Anda di halaman 1dari 43

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr SOEPRAOEN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK


( ASKEP MTBS MTBM)

OlehKelompok 17:
1. Enggar (
2. jawban (
3. triandri (
4. wahyuwidiya (151179)

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Anak
dengan judul “MTBS MTBM ”.

Tugas ini kami susun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Anak D-III , dan
sebagai menambah pengetahuan tentang manajement MTBS MTBM.

Dalam penyusunan tugas Keperawatan Anak banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Untuk itu terimakasih kami ucapkan dengan tulus dan sedalam-
dalamnya kepada:

1. Kumoro Asto Lenggono, M. Kep, selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan
Politeknik Kesehatan RS dr. Soepraoen,
2. Apriyani puji, S. Kep M.Kep Ners selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan Anak Politeknik Kesehatan RS dr. Soepraoen,
3. Sahabat-sahabat kami yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya.
4. Dan semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.

Mahasiswa menyadari bahwa penulisan Tugas Keperawatan Anak ini jauh


dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak selalu mahasiswa harapkan.

Malang,

penulis

”.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam
membangun unsur manusia agar memiliki kualitas seperti yang diharapkan, mampu
bersaing di era yang penuh tantangan saat ini maupun masa yang akan datang.
Pembangunan Kesehatan ini menjadi perhatian serius dalam masa kepemimpinan
Gubernur , dan bahkan sektor ini merupakan salah satu agenda prioritas pembangunan
selain pembangunan bidang lainnya. Mencermati aspek kesehatan dalam arti luas,
maknanya tidak hanya sehat secara fisik namun juga psikis, termasuk di dalamnya
kesehatan mental yang direfleksikan dalam inidikator kemampuan atau kecerdasan
intelektual, emosional dan spritual.Dalam konteks ini jelas, derajat kesehatan dapat
memberikan pengaruh ke berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dan harus diakui,
selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, seperti masih rendahnya derajat
kesehatan dari warga miskin, akibat rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan,
minimnya dana yang dialokasikan untuk menunjang program kesehatan, beberapa
penyakit menular, yang dapat menjadi ancaman utama bagi masyarakat. Namun di masa
kepemimpinan gubernur , atau selama rentang waktu 2 (dua) tahun terakhir, periode
2006 dan semester I 2007, secara bertahap permasalahan-permasalahan kesehatan
tersebut sudah dapat diatasi, bahkan pembangunan dalam bidang kesehatan ini telah
mengalami berbagai kemajuan yang sangat berarti. Upaya untuk mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
Dinas Kesehatan telah melakukan langkah-langkah peningkatan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan terjangkau dengan mengembangkan berbagai
peningkatan sarana kesehatan. (Profil Kesehatan Propinsi, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari MTBSMTBM?
2. Apa saja yang di maksud tentang penilaian dan klasifikasi anak sakit
3. Apa yang di maksus dengan Proses manajemen kasus
4. Untuk mengetahui manajemen terhadap balita sakit umur 2 bln-5 thn
5. Untuk mengetahui penentuan tindakan pengobatan
6. Untuk mengetahui Pemberian konseling
7. Untuk mengetahui pemberian pelayanan dan tindakan lanjut
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian dari MTBSMTBM


2. Untuk mengetahui tentang penilaian dan klasifikasi anak sakit
3. Untuk mangetahui Proses manajemen kasus
4. Untuk mengetahui manajemen terhadap balita sakit umur 2 bln-5 thn
5. Untuk mengetahui penentuan tindakan pengobatan
6. Untuk mengetahui Pemberian konseling
7. Untuk mengetahui pemberian pelayanan dan tindakan lanjut

1.3.1 Tujuan Umum

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Pengkajian dan menganalisa data padaklienmengalami sakit
b. Merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan MTBS MTBM
c. Menyusun rencanaKeperawatan
d. MelaksanakanTindakan Keperawatan
e. Evaluasi asuhanKeperawatan.

1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat
jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit
pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya
promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan
konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman
Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita
(bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun)
(MTBS, Modul 1, 2004).

