Referat Kegawatdaruratan Napza
Referat Kegawatdaruratan Napza
REFERAT
Disusun oleh:
Fajri Nugraha 110103000013
Latansan Dina 110103000070
Meliansari 110103000054
Nurhalimah Aruan 109103000025
Nida Khofia 110103000087
Pembimbing:
KEPANITERAAN KLINIK
RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT
2015
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan karunia yang
telah diberikan-Nya sehingga pada akhirnya makalah referat “Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan NAPZA” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas di kepanitraan klinik di Rumah Sakit
Ketergatungan Obat.
Dalam kesempatan ini, terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Erie Dharma Irawan
SpKJ MARS, selaku pembimbing di Kepaniteraan Klinik RSKO Jakarta yang telah
memberikan bimbingan dan kesempatan dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan khususnya
bagi para sejawat.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ 2
DAFTAR ISI ............................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5
1. Defenisi NAPZA.......................................................................... 5
2. Penggolongan NAPZA ............................................................... 5
3. .Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA ........................... 6
4. Peran NAPZA sebagai Gangguan otak ....................................... 6
5. Gejala klinis................................................................................. 7
6. Menetapkan diagnosis................................................................. 8
7. Penatalaksaan kegawatdaruratan NAPZA................................... 9
BAB III. KESIMPULAN........................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 22
4
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obatyang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena
terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap
NAPZA jika mereka yang menggunakannya memasukan kedalam tubuh manusia
akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat. Istilah NAPZA
umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada
upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. Pengaruh tersebut
dapat berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi atau
timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi
pemakainya.
2. Penggolongan NAPZA
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat
digolongkan menjadi tiga golongan :
1. Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis
ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya
tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin,
heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer
(anti cemas) dan lain-lain.
2. Golongan Stimulan(Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu,
esktasi), Kafein, Kokain
3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang
berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak
6
digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD,
Mescalin.
pembuluh darah di sekitar dinding usus. Karena sifat khususnya, NAPZA akan
menuju reseptornya masing-masing yang terdapat pada otak.
Beberapa jenis NAPZA menyusup kedalam otak karena mereka memiliki ukuran
dan bentuk yang sama dengan natural meurotransmitter. Di dalam otak, dengan
jumlah atau dosis yang tepat, NAPZA tersebut dapat mengkunci dari dalam (lock into)
reseptor dan memulai membangkitkan suatu reaksi berantai pengisian pesan listrik
yang tidak alami yang menyebabkan neuron melepaskan sejumlah besar
neurotransmitter. Beberapa jenis NAPZA lain berikatan melalui neuron dengan
bekerja mirip pompa sehingga neuron melepaskan lebih banyak neurotransmitter. Ada
jenis NAPZA yang menghadang reabsorbsi atau reuptake sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan yang tidak alami dari neurotransmitter.
5. Gejala Klinis
5.1 Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum
dapat digolongkan sebagai berikut :
Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo
(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif,curiga
Bila kelebihan dosis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan nadi
lambat, kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.
Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair,menguap
terus menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh,takut air sehingga malas
mandi, kejang, kesadaran menurun.
Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat,tidak peduli terhadap
kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terhadap bekas
suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum
suntik)
5.2 Perubahan Sikap dan Perilaku
Prestasi sekolah menurun, sering tidak mengerjakan tugas sekolah, sering
membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk
dikelas atau tempat kerja.
8
Sering berpegian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa memberi
tahu lebih dulu
Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar
bertemu dengan anggota keluarga lain dirumah.
Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak
jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik
sendiri atau milik keluarga, mencuri, terlibat tindak kekerasan atau
berurusan dengan polisi.
Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap
bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia.
6. Menetapkan Diagnosis
Dalam nomenklatur kedokteran, ketergantungan NAPZA adalah suatu jenis
penyakit atau “ disease entity” yang dalam ICD – 10 (international classification of
disease and health related problems – tenth revision 1992) yang dikeluarkan oleh
WHO digolongkan dalam “ Mental and behavioral disorders due to psychoactive
substance use “.
Gambaran klinis utama dari fenomena ketergantungan dikenal dengan istilah
sindrom ketergantungan ( PPDGJ-III , 1993 ). Sehingga diagnosis ketergantungan
NAPZA ditegakkan jika diketemukan tiga atau lebih dari gejala-gejala di bawah
selama masa setahun sebelumnya:
1. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa ( kompulsi ) untuk
menggunakan NAPZA.
2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan NAPZA sejak awal,
usaha penghentian atau tingkat penggunaannya.
3. Keadaan putus NAPZA secara fisiologis ketika penghentian penggunaan NAPZA
atau pengurangan, terbukti orang tersebut menggunakan NAPZA atau golongan
NAPZA yang sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari
terjadinya gejala putus obat.
4. Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis NAPZA yang diperlukan guna
memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis yang lebih
rendah.
9
1. Dekontaminasi
Umumnya zat atau bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap kulit, sehingga
sering dekontaminasi permukaan sangat diperlukan. Sedang dekontaminasi saluran
cerna ditujukan agar bahan yang tertelan akan sedikit diabsorpsi. Biasanya dapat
diberikan arang aktif, pencahar, obat perangsang muntah dan kumbah lambung.
2. Pemberian Antidotum
Mengingat tidak semua intoksikasi ada penawarnya, sehingga prinsip utama adalah
mengatasi sesuai dengan besarnya masalah.
