Pemanfaatan Kulit Pelepah Rumbia Sebagai Tirai - Kelompok 2 PDF
Pemanfaatan Kulit Pelepah Rumbia Sebagai Tirai - Kelompok 2 PDF
DI SUSUN
OLEH :
KELOMPOK 2
PRODI : AGROTEKNOLOGI
M. KULIAH : BAHASA INDONESIA
DOSPEN : NIA ASTUTI, M.Pd
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
MATANGGLUMPANGDUA, BIREUEN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Pemanfaatan
Kulit Pelepah RumbiaSebagai Tirai”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
motivasi dan masukan, membimbing, dan membantu penulis menyelesaikan
penulisan makalah ini, dalam hal ini kepada:
Penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna dan banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu, diperlukan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan rancangan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk perbaikan
pelayanan publik di instansi tempat penulis bertugas.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Tanaman Rumbia ............................................................... 3
2.2.1Taksonomi .................................................................................. 3
2.2.2 Morfologi .................................................................................. 3
2.2.3 Fisiologi .................................................................................... 5
2.2.4 Ekologi Dan Penyebaran............................................................ 5
2.2 Manfaat Rumbia ................................................................................. 5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1.2. Morfologi
Rumbia dapat memperbanyak diri dengan tunas akar, sehingga tumbuhnya
berumpun dan enyerupai berkelompok. Tumbuhan mudanya menyerupai rumpun
nipah dan dapat dibedakan dari tumbuhnya batang pada sagu. Tinggi antara 10 – 15
3
m dengan garis tengah 30 – 50 cm. Batang pohon lurus, warna batang coklat muda,
halus atau licin dan berakar serabut setinggi 1m. Tajuk pohon yang masih muda
berbentuk lingkaran dan yang sudah tua berbentuk kipas dan tidak teratur, tajuk sering
menipis dan menggugurkan daun pelepah.
Pelepah panjangnya mencapai 10 m letaknya tersusun teratur, pelepah
pada pohon muda berbentuk bulat, sedangkan yang tua beralur dibagian permukaan
atas. Daun terletak seperti sebilah pedang dan meruncing pada bagian ujungnya.
Pinggir-pinggir daun tajam dan membalik ke dalam, Daun muda berbulu halus dan
kedua belahannya mengkilap. Daun-daun berwarna hijau kekuning-kuningan. Bunga
berumah satu, bongkal-bongkal bunga bersatu menjadi bunga. Bunga tidak mempunyai
daun mahkota dan besarnya bongkal bunga antara 6 – 12 mm, sedangkan bunga jantan
tidak berkelopak dan tidak bermahkota.
Buahnya bersisik, berwarna coklat kekuningan, buah berbentuk bulat telur atau
jantung terbalik, bila sudah tua berwarna kuning gading, masa bebuah antara bulan
November – April, tiap batang mempunyai masa berbunga dan berbuah berbeda-
beda (Tong, 1982)
Diperkirakan berasal dari Maluku dan Papua. Tanaman rumbia sebenarnya
terbatas di Asia Tenggara, di Indonesia banyak terdapat di Aceh, Sumatera bagian
barat, Sumatera bagian Timur, Tapanuli, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku dan Irian Jaya. Di Kalimantan Selatan
banyak terdapat di daerah Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai
Selatan, Kabupaten Tapin dan Kabupaten Banjar.
Tanaman rumbia dapat tumbuh baik pada ketinggian tanah antara 0 – 700 m dpl,
dengan curah hujan antara 2000 – 4000 mm/th dan merata sepanjang tahun, suhu
optimum yang diperlukan adalah 240oC – 300oC, walaupun suhu tinggi masih dapat
beradaptasi dan tumbuh. Pada wilayah- wilayah yang sesuai, rumbia dapat membentuk
kebun atau hutan sagu yang luas. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman rumbia
adalah tanah liat kuning, coklat atau hitam, berlumpur, bahan organic tinggi dan di
daerah pasang surut air tawar (Departemen Kehutanan, 1999).
