Prosedurnya
PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak sekali ditemukan zat-zat aditif pada makanan. Makanan
tradisionaldan lokal yang dulunya lezat oleh ramuan rempah atau bumbu rempah,
sekarang sudah dicemaridengan berbagai zat aditif. Penambahan zat aditif dalam masakan
atau makanan dimaksudkanuntuk menambah cita rasa dan kelezatan dari makanan tersebut.
Zat-zat aditif tersebutdiantaranya pemanis buatan, pengawet buatan, pewarna buatan serta
penyedap rasa dan aroma.Penyedap rasa dan aroma atau yang dikenal dengan
vetsin/moto/MonosodiumGlutamat/MSG merupakan zat aditif .
Dalam beberapa dekade terakhir ini, penggunaan MSG atau monosodium
glutamat sangat meningkat pesat dikalangan konsumen maupun produsen makanan. Setiap
makanan yang kita jumpai hampir semuanya memiliki kandungan MSG. Fungsi dari MSG
ini sendiri adalah sebagai penyedap rasa. Penyedap rasa yang dimaksudkan dalam hal ini
bukanlah bahan yang dapat membuat makanan yang tidak enak menjadi enak. Penyedap
rasa yang dimaksudkan sebenarnya adalah bahan tambahan pangan yang dapat
memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma dari makanan itu sendiri,
sehingga penyedap makanan sering juga disebut dengan penguat citarasa. Penyedap rasa
sendiri tidak memiliki rasa apapun dan dapat digolongkan sebagai bahan alami dan
sintetik, karena penyedap rasa berupa MSG merupakan asam amino esensial yang dapat
diproduksi oleh tubuh.
MSG yang diproduksi secara sintesis adalah MSG yang dibuat dengan
menggunakan bahan-bahan kimia. Namun, banyak masyarakat yang tidak menyadari hal
tersebut. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan MSG yang berlebihan bahkan tanpa
takaran tertentu pada makanan. Meskipun MSG dapat menambah citarasa makanan dan
membuat rasa makanan menjadi gurih, namun pemberian MSG pada dosis yang
berlebihan dapat berakibat buruk bagi kesehatan tubuh. Belum lagi limbah yang
dihasilkan dari produksi MSG itu sendiri, apakah akan membahayakan lingkungan, atau
dapat di-recycle dan dimanfaatkan kembali. Oleh sebab itu, melalui makalah ini akan
dibahas mengenai bahaya MSG bagi tubuh dan manfaatnya serta pengolahan limbah yang
dihasilkan industri MSG.
TELAAH MSG
Pada pembuatan MSG dengan menggunakan proses fermentasi dilakukan beberapa tahap,
antara lain :
1. Tahap fermentasi
Bahan baku yang digunakan pada proses fermentasi adalah tetes tebu atau yang
disebut dengan molase. Tetes tebu mengandung glukosa yang memiliki rumus molekul
C6H12O6. Molase ini akan difermentasikan menjadi asam glutamat dengan
menggunakan bantuan NH3 dan mikroba sebagai pengatalisnya. Proses fermentasi
berlangsung dalam kondisi aerobik sehingga secara kimia proses pembentukan asam
glutamat dapat dilihat dari reaksi sebagai berikut :
C 6 H 1 2 O 6 + NH 3 + 1,5 O 2 C 5 H 9 NO 4 + CO 2 + 3 H 2 O
glukosa asam glutamat
2. Tahap pembentukan MSG
Setelah didapatkan asam glutamat, proses selanjutnya adalah membentuk monosodium
glutamat dengan menghidrolisis asam glutamat dengan NaOH. Secara kimia proses
pembentukan monosodium glutamat atau mononatrium glutamat adalah sebagai
berikut :
Karena asam glutamat merupakan asam lemah dan NaOH merupakan basa kuat, jadi
hasil hidrolisis yang dibentuk adalah garam C5H8NO4Na (MSG) yang bersifat basa
dan H2O (air).
3. Tahap kristalisasi
Asam glutamat yang sudah dihidrolisis kemudian membentuk mononatrium glutamat
yang sudah berbentuk kristal endapan. Kristal endapan tersebut selanjutnya dilarutkan
dengan air dan diturunkan suhunya pada pH 6.6 – 7 . Namun, bentuk MSG ini masih
berwarna keruh sehingga perlu didekolorasi menggunakan karbon aktif sehingga
terbentuk warna putih. MSG yang sudah berwarna putih ini pun dimasukkan ke dalam
mesin untuk dipack dan siap dipasarkan pada masyarakat.
Spot test
1 mL larutan sampel (± 1 dari 30 bagian)
Tambahkan 1 mL Triktohidindena hidrat TS dan 100 mg Natrium Asetat
Masukkan ke dalam Waterbath selama 10 menit
Bila timbul warna ungu maka + MSG
Uji kualitatif dengan kromatografi kertas berdasarkan pengujian mutu MSG menurut
standar SII (standar industri Indonesia)
Pereaksi :
Larutan contoh : 0,5±0,05 gram contoh dilarutkan dalam air hingga 1 liter.
