MEATAL STENOSIS
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Meatal stenosis adalah penyempitan abnormal dari lubang (meatus)
uretra. Jika penyempitan menjadi signifikan urine akan mengalami
hambatan aliran dari kantong kemih dan dapat menyebabkan kandung
kemih tidak kosong secara sempurna. Jika tidak segera ditangani hal ini
akan menyebabkan infeksi saluran kemih dan gangguan ginjal (Angel et
al, 2014).
2. ETIOLOGI
Meatal stenosis dapat disebabkan oleh beberapa hal,
namunseringnya penyakit ini terjadi karena adanya peradangan yang
disebabkan oleh kegiatan sunat bayi yang baru lahir. Peradangan ini
kemudian dapat mengarah ke pertumbuhan jaringan normal dan juga
jaringan parut di uretra. Padaanak yang disirkumsisi, paparanterus-
menerusdariurinterhadap meatus dan trauma mekanisujung distal glans
terhadap hasil popokbasah (dermatitis amonia) mengakibatkan hilangnya
epitel meatus, danfusidaritepi ventral nya. Hal ini menghasilkan lubang
pinpoint di ujung glans.
Penyebab lain stenosis meatus meliputi:
a) Kegagalan operasi hipospadia
b) Trauma pada ujung glan penis
c) penggunaan katete rjangka panjang
d) Balanitisxeroticaobliterans.
Balanitisxeroticaobliterans (BXO), yang merupakan kondisi
abnormal glans penis yang menyebabkan perubahan warna keputihan
dan penampilan kering glans yang akhirnya dapat menyebabkan
stenosis meatus.
3. PATOFISIOLOGI
Setelah disirkumsisi, meatus atau muara akhir saluran kemih anak
yang tidak terlatih kekamar mandi terus-menerus akan terpapar terhadap
urin, yang lama kelamaan mengakibatkan peradangan (dermatitis
amonia) dan trauma mekanik akibat meatus menggosok terhadap popok
basah. Hal ini menyebabkan hilangnya lapisan epitel halus uretra distal.
Kehilangan lapisan epitel ini dapat mengakibatkan perlekatan kembali
dari lapisan epitel di sisi ventral oleh jaringan ikat (jaringanfibrotik)
akibat dari terputusnya susunan jaringan epitel tersebut, meninggalkan
lubang pinpoint di ujung glans. Karena kondisi ini sangat jarang terjadi
pada anak-anak tidak disirkumsisi, sirkumsisidiya kini menjadi factor
penyebab yang paling penting terjadinya stenosis meatus.
Penyebab hipotetis lain dari kondisi ini adalah iskemia akibat kerusakan
arteri frenularse lama srikumsisise hingga suplai darah yang kurang
kebagian distal glans penis sehingga menyebabkan pembentukan
jaringan ikat dan akhirnya menyebabkan stenosis meatus
6. Pemeriksaan penunjang
a PemeriksaanFisik
Stenosis meatus dapat diketahui melalui pemeriksaan inpeksi, saat
terdapat meatus yang lebih kecil dari normal, terutama jika dilakukan
traksi lateral, tepi ventral meatus tampak menyatu.Pengamatan anak
saat berkemih sangat membantu dalam mengkonfirmasikan diagnosis
kelainan ini. Jika ingin dilakukan kalibrasi meatus, Litvak et al
melaporkan bahwa meatus pada anak berusia kurang dari 1 tahun
secara normal dapat dimasuki selang kateter 5F yang sudah dilumasi,
sedangkan pada anak usia 1-6 tahun, sebuah selang 8F harus lolos
tanpa kesulitan. Jika dicurigai terdapat gangguan eliminasi,
urodynamics non-invasif seperti uroflowmetri dengan elektromiografi
(pad elektroda) dan pengukuran kapasitas kandung kemih dan residu
urin setelah berkemih bisa ditunjukkan. Jika suspek infeksi, urinalisis
bisa dilakukan.
b Uroflowmetri
Uroflowmetriadalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan
pancaran urin. Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi
dengan lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran urin normal pada
pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan
pancaran kurang dari harga normal menandakan ada obstruksi (Patel,
2005).
7. Penatalaksanaan
a Meatotomy
Meatotomy adalah pengobatan definitif untuk stenosis meatus.
Meatotomy adalah prosedur sederhana di mana ventrum dari meatus
dihancurkan (untuk hemostasis) selama 60 detik dengan mosquito
hemostat lurus dan kemudian disisihkan dengan gunting khusus
Prosedur ini dapat dilakukan menggunakan anestesi topikal lokal
dioleskan secara bebas dan menyeluruh pada seluruh permukaan glans
penis yang ditutup menggunakan kasa dan dibiarkan obatnya bekerja
selama setidaknya satu jam. Setelah satu jam, kasa tadi dibuang dan
penis disiapkan dan dibungkus menjadi bidang steril. Sepanjanng
prosedur ini, yakinkan anak dan katakan padanya apa yang akan
dilakukan. Dengan salah satu pisau hemostat langsung diletakkan ke
meatus dan menghancurkan ventrum dari meatus (sekitar 3 mm)
dengan menutup hemostat tersebut.
