Oleh:
dr. Salicha Oktamila Astiti
Pembimbing:
dr. Suharto, Sp. PD
dr. Ahmad Arif Wibowo
1
LEMBAR PENGESAHAN
pada :
dr. Dewi Haryanthi dr. Ahmad Arif Wibowo dr. Suharto, Sp. PD
Mengetahui,
2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
• Nama : Sis. D
• No RM : 041756
• Umur : 19 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Komplek Kodam Jaya Cililitan II 8/2 Kramat Jati
• Pekerjaan : Siswa
• Agama : Islam
• Status : Belum menikah
• Tanggal Masuk : 07 November 2019
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Tidak sadarkan diri
3
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Stroke : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal
Riwayat Kebiasaan :
Riwayat merokok : Disangkal
Riwayat alkohol : Disangkal
2. Kepala
Normocephali, konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), bibir kering (-),
lidah kotor (-), otorrhea (-), rhinorhea (-)
3. Leher
4
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
peningkatan jugular venous pressure (-)
4. Thorax
Paru
Inspeksi : dada simetris (+), ketinggalan gerak napas (-), massa (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus (N), kembang dada (N)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di linea midclavikularis sinistra SIC V
Perkusi : batas jantung di linea parasternalis dextra–linea
midclavicularis sinistra.
Auskultasi : suara S1-S2 normal, bising (-),S3 S4 (-)
5. Abdomen
Inspeksi : supel, distensi (-), massa (-)
Auskultasi : peristaltic usus (+) dalam batas normal.
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani, hepato/spleno-megali (-).
6. Ekstremitas
Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat
1. Darah Rutin
5
Pemeriksaan Darah Hasil Satuan
Hemoglobin 12,1 g/Dl
Leukosit 16.500 ↑ Ribu/ mmk
Hematokrit 35 %
Eritrosit 4.26 Juta/mmk
Trombosit 202.000 Ribu/mmk
GDS 97
Ureum 17
Creatinin 1.1
SGPT 29
SGOT 22
2. EKG
VI. DIAGNOSIS
- HEAT STROKE
6
- HEAT EXHAUSTION
IX. TERAPI
- O2 6 Lpm
- IVFD 2 jalur RL
- Pasang DC
- Cooling temperature
- Inf Sanmol 1gr
- Inj Furosemide
- Inj Diazepam 2,5 ml + 10cc aquabidest
- Inj NB drip
- Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam
- Inj Ondansetron 1A/12 jam
IX. OBSERVASI
Tanggal/ Keadaan
TD NADI SUHU SPO2 KETERANGAN
Jam Umum
7/11/2019 Stupor 130/80 90 41,8 98% Loading RL 2
16.00 jalur
90/60 88 41 99% - RL
- Inj
7
Furosemide
16.50 39 Urine: 150 cc
16.50 Inj Furosemide
17.00 CM 90/70 96 38.4 - Inj Diazepam
2.5 ml + 10 cc
Aquabidest
- Urine output
1000cc
17.15 CM 130/80 100 38.3 99%
17.30 CM 120/80 90 38.3 99%
17.45 CM 120/80 88 38,5 99%
18.00 CM 120/80 72 38.4 99% - Inf Sanmol
18.15 CM 129/80 84 38.3 99%
18.30 CM 120/80 84 38.4 99% Infus ganti flabot
ke 9, 800cc
18.45 CM 120/80 80 38.5 99% Urine output
200cc
19.00 CM 120/60 95 38.2 99% Inj Ceftriaxone 1
gr
19.15 CM 120/60 95 38.1 99%
19.30 CM 151/92 101 99%
19.45 CM 151/91 100 99%
8
Inj NB drip
20.45 CM 124/44 79 99%
21.00 CM 117/44 75 38.2 99% Inj Omeprazole 1
vial
21.15 CM 117/47 74 99%
21.30 CM 123/45 74 99%
21.45 CM 123/46 71 99%
22.00 CM 111/43 75 100%
22.15 CM 109/40 71 99%
22.30 CM 112/46 66 99%
22.45 CM 115/42 95 99%
23.00 CM 115/41 65 99%
23.15 CM 117/48 67 99%
23.30 CM 109/46 62 99%
23.45 CM 109/46 65 98%
00.00 CM 124/46 69 37.5 100%
00.15 CM 110/43 61 99%
00.30 CM 113/42 60 99%
00.45 CM 113/45 58 99%
01.00 CM 125/46 85 99%
01.15 CM 115/44 70 99%
