Anda di halaman 1dari 19

ACARA III

“SUDHI WADANI”
Dosen pengampu : Ida Ayu Gede Wulandari , M.Pd.H

Oleh Kelompok 6 :

Pendidikan Agama Hindu kelas B Semester III

Ni Wayan Kesi Manjari Dewi (1811011011)


Ida Ayu Oka Dianandini (1811011061)
I Gede Eka Pastika (1811011072)
Ni Made Dwi Angga Saputri (1811011073)
I Kadek Dwi Kartika Wibawa (1811011074)

INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR

FAKULTAS DHARMA ACARYA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Om swastyastu

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas asung kertha wara nugraha-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah “Tentang Sudhi Wadani” Tugas ini dibuat dengan maksud
dan tujuan agar para pembaca mengetahui secara jelas tentang makna, tujuan dan
proses Sudhi Wadani. Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang turut
membantu serta mendukung kami dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bawasannya makalah ini masih sangat sederhana dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna


dalam proses belajar khususnya dalam mata pelajaran Acara III.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, 4 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Suddhi Wadani


2.2 Syarat – Syarat Suddhi Wadadi

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam masyarakat modern telah terjadi peralihan pandangan hidup dari
irasional menuju rasional. Ketika majunya tingkat pendidikan masyarakat dan
terbukanya pergaulan antaretnik dan antar bangsa telah berimbas pada
perubahan sikap dan pandangan hidup masyarakat yang luas. Dengan demikian
masyarakat Hindu dituntut penghayatan agamannya yang lebih baik serta
mendalam.
Perkawinan adalah suatu pranata sosial yang keramat karena terbentuk Ghrastha
Asrama, yaitu tempat untuk melaksanakan Dharma, dan mengusahakan Artha
serta Kama. Masa Ghrastha mempunyai arti penting dalam kehidupan
masyarakat Hindu. Jika status perkawinan yang merupakan tatanan kesucian
tidak lagi memerlukan legalisasi agama, maka hidup berkeluarga tanpa
bimbingan agama.
Perkawinan masyarakat yang berpedoman pada perintah agama merupakan
suatu pembentukan keluarga yang akan selalu dihormati. Tetapi ketika agama
sudah lepas atau sudah jauh dari kehidupan manusia, niscaya perkawinan akan
menghadapi tantangan dan bahkan tidak diperdulikan lagi. Dalam hal ini
perkawinan akan bersifat sekular karena agama tidak lagi diperlukan guna
menyatakan sah tidaknya perkawinan itu. Ada pendapat menyatakan bahwa
perkawinan yang diatur oleh agama kolot, sudah tidak zamannya. Mereka
menganggap free sex atau menyalurkan kebutuhan sex secara bebas dipandang
tidak melanggar agama . Tetapi ada juga yang mencari jalan tengah, antara yang
perlu kawin dan tidak, dan ada juga yang berpendapat bahwa perkawinan harus
dipertahankan eksistensinya. Agama Hindu yang sarat dengan norma-norma
dapat memberikan bimbingan terhadap proses perkawinan dengan baik dan
benar. Pelaksanaan perkawinan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan Desa,
Kala, Patra. (Arthayasa, 1998 : 6–7).
Mengenai arti dan tujuan perkawinan ada tersurat dalam Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, sebagai berikut : “perkawinan ialah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”(Hadikusuma, 2003 : 7). Rumusan
tersebut mengisyaratkan bahwa terwujudnya keluarga bahagia merupakan
tujuan pokok perkawinan. Bahagia yang dimaksud adalah bahagia lahir batin.
Perkawinan atau wiwaha bagi umat Hindu mempunyai arti dan kedudukan yang
khusus di dalam kehidupan manusia yaitu awal jenjang Grhastha. Di dalam
kitab Manawa Dharmasastra dijelaskan bahwa perkawinan itu sifatnya sakral
dan wajib hukumnya. Perkawinan (Grhastha) sangat dimuliakan karena bisa
memberi kesempatan kepada anak/keturunannya untuk melebur dosa-dosa
leluhurnya agar bisa menjelma ke dunia. Perkawinan diharapkan dapat
melahirkan keturunan.
Menurut kitab Manawa Dharmasastra disebutkan ada delapan jenis perkawinan
yaitu sebagai berikut : Brahma Wiwaha, Daiwa Wiwaha, Arsa Wiwaha,
Prajapati Wiwaha, Asura Wiwaha, Gandharwa Wiwaha,Raksasa Wiwaha dan
Paisaca Wiwaha. (Pudja dan Sudharta, 1996 : 138—140; Radhakrishnan, 2003
: 237-241).

