Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penyusunan Laporan

Kasus dengan judul “Ankyloglosia” dapat saya selesaikan penyusunannya dalam

rangka memenuhi salah satu tugas sebagai ko-asistensi yang sedang menjalani

kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Bedah

Kepala Leher.

Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, saya mengucapkan terima kasih

kepada dr. H. Azwar Abdullah, Sp.THT-KL selaku pembimbing dalam penyusunan

dan sebagai pembimbing selama menjalani kepaniteraan ini.

Apabila terdapat kekurangan dalam menyusun Laporan Kasus ini, saya akan

menerima kritik dan saran. Semoga Laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, 04 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... i


Daftar Isi................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................10

2.1 Definisi .......................................................................................................10


2.2 Klasifikasi ..................................................................................................11
2.3 Etiologi .......................................................................................................12
2.4 Gejala Klinis...............................................................................................12
2.5 Diagnosis ....................................................................................................15
2.6 Terapi .........................................................................................................16

2.7 Komplikasi .................................................................................................17

BAB III LAPORAN KASUS....................................................................................2

3.1 Identitas Pasien..............................................................................................2


3.2 Anamnesis .....................................................................................................2
3.3 Pemeriksaan Fisik .........................................................................................4
3.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................7
3.5 Resume ..........................................................................................................9
3.6 Diagnosis .......................................................................................................9
3.7 Penatalaksanaan ............................................................................................9
3.8 Prognosis .......................................................................................................9
BAB IV KESIMPULAN .........................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diagnosis dan manajemen ankyloglossia (tongue-tie) masih tetap


kontroversial sejak isu ini kembali diangkat sebagai penyebab kegagalan menyusui
pada awal tahun 2000-an. Fenomena menarik dari isu tersebut adalah adanya
perbedaan opini antar profesi kesehatan mengenai dampak ankyloglossia terhadap
menyusui. Hampir 99% konsultan laktasi mempercayai bahwa ankyloglossia adalah
pemicu kesulitan menyusui yang dapat diselesaikan dengan tindakan frenotomi,
sedangkan hanya 30% dokter spesialis THTKL dan 10% dokter spesialis anak
menyetujui pendapat tersebut. Fenomena lainnya adalah peningkatan bermakna dari
tindakan frenotomi, seperti dilaporkan oleh data populasi British Columbia, klaim
frenotomi melonjak 89% dari 2,8 per 1000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2004
menjadi 5,3 per 1000 KH di tahun 2013. Peningkatan ini diperkirakan terjadi akibat
semakin tingginya kewaspadaan ankyloglossia, ketertarikan terhadap frenotomi, dan
kemajuan penegakan diagnosis ankyloglossia. American Academy of Pediatrics
(AAP) mengakui bahwa ankyloglossia adalah entitas klinis yang ikut menentukan
keberhasilan menyusui dan perlu tatalaksana untuk meminimalkan masalah
menyusui. Dengan mempertimbangkan segala kebaikan menyusui, penting bagi
dokter spesialis anak untuk memahami tatalaksana sedini mungkin dari kondisi
apapun yang berpotensi mengganggu proses menyusui.3

Ankyloglossia didefinisikan sebagai sisa embriologis dari jaringan membran


frenulum di garis tengah antara permukaan bawah lidah dan dasar mulut – yang
pendek, tebal, dan tidak elastis sehingga membatasi gerakan lidah normal
(International Affiliation of Tongue-Tie Professionals = IATP, 2011). Insidens
ankyloglossia dilaporkan berkisar 4,2-10,7% pada bayi baru lahir, dan hanya sekitar
25% dari keseluruhan kasus mengalami kesulitan menyusui. Kondisi ankyloglossia
dapat merupakan varian genetic (dalam keluarga).1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Ankyloglossia biasanya disebut juga dengan tongue-tie, merupakan kelainan


kongenital dengan tanda klinis frenulum lingualis rendah yang dapat mempengaruhi
terbatasnya pergerakan lidah, kesulitan bicara dan menelan, menyusui serta sulit
untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan masalah lingkungan sosial.2
Ankyloglossia berasal dari bahasa Yunani yaitu angkylos “tidak lurus”,
glossia “lidah”. ankyloglossia biasanya juga disebut dengan tongue tie dimana
kondisi ini disebabkan frenulum yang pendek pada lidah atau frenulum melekat
sampai keujung lidah. Ankyloglossia terjadi karena kegagalan dalam degenerasi sel
yang mengarah pada hubungan antara lidah dengan dasar mulut. Insidensi dari tongue
tie bervariasi dari 0,25%. Ankyloglossia dapat mempengaruhi cara bicara (terutama
sulit untuk mengucapkan huruf t, d, l, th, dan s), mastikasi, menyusui untuk bayi,
kebersihan mulut dan lingkungan sosial.1
2.2 Klasifikasi

