“FARMAKOLOGI KARDIOVASKULER”
Oleh :
NYOTO
NPM 1110019003
1
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
BAB 1
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
2
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac
yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini
mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan
pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung,
yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-
100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh
tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler
kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena.
Obat kardiovaskuler adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung dan
pembuluh darah. Obat kardiovaskuler dibedakan menjadi beberapa bagian,
diantaranya ;
1. Obat Gagal Jantung
2. Obat Antiaritmia
3. Obat Antihipertensi
4. Obat Lipidemia
5. Obat Antiangina
Berikut dapat dijelaskan fungsi, strategi pemberian, efek utama dan efek
samping dari obat kardiovaskuler yang telah dibagi menjadi beberapa bagian diatas
agar dapat dijelaskan dengan detail di masing masing sub obat tersebut.
4
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
2.1.1. INOTROPIK
2.1.1.1. GLIKOSIDA JANTUNG
Glikosida jantung mempunyai efek inotropik positif, yaitu memperkuat
kontraksi otot jantung sehingga meningkatkan curah jantung. Efek inotropik
positif terjadi melalui peningkatan konsentrasi ion Ca sitoplasma yang
memacu kontraksi otot jantung. Glikosida jantung alamiah dapat diperoleh
dari berbagai tanaman, yaitu:
a) Folia digitalis purpurea menghasilkan digitoksin, gitoksin, dan gitalin.
b) Folia digitalis lanata menghasilkan lanatosid A (hidrolisisnya menghasilkan
digitoksin) lanatosid B (hidrolisisnya menghasilkan gitoksin) dan lanatosid
C (hidrolisisnya menghasilkan digoksin)
c) Strofantus gratus menghasilkan glikosid ouabain dan Strofantus kombe
menghasilkan glikosid strofantin.
d) Urginea maritime (ganggang laut) menghasilkan skilaren, yakni zat aktif
yang memacu kerja jantung.
6
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
Digitalis, dalam darah digitalis berikatan dengan albumin plasma. Ikatan ini
berbeda untuk tiap sediaan digitalis. Metabolismenya terutama terjadi dalam
hepar, sehingga pada penderita payah jantung dengan fungsi hepar
terganggu kemungkinan terjadinya intoksikasi digitalis lebih besar.
Digoksin, obat ini terikat dengan protein plasma sebanyak 25%; sebagian
besar ekskresi melalui urine dalam bentuk utuh. Pada keadaan gagal ginjal
dosisnya harus diturunkan. Waktu paruh sekitar 1,6 hari (40 jam).
Digitoksin, sebanyak 90% digitoksin diikat oleh protein plasma. Senyawa ini
dimetabolisasi oleh enzim mikrosom hati (salah satu hasil metabolismenya
adalah digoksin). Digitoksin mengalami sirkulasi enterohepatik yang nyata,
dan waktu paruhnya 4-7 hari. Metabolit hepatik diekskresikan dalam urine.
Efek Samping
Interaksi Obat
2.1.1.2. Dobutamin
Dobutamin adalah suatu agonis β-adrenergik yang bekerja sebagai inotropik
positif pada jantung. Dalam dosis sedang, dopamine meningkatkan
kontraktilitas miokard tanpa meningkatkan frekuensi denyut jantung,
sedangkan dosis yang lebih tinggi meningkatkan tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung. Hal ini agaknya menunjukkan kerja yang relatif
selektif pada otot ventrikel. Jadi, secara relatif, dobutamin lebih menonjol
dalam hal meningkatkan kontraktilitas otot jantung daripada meningkatkan
kontraktilitas otot jantung daripada meningkatkan frekuensi denyut janyung
sehingga obat tersebut menghasilkan inotropik positif.
Efek yang kontras dengan dopamin, dopamin tidak mempunyai efek reseptor
dopaminergik dalam pembuluh darah ginjal sehingga tidak menyebabkan
vasodilatasi ginjal.