Yang dimaksud dengan intok overdosis beratsikasi (Over Dosis) adalah kondisi fisik
dan prilaku abnormal akibat penggunaan zat yang dosisnya melebihi batas toleransi
tubuh
Kematian akibat overdosis opioid biasanya disebabkan henti nafas akibat efek
depresan napas zat tersebut. Gejala overdosis meliputi kurang nya respon yang nyata,
koma, napas lambat, hipotermi, hipotensi dan bradikardi. Ketika pasien dibawa
dengan trias klinis berupa koma, pupil pinpoint, dan depresi nafas, klinisi seyogyanya
mempertimbangkan overdosis sebagai diagnosis primer. Mereka juga dapat
menginspeksi tubuh pasien untuk mencari jejak jarum di lengan, tungkai, pergelangan
kaki, selangkangan dan bahkan vena dorsalis penis.
4. Nistagmus
5. Hendaya atensi atau memori
6. Stupor atau koma
D. Gejala tidak disebabkan kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan
oleh gangguan mental lain.
Intoksikasi sedatif hipnotik jarang memerlukan pertolongan gawat darurat atau
intervensi farmakologi.Intoksikasi benzodiazepin yang fatal sering terjadi pada anak-
anak atau individu dengan gangguan pernapasan atau bersama obat depresi susunan
syaraf pusat lainnya seperti opioida.Gejala intoksikasi benzodiazepin yang progresif
adalah hiporefleksia, nistagmus dan kurang siap siaga, ataksia, berdiri tidak stabil.
Selanjutnya gejala berlanjut dengan pemburukan ataksia, letih, lemah, konfusi,
somnolent, koma, pupilmiosis, hipotermi, depresi sampai dengan henti
pernapasan.bila diketahui segera dan mendapat terapi kardiorespirasi maka dampak
intoksikasi jarang bersifat fatal. Namun pada perawatan yang tidak memadai maka
fungsi respirasi dapat memburuk karena asapirasi isi lambung yang merupakan faktor
resiko yang sangat serius.
0,5 mg setelah 60 detik sampai total kumulatif 3 mg. Pada pasien yang
ketergantungan akan menimbulkan gejala putus zat
Untuk tingkat serum sedatif-hipnotik yang sangat tinggi dan gejala-gejala
sangat berat, pikirkan untuk atau haemoperfusion dengan charcoal resin/norit.
Cara ini juga berguna bila ada intoksikasi berat dari barbiturat yang lebih
short acting.
Tindakan suportif termasuk; pertahankan jalan napas, pernapasan buatan bila
diperlukan, perbaiki gangguan asam basa
Alkalinisasi urin sampai Ph 8 untuk memperbaiki pengeluaran obat dan
diuresis berikan furosemide 20-40 mg atau manitol 12,5-25 mg untuk
mempertahankan pengeluaran urin.
c) Langkah II: mengurangi absorbsi obat lebih lanjut
Rangsang muntah, bila baru terjadi pemakaian. Kalau tidak, pikirkan
Activated Charcoal. Selama perawatan harus diawasi supaya tidak terjadi
aspirasi, kalau perlu pasang sonde lambung (NGT)
Tanda dan gejala intoksikasi anfetamin biasanya ditunjukkan dengan adanya dua
atau lebih gejala-gejala seperti takikardi atau bradikardi, dilatasi pupil, peningkatan atau
penurunan tekanan darah, banyak keringat atau kedinginan, mual atau muntah, penurunan
berat badan, agitasi atau retardasi psikomotot, kelelahan otot, depresi sistem pernapasan,
nyeri dada atau aritmiajantung, kebingungan, kejang-kejang, diskinesia, distonia atau
koma. Gejala intoksikasi amfetamin sebagian besar pulih setelah 24 jam dan umum nya
akan hilang setelah 48 jam
5. Antisipasi perilaku agresifitas buat suasana tenang & berikan dosis rendah
sedative, misal: lorazepam 1-2 mg oral atau Haloperidol 5 mg oral, bila terlihat
agresifitas tinggi berikan Haloperdol 5 mg IM.
19
1. Perbaiki kondisi klinis secara umum, observasi tanda vital per 15 menit &
Pemeriksaan laboratorium umum & breathalyzer (level alkohol dalam darah).
2. Koreksi defisit elektrolit dan kebutuhan nutrisi pasien. Bila terdapat kondisi
Hipoglikemia injeksi 50 mg Dextrose 50%.
kaya lebih dari sebelum nya, dan secara subyektif memperlambat apresiasi waktu.
Pada dosis tinggi , pengguna mungkin mengalami depersonalisasi dan derealisasi.
Keterampilan motorik terganggu akibat penggunaankanabis dan hendaya
keterampilan motorik ini menetap bahkan setelah gejala euphoria subyektif
menghilang. Setelah 8-12 jam setelah pemakaian kanabis, hendaya keterampilan
motorik pada pengguna mengganggu penggunaan kendaraan bermotor. Lebih lanjut
efek ini menambahkan efek alcohol yang biasanya digunakan bersamaan dengan
kanabis.
Bila terdapat gejala psikotik dapat diberikan Antipsikotik (Haloperidol 1-2 mg,
oral atau i.m ulangi setiap 20-30 menit
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Saock`s Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry.10th ed. USA: Lippincot, Williams and Wilkins. 2007
2. Elvira, Sylvia dan Gitayani Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FKUI.
Jakarta. 2009
3. Allen K.M. Clinical Care of the Addicted Client, Review Article on: American
Psychiatriy Journal, 2010 October 20.
4. Maslim Rusdi, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PDGJ-III,
PT. Nuh Jaya, 2001, h. 34-43.
5. The Indonesian Florence Nightingale Foundation, Kiat Penanggulangan dan
Penyalahgunaan Ketergantungan NAPZA.