Ankyloglosia menurut Kotklow dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelas


berdasarkan jarak insersi frenum lingual ke ujung lidah. Jarak normal lidah bebas
sekitar 16 mm.

kelas I: Ankyloglossia ringan: 12 sampai 16mm,

kelas II: Ankyloglossia sedang: 8 sampai 11mm,

kelas III: Ankilogosia parah: 3 sampai 7mm,

kelas IV: Ankilogosia lengkap: kurang dari 3mm.4

2.3 Etiologi

Frenulum lingual adalah sebuah jaringan ikat yang menghubungkan lidah dan
bagian bawah mulut. Pada orang dengan ankyloglossia, ikatan ini terlalu pendek dan
tebal yang membatasi gerak lidah. Sampai saat ini, para peneliti masih belum
menemukan penyebab pasti tongue tie. Namun, beberapa kasus ankyloglossia telah
dikaitkan dengan faktor genetik tertentu.1
2.4 Gejala Klinis

Bayi dengan tongue-tie umumnya kesulitan menggerakkan lidah ke atas atau


dari sisi ke sisi, dan tidak bisa menjulurkan lidah melewati gigi depan. Tanda lain
bahwa bayi menderita tongue-tie adalah adanya lekukan pada ujung lidah, sehingga
membuat lidah terlihat seperti berbentuk hati.5

Bayi dengan kondisi tongue-tie sulit melakukan gerakan mengisap, sehingga berulang
kali memasukkan dan mengeluarkan puting payudara. Proses menyusui menjadi lebih
lama dan bayi tidak mendapat asupan ASI yang cukup. Akibatnya, bayi akan selalu
merasa lapar dan berat badannya sulit naik.3

Pada ibu bayi atau anak yang mengalami kondisi tongue-tie, umumnya gejala yang
dirasakan adalah sakit pada puting payudara saat menyusui dan peradangan pada
payudara. Konsultasikan dengan dokter jika gejala tersebut muncul, karena tongue-tie
bukan satu-satunya penyebab masalah menyusui.3

2.5 Diagnosa

Sebelum memeriksa kondisi bayi penderita tongue-tie, anamnesis pada ibu


bayi apakah ada masalah dalam menyusui bayinya. melakukan pemeriksaan fisik
pada bayi untuk melihat bentuk lidah dan pergerakan lidahnya. Pada anak-anak
dengan kondisi tongue-tie, dokter akan memintanya untuk menggerakkan lidah dan
mengucapkan huruf tertentu seperti R, L, S, N, T dan lain-lain.1,2,4

2.6 Terapi

Pembedahan dapat dilakukan sebagai terapi tongue tie adalah frenektomi.


Frenektomi merupakan salah satu prosedur bedah preprostetik. Prosedur sederhana
dimana sebagian atau seluruh frenulum yang bermasalah dibuang secara bedah
dengan tujuan untuk mengembalikan keseimbangan kesehatan mulut dan retensi serta
stabilitas gigi tiruan.6

Prosedur awal yang dilakukan pada tindakan bedah adalah tindakan aseptik
dengan pengolesan betadine solution 10% pada ekstraoral dan intraoral dan
pemasangan duk bolong, dilanjutkan dengan menganestesi lokal daerah yang akan
dilakukan tindakan yaitu bagian ujung lidah, ventral lidah ke arah frenulum, bagian
lingual gigi 31 dan 41 dan dasar mulut dengan pehacaine 2%. Stabilisasi lidah
menggunakan kasa dan menjepit frenulum lingual menggunakan hemostat, kemudian
dilanjutkan dengan pemotongan frenulum menggunakan scalpel dan blade no.15,
pemotongan frenulum dilakukan pertama kali pada bagian atas hemostat kemudian
dilanjutkan pada bagian bawah hemostat, proses ini dilakukan secara bersamaan
dikarenakan pembukaan mulut pasien yang kecil yaitu 25 mm dan menggunting
jaringan untuk pemisahan ujung bagian atas dan bawah menggunakan gunting
jaringan. Setelah dilakukan pemotongan frenulum dilakukan penjahitan
menggunakan nylon 4.0 dengan jumlah 8 jahitan. Setelah penjahitan selesai daerah
operasi kemudian dibersihkan dengan NaCl fisiologis sebanyak 10 cc.6