4
2.1.3. Fisiologi
Buah rumbia adalah buah yang banyak mengandung zat kimia dan seperti
tannin yang diduga yang mmpunyai rasa sepat. Tannin tidak hanya pada buah nya saja
tetapi ada juga pada kulitnya. Selain itu buah ini juga mengandung karbohidrat.
Karbohidrat disini adalah rasa manis yang ada pada saat buah sudah matang. Selain dari
itu buah rumbia juga mengandung asam. Kandungan asam pada buah ini paling banyak
pada saat buah tersebut belum matang. Senyawa tanin mempunyai manfaat yaitu
sebagai obat anti diare dan juga anti bakar. Tanin tidak hanya menyembuhkan luka
bakar, tetapi dapat memngentikan pendarahan juga sebagai penghenti infeksi sementara.
Kemanpuan tannin untuk membemtuk lapisan pelindung diatas jaringan yang terbuka
menjaga luka dari infeksi.
Rumbia menyukai tumbuh di rawa-rawa air tawar, aliran sungai dan tanah
bencah lainnya, di lingkungan hutan-hutan dataran rendah sampai pada ketinggian
sekitar 700 m dpl. Pada wilayah-wilayah yang sesuai, rumbia dapat membentuk kebun
atau hutan sagu yang luas. Kini rumbia telah meliar kembali di banyak tempat. Rumbia
menyukai tumbuh di rawa-rawa air tawar, aliran sungai dan tanah bencah lainnya, di
lingkungan hutan-hutan dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 700 m dpl. Pada
wilayah-wilayah yang sesuai, rumbia dapat membentuk kebun atau hutan sagu yang
luas.
5
Tanaman ini menghasilkan beberapa produk kerajinan rakyat; bagian luar batang
rumbia dapat dibuat topi dan keranjang, daun dapat dibuat atap rumah, tangkai daun
dapat dibuat tikar dan dinding rumah. Daun dari pohon yang masih muda merupakan
bahan atap yang baik, pada masa lalu, rumbia bahkan dibudidayakan (dalam kebon-
kebon kiray) untuk menghasilkan atap rumbia, dari helai-helai daun ini dapat
dihasilkan semacam tikar yang disebut kajang, kulit pelepah rumbia bisa dihasilkan
tirai.
Tanaman ini berfungsi untuk menstabilkan iklim terutama kalau ditemukan di
areal luas, dapat mengatur banjir di sepanjang sungai, menahan erosi karena
adanya system akar (Tong, 1982).
6
BAB III
METODE PENELITIAN
7
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan.
Sumber data primer diperlukan untuk memperoleh data yang akurat terkait penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini sumber data primernya meliputi:
1) Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan
melalui wawancara. Yang termasuk sumber data ini adalah pihak-pihak yang
terkait. Peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak tersebut untuk
memperoleh informasi.
2) Place, yaitu sumber data yang diperoleh dari gambaran tentang situasi kondisi
yang langsung berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian. Dalam
hal ini peneliti melihat keadaan atau situasi Desa Cot Tufah Kecamatan
Gandapura Kabupaten Bireuen dimana di desa ini terdapat lahan tanaman
rumbia.
3) Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf angka,
gambar atau simbol lain. Data ini berupa para petani desa yang mengolah
pelepah rumbia di Desa Cot Tufah serta data papan monografi desa.
8
a. Wawancara
Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan data yang
diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Metode ini dipergunakan
untuk memperoleh data secara lisan dari pihak petani Desa Cot Tufah.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan
yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan berasal dari satu pihak yang
mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa pihak yang berkaitan dengan tema
penelitian.
b. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengamatan langsung atau
observasi sebagai metode pengumpulan data. Menurut Ahmad Tanzeh teknik
observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian. Menurut Guba dan Lincoln yang dikutip Lexy J.
