoran 98639.96 17.16%
20 Hotel 70064.17 97.00%
21 Transportasi dan Komunikasi 168363.62 15.91%
22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 119575.21 10.29%
23 Jasa-Jasa 167941.05 10.32%
Total 1959175.87
Sumber: Data diolah, 2016
Sebagian besar daerah wisata tersebut terletak pada daerah pedesaan, yang
sebagian besar mata pencaharian masyarakat pedesaaan diperoleh dari pertanian.
Pengembangan pariwisata sesuai dengan arah kebijakan pembangunan nasional
57

dapat memberikan dampak besar pada daerah pedesaan yang selanjutnya dapat
dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat pada daerah wisata
tersebut. Besarnya dampak dari pembangunan pariwisata terhadap pengembangan
pedesaan dapat diupayakan sebagai pembangunan pariwisata yang diarah pada
pengembangan pertanian sebagai pendukung pencapaian sasaran pembangunan
pariwisata sehingga daerah pedesaan sebagai daerah pertanian dapat berkembang
sebagai daerah pemasok kebutuhan pariwisata terutama terkait kebutuhan pangan
hingga produk pertanian yang dibutuhkan wisatawan.

5.2.2 Dampak Peningkatan Konsumsi Wisatawan Mancanegara terhadap


Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, Sektor Produksi

Pada tahun 2014, kunjungan wisatawan mancanegara ke wisata di


Indonesia mencapai 9.44 juta perjalanan atau meningkat sebesar 5.66 persen dari
tahun 2013 (Kementerian Pariwisata, 2015). Berdasarkan data dari Kementerian
Pariwisata (2016d), perjalanan wisata yang dilakukan wisatawan mancanegara
paling banyak memiliki tujuan untuk liburan dan kegiatan bisnis. Daya tarik
wisata Indonesia yang beragam mampu menarik perhatian wisatawan
mancanegara yaitu diantaranya keanekaragaman budaya, sumberdaya alam, dan
berbagai event menarik yang diselenggarakan pada daerah wisata. Kunjungan
wisatawan mancanegara pada daerah wisata memiliki pengaruh besar dalam
perolehan devisa bagi negara. Semakin besar pengeluaran wisatawan tersebut
untuk memenuhi kebutuhan wisata mereka, maka semakin banyak devisa yang
diterima oleh negara.
Berdasarkan agenda prioritas pemerintah Republik Indonesia 2015-2019
yang terkait pariwisata, terkandung pada butir enam yang berbunyi Meningkatkan
Produktivitas Rakyat dan Daya Saing Di Pasar Internasional sehingga Indoneisa
Dapat Maju dan Bangkit Bersama Bangsa-Bangsa Asia Lainnya. Dalam upaya
meningkatkan akselarasi pertumbuhan ekonomi nasional, pengembangan sektor
pariwisata akan diarahkan pada peningkatan daya saing dengan memanfaatkan
potensi-potensi wisata yang belum di kelola dengan optimal. Tujuan dari
pengembangan pariwisata ini memiliki sasaran pembangunan yaitu salah satunya
58

peningkatan jumlah wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara


(Kementerian Pariwisata, 2016c).
Berdasarkan pada sasaran pembangunan pariwisata tersebut, dampak
akibat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, sesuai dengan
target pokok pembangunan nasional pada RPJMN 2015-2019, akan meningkatkan
pendapatan faktor produksi sebesar Rp 170 038.33 miliar. Peningkatan faktor
produksi tertinggi akibat peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara,
dinikmati oleh tenaga kerja pertanian yaitu sebesar 4.94 persen atau sekitar Rp 29
390.47 miliar. Hal ini didukung oleh studi dari Barudin (2011), bahwa adanya
peningkatan permintaan wisatawan akan pariwisata selain dapat meningkatkan
PDB nasional tetapi juga mampu mendorong penyerapan tenaga kerja, dan
menciptakan kesejahteraan.
Dalam perolehan pendapatan institusi, akibat adanya peningkatan konsumsi
wisatawan mancanegara ini mampu meningkatkan pendapatan institusi sebesar Rp
206 992.1 miliar dengan peningkatan tertinggi dirasakan oleh rumah tangga
pertanian dengan peningkatan sebesar 3.77 persen atau setara Rp 33 492.03
miliar. Adanya peningkatan permintaan akan pariwisata, dapat mengakibatkan
semakin banyak barang dan jasa yang diperlukan untuk mendukung kegiatan-
kegiatan wisata sehingga dengan memperbesar investasi padat karya membuka
kesempatan untuk meningkatkan pendapatan penduduk serta menyerap tenaga
kerja yang ada (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014).
Pengembangan pariwisata melalui upaya peningkatan konsumsi wisatawan
mancanegara mampu memberikan kesejahteraan lebih baik pada tenaga kerja
pertanian dan rumah tangga pertanian dibandingkan dengan fakor produksi
lainnya dan institusi lainnya.
Peningkatan permintaan wisata di Indonesia dalam rangka pembangunan
pariwisata ini akan juga mendorong peningkatan permintaan barang-barang wisata
sebagai kebutuhan wisatawan tersebut. Adanya peningkatan konsumsi pariwisata
oleh wisatawan mancanegara ini mengakibatkan peningkatan pendapatan sektor
ekonomi secara keseluruhan sebesar Rp 1 127 070.51 miliar. Peningkatan
permintaan pariwisata ini berpengaruh besar tehadap pendapatan sektor hotel yang
menghasilkan hampir 200 persen atau mengalami tambahan hingga dua kali lipat
59

dari keadaan sebelum adanya peningkatan permintaan wisata oleh wisatawan


mancanegara. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya upaya pengembangan
pariwisata dengan mengupayakan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara mampu memberikan pengaruh besar pada pengembangan sektor
hotel dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain sektor hotel, sektor ekonomi
lain yang mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu sektor restoran sebesar 12.12
persen, diikuti sektor jasa-jasa pada posisi ketiga sebesar 4.70 persen, sektor
transportasi dan komunikasi pada posisi keempat sebesar 4.46 persen, dan sektor
pertanian pada posisi kelima sebesar 4.97 persen. Selain sektor hotel, sektor
berikut juga akan mengalami perkembangan yang cukup besar dibanding sektor
ekonomi lainnya sebagai dampak dari adanya peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara sebagai upaya pembangunan nasional. Dampak
peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara terhadap terhadap pendapatan
faktor produksi, institusi, dan sektor produksi tersedia pada Tabel 17.
Sektor pertanian bukan merupakan sektor yang berpengaruh langsung
dengan sektor pariwisata namun ternyata dengan adanya peningkatan konsumsi
wisatawan mancanegara, sektor pertanian termasuk dalam lima besar sektor yang
mengalami peningkatan pendapatan terbesar. Jika dikaji secara keseluruhan,
akibat adanya peningkatan konsumsi wisatawan ini telah mengakibatkan
peningkatan besar pada bidang pertanian baik dari pendapatan sektor, tenaga
kerja, maupun rumah tangga. Menurut Faulkner (1997), Baldwin dan Brodess
(1993) dalam I Gusti Bagus Rai Utama (2011), dalam paradigma lama, pariwisata
lebih mengutamakan pariwisata masal namun sekarang lambat laun bergerak
kearah pariwisata baru yaitu lebih mengarah pada wisata yang lebih canggih,
keragaman minat khusus, dan pengalaman baru. Dalam usaha pengembangan
pariwisata di Indonesia perlu diperhatikan akan dampak-dampak yang
ditimbulkan sehingga pengembangan ekowisata dan agriwisata dapat menjadi
pariwisata alternatif (Utama, 2011). Menurut Eadington dan Smith (1995) dalam I
Gusti Bagus Rai Utama (2011), ekowisata dan agrowisata tersebut diartikan
sebagai pariwisata altenatif karena konsisten dengan nilai-nilai alam, sosial, dan
masyarakat yang memungkinkan adanya interaksi positif diantara pelakunya.
Penerapan pariwisata berkelanjutan bertitik tolak dari kepentingan dan partisipatif
60

masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan/pengunjung sehingga


meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan sumberdaya dengan
penerapan agrowisata dilakukan sedemikian rupa supaya kebutuhan ekonomi,
sosial dan estetika dapat terpenuhi melalui konsistensi dalam pemeliharaan
integritas kultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan
sistem pendukung kehidupan (Utama, 2011).
Tabel 17 Dampak Peningkatan Konsumsi Wisatawan Mancanegara terhadap
Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, Sektor Produksi (miliar Rupiah)
Kode Uraian Dampak Perubahan
Faktor Produksi
1 Tenaga Kerja Pertanian 29 390.47 4.94%
2 Tenaga Kerja Non Pertanian 67 177.71 3.20%
3 Bukan Tenaga Kerja 73 470.15 2.98%
Institusi
4 Pertanian 33 492.03 3.77%
5 Non Pertanian Desa 37 523.13 3.37%
6 Non Pertanian Kota 55 429.87 3.14%
7 Perusahaan 55 363.26 2.93%
8 Pemerintah 25 183.81 2.75%
Sektor Produksi
9 Pertanian 133 479.48 4.97%
10 Pertambangan dan Galian 15 621.23 1.25%
11 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 94 750.33 4.58%
12 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan
Kulit 23 020.81 4.42%
13 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 14 445.38 4.35%
14 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan
dan Barang Dari Logam dan Industri 54 780.94 2.02%
15 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat,
Semen 60 202.50 2.50%
16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 4 707.59 1.91%
17 Konstruksi 3 864.73 0.29%
18 Perdagangan 0.00 0.00%
19 Restoran 69 704.18 12.12%
20 Hotel 128 297.40 177.62%
21 Transportasi dan Komunikasi 47 231.30 4.46%
22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 23 434.40 2.02%
23 Jasa-Jasa 76 499.80 4.70%
Total 1 127 070.51
Sumber: Data diolah, 2016

Dalam penelitian Adnyana (2012), menyatakan bahwa sektor pariwisata


memiliki peranan yang relatif lebih baik dalam pertumbuhan perekonomian dan
distribusi pendapatan dari pada sektor pertanian namun kontribusi sektor
pertanian dari aspek ketenagakerjaan lebih besar dibandingkan sektor pariwisata.
Oleh karena itu, adanya penerapan pengelolaan yang berkesinambungan antara
sektor pariwisata dan sektor pertanian dapat mendukung upaya penyerapan tenaga
61

kerja sesuai tujuan pembangunan nasional. Selain itu juga, untuk mencapai
sasaran pembangunan pariwisata, melalui peningkatan daya saing sehingga dapat
menarik minat kunjung wisatawan mancanegara yang lebih besar, perlu ditunjang
oleh aspek keamanan, kenyamanan, dan keberlanjutan pariwisata yang merupakan
faktor penting dalam berwisata.

5.2.3 Dampak Peningkatan Konsumsi Wisatawan Nusantara terhadap


Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, Sektor Produksi

Jumlah kunjungan wisatawan nusantara memiliki pengaruh besar terhadap


potensi perolehan pendapatan negara dan penciptaan kesejahteraan masyarakat di
daerah tujuan wisata. Pada tahun 2014, perjalanan wisatawan nusantara mencapai
251.20 juta perjalanan atau meningkat sekitar 0.47 persen dibandingkan tahun
2013 yang sebesar 250 juta perjalanan. Pencapaian jumlah perjalanan wisatawan
nusantara yang diperoleh selama setahun ini disebabkan oleh banyaknya liburan
ganda (Jumat, Sabtu dan Minggu/ Sabtu, Minggu dan Senin) selain hari libur
nasional. Selain itu, semakin banyaknya orang kelas menengah baru,
berkembangnya telekomunikasi dan informasi serta angkutan udara juga
mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisata oleh wisatawan nusantara
(Kementerian Pariwisata, 2015).
Sesuai dengan arah kebijakan pada RPJMN 2015-2019, tercantum bahwa
sasaran pembangunan pariwisata yaitu diantara adalah peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Berdasarkan
sasaran pembangunan pariwisata tersebut, peningkatan konsumsi wisatawan
nusantara di Indonesia mampu meningkatkan pendapatan faktor produksi secara
total sebesar Rp 25 096.97 miliar. Peningkatan pendapatan faktor produksi akibat
peningkatan kunjungan wisatawan nusantara diterima oleh tenaga kerja pertanian
yaitu sebesar 0.63 persen atau sebesar Rp 3 753.7 miliar. Sedangkan terhadap
pendapatan institusi, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara sesuai
sasaran pembangunan mampu meningkatkan pendapatan institusi sebesar
Rp 30 506 miliar dengan perolehan peningkatan pendapatan rumah tangga
tertinggi diperoleh oleh rumah tangga pertanian sebesar 0.52 persen atau sebesar
Rp 4 648.37 miliar. Hal ini menunjukkan dengan tercapainya sasaran
62

pembangunan pariwisata yaitu peningkatan jumlah kunjungan wisatawan


nusantara sebesar 275 juta perjalanan mampu memberikan dampak peningkatan
paling tinggi pada tenaga kerja dan rumah tanga pertanian dibandingkan dengan
faktor produksi dan institusi lainnya. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan analisis
sebelumnya bahwa sektor pariwisata yang bersifat padat karya.
Peningkatan intensitas jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan
mancanegara maupun nusantara akan direspon dengan terjadinya peningkatan
permintaan akan barang-barang pariwisata sebagai kebutuhan kegiatan wisata.
Dampak yang dihasilkan, akibat peningkatan konsumsi wisatawan nusantara,
mampu meningkatkan perolehan pendapatan sektor ekonomi secara keseluruhan
sebesar Rp 167 489.50 miliar. Peningkatan pendapatan terbesar akibat
peningkatan konsumsi wisatawan nusantara terjadi pada sektor hotel sebesar 5.68
persen atau sebesar Rp 4 105.55 miliar. Peningkatan terbesar kedua dinikmati
oleh sektor transportasi dan komunikasi sebesar 1.94 persen, diikuti sektor
restoran pada posisi ketiga sebesar 1.84 persen, sektor jasa-jasa pada posisi
keempat sebesar 0.74 persen, dan sektor industri kayu dan barang dari kayu
sebesar 0.7 persen. Dampak peningkatan konsumsi wisatawan nusantara terhadap
terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi tersedia pada
Tabel 18.
Peningkatan pendapatan, baik faktor produksi, institusi, dan sektor
ekonomi, akibat peningkatan jumlah konsumsi wisatawan mancanegara lebih
besar daripada wisatawan nusantara diakibatkan oleh pengeluaran biaya konsumsi
yang dilakukan wisatawan mancanegara tersebut dalam bentuk mata uang asing
sehingga perlu dikonversi nilainya ke mata uang rupiah dan nilai mata uang asing
ini nilainya lebih besar dari pada nilai mata uang rupiah sehingga memberikan
pendapatan yang besar bagi Indonesia dalam bentuk devisa. Perbedaan inilah
yang mengkibatkan dampak yang dihasilkan akibat peningkatan jumlah konsumsi
wisatawan mancanegara jauh lebih besar dibandingkan dengan wisatawan
nusantara.
Adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan
wisatawan nusantara sebagai target pembangunan nasional dapat menjadi insentif
peningkatan pendapatan bagi berbagai sektor produksi lainnya dan perekonomian
63