2.2 penilaian dan klasifikasi anak sakit


Penilaian dan klasifikasi anak sakit dalam MTBS dikelompokkan dalam 2
kelompok umur yaitu :
 Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun
 Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 1 hari sampai 2 bulan.
Apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, pilih bagan “Penilaian dan
Klasifikasi Anak Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun”.Sampai 5 tahun, berarti
anak belum mencapai ulang tahunnya yang kelima. Kelompok umur ini termasuk
balita umur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi tidak termasuk anak yang sudah berumur
5 tahun. Apabila anak belum genap berumur 2 bulan, maka ia tergolong bayi
muda. Gunakan bagan “Penilaian Klasifikasi dan Pengobatan Bayi Muda Umur 1
Hari Sampai 2 Bulan”.Khusus mengenai bayi muda, bagan berlaku untuk bayi
muda sakit maupun sehat. (MTBS, Modul -1, 2004).
2.3 Proses Manajemen Kasus

Proses manajemen kasus disajikan dalam satu bagan yang memperlihatkan


urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaanya.
Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah berikut ini :
 Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan-5 tahun
 Menentukan tindakan dan memberi pengobatan
 Memberi konseling bagi ibu
 Memberi pelayanan tindak lanjut
 Manajemen terpadu bayi mud 1 hari sampai 2 bulan.
“Menilai anak” berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik. “Membuat klasifikasi” berarti membuat sebuah keputusan
mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahanya.
Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk melakukan tindakan, bukan sebagai
diagnosis spesifik penyakit.“Menentukan tindakan dan memberi pengobatan
“berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan
sesuai dengan setiap klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga
mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus
dilakukan di rumah. “Memberi konseling bagi ibu” juga termasuk menilai cara
pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak
serta kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
“Tindak lanjut” berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak untuk
biaya ulang. “Manajemen terpadu bayi muda” meliputi : menilai dan membuat
klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling dan tindak
lanjut pada bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit. (MTBS,
Modul -1, 2004).
2.4 Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 tahun

Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan


sampai dengan 5 tahun tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi umur kurang
dari 2 bulan yaitu dengan tahap penilaian dan gejala, tahap kalisifikasi dan
tingkat kegawatan, tahap tindakan dan pengobatan, tahap pemberian konseling
dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara jelas dapat dijelaskan sebagai
berikut.