Efek Samping :
Inhibitor Fosfodiesterase
Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah amrinon dan milrinon
sebagai inhibitor fosfodiesterase yang memacu peningkatan konsentrasi
siklik-AMP intrasel, dan meningkatkan kontraktilitas otot jantung atau bersifat
inotropik positif. Akhir-akhir ini, hasil uji klinis menunjukkan bahwa obat-obat
ini tidak dapat menurunkan angka kematian mendadak dan tidak dapat
memperpanjang masa hidup penderita gagal jantung bendungan.
8
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
2.1.2. DIURETIK
Obat golongan ini meningkatkan ekskresi Na+ dan Cl- melalui urine. Secara
sekunder terjdi pengeluaran K+ akan membahayakan penderita yang juga
mendapat digitalis sebab bila terjadi hipokalemia, jantung akan lebih rentan
terhadap digitalis sehingga mudah terjadi keracunan digitalis.
Dalam hal ini, perlu pemeriksaan elektrolit secara berkala. Pasien juga harus
diberikan sediaan yang mengandung Kalium (KCl) atau banyak makan buah-
buahan. Selain itu, dapat pula diberikan diuretik hemat kalium, seperti
aldosteron antagonis (spironolakton), triamteren, dan amilorid. Dibanding
dengan furosemid, efek diuretik hemat kalium kurang kuat.
2.1.3. VASODILATOR
Vasodilator berperan penting dalam mengatasi gagl jantung berat, terutama
yang disebabkan oleh hipertensi, penyakit jantung iskemik, insufisiensi mitral,
dan insufiensi aorta.
2. Nitrogliserin. Indikasi utama obat ini ialah untuk angina pectoris, tetapi
karena dapat mengurangi preload, obat ini bermanfaat untuk menurunkan
tekanan pengisian ventrikel kiri dan mengurangi edema paru akut.
10
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
Obat ini tidak berinteraksi secara langsung dengan komponen lain dari sistem
renin-angiotensin termasuk reseptor peptide. Angiotensin II merupakan
vasokonstriktor kuat dan merupakan salah satu perangsang kuat terhadap
kelenjar adrenal untuk sekresi aldosteron yang merangsang reabsorbsi Na+
dan Cl- dalam ginjal. Karena sistem arteriolar mengalami dilatasi, inhibitor
ACE akan mengurangi afterload dan jantung curah meningkat (inotropik
positif). Inhibitor ACE bukan hanya menyebabkan dilatasi arteriol sehingga
mengurangi afterload melainkan juga menyebabkan venodilatasi sehingga
mengurangi retensi cairan dan mengurangi preload.
Efek Samping
Indikasi, pasien gagal ventrikel kiri (semua tingkat), termasuk infark miokard.
Saat infark miokard terjadi, pengobatan harus dimulai sendiri, mungkin setelah
infark miokard.
11
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
Rangsangan jantung secara normal disalurkan dari sentrum impuls pacu nodus
SA (sinoatrial) melalui atrium, sistem hambatan hantaran atriventrikuler (AV),
berkas serabut Purkinje, dan otot ventrikel.
Dalam keadaan normal, pacu untuk denyut jantung dimulai di denyut nodus SA
(Nodus Keith-Flack). Jadi, ada “irama sinus” dengan 70-80 kali per menit, di
nodus AV (Nodus Tawara) dengan 50 kali per menit.
Dalam keadaan tertentu, sentrum yang lebih rendah pun dapat juga bekerja
sebagai pacemaker, yaitu :
a. Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV
membentuk pacu lebih besar.
b. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan ke Bundel
His akibat adanya kerusakan pada sistem hantaran atau penekanan oleh
obat.
12
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
1) Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus, dan
aritmia sinus.
2) Debar ektopik dan irama ektopik :
a) Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu makanan di
cerna.
b) Takikardi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti
demam, hipotiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan neurosis
jantung.