nasional. Pemenuhan berbagai kebutuhan wisatawan dan fasilitas wisata dari


perjalanan menuju daerah wisata hingga kegiatan wisata tersebut selesai, sangat
penting bagi keberlangsungan kegiatan pariwisata karena hal tersebut sangat
mempengaruhi daya saing pariwisata dalam menarik minat kunjung para
wisatawan. Menurut Egon Smeral (2003), pertumbuhan sektor pariwisata dapat
begitu pesat karena sektor ini sangat dipengaruhi oleh struktur permintaannya.
Pariwisata merupakan suatu sumberdaya yang terbatas dan cenderung kurang
memanfaatkan terknologi sehingga hal ini sangat memberikan keuntungan dalam
pembentukan kesempatan kerja sehingga dengan bertumbuhnya permintaan akan
pariwisata dapat memberikan dampak besar dalam pembangunan sektor
pariwisata yang selanjutnya dapat mendorong perekonomian di Indonesia.
Tabel 18 Dampak Peningkatan Konsumsi Wisatawan Nusantara terhadap
Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, Sektor Produksi (miliar Rupiah)
Kode Uraian Dampak Perubahan
Faktor Produksi
1 Tenaga Kerja Pertanian 3 753.70 0.63%
2 Tenaga Kerja Non Pertanian 10 635.38 0.51%
3 Bukan Tenaga Kerja 10 707.91 0.43%
Institusi
4 Pertanian 4 648.37 0.52%
5 Non Pertanian Desa 5 532.67 0.50%
6 Non Pertanian Kota 8 569.71 0.49%
7 Perusahaan 8 072.55 0.43%
8 Pemerintah 3 682.70 0.40%
Sektor Produksi
9 Pertanian 17 047.75 0.63%
10 Pertambangan dan Galian 2 863.56 0.23%
11 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 12 948.92 0.63%
12 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 3 600.63 0.69%
13 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 2 337.27 0.70%
14 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan
Barang Dari Logam dan Industri 9 010.76 0.33%
15 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat,
Semen 11 360.08 0.47%
16 Listrik, Gas, dan Air Bersih 767.04 0.31%
17 Konstruksi 696.40 0.05%
18 Perdagangan 0.00 0.00%
19 Restoran 10 557.74 1.84%
20 Hotel 4 105.55 5.68%
21 Transportasi dan Komunikasi 20 519.72 1.94%
22 Keuangan dan Jasa Perusahaan 4 083.92 0.35%
23 Jasa-Jasa 11 987.19 0.74%
Total 167 489.50
Sumber: Data diolah, 2016
64
65

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa


kesimpulan sebagai berikut:
1. Sektor pariwisata merupakan sektor yang penting untuk dikembangkan
dalam pengembangan perekonomian di Indonesia.
a. Sektor pariwisata memiliki peran besar dalam penciptaan nilai tambah
faktor produksi, lapangan pekerjaan, distribusi pendapatan institusi, dan
memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor perekonomian secara
keseluruhan.
b. Sektor pariwisata terkait yang memiliki efek multiplier tertinggi yaitu
sektor perdagangan, sektor restoran, dan sektor jasa-jasa.
c. Dalam keterkaitan dengan sektor-sektor perekonomian, sektor pariwisata
memiliki hubungan sangat erat dengan sektor-sektor hulunya terutama
sektor pertanian.
2. Pencapaian sasaran pembangunan pariwisata berupa peningkatan
kontribusi PDB sektor pariwisata pada PDB nasional, memperlihatkan
adanya perkembangan terbesar pada pendapatan tenaga kerja pertanian dan
rumah tangga pertanian. Sedangkan, peningkatan terbesar pada pendapatan
sektor ekonomi diperoleh oleh sektor hotel, sektor industri kayu dan barang
kayu, dan sektor restoran.
3. Peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara atau wisatawan nusantara
juga meningkatkan pendapatan faktor produksi, pendapatan rumah tangga,
dan pendapatan sektor ekonomi secara keseluruhan.
a. Dampak dari adanya peningkatan konsumsi wisatawan mancanegara
pada sektor pariwisata menunjukkan terjadinya peningkatan pendapatan
faktor produksi terbesar pada tenaga keja pertanian dan peningkatan
pendapatan institusi terbesar pada rumah tangga pertanian. Sedangkan,
dampak peningkatan terbesar pada pendapatan sektor ekonomi terjadi
pada sektor hotel, sektor restoran, dan sektor pertanian.
66

b. Dampak dari adanya peningkatan konsumsi wisatawan nusantara pada


sektor pariwisata juga menunjukkan terjadinya peningkatan pendapatan
faktor produksi terbesar pada tenaga keja pertanian dan peningkatan
pendapatan institusi terbesar pada rumah tangga pertanian. Sedangkan,
dampak peningkatan terbesar pada pendapatan sektor ekonomi akibat
adanya peningkatan konsumsi wisatawan nusantara terjadi pada sektor
hotel, sektor transportasi dan komunikasi, dan sektor restoran.
c. Dampak peningkatan pendapatan, baik pendapatan faktor produksi,
institusi, dan sektor ekonomi, akibat peningkatan konsumsi wisatawan
mancanegara lebih besar dibandingkan dengan akibat peningkatan
konsumsi wisatawan nusantara.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, dapat diberikan saran sebagari


berikut:
1. Perlu adanya kegiatan promosi destinasi pariwisata, terutama pariwisata
berbasis pertanian berupa wisata kuliner, agrowisata, dan ekowisata.
2. Pembangunan sektor pariwisata diarahkan pada pengembangan sektor hotel
atau penginapan sekitar daerah wisata tujuan yang berbasis masyarakat.
3. Pembangunan pariwisata dengan pengembangan destinasi sebaiknya
disesuaikan dengan minat dan selera dari wisatawan saat ini terutama
wisatawan mancanegara.
67