 Penilaian Tanda & Gejala


Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan
5 tahun ini yang dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa
minum atau muntah,kejang, letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk
atau kesukaran bernafas, adanya diare, lemah, masalah telinga, mall nutrisi,
anemia dan lain-lain.
Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya
umum, tarikan dinding wajah ke dalam, stridor, nafas cepat. Penentuan
frekuensi pernapasan adalah pada anak usia 2 bulan sampai 12 bulan normal
pernapasan 50 atau lebih permenit sedangkan frekuensi pernapasan anak usia
12 bulan sampai 5 tahun adalah 40 kali permenit.
 Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak
sadar, atau cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor kulit
jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minum adanya darah dalam tinja
(berak campur darah).
 Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu,
kaku kuduk, dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea
mata,luka pada mulut,mata bernanah adanya tanda presyok seperti nadi
lemah,ektremitas dingin,muntah darah,berak hitam,perdarahan
hidung,perdarahan bawah kulit,nyeri ulu hati dan lain-lain.
 Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga,adanya
pembengkakan,adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14
hari,dan lain-lain
 Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah
kurus,bengkak pada kedua kaki,telapak tangan pucat,status gizi dibawa garis
merah pada pemeriksaan berat badan menurut umur.
 Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan
 Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian
tanda dan gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau
tingkat kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut.
 Klasifikasi pneumonia
 Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
 Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan
dinding dada kedalam,adanya stridor
 Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat
cepat
 Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada hanya
keluhan batuk
 Klasifikasi dehidrasi
Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi
menjadi 3 kelompok yaitu:
 Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak
sadar,mata cekung,turgor kulit jelek sekali,
 Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah,rewet,mata
cekung,haus,turgor jelek
 Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi
 Klasifikasi diare persisten
Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari
dengan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat ditemukan
adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda
dehidrasi.
 Klasifikasi disentri
Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan
tetapi apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur
dengan darah
 Klasifikasi resiko malaria
Pada klasifikasi resiko malaria ini dikelompokkan menjadi resiko tinggi rendah
atau tampak resiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya merupakan
resiko terhadap malaria ataukah pernah kedaerah yang beresiko,maka apabila terdapat
hasil klasifikasi maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Klasifikasi dengan resiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi
dua bagian yaitu:
klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya
umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi malaria apabila hanya demam
ditemukan suhu 37,5 derajat celcius atau lebih.
 Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi 3 yaitu:
penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku
kuduk dan kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak dan
klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan flek atau adanya
campak atau juga adanya penyebab lain dari demam. Klasifikasi tanpa resiko malaria
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu penyakit berat dengan demam apabila ditemukan
tanda bahaya umum dan kaku kuduk serta klasifikasi demam bukan malaria apabila
tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk.
 Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
 Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya
umum terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut
yang dalam & luas serta adanya tanda umum campak seperti adanya ruang
kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya batuk, pilek, atau mata merah.
 Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda
mata bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila
hanya khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi diatas.
 Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dri 7 hari, yaitu :
DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya tanda bintik perdarahan dikulit
(ptekie) adanya tanda syok seperti extermitas peraba dingin, nadi lemah, atau tidak
teraba, muntah bercampur darah, perdarahan hidung atau gusi, adanya tourniquet
positif.
Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah,
bintik perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif jika ada sedikit ptkie
Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin bukan DBD apabila tidak
ada tanda seperti diatas hanya ada demam.
 Klasifikasi Masalah Telinga
Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :
 Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan & nyeri di
belakang telinga,
 Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar
dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telinga
 Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau
nanah yang keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih
 Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak ditemukan gejala seperti di
atas
 Klasifikasi Status Gizi
 Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian
yaitu :
 Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila adanya bengkak pada
kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan adanya kepucata
 Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila ditemukan tanda
sebagai berikut: apabila lapak tangan agak pucat, berat badan menurut umur
di bawah garis merah
 Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada
tanda seperti di atas.
2.5 Penentuan Tindakan & Pengobatan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan
pengobatan setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.
 Pneumonia
Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia dalam manajemen
terpadu balita sakit sebagai berikut.
Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan
yang pertama adalah :
 Berikan dosis petama antibiotika
 Pilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim + sulfametoksazol) dan
pilihan kedua adalah amoksilin
 Lakukan rujukan segera
 Dehidrasi
Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari
dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:
1. Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan
oralit melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer
laktat atau NaCl
2. Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila
belum membaik berikan tetesan intravena
3. Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
4. Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak
sesudah 3 jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan
status dehidrasi dan lakukan sesuai dengan derjat dehidrasi
5. Anjurkan untuk tetap memberikan ASI
 Klasifikasi diare pesisten
Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila
ditemukan adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah : pilihan
pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.
 Klasifikasi Resiko Malaria
Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi resiko malaria dapat
ditentukan dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb :
1. Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra
muskular
2. Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan
pertama adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin
primetamin + primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak
≤ 12 bulan)
3. Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah
pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah
maka ulangi pemberian klorokuin
 Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah
pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau
kloramefnikol apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol
apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak
disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan gentian violet dan apabila
hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain maka
tindakannya hanya diberikan vitamin A.
 Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain
apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula
darah, apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan
cairan atau oralit apabila dilakukan rujukan selama perjalanan.
Ketentuan pemberian cairan pra rujukan pada demam berdarah
1. Benrikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5%
kedalam ringer laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit
atau cairan peroaral selama perjalan.
2. Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit
3. Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra
vena dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba
berikan cairan 15-20 ml/kgbb dalam /1 jam
 Klaifikasi masalah telinga
Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan
antara lain berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian
parasetamol apabila kronis ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain
penyerap.
 Klasifikasi status gizi
Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa
anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai
aadanya anemia maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah
resiko tinggi malaria dapat diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya
diberikan anak berumur 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6
bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif
2.6 Pemberian konseling
Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2
bulan sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang:
 Konseling pemberian makan pada anak
1. Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak menyatakan
cara meneteki anak, berapa kali sehari apakah pada malam hari menetek,
kemudian anak mendapat makan atau minum lain, apabila anak berat badan
berdasarkan umur sangat rendah menyatakan berapa banyak makan atau
minum yang diberikan pada anak apakah anak dapat makan sendiri dan
bagaimana caranya apakah selama sakait makan ditambah dan lain-lain.
2. Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu
 Konseling pemberian cairan selama sakit
Pada konseling ini kasusnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara
menganjurkan ibu agar memberi ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki
serta meningkatkan kebututhan cairan seperti memberikan kua sayur, air tajin
atau air matang.
 Konseling kunjungan ulang
Pada pemberian konseling tentang kunjungan ilang yang harus dilakukan pada
ibu atau keluarga apabila ditemukan tanda-tanda klasifikasi berikut dalam
waktu yang ditentukan ibu harus segera kepetugasan kesehatan.
2.7 Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut
1. Pnemonia
Pemberian tindak lanjut pada masalah dilakukan sesudah 2 hari dengan
melakukan pemeriksaan tentang tanda adanya gejala pnemonia apabila didapatkan
tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam maka berikan 1 dosis
antibiotika pilihan kedua atau suntikan kloramfenikol dan segara lakukan rujukan,
namun apabila frekuensi nafas atau nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan
gantilah antibiotika pilihan ketiga kemudianapabila nafas melambat atau nafsu
makan membaik lanjutkan pemberian antibiotika sampai 5 hari.
2. Diare persistem
Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi
diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah
memberikan obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan sesuai
umur.
3. Disentri
Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan
mengevaluasi jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila anak
masi mengalami disentri maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi berdasarkan
derajatnya.
4. Resiko malaria
Pelayan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila demam
lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila ditemukan
malaria oral pilihan kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka lakukan
tindakan sesuai protap.
5. Campak
Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari
dengan mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya
apabila mata masi bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu
dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah benar lakukan rujukan
dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar
 Demam berdarah
Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan
melakukan evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabila ditemuakan tanda bahaya
umum dan adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman
tindakan pada penyakit demam berdarah dengan penyakit berat,akan tetapi
apabila ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka berikan pengobatan
yang sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan tindakan
sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masi ditemukan
demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
 Masalah telinga
Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari
dengan mengetahui nana evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada
waktukunjungan didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan
demam tinggi maka segera lakukan rujukan,dan apabilah masih terdapat nyeri
dan keluarkan cairan atau nana maka lakukan pengobatan antibotika selama 5
hari dengan mengerinkan bagian telinga,apabila sudah benar anjurkan tetap
mempertahankan apabila masih kurang ajari tentang cara
mengeringkannya,kemudian apabila keadaan telinga sudah tidak timbul nyeri
atau tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan antibiotika sampai habis.
BAB III
KASUS
BAYI MUDA