Aritmia atau disritmia adalah irama jantung yang tidak termasuk dalam irama
sinus normal dan frekuensinya tidak normal. Irama sinus normal diatur oleh
simpul SA dan kecepatannya bergantung pada faktor pengontrol otomatis.
Dalam keadaan istirahat, frekuensi denyut jantung biasanya 60-80x/menit.
Impuls ini segera disalurkan melalui jaringan atrium dan masuk ke dalam simpul
AV.
13
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
Jadi, aritmia adalah hasil otomatisasi yang tidak normal (aktivitas pacemaker
ektopik) atau konduksi yang tidak normal (blok atau re-entry). Hasil
abnormalitas ini pada gilirannya, berasal dari perubahan pada saluran
membran, terutama permeabilitas saluran natrium, kalsium, dan kalium.
2.2.2.1. Kuinidin
Efek Elektrofisiologik,
14
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
Indikasi Klinik:
Interaksi Obat:
15
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
2.2.2.3. Disopiramid
2.2.2.4. Lidokain
Sifat Farmakologi, lidokain adalah obat yang banyak digunakan sebagai obat
anestesi lokal. Metabolisme terjadi di hati (mengalami de-etilasi), dan
diekskresi melalui ginjal.Indikasi klinik, lidokain merupakan terapi primer
untuk disritmia ventrikel (diberikan secara i.v) dan juga digunakan untuk
pencegahan disritmia ventricular pada keadaan infark miocard akut
(pemberian i.v dan i.m).
Efek samping dan Toksisitas, efek samping yang menonjol pada lidokain
adalah :
1) gejala SSP berupa mengantuk, disorientasi, kejang, dan psikosis
(terutama pada pasien lanjut usia dan penderita payah jantung kronis);
dan
2) Hipotensi.
2.2.2.5. Fenitoin
2.2.2.6. Bretelium
16
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
2.2.2.7. β-Blocker
Sifat Farmakologis, (1) Obat ini dapat diabsorbsi secara sempurna pada
pemberian per oral, tetapi mengalami metabolisme lintas pertama substansia
oleh hati dan lebih dari 70% diekskresikan melalui ginjal.
2.2.2.9. Amiodaron
Sifat Farmakologis, pada pemberian amiodaron secara i.v atau per oral,
dibutuhkan waktu 2-4 minggu untuk mencapai keadaan yang mantap.
Metabolismenya terjadi di hati, dan waktu paruhnya berkisar antara 10-50
hari.
Indikasi klinik, disritmia atrial dan ventricular yang resisten terhadap obat.
Toksisitas, amiodaron dapat menimbulkan efek samping mikrodeposit pada
kornea; hiper dan hipotiroidisme; hepatotoksik; alveolitis dan/atau fibrosis
paru; meningkatnya kadar digitalis dan aktivitas obat golongan warfarin,
menurunnya fungsi ventrikel kiri; fotosensitivitas; deposit pada kulit sehingga
berwarna kebiruan.
Obat-obat ini adalah analog lidokain, dan diberikan per oral dengan efek dan
indikasi yang sama dengan lidokain, tetapi tidak seefektif lidokain untuk
pencegahan fibrilasi/takiaritmia ventrikular rekuren. Meksiletin digunakan
untuk pengobatan jangka panjang aritmia ventrikular yang disebabkan oleh
infark miocard sebelumnya. Tokainid digunakan untuk pengobatan takiaritmia
ventrikular. Tokainid mempunyai toksisitas paru yang dapat menyebabkan
fibrosis paru.
17
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
2.2.2.11. Flekainid.
Obat ini berdisosiasi secara lambat dari kanal natrium istirahat dan
menunjukkan efek yang jelas, walaupun dengan kecepatan denyut jantung
normal. Efeknya mirip kuinidin dan prokainamid. Obat ini digunakan untuk
kontraksi ventrikular premature dan takikardi ventrikel.
Efek samping, dapat berupa pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, dan
mual. Flekainid dapat memperberat aritmia yang sudah ada, yang akan timbul
atau menimbulkan takikardi ventrikular yang berbahaya, dan yang resisten
terhadap pengobatan.
2.2.2.12. Propafenon
18
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
Terapi hipertensi umumnya merupakan terapi obat seumur hidup, dan karena itu
harus hati-hati memastikan bahwa diagnosis adalah benar.
2.3.1.1. DIURETIK
Mekanisme kerja diuretik thiazide dalam hipertensi belum jelas dan tidak
dapat dihubungkan hanya dengan efeknya pada keseimbangan garam dan
air. Diuretik yang lebih efektif, seperti furosemid, bukan merupakan obat
antihipertensi yang lebih efektif. Walaupun volume cairan intravaskular dan
jumlah Na+ total dalam tubuh berkurang selama minggu pertama terapi
dengan diuretik, peningkatan renin sirkulasi terjadi, dan dalam beberapa
minggu volume intravaskular dan jumlah Na+ tubuh kembali normal,
namun efek antihipertensi menetap.
19
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
2.3.1.4. Vasodilator
20
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
Obat tertentu memiliki kerja vasodilatasi langsung pada otot polos vaskular
dengan efek hambatan pada α-adenoseptor, khususnya α1-adrenoseptor
pascasinaptik. Contoh obat-obat ini antara lain prazosin, doksazosin,
terazosin, dan indoramin. Labetalol memiliki efek gabungan α-bloker dan
β-bloker yang nonspesifik.
22
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
Angina pectoris adalah gejala utama penyakit jantung iskemik, berupa rasa nyeri
hebat di dalam dada (retrosternal) yang menjalar ke lengan kiri, leher, atau
rahang; dicetuskan oleh kerja fisik, ketegangan mental, hawa dingin, atau pada
waktu makan. Nyeri angina dapat terjadi bila aliran darah koroner tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik jantung. Rasa nyeri dapat dikurangi atau
dihilangkan dengan obat yang memperbaiki perfusi darah ke miocard atau yang
mengurangi kebutuhan metabolik jantung atau obat yang bekerja dengan kedua
cara ini.
Selain itu, terdapat juga angina tak stabil yang biasanya disebabkan oleh ruptur
suatu plak ateromatous dalam suatu arteri koroner yang selanjutnya bisa
berkembang menjadi serangan infark miocard.
Obat-obat yang digunakan pada pengobatan angina antara lain, Vasodilatator
koroner (terdiri dari Nitrat Organik dan Antagonis Kalsium) dan β-Blockers yang
berfungsi mengurangi kebutuhan oksigen miocard.
2.5.1.1.1. Nitrogliserin
Farmakologi, trinitrat dari gliserol berkhasiat relaksasi otot pembuluh,
bronchia, saluran empedu, lambung usus, dan kemih. Berkhasiat
vasodilatasi berdasarkan terbentuknya nitrogenoksida (NO) dari nitrat di
sel-sel dinding pembuluh.
NO bekerja mengendurkan sel-sel ototnya, sehingga pembuluh terutama
vena mendilatasi dengan langsung.
23
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
Akibatnya, tekanan darah turun dengan pesan dan aliran darah vena yang
kembali ke jantung berkurang. Penggunaan oksigen jantung menurun dan
bebannya dikurangi. Arteri koroner juga diperlebar, tetapi tanpa efek
langsung terhadap miocard.
Efek samping, yang terpenting berupa nyeri kepala dan refleks takikardia,
juga hipotensi ortostatis, pusing, nausea, „flushing‟, disusul dengan muka
pucat. Bila efek terakhir timbul, maka pasien harus mengeluarkan sisa
tablet dari mulut dan segera berbaring. Plester dapat menimbulkan iritasi
kulit (merah) dengan rasa terbakar dan gatal-gatal.