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana IM. 2012. Pertanian dan Pariwisata dalam Perekonomian Bali: Analisis
Peranan dan Keterkaitan Antarsektor [Disertasi]. Bogor. Institusi Pertanian
Bogor.
Afifah DN. 2007. Peran sektor-sektor ekonomi berbasis pertanian terhadap
perekonomian Jawa Tengah dengan pendekatan system neraca sosial
ekonomi (SNSE) [skripsi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor.
Brahmantyo H, Kusmayadi. 2004. Kontribusi Untuk Daya Saing Nasional dalam
Membangun Pariwisata Berkelanjutan. Didalam: Brahmantyo H,
Kusmayadi, editor. Orasi Ilmiah Lustrum VII Sekolah Tinggi Pariwisata
Trisakti: 2004 juni 2; Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Academia. 1-16;
[diunduh 3 Agustus 2016]. Tersedia pada
https://stpsahid.academia.edu/kusmayadi
Badan Pusat Statistik. 2011. Sistem Neraca Sosial Ekonomi 2008 . Di dalam:
www.bps.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui].
[diunduh 1 Februari 2016]. Tersedia pada
http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Sistem-Neraca-Sosial-
Ekonomi-Indonesia-2008.pdf
Badan Pusat Statistik. 2016a. Laju Pertumbuhan PDB Seri 2010 (Persen) Tahun
2014-2016 . Di dalam: www.bps.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat
pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2 Agustus 2016]. Tersedia pada
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1138
Badan Pusat Statistik. 2016b. PDB Seri 2010 Triwulan Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2014-2016 . Di dalam:
www.bps.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui].
[diunduh 2 Agustus 2016]. Tersedia pada
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/826
Badan Pusat Statistik. 2016c. Karakteristik Rumah Tangga Miskin dan Rumah
Tangga Tidak Miskin 2013 dan 2014 Di dalam: www.bps.go.id [Internet].
[Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 6 Agustus 2016].
Tersedia pada https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/908
Badan Pengawas Keuangan Dan Pembanguan. 2015. Buku I RPJMN 2015-2019:
Agenda Pembangunan Nasional. Di dalam www.bpkp.go.id [internet].
[Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 1 Februari 2016].
Tersedia pada http://www.bpkp.go.id/sesma/konten/2254/Buku-I-II-dan-III-
RPJMN-2015-2019.bpkp.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2014. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019. Jakarta: Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional
Barudin. 2011. Dampak Liberalisasi Perdagangan dan Peningkatan Permintaan
Pariwisata terhadap Kinerja Ekonomi Makro dan Sektoral Di Indonesia
[tesis]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor.
Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta. Penerbit Andi
68

Daryanto A, Hafizrianda Y. 2010. Analisis Input-Output & Social Accounting


Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. Okttariani A, Syarifah SS,
editor.Bogor: IPB Pr.
Dewan Perwakilan Rakyat. 2015. Industri Pariwisata: Alternatif sektor andalan di
tengah pelemahan ekonomi domestik. Di dalam http://www.dpr.go.id
[internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 1
Februari 2016]. Tersedia pada
http://www.dpr.go.id/setjen/index/id/Analisis-APBN-BIRO-ANALISA-
ANGGARAN-DAN-PELAKSANAAN-APBN.
Dewi AS. 2013. Analisis daya saing dan permintaan pariwisata Indonesia di pasar
ASEAN [skripsi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor.
GÜL H. 2013. Economic impacts of an increase in the Foreign tourism receipts:
a sam‑based income Multiplier analysis for Turkey. Advancein hospitality
and tourism research (AHTR). 1(1): 17-36.
Hermawan B. 2012. Analisis Kontribusi transaksi pariwisata terhadap produk
domestik bruto (PDB) sektor pariwisata. Wahana Informasi Pariwisata:
Media Wisata. 7(1): 11-29.
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: Penerbit Grasindo.
Kementerian Pariwisata. 2013. Neraca Satelit Pariwisata Nasional 2013. Di dalam
www.kemenpar.go.id [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak
diketahui]. [diunduh 29 Januari 2016]. Tersedia pada
http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=146&id=3073.
Kementerian Pariwisata. 2014. Neraca Satelit Pariwisata Nasional 2014. Di
dalam: disbun.jatimprov.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan
tidak diketahui]. [diunduh 29 Januari 2016]. Tersedia pada
http://disbun.jatimprov.go.id/produkdomestik.php.
Kementerian Pariwisata. 2015. Laporan kinerja kementerian pariwisata tahun
2014. Di dalam: www.kemenpar.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat
pertemuan tidak diketahui]. [Diunduh 21 Februari 2016 ]. Tersedia pada
http://www.kemenpar.co.id/asp/detil.asp?c=142&id=3068.
Kementerian Pariwisata. 2016a. Ranking devisa pariwisata terhadap komoditas
ekspor lainnya. Di dalam www.kemenpar.go.id [internet]. [Waktu dan
tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 29 Januari 2016]. Tersedia
pada http://www.kemenpar.go.id/asp/ringkasan.asp?c=117.
Kementerian Pariwisata. 2016b. Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia
2014. Di dalam: www.kemenpar.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat
pertemuan tidak diketahui]. [Diunduh 11 Februari 2016 ]. Tersedia pada
http://www.kemenpar.co.id/asp/detil.asp?c=142&id=3068.
Kementerian Pariwisata. 2016c. Laporan Akuntanbilitas Kinerka Kementerian
Pariwisata Tahun 2015. Di dalam: www.kemenpar.go.id [Internet]. [Waktu
dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [Diunduh 2 Agustus 2016]. Tersedia
pada http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=19&id=3175.
Kementerian Pariwisata. 2016d. Profil Wisatawan Mancanegara Tahun 2009-
2014. Di dalam: www.kemenpar.go.id [Internet]. [Waktu dan tempat
pertemuan tidak diketahui]. [Diunduh 2 Agustus 2016]. Tersedia pada
http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=110&id=1417
Kusumastuti SY. 2014.Peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Indonesia.
Jurnal ekonomi pembangunan Trisakti. 1(2): 93-108.
69

Mankiw NG. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam.Liza F, Nurmawan I,