Perkawinan merupakan sesuatu yang sangat sakral, karena keberhasilan suatu


perkawinan akan menciptakan suatu keluarga yang damai dan sejahtera.
Keyakinan terhadap suatu agama juga sangat mendukung kekalnya atau
keberhasilan suatu perkawinan.

Dalam kemajuan zaman dewasa ini terjadi pergaulan antar umat beragama,
antaretnik bahkan antar bangsa. Pergaulan yang serasi dan harmonis antara
mereka yang berbeda latar belakang agama, etnik maupun bangsa tersebut
sangat memungkinkan suatu saat menimbulkan benih-benih cinta yang
berujung pada kesepakatan untuk melangsungkan perkawinan.
Bagi umat Hindu jika bermaksud melangsungkan perkawinan dengan umat lain
atau non Hindu, agar perkawinannya dapat disahkan solusinya adalah calon
suami atau istri yang belum belum beragama Hindu itu harus terlebih dahulu
meninggalkan keyakinan atau agama semula dan selanjutnya mengalih
menyatakan diri masuk menjadi umat Hindu. Tata cara pengalihan agama
tersebut oleh PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) disebut Upacara
Suddhiwadani.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, Upacara Suddhiwadani menjadi sangat
penting dan mempunyai nilai esensial terutama bagi kelangsungan upacara
perkawinan dimaksud.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana makna upacara sudhi wadani dalam proses perkawinan agama
hindu?
2. Bagaimana syarat dan proses upacara sudhi wadani?
3. Bagaimana fungsi dan tujuan upacara sudhi wadani dalam proses
perkawinan?
1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui bagaimana makna dari upacara sudhi wadani
2. Untuk mengetahui apa saja syarat dan bagaimana proses dari upacara sudhi
wadani
3. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan diadakannya sudhi wadani
1.4 Manfaat
1. Bermanfaat untuk menambah wawasan tentang perkawinan yang berbeda
keyakinan
2. Bermanfaat untuk mengetahui bagaimana proses yang harus dilakukan jika
menjalani perkawinan yang berbeda keyakinan dalam agama hindu
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna Upacara Sudhi Wadani


Upacara sudhi wadani ini merupakan upacara yang dilaksanakan oleh
seseorang atau sekelompok yang ingin masuk menjadi umat hindu.
Sudhi Wadani berasal dari kata Sudhi dan Wadani, Sudhi yang berasal
dari bahasa Sansekerta yang berarti penyucian, persembahan, upacara
pembersihan atau penyucian kata yang sepadan dengn Sudhi adalah
Suddha yang berarti bersih, suci, cerah, putih tanpa cacat atu cela.
Wadani berate banyak perkataan, banyak pembicaraan. Jadi Sudhi
Wadani adalah upacara dalam Hindu sebagai pengukuhan atau
pengesahan upacara atau janji seseorang yang secara tulus iklas dan hati
suci menyatakan menganut agama Hindu.
Biasanya tering terjadi kepada sepasang kekasih yang seagama maka
disanalah berlangsung ritual agama Sudhi Wadani, biasanya si
perempuan yang beragama non hindu yang menikah dengan pria yang
beragama hindu, maka untuk menjadi satu keyakinan dengan suaminya
maka istri harus ikut agama suami yaitu Hindu dan pada saat itu isti akan
dibuatkan upacara Sudhi Wadani sebagai proses untuk masuk Hindu.
Atau yang terjadi pada khasus lain si wanita yang menikah dengan
seorang bule dan si bule pun memunutsan untuk ikut agama si wanita
maka disana juga akan diadakan upacara Sudhi Wadani sebagai untuk
proses memeluk agama Hindu atau siapa saja yang sukarela ingin masuk
agama Hindu meski tidak dalam upaya menyamakan keyakinan dengan
calon suami atau istri siapa saja bias memeluk agama Hindu dengan
tulus iklas.
Dalam pelaksanaan Sudhi Wadani ada beberapa hal yang harus
diperhatikan seperti

2.2 Syarat dan Proses Upacara Sudhi Wadani


Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses sudhi
wadani, diantaranya :