2.5.1.1.2. Isosorbida-5-mononitrat
Farmakologis, Derivat nitrat siklis sama kerjanya dengan nitrogliserin,
tetapi bersifat long-acting. Di dinding pembuluh zat ini diubah menjadi
nitrogenoksida (NO), yang mengaktivasi enzim tertentu. Karena itu, kadar
cGMP (cyclo Guanyl-Mono-Phosphate) di sel otot polos naik dengan akibat
vasodilatasi.
2.5.1.1.3. Isosorbida-dinitrat
Farmakologi, Isosorbida-dinitrat adalah derivate dengan khasiat dan
penggunaan sama. Secara sublingual mulai kerjanya dalam 3 menit dan
bertahan sampai 2 jam, secara spray masing-masing 1 menit dan 1 jam,
sedangkan oral masing-masing 20 menit dan 4 jam (tablet retard 8-10
jam).
2.5.1.1.4. Dipiridamol
Farmakologi, sebagai penghambat fosfodiesterase, derivat dipiperidino ini
berdaya inotrop positif lemah tanpa menikkan penggunaan oksigen dan
vasodilatasi, juga terhadap arteri jantung. Penggunaannya pada angina
kini dianggap obsolet, karena kurang efektif. Begitu pula sebagai obat
pencegah infark kedua (bersama asetosal), berdasarkan kerja
antitrombotiknya. Khusus digunakan sebagai obat tambahan
antikoagulansia pada bedah penggantian katup jantung untuk mencegah
penyumbatan karena penggumpalan darah (tromboemboli)
Efek samping, gangguan lambung usus, nyeri kepala, pusing, dan palpitasi
yang bersifat sementara.
24
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
2.5.1.2. B. β-Blockers
Farmakologi, β-blockers memperlambat pukulan jantung (bradycardia, efek
kronotrop negatif), sehingga mengurangi kebutuhan oksigen miocard. Juga
digunakan pada terapi interval. Zat-zat ini mengikat diri secara reversibel
pada reseptor β-adrenoreseptor dan dengan demikian memblok reaksi
atas impuls saraf simpatik atau katekolamin (nor/adrenalin, serotonin, dan
sebagainya) dari sirkulasi.
Blokade reseptor β1 menurunkan frekuensi jantung (efek kronotrop
negatif), daya kontraksi (efek inotrop negatif), dan volume-menit jantung.
Kecepatan penyaluran AV diperlambat dan tekanan darah diturunkan.
Blokade reseptor β2 dapat antara lain menimbulkan bronchokonstriksi dan
meniadakan efek vasodilatasi dari katekolamin terhadap pembuluh perifer.
Penggunaan, selain pada pada hipertensi juga pada :
1. Angina Stabil Kronis, berdasarkan efek kronotrop negatifnya yang
menyebabkan dikuranginya kebutuhan oksigen jantung exertion, hawa
dingin, dan emosi. Secara sekunder juga penyaluran darah melalui
pembuluh koroner berkurang. Pada angina variant, kerjanya tak
konstan, yaitu dapat positif dan negatif, maka umumnya lebih disukai
antagonis kalsium.
2. Gangguaan Ritme, antara lain fibrilasi dan flutter serambi, juga
takikardia supraventrikuler. Terutama sebagai obat tambahan, bila
glikosida jantung tunggal kurang menghasilkan efek.
2.5.1.3.1. Nifedipin
Farmakologi, Dihidropiridin terutama berkhasiat vasodilatasi kuat dengan
hanya kerja ringan terhadap jantung. Efek inotrop negatifnya ditiadakan
oleh vasodilatasi, bahkan frekuensi jantung serta cardiac output justru
dinaikkan sedikit akibat antara lain turunnya afterload (volume darah yang
dipompa keluar jantung ke arteri)
2.5.1.3.2. Verapamil
Farmakologi, Rumus kimia senyawa amin ini mirip papaverin. Khasiat
vasodilatasinya tidak sekuat nifedipin dan derivatnya, tetapi efek inotrop
negatifnya lebih besar. Bekerja kronotrop ringan dan memperlambat
penyaluran impuls AV
Penggunaan, digunakan pada angina variant/stabil, hipertensi dan aritmia
tertentu (antara lain takikardia supraventrikuler, fibrilasi serambi).