penerjemah.Barnadi D, Hardani W, Saat S, editor. Jakarta: Erlangga.
Meidianty A. 2015. Dampak peningkatan investasi di sektor pertanian dan
agroindustri terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja [skripsi].
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Mardiyaningsih DI. 2003. Industri pariwisata dan dampaknya terhadap kehidupan
sosial-ekonomi masyarakat lokal (kasus Dua Desa di Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah) [skripsi]. Bogor
(ID). Institusi Pertanian Bogor.
Pavlìc I, Tolic M S, Svilokos T.2013 Impact of tourism on the emloyment in
Croatia. World Scientific and Engineering Academy and Society. 34: 219-
224.
Rahayu, F. 2006. Analisis pengaruh sektor pariwisata terhadap perekonomian
Kota Bogor [skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional Tahun 2010 – 2025. Sekretariat Negara. Jakarta.
Sadoulet E, A de Janvry. 1995. Quantitative Development Policy Analysis.
Baltimore. The Johns Hopkins University Press.
Sari NA. 2006. Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia:
Suatu pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) [skripsi]. Bogor.
Institusi Pertanian Bogor.
Sarmila IR. 2013. Peran Investasi di sektor peternakan terhadap pendapatan dan
penyerapan tenaga kerja [skripsi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor.
Singagerda FIS. 2014. Faktor-faktor penentu aliran investasi, dan perdagangan
pariwisata serta dampaknya terhadap permintaan dan penawaran pariwisata
Indonesia [disertasi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor.
Smeral, E. 2003.A structural view of tourism growth. 9(1): 77-93.
Spillane JJ. 1994. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Kanisius.
Yogyakarta.
Suryadi. 2000. Analisis peranan ekonomi industri pariwisata terhadap
perekonomian Propinsi Bali; Analisis input-output [skripsi]. Bogor. Institusi
Pertanian Bogor.
Susilowati SH, Sinaga BM, Limbong WH, Erwidodo. 2007. Dampak kebijakan
ekonomi di sektor agroindustri terhadap kemiskinan dan pendapatan rumah
tangga di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi. 25(1): 11-36.
Teguh F dan Avenzora R. 2013. Ekowisata dan Pembangunan Pariwisata
Berkelanjutan di Indonesia, Potensi, Pembelajaran, dan Kesuksesan. Jakarta.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Tiffania D. 2008. Peranan sektor industri agro dalam perekonomian Jawa barat:
Suatu pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) [skripsi]. Bogor.
Institusi Pertanian Bogor.
Ujiani, DP. 2006. Analisis peranan jasa pariwisata dan sektor pendukungnya
dalam perekonomian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Input-
Output) [skripsi]. Bogor. Institusi Pertanian Bogor.
United Nation World Tourism Organization. 2015. Tourism – an economic and
social phenomenon. Di dalam http://www2.unwto.org/ [Internet]. [Waktu
70

dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diakses 23 Februari 2016]. Pada


http://www2.unwto.org/content/why-tourism.
United Nation World Tourism Organization. 2015. UNWTO Annual Reports
2015. Di dalam http://www2.unwto.org/ [Internet]. [Waktu dan tempat
pertemuan tidak diketahui]. [diakses 29 Mei 2016]. Pada
http://www2.unwto.org/annual-reports.
Utama, I Gusti Bagus R. 2011. Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif. Utama,
IGBR 2011. Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif. Di dalam
https://www.scribd.com/ [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak
diketahui]. [diakses 2 Agustus 2016]. Pada
https://www.scribd.com/doc/142965214/Agrowisata-Sebagai-Pariwisata-
Alternatif
Yoeti Oka A, 2006. Tours and Travel Marketing. Jakarta. Penerbit Pradnya
Paramita.
Yoeti Oka A, 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informsi, dan Implementasi.
Jakarta. Penerbit Buku Kompas.
71

LAMPIRAN
72

Lampiran 1 Klasifikasi dan Agregasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia


2008 (29x29)
Kode
Uraian
SNSE
Pertanian 1
Faktor Tenaga Kerja
Non Pertanian 2
Produksi
Bukan Tenaga Kerja 3
Pertanian 4
Rumah
Non Desa 5
Tangga
Institusi Pertanian Kota 6
Perusahaan 7
Pemerintah 8
Pertanian 9
Pertambangan dan Galian 10
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 11
Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 12
Industri Kayu & Barang Dari Kayu 13
Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan
14
Barang Dari Logam dan Industri
Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat,
Sektor 15
Semen
Produksi
Listrik, Gas, dan Air Bersih 16
Konstruksi 17
Perdagangan 18
Restoran 19
Hotel 20
Transportasi dan Komunikasi 21
Keuangan dan Jasa Perusahaan 22
Jasa-Jasa 23
Margin Perdagangan & Pengangkutan 24
Neraca Kapital 25
Pajak Tidak Langsung 26
Subsidi 27
Luar Negeri 28
JUMLAH 29
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011
73

Lampiran 2 Nerasa Agregasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi 2008 (miliar Rupiah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 594511.0 0.0 0.0
2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 24514.8 106821.1 120240.7
3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 191185.0 442310.6 166466.9
4 377341.0 246491.2 143729.4 2287.3 3347.3 13352.8 6410.3 94510.2 0.0 0.0 0.0
5 188678.8 569354.1 269762.2 1450.2 2468.0 9595.2 11707.4 59635.6 0.0 0.0 0.0
6 28491.2 1278549.0 375058.4 1549.2 1927.4 7387.1 24967.3 44888.1 0.0 0.0 0.0
7 0.0 0.0 1591198.0 9083.9 11078.4 15002.0 176469.9 89692.4 0.0 0.0 0.0
8 0.0 0.0 0.0 15749.7 26317.0 43006.7 650052.6 181676.4 0.0 0.0 0.0
9 0.0 0.0 0.0 195055.7 200099.0 249326.2 0.0 49.5 1325115.2 151.5 431601.3
10 0.0 0.0 0.0 183.8 471.7 657.5 0.0 0.0 2.1 776261.8 1176.5
11 0.0 0.0 0.0 217988.3 214563.8 324842.0 0.0 0.0 75932.0 0.0 1129488.7
12 0.0 0.0 0.0 27511.4 38547.7 47902.5 0.0 1501.1 624.3 217.6 273.7
13 0.0 0.0 0.0 8923.8 13403.7 16421.5 0.0 100.8 335.8 99.9 259.8
14 0.0 0.0 0.0 73945.2 101581.1 206003.8 0.0 18172.4 8295.2 14719.4 10217.8
15 0.0 0.0 0.0 61644.1 107527.9 141022.6 0.0 14220.9 88216.1 15896.3 15996.8
16 0.0 0.0 0.0 6583.4 11760.3 20706.2 0.0 2845.5 764.0 366.7 1668.3
17 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 17135.1 8234.9 7908.7 232.8
18 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
19 0.0 0.0 0.0 37847.3 68749.6 122557.1 0.0 13686.9 628.1 661.5 1267.7
20 0.0 0.0 0.0 2630.9 6586.3 11771.1 0.0 3210.9 36.8 129.1 241.0
21 0.0 0.0 0.0 51771.9 69039.8 104253.2 0.0 17890.8 4078.1 6046.9 6539.2
22 0.0 0.0 0.0 26848.7 47442.5 82857.7 0.0 10709.0 11989.6 6906.8 11675.1
23 0.0 0.0 0.0 93414.2 114087.0 191574.1 0.0 195043.5 5170.7 5823.1 7681.2
24 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 287173.6 23262.9 220787.1
25 0.0 0.0 0.0 70856.5 91886.1 162701.5 990597.3 229473.1 0.0 0.0 0.0
26 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 18832.2 26722.1 60480.2
27 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 240891.5 0.0 0.0 0.0
28 0.0 5419.7 91227.0 2994.1 4955.7 11343.5 56496.9 28699.7 54385.9 140667.1 59269.7
29 594511.0 2099813.9 2470975.0 908319.5 1135840.6 1782284.4 1916701.7 1264033.4 2700025.5 1574973.3 2245564.5
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah)