01.30 CM 117/47 52 99%
01.45 CM 129/48 65 100%
02.00 CM 115/48 60 99%
02.15 CM 120/47 59 100%
02.30 CM 118/47 57 99%
02.45 CM 121/50 55 99%
03.00 CM 125/52 55 37.5 99%
03.15 CM 125/61 64 99%
03.30 CM 117/47 59 99%
9
03.45 CM 119/49 53 99%
04.00 CM 119/58 70 99%
04.15 CM 121/55 62 99%
04.30 CM 126/60 60 99%
04.45 CM 123/55 58 99%
05.00 CM 118/56 57 99% Urine output
800cc
Aff infus sinistra
05.15 CM 118/53 55 99%
05.30 CM 124/54 54 99%
05.45 CM 123/55 70 100%
06.00 CM 120/54 58 37.2 100%
07.00 CM 127/60 80 100% Inj Ceftriaxone 1
gr
08.00 Inj Ondansetron
1A
X. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad malam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Qua ad sanam : dubia ad malam
XI. FOLLOW-UP
Tanggal S O A P
08/11/19 Badan lemas TD : 130/80mmHg Heat O2 2Lpm
N : 90x/mnt Stroke Inf. RL 20 tpm
RR : 20x/mnt Inj Ceftiaxone 1 gr/12 jam
Suhu : 37,3◦C Inj Noragesic 1A/8 jam
10
Inj Ondansetron k/p
Inj NB 5000 drip/24 jam
Levofloxacin 2 x 500mg
Omeprazole 2x 1 caps
09/11/19 Badan lemas TD : 120/80mmHg Heat O2 2Lpm
N : 82x/mnt Stroke Inf. RL 20 tpm
RR : 20x/mnt Inj Ceftiaxone 1 gr/12 jam
Suhu : 37.2◦C Inj Noragesic 1A/8 jam
Inj Ondansetron k/p
Inj NB 5000 drip/24 jam
Levofloxacin 2 x 500mg
Omeprazole 2x 1 caps
10/11/19 Lemas TD : 120/80mmHg Heat Aff DC
berkurang N : 78x/mnt Stroke O2 2Lpm
RR : 20x/mnt Inf. RL 20 tpm
Suhu : 36,8◦C Inj Ceftiaxone 1 gr/12 jam
Inj Noragesic 1A/8 jam
Inj Ondansetron k/p
Inj NB 5000 drip/24 jam
Levofloxacin 2 x 500mg
Omeprazole 2x 1 caps
11
12
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Heat stroke merupakan kondisi berbahaya suatu penyakit yang
progesif dari heat exhaustion ke heat stroke. Ditandai dengan hipertemia
(akumulasi kenaikan suhu saat aktvitas/ latihan maupun karena terpapar
cuaca panas.
Secara klinis heat stroke dapat ditandai dengan adanya disfungsi central
nervous system, kegagalan multiorgan dan hipertermia ekstrem (>40,5C)
(Epstein et al, 2019).
13
lingkungan dan berlebih yang lebih
buruknya mekanisme besar dari mekanisme
kehilangan panas kehilangan panas
Berkeringat Tidak (kulit keirng) Ada (kulit basah)
Disfungsi CNS Ada Ada
Keseimbangan asam- Alkalosis respiratori Asidosis metabolik
basa
Rhabdomyolisis Jarang ditemukan Sering
Disfungsi Hepar Ringan Berat
Disfungsi Ginjal Jarang (<5%) Biasa (25-30%)
DIC Ringan Berat
ARDS Ada Ada
Kreatinin Meningkat sedikit Meningkat signifikan
Kalsium Normal Rendah (hipokalsemia)
Potasium Normal Biasanya tinggi
(hiperkalemia)
14
otot (kram otot) ditempat
Tidak ada dingin,
penurunan Dinginkan
kesadaran permukaan
(JCS=0) tubuh, dan
berikan air
secara oral
Tahap Nyeri kepala, Sedang Pemeriksaan Heat
II muntah, lemas, di instansi exhaustion
perasaan medis jika
tenggelam, dan diperlukan
konsentrasi Manajemen
menurun, suhu tubuh,
menolak perintah istirahat,
JCS ≤1 dan beri air
secukupnya
(dengan
infus jika
sulit melalui
oral)
Tahap Ada minimal Berat Penanganan Heat stroke
III salah satu di rumah
dibawah ini: sakit (jika
- Disfungsi perlu masuk
CNS ICU)
(JCS≥2, Manajemen
gejala suhu tubuh,
cerebral, Penanganan
kejang respirasi dan
konvulsi) sirkulasi,
15
- Disfungsi Terapi DIC
hati/ ginjal
- Masalah
koagulasi
(DIC)
16
penguapan keringat). Pada bayi, faktor risiko utama kematian selama
cuaca panas adalah berada dalam mobil tertutup, di mana kematian dapat
terjadi dalam beberapa jam (Morch et al, 2017).