2.5.1.3.3. Diltiazem
Farmakologi, derivat benzothiazin ini berkhasiat vasodilatasi lebih kuat dar
verapamil, tetapi efek inotrop negatifnya lebih ringan
Penggunaan, sama dengan verapamil pada angina variant/stabil,
hipertensi, dan aritmia tertentu.
25
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
BAB 3
KEBAHARUAN DARI FARMAKOLOGI SESUAI DENGAN GUIDELINES DAN
BIOMOLEKULER MECHANISM
Level bisa menjadi 20X lebih tinggi pada CRF yang didialisis, dan >100X
pada penderita dengan kardiomyopati obstruktif hipertropi. Tetapi ini bergantung juga
pada variasi individu dan tingkat keparahan dari kerusakan jantung dan atau ginjal.
Metode ini memerlukan waktu sekitar 3 hari dengan jumlah sample lebih dari 10 mL,
sehingga menjadi problem jika hasilnya diperlukan secepatnya. Pada metode IRMA
tidak diperlukan ektraksi, jadi merupakan metode langsung atau direct assay,
menggunakan dua monoclonal antibody dan membutuhkan inkubasi selama 20 jam,
sample yang dibutuhkan hanya 100uL.
Plasma BNP juga meningkat pada penderita dengan hipertensi pulmonal dan
disfungsi ventrikel kanan. Pada penderita seperti ini berkaitan secara positif dengan
tekanan rata-rata arteri pulmonal, resistensi pulmonal total, dan massa ventrikel
kanan. Meski begitu, penting untuk diingat bahwa BNP bukan merupakan uji
diagnostik yang berdiri sendiri. Uji harus digunakan dan diinterpretasikan dalam
konteks klinis yang lebih luas, khususnya yang terkait dengan umur dan gender.
Kalangan klinis harus mengetahui bahwa beberapa kondisi klinis dapat merubah
interpretasi klinis dari BNP.I ni meliputi ischaemia, infarks dan ketidakmampuan
renal, yang dapat menyebabkan berubahnya BNP. Selain itu, penghambat beta bisa
mempunyai efek beragam terhadap sirkulasi konsentrasi BNP, dani nhibitor ACE dan
diuretik bisa mengurangi konsentrasi BNP. (Jurnal; BRAIN NATRIURETIC PEPTIDE
(BNP) Isbandiyah 42 Vol. 7 No. 15 Desember 2011)
28
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
BAB 4
KESIMPULAN
Pembahasan obat yang berpengaruh terhadap suatu alat tubuh akan lebih
mudah di pahami bila fisiologi dan patofisiologi alat tubuh tersebut di mengerti,
karena reaksi alat tubuh yang sakit terhadap obat mungkin berbeda dari reaksi alat
tubuh yang sehat.
Obat – obat yang kardiovaskuler adalah obat yang digunakan untuk kelainan
jantung dan pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasi darah yang
terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh darah. Pusat peredaran darah
atau sirkulasi darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah pompa berotot yang
berdenyut secara ritmis dan berulang 60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan
darah mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang
terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula
dan vena
29
Tugas Farmakologi Keperawatan Hotimah Masdan Salim, MD.,Ph.D, Mahasiswa: Nyoto NPM 1110019003
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Samping Edisi V. Jakarta: Elex Media Komputindo kelompok
Gramedia.
Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. 2008. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Samping Edisi VI. Jakarta: Elex Media Komputindo kelompok
Gramedia.
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi Buku Ajar Edisi
Kelima. Bandung: Penerbit ITB.
30