73
74

74
Lampiran 2 Lanjutan (miliar Rupiah)
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
2 45828.7 35860.0 179195.4 166589.2 16370.9 200903.9 441454.1 104242.4 9278.8 155357.5 98688.7 392760.5
3 62883.6 36245.2 251794.5 374785.1 111220.4 226751.2 58428.6 11904.6 14171.9 135467.7 274350.6 106351.6
4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
9 23901.4 25570.6 5503.7 47102.5 0.0 24478.5 526.7 102070.7 8472.8 381.5 331.6 47171.1
10 585.6 112.1 61465.2 298957.2 21902.9 90404.3 43.4 0.1 16.4 71.8 0.0 1162.5
11 1690.4 918.2 1032.8 4644.6 0.0 0.0 1246.5 59697.9 5842.9 3510.7 1219.6 24802.2
12 378503.6 728.0 3177.8 3319.2 18.1 1122.1 9438.2 2114.6 132.2 915.7 805.1 4264.1
13 188.6 211692.6 6933.0 389.2 0.0 68312.3 4735.9 17.7 2.1 35.9 20.0 512.7
14 6246.3 4424.2 1745978.0 13110.1 3088.4 316474.5 33585.6 214.4 213.3 27496.0 23365.5 104844.9
15 41193.0 14736.1 141879.0 1259660.8 35968.3 215171.9 61254.6 1743.4 209.5 121862.8 7861.0 59574.8
16 5578.4 1479.3 14492.5 6754.7 134951.6 405.9 24186.5 502.1 120.9 4057.3 3111.1 6296.6
17 706.5 68.9 1856.7 1068.9 1003.7 1221192.0 28211.6 49.8 32.9 5567.9 17327.1 9261.0
18 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 965459.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
19 1351.7 801.0 3833.9 2562.1 53.9 7438.2 19208.0 285129.2 140.1 3638.0 2722.6 2690.9
20 322.4 8.1 703.1 452.0 28.3 1246.3 2562.3 74.2 39619.5 1023.7 973.9 611.9
21 5678.6 6127.7 25653.0 11462.7 367.9 11120.1 90445.7 197.6 234.1 619286.7 15547.1 12480.6
22 7219.4 4039.6 35290.7 12805.8 3007.2 48480.1 160260.0 1750.8 421.9 29899.2 636112.8 24108.1
23 2864.1 3479.3 15195.8 8657.2 205.9 6476.4 29871.6 354.4 296.0 75891.3 26926.3 845071.8
24 43827.4 38734.1 332252.1 224722.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 219.9
25 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
26 9154.3 1901.4 74928.9 38017.9 2350.2 23986.6 33663.5 9497.5 2967.1 17744.3 11948.1 12745.5
27 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
28 16972.8 3872.8 494480.7 389624.7 0.0 0.0 0.0 8556.4 16241.2 66573.4 60691.1 36420.1
29 654696.7 390799.1 3395646.9 2864686.6 330537.7 2463964.4 1964582.0 588117.9 98413.6 1268781.4 1182002.2 1691350.5
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah)
75

Lampiran 2 Lanjutan (miliar Rupiah)


24 25 26 27 28 29
1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 594511.0
2 0.0 0.0 0.0 0.0 1707.2 2099813.9
3 0.0 0.0 0.0 0.0 6657.5 2470975.0
4 0.0 0.0 0.0 0.0 20850.1 908319.5
5 0.0 0.0 0.0 0.0 23189.1 1135840.6
6 0.0 0.0 0.0 0.0 19466.7 1782284.4
7 0.0 0.0 0.0 0.0 24176.9 1916701.7
8 0.0 0.0 344939.9 0.0 2291.1 1264033.4
9 0.0 -16740.3 0.0 985.2 28870.9 2700025.5
10 0.0 72330.7 0.0 0.0 249167.8 1574973.3
11 0.0 -27340.2 0.0 0.0 205484.1 2245564.5
12 0.0 13551.3 0.0 0.0 120028.3 654696.7
13 0.0 11743.6 0.0 0.0 46670.3 390799.1
14 0.0 339259.4 0.0 0.0 344411.3 3395646.9
15 0.0 -48268.6 0.0 154270.6 353044.8 2864686.6
16 0.0 0.0 0.0 83906.5 0.0 330537.7
17 0.0 1144106.0 0.0 0.0 0.0 2463964.4
18 999122.7 0.0 0.0 0.0 0.0 1964582.0
19 0.0 0.0 0.0 0.0 13150.0 588117.9
20 0.0 0.0 0.0 0.0 26181.8 98413.6
21 154321.8 0.0 0.0 1688.4 54549.5 1268781.4
22 0.0 2446.0 0.0 0.0 17731.0 1182002.2
23 17535.0 17742.8 0.0 40.7 27948.0 1691350.5
24 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1170979.6
25 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1545514.5
26 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 344939.9
27 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 240891.5
28 0.0 36683.9 0.0 0.0 0.0 1585576.4
29 1170979.6 1545514.5 344939.9 240891.5 1585576.4 40474523.8
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah)

75
76

76
Lampiran 3 Matriks Multiplier
Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1.24247 0.22037 0.09712 0.25174 0.22859 0.21160 0.03946 0.09090 0.57830 0.09095 0.26751 0.13620
2 0.32476 1.32989 0.16773 0.32167 0.32971 0.33295 0.09703 0.23787 0.23191 0.29823 0.27807 0.36490
3 0.41446 0.41263 1.19248 0.41266 0.41847 0.41178 0.09362 0.22320 0.42409 0.75330 0.41448 0.52244
4 0.87099 0.34311 0.18468 1.24110 0.22875 0.22236 0.08349 0.19861 0.43521 0.15975 0.24134 0.17742
5 0.54204 0.49221 0.23174 0.22607 1.22253 0.22038 0.08024 0.18209 0.30453 0.20912 0.21637 0.21225
6 0.33430 0.89848 0.31436 0.28443 0.28944 1.29188 0.10890 0.23390 0.24517 0.31804 0.25598 0.32126
7 0.32582 0.32364 0.88199 0.32453 0.32890 0.32250 1.20855 0.26532 0.32300 0.55997 0.31240 0.39131
8 0.17078 0.17377 0.36821 0.16780 0.17614 0.17461 0.48561 1.28848 0.15189 0.23965 0.14169 0.17338
9 1.10120 1.00084 0.44110 1.14331 1.03815 0.96100 0.17919 0.41282 2.62642 0.41307 1.21492 0.61858
10 0.12150 0.12429 0.05797 0.11776 0.12857 0.12417 0.02833 0.06759 0.09818 2.03772 0.07292 0.12755
11 0.87058 0.80399 0.34884 0.91013 0.80413 0.78687 0.13770 0.31494 0.60048 0.32606 2.40184 0.36423
12 0.13654 0.13089 0.05748 0.13433 0.14261 0.12556 0.02335 0.05380 0.07854 0.05432 0.05681 2.42675
13 0.04412 0.04299 0.01911 0.04288 0.04701 0.04141 0.00807 0.01874 0.02650 0.01939 0.01941 0.02060
14 0.44354 0.48032 0.22279 0.43524 0.45101 0.50410 0.11137 0.26638 0.28084 0.25043 0.22788 0.26737
15 0.46331 0.46751 0.21559 0.44857 0.49302 0.46178 0.10184 0.24160 0.39200 0.24388 0.27687 0.50230
16 0.04184 0.04581 0.02105 0.03969 0.04531 0.04741 0.01025 0.02442 0.02649 0.02083 0.02247 0.05602
17 0.02742 0.02754 0.02111 0.02723 0.02779 0.02761 0.01910 0.04931 0.03080 0.03733 0.02043 0.02489
18 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
19 0.19034 0.21721 0.09581 0.17637 0.21258 0.22806 0.04306 0.10094 0.11314 0.09069 0.08872 0.10042
20 0.01547 0.01870 0.00896 0.01361 0.01852 0.01984 0.00487 0.01182 0.00950 0.00842 0.00789 0.01017
21 0.23997 0.24018 0.11170 0.23762 0.24472 0.23967 0.05402 0.12865 0.14659 0.11834 0.11765 0.14938
22 0.21195 0.22995 0.10554 0.20213 0.22778 0.23725 0.05110 0.12160 0.14765 0.11900 0.12770 0.16517
23 0.47098 0.47496 0.29266 0.47143 0.46864 0.48047 0.21919 0.55525 0.29565 0.26039 0.23805 0.26013
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah)
77