A. CONTOH KASUS
An “B” umur 2 tahun, masuk RS akibat berak-berak lebih dari sepuluh hkali disertai
muntah lima kali yang dialami sejak 1 jam yang lalu. Di rumah ibu sudah memberi obat berak-
berak namun tidak berhenti, akhirnya membawa anaknya masuk RS.
Saat pengkajian ibu mengatakan anaknya masih berak namun frekuensinya mulai menurun.
BAB masih encer dan tidak berampas. Turgor kulit jelek, mata cekung dan mulut nampak
kering. Hasil pemeriksaan auskultasi peristaltic usus meningkat. Anak nampak rewel dan sering
menangis. Ibu mengatakan sangat mencemaskan keadaan anaknya. Ekspresi wajah tegang, ibu
sering bertanya tentang kondisi anaknya.
Hasil pemeriksaan tanda vital:
 N : 132 x/mnt
 P : 32 x/mnt
 S : 38,2 C
Pengobatan :
 Infus RL 32 tetes/mnt
 Puyer 3 X 1 sdt
B. ANALISA DATA
1. a. DS :
 Ibu mengatakan anaknya masih berak namun frekuensinya mulai menurun.
 Ibu mengatakan BAB masih encer dan tidak berampas.
b. DO :
Turgor kulit jelek, mata cekung dan mulut nampak kering, Nadi 132 x/mnt, Pernapasan 32 x/mnt
dan suhu 38,2 C, terpasangnya infus RL 32 tetes/mnt.
c. Masalah Keperawatan :
kekurangan volume cairan dan elektrolit.
2. a. DS :
ibu mengatakan sangat mencemaskan anaknya.
b. DO :
 ekspresi wajah tegang
 ibu sering bertanya tentang kondisi anaknya.
c. Masalah Keperawatan :
Kecemasan Keluarga
3. a. faktor resiko :
suhu tubuh 38,2 C, anak nampak rewel dan sering menangis.
b. Masalah Keperawatan :
resiko hipertermi

