LP Istirahat Tidur
LP Istirahat Tidur
1.1 Pengertian
Istirahat adalah suatu periode tidak aktif dapat berupa istirahat untuk seluruh tubuh atau
untuk sebagian saja. Istirahat memberikan kesempatan pada tubuh untuk memperbaiki sel
tubuh yang rusak, membuat danm engembalikan fungsi jaringan .Idealnya istirahat dapat
digantikan dengan aktivitas yang memungkinkan tubuh pulih kembali secara sempurna dari
suatu aktivitas sebelum aktivitas yang lain dimulai, penggantian ini lebih baik dilakukan
secara terjadwal, aktivitas yang berat hendaknya diikuti oleh istirahat yang panjang. Tidur
adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang
merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan
otak dan badaniah yang berbeda (Carpenito, 2008).
Kebutuhan tidur menurut usia :
Selain faktor usia faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan tidur adalah latihan dan tingkat
kelelahan, konsumsi obat, motivasi, Kebiasaan dan lingkungan, status kesehatan, dan Psikis
seseorang.
1.2 Etiologi
menurut Burton, (1990)
1. Lesi Vestibular
a. Fisiologik
b. Labirinitis
c. Meniere
d. Obat
2. Lesi Saraf Vestibularis
a. Neuroma akustik
b. Obat
c. Neuronitis
d. Vestibular
3. Lesi Batang Otak
a. Infark (perdarahan pons)
b. Migrain arteri basilaris
c. Tumor
4. Penyakit Sistem Vestibuler
5. Penyakit SSP
6. Kelainan Endokrin
7. Kelainan Psikiatrik
8. Kelainan Mata
1.4 Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme
serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan
bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem
tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan
kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating
sistem (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat
memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima
stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur,
terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak
tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan saat bangun bergantung pada
keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbic. Dengan demikian,
sistem batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR. .
(Johnson,2000 dalam Andjani, 2016)
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:
a. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi.
b. Dilatasi pembuluh darah perifer
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
d. Relaksasi otot-otot rangka
e. Basal matabolsme rate menurun 10-30%
1.9 Penatalaksanaan
Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan obat-
obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara
lain
1) Terapi relaksasi. Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.
2) Terapi tidur yang bersih. Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih
dan nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan
suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
3) Terapi pengaturan tidur. Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita
mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
4) Terapi psikologi/psikiatri. Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau
stress berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga
ahli atau dokter psikiatri.
5) Mengubah gaya hidup Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur,
menghindari rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu
untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di
bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain :
1) Golongan obat hipnotik
2) Golongan obat antidepresan
3) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
4) Golongan obat antihistamin. Ada terapi khusus untuk kasus-kasus gangguan tidur
tertentu selain yang telah disebutkan di atas. Misalnya pada sleep apnea yang berat
dapat dibantu dengan pemakaian masker oksigen ( Continuous positive airway
pressure ) atau tindakan pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas
pernapasan. Pada Restless Leg Syndrome kita harus mencari penyakit dasarnya
untuk dapat memperoleh terapi yang adekuat.
Carpenito, L.J. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran : EGC
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3
. Jakarta: Salemba Medika NANDA International. 2012.