Policy Brief Tasik PDF
Policy Brief Tasik PDF
2019
Latar Belakang
Demam berdarah dengue adalah penyakit berbasis
lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh perilaku
manusia dan iklim (1). Perubahan iklim berpengaruh
terhadap curah hujan yang mempengaruhi ketersediaan
air dalam media tempat perkembangbiakan nyamuk. Air
akan optimal pada saat curah hujan ideal yang tidak
sampai menimbulkan banjir tapi menggenang di suatu
wadah/media yang aman dan relatif masih bersih,
Ringkasan Eksekuti misalnya cekungan di pagar bambu, pepohonan, kaleng
Kasus DBD sangat berhubungan bekas, ban bekas, atap atau talang rumah(2).
dengan perubahan iklim terutama
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi
curah hujan, suhu dan kelembaban
terjadinya peningkatan kasus DBD, tapi sampai saat ini
udara. Dengan demikian data iklim
upaya tersebut belum menampakkan hasil yang
dapat dijadikan sebagai bahan untuk
diinginkan karena setiap tahun masih terjadi
merencanakan kegiatan dalam upaya
peningkatan angka kematian (3). Salah satu
mencegah kasus DBD.
penyebabnya adalah karena keterbatasan jumlah dan
Analisis menunjukan, data iklim dapat kemampuan tenaga pelaksana, dana serta prasarana
dijadikan sebagai bahan rencana sehingga kegiatan difokuskan pada saat terjadi
kegiatan pencegahan kasus DBD di peningkatan jumlah penderita bukan kegiatan
Kota Tasikmalaya. pencegahan sebelum musim penularan (SMP). Kegiatan
Direkomendasian, koordinasi dengan pencegahan memerlukan data surveilans yang lengkap
BMKG Bogor untuk mendapatkan data meliputi seluruh variabel fakto risiko penularan, salah
indek curah hujan, suhu dan satunya adalah data vektor. Tapi pada umumnya data
kelembaban udara setiap akhir bulan vektor belum tersedia secara lengkap dan
untuk memperkirakan kasus DBD berkesinambungan.
bulan berikutnya.
Untuk memberikan alternatif untuk pencegahan kasus
DBD, telah dilakukan kajian untuk membangun
hubungan antara variabel iklim dengan jumlah kasus
Kontributor :
Lukman Hakim, Fida Yanuar P DBD. Variabel iklim yang meliputi curah hujan, suhu
udara dan kelembaban udara yang dapat diperoleh
Loka Litbangkes Pangandaran secara berkesinambungan dari Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat.
1
Policy brief ini disusun berdasarkan hasil kajian tahun 2019 dengan judul “Analisis Curah Hujan
Sebagai Bagian Sistem Surveilans Dan Ewaspadaan Dini Untuk Mencegah Kasus Demam
Berdarah Dengue” yang menggunakan analisis regresi Poisson data iklim dari BMKG dengan
kasus DBD dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Analisis ini berusaha untuk
mengetahuihubungan iklim dengan jumlah penderita DBD bulan berikutnya
Temuan
Curah Hujan
Curah hujan di Kota Tasikmalaya selama 5
tahun (tahun 2014 sampai dengan tahun
2018), ada sepanjang tahun kecuali pada
bulan September dan Oktober 2015 tidak
tercatat ada curah hujan.
Berdasarkan petugas BMKG Kota Bogor,
ada kemungkinan pada bulan tersebut ada
curah hujan tapi tidak tercatat karena ada
bulan tersebut, alat pencatatnya rusak
sehingga tidak ada data.peroleh secara
berkesinambungan dari Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tabel 1
setempat. Indeks Curah Hujan Bulanan Kota
Tasikmalaya Tahun 2014-2018
Curah hujan tertinggi ada pada Bulan Januari 2017 dengan ICH 665,42 sedangkan paling rendah
ada pada Bulan Juli dan Agustus 2015 dengan ICH masing-masing 0,32.
Pada pola maksimum minimum ICH bulanan, puncaknya ada pada bulan Januari (ICH 665,42),
kemudian Desember (ICH 573,68), kemudian Maret (ICH 551,42), kemudian Februari (ICH
546,21) serta November (ICH 523,63). Sedangkan paling rendah ada pada bulan Juli dan Agustus.
Gambar 1
Pola Indeks Curah Hujan
Kota Tasikmalaya
Tahun 2014-2018
2
Suhu Udara
Gambar 2
Pola Suhu Udara
Kota Tasikmalaya
Tahun 2014-2018
Kelembaban Udara
Kasus DBD
Kasus DBD di Kota Tasikmalaya selama periode
tahun 2014 sampai dengan tahun 2018, tercatat
sebanyak 2.906, paling banyak tahun 2014 yaitu
839 kasus dan terus menurun sampai tahun 2018.
Incidence rate bulanan DBD di Kota
Tasikmalaya pada periode tahun 2014
sampai dengan tahun 2018, berkisar antara
22,699 sampai dengan 0,160 per 100.000
penduduk. Kasus tertinggi ada pada Bulan
Mei 2015 sedangkan paling rendah ada pada
Bulan November 2017.
Pada pola maksimum minimum IR-DBD
bulanan, puncaknya ada pada bulan Mei (IR
22,699 per 100.000 penduduk), kemudian
Juni (IR 19,142 per 100.000 penduduk),
sedangkan paling rendah ada pada bulan
November dengan IR 0,160 per 100.000 Gambar 3
penduduk kemudian Desember dengn IR Jumlah Kasus DBD Per Tahun
1,119 per 100.000 penduduk. Kota Tasikmalaya Tahun 2014-2018
4
Gambar 4
Pola Penyakit DBD
Berdasarkan IR Bulanan
Kota Tasikmalaya
Tahun 2014-2018
Analisis Data
Hasil uji normalitas pada a 0,05 menunjukan
distribusi data curah hujan dan rata-rata suhu
adalah normal dengan nilai Sig >0,05,
sedangkan data kelembaban udara dan
jumlah penderita DBD berdistribusi tidak
normal dengan nilai Sig <0,05 (Gambar
7.11). Karena terdapat variabel yang tidak
normal, maka permodelan dapat dilakukan Gambar 5
menggunakan resgresi Poisson. Output Hasil Uji normalitas Distribusi Data Kasus
DBD
Gambar 6
Output Hasil Distribusi Frequensi Data Kasus DBD
5
Hasil analisisi regresi Poisson menunjukan bahwa β0 (intercept) adalah 13,556, β1 (variabel curah
hujan) adalah 0,055, β2 variabel rata-rata suhu adalah 5,426, dan β3 (variabel rata-rata kelembaban
udara) adalah -1,365, sedangkan ɛ1 (kasus DBD) adalah 4,154.
Maka hubungan variabel independen dan dependen adalah di Kota Tasikmalaya:
Y = µi + ɛi = exp(XiTβ) + ɛi = exp atau e atau 2,71828 (13,556 X1 + 0,055X2 + (-1,365 X3),
dimana : Y adalah perkiraan jumlah kasus DBD satu bulan yang akan datang;
X1 adalah ICH bulan ini;
X2 adalah rata-rata suhu udara bulan ini; dan
X3 adalah rata-rata kelembaban udara bulan ini.
Gambar 7
Output Hasil Analisis Regresi Poisson Variabel Independen dan Dependent
6
Rekomendasi
Kegiatan surveilans terhadap faktor risiko penularan DBD yang belum terlaksana secara terus
menerus, mengakitbatkan kegiatan sistem kewasdaan dini untuk mencegah kemunculan kasus
DBD baru belum dapat dilaksanakan dengan optmal. Karena DBD berkaitan dengan perubahan
iklim, maka data variabel iklim dapat dijadikan sebagai alternatif untuk memperkikan kemunculan
DBD sehingga dapat direncakan kegiatan pencegahan.
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, ada beberapa rekomendasi yang dapat
dipertimbangkan oleh Pemerintah dan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, yaitu
1. Supaya melakukan koordinasi dengan BMKG Bogor untuk mendapatkan data indek curah
hujan, suhu dan kelembaban udara setiap akhir bulan.
2. Selanjutnya data iklim digunakan untuk memperkirkan kaus DBD bulan berikutnya
menggunakan hasil analisis regresi Poisson yaitu :
Y = µi + ɛi = exp(XiTβ) + ɛi = exp atau e atau 2,71828 (13,556 X1 + 0,055X2 + (-1,365 X3).
3. Apabila hasilnya menunjukan akan ada kasus DBD baru, maka segera dilakukan kegiatan
antisipasi sesuai dengan prosedur baku.
4. Selain pemanfaatan data iklim, hasil pola maksimal-minimal kasus, juga digunakan untuk
memperkirakan trend kasus tahun berjalan.
Daftar Pustaka
1. Supartha, I. 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes
aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera:Culicidae). Universitas Udayana3-6
September 2008; Denpasar.
2. Sukowati, S, 2006, The Impact Of Climate Change to the Vector Borne Diseases in Indonesia,
NIHR&D, Indonesia.
3. Anonim. 2008. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN-DBD) Dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku (Communication for
Behavioral Impact). Ditjen P2PL DepKes RI