4. a. faktor resiko :
Hasil pemeriksaan auskultasi peristaltic usus meningkat.
b. Masalah keperawatan :
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d kehilangan berlebihan melalui feses.
 Tujuan : dalam waktu 3x24 jam kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda
dehidrasi (turgor kulit bagus, mata tidak cekung dan mulut tidak kering) dan frekuensi BAB 1-2
kali perhari dan Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37 C dan P: 20-30
x/mnt).
 Intervensi :
 Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan. Rasional: Untuk mengetahui sejauh mana pasien
mengalami kehilangan cairan bila terus-menerus BAB.
 Observasi tanda-tanda vital. Rasional: Dengan memonitor tanda-tanda vital diharapkan dapat
mengetahui keadaan umum pasien secara rinci sehingga bisa mengobservasi proses
perkembangan penyakit dan tingkat keberhasilan perawatan.
 Pantau intake dan output. Rasional: upaya untuk menggganti cairan yang keluar bersama feses.
 Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr. rasional: Mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
Implementasi Evaluasi
Tgl…….jam….. Tgl…….jam…..
 Memantau tanda dan gejala kekurangan S : Ibu mengatakan anaknya masih berak
cairan. namun frekuensinya mulai menurun
Hasil : kekurangan cairan teratasi. dan BAB masih encer dan tidak
 Mengobservasi tanda-tanda vital. berampas.
Hasil : N: 132 x/mnt, P: 32 x/mnt dan O S: : Turgor kulit jelek, mata cekung dan
38,2 C. mulut nampak kering, Nadi 132 x/mnt,
 memantau intake dan output. Pernapasan 32 x/mnt dan suhu 38,2 C,
Hasil: intake dan output sesuai kebutuhan. terpasangnya infus RL 32 tetes/mnt.
 Menganjurkan keluarga untuk memberi A : kekurangan volume cairan belum
minum banyak pada klien, 2-3 ltr/hr. teratasi.
Hasil: ibu mendengar dan mauP : lanjutkan intervensi.
melakukannya.

2. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anak


 Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan keluarga berkurang dengan kriteria hasil : ekspresi
wajah tidak tegang dan keluarga tampak tenang.
 Intervensi :
 Dorong keluarga pasien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang
mekanisme koping yang tepat. Rasional: mampu mengidentifikasi penyebab kecemasan.
 Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah umum yang terjadi pada orang tua yang anaknya
mengalami masalah sama. Rasional: membantu menurunkan kecemasan dengan mengetahui
bahwa pasien bukan satu-satunya yang mengalami masalah yang demikian.
 Ciptakan lingkungan yang tenang. Tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu
klien. Rasional: mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu kecemasan.

Implementasi Evaluasi
Tgl…….jam….. Tgl…….jam…..
 Mendorong keluarga pasien S
untuk : ibu mengatakan sangat
membicarakan kecemasan dan berikan umpan mencemaskan anaknya.
balik tentang mekanisme koping yang tepat. O : ekspresi wajah tegang dan ibu
Hasil : ibu membicarakan kecemasannya sering bertanya tentang kondisi
 Menekankan bahwa kecemasan adalah anaknya.
masalah umum yang terjadi pada orang tua A : kecemasan belum teratasi.
yang anaknya mengalami masalah sama. P : lanjutkan intervensi.
Hasil : kecemasan ibu berkurang.
 Ciptakan lingkungan yang tenang. Tunjukkan
sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu
klien.
Hasil: kecemasan ibu berkurang.
3. Risiko hipertermi b.d proses infeksi
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh dengan kriteria hasil : suhu tubuh normal (S : 36-37 C) serta anak tidak rewel dan
menangis.
 Intervensi :
 Monitor suhu tubuh setiap 2 jam. Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi
tubuh ( adanya infeksi)
 Berikan kompres air hangat. Rasional : Untuk mengurangi / menurunkan rasa panas yang
disebabkan oleh infeksi.
 Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan banyak minum. Rasional : Untuk mengurangi
dehidrasi yang disebabkan oleh out put yang berlebihan.
 Anjurkan keluarga untuk memberikan anak pakaian tipis, longgar dan menyerap keringat.
Rasional : Agar pasien merasa nyaman.
 Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti piretik. Rasional : Untuk membantu
memulihkan kondisi tubuh dan mengurangi terjadinya infeksi.