17
badan berlebih, baju pelindung
Faktor yang infeksi bakterial atau viral, dehidrasi
diperoleh
Faktor kongenital Kronik idiopatik
Penyalahgunaan amfetamine, ektasi, kokain, alkohol
narkoba
II.4 Patofisiologi
Mekanisme patofisiologi heat stroke adalah transisi dari fase
termoregulasi yang dapat dikompensasi (di mana kehilangan panas
melebihi kenaikan panas) ke fase yang tidak dapat dikompensasi (di mana
kenaikan panas lebih besar daripada kehilangan panas), ketika cardiac
output tidak cukup mengkompensasi kebutuhan yang termoregulasi tinggi
mengakibatkan terus meningkatnya suhu inti tubuh yang mengarah ke efek
sitotoksik dan respon inflamasi, menciptakan siklus setan, dan akhirnya
menyebabkan kegagalan multiorgan (Epstein et al, 2019).
a. Respon inflamasi
Hipertermia memicu respons stres yang melibatkan sel endotel,
leukosit, dan sel epitel, yang memberikan perlindungan terhadap
kerusakan jaringan dan mendorong perbaikan sel. Reaksi ini dimediasi
oleh molekul protein heat-shock dan sitokin proinflamasi dan
antiinflamasi. Dengan hipertermia yang berkepanjangan, perubahan
fisiologis akut (termasuk kegagalan sirkulasi, hipoksemia, dan
meningkatnya tuntutan metabolisme) ) dan efek sitotoksik terkait panas
langsung meningkat, menyebabkan disregulasi reaksi inflamasi.
Respon inflamasi pada heat stroke mirip dengan systemic
inflamatory respone syndrome (SIRS). SIRS dimediasi oleh messenger
Rna yang mencetuskan keluarnya sitokin dan protein high-mobility
group box 1 (HMGB1). Sitokin dan HMGB1 ini menyebabkan aktivasi
18
leukosit dan sel endotelial yang berlebihan. Sama seperti syok septik,
SIRS dapat memperburuk status klinis dengan cepat, dengan
munculnya DIC, kegagalan multiorgan, dan kematian. Dalam sebuah
studi pasien yang dirawat di rumah sakit karena exertional heat stroke,
84% pasien juga masuk kriteria diagnosis SIRS, dan lama rawat
inapnya diperpanjang. Demikian pula, pada classic heat stroke terjadi
aktivasi neutrofil yang juga berhubungan dengan respon inflamasi dan
koagulasi (Hifumi et al, 2018).
II.5 Diagnosis
Diagnosis heatstroke ditentukan berdasarkan gejala klinis,
terutama didasarkan pada trias berikut: hipertermia, disfungsi neurologis,
dan paparan terhadap cuaca panas (dalam bentuk klasik) atau aktivitas
fisik (dalam bentuk exertional) (Gopinath, 2018). Selain itu takikardia,
takipnea, dan hipotensi juga sering terjadi. Keringat yang banyak dan kulit
basah adalah tipikal dari exertional heatstroke, sedangkan pada classical
heatstroke , kulit biasanya kering, menunjukkan penurunan respon
19
kelenjar keringat dan output pada orang tua di bawah tekanan panas. Kulit
bisa memerah, menunjukkan adanya vasodilatasi perifer yang berlebihan,
atau pucat menunjukkan pembuluh darah kolaps (Epstein et al, 2019).