Lampiran 3 Lanjutan
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 0.16936 0.06035 0.08487 0.10331 0.11943 0.16011 0.32982 0.17223 0.12310 0.11219 0.17718
2 0.41036 0.23508 0.25677 0.30154 0.42767 0.79440 0.60549 0.32511 0.52795 0.41011 0.73761
3 0.49466 0.34210 0.49714 0.91045 0.58917 0.53931 0.42723 0.47278 0.56647 0.76552 0.50358
4 0.20198 0.09724 0.12885 0.18144 0.18025 0.24809 0.32341 0.19125 0.19326 0.18842 0.24884
5 0.23188 0.12866 0.16257 0.23431 0.23287 0.34100 0.32865 0.20637 0.25888 0.24848 0.32614
6 0.34602 0.20653 0.24793 0.34791 0.37047 0.58887 0.46222 0.29009 0.42823 0.38986 0.54871
7 0.37185 0.25580 0.37063 0.67596 0.44104 0.40945 0.32673 0.35470 0.42563 0.57065 0.38263
8 0.16740 0.11259 0.16079 0.28755 0.19508 0.19302 0.15788 0.15812 0.19157 0.24755 0.18088
9 0.76917 0.27408 0.38546 0.46918 0.54240 0.72714 1.49791 0.78218 0.55908 0.50953 0.80468
10 0.10374 0.14417 0.41491 0.35351 0.30142 0.14136 0.09728 0.06088 0.15176 0.08728 0.13416
11 0.40146 0.20850 0.26580 0.36430 0.37986 0.56915 0.97419 0.54973 0.43768 0.40154 0.59616
12 0.07106 0.03874 0.04704 0.06088 0.06580 0.11489 0.10287 0.05895 0.07390 0.06869 0.09906
13 2.20254 0.02064 0.01491 0.02092 0.14289 0.04488 0.02893 0.01804 0.02473 0.02578 0.03239
14 0.29032 2.19616 0.18708 0.27508 0.77287 0.46124 0.32171 0.21082 0.38724 0.36470 0.58814
15 0.40904 0.29243 1.95780 0.56326 0.59921 0.51344 0.37472 0.22844 0.62018 0.30109 0.48102
16 0.03749 0.02826 0.02285 1.71360 0.02928 0.07811 0.03362 0.02293 0.03924 0.03485 0.04625
17 0.02173 0.01497 0.01863 0.03388 2.00660 0.09216 0.02596 0.01835 0.04217 0.08414 0.04643
18 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 1.96631 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
19 0.10740 0.06062 0.07259 0.10050 0.11444 0.19008 2.07745 0.09054 0.12501 0.11711 0.14892
20 0.00892 0.00583 0.00678 0.00948 0.01107 0.01828 0.01219 1.68147 0.01300 0.01279 0.01384
21 0.18461 0.09744 0.09721 0.12407 0.15059 0.35945 0.16417 0.11007 2.09200 0.18147 0.19626
22 0.16716 0.11249 0.09899 0.14971 0.21710 0.52978 0.17396 0.11626 0.23743 2.29353 0.22692
23 0.29538 0.16755 0.19888 0.28555 0.28276 0.44998 0.33040 0.23191 0.51870 0.38700 2.34096
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (diolah)

77
78

Lampiran 4 Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Menurut Produk


Barang dan Jasa yang dikonsumsi Tahun 2013
Jumlah
No Jenis Pengeluaran (miliar Rupiah)
1 Hotel dan Akomodasi 54 884.78
2 Restoran dan sejenisnya 19 827.73
3 Angkutan Domestik 9 814.08
4 Biro perjalanan, Operator, &Pramuwisata 2 982.93

5 Jasa Seni Budaya dan Rekreasi 5 504.76


6 Kesehatan dan Kecantikan 2 282.41
7 Jasa Pariwisata Lainnya 911.76
8 Souvenir 8 827.36
9 Produk Industri Non Makanan 5 788.41

10 Produk Pertanian 1 400.18


Total 112 224.40
Sumber: Kementerian Pariwisata, 2014

Lampiran 5 Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara Menurut Produk


Barang dan Jasa yang dikonsumsi Tahun 2013
Jumlah
No Jenis Pengeluaran
(miliar Rupiah)
1 Hotel dan Akomodasi 19 276.54
2 Restoran dan sejenisnya 34 587.73
3 Angkutan Domestik 74 622.16
4 Biro perjalanan, Operator, &Pramuwisata 3 350.08
5 Jasa Seni Budaya dan Rekreasi 4 998.17
6 Kesehatan dan Kecantikan 76.99
7 Jasa Pariwisata Lainnya 7 732.99
8 Souvenir 6 907.36
9 Produk Industri Non Makanan 20 896.49
10 Produk Pertanian 5 392.11
Total 177 840.61
Sumber: Kementerian Pariwisata, 2014
79