2.7 Komplikasi

Tongue-tie dapat berpengaruh pada cara menelan, makan, dan bicara,


sehingga dapat menimbulkan komplikasi seperti:

2.7.1 Masalah saat menyusui.

Bayi dengan tongue-tie bisa kesulitan dalam menyusu. Alih-alih menghisap,


bayi malah mengunyah puting payudara ibunya. Kondisi ini selain menimbulkan
nyeri pada payudara ibu, juga membuat bayi sulit mendapat asupan ASI. Akibatnya
bayi akan kekurangan nutrisi dan sulit tumbuh.2,3
2.7.2 Kesulitan dalam berbicara.

Tongue-tie pada anak-anak bisa menyebabkan kesulitan dalam mengucapkan


huruf - huruf tertentu, seperti : L R N T S.2,3

2.7.3 Kondisi mulut yang tidak higienis

Tongue-tie juga bisa membuat lidah sulit membersihkan sisa makanan dari
2,3
gigi. Kondisi ini bisa memicu kerusakan gigi dan pembengkakan pada gusi.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien

Nama : Alisa Shaqila


Usia : 5 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Banda Aceh
MRS : 14 Maret 2019
Tanggal pemeriksaan : 14 maret 2019

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Bicara cadel dan sakit tenggorok
Riwayat Sakit Sekarang :

pasien mengalami kesulitan berbicara, pasien susah mengucapkan


huruf L R M N Karena disebabkan lidah pasien mengalami keterbatasan
pergerakan, dan sakit tenggorok dirasakan sejak 3 hari, tidak ada demam dari
riwayat keluarga tidak ada yang mengalami keterbatasan pergerakan lidah.
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat alergi (-), sinusitis (-), rinitis (-), asma (-)
 Riwayat dermatitis (-)
 Riwayat trauma pada telinga (-), penyakit pada telinga sebelumnya (-)
 Riwayat tekanan darah tinggi (-), DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tonsilitis

Riwayat Pengobatan :
Riwayat penggunaan obat-obatan dan riwayat alergi pada obat-obatan dan
makanan (-).

3.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital:
 Tekanan darah :- 110/80 mmHg
 Frekuensi nadi :- 72 x/i
 Frekuensi nafas : - 23 x/i
 Suhu :- 37,2 ’c

Status Generalis:
 Kepala : Normosefali, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(- /-)
 Leher : Normal
 THT :
Status lokalis telinga, hidung, mulut dan tenggorokan :
TELINGA

Dextra Sinistra
Aurikula Radang (-), nyeri tekan tragus (-), Radang (-), nyeri tekan tragus (-)
nyeri pergerakan aurikula (-) nyeri pergerakan aurikula (-)
Retroaurikula Radang (-), nyeri tekan (-), sulkus Radang (-), nyeri tekan (-),
retroaurikula (+) sulkus retroaurikula (+)
Daerah preaurikula Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
fistula (-), abses (-), fistula (-), abses (-),
nyeri tekan tragus (-) nyeri tekan tragus (-)
Meatus akustikus Mukosa hiperemi (-), edema Mukosa hiperemi (-), edema
eksternus sekret (-), deskuamasi (-), sekret (-), deskuamasi (-),
Membran timpani Warna putih mengkilat, intak, Warna putih mengkilat, intak,
refleks cahaya (+) refleks cahaya (+)
HIDUNG

Hidung Luar Radang (-), deformitas (-), Radang (-), deformitas (-), massa
massa (-) (-)
Fetor (-) (-)
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Mukosa ronggga nasi Pucat (-), hiperemis (-), Pucat (-), hiperemis (-),
massa (-) massa (-)
Konka nasi Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)

Mulut Lidah : frenulum 5 mm dari ujung lidah

Gigi karies (-)


Faring -
Tonsil T3, hiperemi (+), kripta (-), T1, hiperemi (+), kripta (-),
detritus (-), permukaan rata detritus (-), permukaan rata
Uvula Simetris, hiperemi (-), oedem (-)
Palatum mole Simetris, hiperemi (-)
Dinding faring Mukosa halus, hiperemi (+), Granule (-), edema sisi kanan (+),
refleks muntah +/+

 Thorax :

Pulmo :
 Inspeksi : Bentuk gerak dada simetris
 Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :
 Inspeksi : Distensi (-)
 Palpasi : Supel, organomegali (-)
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Bising usus (+) normal.