Gambar 2. Prosedur Meatotomy
Tujuan dan
N
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
o
(NOC)
1 gangguan Setelah Urinary
eliminasi dilakukan elimination
urin tindakan management 1. memantau
berhubunga keperawatan Aktivitas haluaran urin
n dengan selama ...x24 jam keperawatan: pasien apakah
retensi urin gangguan 1. monitor ada gangguan
eliminasi urin eliminasi atau tidak
teratasi : urin 2. memantau
a. kontinens termasuk adanya retensi
urin frekuensi, urin atau
b. eliminasi konsistensi, distensi
urin volume, dan kandung
yang dibuktikan warna, kemih
dengan indikator 2. monitor 3. mencari
sebagai berikut: adanya penyebab
(1-5 = tidak tanda dan masalah yang
pernah, jarang, gejala dihadapi pasin
kadang-kadang, retensi urin untuk
sering, atau 3. identifikasi menentukan
selalu) faktor yang terapi
Kriteria Hasil : menyebabk
Tujuan dan
N
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
o
(NOC)
– Pasien tidak an 4. memberikan
mengalami inkontinensi pendidikan
disuria, a urin kesehatan
– Pasien tidak 4. ajari pasien pada pasien
mengalami tentang agar
nokturia, tanda dan pengetahuann
– Pasien tidak gejala ya bertambah
mengalami infeksi 5. memantau
inkontinensi saluran waktu
a, kemih haluaran urin
– Pasien tidak 5. catat waktu pasien
mengalami terakhir kali 6. mengetahui
urgensi dan pasien BAK keseimbangan
frekuensi 6. Instruksikan pengeluan urin
– Pasien tidak pasien dan pasien
mengalami keluarga 7. membantu
retensi untuk selalu mengeluarkan
– Pasien dapat mencatat urin gangguan
berkemih jumlah urin eliminasi urin
setiap 3 jam 7. pasang 8. menentukan
– Pasien tidak kateter jika penyeba
kesulitan diperlukan 9. menentukan
pada saat 8. ambil terapi
berkemih sampel urin mdikamentosa
– Pasien dapat midstream untuk
bak dengan untuk mencegah
berkemih analisis lab komplikasi
9. kolaborasi 10. mengajari dan
dengan memantau
dokter jika kegiatan
ada tanda toileting
gejala pasien
infeksi
saluran
kemih
10. dampingi
pasien
dalam
peningkatan
toileting
secara rutin
Tujuan dan
N
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
o
(NOC)
2 Kerusakan Setelah Perawatan luka
integritas dilakukan insisi
jaringan tindakan 1) Memberikan
berhubunga keperawatan 1) Jelaskan informasi
n dengan selama 3 minggu prosedur terkait
luka insisi kerusakan tindakan pada tindakan dan
pembedaha integritas pasien menurunkan
n jaringan 2) Identifikasi kecemasan
membaik dengan adanya pasien
kriteria hasil: kemerahan, 2) Tanda
a. Suhu kulit pembengkakan, kemerahan,
normal tanda-tanda pembengkakan
(36,5-37,5 dehiscence , dan dehiscene
C) 3) Monitor adanya dapat
b. Elastisitas tanda-tanda menghambat
kulit baik infeksi penyembuhan
c. Perfusi 4) Lakukan luka
jaringan perawatan luka 3) Mencegah
baik 5) Ajarkan pasien terjadinya
d. Tumbuh tentang cara infeksi
rambut perawatan luka 4) Mempercepat
halus saat mandi penyembuhan
dikulit luka insisi dan
mencegah
terjadinya
infeksi
5) Memberi
informasi agar
pasien merasa
nyaman
3 Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri
berhubunga dilakukan
n dengan tindakan 1) Lakukan 1) Mengetahui
trauma keperawatan pengkajian karakteristik
jaringan, selama 1x24 jam nyeri secara nyeri untuk
penekanan pasien dapat komprehensif pemilihan
saraf nyeri mengontrol nyeri termasuk lokasi, intervensi
dengan kriteria karakteristik, 2) Mengetahui
hasil: durasi, reaksi pasien
frekuensi, terhadap nyeri
a) Menggunaka kualitas dan yang dirasakan
n metode faktor 3) Guna memilih
non- presipitasi intervensi yang
Tujuan dan
N
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
o
(NOC)
analgetik 2) Observasi tepat yang
untuk reaksi non- dapat
mengurangi verbal dari digunakan
nyeri ketidaknyaman 4) Mengurangi
b) Menggunaka an faktor yang
n analgetik 3) Gunakan teknik dapat
sesuai komunikasi memperparah
kebutuhan terapeutik untuk nyeri pasien
c) Melaporkan mengetahui 5) Mengurangi
nyeri sudah pengalaman nyeri tanpa
terkontrol nyeri pasien obat-obatan
4) Kontrol 6) Mengurangi
lingkungan nyeri
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan,
dan kebisingan
5) Ajarkan teknik
non-
farmakologi
untuk
mengatasi nyeri
6) Kolaborasi
pemberian
analgetik
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH
ROSMITA DIHUMA
17.054
Ci Lahan Ci Institusi
(......………………………….) (........…………………….)