Implementasi Evaluasi
Tgl…….jam….. Tgl…….jam…..
 Memonitor suhu tubuh setiap 2 jam. S:-
Hasil : suhu tubuh dalam batas normal O : suhu tubuh 38,2 C, anak nampak
 Anjurkan pasien dan keluarga untuk rewel dan sering menangis.
memberikan banyak minum. A : hipertermi belum terjadi
Hasil: ibu mendengar dan mau melakukannya.P : pertahankan intervensi.
 Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
anti piretik..
Hasil: kolaborasi dilakukan.

4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan peristaltik usus.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi perubahan
kebutuhan nutrisi dengan kriteria penurunan peristaltik usus.
 Intervensi :
 Monitor intake dan output. Rasional : Untuk mengetahui berapa banyak masukan dan
pengeluaran cairan ke dalam tubuh.
 Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggi serat. Rasional : Memungkinkan aliran
usus untuk memastikan kembali proses pencernaan, protein perlu untuk integritas jaringan.
 Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. Rasional: menurunkan
kebutuhan metabolik.
 Kolaborasi dengan ahli gizi. Rasional : membantu kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan
pencernaan dan fungsi usus.

Implementasi Evaluasi
Tgl…….jam….. Tgl…….jam…..
 Memonitor intake dan output. S:-
Hasil : intake dan output sesuai kebutuhan. O : Hasil pemeriksaan auskultasi
 Menghindari makanan buah-buahan dan peristaltic usus meningkat.
hindari diet tinggi serat. A : perubahan nutrisi belum terjadi.
Hasil : ibu menghindari makanan tinggi serat.P : pertahankan intervensi.
 Mempertahankan tirah baring dan pembatasan
aktivitas selama fase akut.
Hasil: ibu membatasi aktivitas anak.
 Kolaborasi dengan ahli gizi.
Hasil: kolaborasi dilakukan.

D. EVALUASI
1. kebutuhan cairan terpenuhi.
2. keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
3. Hipertermi belum terjadi.
4. Perubahan nutrisi belum terjadi.
CONTOH KASUS
BBLR

Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

a. Biodata

b. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung dan tekanan darah bayi menurun, sianosis,

gerakan ekstremitas fleksi sedikit, dan gerakan reflexs sedikit.

2. Riwayat keluhan utama

Seorang ibu prepartum masuk rumah sakit diantar oleh suaminya pada tanggal 22 mei 2011,

sebelum melahirkan ibu tersebut pernah melakukan pemeriksaan kehamilan dan anamnese

didaptkan hasil bahwa ibu memiliki riwayat anemia pada trimester ke 3. Setelah diberikan

tindakan pengobatan berupa pemberian tablet zat besi namun ibu tersebut kurang menunjukkan

perbaikan akan kondisi keadaannya. Kemudian pada tanggal 23 mei 2011 tepat pukul. 19.00

WITA ibu tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki dengan kondisi bradipneu: 25x/m, denyut

jantung menurun: 90x/m, tekanan darah: 70/40mmHg, sianosis dan gerakan ekstremitas dan

reflexs sedikit.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang:

Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung bayi dan tekanan darah menurun, bayi

nampak sianosis dan gerakan ekstremitas fleksi sedikit dan gerakan reflexs sedikit segera setelah

bayi tersebut dilahirkan.

4. Riwayat Kesehatan masa lalu:


A. Prenatal care

a. Pemeriksaan kehamilan : 3 kali

b. Keluhan selama hamil : sering pusing, cepat lelah, mata berkunang-kunang, dan

malaise.

c. Kenaikan BB selama hamil : 5 Kg

B. Natal

a. Tempat melahirkan : Rumah Sakit Umum Provinsi

b. Jenis persalinan : Normal

c. Penolong persalinan : Bidan

d. Kesulitan lahir normal : Ibu kesulitan mengedan karena ibu cepat lelah

C. Post natal

a. Kondisi bayi : BB lahir 2.400 gram, PB: 40 cm

b. Bayi mengalami nafas lambat, denyut jantung bayi menurun

c. Bayi tidak mengalami kemerahan dan nampak pucat.

d. Gerakan reflex sedikit dan tonus otot bayi menurun

c. Riwayat Tumbih Kembang

Pertumbuhan Fisik

1. Berat Badan Lahir : 2400 gr

2. Tinggi Badan : 40 cm

3. Lingkar kepala : 30 cm

4. Lingkar dada : 28 cm

5. Lingkar lengan atas : 12 cm

6. Lingkar perut : 50 cm
d. Reaksi Hospitalisasi

Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

1. Orang tua mengatakan merasa cemas dan kawatir mengenai keadaan bayinya.

2. Orang tua selalu menanyakan apakah sakit bayinya dapat sembuh.

3. Orang tua berharap agar anaknya cepat sembuh.

e. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum Klien : klien nampak bradipneu, denyut jantung dan tekanan darah menurun,

tampak sianosis, gerakan ekstremitas dan reflexs sedikit.