II.7 Komplikasi
a. Kejang
b. Hipotensi
c. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
d. Respiratory distress syndrome
e. Gagal ginjal
f. Rhabdomyolisis
g. Kegagalan multiorgan (Gopinath, 2018).
II.8 Penatalaksanaan
Tatalaksana di Lapangan
20
a. CPR : sesuai protokol ACLS, beri oksigen 4L/ menit untuk
meningkatkan saturasi oksigen menjadi >90%
b. Suhu tubuh inti: Monitor suku rektal dan mendinginkan hipertermia
dengan air dingin
c. Cairan: Beri isotonik salin IV 1-2L/ jam, dehidrasi bukan masalah
utama
d. Pengobatan kejang: Beri benzodiazepin IV (5mg) sampai kejang
berhenti ( tidak lebih dari 20 mg)
e. Evakuasi: Untuk classic heart stroke segera bawa ke IGD. Untuk
exertional heart stroke setelah menurunkan suhu tubuh <39°C
(Gopinath, 2018).
Tatalaksana di IGD
a. Suhu tubuh inti : Monitor suhu rektal atau intravesikal dan dinginkan
suhu sampai <38°C bisa menggunakan baju dingin atau cairan dingin
(4°C, 1000ml/ 30 menit) infus melalui kateter sentral, antipiretik
merupajan toksik dan harus dihindari
b. Pengobatan kejang: Beri benzodiazepin IV (5 mg, diulang) atau
phenytoin IV (loading dose 15-20 mg/kg dalam 15 menit) sampai
kejang berhenti.
c. Tes Laboratorium : cek darah lengkap, urinalisis, kultur darah, fungsi
ginjal, fungsi hepar ( ALT, AST, ammonia, INR), cek glukosa darah,
elektrolit, analisis gas darah dan keseimbangan asam basa, fungsi
pembekuan darah, CK, LDH, myoglobilin, CRP
d. Monitoring sirkulasi : untuk kegagalan sirkulasi, kelola cairan
(30ml/kg), monitor JVP atau monitor invasif hemodinamik dengan
menjaga tekanan mean arterial >65mmHg atau >75 mmHg jika pasien
lanjut usia atau dengan hipertensi, monitor kadar laktat tetap normal
dan urin output >50 ml/kg/ jam, vasopresor dapat diberikan jika terapi
cairan gagal (Epstein et al, 2019).
21
Tatalaksana menurunkan suhu tubuh
Prognosisnya memburuk jika suhu inti tubuh dipertahankan di atas
ambang kritis 40,5 ° C. Pendinginan yang cepat dan efektif adalah hal
yang utama dalam tatalaksana heat stroke, dan hanya ditunda untuk
resusitasi kardiopulmonal. Karena tidak adanya suhu titik akhir yang
ditentukan secara khusus untuk penghentian pendinginan yang aman,
maka sesuai kebiasaan ditentukan suhu target di bawah 39 ° C (lebih baik
38,5 ° hingga 38,0 ° C) untuk mengurangi risiko kerusakan klinis
(Gopinath, 2018).
Untuk exertional heatstroke, laju pendinginan lebih cepat dari 0,10
° C per menit aman dan diperlukan untuk meningkatkan prognosis. Salah
satu metode pilihan yang dapat dipakai untuk penurunan suhu pada
exertional heatstroke adalah perendaman dalam air dingin untuk
mencapai laju pendinginan 0,20 ° hingga 0,35 ° C per menit. Dalam
kondisi militer di mana es tidak tersedia, laju pendinginan sekitar 0,10 ° C
per menit dapat dicapai dengan menyiramkan air dalam jumlah banyak ke
seluruh tubuh dan mengipasi (Iso et al, 2016).
Pada orang tua dengan classical heat stroke, perendaman air dingin
dapat menghasilkan tingkat pendinginan yang dapat diterima, tetapi
pilihan tatalaksana diharapkan dapat menggunakan satu atau lebih jenis
pendingin konduktif atau evaporatif, seperti infus cairan dingin
(manajemen suhu intravaskular); aplikasi kompres es, kompres dingin,
atau lembaran kasa basah; dan mengipasi. Metode-metode ini, meskipun
kurang efisien daripada perendaman air dingin, lebih dapat ditoleransi oleh
orang tua dan juga mudah diakses dan mudah diterapkan selama epidemi
heatstroke klasik (Epstein et al, 2019).