Moleong metode ini dimanfaatkan karena beberapa alasan, yaitu: Pertama, teknik
pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, teknik
pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga,
pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan
dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh data.
Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang
dijaringnya ada yang bias. Kelima, teknik pengamatan memungkinkan
peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Keenam, dalam kausa-kausa
tertentu dimana teknik komunikasi lainya tidak memungkinkan pengamatan dapat
menjadi alat yang sangat bermanfaat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah tehnik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-
catatan mengenai data responden. Metode dokumentasi pada penelitian ini digunakan
untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan latar objek penelitian yang
didokumentasikan dan kemungkinan dokumen lain yang diperlukan untuk menunjang
9
data penelitian yang sesuai dengan pokok masalah.
10
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Usaha Tirai rumbia merupakan industri skala rumah tangga yang bergerak pada
usaha pembuatan tirai dari kulit pelepah rumbia. Usaha ini didirikan pada tahun 2012
oleh Bapak Asnawi yang beralamat di Desa Cot Tufah Kecamatan Gandapura
Kabupaten Bireuen. Latar belakang berdirinya usaha berawal dari pemilik yang
mempunyai keahlian membuat tirai, sehingga dari keahlianya dan dengan tekat yang
kuat untuk berwirausaha maka beliau mencoba untuk mendirikan usaha tirai. Pada awal
usaha ini berdiri Bapak Asnawi dibantu oleh keluarga sebagai sumber modalnya dan
memiliki 4 orang tenaga kerja. Alat-alat produksi yang dimilikinya masih bersifat
tradisional dan hanya mampu memproduksi 5 lembar. Hasil dari produksinya, beliau
sendiri yang mendistribusikan, Hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang
dimilikinya. Dengan bertambahnya modal dan semakin dikenalnya usaha tirai oleh
konsumen, maka beliau memperluas usahanya agar produksinya efisien dan semakin
meningkat.
Proses pembuatan tirai dimulai dari menyiapkan bahan baku utama yaitu kulit
pelepah rumbia yang sudah tua agar bisa bertahan lama, kemudian dipotong sesuai
keinginan ukuran, selanjutnya pelepah rumbia dicuci bisa mengunakan pengosok kertas
pasir agar kotoran dan jamur yang menempel bersih. Kulit Pelepah rumbia di belah
menjadi ukuran kecil-kecil kira-kira 2 cm. Proses ini lumayam sulit kita harus teliti
saat membagi pelepah rumbia menjadi ukuran-ukuran kecil agar ukurannya sama.
Penjemuran pelepah rumbia sampai warna pelepah rumbia menjadi kecoklatan. Waktu
yang dibutuhkan untuk penjemuran dapat mencapai empat hari atau lebih tergantung
cuaca. Proses pengerjaan kulit pelepah rumbia yang telah dijemur kemudian diraut
menjadi lebih tipis dan pinggirannya ditumpulkan menggunakan parang. Perautan ini
akan membuat bilah kulit pelepah rumbia mudah untuk dianyam. Selanjutnya
perangkaian tirai bambu, Potongan potongan pelepah rumbia yang telah disiapkan
sebelumnya kemudian di anyam menggunakan tali tambang atau rotan. Khusus
11
pengerjaan ini menggunakan tali tambang kecil. Penyusunan bilah kulit pelepah rumbia
harus rapi dan tersusun dengan baik agar tirai yang dihasilkan memiliki kualitas yang
baik. Panjang tirai kulit pelepah rumbia dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam
produksi ini dibuat sepanjang 2 meter. Jarak antar tali dapat berupa 30 cm. Makin kecil
jaraknya makin bagus. Jangan lupa untuk mendobel bilah rumbia di setiap sisi terluar
tirai rumbia. Rapikan pula pinggiran rumbia menggunakan parang. Tirai rumbia yang
telah jadi dapat diberi finishing berupa pernis maupun cat. Kami biasanya memasarkan
produk ini ke toko toko furniture maupun dibawa berkeliling langsung.
Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh usaha produksi tirai pekepah rumbia dalam
memproduksi tirai namun biaya tersebut tidak dipengaruhi oleh banyak ataupun sedikit
jumlah produksi. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat dan sewa tempat.Sementara
biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh usaha tirai pelepah rumbia
dalam memproduksi tirai namun biaya tersebut dipengaruhi oleh banyak ataupun sedikit
jumlah produksi. Biaya tidak tetap meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya bahan penunjang.
c. Biaya Lain
Biaya lain-lain merupakan biaya penunjang untuk kegiatan produksi Usaha Tirai
pelepah Rumbia milik Bapak Asnawi. Biaya tersebut terdiri atas biaya bensin,
perawatan mobil dan perawatan bangunan.
13
Tabel Rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun
No Uraian Biaya/Bulan Biaya/Tahun
1 Biaya Bahan Baku 8.327.500
2 Biaya Tenaga Kerja 27.672.500
3 Baiya Lain-lain - -
Jumlah Biaya - 36.000.000
Hasil produksi yang dihasilkan pada usaha pengolahan bahan baku pelepah
rumbia adalah tirai rumbia sebagai satu-satunya produk yang diproduksi. Total
pendapatan pada usaha tirai pelepah rumbia merupakan hasil perkalian antara jumlah
total produk dengan Harga/produk. Gambaran mengenai Pendapatan pada usaha tirai
pelepah rumbia Bapak Asnawi dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 1. Rata-rata Total Pendapatan pada usaha tirai pelepah rumbia Bapak
Asnawi dalam satu Tahun.
No Uraian Jumlah
1 Produksi tirai/Produksi (Lembar) 50.000
2 Harga jual/Lembar (Rp) 120.000
3 Pendapatan/Produksi (Rp) 350.000
4 Pendapatan/Bulan (Rp) 10.500.000
5 Pendapatan/Tahun (Rp) 126.000.000
Sumber : data Primer (diolah), 2019
14
Keterangan:
B = Total Pendapatan
C = Total Biaya Produksi
B/C = 1, maka usaha dikatakan impas atau tidak memiliki laba dan rugi
B/C < 1, maka usaha dikatakan rugi atau tidak layak dijalankan
15
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada usaha Tirai pelepah Rumbia milik Bapak
Asnawi di atas penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu Rata-rata pendapatan pada
Usaha tirai pelepah Rumbia milik Bapak Asnawi adalah Rp.126.000.000/tahun dengan
biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp. 36.000.000/tahun. Biaya produksi
tersebut terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 8.327.500 dan biaya tidak tetap
sebesar Rp.27.672.500. Dari hasil analisa data, didapatkan bahwa keuntungan yang
diperoleh pada tirai pelepah Rumbia milik Bapak Asnawi sebesar Rp.
90.000.000/tahun. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha (B/C), yaitu perbandingan
total pendapatan dengan total biaya produksi yang lebih besar dari satu, yaitu
memiliki angka perbandingan 3,05, atau 3,05 > 0, maka dapat disimpulkan
bahwa usaha tirai pelepah Rumbia milik Bapak Asnawi ini dapat dikatakan
menguntungkan dan layak dijalankan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Fatriani, 2010. Analisis Pendapatan dan Pemasaran Atap Rumbia (Metroxylon sagu
Rottb) di Desa Jambu Hulu Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu
Sungai Selatan Kalimantan Selatan. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Amuntai Tidore.
Heyne, K. 2012. Tumbuhan Berguna Indonesia I, Badan LitBang Dep.Kehutanan,
Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Kotler dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Penerbit PT. Indeks.
Jakarta.
Supranto dan Nandan. 2007. Statistika Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Revisi.
Rineka Cipta. Jakarta.
17
FOTO KEGIATAN OBSERVASI LAPANGAN
18
19
20