 Ektremitas : Edema (-/-), varises (-/-), akral hangat

 Regio Fasialis:
 Inspeksi : pembengkakan pipi (-), deformitas wajah (-)
 Palpasi : nyeri tekan maksila dekstra dan sinistra (-)
 Perkusi : nyeri ketok maksila dekstra dan sinistra (-)
 Mukosa bukal : warna mukosa merah muda, hiperemis (-)

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan

3.5 Resume
 Anamnesis
 Sakit tenggork sejak 3 hari
 Batuk (+) pilek (+)
 Pemeriksaan Fisik
 Lidah : Lidah susah digerakkan ke atas akibat dari frenulum
diujung lidah
 Tonsil : T3, Hiperemis (+),
 Pemeriksaan Penunjang
 Tdak dilakukan

3.6 Diagnosis
Ankyloglosia kelas3

Tonsilofaringitis akut
3.7 Penatalaksanaan
1. Terapi farmakologis:
 Syr Cefadroxill 2x250 mg
 Ambroxol 1/3 3 x sehari
 Ctm 1/3 3 x sehari
 Dexametason 1/3 3 x sehari
 Codein 1 mg
2 Disaranka operasi frenulektomi

3 Edukasi

 Hindari makanan dan minuman yang dingin dan makanan yang


berminyak
4 habitalisasi pengucapan huruf pasca frenulektomi

3.8 Prognosis
Bonam atau umumnya baik
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari kasus yang saya angkat Ankyloglossia merupakan kelainan


kongenital dengan tanda klinis frenulum lingualis rendah yang dapat
mempengaruhi terbatasnya pergerakan lidah, kesulitan bicara dan
menelan, menyusui serta sulit untuk menjaga kebersihan rongga mulut,

Sesuai dengan teori kasus pada Alisa usia 5 tahun didapatkan


keterbatasan sesuai dengan teori yang dijelaskan yakni, frenulum terlalu
pendek sekitar 3 sampai 7 mm yang dimasukan ke dalam klasifikasi kelas
III.

Diagnosis pada pasien dapat ditegakan ankyloglosia sesuai dengan


teori yaitu saat pemeriksa meminta pasien menyebutkan huruf L N R S T
pasien sulit mengucapkan dengan baik.
KESIMPULAN

Ankyoglosia merupakan suatu kelainan kongenital ditandai


dengan frenulum lingualis rendah yang terjadi karena kegagalan dalam
degenerasi sel yang mengarah ada hubungan antara lidah dengan dasar
mulut. Ankyoglosia harus didiagnosa sedini mungkin untuk menghindari
masalah fungsi
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir LH, James JP, Donath SM. Reliability of the hazelbaker


assessment tool for lingual frenulum function. International
breastfeeding journal. 2006
2. Marmet C, Shell E, Marmet R. Neonatal frenotomy mungkin
diperlukan untuk memperbaiki masalah menyusui. J Hum Lact
1990; 6 (3): 117-21.masalah menyusui. J Hum Lact 1990; 6 (3):
117-21.masalah menyusui. J Hum Lact 1990; 6 (3): 117-21.
3. Dollberg S, Botzer E, Grunis E, Mimouni FB. Segera nyeri puting
setelah frenotomy pada bayi yang diberi ASI dengan
ankyloglossia: acak, studi prospektif. J Pediatr Surg. 2006
4. Kotlow LA. Ankyloglossia (tongue-tie): A diagnostic and
treatment quandary. Quintessence Int. 1999;30:259-62
5. Kishore, A. Srivastava, V. Ankyloglossia or tongue tie-a case
report. Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS).
2014.
6. . Ballard JL, Auer CE, Khoury JC. Ankyloglossia: assessment,
incidence, and effect of frenuloplasty on the breastfeeding dyad.
Pediatrics. 2002:e63.

Anda mungkin juga menyukai