Tidak ada agen farmakologis yang mempercepat pendinginan.
Agen antipiretik seperti aspirin dan asetaminofen tidak efektif pada pasien
dengan heatstroke, karena demam dan hipertermia meningkatkan suhu inti
22
tubuh melalui jalur fisiologis yang berbeda. Selanjutnya, agen antipiretik
memperburuk koagulopati dan cedera hati pada pasien dengan heatstroke.
Antagonis reseptor ryanodine dantrolene, yang digunakan dalam
pengobatan hipertermia ganas, sedang diselidiki untuk terapi heatstroke
tetapi saat ini tidak ada bukti untuk mendukung bahwa agen ini efektif
untuk terapi heat stroke.
II.9 Pencegahan
23
Pencegahan heat stroke lebih efektif daripada pengobatan dan tentu
saja lebih mudah. Saat cuaca hangat dan terutama selama gelombang
panas, langkah-langkah perlindungan harus diambil untuk mengurangi
risiko classic heatstroke. Hal yang dapat dilakukan tinggal di rumah ber-
AC atau tempat ber-AC lainnya (misalnya, pusat perbelanjaan atau
bioskop), menggunakan kipas angin, sering mandi air dingin, mengurangi
aktifitas menguras tenaga, dan bersosialisasi. Selain itu, keluarga anggota,
tetangga, dan pekerja sosial disarankan untuk memeriksa lansia secara
berkala untuk memastikan kesejahteraan mereka (Hifumi et al, 2018).
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk exertional heat
stroke adalah menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang berubah,
menyesuaikan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran fisik,
menghindari cuaca panas untuk jadwal pelatihan, melepas peralatan dan
pakaian yang mengganggu penguapan keringat, mempertahankan tubuh
tetap terhidrasi, dan menjadwalkan waktu istirahat selama aktivitas; orang
dengan tanda-tanda awal penyakit harus dicegah dari melakukan aktivitas
fisik (Iso et al, 2016).
II.10 Prognosis
Tingkat morbiditas dan mortalitas sangat dipengaruhi oleh durasi
dan intensitas dari peningkatan core body temperatur dari pasien.
Heatstroke harus dilihat sebagai suatu bentuk kegagalan multisistem.
Disfungsi dan kegagalan sistem multiorgan ini (lebih jelas pada exertional
heatstroke daripada pada classical heatstroke) dapat memuncak dalam 24
hingga 48 jam (Satya et al, 2018).
Cedera sistem saraf pusat adalah permanen pada 20% kasus dan
berhubungan dengan prognosis buruk. Rhabdomyolysis yang disebabkan
oleh kerusakan jaringan sering terjadi dapat menyebabkan myoglobinuria
dan risiko gagal ginjal. Hepatosit mungkin rusak, menyebabkan
koagulopati dan hepatitis. Otot miokard mungkin rusak dan
mengakibatkan aritmia atau bahkan henti jantung (Hifumi et al, 2018).
24
Jika pengobatan dilakukan cepat dan efektif dalam banyak kasus,
tanda-tanda klinis menjadi lebih ringan dan berkurang dalam beberapa
hari, dan sebagian besar pasien pulih tanpa efek yang lama (Satya et al,
2018).
Prognosis memburuk ketika disfungsi ginjal dan hati tidak teratasi
selama lebih dari 96 jam. Studi otopsi menunjukkan bahwa kegagalan
organ akhir karena heat stroke terutama disebabkan oleh kematian sel
nekrotik dan apoptosis yang dipicu oleh panas yang menyertai
mikrothrombosis, perdarahan, dan cedera inflamasi yang meluas.
Beberapa gejala neurologis (misalnya, ataksia serebelar, disartria,
gangguan kognitif) , dan amnesia anterograde) dapat bertahan selama
beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Satu studi menunjukkan bahwa
risiko kematian, selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun setelah pulih
dari heat stroke lebih tinggi daripada risiko pada populasi umum.
25
DAFTAR PUSTAKA
26