Lampiran 6 Hasil Simulasi Peningkatan Kontribusi PDB Sektor Pariwisata


terhadap PDB Nasional (miliar Rupiah)
Kode Uraian Injeksi Dampak Awal Perubahan
1 Tenaga Kerja Pertanian 0 76432.52 594511.01 12.86%
Tenaga Kerja Non
2 Pertanian 0 165591.69 2098106.73 7.89%
3 Bukan Tenaga Kerja 0 203923.58 2464317.45 8.28%
4 Pertanian 0 87049.24 887469.46 9.81%
5 Non Pertanian di Desa 0 96722.26 1112651.47 8.69%
6 Non Pertanian di Kota 0 140788.89 1762817.77 7.99%
7 Perusahaan 0 153336.09 1892524.79 8.10%
8 Pemerintah 0 69080.63 916802.43 7.53%
9 Pertanian 38843.61293 347125.19 2686909.68 12.92%
10 Pertambangan dan Galian 19538.45894 95248.33 1253474.84 7.60%
Industri Makanan,
11 Minuman dan Tembakau 20088.2294 226615.51 2067420.60 10.96%
Industri Pemintalan,
12 Tekstil, Pakaian dan Kulit 20088.2294 75464.58 521117.15 14.48%
Industri Kayu & Barang
13 Dari Kayu 20088.2294 58047.86 332385.31 17.46%
Industri Kertas,
Percetakan, Alat Angkutan
dan Barang Dari Logam
14 dan Industri 20088.2294 180579.14 2711976.14 6.66%
Industri Kimia, Pupuk,
Hasil Dari Tanah Liat,
15 Semen 20088.2294 196582.53 2405639.70 8.17%
Listrik, Gas, dan Air
16 Bersih 2262.178267 17398.73 246631.22 7.05%
17 Konstruksi 39515.66098 92044.63 1319858.48 6.97%
18 Perdagangan 23132.38234 45485.36 965459.25 4.71%
19 Restoran 28153.28571 98639.96 574967.90 17.16%
20 Hotel 39380.74579 70064.17 72231.75 97.00%
Transportasi dan
21 Komunikasi 55326.17706 168363.62 1058221.69 15.91%
Keuangan dan Jasa
22 Perusahaan 21520.31198 119575.21 1161825.17 10.29%
23 Jasa-Jasa 21520.31198 167941.05 1628083.97 10.32%
Sumber: Data diolah, 2016
80

Lampiran 7 Hasil Simulasi Peningkatan Konsumsi Wisatawan Mancanegara di


Sektor Pariwisata (miliar Rupiah)
Kode Uraian Injeksi Dampak Awal Perubahan
1 Tenaga Kerja Pertanian 0 29780.68 594511.01 5.01%
Tenaga Kerja Non
2 Pertanian 0 67093.36 2098106.73 3.20%
3 Bukan Tenaga Kerja 0 73361.20 2464317.45 2.98%
4 Pertanian 0 33721.83 887469.46 3.80%
5 Non Pertanian di Desa 0 37610.87 1112651.47 3.38%
6 Non Pertanian di Kota 0 55379.14 1762817.77 3.14%
7 Perusahaan 0 55287.07 1892524.79 2.92%
8 Pemerintah 0 25159.23 916802.43 2.74%
9 Pertanian 0 135251.66 2686909.68 5.03%
10 Pertambangan dan Galian 0 15315.07 1253474.84 1.22%
Industri Makanan,
11 Minuman dan Tembakau 4424.220404 99975.90 2067420.60 4.84%
Industri Pemintalan,
12 Tekstil, Pakaian dan Kulit 4424.220404 21563.01 521117.15 4.14%
Industri Kayu & Barang
13 Dari Kayu 4424.220404 13094.81 332385.31 3.94%
Industri Kertas,
Percetakan, Alat
Angkutan dan Barang
14 Dari Logam dan Industri 4424.220404 53531.95 2711976.14 1.97%
Industri Kimia, Pupuk,
Hasil Dari Tanah Liat,
15 Semen 4424.220404 58940.91 2405639.70 2.45%
Listrik, Gas, dan Air
16 Bersih 0 4674.53 246631.22 1.90%
17 Konstruksi 0 3866.45 1319858.48 0.29%
18 Perdagangan 0 0.00 965459.25 0.00%
19 Restoran 27372.5401 69722.09 574967.90 12.13%
20 Hotel 75766.32351 128307.24 72231.75 177.63%
Transportasi dan
21 Komunikasi 13554.59683 47214.11 1058221.69 4.46%
Keuangan dan Jasa
22 Perusahaan 0 23418.72 1161825.17 2.02%
23 Jasa-Jasa 16126.09748 76528.12 1628083.97 4.70%
Sumber: Data diolah, 2016
81

Lampiran 8 Hasil Simulasi Peningkatan Konsumsi Wisatawan Nusantara di


Sektor Pariwisata (miliar Rupiah)
Kode Uraian Injeksi Dampak Awal Perubahan
1 Tenaga Kerja Pertanian 0 3776.52 594511.01 0.64%
Tenaga Kerja Non
2 Pertanian 0 10628.49 2098106.73 0.51%
3 Bukan Tenaga Kerja 0 10699.46 2464317.45 0.43%
4 Pertanian 0 4661.39 887469.46 0.53%
5 Non Pertanian di Desa 0 5537.00 1112651.47 0.50%
6 Non Pertanian di Kota 0 8565.18 1762817.77 0.49%
7 Perusahaan 0 8066.54 1892524.79 0.43%
8 Pemerintah 0 3680.58 916802.43 0.40%
9 Pertanian 0 17151.41 2686909.68 0.64%
10 Pertambangan dan Galian 0 2844.59 1253474.84 0.23%
Industri Makanan,
11 Minuman dan Tembakau 794.61744 13259.90 2067420.60 0.64%
Industri Pemintalan,
Tekstil, Pakaian dan
12 Kulit 794.61744 3511.90 521117.15 0.67%
Industri Kayu & Barang
13 Dari Kayu 794.61744 2255.23 332385.31 0.68%
Industri Kertas,
Percetakan, Alat
Angkutan dan Barang
14 Dari Logam dan Industri 794.61744 8933.57 2711976.14 0.33%
Industri Kimia, Pupuk,
Hasil Dari Tanah Liat,
15 Semen 794.61744 11282.04 2405639.70 0.47%
Listrik, Gas, dan Air
16 Bersih 0 764.91 246631.22 0.31%
17 Konstruksi 0 696.38 1319858.48 0.05%
18 Perdagangan 0 0.00 965459.25 0.00%
19 Restoran 4141.294 10558.54 574967.90 1.84%
20 Hotel 2308.0528 4105.80 72231.75 5.68%
Transportasi dan
21 Komunikasi 8934.1232 20517.14 1058221.69 1.94%
Keuangan dan Jasa
22 Perusahaan 0 4082.30 1161825.17 0.35%
23 Jasa-Jasa 1933.3136 11985.24 1628083.97 0.74%
Sumber: Data diolah, 2016
82
83

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 17 Juli 1995 dari Ayah Harry
Nuranto dan Ibu Ning Aliah. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri Siwalan Kerto III Surabaya
tahun 2000-2006. Setelah itu menempuh pendidikan menengah pertama di SMP
Negeri 22 Surabaya tahun 2006-2009 dan pendidikan menengah atas di SMA
Negeri 15 Surabaya tahun 2009-2012. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2012,
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tulis dan diterima sebagai
mahasiswa di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama jadi pelajar, penulis aktif dalam kegiatan pramuka dan drum band
pada tahun 2004-2006. Pada periode 2009-2012 penulis aktif dalam kegiatan
paskibra selama tiga tahun dan aktif sebagai atlet softball selama dua tahun.
Selama jadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan.
Penulis pernah menjadi staff divisi Internal Deveplopment di himpunan profesi
Resources and Enviromental Economics Student Association (REESA) periode
tahun 2013-2014. Penulis pernah menjabat sebagai ketua divisi Internal
Deveplopment periode tahun 2014-2015. Selain itu penulis juga aktif dalam
kegiatan kepanitiaan baik lingkup departemen atau fakultas. Penulis juga pernah
mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2016 dan lolos
sebagai PKM yang Dibiayai serta pernah menerima beasiswa Peningkatan
Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2014-2016.

Anda mungkin juga menyukai