1. Sistem Pernapasan

a. Hidung: Simetris kiri – kanan,

b. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tomor

c. Dada :

- Bentuk dada : tidak simetris

- Gerakan dada : dada dan abdomen tidak bergerak secara bersamaan,

- Ekspansi dada berkurang

- Suara napas melemah

2. Sistem Cardio Vaskuler

a. Capillary Refilling Time: >2deti

b. Denyut jantung : 110x/m

c. Tekanan darah menurun: 70/40mmHg

3. System Syaraf

a. Bayi mengalami penurunan kesadaran

4. System Muskulo Skeletal


a. Terjadi penurunan tonus otot bayi

b. Gerakan ekstremitas fleksi pada bayi sedikit

c. Bayi nampak lemas dan lemah

5. System Integumen

a. Bayi mengalami sianosis pada kulit dan kuku

b. CRT: > 3 detik

c. Bayi nampak pucat

6. System Endokrim

a. Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid

7. System Perkemihan

a. Tidak ada edema

b. Tidak ada bendungan kandung kemih

8. System Reproduksi

a. Penis : Bersih

b. Tidak ada kelainan pada area genetalia

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Analisa Data

Symptom Etiology Problem


DS : Bersihan jalan tidak
Paralisis pusat
DO : efektif
pernafasan
- Bayi tampak sesak

Asfiksia

Paru-paru terisi
cairan b.

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
DS : Pola nafas tidak efektif
Janin kekurangan O2
DO :
dan kadar CO2
- Bayi mengalami
meningkat
bradipneu : 25x/m
- Suara nafas
melemah Nafas cepat
- Ekspansi dada
berkurang Apneu

DJJ dan TD menurun

Pola nafas tidak efektif


DS : Resiko cedera
Janin Kekurangan
DO :
O2 dan kadar CO2
meningkat

Suplai O2 ke paru

Kerusakan Otak

Resiko cedera
Rumusan Diagnosa

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

3. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-

agen infeksius.
2.1.3 Intervensi

No Tujuan & Kriteria


Intervensi Rasional
Dx Hasil

1 Klien memperlihatkan 1.Kaji tanda vital 1.Sebagai


bersihan jalan – pernafasan, indicator adanya
nafasnya efektif, nadi, tekanan gangguan dlm
dengan kriteria : darah. system pernafasan
1.Nafas Bayi kembali
normal
2.Bayi aktif. 2.Berguna dalam
3.Pada pemeriksaan 2.Kaji frekwensi, evaluasi derajat
auskultasi tidak kedalaman distress
ditemukan lagi bunyi pernafasan dan pernafasan
tambahan pernafasan tanda-tanda adan/atau
sianosis setiap 2 kronisnya proses
jam. penyakit. Sianosis
mungkin perifer
(terlihat pada
kuku) atau sentral
(terlihat sekitar
bibir dan atau
3.Dorong telinga). Keabu-
pengeluaran abuan dan
sputum, sianosis sentral
pengisapan mengindikasikan
(suction) bila beratnya
diindikasikan. hipoksemia.

3.Kental, tebal
dan banyaknya
sekresi adalah
4.Lakukan sumber utama
palpasi fokal gangguan
fremitus pertukaran gas
pada jalan nafas
5.Observasi kecil, pengisapan
tingkat kesadaran, dibutuhkan bila
selidiki adanya batuk tidak
perubahan efektif.
4.Penurunan
getaran vibrasi
diduga ada
pengumpulan
cairan atau udara
6.Kolaborasi terjebak.
dengan tim medis 5.Gelisah dan
pemberian O2 ansietas adalah
sesuai dengan manifestasi umum
indikasi pada hipoksia,
GDA memburuk
disertai
bingung/somnolen
menunjukkan
disfungsi serebral
yang berhubungan
dengan
hipoksemia.
6.Dapat
memperbaiki
/mencegah
memburuknya
hipoksia.