A. Persyaratan Atministrasi
Bagi seseorang yang ingin melaksanakan upacara Sudhi Wadani, baik
yang dilakukan oleh perorangan maupun kolektif (masal) diwajibkan
terlebih dahulu memenuhi persyaratan atministrasi diantaranya :
1) Membuat surat pernyataan dengan tulus iklas untuk menganut
agama Hindu tanpa tekanan atau paksaan dari pihak lain.
2) Membuat surat permohonan kepada Parisada Hindu Dharma
Indonesia setempat atau lembaga adat untuk pensuddiakan.
3) Pas photo hitam putih ukuran 3x4cm sebanyak 2 lembar foto copy
kartu tanda penduduk.
4) Adanya saksi-saksi dalam upacara Sudhi Wadani, perlu diketahui
dalam upacara Sudhi Wadani tidak perlu ada batasan umur bagi calon
yang akan disuddhikan karena upacara ini bertujuan menyucikan diri
secara lahir batin seseorang sebelum dianut persyaratan atministrasi
seperti yang sudah disebutkan yang mana pelaksanaan hanya dengan
upacara disertakan saksi oleh masyarakat lingkungan.

B. Sarana Upacara
Sarana upacara selalu ditunjang dengan sarana upakara yang sudah
lazim seperti yang terkandung di dalam Bhagawadgita IX. 26 , terdiri
dari :
1) Berhujut dedaun, seperti : daun kelapa, daun enau, daun pisang,
daun sirih, dan daun sebagainya
2) Berhujut buah-buahan, seperti: buah kelapa, beras atau padi, pinang,
kacang-kacangan dan lain-lain.
3) Berhujut bunga-bungaan, atau kembang.
4) Berhujut air

C. Pelaksaan upacara :
Pelaksanaan upacara bagi umat Hindu antara daerah yang satu
dengan daerah yang lainnya memiliki perbedaan dan ciri khas
daerah masing-masing, sesuai dengan corak budaya (adat istiadat)
dan kemampuan yang dimiliki dari masing-masing individu.
Demikian pula dalam pelaksanaan upacara Suddhiwadani antara
desa adat yang satu dengan desa adat yang lain tidaklah sama. Hal
ini tergantung dari kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing
orang. Selain itu dapat pula disesuaikan dengan Desa, Kala dan
Patra.
Dalam pelaksanaan upacara Suddhiwadani harus melalui proses
atau tahapan-tahapan tertentu yang wajib dilalui atau dilaksanakan
oleh orang yang akan disuddhikan.
Berikup proses yang harus dilakukan :
1) Yang bersangkutan (orang yang akan di Sudhi Wadani) mengajukan
permohonan pensudhian kepada PHDI setempat dengan melampirkan
surat pernyataan masuk agama hindu dan pasfoto.
2) Pihak Parisadha sebagai penanggung jawab pelaksanaan upacara
Sudhi Wadani menunjuk salah seorang rohaniwan unruk memimpin
upacara, mempersiapkan upacar dan tempat pelaksaan upacara.
3) Setelah ditentukan pemimpin upacara, upakara tempat upacara,
Parisada memanggil yang kana disudhikan biasanya dipura atau tempat
suci lainnya yang dipandang cocok.
4) Pemimpin upacara terlebih dulu mengantarkan upakara dengan puja
mantra kepada hadapan Hyang Widhi kepada manivestasinya yang
diputuskan di patmasana
5) Calon yang Disudhi Wadani diharapkan sudah siap lahir batin
dengan berpakain bersih dan rapih serta menyerahkan diri sepenuhnya
dengan Hyang Widhi sebagai saksi Agung
6) Upacara biyakala sebelum memasuki halaman tempat suci dengan
doa : om thaki butha penampik lara, kaki butha penampik
klesa,ngunurakan bhaya kalani manusa ning hulun.
Om kesama sampurna ya namah.
7) Setelah melaksanakan upacara byakla orang yang di Sudhikan
diantar masuk ke dalam tempat suci kemudian dilakukan upacara
prayasita. Upacara ini bertujuan yang bersangkutan dapat di bersihkan
dan di sucikan dari kotoran sehingga Atma yang bersamayam dalam diri
pribadinya dapat memancarkan sinarnya :
Dooanya :
Om sri saraswati sarwa roga, srwa papa, srawa klesa, srawa kali, hulusa
ya namah suaha.
8) Upacara selanjutnya adalah persembahan upacara berupa tataban
atau ayaban sebagai pernyatan terima kasih kehadapan Hyang Widhi.
Doanya :
Om bhuktyantu sarwa dewa bhuktyantu tri loka natham sapariwarah,
sarwagah, sadhasidasah.
9) Setelah selesai menghaturankan upacara pemimpin upacara
membacakan pernyatan yang su8dah di tulis oleh yang melakukan Sudhi
Wadahani, kemudian di tirukan dengan seksama. Adapun bunyi surat
pernyataan yang di tulis pada belangko surat pernyatan oleh Sudhi
Wadahani adalah sebagai berikut.
a) Om Tat Sat Ekam Eva Adwidyam Brahman
Sang Hyang Widhi kuasa hanya satu tiada duanya
b) Satyam eva jayayte
Hanya kebenaran yang jaya (menang)
c) Dengan melaksanakan ajaran agama Hindu kebahagian pasti akan
tercapai kemudian selesai mengucapkan pernyataan tersebut yang
disudahikan di suruh menepati pernyataannya itu dengan mengucapkan
janji sebagai berikut :

a. Bahwa saya akan tunduk serta taat pada hukum Hindu.


b. Bahwa saya tetap akan berusaha dengan sekuat tenaga dan pikiran
serta batin untuk dapat memenuhi kewajiban saya sebagai umat hindu.
Kemudian di lanjutkan dengan penandatanganan Surat Keterangan
Sudhi Wadani, baik oleh yang bersangkutan maupun oleh para saksi-
saksi.
10) Setelah penandatanganan selesai dilanjutkan dengan
persembahyangan bersama yang dipimpin oleh pemimpin upacara guna
memohon persaksian dan restu dari Hyang Widhi.
Adapun rangkaian persembahyangannya sebagai berikut :
a. Menyembah tanpa sarana ( tangan kosong ) yaitu tangan
dicakupkan, diangkat setinggi dahi sehingga ujung jari sejajar ubun-
ubun. Doanya : om atma tattwatma sadhanam swaha.
Artinya :
Hyang widhi yang merupaakn atma tattwa, sucikanlah hamba.
b. Menyembah dengan bunga/kembang
Tangan menjepit bunga, ujung jari sejajar ubun-ubun ditujukan
kehadapan Siwa Raditya, manifestasi Hyang widhi sebagai Dewa Surya
untuk menyaksikan semua persembahan manusia.
Doanya
Om adiyasya paramjyoti, raktateja namo stute
Sweta pankaja madhyasta bhaskara ya namo stute
Om pranamya bhaskara dewam, sarwa klesa winasanam,
Pranamyaditya ciwartam bhukti mukhti warapradham
Om rang ring sah parama ciwaditya namo namah swaha.
Artinya :
Hyang widhi hamba sembah Engkau dalam manifestasi sebagai sinar
surya yang merah cemerlang, berkilauan cahaya-Mu, Engkau putih suci
bersemayamditengah-tengah laksana teratai, Engkaulah Bhaskara yang
hamba puja selalu.
Hyang widhi, cahaya sumber segala sinar binasa. Karena Dikau adalah
sumber bhukti dan mhukti, kesejahteraan hidup Jasmani dan rohani.
Hamba memuja-Mu, Hyang widhi paramaciwaditya.
c. Menyembah dengan Kwangen. tangan menjepit Kwangen, ujung
jari sejajar ubun-ubun sehingga permukaan kwangen berada lebih tinggi
dari ubun-ubun. Pemujaan dengan kwangen ini ditujukan kehadapan
Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Ardanareswari.
Doanya :
Om, namah dewa adhistanaya, sarwa wyapiwai ciwaya Padmasana eka
pratisthaya ardhanarecwaryainamo namah.
Artinya : Hyang Widhi hamba memujuamu sebagai sumber sinar yang
hamba muliakan, hamba memuja dikau sebagai Siwa penguasa semu
makhluk, bertahta pada Padmasana sebagai satu-satunya penegak.
Engkaulah satu-satunya wujud tunggal Ardanareswari yang hamba
hormati.
d. Menyembah dengan Kwangen.
Tangan menjepit kwangen, ujung jari sejajar ubun-ubun ditujukan
kehadapan Hyang Widhi guna memohon anugrah.

Doanya : Om Anugraha manohara dewadatta nugrahaka Arcanam


sarwapujanam, namahsarwanugrahaka. Dewa-dewi mahasiddhi,
yajnakita mulat idham, laksmisidhisca dhirgayuh, nirwignam sukha
wrdhisca. Om ghring anugraha arcane ya namo namah swaha, om
ghring anugraha manoharaya namo namah swaha.

Artinya : Hyang widhi, limpahkanlah anugerah-Mu yang


menggembirakan pada hamba, Hyang widhi maha pemurah yang
melimpahkan segala kebahagiaan, yang dicita-citakan serta dipuji-puji
dengan segala pujian. Hamba puja Engkau yang melimpahkan segala
macam anugrah, sumber kesiddhian semua dewata yang semua berasal
dari yajna kasih saying-Mu. Limpahkanlah kemakmuran, kesiddhian,
umur panjang serta keselamatan. Hamba puja dikau untuk dianugrahi
kebaktian dan kebahagiaan.
e. Menyembah tanpa sarana.
Tangan dicakupkan diangkat sejajar dahi, sehingga ujung jari sejajar
ubun-ubun. Tujuan menyembah terakhir ini untuk mengucapkan terima
kasih atas anugrah yang dilimpahkan.
Doanya : Om dewa suksma parama-achintya nama swaha
Om santih santih santih Om
Artinya : Hyang widhi, hamba memuja-Mu dalam wujud suci yang gaib
serta wujud maha agung tak dapat dipikirkan. Semoga semuanya damai
dihati, damai didunia, damai selalu.
Dengan demikianlah berakhirlah rangkaian persembahyangan yang
kemudian disusul dengan memohon tirtha ( air suci ) yang dipercikan,
diminum, dan diraup.
Doanya : Om pratama sudha, dwitya sudha, tritya sudha, sadham wari
astu
Artinya : Pertama suci, kedua suci, semoga disucikan dengan air ini.
Sebagai rangkaian terakhir dari pelaksanaan upacara Suddhi Wadani
adalah Dharma Wacana yang diberikan oleh Parisaddha Hindu Dharma
atau yang mewakili. Tujuan dharma wacana ini diberikan adalah untuk
memberikan bekal dan tuntunan kepada umat hindu yang baru mulai
menganut agama Hindu sehingga mereka mengetahui isi ajaran agama
Hindu. Upacara ditutup dengan memberikan ucapan selamat oleh yang
ikut menyaksikan berlangsungnya upacara pensudhian. Selanjutnya
diakhiri dengan Parama santhi.
2.3 Fungsi dan Tujuan Diadakan Upacara Sudhi Wadani

Upacara Suddhiwadani dalam suatu perkawinan mempunyai peranan


yang sangat penting dalam menentukan sah tidaknya suatu perkawinan
bagi mereka atau bagi calon suami istri yang mempunyai perbedaan
agama. Telah diketahui bahwa suatu upacara perkawinan (pawiwahan)
tidak bisa dilaksanakan apabila calon mempelai masih berbeda agama.
Maka sebelum pada puncak upacara perkawinan (pawiwahan) terlebih
dahulu harus diawali dengan upacara Suddhiwadani. Upacara sudhi
wadani harus didukung oleh beberapa sarana dan prasarana. Dari semua
sarana upacara, tentunya mempunyai fungsi-fungsi tertentu dalam
upacara Suddhiwadani kaitannya dengan upacara perkawinan
(pawiwahan).

Fungsi upacara Suddhiwadani yaitu : untuk menyatakan diri telah


menganut agama Hindu serta melaksanakan upakara-upakara yang
berkaitan dengan agama Hindu. Selain itu mempunyai fungsi untuk
mengesahkan diri bahwa telah beralih ke agama Hindu, serta untuk
membersihkan lahir dan batin dari orang yang bersangkutan, supaya
bisa beralih agama menjadi agama Hindu dan akhirnya bisa
melangsungkan upacara perkawinan.
Untuk lebih lanjut, fungsi upacara sudhi wadani dijelaskan sebagai
berikut :

1) Sebagai penyucian

Hal ini dapat dilihat dari pengertian Suddhiwadani yang telah diuraikan
di depan bahwa kata Suddhiwadani berarti penyucian kata-kata. Suci
yang dimaksud di sini adalah : bersih, benar dan profesional. Sedangkan
kata-kata adalah tingkah laku yang berhubungan dengan perkataan atau
ucapan. Pelaksanaan upacara Suddhiwadani dimaksudkan untuk
mengukuhkan ucapan atau pernyataan tekad yang dilakukan melalui
kata-kata/ucapan yang telah disucikan dari seseorang yang akan
menganut agama Hindu.

2) Sebagai Persaksian

Upacara Suddhiwadani selain berfungsi sebagai penyucian juga


berfungsi sebagai persaksian. Persaksian secara niskala, dimaksudkan
di sini bahwa seseorang yang akan melaksanakan upacara
Suddhiwadani dimohonkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
dengan berbagai manifestasi-Nya guna diberikan anugrah menjadi
penganut agama Hindu
Persaksian secara skala (nyata) yaitu persaksian oleh manusia (manusa
saksi). Persaksian sesama manusia sangatlah penting dilakukan, karena
manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan
orang lain, sehingga kehidupan menjadi wajar dan sempurna secara fisik
maupun mental. Manusia sangat memerlukan pengertian, kasih sayang,
pengakuan maupun tanggapan emosional dalam pergaulan sehari-hari.
Untuk itulah dihadirkan saksi secara skala (nyata) pada saat pelaksanaan
upacara Suddhiwadani.

3) Sebagai Pengesahan Status Seseorang

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia tentunya mempunyai


maksud dan tujuan tertentu. Demikian halnya dengan pelaksanaan suatu
upacara keagamaan yang telah diyakini oleh penganutnya. Seperti pada
upacara yang lain, upacara Suddhiwadani juga berfungsi sebagai
pengesahan status seseorang. Apabila seseorang sudah melaksanakan
upacara Suddhiwadani secara hukum sekala (kenyataan) maupun
niskala yang bersangkutan telah sah menjadi penganut agama Hindu.
Dengan dikeluarkannya Surat Keterangan Suddhiwadani oleh
pimpinan Lembaga Keagamaan Hindu, secara hukum Hindu maupun
perudang-undangan yang berlaku, yang bersangkutan sudah sah
menjadi penganut agama Hindu. Dengan demikian segala aktivitas yang
menyangkut keagamaan selalu agama Hindu dijadikan pedoman dan
tunduk kepada hukum Hindu.

Upacara Suddhiwadani mengandung suatu tujuan yaitu : “agar


seseorang yang mulai masuk agama Hindu dapat disucikan secara lahir
batin dan untuk memberi legalitas status seseorang menjadi penganut
Hindu” (Tim Penyusun, 1998 : 34–35).

Sesuai paparan di atas dapat dipahami bahwa tujuan pelaksanaan


Upacara Suddhiwadani yaitu untuk mengesahkan status orang, bahwa
mulai saat itu orang tersebut telah menganut agama Hindu. Di samping
itu dimaksudkan sebagai sarana penyucian baik penyucian lahir maupun
batin atau penyucian jasmani dan rohani orang yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Upacara Suddhiwadani mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan perkawinan. Upacara Suddhiwadani merupakan tahap awal
yang harus dan mutlak dilakukan bagi calon suami istri yang
keyakinan agamanya berbeda. Hal ini disebabkan karena dalam
hukum Hindu seseorang tidak bisa disahkan perkawinannya jika
masih berbeda agama. Untuk itu jalan yang harus ditempuh dalam
upaya untuk pengesahan suatu perkawinan (pawiwahan) yaitu
dengan cara melakukan suatu upacara yang disebut dengan upacara
Suddhiwadani.
Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam upacara Suddhiwadani
adalah sebagai berikut : sebelum pada puncak upacara
Suddhiwadani dilaksanakan, calon yang akan disuddhikan mencari
surat atau blangko pengesahan Suddhiwadani ke PHDI, setelah
semua administrasinya selesai baru diadakan upacara Suddhiwadani
yang dipuput oleh seorang Pendeta atau seorang yang dianggap
mampu untuk melaksanakan hal itu seperti Pemangku. Dan pada
upacara ini akan dihadirkan saksi-saksi, baik saksi dari desa adat
maupun saksi dari PHDI.
Upacara sudhi wadani memiliki fungsi dan tujuan untuk
mengesahkan diri bahwa telah beralih ke agama Hindu, serta untuk
membersihkan lahir dan batin dari orang yang bersangkutan.
3.2 Saran
Masih ada banyak orang yang menikah dengan 2 agama yang
berbeda, contohnya seperti hindu dengan muslim dan mereka saling
mempertahankan agamanya sendiri. Sebaiknya, ada salah satu yang
mengalah dan menjadi satu agama dalam satu keluarga. Karena
suatu keluarga yang memiliki satu keimanan akan menjadi keluarga
yang harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.akriko.com/2016/06/upacara-sudhi-wadani-bagi-mereka-
yang.html

Suwantana, I Gede. 2018. Tantangan Hindu di Indonesia Gagasan dan


Solusi Milenial Masa Kini. Denpasar: PT. Japa Widya Duta

Anda mungkin juga menyukai