Larutan standar : 0,393±0,001 gram asam glutamat (kemurnian tidak kurang dari
99,5%) dinetralkan dengan NaOH p.a dan diencerkan.
Pelarut : Campuran butanol asam asetat pekat dan air dalam perbandingan volume
4:2:1.
Pembangkit warna : Larutan 0,2% ninhidrin dalam alcohol 95% v/v.
Kertas kromatografi : Digunakan kertas whatmen no 1 atau kertas lain yang sesuai
dengan ukuran 250×250 mm.
Cara Kerja :
Isikan pelarut kedalam wadahnya dalam bak kromatografi dan dibiarkan 12 jam. Pada
kertas kromatografi dibuat garis pada jarak 25 mm dari tepi dengan pensil. Teteskan
0,025 ml contoh dan larutan standar pada garis tersebut dengan jarak masing-masing
10 mm dan 25 mm, dan biarkan hingga kering. Kromatografi dilakukan dengan
cara decending, yaitu pelarut bergerak dari bawah keatas. Tepi yang diletakkan di
bagian bawah dan ujungnya dicelupkan dalam larutan (10 mm), selama 8 jam. Kertas
kemudian diangkat dan digantung sehingga semua pelarut menguap. Seluruh kertas
kemudian disemprotkan dengan larutan nihidrasin dan setelah beberapa menit
dikeringkan dalam oven 105 sampai 1100 C selam 5 menit. Pada kertas akan tampak
spot biru dan tampak pula batas akhir pelarut. Pada pusat tiap spot diberi tanda jarak
antara titik awal dengan pusat spot dan dengan batas akhir pelarut di ukur dengan
teliti. Harus hanya ada satu spot biru dari larutan contoh dan nilai Rf contoh harus
sama nilai Rf standar.
Kolorimetri
Cara Kerja
Larutkan 50 mg MSG-Monohidrat dalam 40 ml air. Tambah 1 ml asam nitrat dan 1 ml
0,1 N perak nitrat. Encerkan hingga 50 ml biarkan dalam ruang gelap selama 5 menit.
Bandingkan kekeruhanya dengan larutan yang di buat dari 10 ml larutan klorida standar
yang diberi perlakuan yang sama. Kekeruhan MSG Monohidrat tidak boleh lebih keruh
dari pada larutan standar.
Logam-logam Berat
Cara kerja
Masukkan 2,0 gram MSG dalam tabung Nessler. Tambahkan 40 ml air dan 2 ml asam
asetat 10% (v/v). Bila larutan tidak jernih, maka disaring dan jadikan 50 ml dengan air.
Tambahkan 2 tetes larutan sodium sulfide, aduk dan diamkan 5 menit. Bandingkan warna
dengan yang diperoleh dari 8 ml larutan standar Pb. Warna tidak boleh lebih gelap dari
larutan standar tersebut.
Sporn melakukan penentuan MSG dalam sup dan kecap. Glutamat diekstraksi dengan
aseton. Ekstrak dimasukkan ke kolom penukar anion (Partisil SAX: 250 x 4,6 mm) dan
dielusi dengan RI (inframerah) detector. Metode ini kemudian dimodifikasi lagi oleh
Nguyen dan Sporn, di mana mereka juga menggunakan kolom Partisil SAX, tetapi
eluenya Potassium dihidrogen fosfat (17 mM, pH 4). Penentuan konsentrasi kemudian
dilakukan dengan kombinasi RI dan UV detektor.
Glutamat, asam aspartat, asam piro glutamine, dan klorida ditentukan dengan RI detektor,
sedangkan 5’-IMP dan 5”-GMP ditentukan dengan UV pada 254 nm. Beberapa penelitian
juga meneliti pengaruh pengalengan, didapati selama pengalengan glutamat stabil, namun
nukleotida mengalami degradasi sampai 50% atau lebih akibat hidrolisis. Untuk
menentukan konsentrasi glutamat pada konsentrasi rendah, William dan Winfield
mendidihkan larutan buffer sodium bikarbonat (pH 10,5) dan dansil klorida dalam gelap.
Hasilnya dipindahkan ke kolom C18 (125×4,6 mm) dan dielusi dengan air : methanol,
asam asetat (55:45:1, v/v/v), kemudian dilakukan penentuan konsentrasi dengan
fluoresensi (530 nm-328 nm).
Reaksi :
MSG + CH3COOH → Asam Glutamat + CH3COONa
Asam Glutamat + HClO4 → Monochlorida glutamat + H2O
Titrasi presipitasi
-10 mL larutan sampel (± 1 dari 10 bagian) + 5,6 mL HCl 1N, terdapat endapan
asam glutamat.
-Timbang gravimetris secara kuantitatif
Reaksi :
MSG + HCl –> asam glutamat + NaCl
Kadar MSG
0,4 gram contoh MSG dipanasi dalam labu kjedhal dengan 0,5 gram Cu-sulfat, 4,5 gram
kalium sulfat dan 20 ml H2SO4 (p) samapai cairan menjadi jernih. Pemanasan dilanjutkan
hingga 3 jam, lalu dinginkan. Larutan dipindahkan ke dalam labu destilasi, cuci dengan air
suling dan encerkan hingga volume 200 ml, tambahkan 80 ml NaOH 30 %, kemudian
amonia yang terdestilasi ditampung dalam 25 ml H2SO4 0,1 N dan indikator merah metil.
Bila 2/3 volume larutan telah terdestilasi, titer kelebihan H2SO4 dengan NaOH 0,1 N. dan
hitung kadar kemurnian MSG.
Kemurniaan MSG % :
Oleh sebab itu, peranan teknologi komputerisasi sangat dibutuhkan dalam industri
pembuatan MSG maupun industri kimia lainnya agar produk dihasilkan dengan kualitas
tinggi dan dapat melakukan efisiensi waktu dengan baik sehingga tercapai jumlah atau
kuantitas produk yang akan dijual di pasaran.
d. Keuntungan dan Kerugian MSG
Limbah yang diakibatkan dari pengolahan pabrik vetsin ini berupa limbah cair.
Limbah cair ini penyebab utama pencemaran air karena limbah yang dibuang ini terdiri
dari bahan organik dan anorganik.
Ukuran limbah cair tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu ukuran bahan organik,
sifat fisik, dan beberapa bahan yang telah terkontaminasi. Untuk mengetahui bagaimana
ukuran kualitas limbah tersebut, dilakukan pengolahan terlebih dahulu agar limbah cair
tersebut tidak seutuhnya mengeluarkan polusi yang berlebihan. Biasanya pengolahan
limbah pabrik ini dilakukan percobaan terlebih dahulu ke dalam aliran kolam yang berisi
ikan. Bila ikan tersebut tidak mati, maka limbah tersebut selanjutnya dibuang ke sungai.
Karena bila ikan-ikan yang ada di kolam tersebut mati, berarti polusi yang dikeluarkan
cukup banyak dan sangat berbahaya bagi kesehatan lingkungan sekitarnya akibat
pencemaran air.
Kualitas-kualitas limbah tersebut akan diukur terlebih dahulu kualitasnya. Hal itu
dikarenakan agar diketahui berapa pH dari limbah-limbah tersebut. Ukuran limbah cair
adalah 6-9 pH, pH meter yang digunakan ada tiga jenis yaitu sebagai berikut:
1. DO (Disolved Oxygen)
Dengan ukuran 4-9 ppm, DO digunakan untuk pengukuran oksigen yang berasal dari
udara melalui fotosintesis tumbuhan air dalam waktu 1 jam.
2. BOD (Biochemical Oxygent Demand)
Dengan ukuran ≤ 10 ppm, BOD dilakukan oleh reaksi bakteri dalam waktu 5 hari.
3. COD (Chemical Oxygen Demand)
Dengan ukuran ≤ 30 ppm, COD digunakan untuk mengoksidasi zat-zat organik dengan
1 liter sampel air dalam waktu 2 jam.
Akibat yang ditimbulkan dari polusi limbah dalam kehidupan sehari-hari diantaranya
sebagai berikut:
1. Dapat merusak drainase tanah.
Karena limbah dapat terserap ke dalam tanah sehingga dapat merusak drainase tanah.
2. Dapat merusak biota air.
Karena limbah yang dialirkan ke dalam sungai dengan ukuran kualitas limbah yang
tidak sesuai akan merusak kehidupan di dalam air sungai.
3. Dapat mengurangi kualitas air bersih.
Karena jika ukuran kualitas limbah berlebihan, akan mengakibatkan air di sungai
tercemar.
4. Dapat menimbulkan penyakit bagi lingkungan sekitarnya.
Air sungai yang terlalu banyak mengandung limbah, tidak baik untuk melakukan
aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
Pengolahan limbah MSG dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu Pengolahan Air
Limbah, Pengubahan limbah MSG menjadi Arang Aktif, Pembuatan pupuk cair MSG.
Pengolahan Air Limbah menjadi endapan
Limbah MSG yang dbuang ke sungai atau laut akan berdampak buruk bagi
lingkungan. Hal ini akan menyebabkan hewan laut tercemar dan mati. Oleh
karena itu dilakukan pengolahan air limbah dengan cara melakukan proses
pengendapan terhadap limbah MSG. Cara ini diawali dengan mengubah limbah
MSG menjadi lumpur aktif yang kemudian dilakukan berbagai macam proses agar
keaktifan lumpur tersebut berkurang dan menjadi suatu endapan sehingga tidak
akan mencemari lingkungan. Setelah itu, barulah endapan limbah MSG tersebut
dibuang ke tempat tertentu.