2 Klien memperlihatkan 1.Kaji frekwensi, 1.Kecepatan


pola nafas yang kedalaman biasanya
efektif, dengan pernafasan dan meningkat apabila
Kriteria hasil : ekspansi dada. terjadi
1. Frekwensi dan peningkatan kerja
kedalaman pernafasan 2.Catat upaya nafas
dalam rentang normal pernafasan, 2.Penggunaan otot
2. Bayi aktif termasuk bantu pernafasan
penggunaan otot sebagai akibat
bantu pernafasan dari penigkatan
kerja nafas
3.Auskulatasi 3.Bunyi nafas
bunyi nafas dan menurun/tak ada
catat adanya bila jalan nafas
bunyi nafas obstruksi dan
seperti mengi, adanya bunyi
krekels,dll nafas ronki dan
mengi
menandakan
adanya kegagalan
4.Tinggikan pernafasan
kepala bayi dan 4.Untuk
bantu mengubah memungkinkan
posisi ekspansi paru dan
memudahkan
5.Berikan oksigen pernafasan.
tambahan 5.Memaksimalkan
bernafas dan
menurunkan kerja
nafas

3 Klien tampak 1. Cuci tangan 1.Upaya untuk


kooperatif dengan setiap sebelum menghindari dari
kriteria: dan sesudah kuman dari luar
1. Bebas dari cidera/ merawat bayi. agar tidak terjadi
komplikasi. 2.Pakai sarung infeksi
2.Aktivitas yang tepat tangan steril.
dari level 3.Lakukan 2.Upaya agar
perkembangan anak pengkajian fisik tidak terjadi
3.Mendeskripsikan secara rutin cedera
teknik pertolongan terhadap bayi
pertama. baru lahir,
perhatikan
pembuluh darah
tali pusat dan 3.Memandirikan
adanya anomali. pasien dan
4.Ajarkan keluarga dalam
keluarga tentang hal merawat bayi
tanda dan gejala
infeksi dan
melaporkannya 4.Memberikan
pada pemberi pertahanan yang
pelayanan lengkap pada bayi
kesehatan. sesuai dengan
5.Berikan agen waktu yang telah
imunisasi sesuai di tetapkan
indikasi
(imunoglobulin
hepatitis B dari
vaksin hepatitis B
bila serum ibu
mengandung
antigen
permukaan
hepatitis B (Hbs
Ag), antigen inti
hepatitis B (Hbs
Ag) atau antigen
E (Hbe Ag).

2.2.4 Implementasi
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan meninjau kembali dari

apa yang telah direncanakana atau intervensi sebelumnya, dengan tujuan utama pada pasien

dapat mencakup pola napas yang efektif, peredaan nyeri, mempertahankan pola eliminasi yang

baik, pemenuhan istirahat tidur yang adekuat, pengurangan kecemasan, peningkatan pengetahuan

2.2.5 Evaluasi
a. Klien tampak rileks dalam bernafas
b. Jalan nafas klien kembali lancar
c. Kesadaran klien kembali membaik.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO.Dengan MTBS dapat ditangani
secara lengkap kondisi kesehatan balita pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang
memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk
pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan anak.Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi
dan dapat dan dapat membatasi beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan
biaya pengobatan.Melihat keunggulan tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa
Indonesia termasuk salah satu pengguna dini dari pendekatan MTBS ini, bahkan
Indonesia sekarang sudah sampai tahap pemantapan implementasi.

3.2 Saran
Dengan mempelajari makalah mengenai manajemen terpadu balita sakit (MTBS),
diharapkan mahasiswa khususnya perawat dapat mengurangi angka kematin anak
mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan jika seorang dan memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Daftar Pustaka

Aprilia Asri R, S. Kep, Ners. Diktat Kuliah Keperawatan Anak 1. 2011


Dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi, 2009, Materi presentase pada “Pelatihan Program
Kesehatan Balita Bagi Penanggung Jawab Program Kesehatan Anak”. Bogor.
2009. Stimulasi , Deteksi dan Intervensi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita.
http://www.asuhan-keperawatan.co.cc/2010/01/kti-kebidanan-pelaksanaan-
manajemen_04.html
http://www. Klikdokter.com/
Soetjiningsih, (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai